12
PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER
DENGAN MODEL KONVENSIONAL DI SMA NEGERI 7 PALU
Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana [email protected]
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer dengan model konvensional di SMA Negeri 7 Palu. Jenis penelitian ini merupakan eksperimen kuasi dengan desain equivalent pretest-posttest.
Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 7 Palu. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling dengan sampel penelitian adalah kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 5 sebagai kelompok kontrol. Instrumen hasil belajar fisika berupa tes piihan ganda yang telah divalidasi melalui validitas ahli dan validitas konstruksi. Tes hasil belajar fisika yang diperoleh menunjukkan bahwa skor rata-rata kelompok eksperimen 12,19 lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 10,29. Uji hipotesis uji t (dua pihak), diperoleh thitung = 2,26 dan ttabel(0.975)(25) =2,02 pada taraf nyata α = 0,05. Ini berarti bahwa nilai thitung berada di luar daerah penerimaan Ho. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar fisika siswa antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer dengan model konvensional.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Discovery, Simulasi Komputer, Hasil Belajar Fisika I. PENDAHULUAN
Pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal yang menjadikan siswa tidak mengetahui konsep yang mereka pelajari dalam proses belajar mengajar. Selain itu kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, yang selanjutnya akan membentuk siswa menjadi obyek dan pendengar setia di dalam kelas yang mengakibatkan siswa tidak mampu mengembangkan potensi, bakat serta kemampuannya dalam diri mereka. Kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar bagi guru dalam menjalankan proses belajar mengajar. Sehingga menjadikan siswa jenuh dan tidak adanya motivasi dalam belajar di kelas. Proses belajar mengajar inilah yang berlangsung terus menerus dalam sistem pembelajaran yang pada akhirnya menjadikan hasil belajar siswa terus menurun.
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains dan
teknologi. Sampai saat ini setiap belajar fisika, dalam benak siswa pasti yang akan dipelajari adalah rumus-rumus rumit serta hitungan sulit yang dapat memusingkan kepala. Hal ini sering menjadi penyebab yang selalu menghantui setiap siswa pada pelajaran fisika. Akhirnya itu berdampak besar bagi hasil belajar siswa.
Dampak dari permasalahan-permasalahan tersebut terjadi pada hampir semua materi fisika, salah satunya pada materi Elastisitas.
Pada materi ini pembelajaran terkadang bersifat teoritis dan praktek, artinya pembelajaran tidak hanya disampaikan secara teori tetapi perlu juga dilakukan praktek, karena teori tanpa praktek, pembelajaran akan terasa kurang bermakna, sebaliknya pula praktek tanpa teori, pembelajaran tidak akan berlangsung.
Perkembangan zaman dan teknologi juga
memberikan kemudahan-kemudahan dalam
mempelajari berbagai macam hal. Jika biasanya
siswa melakukan praktikum dengan
menggunakan peralatan secara langsung,
sekarang sudah banyak simulasi komputer yang
bisa digunakan untuk mempermudah para
siswa mempelajari tentang elastisitas. Ini
13 sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu pembelajaran berbantuan simulasi komputer ini dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa pada materi tentang rangkaian arus listrik
[1]dan dengan menggunakan model discovery dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa
[2].
Model pembelajaran yang sering digunakan di sekolah-sekolah yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga disini penelitian akan menggunakan model pembelajaran penemuan sebagai metode yang akan diterapkan. Model penemuan (discovery) adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku
[3]. Karena pada model discovery menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep atau prinsip, sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan model discoverysebagai berikut:
[4]1. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.
2. Menetapkan jawaban sementara atau hipotesis.
3. Siswa mencari data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis.
4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
5. Mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru, Yaitu setelah penarikan kesimpulan siswa dapat mencari contoh-contoh nyata yang berhubungan dengan prinsip atau konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
II. METODE PENELITIAN
Desain atau rancangan pada penelitian ini menggunakan “Non ekivalen pretest-posttest design” atau rancangan pretest-posttest yang tidak ekuivalen. Bentuk desainnya disajikan pada Tabel 1
[5]Tabel 1. Desain Penelitian
Group Tes Perlakuan Tes Awal Akhir
Kelas O
1X
O
1Eksperimen
Kelas Kontrol O
1-
O
1Keterangan :
O1 : Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
X : Perlakuan untuk kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 7 Palu Tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas.
Berdasarkan karakteristik populasi maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Random dapat dilakukan terutama dalam memilih kelas pada setiap kategori yang diinginkan. Random tidak dilakukan terhadap individu dalam kelas tetapi untuk memilih kelas
[6].Dua kelas yang dijadikan tempat penelitian ini adalah kelas yang diajar oleh guru yang sama, yaitu kelas XI IPA2 diberikan model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer (kelas eksperimen) dan kelas XI IPA4 menggunakan model konvensional (kelas kontrol).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara memberikan tes hasil belajar yang terkait dengan materi elastisitas.
Tes ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 item. Proses analisis tes dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama validitas ahli yang ditekankan pada validitas isi dan validitas konstruksi.
III. HASIL dan PEMBAHASAN Pretest (tes awal) digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Data pretest terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing- masing berjumlah 26 siswa. Skor rata- rata kelas eksperimen sebesar 6,69 dengan standar deviasi sebesar 2,65. Sedangkan untuk kelas kontrol, skor rata-ratanya sebesar 6,37 dan standar deviasi sebesar 2,78. Selanjutnya pada posttest, skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 12,19 dengan standar deviasi 3,12 dan untuk kelas kontrol skor rata-ratanya sebesar 10,29 dengan standar deviasi sebesar 2,91.
Adapun data hasil penelitian di atas, disajikan pada Tabel 2 :
Tabel 2 Deskripsi skor tes hasil belajar fisika siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
14 Kemudian berdasarkan uji normalitas. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Chi-kuadrat dengan kriteria penerimaan χ
2Hitung< χ
2tabel, taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = k-3. Berdasarkan hasil perhitungan pretest nilai
2hitunguntuk kelas eksperimen adalah sebesar 3,34 dan untuk kelas kontrol sebesar 3,24 dengan
2tabelsebesar 7,81. Sedangkan hasil perhitungan posttest nilai
2hitunguntuk kelas eksperimen adalah sebesar 4,07 dan kelas kontrol sebesar 4,31 dengan
2tabelsebesar 7,81.
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik F dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan untuk pretest nilai varians kelas eksperimen sebesar 7,84 serta kelas kontrol sebesar 9,94. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai F
hitungsebesar 1,27 sedangkan nilai F
tabelsebesar 1,98. Sedangkan, untuk posttest nilai varians kelas eksperimen sebesar 10,02 serta kelas kontrol sebesar 8,43.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai F
hitungsebesar 1,19 sedangkan nilai F
tabelsebesar 1,98.
Setelah terpenuhinya uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji beda rata-rata (dua pihak) atau uji t. dimana H
oditerima jika – t
(1-1/2 )< t < t
(1-1/2)
, diketahui data dari pretest yaitu -2,02 < 0,39 < 2,02. Hal ini berarti, nilai t
hitungberada pada daerah penerimaan H
o. Dengan kata lain, bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model discovery berbantuan simulasi komputer dengan kelas yang mendapatkan pembelajaaran menggunakan model konvensional. Sedangkan untuk data dari posttest yaitu t
hitung≥ t
tabelatau 2,26 ≥ 2,02. Dengan demikian H
0ditolak dan H
1diterima, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer dengan model konvensional.
Diperolehnya hasil tersebut dimungkinkan karena dalam pembelajaran menggunakan model discovery berbantuan simulasi komputer, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan secara kreatif berusaha menemukan permasalahan yang diajukan, saling berinteraksi dengan teman maupun guru, saling bertukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang dan menyadari banyak hal atau kejadian yang dapat mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep fisika yang mereka pelajari. Salah satu contoh pada materi elastisitas dimana ketika siswa ditanyakan mengenai apa yang terjadi ketika beban digantungkan pada sebuah pegas ?, siswa hanya mengetahui bahwa ketika pegas ditarik benda akan mengalami pertambahan panjang.
Setelah melihat simulasi yang ditampilkan dan melakukan tanya jawab pemahaman siswa mengalami peningkatan. Mereka memperoleh pengetahuan baru dan memahami bahwa besarnya pertambahan panjang pegas sebanding dengan besarnya gaya yang diberikan saat menarik pegas. Kondisi belajar yang mulanya bersifat pasif dan didominasi oleh siswa tertentu, dapat berubah menjadi aktif dan kreatif dalam bekerja sama dengan kelompoknya dalam melakukan simulasi sehingga semua informasi tidak hanya diperoleh oleh guru. Selain itu, mengubah proses pembelajaran yang awalnya bersifat teacher centered menjadi student centered. Hal ini didukung oleh literatur yang ada, dimana salah satu kelebihan model discovery adalah merubah strategi pengajaran yang bersifat penyajian informasi dari guru, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengola sendiri.
Model discovery yang digunakan pada penelitian ini sendiri, mengacu pada beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu perumusan masalah untuk dipecahkan siswa. Perumusan masalah ini dibuat dalam bentuk pertanyaan permasalahan, yang bertujuan untuk menggali pemahaman awal siswa terhadap materi elastisitas dan GHS. Tahap kedua yaitu menetapkan jawaban sementara atau hipotesis.
Pada tahap ini siswa dalam kelompok dituntut
memberikan dan menuliskan jawaban
sementara dari permasalahan yang telah
diberikan, berdasarkan pemahaman mereka
sendiri.
15 Selanjutnya pada tahap ketiga, siswa mencari data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis. Pada tahap ini data dan fakta yang diperlukan diperoleh melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery berbantuan simulasi komputer. Pada tahap keempat, siswa menarik kesimpulan dan generalisasi. Pada tahap ini, siswa mulai berdiskusi dan menggali informasi mengenai temuan mereka. Pada tahap ini pula, siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab sedangkan guru memberikan penjelasan serta meluruskan jawaban siswa yang dianggap masih kurang tepat. Pada tahap terakhir yaitu tahap kelima, siswa mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi yang baru. Pada tahap ini, siswa dihadapkan pada soal-soal yang berkaitan dengan materi yang sudah dijelaskan.
Berbeda dengan kelas kontrol, model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran konvensional sebagai pembanding kelas eksperimen yang menggunakan model discovery berbantuan simulasi komputer, siswa dalam kegiatan pembelajaran konvensional ini lebih banyak berpikir sendiri dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa karena siswa tidak secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran yang seharusnya siswa lebih banyak berperan. Hal ini sesuai dengan ungkapan
[7], bahwa hasil belajar fisika siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model guided discovery lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model direct instruction berbasis keterampilan proses sains.
Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara skor posttest yang diperoleh pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 60,95 untuk kelas eksperimen dan 57,45 untuk kelas kontrol. Sehingga terlihat bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol, namun hasil yang diperoleh tersebut masih saja berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan adanya kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Misalnya, kekurangan pada beberapa simulasi yang digunakan.
Konsep yang ditemukan pada simulasi pertama yaitu bahwa setiap bahan memiliki batas elastistisnya, dimana jika gaya yang bekerja pada benda tersebut melewati batas
elastis, maka benda itu akan sampai pada titik patah (benda akan putus). Simulasi ini juga menuntun siswa untuk menemukan konsep mengenai hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang. Kekurangan dari simulasi ini yaitu tidak memiliki tombol untuk memilih berapa berat beban yang digunakan, panjang tali serta pertambahan panjang tal setelah setiap penambahan beban yang digantungkan.
Gambar 1. Simulasi 1
Simulasi kedua dan ketiga yang digunakan, menuntun siswa untuk menemukan adanya gaya pemulih yang bekerja pada pegas yang menyebabkan pegas tersebut bergerak berbolak-bolak dititik keseimbangannya.
Besarnya gaya pemulih sama dengan besar gaya yang bekerja pada pegas, perbedaan antara keduanya hanya terletak pada arahnya saja.
Gambar 2. Simulasi 2 Gambar 3. Simulasi 3
Simulasi keempat dan kelima, konsep yang
ditemukan siswa yaitu tentang gerak harmonik
sederhana, pada simulasi keempat, panjang tali
yang digunakan dapat dipilih, dan juga dapat
dilihat besarnya perubahan energi potensial dan
energi kinetik ketika bandul melakukan gerak
harmonik, kekurangan dari simulasi keempat ini
yaitu tidak memperlihatkan kurva yang
terbentuk, namun kurva yang dibentuk ketika
bandul melakukan GHS dapat dilihat pada
simulasi kelima.
16
Gambar 4. Simulasi 4 Gambar 5. Simulasi 5
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data uji statistik disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran discovery berbantuan simulasi komputer dengan model konvensional pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Palu. Kriteria penerimaan Ho adalah jika –t
(1 – 0,5α)< t < t
(1 –0,5α).
Berdasarkan daftar tabel distribusi t
diperoleh harga t
tabel=2,02 sedangkan t
hitung= 2,26. Hasil uji hipotesis ini memperlihatkan bahwa harga t
hitungtidak berada di dalam daerah penerimaan Ho atau dengan kata lain H
1diterima pada taraf nyata α = 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung Tarsito.
[2] Maimunah. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Discovery di SDN 16 Taruko Lintan Bou. Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang [3]Supriyatman dan Sukarno 2014. “Improving Science
Process Skills (SPS) Science Concepts Mastery (SCM) Prospective Student Teachers Through Inquiry Learning Instruction Model By Using Interactive Computer Simulation”. International Journal of Scienca Research.
[4]Yupita, I.A. 2013. Penerapan model pembelajaran discovery untuk meningkatkan hasil belajar IPS di Sekolah Dasar. Universitas Negeri Surabaya: diterbitkan [5] Suharsaputra, U. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama [6] Nasution S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar & Mengajar Jakarta: PT Bumi Aksara
[7] Yurahly, D. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Fisika Model Pembelajaran Guided Discovery Dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains. Skripsi pada Fakultas KIP Universitas Tadulako: tidak diterbitkan.