SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S-1)
Diajukan Oleh :
FARID AFRIZAL
0911010009 / FE / EP
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
Disusun oleh : FARID AFRIZAL 0911010009 / FE / IE
Telah diuji, dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Pada har i J um’at tanggal 31 J uli 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji : Ketua
Dr. Ririt Iriani Sr i Setiawati, SE, ME, AK Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP NIP.19650208 199002 2001 NIP.19611120 198703 2001
Sekr etaris
Dr . Rir it Iriani Sr i Setiawati, SE, ME, AK NIP.19650208 199002 2001
Anggota
Dr s. Ec. Wiwin Priana, MT NIP.19610104 199303 1001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Yang diajukan
FARID AFRIZAL 0911010009 / FE / IE
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
DR. RIRIT IRIANI, SE, ME, AK Tanggal………
NIP.19650208 199002 2001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
(Studi pada Bank Umum di J awa Timur Per iode Tahun 2000 - 2012)
Yang diajukan
FARID AFRIZAL 0911010009 / FE / IE
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DR. RIRIT IRIANI, SE, ME, AK Tanggal………
NIP.19650208 199002 2001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Yang diajukan
FARID AFRIZAL 0911010009 / FE / IE
Telah disetujui untuk ujian skripsi oleh
Pembimbing Utama
DR. RIRIT IRIANI, SE, ME, AK Tanggal………
NIP.19650208 199002 2001
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Univer r sitasn Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
“ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT PERBANKAN (Studi pada Bank Umum di J awa Timur Per iode Tahun 2000 - 2012)”. Adapun penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi program S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada qudwah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini, namun dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional“ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Niniek Imaningsih, Mp selaku ketua program study Ilmu Ekonomi Study Pembangunan.
6. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis.
7. Untuk Adiku : Yafi Kurniawan dan M. Ilham Islamudin, Semoga kita mampu menjadi anak-anak yang Soleh, sukses dan berhasil, serta membanggakan kedua orang tua kita.
6. Untuk Imelda, Ricky, Ferry, Dimas yang selalu meluangkan waktunya membantu penulis untuk segala hal yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama yang berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun.Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.
Surabaya, July 2013
DAFTAR TABEL……… ... vii
DAFTAR GAMBAR……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……… ix
ABSTRAKSI ………. x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1 Pengertian Bank ... 11
2.2.1.1. Fungsi dan Tugas Bank ... 12
2.2.1.2. Jenis – jenis Bank ... 13
2.2.1.3. Bank Umum ... 15
2.2.2 Kredit ... 17
2.2.2.1. Tujuan Kredit ... 20
2.2.2.2 Fungsi Kredit ... 21
2.2.2.3 Jenis – jenis Kredit ... 22
2.2.3 DPK ... 29
2.2.3.1. Definisi DPK ... 29
2.2.3.2. Sumber-sumber Dana Bank ... 31
2.2.4 Suku Bunga SBI ... 33
2.2.4.1. Pengertian SBI ... 33
2.2.5.2. Jenis – jenis Nilai Tukar ... 37
2.2.5.3. Sistem Nilai Tukar ... 38
2.2.5.4. Ketidakstabilan Nilai Tukar ... 40
2.2.6 Inflasi ... 40
2.2.6.1. Definisi Inflasi ... 40
2.2.6.2. Jenis – jenis Inflasi ... 40
2.2.6.3. Teori Melandasi Inflasi ... 42
2.3. Pengaruh Variabel Dependen Terhadap Independen ... 44
2.3.1. Pengaruh DPK Terhadap Penyaluran Kredit ... 44
2.3.2. Pengaruh SBI Terhadap Penyaluran Kredit ... 44
2.3.3. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Penyaluran Kredit .... 45
2.3.4. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit ... 45
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 46
2.5. Hipotesis ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 49
3.3. Populasi dan Sampel ... 49
3.4. Teknik Pengumpulan Data ………...…….… ... 49
3.5. Metode Analisis Data ... 49
3.5.1. Analisis Regresi Berganda ... 50
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 51
3.5.2.1. Uji Normalitas ... 51
3.5.2.2. Uji Multikolinearitas ... 51
) ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58
4.1.1. Kondisi Ekonomi Jawa Timur ... 58
4.1.2. Kondisi Perbankan Provinsi Jawa Timur ... 59
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60
4.2.1 Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan ... 60
4.2.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 62
4.2.3 Perkembangan Suku Bunga SBI ... 63
4.2.4 Perkembangan Nilai Tukar IDR/USD ... 64
4.2.5 Perkembangan Tingkat Inflasi ... 66
4.3. Analisis Asumsi Regresi Klasik. ... 67
4.3.1. Autokorelasi ... 68
4.3.2. Multikolinieritas ... 69
4.3.3. Heterokedastisitas ... 70
4.3.4. Normalitas ………. 70
4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 72
4.5. Pengujian Hipotesis ……….. 74
4.5.1. Uji Hipotesis Secara Simultan (uji F) ... 74
4.5.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (uji t) ... 76
4.5.3. Uji Koefisien Determinasi R2 ……… .... 81
4.6. Pembahasan ……… . 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 86
5.2. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
FARID AFRIZAL
Abstraksi
Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit mendorong pertumbuhan ekonomi suatunegara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan di Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama 13 tahun sejak tahun 2000-2012 dengan menggunakan perhitungan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan dan pengaruh secara simultan dan parsial dari variabel Dana Pihak Ketiga/DPK, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar IDR/USD, dan Tingkat Inflasi. Terhadap variabel Penyaluran Kredit Perbankan sebagai variabel terikatnya.
Dari pengujian hipotesis secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel independen DPKberpengaruh signifikan, sedangkan SBI, Nilai Tukar, Inflasi tidak ada berpengaruh yang signifikan (nyata) terhadap variabel dependen Penyaluran Kredit Perbankan. Dari keempat variabel independen yang paling dominan berpengaruh adalah variabel DPK dengan nilai koefisien beta regresi sebesar (+) 4,918. Hal ini dikarenakan sumber dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan salah satu sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank.
BAB I
PENDAHUL UAN
1.1 Lata r Bela kang
Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi
sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
kekurangan dana. Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada
pihak – pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan
kemudian menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (Kasmir, 2011).
Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada
perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor
perbankan terpuruk perekonomian nasional juga ikut terpuruk. Demikian pula
sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga
terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal (Kiryanto,
2007).
Di negara seperti Indonesia peranan bank cenderung lebih penting dalam
pembangunan, karena bukan hanya sebagai sumber pembiayaan tetapi juga
mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal
ini dikarenakan bank lebih superior dibandingkan dengan lembaga keuangan
lainnya dalam menghadapi informasi yang asimetris dan mahalnya biaya dalam
melakukan fungsi intermediasi. Secara alami bank mampu melakukan
bahwa peranan bank sangat besar terhadap kehidupan dan pertumbuhan ekonomi
serta pendapatan masyarakat (Ketut, 2000:15).
Melihat perkembangan investasi yang mengalami ketidakstabilan (naik
turun) maka pemerintah membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dalam
bidang perkreditan. Hal ini perlu di perhatikan bagi perbankan dalam pemberian
kredit karena dana yang dikelola adalah milik masyarakat. Pada dasarnya proses
pembangunan nasional tidak mungkin terlepas dari faktor-faktor modal yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Modal ini biasanya
diwujudkan dalam penanaman modal untuk usaha, bahan baku, peningkatan
produksi, dan lain-lainnya. Lembaga keuangan bank harus mampu berperan
sebagai penggerak dan sarana mobilisasi dana masyarakat yang efektif dan
sebagai penyalur serta pemberi kredit untuk pembiayaan yang produktif (Anonim,
2006:27).
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur mencapai 7, 27% ditahun 2012 yang
didukung oleh pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, restoran, manufaktur dan
pertanian terutama dalam segi menjaga stabilitas makroekonomi menjadi penting
dan berkelanjutan, tingkat konsumsi di Jawa Timur juga masih menjadi pilar
utama pertumbuhan yang didukung oleh investasi baik domestik maupun asing
dan juga Bank Indonesia mencatat geliat perbankan di Jawa Timur akan terus
mengalami peningkatan. Hal itu terbukti dari peningkatan total aset, kredit hingga
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum yang cukup naik di tahun
Bank Umum (Comersial Bank) memiliki peranan yang sangat penting
dalam menggerakkan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% Dana
Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum (Comercial
Bank), dan Bank Syariah (Sharia Bank), Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank)
berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia,diolah). DPK ini yang
selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit
(Alamsyah, 2005)
Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga)
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya,
2005:84). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya,
dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2011:65).
Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam
menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2005:105).
Gambar 1.1 Data Dana Pihak Ketiga Bank umum dan Swasta di J awa
Timur tahun 2009-2011
0 50 100 150
Tabungan Giro Deposito
Tabungan 93.21 98.54 111.37
Giro 27.95 32.76 39.49
Deposito 74.57 76.98 101.46
2009 2010 2011
Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa posisi dana bank swasta
dan umum pada tahun 2009 mencapai 195,73 triliun rupiah, yang meliputi
dana dalam bentuk tabungan sebesar 93,21 triliun rupiah, deposito 74,95
triliun rupiah, deposito 74,57 triliun rupiah. Tahun 2010 mencapai 208,28
triliun rupiah, yang meliputi dana dalam bentuk tabungan sebesar 98,54
triliun rupiah, deposito 76,98 triliun rupiah, giro 32,76 triliun rupiah dan
pada tahun 2011 mencapai 252,32 triliun rupiah, yang meliputi dana dalam
bentuk giro sebesar 39,49 triliun rupiah, deposito 101,46 triliun rupiah dan
tabungan 111,37 triliun rupiah (BI Provinsi Jawa Timur, 2011). Hal ini
diharapkan berdampak positif terhadap sektor investasi yang dilakukan
masyarakat Jawa Timur. Bila kebutuhan masyarakat lebih besar maka
masyarakat dapat mengimbangi tingginya kebutuhan dalam jangka waktu
yang panjang dengan investasi dana yang tersedia dan dari pengeluaran
investasi dan konsumsi itulah berakibat terjadinya pertumbuhan ekonomi,
yang ujung-ujungnya adalah peningkatan penghasilan masyarakat (Kasmir,
2011).
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. (UU No. 10 tahun 1998)
menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
menggunakan jasa kredit, maka akan dikenakan bunga tagihan (id.Wikipedia.org,
6 April 2013)
Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank
berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006).
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penyaluran kredit mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Goldsmith (1969), Mc Kinon (1973), dan
Shaw (1973) menyatakan bahwa dana berlebih (surplus fund) yang disalurkan
secara efisien bagi unit yang mengalami defisit akan meningkatkan kegiatan
produksi. Selanjutnya kegiatan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Gambar 1.2 Porsi Penyaluran Kredit antara Bank Umum, Bank Swasta dan
Bank Asing Provinsi J awa Timur tahun 2012
Bank Umum Bank Swasta Bank Asing
116,17 Triliun 94,18
Triliun 13,16 Triliun
Berdasarkan Gambar 1.2 dapat diketahui bahwa di wilayah Jawa Timur
porsi penyaluran kredit terbesar masih didominasi oleh bank umum yang
mencapai Rp116,17 triliun atau 52% dari total penyaluran kredit. Sementara itu,
porsi penyaluran kredit bank swasta mencapai Rp94,18 triliun atau 30% dan bank
asing sebesar Rp13,16 triliun atau 18%, pertumbuhan kredit di Jawa Timur akan
terjaga dalam kisaran 20%-26% (BPS Surabaya Provinsi Jawa Timur, 2012). Hal
ini dikarenakan aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung
ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan (Nurmawan, 2005). Salah
satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat
usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit,
dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral
mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit
(Siamat, 2005). Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber pembiayaan
dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan
yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemberian kredit
merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan,
tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Oleh
karena itu pemberian kredit harus dikawal dengan manajemen risiko yang ketat
(InfoBankNews.com, 14 mei 2012, pukul 18:13).
Faktor yang perlu diperhatikan pula berkaitan dengan penyaluran kredit
adalah laju inflasi. Inflasi adalah proses kenaikan harga secara terus menerus.
menurun. Jika suatu negara atau daerah mengalami tingkat laju inflasi yang
relative tinggi, dimana harga-harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan
yang berlangsung terus menerusdalam waktu yang relatif lama yang dapat
disebabkan oleh kelebihan permintaan terhadap kapasitas penawaran barang dan
jasa serta nilai mata uangpun mengalami penurunan maka masyarakat akan segera
membelanjakan dana atau simpanannya dari bank untuk membeli barang dan jasa,
sehingga keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya di bank akan
menurun (Aulia, 2008).
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3
bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang
digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan
menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang
beredar. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan
system lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang
menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal
bayar (Ferdian, 2008). Penempatan dana pada Bank Indonesia dapat berupa
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan instrumen yang paling aman
karena diterbitkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) juga merupakan instrumen yang paling disenangi oleh
perusahaan–perusahaan lembaga keuangan karena dianggap paling aman dan
memberikan cadangan likuiditas sekunder yang dapat memberikan kepastian
menempatkan dananya di SBI ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010).
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di
Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan
yang berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediasi), kebiasaan masyarakat
untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif (Oktaviani,
2012)
Menurut Nopirin (1996 : 163) Kurs adalah Pertukaran antara dua Mata
Uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua
Mata Uang tersebut. Menurut Ida Farida (2006:15) Kurs yaitu harga persatuan
sebuah valuta asing yang dinyatakan dalam satuan valuta domestic. Menurut
Salvator (1997 : 10) Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga suatu Mata Uang
terhadap Mata Uang lainnya. Valas atau forex
(Foreign Exchange ), yang berarti pertukaran uang dari nilai mata uang yang
berbeda. Pasar Valuta Asing ini menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam
pasar kelembagaan untuk melakukan perdagangan mata uang asing, menentukan
nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing.
1.2 Rumu san M asa lah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah DPK, Suku Bunga SBI, kurs dan Inflasi secara simultan dan
parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit di Jawa
2. Manakah variabel DPK, Suku Bunga SBI, Kurs dan inflasi yang
paling berpengaruh dominan terhadap penyaluran kredit di Jawa
Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh DPK, Suku Bunga SBI, Kurs dan inflasi secara
simultan dan parsial terhadap penyaluran kredit di Jawa Timur.
2. Melihat variabel DPK, Suku Bunga SBI, Kurs dan Inflasi yang
dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit di Jawa Timur.
1.4 M anfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh sebagai berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya, digunakan sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya tentang Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyaluran kredit perbankan di Jawa Timur.
2. Untuk penulis, Sebagai pengembangan pengetahuan tentang
BAB II
Hasil Penelit ian Per bedaa n Penelit ian Berganda dan uji t dan uji f.
2.2. Landasan Teor i
2.2.1 Bank
Bank berasal dari bahasa Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah
yang digunakan oleh para bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada
nasabah, lalu istilah ini berubah populer dan resmi menjadi Bank.
Bank merupakan lembaga keuangan yang melakukan aktivitas perbankan
dan memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan/atau bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Undang-Undang Pasal 5 Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua
jenis bank yang dibagi menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank
Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Bank Umum memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada dan memiliki cakupan wilayah operasi yang dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan kata
lain cakupan kegiatan Bank Umum jauh lebih luas dibandingkan Bank
2.2.1.1 Fungsi dan Tugas Bank
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali pada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
perantara keuangan. Secara spesifik fungsi bank sebagai berikut:
1. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah Trust atau Kepercayaan, dalam
hal penghimpunan maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi oleh unsure kepercayaan. Masyarakat percaya
bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh pihak bank dan uangnya akan
dikelola denganbaik. Pihak bank sendiri mau menyalurakan dananya kepada
masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa
masyarakat yang meminjam tidak akan menyalahgunakan pinjamannya dan akan
dikelola dengan baik serta membayar pada saat jatuh tempo.
2. Agen of Development
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran-penawaran jasa perbankn yang lain kepada
masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan antara lain dapat berupa jasa pengiriman
uang, jasa penitipan barang, jasa pemberian jaminan bank dan jasa penyelesaian
tagihan.
Tugas Pokok Bank adalah :
Pada dasarnya bank mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
2. Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang
membutuhkan.
3. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang
4. Kegiatan lain misalnya, memberikan jaminan simpanan bank, menyewakan
tempat untuk menyimpan barang-barang berharga.
Tugas-tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat
hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi
pokok perbankan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang ada di
masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai penyalur dana
masyarakat yang disediakan jasa perdagangan internasional (Hasanudin, 2009:14).
2.2.1.2 J enis-jenis Bank
Dalam prakteknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan seperti yang diatur dalam undang-undang. Tetapi juga ditinjau dari
Segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis (Kasmir,
2011:14):
1. Bank Sentral
Bank sentral merupakan bank yang mengatur kegiatan yang berkaitan dengan
dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu Negara. Di setiap Negara hanya ada
satu bank sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi Bank
2. Bank Umum
Merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan
melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu masyarakat perorangan maupun
lembaga-lembaga lainnya. Bank Umum juga dikenal dengan Bank Komersial dan
dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu : Bank Umum Devisa dan Bank Umum
Non Devisa.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani
masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank perkreditan Rakyat berasal
dari bank desa, bank pasar, bank pegawai serta bank-bank lainnya kemudian
melebur menjadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat.
Dilihat dari segi penciptaan uang giral, ad dua jenis bank yaitu :
A. Bank Primer yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral, yang tergolong
dalam pengertian ini adalah :
- Bank Sirkulasi (Bank Sentral) yang dapat menciptakan kredit dalam
bentuk uang kertas dan uang giral.
- Bank Umum yang dapat menciptakan uang giral.
B. Bank Sekunder yaitu bank yang bertugas sebagai perantara dalam penyaluran
kredit. Yang tergolong dalam pengertian ini adalah :
- Bank Tabungan
- Bank-bank lainnya (bank pembangunan dan bank hipotik) yang tidak
2.2.1.3 Bank Umum
Bank Umum adalah lembaga keuangan yang menerima deposito atau
simpanan dari masyarakat (depositor) yang dibayarkan atas permintaan dan
memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang. Dikatakan sebagai Comercial Bank karena bank semacam ini mendapatkan
keuntungan yang didapat dari selisih bunga yang diterima dari pinjaman dengan
harga yang dibayarkan oleh bank kepada depositor.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa
lalu lintas pembayaran (Dendawijaya, 2001:17).
Kegiatan Bank Umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Menghimpun Dana (funding)
Kegiatan menghimpun dana merupakan kegiatan membeli dana dari
masyarakat. Kegiatan membeli dana dapat dilakukan dengan cara menawarkan
berbagai jenis simpanan. Simpanan sering juga disebut dengan rekening.
Jenis-jenis simpanan antara lain :
a. Simpanan Giro (demand deposit), merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan menggunakan cek dan bilyet giro.
b. Simpanan Tabungan (saving deposit), merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh bank.
Penarikan tabungan dilakukan dengan cara menggunakan buku tabungan, slip
c. Simpanan Deposito (time deposito), merupakan simpanan yang memiliki
jangka waktu tertentu (jatuh tempo) penarikannya pun dilakukan sesuai jangka
waktu tersebut. Dalam penarikannya jenis deposito terdiri dari : deposito
berjangka, sertifikat deposito dan deposito on call.
2. Menyalurkan Dana (lending)
Menyalurkan Dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun oleh masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank melalui
pemberian pinjaman dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.
Secara umum jenis-jenis kredit sebagai berikut :
a. Kredit Investasi, merupakan kredit yang diberikan pengusaha yang melakukan
investasi, biasanya dalam jangka waktu diatas satu tahun.
b. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha
biasanya dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
c. Kredit perdagangan, merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dalam
rangka memperlancar atau memperluas kegiatan perdagangan.
d. Kredit Produktif, merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja
dan perdagangan.
e. Kredit Konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi
misalnya keperluan konsumsi, baik pangan, sandang dan papan.
f. Kredit Profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan professional
3. Memberikan Jasa-jasa Bank Lainnya (services)
Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung
kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa-jasa bank
yang dapat dilayani oleh bank, maka semakin baik.
Dalam praktiknya jasa-jasa yang dapat ditawarkan meliputi :
a. Kiriman Uang (transfer), meruakan jasa pengiriman uang lewat bank.
b. Kliring (clearing), merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti
cek, bilyet giro)yang berasal dari dalam kota.
c. Incasio (collection), merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti
cek, bilyet giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri.
d. Safe Deposit Box (safe loket), merupakan jasa pelayanan yang berupa
penyewaan box.
e. Bank card (kartu kredit), meruakan kartu yang dapat dibelanjakan dan juga
dapat digunakan untuk mengambil uang tunai.
f. Dan jasa-jasa bank lainnya.
2.2.2 K r edit
Kegiatan bank setelah melakukan penghimpunan dana dalam bentuk
simpanan (giro, tabungan dan deposito) adalah menyalurkan kembali dana
tersebut kepada masyarakat. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pemberian
pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit.
Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Kata kredit berasal
dari bahasa Latin, yaitu “credere” yang berarti percaya. Maksud percaya bagi si
pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima
kredit merupakan pemberiaan kepercayaan sehingga penerima kredit memiliki
kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama
(Kasmir, 2011:78).
Meskipun suku bunga kredit masih berada pada kisaran yang cukup tinggi,
namun permintaan masyarakat akan kredit juga tetap ada (Siamat, 2005). Selain
itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan
dengan baik calon debitur yang akan menjadi penerima kredit, debitur tersebut
tentu harus dapat dipercaya. Kredit yang disalurkan pun tentu saja harus memiliki
prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk
menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu
akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit
macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah
memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit
terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya antara lain (Kasmir,
1. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit
yang diberikan kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang
akan datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit
yang dituangkan dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat
berupa jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.
4. Risiko
Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar
risikonya demikian pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit.
Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh
nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Bagi bank
konvensional bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang
2.2.2.1 Tujuan K r edit
Keuntungan utama dalam bisnis perbankan sebagian besar berasal dari
pemberian kredit, maka dapat dikatakan bahwa pemberian kredit dapat
menjadi salah satu cara dalam mencapai tujuan perbankan.
Menurut Kasmir (2011) tujuan utama dalam pemberian kredit adalah :
1. Untuk mencari keuntungan bagi bank, berupa bunga, biaya administrasi,
provisi, dan biaya-biaya lainnya yang dibebankan kepada debitur.
2. Untuk meningkatkan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
investasi maupun dana untuk modal kerja, sehingga nasabah dapat
mengembangkan usahanya.
3. Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan di
berbagai sektor.
Keuntungan lain yang didapatkan pemerintah dalam pemberian kredit oleh
perbankan adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak yang diterima dari keuntungan yang diperoleh
nasabah dan bank.
b. Menciptakan kesempatan kerja, dimana kredit yang diperuntukkan
bagi pembentukan usaha baru atau perluasan usaha baru tentu akan
membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat memberikan
peluang bagi pencari kerja dan mengurangi pengangguran.
c. Meningkatkan devisa negara terutama bagi produk dari kredit yang
d. Menghemat devisa negara terutama bagi produk-produk yang
sebelumnya diimpor. Jadi dengan fasilitas kredit dapat
memproduksi produk tersebut di dalam negeri tentu akan
menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan jumlah barang dan jasa karena kredit yang
disalurkan tentu dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan
jasa yang terdapat di masyarakat.
2.2.2.2 Fungsi K r edit
Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2011:85) adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Apabila uang yang ada hanya disimpan saja dirumah tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna, sebaliknya dengan disalurkannya
dalam bentuk kredit maka uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang dan jasa oleh penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk mengolah barang
yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
3. Untuk meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang
dari suatu wilayah ke wilayah lain dan dapat meningkatkan jumlah barang
4. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan melalui kredit akan
beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain. Sehingga jika suatu daerah
kekurangan uang dengan mendapatkan kredit maka daerah tersebut akan
memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Dengan menerima kredit, nasabah akan bergairah untuk membuka atau
memperluas usahanya.
6. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara debitur dan kreditur, sehingga akan meningkatkan
kerja sama pada bidang lainnya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan meningkatkan
pemerataan pendapatan di masyarakat.
8. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi
karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah
barang yang diperlukan oleh masyarakat serta meningkatkan devisa negara
dalam membantu kegiatan ekspor barang.
2.2.2.3 J enis-jenis K r edit
disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Bank umum dan
bank perkreditan rakyat memberikan berbagai jenis kredit kepada masyarakat.
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain
(Kasmir,2011:87) :
a. Dilihat dari Segi Kegunaan
1. Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk investasi
produktif seperti keperluan perluasan usaha atau membangun proyek.
Kredit ini biasanya digunakan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit
modal kerja ini diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi
perusahaan.
b. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan
menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk
pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan hasil tambang atau
kredit industri akan menghasilkan barang industri.
2. Kredit Konsumsi
tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang
untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh
kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan
kredit konsumtif lainnya.
3. Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai
aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang
akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit
ekspor dan impor.
c. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
1. Kredit Jangka Pendek
Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya
untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian
misalnya untuk tanaman padi atau jagung.
2. Kredit Jangka Menengah
Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan
3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
3. Kredit Jangka Panjang
investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau
manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. Dalam
prakteknya, bank dapat pula hanya mengklasifikasikan kredit menjadi hanya
jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun
dianggap jangka pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.
d. Dilihat dari Segi Jaminan
1. Kredit dengan Jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan.
Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud, tidak berwujud dan
jaminan orang. Jadi, setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai
jaminan yang diberikan si calon debitur.
2. Kredit Tanpa Jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau
orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
e. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
1. Kredit Pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian, sektor usaha pertanian dapat berupa jangka
pendek atau jangka panjang.
2. Kredit Peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor
peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka
pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang misalnya
peternakan kambing.
3. Kredit Industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
4. Kredit Pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha
tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka
panjang, seperti tambang emas atau minyak.
5. Kredit Pendidikan, kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.
6. Kredit Profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan
professional seperti dosen, pengacara dan dokter.
7. Kredit Perumahan, merupakan kredit untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.
8. Dan sektor-sektor lainnya.
Dalam melakukan kegiatan kredit pengendalian kredit harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui pengawasan langsung, pengawasan
tidak langsung dan kombinasi keduanya. Oleh karena itu pemberian kredit harus
dilakukan dengan pengendalian yang baik dan benar serta memegang prinsip
kehati-hatian. Bank biasanya memiliki kriteria-kriteria serta aspek penilaian
terhadap calon nasabah yang akan menerima fasilitas kredit. Bank dapat
melakukan analisis 5C dan 7P terhadap debitur (penerima kredit) sebagai uji
kelayakan kredit.
Analisis 5C merupakan salah satu cara dalam mengurangi risiko kredit
dengan melakukan analisa secara mendalam terhadap calon nasabah yang akan
yang akan diberikan kredit. Adapun prinsip 5C adalah sebagai berikut (Kasmir,
2011) :
a. Character (watak atau kepribadian)
Character merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan
pemberian kredit. Bank harus yakin bahwa peminjam mempunyai tingkah laku
yang baik dan bersedia melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.
Dan untuk mengetahui watak debitur ini tidaklah semudah yang dibayangkan,
terutama untuk debitur yang baru pertama kali.
b. Capacity (kemampuan)
Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur dalam
menjalankan usahanya karena menentukan besar kecilnya pendapatan atau
penghasilan perusahaan di masa yang akan datang.
c. Capital (Modal)
Prinsip ini menitikberatkan pada aspek permodalan calon nasabah yang
menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang dimiliki oleh
calon debitur. Yang dimaksud dengan struktur permodalan di sini adalah tingkat
likuiditas modal yang telah ada, apakah dalam bentuk uang tunai, harta yang
mudah diuangkan, atau benda lain seperti bangunan.
d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Prinsip kondisi ekonomi ini terkait dengan sektor usaha calon debitur, apakah
e. Collateral (Jaminan atau Agunan)
Jaminan atau agunan merupakan harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang
diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk
menyelesaikan hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Dalam hal ini jaminan
tersebut mempunyai dua fungsi yaitu pertama, sebagai pembayaran hutang
seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan atau
menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah sebagai
faktor penentu jumlah kredit yang diberikan.
Prinsip 7P adalah sebagai berikut (Kasmir, 2011) :
a. Party (golongan)
Maksud dari prinsip ini adalah bank menggolongkan calon debitur ke dalam
kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capitalnya.
b. Purpose (tujuan)
Maksud dari tujuan di sini adalah tujuan pengamatan kredit yang diajukan, apa
tujuan yang sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek sosial yang
positif dan luas atau tidak. Dan bank masih harus meneliti apakah kredit yang
diberikan digunakan sesuai tujuan semula.
c. Payment (sumber pembiayaan)
Setelah mengetahui tujuan utama dari kredit tersebut maka hendaknya
diperkirakan dan dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang
akan dicapai. Sehingga bank dapat menghitung kemampuan dan kekuatan debitur
d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)
Keuntungan di sini maksudnya bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur
semata melainkan juga kemungkinan keuntungan yang diterima oleh bank jika
kredit yang diberikan terhadap kreditur tertentu dibanding debitur lain atau
dibanding tidak memberikan kredit.
e. Protection (perlindungan)
Perlindungan maksudnya adalah untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak
terduga maka untuk melindungi kredit yang diberikan antara lain adalah dengan
meminta jaminan dari krediturnya.
f. Personality
Penilaian akan kepribadian, tingkah laku keseharian, maupun masa lalu nasabah.
Selain itu meliputi pula sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam
menghadapi masalah.
g. Prospect
Penilaian akan prospek usaha nasabah di masa datang akan menguntungkan atau
tidak. Jika usaha yang difasilitasi kredit tidak memilki prosek tentu saja akan
merugikan kedua pihak baik bank dan nasabah.
2.2.3 Dana Pihak Ketiga (DPK)
2.2.3.1. Definisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga)
merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank. Simpanan nasabah
ini biasanya memiliki bagian terbesar dari total kewajiban bank. Dana Pihak
mencapai 80%-90% seluruh dana yang dikelola oleh bank (Dendawijaya, 2005).
Pencarian dana dari sumber ini relatif mudah jika dibandingkan dengan sumber
lainnya dan merupakan sumber dana yang paling dominan.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa giro,
tabungan, dan deposito. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Tabungan adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dan deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan
kredit (Kasmir, 2011:53). Hampir semua bank mengandalkan penghasilan
utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit
merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan
(Dendawijaya,2005).
Dana Pihak Ketiga adalah besarnya dana masyarakat yang dihimpun oleh
bank umum dalam bentuk giro,deposito dan tabungan. Dimana pihak-pihak yang
Pihak ke I yaitu : Sumber dana sendiri
Berupa modal disetor, dana dari penjualan saham dibursa efek, akumulasi
ditahan, cadangan-cadangan dan agro saham.
Dana ke II yaitu : Bank Indonesia terdiri dari :
1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berbentuk setoran jaminan, data transfer, surat berharga, pasar uan dan diskonto
Bank Indonesia.
2.2.3.2. Sumber-sumber Dana Bank
Dalam usaha menghimpun dana tersebut, sudah barang tentu bank
mengenal sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai lapisan
masyarakat dengan bentuk yang berbeda-beda pula dalam garis besarnya sumber
dana bagi sebuah bank (Imam, 2010:34) ada tiga yaitu :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
Adalah dana yang berbentuk modal sektor yang berasal dari para pemegang
saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan
kepada pemegang saham.
Adapun dana yang bersumber dari modal sendiri antara lain :
a. Modal Disetor, maksudnya adalah uang disetor secara efektif oleh pemegang
saham pada saat bank didirikan.
b. Laba Ditahan, merupakan laba milik para pemegang saham yang diputuskan
sebagai deviden, tapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional
bank.
c. Cadangan-cadangan, maksudnya adalah sebagian laba bank yang disisihkan
dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk
menutup timbulnya resiko dikemudian hari.
d. Agio Saham, merupakan nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh
pemegang saham baru dibndingkan dengan nilai nominal saham.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas.
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank
dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatan
operasinya dari sumber dana ini. Pencarian sumber dana ini relatif paling murah
jika dibandingkan dengan sumber lainnya (Kasmir, 2011:64). Adapun sumber
dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :
a. Giro
Adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah, pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.
b. Deposito
Adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan
c. Tabungan
Adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
3. Dana yang berasal dari lembaga keuangan lainnya.
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencairan sumber dana. Penarikan sumber dan ini relatif lebih
mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh
dari sumber ini akan digunakan untuk membiayai atau membayar
transaksi-transaksi tertentu.
Perolehan dana dari sumber ini antara lain :
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan oleh
Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.
Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.
b. Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada
bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring, pinjaman ini
bersifat jangka pendek dengan bunga relatif tinggi.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh
perbankan dari pihak lur negeri (Kasmir, 2011:65).
2.2.4 Suku Bunga SBI
2.2.4.1 Pengertian Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3
(2005:220), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk
dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang
berjangka waktu dan diperjualbelikan dengan sistem diskonto.
Sedangkan Tingkat Suku Bunga SBI adalah nilai yang harus dibayar oleh
Bank Indonesia kepada investor atas surat berharga jangka pendek yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia (www.bi.go.id). Dalam hal ini Bank Indonesia
menggunakan mekanisme BI rate (suku bunga Bank Indonesia), yaitu Bank
Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan Bank Indonesia
untuk pelelangan pada masa periode tertentu.
SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup
kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar. Suku bunga SBI yang terlalu
tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI ketimbang
menyalurkan kredit (Sugema, 2010:81).
2.2.4.2 Tujuan Sertifikat Bank Indonesia
Bank Indonesia menjual SBI dengan tujuan antara lain untuk memperkecil
jumlah uang beredar dan sekaligus menjaga deflasi serta membuat inflasi tidak
terjadi secara terus menerus. Sesuai dengan konsep tersebut maka SBI mempunyai
jangka waktu maksimum dan saat ini yang diperdagangkan adalah SBI berjangka
waktu satu bulan dan tiga bulan.
Tujuan penerbitan SBI sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia
berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut,
oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
Sebaliknya, bila menambah uang beredar maka Bank Indonesia membeli
surat-surat berharga di pasar uang. Melalui penggunaan SBI, Bank Indonesia secara
tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara
mengumumkan stop out rate (SOR). Stop out rate merupakan tingkat suku bunga
yang diterima oleh Bank Indonesia atas penawaran tingkat bunga dari peserta
pada lelang harian maupun mingguan (Sugema, 2010:94).
2.2.4.3 Mekanisme Sertifikat Bank Indonesia
Dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Indonesi adalah peraturan Bank
Indonesia No. 4/10/PBI/2002 tanggal 18 November 2002 tentang Sertifikat Bank
Indonesia. Penjualan Sertifikat Bank Indonesia diprioritaskan kepada lembaga
perbankan. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan masyarakat baik
perorangan maupun perusahaan untuk dapat memiliki Sertifikat Bank Indonesia.
Pembelian Sertifikat Bank Indonesia oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara
langsung dengan Bank Indonesia melainkan harus melalui bank umum serta
pialang pasar uang dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Dilihat dari nilai nominalnya Sertifikat Bank Indonesia yang terendah
Rp.50.000.000,- sampai dengan yang tertinggi Rp.100.000.000.000,-. Pembelian
Sertifikat Bank Indonesia oleh masyarakat minimal Rp.100.000.000,- dan
selebihnya dengan kelipatan Rp.50.000.000,-. Pembelian Sertifikat Bank
Indonesia memperoleh hasil diskonto yang besarnya adalah nilai nominal
dikurangi dengan nilai tunai. Penjualan Sertifikat Bank Indonesia dilakukan
setiap hari selasa. Lelang Sertifikat Bank Indonesia diadakan setiap hari rabu dan
peserta mengajukan penawaran jumlah Sertifikat Bank Indonesia yang ingin dibeli
serta tingkat diskontonya.
Tingkat diskonto Sertifikat Bank Indonesia tidak ditentukan oleh Bank
Indonesia melainkan oleh peserta lelang itu sendiri. Semakin rendah tingkat
diskonto yang ditawarkan oleh peserta, maka semakin besar kemungkinan peserta
tersebut memenangkan lelang. Pihak pembeli Sertifikat Bank Indonesia
memperoleh Bilyet Deposit Simpanan (BDS) sebagai bukti atas penyimpanan
fisik warkat Sertifikat Bank Indonesia pada Bank Indonesia tanpa dipungut biaya
penyimpanan (Sugema, 2010:85)
2.2.4.4 Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat
Bank Indonesia pasal 3 ayat 1, Sertifikat Bank Indonesia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a) Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00
b) Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal
penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo.
c) Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan system diskonto.
d) Diterbitkan tanpa warkat (scripless). Artinya Sertifikat Bank Indonesia yang
diterbitkan tanpa adanya fisik Sertifikat Bank Indonesia itu sendiri dan bukti
2.2.5 Nilai Tukar (Kur s)
2.2.5.1 Definisi Nilai Tukar (Kur s)
Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah
perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat
kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau
wilayah (Krugman, 2005:56).
2.2.5.2 J enis-jenis Nilai Tukar
Menurut Krugman (2005:59), terdapat dua jenis nilai tukar yang
mempengaruhi transaksi bisnis yaitu:
a) Nilai tukar nominal (nominal exchange rate), adalah nilai yang digunakan
seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain.
Perubahan pada nilai tukar nominal akan menyebabkan perubahan harga, namun
perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap posisi persaingan relatif antar
perusahaan domestik dengan pesaing luar negeri dan tidak ada pengaruh terhadap
aliran kas perusahaan yang bersangkutan.
b) Nilai tukar riil (real exchange rate), adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara
lain. Perubahan pada nilai tukar riil akan menyebabkan perubahan harga relatif
(yaitu perubahan perbandingan antara harga barang domestik dengan harga barang
luar negeri). Dengan demikian, perubahan tersebut mempengaruhi daya saing
barang domestik dan pada akhirnya berpengaruh pada aliran kas perusahaan yang
2.2.5.3 Sistem nilai tukar
Sistem nilai tukar mata uang bebas-apung merupakan nilai tukar yang dibolehkan
untuk berbeda terhadap yang lain dan mata uang ditentukan berdasarkan
kekuatan-kekuatan pasar atas dari penawaran dan permintaan, nilai tukar mata
uang akan cenderung berubah hampir selalu seperti yang akan dikutip pada papan
pasar keuangan, terutama oleh bank-bank di seluruh dunia sedangkan dalam
penggunaan sistem pasak nilai tukar mata uang atau merupakan nilai tukar tetap
dengan ketentuan berlakunya devaluasi dari nilai mata uang berdasarkan sistem
Bretton Woods. melemahnya nilai tukar umumnya diikuti dengan kenaikan
tingkat suku bunga untuk menahan laju penurunan nilai tersebut, dan kenaikan
suku bunga meningkatkan komponen biaya bagi para debitur (Kuncoro, 2002).
Menurut Kuncoro (2002:24), ada beberapa sistem nilai tukar (kurs) mata uang
yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
a) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan
oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter.
Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
(1) Mengambang bebas (murni), dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut cleanfloating exchange rate,
di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena
otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau
(2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange
rate), dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan
kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa
biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau
menjual valas untuk mempengaruhipergerakan kurs.
b) Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara
mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau
sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner
dagang yang utama. Menambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang
tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
c) Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu
negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik
dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian
kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat.
d) Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Keuntungan dari sistem
ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata
uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan
dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai
perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut.
e) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara
dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas
pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam
batas yang sangat sempit.
2.2.5.4 Ketidakstabilan nilai tukar
Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dapat dilihat dari
banyaknya import yang dilakukan Indonesia dari waktu ke waktu yang berdampak
pada kenaikan harga barang dan jasa sehingga menyebabkan investasi menurun
(Imam, 2010:64)
2.2.6 Inflasi
2.2.6.1 Definisi Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus.
Sedangkan deflasi yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya
beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-baran menjadi
langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak
karena semakinberkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara
umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riel tingkat
pendapatan menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5% sementara pendapatan tetap, maka secara riel
pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang relative menurunkan daya beli
masyarakat sebesar 5% juga (Boediono, 2001).
2.2.6.2 J enis inflasi
1. Berdasarkan sifatnya
a. Inflasi merayap rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10%.
b. Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara
10-30% pertahun.
c. Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100%
pertahun.
d. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%).
2. Berdasarkan sebabnya
e. Demand Pull Inflation, Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment). Akibatnya adalah sesuai
dengan hukum permintaan, bila hal ini berlangsung secara terus menerus maka
akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan
penambahan tenaga kerja baru.
f. Cost Push Inflation, Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena
naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapt terjadi karena tidak
efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industry, adanya tuntutan kenaikan
upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi