• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN UDANG VANAME YANG DIBERI FEED ADDITIVE BERBASIS MIKROMINERAL MOHAMMAD AL FAIZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KINERJA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN UDANG VANAME YANG DIBERI FEED ADDITIVE BERBASIS MIKROMINERAL MOHAMMAD AL FAIZ"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN UDANG VANAME YANG DIBERI FEED ADDITIVE BERBASIS

MIKROMINERAL

MOHAMMAD AL FAIZ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2021

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kinerja Pertumbuhan dan Kesehatan Udang Vaname yang Diberi Feed Additive Berbasis Mikromineral” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2021 Mohammad Al Faiz C14160081

(4)

ABSTRAK

MOHAMMAD AL FAIZ. Kinerja Pertumbuhan dan Kesehatan Udang Vaname yang Diberi Feed Additive Berbasis Mikromineral. Dibimbing oleh JULIE EKASARI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI

Mineral adalah salah satu mikronutrien yang dibutuhkan makhluk hidup.

Mineral mempunyai fungsi dalam metabolisme terutama sebagai kofaktor enzim.

Terdapat dua jenis mineral, yaitu makromineral dan mikromineral. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi suplementasi feed additive berbasis mikromineral terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang vaname Litopenaeus vannamei.

Penelitian menggunakan tiga perlakuan, yaitu kontrol, FA1, dan FA2. Udang yang dipakai adalah udang berbobot 5,95 ± 0,04 g ditebar dalam bak fiber berdiameter 150 cm dengan ketinggian air 70 cm. Setiap bak ditebar 150 ekor udang dan dipelihara selama 70 hari. Udang diberi pakan dengan metode ad restricted/menentukan feeding rate. Hasil penelitian ini menunjukkan penambahan FA1 dapat meningkatkan nilai SGR pada hari ke-14 dan ke-28, tetapi tidak pada hari ke-42 hingga akhir masa pemeliharaan. Nilai ADG, FCR, PER, dan SR tidak berbeda nyata antar perlakuan hingga akhir masa pemeliharaan. Penambahan FA2 dapat menurunkan nilai THC dan aktivitas fagositosis udang vaname

Kata kunci: kesehatan, mikromineral, pertumbuha, vaname

ABSTRACT

MOHAMMAD AL FAIZ. Evaluation of Micromineral-Based Feed Additive Supplementation on Growth Performance and Health of Vaname Shrimp Litopenaeus vannamei. Supervised by JULIE EKASARI and MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.

Minerals are one of the micronutrients needed by organism. Minerals have a function in metabolism, especially as enzyme cofactors. There are two types of minerals, namely macrominerals and microminerals. This study aims to evaluate micromineral-based feed additive supplementation on the growth and health of vaname shrimp Litopenaeus vannamei. This study used three treatments, namely control, FA1, and FA2. Shrimp used are shrimp weighing 5.95 ± 0.04 g reared in a fiber tub with a diameter of 150 cm and water level of 70 cm. Each tub was stocked with 150 shrimp and kept for 70 days. Shrimp are fed with an ad restricted method/

determined feeding rate. Results of this study indicated that the addition of FA1 could increase the SGR value on the 14th and 28th days, but not on the 42nd day until the end of the maintenance period. ADG, FCR, PER, and SR values were not significantly different between treatments until the end of the rearing period. The addition of FA2 could reduce the THC value and phagocytosis activity of vaname shrimp

Keywords: growth, immune, micromineral, white shrimp

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2021 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

KINERJA PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN UDANG VANAME YANG DIBERI FEED ADDITIVE BERBASIS

MIKROMINERAL

MOHAMMAD AL FAIZ

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2021

(7)

Tim Penguji pada Ujian Skripsi:

1 Dr. Munti Yuhana, S.Pi, M.Si.

2 Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Junior, M.Sc.

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kinerja Pertumbuhan dan Kesehatan Udang Vaname yang Diberi Feed Additive Berbasis Mikromineral

Nama : Mohammad Al Faiz

NIM : C14160081

Disetujui oleh Pembimbing 1:

Dr. Julie Ekasari, S.Pi, M.Sc. __________________

Pembimbing 2:

Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si. __________________

Diketahui oleh

Ketua Departemen:

Prof. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si.

NIP. 19650418 199103 1 003

__________________

Tanggal Ujian:

23 Desember 2020

Tanggal Lulus:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan. Karya ilmiah ini berjudul “Kinerja Pertumbuhan dan Kesehatan Udang Vaname yang Diberi Feed Additive Berbasis Mikromineral”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penulisan karya ilmiah ini, yakni kepada:

1. Orang tua tercinta, Bapak Dani Kholis Purnawan dan Ibu Erni Yulianingrum, serta keluarga yang telah meberikan perhatian, pengertian, do’a, dan dukungan moril maupun materil selama ini,

2. Dr. Julie Ekasari, S.Pi, M.Sc dan Prof. Dr. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala arahan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis,

3. Dosen penguji dan dosen Gugus Kendali Mutu,

4. Prof. Dr. Muhammad Agus Suprayudi selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan,

5. Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA selaku dosen pembimbing akademik, 6. Keluarga besar BDP 53 dan teman dekat yang selalu memberi semangat dan

bantuan kepada penulis,

7. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor, Januari 2021 Mohammad Al Faiz

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR LAMPIRAN x

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

II METODE 3

2.1 Waktu dan Tempat 3

2.2 Rancangan Penelitian 3

2.3 Prosedur Penelitian 3

2.4 Parameter Penelitian 4

2.5 Analisis Data 6

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7

3.1 Hasil 7

3.2 Pembahasan 8

IV SIMPULAN DAN SARAN 11

4.1 Simpulan 11

4.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

RIWAYAT HIDUP 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi proksimat pakan 5

2 Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan 5 3 Kinerja pertumbuhan, kesehatan udang, dan tingkat kelangsungan

hidup udang yang diberi pakan dengan suplementasi feed additive

yang berbeda selama 70 hari 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lampiran 1 Tabel ANOVA parameter uji perlakuan penambahan feed additive berbasis mikromineral pada pakan 15 2 Lampiran 2 Tabel Uji Duncan parameter uji perlakuan penambahan

feed additive berbasis mikromineral pada pakan 16

(13)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopeaneus vannamei) merupakan salah satu komoditas akuakultur yang penting secara ekonomis. Keunggulan budidaya udang ini diantaranya memiliki kebutuhan protein pakan yang relatif tidak terlalu tinggi, toleran terhadap suhu air dan oksigen terlarut yang relatif rendah, dan memiliki pertumbuhan yang relatif cepat (Cholik et al. 2005). Oleh karena itu, udang ini memiliki prospek yang baik secara ekonomi. Menurut Sitorus (2013), di pasar lokal maupun internasional, udang ini memiliki harga dan permintaan yang tinggi.

Namun demikian, produksi budidaya udang ini masih menghadapi kendala utama yaitu pada masalah penyakit.

Peningkatan kesehatan dan ketahanan udang terhadap penyakit dapat dilakukan salah satunya melalui pendekatan nutrisi. Pakan adalah salah satu faktor dalam keberhasilan budidaya. Pakan yang memiliki kualitas yang baik akan mengoptimalkan produksi budidaya. Oleh karena itu, usaha peningkatan produksi udang vaname dapat dilakukan dengan cara pemberian pakan yang mempunyai kualitas baik. Ketersediaan pakan yang tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas, dapat membuat pertumbuhan udang optimal dan akan sejalan dengan meningkatnya produktivitas. Selain itu, kualitas pakan dapat mempengaruhi biaya produksi budidaya.

Salah satu mikronutrien yang dibutuhkan oleh makhluk hidup adalah mineral.

Kebutuhan akan mineral pada organisme akuatik perlu diperhatikan. Mineral memiliki peran dalam metabolisme, terutama sebagai kofaktor enzim (Suprayudi et al. 2013). Salah satu jenis mineral berdasarkan kebutuhannya yaitu mikromineral.

Mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.

Selenium dan zink adalah beberapa micromineral yang diketahui berperan dalam kesehatan berbagai organisme akuakultur.

Selenium baru-baru ini mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam nutrisi hewan. Penelitian mengenai selenium pada ikan juga telah dilakukan walaupun masih dalam jumlah yang terbatas (Gatlin dan Wilson 1983). Selenium adalah trace element essensial yang tubuh butuhkan untuk melakukan fungsi fisiologis (Suprayudi et al. 2013) dan mempunyai peran dalam pertumbuhan dan kesehatan ikan (Han et al. 2011). Menurut Dhingra dan Bansal (2006), selenium adalah komponen dari enzim iodothyronin deiodinase dan glutathione peroxidase.

iodothyronin deiodinase berfungsi untuk mengkatalis reaksi perubahan hormone tiroksin menjadi bentuk aktif triiodinase (Hamzah et al. 2012). Sedangkan zink, menurut Pertiwi (2018), merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam berbagai macam fungsi fisiologi tubuh, yaitu pertumbuhan, perkembambangan sistem reproduksi, dan fungsi imun..

1.2 Rumusan Masalah

Udang vaname yang menjadi salah satu komoditas unggul dalam sektor akuakultur tetap memiliki resiko terserang penyakit yang berakibat kematian.

Peningkatan ketahanan udang vaname terhadap penyakit harus terus dilakukan.

Peningkatan ketahanan udang ini juga dapat berpengaruh terhadap produktivitas budidaya udang. Semakin udang tahan terhadap penyakit maka energi yang

(14)

2

digunakan untuk sistem pertahanan tubuh dapat dialokasikan untuk pertumbuhan udang agar lebih optimal.

Feed additive adalah bahan tambahan yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Mineral memiliki fungsi salah satunya sebagai kofaktor enzim. Perbedaan mikromineral dan makromineral hanya terdapat pada jumlah yang dibutuhkannya saja. Selenium dan zink merupakan mikromineral yang berperan dalam sistem imun tubuh. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian dalam rangka mengevaluasi feed additive berbasis mikromineral (selenium dan zink) terhadap ketahanan terhadap udang vaname ini.

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh penambahan bahan tambahan (feed additive) berbasis mikromineral terhadap kinerja pertumbuhan dan kesehatan udang vaname.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian feed additive yang berbasis mikromineral khususnya selenium dan zink terhadap pertumbuhan dan ketahanan penyakit udang vaname.

(15)

3

II METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2019 – Februari 2020 bertempat di Laboratorium Lapang IFMOS Ancol, Jakarta Utara. Uji analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan dan uji aktivitas fagositosis dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini meggunakan feed additive komersial yang berbeda yang berbasis suplementasi mikromineral. Salah satu feed additive komersial (FA1) mengandung mikromineral organik (zink dan selenium) dan ekstrak ragi (Saccharomyces cerevisiae). Feed additive komersial lainnya (FA2) adalah ragi yang diperkaya dengan selenium organik.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan empat kali ulangan, yaitu:

Kontrol : pakan tanpa feed additive

FA1 : pakan dengan feed additive 1 dengan dosis 1500 mg/kg pakan FA2 : pakan dengan feed additive 2 dengan dosis 600 mg/kg pakan 2.3 Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah bak fiber dengan volume 1 m3. Wadah dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencucian dilakukan menggunakan spons dengan cara menggosok bagian dindingnya. Setelah bersih lalu wadah dibilas dengan air. Kemudian wadah didiamkan semalaman sampai kering.

Setelah itu wadah diisi air laut hingga ketinggian air lebih kurang 70 cm. Aerasi diberikan pada satu titik dibagian tengah di setiap wadahnya. Setelah wadah siap, udang ditebar dengan kepadatan 150 ekor/wadah. Jumlah wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 wadah.

Persiapan Pakan Uji

Pakan yang dipakai adalah pakan yang telah diformulasikan isonitrogenus dan isoenergetik dengan kadar protein 32% dan energi sebesar 3900 kkal GE/kg.

Feed additive yang diuji ditambahkan ke dalam pakan secara langsung bersama dengan bahan pakan lainnya. Komposisi proksimat pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi proksimat pakan

Komposisi Perlakuan

Kontrol FA1 FA2

Air (%) 5,28 5,89 6,00

Abu (%) 8,99 9,99 9,12

(16)

4

Protein (%) 31,95 32,36 30,66

Lemak (%) 6,20 5,81 5,95

Serat Kasar (%) 6,24 5,95 4,18

BETN (%) 40,80 40,00 44,09

1Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) basah= 100 - (air + protein + lemak + abu + serat kasar) dan BETN kering = 100 - (protein + lemak + abu + serat kasar)

Pemeliharaan Udang

Udang yang dipakai dalam penelitian ini adalah udang vaname yang berasal dari unit pembenihan di Labuan, Banten. Udang dipelihara dalam bak fiber berdiameter 1,5 m dengan ketinggian 0,7 m dengan volume air yang dipakai 1 m3. Padat penebaran yang dipakai adalah 150 ekor udang per bak.

Udang yang dipakai mempunyai bobot 5,95 ± 0,04 g. Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari pada pukul 06.00, 11.00, 16.00, dan 21.00 WIB dengan metode pemberian pakan berdasarkan feeding rate, yaitu 4-6% per hari.

Selanjutnya setelah 1 jam pemberian pakan, dilakukan pemeriksaan pakan pada anco. Setiap dua minggu dilakukan sampling bobot udang sebanyak 30 ekor untuk mengetahui pertambahan bobot udang dan penentuan feeding rate.

Pemeliharaan kualitas air dilakukan dengan cara pergantian air setiap dua hari sekali setelah pemeliharaan hari ke-42. Monitoring kualitas air berupa konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO), pH, suhu, dan salinitas diukur setiap hari pada pukul 06.00 WIB. Dilakukan juga pengambilan sampel air setiap bak untuk pengukuran alkalinitas, konsentrasi TAN, nitrit, dan nitrat pada media pemeliharaan udang. Hasil pengukuran kualitas air selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Pada hari ke 45 dilakukan panen parsial sebanyak 30 ekor per bak.

Tabel 2 Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan.

Parameter uji Perlakuan

Pustaka

Kontrol FA1 FA2

Suhu (°C) 26-28.8 26-28.8 26-28.8 28-331)

DO (mg L-1) 2.99-5.87 2.86-5.79 2.75-5.96 >41) Salinitas (mg

L-1) 26-35 26-34 27-34 30-341)

TAN (mg L-1) 0.064-1.659 0.106-1.354 0.072-1.195 <901) NO2 (mg L-1) 0.102-1.393 0.152-1.238 0.041-1.176 <12) NO3 (mg L-1) 0.412-8.021 0.292-8.565 0.388-6.875 <102)

-DO = Dissolved oxygen (oksigen terlarut), TAN = Total Ammonium Nitrogen, NO2 = Nitrit, NO

= Nitrat

-1) SNI, 2) NRS/SBCS (1995)

2.4 Parameter Penelitian

Parameter penelitian yang diamati adalah kinerja pertumbuhan, kesehatan udang, dan tingkat kelangsungan hidup (TKH). Parameter kinerja pertumbuhan terdiri atas laju pertumbuhan harian (LPS), rasio konversi pakan (RKP), pertambahan bobot harian (PBH), dan rasio efisiensi protein (REP). Parameter kesehatan udang meliputi perhitungan total hemosit (THC) dan aktivitas fagositosis (AF).

(17)

5 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Tingkat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑇𝐾𝐻 = 𝑁𝑡

𝑁𝑜 × 100%

Keterangan:

TKH : Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah udang akhir (ekor) No : Jumlah udang awal (ekor)

Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)

Penghitungan laju pertumbuhan spesifik digunakan rumus yang digunakan oleh Hariati et al. (2000), sebagai berikut:

𝐿𝑃𝐻 = ln 𝑊𝑡 − ln 𝑊𝑜

𝑡 × 100%

Keterangan:

LPH : Laju Pertumbuhan Harian (%)

Wt : Bobot rata-rata udang di akhir pemeliharaan (ekor) W0 : Bobot rata-rata udang di awal pemeliharaan (ekor) T : Lama waktu pemeliharaan (hari)

Rasio Konversi Pakan (RKP)

Rasio konversi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan. Rumus mencari RKP sebagai berikut:

𝑅𝐾𝑃 = ∑𝐹

(𝑊𝑡 − 𝑊𝑜) + 𝑊𝑑 Keterangan:

Wt : Biomassa udang akhir (g) Wo : Biomassa udang awal (g)

Wd : Biomassa udang mati selama pemeliharaan (g)

∑ F : Jumlah pakan (g)

Pertambahan Bobot Harian (PBH)

pertambahan bobot harian dapat diketahui menggunakan rumus:

𝐴𝐷𝐺 =𝑊𝑡 − 𝑊𝑜 𝑡 Keterangan:

ADG : Average daily gain atau pertambahan bobot harian (g/hari) Wo : bobot ikan awal (g)

(18)

6

Wt : bobot ikan akhir (g) T : waktu (hari)

Rasio Efisiensi Protein (PER)

Protein efisiensi rasio merupakan koefisien kenaikan gram per gram protein yang dikonsumsi (Zeitoun et al. 1973) dengan rumus:

𝑃𝐸𝑅 = ∆𝑊 𝑃𝑖 Keterangan:

PER : Rasio efisiensi protein

△W : Peningkatan biomassa udang (g)

Pi : Berat pakan yang dikonsumsi x % protein pakan (g) Perhitungan Jumlah Hemosit (THC/Total Haemocyte Count)

Penghitungan jumlah hemosit dilakukan menggunakan haemocytometer dengan rumus (Liu dan Chen 2004) sebagai berikut:

𝑇𝐻𝐶 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎∑𝑆𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 × 1

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟× 𝐹𝑝 × 1000 Aktivitas Fagositosis (AF)

Aktivitas fagositosis dihitung berdasarkan presentase sel-sel yang menunjukkan proses fagositosis (Cheng et al. 2005):

𝐴𝐹 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙 𝑓𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑓𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝐹𝑎𝑔𝑜𝑠𝑖𝑡 × 100%

2.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan SPSS 25.0. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan metode sidik ragam (oneway ANOVA). Selang kepercayaan yang digunakan yaitu 95%.

Selanjutnya perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Duncan.

(19)

7

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penulisan hasil dan pembahasan dapat dipisah sebagai bab Hasil dan bab Pembahasan, atau digabung menjadi bab Hasil dan Pembahasan. Pemisahan atau penggabungan kedua bab ini bergantung pada bidang studi, atau sesuai dengan arahan pembimbing.

3.1 Hasil

Kinerja pertumbuhan dan kesehatan udang vaname yang diberi pakan dengan feed additive yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Laju pertumbuhan udang yang diperlihatkan oleh data ADG dan SGR menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Demikian pula dengan rasio konversi pakan (RKP) dan rasio efisiensi protein (REP), tidak berbeda nyata antar perlakuan (p>0.05). Tingkat kelangsungan hidup udang juga tidak berbeda nyata antar perlakuan. Sementara untuk parameter THC dan AF, perlakuan FA2 menunjukkan nilai terendah (p<0.05) Tabel 3 Kinerja pertumbuhan, kesehatan udang, dan tingkat kelangsungan hidup udang yang diberi pakan dengan suplementasi feed additive yang berbeda selama 70 hari

Parameter uji1 Perlakuan

Kontrol FA1 FA2

Bobot awal (g) 5.95 ± 0.067a 5.92 ± 0.056a 5.99 ± 0.088a Bobot akhir (g) 14.54 ± 1.02a 14.70 ± 0.65a 15.18 ± 1.01a ADG (g/hari) 0.12 ± 0.014a 0.13 ± 0.008a 0.13 ± 0.014a SGR (%/hari) 1.28 ± 0.09a 1.31 ± 0.05a 1.34 ± 0.09a

FCR 2.68 ± 0.28a 2.70 ± 0.16a 2.59 ± 0.22a

PER 0.86 ± 0.08a 0.84 ± 0.06a 0.88 ± 0.09a

THC(x106 sel/ml) 20.13 ± 2.17a 20.94 ± 1.84a 15.59 ± 2.61b

PA (%) 31.83 ± 4.01a 32.17 ± 2.02a 23.67 ± 2.52b

TKH (%) 72.17 ± 5a 82.5 ± 6a 72.67 ± 14a

1Laju partumbuhan spesifik (SGR), rasio konversi pakan (FCR), pertambahan bobot harian (ADG), rasio efisiensi protein (REP), perhitungan total hemosit (THC), aktivitas fagositosis (PA), tingkat kelangsungan hidup (TKH).

2 Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0.05). Nilai yang tertera merupakan rata-rata dan simpangan baku

(20)

8

Gambar 1. Pertambahan bobot udang yang diberi pakan dengan feed additive yang berbeda selama 70 hari masa pemeliharaan

Gambar 1 menunjukkan bahwa bobot udang setiap harinya selalu mengalami peningkatan. Bobot udang perlakuan FA1 memiliki nilai tertinggi pada hari ke-14, 28, dan 56 yaitu berturut-turut nilainya sebesar 8,67; 10,49; dan 14,15 g. Sedangkan pada hari ke-42 dan ke-70 bobot udang perlakuan FA2 memiliki nilai tertinggi dibanding perlakuan lain yaitu berturut-turut sebesar 11,59 dan 15,18 g.

3.2 Pembahasan

Selenium merupakan mikromineral yang berfungsi untuk memelihara kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid mempunyai fungsi untuk meningkatkan metabolisme yang artinya penting untuk pertumbuhan normal (Grag 2007). Hormon tiroksin merupakan salah satu hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid. Konsentrasi tiroksin mempengaruhi produksi insulin. Jika konsentrasi tiroksin meningkat, maka produksi insulin di pankreas meningkat sehingga dapat mempercepat proses metabolisme (Zairin et al. 2005). Insulin berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, tetapi pada ikan peran insulin lebih ke metabolisme protein. FA1 juga mangandung mikromineral lain yaitu zink. Menurut Pertiwi (2018), zink merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan manusia dan hewan dalam berbagai macam fungsi fisiologi salah satunya pertumbuhan. Zink dilaporkan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kecernaan ikan (Setiawati et al. 2007).

Menurut Mccall et al. (2000), lebih dari 300 aktivitas enzim di dalam tubuh memerlukan zink sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang.

Setelah pemeliharaan hari ke-28, yaitu hari ke-42, ke-56, dan ke-70 nilai SGR terlihat tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan perlakuan FA1 dapat mempengaruhi pertumbuhan udang vaname hingga pemeliharaan hari ke-28.

Menurut Suprayudi et al. (2013), pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal salah satunya adalah umur

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

0 14 28 42 56 70

Bobot rata-rata (g)

Hari ke-

kontrol FA1 FA2

(21)

9 ikan. Pertumbuhan yang tidak berbeda nyata antar perlakuan diduga disebabkan karena umur udang yang semakin tua. Umur udang yang dipakai saat awal penelitian ini adalah ± 3 bulan sehingga diduga umur udang yang semakin tua memperlambat pertumbuhan normal.

Protein efficiency ratio (PER) adalah nilai yang menyatakan jumlah bobot ikan yang dihasilkan dari satu unit protein pada pakan (Rachmawati dan Samidjan 2014). Nilai PER pada akhir masa pemeliharaan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Rentang nilai PER yang didapat adalah antara 0,84-0,88. Nilai ini sesuai dengan hasil dari penelitian Rachmawati et al. (2016) didapatkan nilai PER udang windu antara 0,76-1,03. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa feed additive yang ditambahkan tidak dapat meningkatkan penyerapan protein pakan pada udang vaname. Kadar protein pada pakan memengaruhi nilai PER (Rahmawan et al. 2014).

Protein yang terurai dalam pakan akan dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk pertumbuhan karena protein akan mudah untuk dicerna (Rachmawati et al. 2016).

Parameter ADG merupakan rata-rata pertambahan bobot setiap harinya. Nilai ADG antar perlakuan tidak berbeda nyata antar perlakuan yang mengindikasikan bahwa feed additive yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan udang.

FCR merupakan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bobot ikan. Nilai FCR kontrol adalah 2,68 yang artinya 2,68 kg pakan menghasilkan 1 kg bobot udang. Semakin rendah nilai FCR maka akan semakin baik. Nilai FCR berkaitan dengan nilai SGR dan jumlah pakan yang dikonsumsi selama masa pemeliharaan. Menurut Abdillah (2009), nilai SGR dan jumlah pakan yang dikonsumsi yang tidak berbeda nyata akan menghasilkan nilai FCR yang tidak berbeda nyata juga. Metode pemberian pakan pada penelitian ini adalah dengan FR (Feeding rate) sehingga total pakan yang dikonsumsi udang tidak berbeda nyata.

Nilai FCR yang tidak berbeda nyata ini menunjukkan bahwa feed additive yang ditambahkan tidak meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan pada udang. FCR dapat dijadikan parameter untuk menentukan kualitas pakan (Mahyuddin 2008).

Total haemocyte count (THC) pada perlakuan FA2 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan FA1. Nilai THC dari perlakuan kontrol dan FA1 berturut-turut adalah 20,13 dan 20,94 (x106 ml sel-1) yang sesuai dengan nilai yang dilaporkan Chang et al. (1999) bahwa nilai THC udang panaeid mempunyai kisaran 20-40 (x106 ml sel-1). Sementara THC perlakuan FA2 terlihat lebih rendah (15,59 x 106 ml sel-1) daripada perlakuan lain dan di bawah nilai THC udang normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan FA2 memberikan pengaruh buruk terhadap THC udang vaname. Hemosit adalah faktor yang memiliki peran penting dalam pertahanan seluler dan bersifat non spesifik. Ini menunjukkan udang perlakuan FA2 memiliki pertahanan seluler yang lebih buruk dari udang perlakuan kontrol dan FA1. Hal ini diduga karena konsentrasi Se yang mungkin terlalu tinggi. Menurut Hamzah et al. (2012) kelebihan selenium dapat menjadi racun bagi ikan dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan hingga kematian. Aktivitas fagositosis dapat meningkat saat terjadinya infeksi yang menunjukkan bahwa itu merupakan pertahanan tubuh yang bersifat seluler. Jika aktivitas fagositosis sel hemosit meningkat maka dapat diketahui ketahanan tubuh udang meningkat. Fagositosis merupakan pertahanan non spesifik yang dapat melindungi dari serangan pathogen (Fontaine dan Lighter 1974). Aktivitas fagositosis pada perlakuan FA2 lebih rendah nilainya dibandingkan perlakuan kontrol dan FA1 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa bahwa udang dengan

(22)

10

perlakuan FA2 lebih rentan terhadap pathogen dibandingkan udang perlakuan kontrol dan FA1. Nilai dari aktivitas fagositosis pada penelitian ini berbanding lurus dengan nilai THC dimana perlakuan FA2 lebih rendah nilainya dibandingkan perlakuan kontrol dan FA1 (p<0,05). Hasil yang berbanding lurus ini diduga karena aktivitas fagositosis terjadi di dalam hemosit udang sehingga jika THC rendah maka aktivitas fagositosis akan rendah juga.

(23)

11

IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Feed additive yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap FCR, ADG, dan PER pada akhir masa pemeliharaan. FA1 hanya berpengaruh terhadap SGR pada hari ke-14 dan ke-28 tetapi tidak pada akhir masa pemeliharaan. FA2 memberikan hasil THC dan PA yang rendah pada akhir masa pemeliharaan.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kedua feed additive ini dengan dosis perlakuan feed additive yang berbeda-berbeda.

(24)

12

DAFTAR PUSTAKA

Chang CF, Su MS, Chen HY. 1999. A Rapid Method to Quantify Tota Haemocyte Count of Penaeus monodon Using ATP Analysis. Fish Pathology. 34: 211- 121.

Cholik F, Jagatraya AG, Poernomo RP, Fauzi A. 2005. Akuakultur tumpuan masa depan bangsa. Jakarta (ID). 415 hlm.

Dhingra S dan Bansal M. 2006. Hypercholesterolemia and tissue-specific differential mRNA expression of type-1 5’-iodothyronine deiodinase under different selenium status in rats. Biological Research. 39(2): 307-319.

Gatlin III DM dan Wilson RP. 1984. Dietary selenium requirement of fingerling channel catfish. Journal Nutrition. 114: 627-533.

Grag S. 2007. Effect of oral administration of 1-thyroxine (T4) on growth performance, digestibility, and nutrient retention in Channa punctatus (Bloch) and Heteropneustes fossilis (Bloch). Fish Phsysiology and Biochemistry. 33: 347358.

Hamzah M, Suprayudi MA, Utomo NBP, Manalu W. 2012. Pertumbuhan dan daya tahan tubuh juwana kerapu bebek Cromileptes altivelis dan terpapar cekaman lingkungan.

Jurnal Iktiologi Indonesia. 12: 173183.

Han D, Xie S, Liu M, Xiao X, Liu H, Zhu X, Yang Y. 2011. The effects of dietary selenium on growth performances, oxidative stress and tissue selenium concentration of gibel carp Carassius auratus gibelio. Aquaculture Nutrition. 17: 741749.

Pertiwi, R. T. A. 2018. The content of lead, cadmium, cuprum and zinc in anchovy (Stelophorus sp) and white shrimp (Penaeus merguensis) in Kao of North Halmahera. Aquasains. 6 (2): 577-584.

Rachmawati, D., & Samidjan, I. (2014). Penambahan fitase dalam pakan buatan sebagai upaya peningkatan kecernaan, laju pertumbuhan spesifik dan kelulushidupan benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Saintek Perikanan. 10(1): 48-55.

Rahmawan H, Subandiyono, Arini E. 2014. Pengaruh penambahan ekstrak nanas terhadap tingkat pemanfaatan protein pakan dan pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(4): 75-83.

Setiawati M, Azwar NR, Mokoginta I Affandi R. 2007. Kebutuhan Mineral Seng (Zn) untuk Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy, Lac). Jurnal Akuakultur Indonesia. 6 (2): 161-169.

Sitorus SW. 2013. Analisis keberlanjutan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dalam pengembangan kawasan minapolitan di beberapa desa Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara [tesis]. Semarang (ID): Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.

Suprayudi MA, Faisal B, Setiawati M. 2013. Pertumbuhan ikan nila merah yang diberi pakan mengandung selenium organik. Jurnal Akuakultur Indonesia.

12(1): 48–53.

Zairin MJr, Pahlawan RG, Raswin M. 2005. Pengaruh pemberian hormon tiroksin secara oral terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan plati koral Xiphophorus maculatus. Jurnal Akuakultur Indonesia. 4: 3135.

Zeitoun IH, Tack PI, Halver JE, Ullrey DE. 1973. Influence of salinity on protein requirements of rainbow trout (Salmo gairdneri) fingerlings. Journal of the Fisheries Board of Canada. 30(12): 1867-1873.

(25)

13

LAMPIRAN

(26)

14

Lampiran 1 Tabel ANOVA parameter uji perlakuan penambahan feed additive berbasis mikromineral pada pakan

TKH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 271.585 2 135.792 1.542 .266

Within Groups 792.497 9 88.055

Total 1064.082 11

LPS

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .006 2 .003 .477 .635

Within Groups .057 9 .006

Total .063 11

RKP

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .028 2 .014 .280 .762

Within Groups .455 9 .051

Total .484 11

PBH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 2 .000 .780 .487

Within Groups .001 9 .000

Total .001 11

REP

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .000 2 .000 .233 .797

Within Groups .000 9 .000

Total .000 11

THC

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 49.808 2 24.904 5.018 .052

Within Groups 29.778 6 4.963

Total 79.586 8

(27)

15 AF

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.056 2 69.528 7.871 .021

Within Groups 53.000 6 8.833

Total 192.056 8

Lampiran 2 Tabel Uji Duncan parameter uji perlakuan penambahan feed additive berbasis mikromineral pada pakan

TKH

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 a

LPS

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 a

RKP

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 a

PBH

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 a

(28)

16 REP

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 a

THC

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 b

AF

Perlakuan N Pengelompokan

Kontrol 4 a

FA1 4 a

FA2 4 b

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada 6 September 1998 dari pasangan Bapak Dani Kholis Purnawan dan Ibu Erni Yulianingrum. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis merupakan lulusan SDIT Al-Hidayah pada tahun 2010, SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2013, SMA Negeri 6 Bogor tahun 2016 dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SBMPTN pada program studi Teknologi dan Manajemen Perikana Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan penulis berpartisipasi di dalam Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Periode 2017-2018 dan 2018- 2019 sebagai staf, kepanitiaan Aquafest 2018 sebagai staf, kepanitiaan Aquafest 2019 sebagai ketua divisi konsumsi. Penulis juga pernah mengikuti program

“Pengajar inspiratif VII”.

Penulis kemudian melakukan penelitian di Laboratorium Lapangan IFMOS Ancol. Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan strata satu di Institut Pertanian Bogor berjudul “Evaluasi Suplementasi Bahan Tambahan Pakan (Feed Additive) Berbasis Mikromineral Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Kesehatan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei” dibawah bimbingan Dr. Julie Ekasari, S.Pi, M.Sc dan Prof. Dr. Muhammad Agus Suprayudi

Gambar

Tabel 2 Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan.

Referensi

Dokumen terkait

Bebagai latar belakang pemikiran tersebut di atas, maka penting dan perlu untuk dipikirkan suatu upaya memampukan (empowering) kelompok miskin yang ada di dalam lingkungan

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,678, hal ini berarti bahwa variabel independen dalam model (variabel Brand Awareness,

Teknologi merupakan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam mencari ikan, diantaranya yaitu perahu tanpa mesin atau perahu mesin kecil (motorisasi), jaring,

Selain itu juga rentan terjadi kesalahan terhadap tumpang tindih penomoran antara yang terdapat dalam aplikasi https://eregkpp2/ dengan penomoran manual yang ada pada

Dari hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut, terdapat hubungan yang negatif dan

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan perlakuan pemberian pupuk organik cair kulit nenas dengan dosis yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata pada

Tema hasil jangka panjang program Pengabdian ini adalah pelestarian lingkungan dengan budidaya aren sebagai tanaman hutan produksi, peningkatan pendapatan masyarakat

Secara keseluruhan, hasil penggunaan mesin pemecah biji kedelai dengan kulit arinya ini membuat produksi tempe pada mitra lebih efisien dari segi waktu produksi dan beban