• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI

SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE

TESIS

OLEH: MAINISA NIM. 8126175010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI

SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE

TESIS

OLEH: MAINISA NIM. 8126175010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mainisa. Nim 8126175010. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap Kererampilan Generik Sains Siswa Di SMA Negeri 1 Peukan Pidie . Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negei Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui keterampilan generik sains antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. (3) Mengetahui interaksi antara model pembelajarn inkuiri dengan kreativitas terhadap kererampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan desain penelitian two-group-pre-test- dan post-test. Populasi penilitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Peukan Pidie T.A. 2013/2014 sebanyak 5 kelas (152 orang). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-1 dan kelas X-4 yang ambil secara Cluster random sampling. Kelas X-1 diajar dengan model pembelajaran Inkuiri (kelas Eksperimen) dan kelas X-4 diajar dengan pemelajaran konvensional (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupas tes keterampilan generic sains dan tes kreativitas. Data dianalisis menggunakan SPSS 17, hasil penguji hipotesis ANAVA 2 jalur sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Inkuri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. (2) Keterampilan generik sains siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik disbanding dengan siswa yang mempunyaui kreativitas rendah. (3) Ada interaksi antara model pembelajaran Inkuiri denga pempelajaaran konvensional dan kreativtas terhadap keterampilan generik sains siswa. Persem [emomglatam letera,[o;am generik sains untuk kelas eksperimen lebih besar dari pada penigkatan keterampilan generic sains kelas kontrol.

(7)

ABSTRACT

Mainisa, Nim 8126175010. The Effect of the Inquiry Learning Model and Creativity on Student Science Generic Skills at SMA Negeri 1 Peukan Pidie.

Thesis. Medan : Physics Education, Graduate Study Program, State University of Medan, 2014

This research aimed to: (1) find the difference of student achievement of science generic skills using Inquiry learning model and conventional learning, (2) to generic skills achievement of science generic skills between high creativity student with those who had low creativity. (3) to figure the interaction between the creativity and learning model to achievement of science generic skills on optic topic. This research was quasi experiment, using two-group pretest of grade X SMA Negeri 1 Peukan Pidie Learning Year 2013/2014, with total amount of 5 classes (152 students). The samples consist of two class, which are class X-1 and class X-4 were taken by Cluster Random Sampling. Class X-1 was taught using conventional Learning (control class). The data was analyzed using CPSS 17, and hypothesis is tested using two way ANAVA. The research result shows that: (1) the inquiry learning model was better than conventional learning in improving science generic skills of students. (2) the science generic skills of high creativity student is better than those who had the low creativity. (3) the interaction is exist between creativity and learning model related to the improvement of science generic skills of student. The Percentage of student with good achievement of science of generic skills of experiment class was higher than the control class.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran

Allah SWT atas limpahan rahmad dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul:

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS

TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE” dapat diselesaikan. Tesis ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan

Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program

Pascasarjana UNIMED dana para Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris

Program Studi Pendidikan Fisika dan para staf administrasi Program

Pascasarjana yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk

kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. H. Ridwan A.Sani, M.Si. sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Retno

Dwi Suyanti, M.Si. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian

sampai selesainya penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M. sebagai penguji I, Bapak Prof. Dr.

Mara Bangun Harahap, M.S. sebagai penguji II dan Ibu Dr. Mariati P.

Simanjuntak, S.Pd., M.Si.sebagai penguji III, yang telah memberikan saran

dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyususnan tesis

ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberi ilmu

pengetahuan dan menambah wawasan penulis.

5. Bapak Razali, S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie,

Wakil kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie, Ibu Halimatussakdiah

(9)

iv

staf administrasi yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada

penulis melakukan izin penelitian.

6. Ayahanda Drs. H. Zainal Abidin H dan Ibunda Hj. Salbiah, S.Pd tercinta

yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi

serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di

UNIMED.

7. Adinda Muharrir serta sanak keluarga yang selalu memberikan dukungan

dana doa dalam menyelesaikan tesis.

8. Teristimewa Aulianur Akbar yang selalu memberi motivasi dan semangat

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.

9. Rekan seperjuangan angkatan ke-III tahun ajaran 2012 prodi Pendidikan

Fisika yang tidak bisa disebutkan sau persatu yang senantiasa membantu dan

mendukung untuk tetap semangat menyelesaikan studi dan tesis ini.

10. Sahabat-sahabat terdekat yang tidak bisa disebut satu persatu yang senantiasa

membantu dan mendukung untuk tetap semangat kepada penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian

tesis ini, namun penulis menyadarai masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia

pendidikan.

Medan, Mei 2014 Penulis,

Mainisa

(10)

v

2.1.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran inkuiri ... 18

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 23

2.1.4. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inkuiri .... 25

(11)

vi

3.9. Pengujian Peningkatan Keterampilan Generik sains ... 76

3.10. Pengujian Hipotesis ANAVA ... 77

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil penelitian ... 79

4.1.1. Deskrispsi Hasil Penelitian ... 79

(12)

vii

4.1.1.2. Tingkat Kesukaran Test ... 81

4.1.1.3. Daya pembeda Test ... 81

4.2.Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 81

4.2.1.Deskriptif Statistik Hasil Penelitian ... 82

4.2.2.Uji Asumsi ... 83

4.2.2.1. Uji Normalitas Test Keterampilan Generik Sains ... 83

4.2.2.2. Uji Homogenitas ... 83

4.2.2.3. Uji T Pretest ... 85

4.2.2.4. Analisis Hasil Kreativitas Siswa ... 86

4.3.Pengujian Hipotesis ... 89

4.3.5.1. Perbedaan Hasil Keterampilan Generik Sains siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional. ... 103

4.3.5.2. Pengaruh Tingkat Kreatifitas Terhadap Keterampilan Generik Sains Pada Materi Alat-alat Optik . ... 109

4.3.5.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional dengan Tingkat kreatifitas Dalam Mempengaruhi Keterampilan Generik Sains. ... 112

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika semester

genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 8

2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Inkuiri ... 21

2.2 Indikaor Kreativitas ... 34

2.3. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 47

3.1 Keadaan Siswa/Siswi di SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 59

3.2 Rancangan Penelitian ... 60

3.3 Desain Analisis ANAVA 2 x 2 ... 61

3.4 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

3.5 Aspek Keterampilan Generik Sains ... 66

3.6 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Siswa ... 68

4.1 Hasil Uji Validitas Tes ... 80

4.2 Hasil Uji Reabilitas ... 81

4.3 Data Deskriptif Statistik Keterampilan Generik Sains ... 82

4.4 Uji Normalitas ... 83

4.5 Uji Homogenitas Nilai Pretes ... 84

4.6 Uji Homogenitas Nilai Postes ... 84

4.7. Uji T Pretes ... 85

4.8 Hasil Skor Kreativitas ... 87

4.9 ANAVA Faktorial 2x2 ... 90

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 65

4.1. Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa Pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 89

4.2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional ... 92

4.3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS siswa pada

Kreativitas Tinggi dengan Kreativitas Rendah Pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 93

4.4. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional dengan Tingkat Kreativitas Terhadap Keterampilan

Generik Sains ... 95

4.5. Diagram Batang Persentase Postes Keterampilan Generik Sains Pada

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 121

2. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 123

3. Bahan Ajar ... 161

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 189

5. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 197

6. Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 206

7. Jawaban Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 220

8. Butir Soal Kreativitas ... 225

9. Rumus ANAVA ... 230

10. Uji Coba Validitas Test ... 232

11. Reabilitas Test ... 233

12. Tingkat Kesukaran Test ... 234

13. Daya Beda Test ... 235

14. Daftar Nama Siswa ... 236

15. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Kontrol ... 237

16. Tabulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Kontrol ... 238

17. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 239

18. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 240

19. Tabulasi Hasil Jawaban Soal Kreativitas Kelas Kontrol ... 241

(16)

xi

21. Distribusi Data Penelitian Kelas Kontrol ... 243

22. Distribusi Data Penelitian Kelas Eksperimen ... 244

23. Deskriptif Statistik Data Penelitian ... 245

24. Uji Normalitas Data Penelitian ... 247

25. Uji Homogenitas dan Uji T Pretes ... 248

26. Uji ANAVA ... 249

27. Uji Scheffe ... 251

28. Diagram Batang Data Hasil Penelitian ... 252

29. Lembar Validitas Isi ... 252

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kecenderungan pendidikan di Indonesia secara umum masih dominan

pembelajaran konvensional dan kurang variatifnya model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru. Hal inilah yang membuat daya serap siswa lemah karena hanya

mendengarkan penjelasan dari guru.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan perubahan paradigma pembelajaran dari

yang berpusat pada guru ke yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat membuat siswa

proaktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan

interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses

yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan

pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, begitu juga dalam mata pelajaran

Fisika.

Ilmu Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang materi, energi dan interaksi-interaksinya serta peristiwa dan fenomena alam

yang sangat penting untuk dipelajari. Fisika berhubungan dengan semua gejala yang

terjadi di dunia yang sangat menarik untuk dipelajari. Ilmu fisika merupakan ilmu

yang sarat dengan konsep-konsep dari konsep sederhana sampai ke konsep yang lebih

(18)

2

peristiwa alam, teknik dan dunia sekelilingnya yang semua individu harus berpikir

kritis dalam mempelajarinya (Sagala, 2011).

Selanjutnya Lulu (2011) menegaskan bahwa pembelajaran Fisika bertujuan

agar siswa dapat memahami konsep-konsep Fisika yang saling terkait serta

mengembangkan daya penalaran dan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah

Fisika yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Berkenaan dengan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa fisika

berkaitan dengan 3 aspek, yaitu : proses, produk dan sikap. Fisika di pandang sebagai

proses dimana siswa harus memiliki pengetahuan dan penyadaran akan tanggung

jawab terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini dibutuhkan usaha

dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan berpikir siswa dalam

mempelajari fisika (sains) untuk mendapatkan pengetahuan tentang sains. Fisika

sebagai produk adalah suatu hasil pengetahuan mencakup teori, hukum serta

konsep-konsep yang dikembangkan untuk pengetahuan manusia dan rasa ingin tahu yang

mendalam tentang berbagai macam teori tersebut. Sedangkan Fisika di pandang

sebagai aspek sikap dimana seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab,

disiplin, tekun dan jujur ketika mencari dan mengembangkan pengetahuan baru.

Dengan demikian cara berpikir dan berbuat dalam mempelajari berbagai konsep

sains harus diimbangi dengan kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia, karena

itu ada keterampilan generik sains. Keterampilan generik adalah keterampilan

berpikir dalam pembelajarn sanis yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja

(19)

3

Keterampilan generik sains merupakan keterampilan berpikir dalam

pembelajaran sains yang harus dimiliki setiap siswa. Keterampilan generik juga

keterampilan dasar yang wajib dikuasai siswa. Kemampuan dasar siswa merupakan

kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan

menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan dasar

siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi

kompetensi generik yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan

berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi

kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (Sunyono, 2009). Pembelajaran

sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik

sains kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan ini sangat penting mengingat dewasa ini banyak siswa yang

tidak lagi memiliki kesan yang mendalam terhadap proses belajar mengajar terutama

pembelajaran Fisika. Dengan memodifikasi model pembelajaran dengan keterampilan

generik sains diharapkan siswa akan ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

Fisika.

Keterampilan generik sains dalam penelitian ini relevan bila diterapkan

melalui model pembelajaran inkuiri. Dimana model pembelajaran inkuiri sangat

menekankan kepada proses mencari informasi, melakukan penyelidikan dan

menemukan sendiri materi pelajaran dengan bimbingan guru, sehingga siswa berpikir

(20)

4

Pelaksanaan inkuiri dalam kelas yaitu guru membagi tugas meneliti suatu

masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing

kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka

mempelajari, meneliti atau membahas dalam kelompok. Hasil kerjanya didiskusikan

kemudian membuat laporan yang tersusun baik (Rostiyah, 2001).

Menurut Joyce dkk (2009), model pembelajaran inkuiri dirancang untuk

membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang

dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.

Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan

keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan

menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu.

Berkenaan dengan hal tersebut NSES (National Sains Education Standar,

2000) menyatakan bahwa pembelajaran sains di kelas seharusnya siswa diharapkan

dapat menunjukkan adanya keingintahuan dan mendefinisikan pertanyaan

berdasarkan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sekarang, adanya penjelasan

awal/hipotesis, menjelaskan observasi berdasarkan bukti, mengusahakan adanya

penjelasan-penjelasan lain yang mendukung observasi tersebut dan kemudian siswa

diharapkan dapat menyampaikan penjelasan dari observasi tersebut (NRC, 2000).

Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan

siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan

(21)

5

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Peneliti pun

tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran

inkuiri untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan generiknya.

Berdasarkan paparan di atas maka jelas bahwa pembelajaran berbasis inkuiri

sangat penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran fisika, dikarenakan

dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, berpikir dan menemukan sendiri jawaban

dari permasalahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wirtha dan Rapi (2009)

menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar

fisika siswa. Selain itu penelitian Wijaya dkk (2012), menunjukkan adanya pengaruh

Collaborative Ranking Tasks (CRT) Berbantuan e-Learning dalam meningkatkan

keterampilan generik sains mahasiswa dengan meningkatnya keterampilan genrik

sains dimana diketahui bahwa skor rata-rata keterampilan genrik saisn mahasiswa

kelompok eksperimen berbeda sebesar 40% dibanding keterampilan generik sains

mahasiswa kelompok kontrol. Selanjutnya, Navies Luthvitasari dkk dalam

penelitiannya diperoleh pencapaian kemahiran generik saina siswa melalui skor post

test adalah 72,45% (kategori tinggi), peningkatan kemahiran generik sains siswa

adalah sebesar 0,64 dan termasuk dalam kategori sedang. Dan Kristianingsih dkk

dalam penelitiann inovatif pendidikan dengan hasil belajar kognitif siswa yang

diperoleh dari tes akhir tiap siklus pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial

riddle adalah pada siklus pertama gain sebesar 0,27% sedangkan pada siklus kedua

(22)

6

Namun sampai saat ini, keterampilan generik sains siswa belum ditangani

secara sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah sehingga siswa masih banyak

yang kurang terampil menggunakan keterampilan generik sains yang berdampak pada

hasil belajar siswa rendah. Hal ini mendukung pernyataan Ariyati (2010) bahwa

rendahnya kualitas pendidikan disebabkan karena rendahnya keterampilan generik

sains peserta didik. Pada umumnya pembelajaran diarahkan untuk menghafal dan

menimbun informasi, sehingga peserta didik pintar secara teoritis tetapi miskin

aplikasi. Akibatnya keterampilan generik sains menjadi beku, bahkan menjadi susah

untuk dikembangkan.

Permasalahan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 Peukan Pidie.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan komunikasi langsung dengan guru bidang

studi Fisika pada tanggal 2 September 2013 1 diketahui bahwa siswa masih memiliki

kemampuan dasar rendah yang ditunjukkan dengan minimnya aktivitas bertanya,

menjawab, menanggapi dan mengemukakan pendapat, menalar, dan kurangnya

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika. Saat mengerjakan soal

latihan pada materi cahaya, siswa keliru menyatakan jarak fokus cermin, perbesaran

linear bayangan dan jarak benda ke cermin dalam bentuk f, M dan s, mengkonversi

satuan panjang dari centimeter ke meter atau sebaliknya. Siswa juga bingung

menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penentuan besarnya sudut pada

pembiasan cahaya (sinus, cosinus dan tangen). Selain itu, saat guru menanyakan

bagaimana sifat-sifat cahaya berdasarkan pengamatan langsung terhadap cahaya yang

__________

1

(23)

7

masuk melalui jendela ruang kelasnya, siswa tidak bisa memberi jawaban terhadap

pertanyaan tersebut. Jadi tampak bahwa keterampilan generik sains pada aspek

bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, pemodelan matematika dan pengamatan

langsung masih sangat kurang dimiliki siswa saat pembelajaran berlangsung.

Sedangkan untuk aspek pengamatan tak langsung, kesadaran akan skala besaran,

sebab akibat, inferensi logika dan membangun konsep kurang dilatihkan. Guru Fisika

masih menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi ceramah sehingga

proses pembelajaran berlangsung satu arah. Siswa cenderung pasif dalam belajar dan

hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu

siswa hanya melakukan praktikum-praktikum berdasarkan lembar percobaan yang

diberikan guru, hal ini berdampak pada terhambatnya kreativitas yang telah dimiliki

oleh siswa. Dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, khususnya materi alat-alat

optik, guru tidak mempunyai fasilitas alat praktikum seperti mikroskop, lup dan

periskop. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran sehingga menuntut

guru untuk membuat alat praktikum sederhana.

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu

yang baru. Daya kreativitas seseorang mengacu kepada kemampuan yang menandai

ciri-ciri seseorang yang kreatif. Jika siswa memiliki kreativitas tinggi dalam proses

pembelajaran maka siswa dapat merancang alat peraga sederhana yang pada akhirnya

dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa.

Materi di kelas X yang di anggap sulit yaitu alat-alat optik, karena pada materi

(24)

8

alat-alat optik tersebut. Dalam materi alat-alat optik ini guru hanya menyampaikan

konsep dasar yang terdapat pada pembahasan alat-alat optik, sehingga siswa belajar

dengan konsep abstrak tanpa pernah melihat dengan nyata alat-alat optik tersebut

khusunya mikroskop, lup dan periskop. Sehingga berdampak pada rendahnya nilai

fisika siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata di

SMA yaitu 75,00 yang di peroleh pada ulangan kelas X semester 2, 2 tahun terakhir

di SMA Negeri 1 Peukan Pidie yang dicantumkan pada tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Data nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika Semester genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie

Tahun Pelajaran Nilai rata-rata KKM

2011/2012 65,50 75,00

2012/2013 70,00 75,00

Sumber: Arsip Tata Usaha SMA Negeri 1 Peukan Pidie

Sehingga untuk menuntaskannya guru harus mengadakan remedial kepada

siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri dimana model tersebut

mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan analitik untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).

Namun demikian tidak semua guru menerapkan model pembelajaran tersebut, hal ini

dikarenakan keterbatasan guru dalam memahami langkah-langkah penerapan model

(25)

9

Berdasarkan data awal yang diperoleh, terlihat masih adanya kesenjangan

antara kenyataan dan harapan yang diharapkan tercapai dalam kurikulum 2013 untuk

SMA pada Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika, yaitu menyajikan ide/rancangan

sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin

dan lensa. Kompetensi dasar Fisika di SMA keseluruhan menuntut kemampuan dasar

siswa untuk mampu menyelidiki dan merancang alat percobaan berbagai macam

alat-alat optik. Materi Fisika SMA khususnya di kelas X tentang alat-alat-alat-alat optik

merupakan salah satu materi penting yang harus dipelajari siswa karena berhubungan

dengan kehidupan sehari-sehari. Selama ini pembelajaran tentang materi alat-alat

optik diajarkan guru hanya dengan pembelajaran konvensional (teacher center)

sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat

menjadi daya tarik siswa untuk meningkatkan keterampilan generiknya terhadap

pelajaran fisika khususnya materi alat-alat optik. Dengan demikian Penulis sangat

tertarik untuk meneliti dan mengkaji permasalahan ini lebih lanjut dalam tesis yang

berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap

(26)

10

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, ditemukan

beberapa identifikasi masalah antara lain:

1) Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek

menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus

2) Kurangnya Kemampuan generik sains siswa dalam pembelajaran Fisika.

3) Siswa melaksanakan praktikum sesuai dengan yang dicontohkan guru, sehingga

kreativitas yang sudah ada dalam diri siswa menjadi terhambat.

4) Siswa masih pasif dalam proses pembelajaran;

5) Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami siswa adalah materi Alat-alat Optik

6) Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model pembelajaran

inkuiri pada materi alat-alat optik.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan seperti yang telah

diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti

menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak

yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini diteliti. Penelitian ini

dibatasi pada: Keterampilan Generik Sains siswa, kreativitas siswa dan subjek

(27)

11

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

di atas, penulis dapat mengajukan pertanyaan penelitian, yaitu :

1) Apakah ada perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model

pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional?

2) Apakah terdapat perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang memiliki

tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas

rendah?

3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan kreativitas

terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan

model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang

memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat

kreativitas rendah.

3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan

(28)

12

1.6.Manfaat Penelitian

Secara praktis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi guru, dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam upaya merencanakan dan memilih model

pembelajaran pada materi Fisika lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan

yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan

(2) Bagi siswa, dapat menumbuhkembangkan atau meningkatkan keterampilan

generik sains dalam pembelajaran Fisika.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi peneliti, dapat menjadi

bahan referensi bagi penelitian selanjutnya; dan (2) Bagi para pengambil kebijakan

pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan

kompetensi dasar Fisika siswa SMA.

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya pengertian dan penafsiran maka

penulis perlu memberi batasan terhadap pengertian dari beberapa istilah yang terdapat

dalam judul. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai

berikut:

1. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam pembelajaran yang

menekankan kepada proses mencari sumber sendiri serta meneliti sendiri inti dari

(29)

13

menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

dimilikinya. Adapun langkah model pembelajaran inkuiri adalah : (1) merumuskan

masalah, (2) merencanakan dan melaksanakan, (3) memanfaatkan teknologi dan

matematika untuk memperbaiki penyelidikan, (4) memformulasikan dan

memperbaiki penjelasan ilmiah dan model – model dengan menggunakan logika dan

fakta-fakta yang ada, (5) menganalisis dan meninjau kembali penjelasan-penjelasan

yang akan dibuat, (6) mengkomunikasikan langkah-langkah dan hasil penyelidikan

dan mempertahankan argumentasi ilmiah (NRC, 2000)

2. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang

ada sebelumnya dalam bentuk ciri-ciri aptitude dan non aptitude, yang meliputi

kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas berpikir, memperinci, menilai, rasa ingin tahu,

imajinatif, tertantang, berani mengambil resiko, dan sifat menghargai (Semiawan,

2009)

3. Keterampilan Generik Sains

Keterampilan Generik Sains merupakan suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran yaitu pengembangan kemampuan dasar berpikir siswa dalam belajar,

sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan

berpikirnya.

Keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk

(30)

14

konsep Alat-alat optik, indikator keterampilan generik sains meliputi: (1) pengamatan

langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) kesadaran tentang skala besaran, (4)

bahasa simbolik, (5) kerangka logika taat-asas, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Model pembelajaran inukiri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan

generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan

hasil keterampilan generik sains yang telah dicapai oleh kelas ekperimen dan

kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil keterampilan generik sains antara

kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen mengalami peningkatan

gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,67 dengan kategori sedang dan kelas

kontrol mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,60 dengan

kategori sedang. Walaupun masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi

kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran inkuiri menunjukkan

peningkatan hasil keterampilan generik sains yang lebih tinggi dari pada kelas

kontrol yang diberi pembelajaran konvensional.

2. Hasil keterampilan generik sains siswa yang memiliki tingkat kreatifitas tinggi

lebih baik dibandingkan dengan keterampilan generik sains siswa yang memiliki

tingkat kreatifitas rendah. Hal ini juga ditandai dari perolehan indikator yang

memiliki persentase paling tinggi adalah keterampilan menilai sebesar 86,67% di

kelas eksperimen dan 84,44% di kelas kontrol, sedangkan yang paling rendah

adalah sifat meghargai yaitu 60,67% di kelas eksperimen dan 58,00% di kelas

(32)

dominan memiliki keterampilan menilai dari pada indikator yang lain dan yang

paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah sifat menghargai.

3. Terdapat interaksi model pembelajaran inkuiri dan konvensional dengan

tingkat kreativitas terhadap keterampilan generik siswa. Kreativitas pada siswa

yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional tidak berperan, hal ini dapat

dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa masih rendah

baik pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas

rendah. Sedangkan kreativitas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran

inkuiri sangat berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains

yang diperoleh siswa lebih tinggi pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas

tinggi dibandingkan dengan hasil keterampilan generik sains pada siswa yang

memliki tingkat kreativitas rendah.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan

dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu

menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami

materi pelajaran nantinya.

2. Peranan perpustakaan di sekolah juga mempengaruhi hasil pengajaran, oleh

karena itu perlu dilengkapi buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran.

3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan

(33)

kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja

sepenuhnya.

4. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri maka siswa harus memiliki tingkat

kreativitas tinggi, kerena jika siswa memiliki tingkat kreativitas tinggi jika

dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memperoleh hasil keterampilan

(34)

117

DAFTAR PUSTAKA

A.F.C. Wijaya, T.R.Ramalis, (2012). Collaborative Ranking Tasks (Crt) Berbantuan E-Learning Untuk Meningkatan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Juli 2012.

Arikunto, S .(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Arends,R.I. (2008). Learning to Teach (5th ed.), Singapore: McGrow Hill-BookCo.

Agus, M. (2007). Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi. Jakarta : Jurnal Pendidikan inovatif Vol.2/No.2/Maret/2007 , (online), (http://jurnaljpi.wordpress.com, diakses 25 November 2013).

Ariyati E (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemapuan Berpikir Kritis Mahasiswa, jurnal Matematika dan IPA, Vol 1 No.2 Juli 2010.

Brotosiswoyo, B.S. (2000).” Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi “,

dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, (2011). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Darliana, (2006). Pembelajaran IPA dengan Kompetensi Generik Sains, (Online) tersedia dalam :http::// www.Kependidikan.com, diakses 11 Agustus 2013.

D.D. Kristianingsih, S.E. Sukiswo, S. Khanafiyah, (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Januari 2010.

Dedi Supriadi.(1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung.

Foster, B. (2009). Fisika SMA Kelas X untuk 1B, Jakarta: Erlangga.

(35)

118

Gunawan , Agus Setiawan, Dwi H. Widyantoro. (2013). Model Virtual Laboratory Fisika Modern Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Calon Guru, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran (Jpp), Vol 20, No 1.

Hartono. (2006). “Pembelajaran Fisika Modern Bagi Mahasiswa Calon Guru”. Disertasi. Program Doktor pada Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topikhidrolisis garam dan Sifat Koligatif Larutan, Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2222-6311.

James Sumayku. (2011). Hubungan Kreativitas Dan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Dengan Pencapaian Prestasi Belajar Pada Jurusan Listrik Di Smk Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Volume 2, Nomor 2, ISSN 2087-3581

Joyce, B., Weil,M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching 8th ed. Model-model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. (2004). Fisika SMA Kelas X, Jakarta:Erlangga.

Ketang Wiyono, Agus Setiawan, dan Andi Suhandi, (2009). Model Pembelajaran

Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan

Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. III No. 1, Maret 2009

Liliasari, Setiawan, A., Widodo, A., (2007). Model-model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar. Laporan Penelitian HPTP. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana - UPI.

Lulu G, Tujuan Pembelajaran IPA Munurut BSNP, (Online), tersedia dalam: http://www.directeblog.co.id, diakses 2 juni 2013.

Leo Prasetio, (2000). Mengerti Fisika, Yogyakarta: Andi Offset.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A Possible hidden variable in

(36)

119

Munandar, Utami. (2009). Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Rajawali. Jakarta.

Munandar.Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Depdiknas dan Rineka Cipta: Jakarta.

Navies Luthvitasari, Ngurah Made D.P, Suharto Linuwih, (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Dan Kemahiran Generik Sains. Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2252-6412

Nugroho, A. (2005). Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi offsite :Yogyakarta

Nurachmandani, S. (2009). Fisika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

NRC, (2000). National Sains Education Standard, Washington.D.C: National Academi Press,

Rosmanidar, (2010) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang di Kelas VIII A MTsN Montasik, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.

Rostiyah N.K, (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfbeta.

Sagala, Y. S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 Binjai. Medan: Tesis Pascasarjana Unimed Medan.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet ke 2, Jakarta: Kencana.

Saprudin, sutarno, liliasari. (2010). Developing Generic Science Skills Of Prospective Teacher Through Offline and Online Interactive Multimedia

in Physics Learning. Proceding of the 4th International Conference on

Teacher; Join Conference UPI & UPSI Bandung. Indonesia 8-10 November 2010.

(37)

120

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Sunyono, Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains, (Online) diakses melalui situs: Documents%20and%20Settings/IMC/My%20 keterampilan%20generik%20sains.htm, diakses 2 september 2013.

Suriyani, (2007) Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Generik Sains Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Tinombo. Jurnal Pendidikan: Mitra Sains ISSN: 2302-2027

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suyanti, R.D. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kimia

Anorganik Terintegrasi Berbasis Multimedia Komputer Dalam

Mengembangkan Kemampuan Generik Sains, Disertasi: Universitas Pendidikan Indonesia.

U.A. Deta, Suparmin, S.Widha. (2013). Pengaruh metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9 (2). Hal. 6-7. (online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe, diakses 27 Mei 2013).

Trianto, (2007). Mendesain Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahidmurni, (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wirtha, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 B.Aceh. Unsyiah : Tesis Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

W. Gulo, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, Jakarta: Grasindo.

Zulaikha, S. 1997. Survey Tentang Kendala yang Dihadapi Guru Dalam menggunakan Alat peraga dan Merakit Alat-alat Sederhana Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Denpasar Selatan. Denpasar: Jurnal Aneka Widya STKIP Singaraja, No.

6/TH.XXX/Oktober/1997, (online),

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1. Data nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika Semester genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie

Referensi

Dokumen terkait

[r]

70 Tahun 2012 dan Penyesuaian dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 , kepada Rekanan yang berkeberatan atas pengumuman ini diberikan

Wakaf yang telah sah -baik dengan cara perbuatan atau perkataan- harus dijalankan dan tidak boleh dibatalkan (dengan kata lain: orang yang mewakafkan tidak boleh rujuk/kembali

Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif. Bahan Bakar Mesin

Promoter : orang-orang yang merespon dengan memberikan skor 9 atau 10 yang menandakan bahwa mereka antusias terhadap suatu produk dan.. melakukan pembelian kembali pada

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

Memiliki   hak  bicara  dan  hak   suara  dalam  setiap  musyawarah  dan rapat di tingkat Kabupaten melalui forum relawan;.

Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, sebagai karunia