• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII MTS AMALIYAH TANJUNG TIGA TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII MTS AMALIYAH TANJUNG TIGA TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN

KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

Neni Maryuni NIM. 409411031

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan konvensional pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini

(4)

v

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Marsan dan Ibunda Parinem yang terus memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Sutarman, Marianto, Sri Cahyati dan Didi Gunawan yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik penulis (Siti Khadijah, Nurhasanah, Laila Sitta, Nafitri Handayani, Oki Oktaviani, Sri Ayuni dan Ona Putri Oktavera), kawan-kawan seperjuangan (Tiwi,

Imam, Bibi, Icong, Vira, Suri, Rika, Winda, Novi, Chadijah, Amri) serta teman-teman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Nia, Fitri, Eva dan teman – teman PPLT di SMA Negeri 1 Gebang dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

iii

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN

KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Neni Maryuni (NIM. 409411031)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional pada materi prisma dan limas kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012//2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan menggunakan pre-test and post-test group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-A sebagai kelas kontrol dengan masing-masing jumlah sampel 37 siswa.

Instrumen yang digunakan adalah tes (pretest dan postest). Hasil uji reliabilitas diperoleh rhitung pretest = 0,873 dan rhitung postest = 0,903; dengan rtabel = 0,316 diperoleh pretest dan postest secara keseluruhan reliabel. Uji validitas pada 25 item soal dengan rtabel=0,316 diperoleh pada pretest terdapat 20 item valid dan pada postest terdapat 21 item valid. Dari hasil uji coba, diambil 20 soal pretest dan 20 soal postest untuk digunakan pada penelitian.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen 1 adalah 82,6 dan pada kelas eksperimen 2 adalah 74,7. Dari perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen 1 diperoleh Lhitung< Ltabel (0.0825 < 0.1457) dan data pretest kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel (0.0769 < 0.1457) sedangkan pada postest kelas eksperimen 1 diperoleh Lhitung< Ltabel (0.1271 < 0.1457) dan kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel (0.1376 < 0.1457) sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung = 1,21 dan Ftabel = 1,74 sedangkan pada postest diperoleh Fhitung = 1,40 dan Ftabel = 1,74 maka Fhitung< Ftabel sehingga dapat disimpulkan kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Diagram xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Pengertian Belajar 10

2.1.2 Hasil Belajar 11

2.1.3 Tes Hasil Belajar 13

2.1.4 Pembelajaran Matematika 16

2.1.5 Model Pembelajaran 18

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif 21

2.1.7 Pembelajaran Koopratif tipe Think Pair Share (TPS) 27

2.1.8 Pembelajaran Konvensional 29

(7)

vii

2.2 Materi Prisma dan Limas 33

2.3 Teori Belajar yang Mendukung 37

2.4 Penelitian yang Relevan 39

2.5 Kerangka Konseptual 40

2.6 Hipotesis 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 43

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 43

3.2.1 Populasi Penelitian 43

3.2.2 Sampel Penelitian 43

3.3 Variabel Penelitian 43

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 44

3.5 Prosedur Penelitian 44

3.6 Instrumen Pengumpul Data 47

3.6.1 Tes 47

3.6.1.1 Validitas Tes 47

3.6.1.2 Reabilitas Tes 48

3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes 50

3.6.1.4 Daya Pembeda Tes 51

3.7 Teknik Analisis Data 53

3.7.1 Menghitung Rata-rata Skor 53

3.7.2 Menghitung Standard Deviasi 53

3.7.3 Uji Normalitas 54

3.7.4 Uji Homogenitas 54

3.7.5 Uji Hipotesis 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data dan Hasil Penelitian 57

4.1.1 Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 57

4.1.2 Nilai Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 58

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 61

(8)

viii

4.2.2 Uji Homogenitas 62

4.2.3 Pengujian Hipotesis 62

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 63

4.4 Diskusi Penelitian 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 68

(9)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Analisis Kesulitan Siswa 3

Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional 22

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 25

Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogik kelas TPS dan kelas Konvensional 32

Tabel 3.1 Desain Penelitian 44

Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran Validitas Tes 48

Tabel 3.3 Kriteria Pengukuran Reabilitas Tes 49

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 50

Tabel 3.5 Daya Pembeda (Ross dan Stenley) 51

Tabel 4.1 Data Pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 57

Tabel 4.2 Data Postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 59

Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest 60

Tabel 4.4 Perhitungan data-data hasil penelitian pretest dan postest 62

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

(11)

xi

DAFTAR DIAGRAM

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 1) 71

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2) 76

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 2) 81

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2) 86

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa I 92

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa II 95

Lampiran 7 Jawaban Lembar Kerja Siswa I 97

Lampiran 8 Jawaban Lembar Kerja Siswa II 100

Lampiran 9 Soal Pretest 103

Lampiran 10 Soal Postest 108

Lampiran 11 Jawaban Pretest 113

Lampiran 12 Jawaban Postest 114

Lampiran 13 Tabel Persiapan Menghitung Validitas Pretest dan Postest 115

Lampiran 14 Perhitungan Validitas Soal 119

Lampiran 15 Tabel Persiapan Menghitung Reabilitas Pretest dan Postest 123

Lampiran 16 Perhitungan Reabilitas Soal 127

Lampiran 17 Tabel Persiapan Menghitung TK Pretest dan Postest 129

Lampiran 18 Perhitungan TK Soal 133

Lampiran 19 Tabel Persiapan Menghitung DB Pretest dan Postest 135

Lampiran 20 Perhitungan DB Soal 137

Lampiran 21 Tabulasi Data Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 139

Lampiran 22 Tabulasi Data Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 143

Lampiran 23 Hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 daneksperimen 2 147

Lampiran 24 Perhitungan rata-rata, varians dan standard deviasi 149

Lampiran 25 Prosedur Perhitungan Uji Normalitas 153

Lampiran 26 Prosedur Perhitungan Uji Homogenitas 157

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2002 (UU Sisdiknas, 2005), menyebutkan tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran

yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, sehingga matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai ke Perguruan Tinggi. Begitu banyak alasan yang menjadikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang harus ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cockrof (dalam Abdurrahman, 2009:253):

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Namun pada kenyataanya fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika masih sangat memprihatinkan. Seperti yang dikatakan oleh Mayasari dalam (http:/www.depdiknas. go.id) :

“Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada tahun 2007 melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa usia 13-15

(14)

2

(SMP kelas VIII) di Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking ke 36 dari 48 negara. Pada TIMSS 2007 kompetensi siswa yang diamati yaitu pengetahuan, penerapan, dan penalaran, sedangkan materinya mencakup pokok bahasan bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Menurut analisis TIMSS 2007 rata-rata skor matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti masih berada di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional, untuk kemampuan pengetahuan berada pada ranking ke 38, penerapan pada ranking ke 35, dan penalaran pada ranking ke 36 dari 48 negara.

Berdasarkan analisis TIMSS di atas terlihat bahwa pembelajaran

matematika di Indonesia belum memuaskan dan masih cukup rendah. Pembelajaran

matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa ‘Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan’.

Anggapan tersebut juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di MTs Amaliyah Tanjung Tiga pada tanggal 31 Januari 2013. Observasi di mulai dengan sesi wawancara terhadap siswa kelas IX MTs Amaliyah Tanjung Tiga. Dari 35 siswa yang ada, hanya 5 orang yang menyatakan suka terhadap mata pelajaran matematika. Selebihnya, siswa tidak menyukai matematika dengan alasan yang beragam, mulai dari materi yang susah dipahami, membosankan, ribet, menyebalkan, susah konsentrasi ketika belajar matematika, sampai tidak

mengerti cara dan proses mengerjakannya.

(15)

3

sehari-hari. Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai kesalahan yang sama dengan banyak teman lainnya.

HASIL ANALISIS KESALAHAN

Siswa telah mampu

menyebutkan nama bangun ruang namun siswa tidak mampu untuk menentukan bidang alas, bidang atas dan sisi-sisi tegaknya.

Sama seperti di atas, siswa telah mampu menyebutkan nama bangun ruang namun siswa tidak mampu untuk menentukan sisi alas, sisi tegak, rusuk alas, rusuk tegak dan sudut.

Tidak paham bagian-bagian yang diketahui dalam soal sehingga siswa salah dalam pengaplikasiannya kedalam rumus padahal rumus dari luas permukaan prisma sudah mereka ketahui.

(16)

4

Tidak ada satupun siswa yang menjawab pertanyaan nomor 5 mengenai soal penerapan prisma dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 1.1. Analisis Kesulitan Siswa

Dari hasil observasi tersebut jelas tergambar bagaimana lemahnya pemahaman siswa terhadap matematika, khususnya pada materi prisma dan limas. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan proses pembelajaran matematika.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa tentu dipengaruhi banyak faktor.

Namun secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah bahan ajar, strategi

dan model pembelajaran, media pendidikan serta situasi lingkungan. Berdasarkan

faktor eksternal tersebut penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Nurhayati

(http:/www.depdiknas.go.id) :

“Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru”.

Selanjutnya, Ruseffendi (dalam Ansari, 2009:2) mengemukakan bahwa: “Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena: (1) Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (2) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (3) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan”.

(17)

5

Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, ibu Sri Kusmini S.Pd mengatakan : “Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal kemudian siswa saya suruh mengerjakan latihan”.

Dari kutipan-kutipan di atas, diperoleh gambaran bahwa kegiatan pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented, artinya kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas.

Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif

dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat menumbuhkan respon positif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Oleh karena itu kreatifitas seorang guru dalam mengajar matematika menjadi faktor yang sangat berpengaruh agar matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatifitas bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan model yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi matematika itu sendiri.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Slavin (dalam

Wina Sanjaya, 2006:242) mengatakan:

(18)

6

akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar”.

Selanjutnya Arends (dalam Ansari, 2009:62) juga mengungkapkan bahwa: “pembelajaran kooperatif merupakan struktur pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan daya pikir siswa dan relatif mudah diterapkan di kelas”.

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Model kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan memberi siswa waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lainnya. Trianto (2009:81) mengemukakan bahwa: “TPS (Think-Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah,berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi

kelompok dan presentasi. Model ini mempunyai keistimewaan yaitu peserta didik

selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa mengembangkan

kemampuan berkelompoknya. Karena dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS)

ini siswa tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri tetapi juga terhadap

kelompoknya. Sehingga siswa aktif membantu dan mendorong semangat belajar

untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok.

Salah satu materi pelajaran dalam matematika adalah prisma dan limas.

(19)

7

Januari 2013 kepada salah satu guru bidang studi matematika di MTs Amaliyah Tanjung Tiga, Sri Kusmini S.Pd mengatakan bahwa:

“Prisma dan Limas merupakan materi yang di anggap sulit dipahami oleh siswa di MTs Amaliyah Tanjung Tiga karena kurang pahamnya siswa tentang materi bangun datar segitiga dan segiempat, hal tersebut terjadi karena siswa kurang memahami materi prasarat. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal prisma dan limas adalah 45.”

Hal tersebut tergambar dari hasil tes siswa ketika dilakukan observasi hanya dapat mengerjakan rata-rata 2 soal dengan benar dari 5 soal yang diberikan

peneliti. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu murid MTs Amaliyah Tanjung Tiga, Sugianto mengatakan:

“Pelajaran Prisma dan Limas sangat membosankan dan membingungkan karena banyaknya hafalan mengenai unsur-unsur dari prisma dan limas kemudian banyak kesalahan dalam menghitung luas permukaan dan volume dari prisma dan limas, sehingga ujian terasa sangat berat dan nilai matematika pun menjadi rendah.”

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti materi prisma dan limas. Dengan demikian peneliti ingin mencari tahu bagaimana hasil belajar matematika siswa dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dan Konvensional pada materi prisma dan limas.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil

belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dan

Konvensional sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Pembelajaran

Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Konvensional Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

(20)

8

3. Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional dan didominasi oleh guru.

4. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk mengaktifan siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada hasil

pembelajaran matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Konvensional pada Materi Prisma dan Limas di kelas VIII MTs Swasta Amaliyah Tanjung Tiga T.A 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan

Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS?

2. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan

Limas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional?

3. Apakah hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar dengan

menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi

Prisma dan Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS. 2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi

(21)

9

3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika khususnya pada materi prisma dan limas.

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika siswa.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model

pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar disekolah dimasa yang akan datang.

4. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.

1.7 Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul Perbedaan Hasil Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Konvensional Pada Materi Prisma Dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013

1. Hasil pembelajaran adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang ditempuh melalui usaha belajar secara permanen.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah suatu pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh

(22)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2002), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Adinawan, M. C. dan Sugijono, (2010), Matematika untuk SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Anchoto, (2009), Defenisi Karakteristik Matematika, http://aanchoto.sman.1 ampekangkek.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh.

Arikunto,S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Armanto, Dian, (2009), Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan, http://p4mriunimed.wordpress.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Erlangga, (2006), Artikel Pendidikan, http://www.erlangga.co.id. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Mayasari S., (2009), Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif, http://www.depdiknas.go.id. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Nickson, (2011), Pengertian Pembelajaran Matematika http://veynisaicha. blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013.

Purwanto, (2008), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.

Riyanto, Y., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta.

Sanjaya, Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, kencana, Jakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Soeriatmaja, (2006), Kegunaan Matematika, http://www.agmi.or.id. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Sudjana., (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung

Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, P.T. Remaja

(23)

70

Sudrajat, Akhmad., (2007), Peranan Matematika dalam Bidang Industri, http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses Tanggal 07 Januari 2013

Sugiyono., (2007), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Suprijono, Agus., (2009), Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Suyatno., (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo.

TIM MKPBM, (2011), Pengertian Pembelajaran Matematika, http://veynisaicha.blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013

(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2.1   Kedudukan Model Pembelajaran
Tabel 1.1. Analisis Kesulitan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

• Database management systems (DBMS) menyediakan metode untuk representasi data secara digital, prosedur untuk desain sistem dan menangani data besar, terutama pengaksesan

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder akan diperoleh dari tegalkota.bps.go.id dan Disperindag atau

pandangan yang sama mengenai smartphone, yaitu sebagai media. komunikasi, pencari informasi, hiburan, dan untuk eksistensi diri

Objektivitas dari artikel ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja sistem refrigerasi siklus tunggal dan ganda yang dapat dimanfaatkan energinya pada bagian panas buang

digunakan untuk menyusun rencana zonasi yaitu kawasan konservasi dan kawasan pemanfaatan umum. Kriteria pemanfaatan ruang untuk konservasi mangrove disajikan pada

Hipotesis diuji menggunakan Anava (Analisis variansi). Dari hasil analisis dapat disimpulkan: 1) ada pengaruh metode siklus belajar 5E dan inkuiri terbimbing terhadap

Obyek penelitian ini adalah unsur-unsur stilistika yang berupa aspek citraan dan majas yang ada dalam lirik lagu album Best of The Best karya Ebiet G.Ade.. Data dan

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum