PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI
SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE
TESIS
OLEH: MAINISA NIM. 8126175010
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI
SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE
TESIS
OLEH: MAINISA NIM. 8126175010
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
ABSTRAK
Mainisa. Nim 8126175010. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap Kererampilan Generik Sains Siswa Di SMA Negeri 1 Peukan Pidie . Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negei Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui keterampilan generik sains antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. (3) Mengetahui interaksi antara model pembelajarn inkuiri dengan kreativitas terhadap kererampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan desain penelitian two-group-pre-test- dan post-test. Populasi penilitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Peukan Pidie T.A. 2013/2014 sebanyak 5 kelas (152 orang). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-1 dan kelas X-4 yang ambil secara Cluster random sampling. Kelas X-1 diajar dengan model pembelajaran Inkuiri (kelas Eksperimen) dan kelas X-4 diajar dengan pemelajaran konvensional (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupas tes keterampilan generic sains dan tes kreativitas. Data dianalisis menggunakan SPSS 17, hasil penguji hipotesis ANAVA 2 jalur sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Inkuri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. (2) Keterampilan generik sains siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik disbanding dengan siswa yang mempunyaui kreativitas rendah. (3) Ada interaksi antara model pembelajaran Inkuiri denga pempelajaaran konvensional dan kreativtas terhadap keterampilan generik sains siswa. Persem [emomglatam letera,[o;am generik sains untuk kelas eksperimen lebih besar dari pada penigkatan keterampilan generic sains kelas kontrol.
ABSTRACT
Mainisa, Nim 8126175010. The Effect of the Inquiry Learning Model and Creativity on Student Science Generic Skills at SMA Negeri 1 Peukan Pidie.
Thesis. Medan : Physics Education, Graduate Study Program, State University of Medan, 2014
This research aimed to: (1) find the difference of student achievement of science generic skills using Inquiry learning model and conventional learning, (2) to generic skills achievement of science generic skills between high creativity student with those who had low creativity. (3) to figure the interaction between the creativity and learning model to achievement of science generic skills on optic topic. This research was quasi experiment, using two-group pretest of grade X SMA Negeri 1 Peukan Pidie Learning Year 2013/2014, with total amount of 5 classes (152 students). The samples consist of two class, which are class X-1 and class X-4 were taken by Cluster Random Sampling. Class X-1 was taught using conventional Learning (control class). The data was analyzed using CPSS 17, and hypothesis is tested using two way ANAVA. The research result shows that: (1) the inquiry learning model was better than conventional learning in improving science generic skills of students. (2) the science generic skills of high creativity student is better than those who had the low creativity. (3) the interaction is exist between creativity and learning model related to the improvement of science generic skills of student. The Percentage of student with good achievement of science of generic skills of experiment class was higher than the control class.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran
Allah SWT atas limpahan rahmad dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul:
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS
TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE” dapat diselesaikan. Tesis ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan
Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program
Pascasarjana UNIMED dana para Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris
Program Studi Pendidikan Fisika dan para staf administrasi Program
Pascasarjana yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk
kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Dr. H. Ridwan A.Sani, M.Si. sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Retno
Dwi Suyanti, M.Si. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian
sampai selesainya penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M. sebagai penguji I, Bapak Prof. Dr.
Mara Bangun Harahap, M.S. sebagai penguji II dan Ibu Dr. Mariati P.
Simanjuntak, S.Pd., M.Si.sebagai penguji III, yang telah memberikan saran
dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyususnan tesis
ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberi ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan penulis.
5. Bapak Razali, S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie,
Wakil kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie, Ibu Halimatussakdiah
iv
staf administrasi yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada
penulis melakukan izin penelitian.
6. Ayahanda Drs. H. Zainal Abidin H dan Ibunda Hj. Salbiah, S.Pd tercinta
yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi
serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di
UNIMED.
7. Adinda Muharrir serta sanak keluarga yang selalu memberikan dukungan
dana doa dalam menyelesaikan tesis.
8. Teristimewa Aulianur Akbar yang selalu memberi motivasi dan semangat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.
9. Rekan seperjuangan angkatan ke-III tahun ajaran 2012 prodi Pendidikan
Fisika yang tidak bisa disebutkan sau persatu yang senantiasa membantu dan
mendukung untuk tetap semangat menyelesaikan studi dan tesis ini.
10. Sahabat-sahabat terdekat yang tidak bisa disebut satu persatu yang senantiasa
membantu dan mendukung untuk tetap semangat kepada penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
tesis ini, namun penulis menyadarai masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia
pendidikan.
Medan, Mei 2014 Penulis,
Mainisa
v
2.1.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran inkuiri ... 18
2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 23
2.1.4. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inkuiri .... 25
vi
3.9. Pengujian Peningkatan Keterampilan Generik sains ... 76
3.10. Pengujian Hipotesis ANAVA ... 77
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil penelitian ... 79
4.1.1. Deskrispsi Hasil Penelitian ... 79
vii
4.1.1.2. Tingkat Kesukaran Test ... 81
4.1.1.3. Daya pembeda Test ... 81
4.2.Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 81
4.2.1.Deskriptif Statistik Hasil Penelitian ... 82
4.2.2.Uji Asumsi ... 83
4.2.2.1. Uji Normalitas Test Keterampilan Generik Sains ... 83
4.2.2.2. Uji Homogenitas ... 83
4.2.2.3. Uji T Pretest ... 85
4.2.2.4. Analisis Hasil Kreativitas Siswa ... 86
4.3.Pengujian Hipotesis ... 89
4.3.5.1. Perbedaan Hasil Keterampilan Generik Sains siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional. ... 103
4.3.5.2. Pengaruh Tingkat Kreatifitas Terhadap Keterampilan Generik Sains Pada Materi Alat-alat Optik . ... 109
4.3.5.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional dengan Tingkat kreatifitas Dalam Mempengaruhi Keterampilan Generik Sains. ... 112
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 115
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika semester
genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 8
2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Inkuiri ... 21
2.2 Indikaor Kreativitas ... 34
2.3. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 47
3.1 Keadaan Siswa/Siswi di SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 59
3.2 Rancangan Penelitian ... 60
3.3 Desain Analisis ANAVA 2 x 2 ... 61
3.4 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran ... 64
3.5 Aspek Keterampilan Generik Sains ... 66
3.6 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Siswa ... 68
4.1 Hasil Uji Validitas Tes ... 80
4.2 Hasil Uji Reabilitas ... 81
4.3 Data Deskriptif Statistik Keterampilan Generik Sains ... 82
4.4 Uji Normalitas ... 83
4.5 Uji Homogenitas Nilai Pretes ... 84
4.6 Uji Homogenitas Nilai Postes ... 84
4.7. Uji T Pretes ... 85
4.8 Hasil Skor Kreativitas ... 87
4.9 ANAVA Faktorial 2x2 ... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 65
4.1. Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa Pada Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 89
4.2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS Model Pembelajaran Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional ... 92
4.3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS siswa pada
Kreativitas Tinggi dengan Kreativitas Rendah Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ... 93
4.4. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional dengan Tingkat Kreativitas Terhadap Keterampilan
Generik Sains ... 95
4.5. Diagram Batang Persentase Postes Keterampilan Generik Sains Pada
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ... 121
2. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 123
3. Bahan Ajar ... 161
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 189
5. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 197
6. Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 206
7. Jawaban Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 220
8. Butir Soal Kreativitas ... 225
9. Rumus ANAVA ... 230
10. Uji Coba Validitas Test ... 232
11. Reabilitas Test ... 233
12. Tingkat Kesukaran Test ... 234
13. Daya Beda Test ... 235
14. Daftar Nama Siswa ... 236
15. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Kontrol ... 237
16. Tabulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Kontrol ... 238
17. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 239
18. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 240
19. Tabulasi Hasil Jawaban Soal Kreativitas Kelas Kontrol ... 241
xi
21. Distribusi Data Penelitian Kelas Kontrol ... 243
22. Distribusi Data Penelitian Kelas Eksperimen ... 244
23. Deskriptif Statistik Data Penelitian ... 245
24. Uji Normalitas Data Penelitian ... 247
25. Uji Homogenitas dan Uji T Pretes ... 248
26. Uji ANAVA ... 249
27. Uji Scheffe ... 251
28. Diagram Batang Data Hasil Penelitian ... 252
29. Lembar Validitas Isi ... 252
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kecenderungan pendidikan di Indonesia secara umum masih dominan
pembelajaran konvensional dan kurang variatifnya model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru. Hal inilah yang membuat daya serap siswa lemah karena hanya
mendengarkan penjelasan dari guru.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan perubahan paradigma pembelajaran dari
yang berpusat pada guru ke yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat membuat siswa
proaktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan
interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses
yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan
pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, begitu juga dalam mata pelajaran
Fisika.
Ilmu Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang materi, energi dan interaksi-interaksinya serta peristiwa dan fenomena alam
yang sangat penting untuk dipelajari. Fisika berhubungan dengan semua gejala yang
terjadi di dunia yang sangat menarik untuk dipelajari. Ilmu fisika merupakan ilmu
yang sarat dengan konsep-konsep dari konsep sederhana sampai ke konsep yang lebih
2
peristiwa alam, teknik dan dunia sekelilingnya yang semua individu harus berpikir
kritis dalam mempelajarinya (Sagala, 2011).
Selanjutnya Lulu (2011) menegaskan bahwa pembelajaran Fisika bertujuan
agar siswa dapat memahami konsep-konsep Fisika yang saling terkait serta
mengembangkan daya penalaran dan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah
Fisika yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berkenaan dengan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa fisika
berkaitan dengan 3 aspek, yaitu : proses, produk dan sikap. Fisika di pandang sebagai
proses dimana siswa harus memiliki pengetahuan dan penyadaran akan tanggung
jawab terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini dibutuhkan usaha
dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan berpikir siswa dalam
mempelajari fisika (sains) untuk mendapatkan pengetahuan tentang sains. Fisika
sebagai produk adalah suatu hasil pengetahuan mencakup teori, hukum serta
konsep-konsep yang dikembangkan untuk pengetahuan manusia dan rasa ingin tahu yang
mendalam tentang berbagai macam teori tersebut. Sedangkan Fisika di pandang
sebagai aspek sikap dimana seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab,
disiplin, tekun dan jujur ketika mencari dan mengembangkan pengetahuan baru.
Dengan demikian cara berpikir dan berbuat dalam mempelajari berbagai konsep
sains harus diimbangi dengan kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia, karena
itu ada keterampilan generik sains. Keterampilan generik adalah keterampilan
berpikir dalam pembelajarn sanis yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja
3
Keterampilan generik sains merupakan keterampilan berpikir dalam
pembelajaran sains yang harus dimiliki setiap siswa. Keterampilan generik juga
keterampilan dasar yang wajib dikuasai siswa. Kemampuan dasar siswa merupakan
kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan
menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan dasar
siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi
kompetensi generik yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan
berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi
kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (Sunyono, 2009). Pembelajaran
sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik
sains kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Keterampilan ini sangat penting mengingat dewasa ini banyak siswa yang
tidak lagi memiliki kesan yang mendalam terhadap proses belajar mengajar terutama
pembelajaran Fisika. Dengan memodifikasi model pembelajaran dengan keterampilan
generik sains diharapkan siswa akan ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
Fisika.
Keterampilan generik sains dalam penelitian ini relevan bila diterapkan
melalui model pembelajaran inkuiri. Dimana model pembelajaran inkuiri sangat
menekankan kepada proses mencari informasi, melakukan penyelidikan dan
menemukan sendiri materi pelajaran dengan bimbingan guru, sehingga siswa berpikir
4
Pelaksanaan inkuiri dalam kelas yaitu guru membagi tugas meneliti suatu
masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka
mempelajari, meneliti atau membahas dalam kelompok. Hasil kerjanya didiskusikan
kemudian membuat laporan yang tersusun baik (Rostiyah, 2001).
Menurut Joyce dkk (2009), model pembelajaran inkuiri dirancang untuk
membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang
dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat.
Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu.
Berkenaan dengan hal tersebut NSES (National Sains Education Standar,
2000) menyatakan bahwa pembelajaran sains di kelas seharusnya siswa diharapkan
dapat menunjukkan adanya keingintahuan dan mendefinisikan pertanyaan
berdasarkan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sekarang, adanya penjelasan
awal/hipotesis, menjelaskan observasi berdasarkan bukti, mengusahakan adanya
penjelasan-penjelasan lain yang mendukung observasi tersebut dan kemudian siswa
diharapkan dapat menyampaikan penjelasan dari observasi tersebut (NRC, 2000).
Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
5
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Peneliti pun
tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran
inkuiri untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan generiknya.
Berdasarkan paparan di atas maka jelas bahwa pembelajaran berbasis inkuiri
sangat penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran fisika, dikarenakan
dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, berpikir dan menemukan sendiri jawaban
dari permasalahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wirtha dan Rapi (2009)
menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar
fisika siswa. Selain itu penelitian Wijaya dkk (2012), menunjukkan adanya pengaruh
Collaborative Ranking Tasks (CRT) Berbantuan e-Learning dalam meningkatkan
keterampilan generik sains mahasiswa dengan meningkatnya keterampilan genrik
sains dimana diketahui bahwa skor rata-rata keterampilan genrik saisn mahasiswa
kelompok eksperimen berbeda sebesar 40% dibanding keterampilan generik sains
mahasiswa kelompok kontrol. Selanjutnya, Navies Luthvitasari dkk dalam
penelitiannya diperoleh pencapaian kemahiran generik saina siswa melalui skor post
test adalah 72,45% (kategori tinggi), peningkatan kemahiran generik sains siswa
adalah sebesar 0,64 dan termasuk dalam kategori sedang. Dan Kristianingsih dkk
dalam penelitiann inovatif pendidikan dengan hasil belajar kognitif siswa yang
diperoleh dari tes akhir tiap siklus pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial
riddle adalah pada siklus pertama gain sebesar 0,27% sedangkan pada siklus kedua
6
Namun sampai saat ini, keterampilan generik sains siswa belum ditangani
secara sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah sehingga siswa masih banyak
yang kurang terampil menggunakan keterampilan generik sains yang berdampak pada
hasil belajar siswa rendah. Hal ini mendukung pernyataan Ariyati (2010) bahwa
rendahnya kualitas pendidikan disebabkan karena rendahnya keterampilan generik
sains peserta didik. Pada umumnya pembelajaran diarahkan untuk menghafal dan
menimbun informasi, sehingga peserta didik pintar secara teoritis tetapi miskin
aplikasi. Akibatnya keterampilan generik sains menjadi beku, bahkan menjadi susah
untuk dikembangkan.
Permasalahan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 Peukan Pidie.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan komunikasi langsung dengan guru bidang
studi Fisika pada tanggal 2 September 2013 1 diketahui bahwa siswa masih memiliki
kemampuan dasar rendah yang ditunjukkan dengan minimnya aktivitas bertanya,
menjawab, menanggapi dan mengemukakan pendapat, menalar, dan kurangnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika. Saat mengerjakan soal
latihan pada materi cahaya, siswa keliru menyatakan jarak fokus cermin, perbesaran
linear bayangan dan jarak benda ke cermin dalam bentuk f, M dan s, mengkonversi
satuan panjang dari centimeter ke meter atau sebaliknya. Siswa juga bingung
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penentuan besarnya sudut pada
pembiasan cahaya (sinus, cosinus dan tangen). Selain itu, saat guru menanyakan
bagaimana sifat-sifat cahaya berdasarkan pengamatan langsung terhadap cahaya yang
__________
1
7
masuk melalui jendela ruang kelasnya, siswa tidak bisa memberi jawaban terhadap
pertanyaan tersebut. Jadi tampak bahwa keterampilan generik sains pada aspek
bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, pemodelan matematika dan pengamatan
langsung masih sangat kurang dimiliki siswa saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan untuk aspek pengamatan tak langsung, kesadaran akan skala besaran,
sebab akibat, inferensi logika dan membangun konsep kurang dilatihkan. Guru Fisika
masih menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi ceramah sehingga
proses pembelajaran berlangsung satu arah. Siswa cenderung pasif dalam belajar dan
hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu
siswa hanya melakukan praktikum-praktikum berdasarkan lembar percobaan yang
diberikan guru, hal ini berdampak pada terhambatnya kreativitas yang telah dimiliki
oleh siswa. Dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, khususnya materi alat-alat
optik, guru tidak mempunyai fasilitas alat praktikum seperti mikroskop, lup dan
periskop. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran sehingga menuntut
guru untuk membuat alat praktikum sederhana.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Daya kreativitas seseorang mengacu kepada kemampuan yang menandai
ciri-ciri seseorang yang kreatif. Jika siswa memiliki kreativitas tinggi dalam proses
pembelajaran maka siswa dapat merancang alat peraga sederhana yang pada akhirnya
dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa.
Materi di kelas X yang di anggap sulit yaitu alat-alat optik, karena pada materi
8
alat-alat optik tersebut. Dalam materi alat-alat optik ini guru hanya menyampaikan
konsep dasar yang terdapat pada pembahasan alat-alat optik, sehingga siswa belajar
dengan konsep abstrak tanpa pernah melihat dengan nyata alat-alat optik tersebut
khusunya mikroskop, lup dan periskop. Sehingga berdampak pada rendahnya nilai
fisika siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata di
SMA yaitu 75,00 yang di peroleh pada ulangan kelas X semester 2, 2 tahun terakhir
di SMA Negeri 1 Peukan Pidie yang dicantumkan pada tabel 1.1. berikut:
Tabel 1.1. Data nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika Semester genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie
Tahun Pelajaran Nilai rata-rata KKM
2011/2012 65,50 75,00
2012/2013 70,00 75,00
Sumber: Arsip Tata Usaha SMA Negeri 1 Peukan Pidie
Sehingga untuk menuntaskannya guru harus mengadakan remedial kepada
siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri dimana model tersebut
mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan analitik untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).
Namun demikian tidak semua guru menerapkan model pembelajaran tersebut, hal ini
dikarenakan keterbatasan guru dalam memahami langkah-langkah penerapan model
9
Berdasarkan data awal yang diperoleh, terlihat masih adanya kesenjangan
antara kenyataan dan harapan yang diharapkan tercapai dalam kurikulum 2013 untuk
SMA pada Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika, yaitu menyajikan ide/rancangan
sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin
dan lensa. Kompetensi dasar Fisika di SMA keseluruhan menuntut kemampuan dasar
siswa untuk mampu menyelidiki dan merancang alat percobaan berbagai macam
alat-alat optik. Materi Fisika SMA khususnya di kelas X tentang alat-alat-alat-alat optik
merupakan salah satu materi penting yang harus dipelajari siswa karena berhubungan
dengan kehidupan sehari-sehari. Selama ini pembelajaran tentang materi alat-alat
optik diajarkan guru hanya dengan pembelajaran konvensional (teacher center)
sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran di atas, penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat
menjadi daya tarik siswa untuk meningkatkan keterampilan generiknya terhadap
pelajaran fisika khususnya materi alat-alat optik. Dengan demikian Penulis sangat
tertarik untuk meneliti dan mengkaji permasalahan ini lebih lanjut dalam tesis yang
berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap
10
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, ditemukan
beberapa identifikasi masalah antara lain:
1) Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus
2) Kurangnya Kemampuan generik sains siswa dalam pembelajaran Fisika.
3) Siswa melaksanakan praktikum sesuai dengan yang dicontohkan guru, sehingga
kreativitas yang sudah ada dalam diri siswa menjadi terhambat.
4) Siswa masih pasif dalam proses pembelajaran;
5) Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami siswa adalah materi Alat-alat Optik
6) Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model pembelajaran
inkuiri pada materi alat-alat optik.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan seperti yang telah
diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti
menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak
yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini diteliti. Penelitian ini
dibatasi pada: Keterampilan Generik Sains siswa, kreativitas siswa dan subjek
11
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, penulis dapat mengajukan pertanyaan penelitian, yaitu :
1) Apakah ada perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model
pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional?
2) Apakah terdapat perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang memiliki
tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas
rendah?
3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan kreativitas
terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik?
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan
model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang
memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat
kreativitas rendah.
3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan
12
1.6.Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi guru, dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam upaya merencanakan dan memilih model
pembelajaran pada materi Fisika lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan
yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan
(2) Bagi siswa, dapat menumbuhkembangkan atau meningkatkan keterampilan
generik sains dalam pembelajaran Fisika.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi peneliti, dapat menjadi
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya; dan (2) Bagi para pengambil kebijakan
pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan
kompetensi dasar Fisika siswa SMA.
1.7.Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan timbulnya pengertian dan penafsiran maka
penulis perlu memberi batasan terhadap pengertian dari beberapa istilah yang terdapat
dalam judul. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai
berikut:
1. Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam pembelajaran yang
menekankan kepada proses mencari sumber sendiri serta meneliti sendiri inti dari
13
menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Adapun langkah model pembelajaran inkuiri adalah : (1) merumuskan
masalah, (2) merencanakan dan melaksanakan, (3) memanfaatkan teknologi dan
matematika untuk memperbaiki penyelidikan, (4) memformulasikan dan
memperbaiki penjelasan ilmiah dan model – model dengan menggunakan logika dan
fakta-fakta yang ada, (5) menganalisis dan meninjau kembali penjelasan-penjelasan
yang akan dibuat, (6) mengkomunikasikan langkah-langkah dan hasil penyelidikan
dan mempertahankan argumentasi ilmiah (NRC, 2000)
2. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang
ada sebelumnya dalam bentuk ciri-ciri aptitude dan non aptitude, yang meliputi
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas berpikir, memperinci, menilai, rasa ingin tahu,
imajinatif, tertantang, berani mengambil resiko, dan sifat menghargai (Semiawan,
2009)
3. Keterampilan Generik Sains
Keterampilan Generik Sains merupakan suatu pendekatan dalam proses
pembelajaran yaitu pengembangan kemampuan dasar berpikir siswa dalam belajar,
sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan
berpikirnya.
Keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk
14
konsep Alat-alat optik, indikator keterampilan generik sains meliputi: (1) pengamatan
langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) kesadaran tentang skala besaran, (4)
bahasa simbolik, (5) kerangka logika taat-asas, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran inukiri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan
generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan
hasil keterampilan generik sains yang telah dicapai oleh kelas ekperimen dan
kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil keterampilan generik sains antara
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen mengalami peningkatan
gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,67 dengan kategori sedang dan kelas
kontrol mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,60 dengan
kategori sedang. Walaupun masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi
kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran inkuiri menunjukkan
peningkatan hasil keterampilan generik sains yang lebih tinggi dari pada kelas
kontrol yang diberi pembelajaran konvensional.
2. Hasil keterampilan generik sains siswa yang memiliki tingkat kreatifitas tinggi
lebih baik dibandingkan dengan keterampilan generik sains siswa yang memiliki
tingkat kreatifitas rendah. Hal ini juga ditandai dari perolehan indikator yang
memiliki persentase paling tinggi adalah keterampilan menilai sebesar 86,67% di
kelas eksperimen dan 84,44% di kelas kontrol, sedangkan yang paling rendah
adalah sifat meghargai yaitu 60,67% di kelas eksperimen dan 58,00% di kelas
dominan memiliki keterampilan menilai dari pada indikator yang lain dan yang
paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah sifat menghargai.
3. Terdapat interaksi model pembelajaran inkuiri dan konvensional dengan
tingkat kreativitas terhadap keterampilan generik siswa. Kreativitas pada siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional tidak berperan, hal ini dapat
dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa masih rendah
baik pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas
rendah. Sedangkan kreativitas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri sangat berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains
yang diperoleh siswa lebih tinggi pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas
tinggi dibandingkan dengan hasil keterampilan generik sains pada siswa yang
memliki tingkat kreativitas rendah.
B. Saran
1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan
dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu
menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami
materi pelajaran nantinya.
2. Peranan perpustakaan di sekolah juga mempengaruhi hasil pengajaran, oleh
karena itu perlu dilengkapi buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran.
3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan
kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja
sepenuhnya.
4. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri maka siswa harus memiliki tingkat
kreativitas tinggi, kerena jika siswa memiliki tingkat kreativitas tinggi jika
dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memperoleh hasil keterampilan
117
DAFTAR PUSTAKA
A.F.C. Wijaya, T.R.Ramalis, (2012). Collaborative Ranking Tasks (Crt) Berbantuan E-Learning Untuk Meningkatan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Juli 2012.
Arikunto, S .(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arends,R.I. (2008). Learning to Teach (5th ed.), Singapore: McGrow Hill-BookCo.
Agus, M. (2007). Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi. Jakarta : Jurnal Pendidikan inovatif Vol.2/No.2/Maret/2007 , (online), (http://jurnaljpi.wordpress.com, diakses 25 November 2013).
Ariyati E (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemapuan Berpikir Kritis Mahasiswa, jurnal Matematika dan IPA, Vol 1 No.2 Juli 2010.
Brotosiswoyo, B.S. (2000).” Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi “,
dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.
Dahar, (2011). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.
Darliana, (2006). Pembelajaran IPA dengan Kompetensi Generik Sains, (Online) tersedia dalam :http::// www.Kependidikan.com, diakses 11 Agustus 2013.
D.D. Kristianingsih, S.E. Sukiswo, S. Khanafiyah, (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Januari 2010.
Dedi Supriadi.(1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung.
Foster, B. (2009). Fisika SMA Kelas X untuk 1B, Jakarta: Erlangga.
118
Gunawan , Agus Setiawan, Dwi H. Widyantoro. (2013). Model Virtual Laboratory Fisika Modern Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Calon Guru, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran (Jpp), Vol 20, No 1.
Hartono. (2006). “Pembelajaran Fisika Modern Bagi Mahasiswa Calon Guru”. Disertasi. Program Doktor pada Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topikhidrolisis garam dan Sifat Koligatif Larutan, Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2222-6311.
James Sumayku. (2011). Hubungan Kreativitas Dan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Dengan Pencapaian Prestasi Belajar Pada Jurusan Listrik Di Smk Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Volume 2, Nomor 2, ISSN 2087-3581
Joyce, B., Weil,M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching 8th ed. Model-model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kanginan, M. (2004). Fisika SMA Kelas X, Jakarta:Erlangga.
Ketang Wiyono, Agus Setiawan, dan Andi Suhandi, (2009). Model Pembelajaran
Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. III No. 1, Maret 2009
Liliasari, Setiawan, A., Widodo, A., (2007). Model-model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar. Laporan Penelitian HPTP. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana - UPI.
Lulu G, Tujuan Pembelajaran IPA Munurut BSNP, (Online), tersedia dalam: http://www.directeblog.co.id, diakses 2 juni 2013.
Leo Prasetio, (2000). Mengerti Fisika, Yogyakarta: Andi Offset.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A Possible hidden variable in
119
Munandar, Utami. (2009). Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Rajawali. Jakarta.
Munandar.Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Depdiknas dan Rineka Cipta: Jakarta.
Navies Luthvitasari, Ngurah Made D.P, Suharto Linuwih, (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Dan Kemahiran Generik Sains. Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2252-6412
Nugroho, A. (2005). Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi offsite :Yogyakarta
Nurachmandani, S. (2009). Fisika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
NRC, (2000). National Sains Education Standard, Washington.D.C: National Academi Press,
Rosmanidar, (2010) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang di Kelas VIII A MTsN Montasik, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.
Rostiyah N.K, (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfbeta.
Sagala, Y. S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 Binjai. Medan: Tesis Pascasarjana Unimed Medan.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet ke 2, Jakarta: Kencana.
Saprudin, sutarno, liliasari. (2010). Developing Generic Science Skills Of Prospective Teacher Through Offline and Online Interactive Multimedia
in Physics Learning. Proceding of the 4th International Conference on
Teacher; Join Conference UPI & UPSI Bandung. Indonesia 8-10 November 2010.
120
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.
Sunyono, Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains, (Online) diakses melalui situs: Documents%20and%20Settings/IMC/My%20 keterampilan%20generik%20sains.htm, diakses 2 september 2013.
Suriyani, (2007) Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Generik Sains Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Tinombo. Jurnal Pendidikan: Mitra Sains ISSN: 2302-2027
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suyanti, R.D. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kimia
Anorganik Terintegrasi Berbasis Multimedia Komputer Dalam
Mengembangkan Kemampuan Generik Sains, Disertasi: Universitas Pendidikan Indonesia.
U.A. Deta, Suparmin, S.Widha. (2013). Pengaruh metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9 (2). Hal. 6-7. (online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe, diakses 27 Mei 2013).
Trianto, (2007). Mendesain Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wahidmurni, (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.
Wirtha, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 B.Aceh. Unsyiah : Tesis Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
W. Gulo, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, Jakarta: Grasindo.
Zulaikha, S. 1997. Survey Tentang Kendala yang Dihadapi Guru Dalam menggunakan Alat peraga dan Merakit Alat-alat Sederhana Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Denpasar Selatan. Denpasar: Jurnal Aneka Widya STKIP Singaraja, No.
6/TH.XXX/Oktober/1997, (online),