• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sudah saatnya semua bisnis mengarah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sudah saatnya semua bisnis mengarah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penanggung Jawab SLC MARKETING, INC. Editor & Writer Sandy Wahyudi Avila Carlo Irawan Evan Linando Marvin Ade Santoso

Accounting Dhini Angela Marketing Widia Lestari Redaksi/Sirkulasi/Iklan SLC MARKETING, INC. Ruko G-Walk Arcade CG-1/08 Citraland - Surabaya 60219 ph +62 31 511 62 521 fax +62 31 511 62 522 www.slcmarketinginc.com

EDITOR’S NOTE

S

udah saatnya semua bisnis mengarah ke platform berbagi atau sharing, sebab terlalu banyak contoh bisnis yang dulunya adalah pemain tunggal atau berskala raksasa, ternyata tidak lagi tahan banting dengan perubahan teknologi yang begitu cepat, sedemikian mulai ditinggalkan oleh pasarnya. Bukan karena layanan atau produknya yang tidak lagi dibutuhkan, melainkan perilaku konsumen yang sudah berubah dalam cara mengkonsumsinya. Contohnya saja yang baru terjadi di Jakarta, yaitu demo besar-besaran sopir taksi konvensional terhadap sopir taksi berbasis aplikasi online (Uber & Grab Taxi). Banyak korban tak berdosa yang berjatuhan, bukan karena ada isu SARA seperti tahun 1998 silam, melainkan perusahaan taksi konvensional yang rupanya belum siap untuk masuk yang namanya era Sharing Economy.

Designer

Marvin Ade S.(@marujournal) Photographer SLC MARKETING, INC.

SHARECONOMIC,

IT IS WHEN US BETTER THAN ME

Oleh sebab itu, ulasan Connect Newsletter edisi ke-9 kali ini, akan diangkat topik Sharing Economy, yaitu bagaimana peran perusahaan, khususnya para Marketer agar bisa menyajikan/ menjual produk atau layanan yang konsepnya adalah sharing antar sesama konsumen. Hal ini untuk mengimbangi pola lifestyle mereka yang juga sering melakukan “share” informasi, foto, video, dll kepada social network yang dimilikinya saat mereka menganggap sesuatu itu baik dan penting untuk dibagikan. Bagaimana dengan perusahaan kita? Sudah siapkah kita untuk berkata pada diri sendiri bahwa “It is when US better than ME” ?

Dr. Sandy Wahyudi (DSW) Business Development Director SLC MARKETING, INC.

BEHIND THE COVER

By Marvin Ade S.(@marujournal) Shareconomic, sebuah paradigma baru yang berkembang di abad ke-21 ini, sebuah rancangan bisnis yang berkembang yang mengedepankan aspek manusia dan interaksi sosial.Zaman lebih percaya bertransaksi dengan orang lain hanya melalui seperangkat gadget dan aplikasi online daripada bertemu langsung dengan pembelinya. Sungguh zaman yang sudah berbeda dari 10 tahun yang lalu. Apakah perusahaan Kita siap beradaptasi dengan baik?

(3)

STRATEGIC FORUM

CUSTOMER COHESION STRATEGY

“CUSTOMER COHESION STRATEGY” topik yang diangkat dalam seminar strategic forum bulan Februari 2016. Mengulas tentang strategi meningkatkan daya perekat dengan pelanggan lama, sehingga dari awal mereka membeli

TOURISM MARKETING

16 MARET 2016

Untuk mendukung peningkatan kualitas SDM & profesionalisme di bidang kepariwisataan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya kembali menggandeng SLC MARKETING, INC. menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan pembekalan mahasiswa/mahasiswi D-IV & S1 jurusan kepariwisataan. Dilaksanakan pada Rabu, 16 Maret 2016 dengan tema “Tourism Marketing” yang dibawakan langsung oleh Dr. Sandy Wahyudi (DSW), Pakar & Praktisi Marketing & Inovasi.

SLC MASTERCLASS – NAILING

YOUR BRAND INTO CUSTOMER

MIND

One Day Exclusive Workshop yang dikemas oleh SLC MARKETING, INC. dengan selalu mengangkat tema berbeda dan hanya 2x saja tiap tahunnya! Dilaksanakan pada Sabtu, 16 April 2016 di Ciputra World Hotel, Surabaya dengan Tema “Nailing Your Brand Into Customer Mind”. Strategi menciptakan pengalaman yang memorable dan everlasting bagi

produk, dapat terus aktif dan melakukan repeat order secara terus menerus di perusahaan kita. Dilaksanakan di Java Paragon Hotel, pada Kamis, 25 Februari 2016 dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai lintas industri.

pelanggan, sedemikian produk kita bisa terus menancap di kepala mereka dan membuat penjualan kita tetap terjaga sepanjang waktu.

(4)

MAIN STORY

B

ersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Ini sebuah slogan yang sudah kita kenal lama sejak jaman pemerintahan Ir. Soekarno. Kalau dulu kata “bersatu” hanya ampuh untuk menyatukan pendapat dan aspirasi dari beragam latar belakang suku, ras, dan agama, agar konsep Bhineka Tunggal Ika benar-benar terjadi di tanah air, maka tren bisnis pada periode 2015-2025 benar-benar kata “bersatu” ini menjadi kenyataan dalam dunia perekonomian.

Dalam dekade ke depan, untuk menjadi bisnis yang besar, kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan kekuatan sendiri. Sebab sebesar apapun modal yang dimiliki, tetap akan kalah nantinya oleh yang namanya “kebersamaan”

(sharing). Bisnis yang sudah berdiri selama dan sebesar Taksi Bluebird dengan aset total triliunan rupiah saja merasa sangat digoncang dengan kehadiran taksi berbasis aplikasi online seperti Uber, Grab Taksi, dll yang notabene masih pemain kemarin sore dimana juga aset/ modalnya sangat kecil dibanding Bluebird. Lantas, apa itu sharing economy?

Sharing economy adalah sebuah konsep ekonomi hybrid yang bertujuan untuk memadukan peran para pemilik barang/jasa dengan para konsumen yang membutuhkan barang/jasa tersebut, sedemikian si pemilik tadi selain masih bisa menikmati apa yang dimilikinya, juga bisa mendapatkan income dari konsumen lain yang ingin menikmati kepemilikannya dengan cara sharing

DR. SANDY WAHYUDI (DSW)

Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi, Lisensi AMA-USA & CIM- UK Business Development Director - SLC MARKETING, INC.

(5)

(menyewakan). Konsep sharing economy ini baru bisa berjalan dengan baik jika didukung dengan community-based online services, atau dengan kata lain harus ada teknologi IT yang sanggup menopangnya, sebab platform yang hendak dibuat benar-benar bertujuan mempertemukan dua komunitas yang berbeda, yaitu komunitas si pemilik dan komunitas si pemakai yang jumlahnya sangat banyak orangnya.

Di luar Indonesia, sudah banyak perusahaan start-up yang berhasil mengusung konsep sharing economy di negaranya, di antaranya adalah “Uber” (jasa transportasi dengan melibatkan pemilik kendaraan sebagai driver-nya), atau “Car2Go” (jasa sewa kendaraan tanpa perlu pemiliknya menjadi driver sebab sistem lepas kunci ke penyewanya). Ada juga “ShareDesk”, yaitu perusahaan berbasis platform IT yang mempertemukan para pemilik office yang sebagian ruangannya ada yang kosong dengan para penyewanya. Lalu ada “AirBnB” yang mempertemukan para pemilik rumah yang mau menyewakan sebagian kamar kosongnya ke para penyewa yang membutuhkan tempat tinggal sementara. Untuk beberapa contoh terakhir yang saya sebutkan nampaknya tidak terlalu diminati di Indonesia oleh sebab faktor keamanan masih menjadi isu sosial yang rawan terjadi. Perusahaan yang bisa mentransformasi model bisnisnya atau menggabungkan konsep bisnis konvensionalnya dengan konsep sharing platform, ke depan pasti akan punya daya saing dan sustainabilitas bisnis yang lebih baik daripada yang tidak melakukannya. Mengapa demikian? Kalau dulu mungkin tidak asing bagi kita suatu statement “ada harga ada barang” atau “ada harga ada kualitas”, artinya sebagian segmen konsumen tertentu masih mau membeli produk dengan harga mahal asalkan kualitasnya sangat bagus. Namun sekarang dengan semakin bertambahnya jumlah kompetitor yang mampu menawarkan harga lebih murah dengan kualitas produk lebih baik, maka tantangan perusahaan adalah

mau tidak mau melakukan cost efficiency dan inovasi sedemikian bisa menjual produk dengan kualitas lebih baik dengan harga lebih murah.

Sebagai contoh Walmart, sebuah jaringan hypermarket di Amerika pada tahun 2016 ini terpaksa menutup 269 gerainya dan menggantikannya dengan konsep drive-thru, dimana konsumen diminta belanja secara online terlebih dulu, lalu meminta mereka mengambil sendiri barang belanjaannya di pick-up point terdekat dengan konsep drive-thru. Dengan demikian, biaya operasional Walmart turun sangat drastis oleh karena tidak perlu lagi menyediakan fasilitas store yang nyaman, tidak perlu lagi ada antrian panjang di bagian kasir (padahal jumlah kasirnya sudah sangat banyak di tiap store), tidak perlu lagi ada cleaning service, dll, sedemikian hanya diperlukan gudang penyimpanan saja dan beberapa line antrian drive-thru.

Kembali ke konsep sharing economy. Memang contoh Walmart di atas bukanlah murni konsep sharing economy yang sesungguhnya, sebab hanya mengganti pola perilaku konsumen dalam berbelanja dengan pemanfaatan platform IT. Jika perusahaan kita sudah established secara konvensional, sebaiknya mulai dipikirkan bagaimana mengubah perilaku konsumen agar mau terlibat dalam proses produksi/layanan dengan pemanfaatan platform IT agar bisa melakukan cost efficiency. Kecuali jika kita memang mau membuat anak perusahaan baru yang fokusnya adalah menyewakan kepemilikan saja, seperti Virtual Office atau Co-Working Space yang sekarang sudah mulai banyak bermunculan di Indonesia, atau bahkan benar-benar membuat perusahaan start-up yang berbasis sharing economy murni, sedemikian para pemilik dan para penyewanya bisa mengatakan “it is when US better than ME” sebab memiliki sendiri (Me = saya) sudah sangat mahal harga dan pajaknya, sayang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik untuk berbagi.

(6)

ASSOCIATE CORNER

S

etiap perusahaan tentunya ingin mempunyai salesman yang handal, cepat closing, tidak pernah keluar perusahaan, bayarnya cepat. Tapi apa mungkin? Berikut gambaran SMART Salesman yang hanya ada di CONNECT edisi bulan ini.

“S” See the rejection as the key for success. Seorang salesman yang SMART akan melihat penolakan sebagai kunci agar dia maju di kemudian hari. Dia akan mempelajari di mana yang salah dan harus ditingkatkan. Apakah gaya presentasi, penampilan ataukah artikulasi dalam berbicara yang harus dievaluasi. Terkadang pelanggan kita bukan menolak produk kita melainkan waktu yang kita tetapkan untuk berbicara dengan pelanggan kita tidak tepat

“M” Make decision when you’re ready. Seorang salesman yang SMART tahu kapan membuat keputusan yang tepat bagi pelanggannya. Keputusan ini akan juga berkaitan dengan timing yang tepat dalam berhubungan dengan pelanggannya. Keputusan penawaran harga, janji temu harus diperhitungkan matang-matang, tidak hanya asal-asalan membuat janji temu.

“A” Achieveable idea/concept. Seorang salesman yang SMART seringkali membuat idea atau konsep yang mudah dia lakukan dan bahkan orang lain kerjakan. Daftar kunjungan pelanggan yang sederhana meskipun sedikit namun efektif untuk dia lakukan. Itu lebih baik

daripada banyak list kunjungan namun yang dikunjungi hanya 3 pelanggan saja.

“R” Respect the Customer. SMART salesman tahu bagaimana menghargai pelanggannya. Menghargai tidak sama dengan menyuap. Banyak yang salah kaprah dalam mengartikannya. Ketika dalam usaha untuk merebut hati pelanggan, mereka (salesman) cenderung membawa sesuatu agar maksudnya tercapai. Beda halnya dengan kita harus mengetahui kebutuhan pelanggan kita baik produk atau pun layanannya sehingga dapat membedakan perusahaan kita dengan pesaing kita.

“T” Time Schedule. SMART salesman tahu kapan membagi waktu antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain. Kebanyakan salesman menganggap apabila pelanggan kita senang ngobrol sama kita maka orderan akan banyak. Sedangkan apabila kita hanya sebentar saja kunjungan maka akan membuat orderan akan sepi.

Tentunya ide SMART salesman yang ada di atas merupakan salah satu atau sedikit pemahaman dari apa yang ada di dunia sales sendiri. Dengan harapan kita akan memotivasi team salesman kita untuk dapat bertindak bijak baik tidak hanya dalam menawarkan produk atau pun jasa melainkan juga sebagai Personal branding untuk perusahaan kita. (BY)

YOSIE SETIADI, MM. (BANG YOS)

Associate Consultant - SLC MARKETING, INC.

SMART SALESMAN IN THE

UNCERTAINTY ECONOMIC

(7)

ASSOCIATE CORNER

H

i, fren…saya pendatang baru di majalah bulanan CONNECT. Yuk berkenalan lebih akrab…. Senang sekali bergabung dengan para kawula muda di SLC MARKETING,inc yang energetic dan ingin pula untuk ikut mendukung upaya connecting people melalui rubrik khas Leadership Marketing. Pentingnya kita memperhatikan “orang-orang” yang menjadi pelaksana innovasinya Bung DSW dan sales solutionnya Bang Yos.. Saya ‘jebolan’ Laboratorium Klinik Prodia di Surabaya, yang membidani berdirinya Prodia sejak 35 tahun yang lalu. Kini setelah purna bakti, saya ingin sharing my experience in leadership marketing kepada para pembaca CONNECT.

Perkenalan perdana sesuai tema CONNECT bulan April yaitu , “SHARING ECONOMY, it is when US better than ME”. Prinsipnya penjualan masa kini tidak lagi bersifat monopoli produk atau jasa. Tetapi perusahaan mampu mewujudkan kerjasama komprehensif dengan perusahaan lain sedemikian sehingga penawaran produk dan jasa menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan saling melengkapi. Dengan demikian memberikan kemudahan bagi konsumen, karena akan lebih efisien dalam hal waktu dan harga.

Namun sebelum perusahaan saling bekerjasama, layak diperhatikan bahwa para pemangku kepentingan ‘didalam’ perusahaan juga harus menjaga kerjasama antar divisi, antar bagian sedemikian sehingga goal

perusahaan tercapai. Kekompakan tim juga terjaga. Itulah sebabnya saya memilih judul : GOAL….!!! Perusahaan = Sepak Bola.

“Pasti beda”, kata Anda. Ya, memang beda. Yang satu di lapangan hijau, dengan kesebelasan yang adu jitu meng-goal-kan bola ke gawang lawan. Yang satu di gedung bertingkat nan sejuk oleh semilir air conditioner. Tapi ada persamaannya, keduanya harus mencapai ‘goal’ yang hanya bisa dicapai apabila dikerjakan dengan cara bersama-sama. Kekompakan tim adalah kata kunci. “US better than ME”.

Coba bayangkan kalau setiap pemain sepak bola merasa dirinya paling ahli, paling jago, tak peduli teman. Akankah goal tercapai? Demikian juga apabila karyawan tiap divisi merasa dirinya paling berkontribusi bagi perusahaan, maka akan terbentuk persaingan internal yang tidak sehat bagi perkembangan kreativitas perusahaan. Bahkan yang lebih parah akan terjadi saling menyalahkan dan pada gilirannya bisa terjadi perpecahan antar divisi atau merembet didalam satu divisi. Tentu ini keadaan yang membahayakan kelangsungan perusahaan.

Kunci sehatnya adalah kemampuan pemimpin divisi dan puncak pimpinan memberikan perhatian, motivasi, apresiasi pada setiap divisi, dan menggalang kekompakan antar mereka.(IND)

GOAL…….!!!!!

PERUSAHAAN = SEPAK BOLA

INDIRAWATI

(8)

ASSOCIATE CORNER

M

ari kita mulai artikel ini dengan pertanyaan : “Apa sih yang menyebabkan blue bird kalah dengan uber?”

Padahal uber kan (pada mulanya) bukan perusahaan taxi. Pada waktu berdiri sudah pasti modalnya jauh lebih kecil dari blue bird, karena waktu itu blue bird sudah established banget. Blue Bird lebih punya modal waktu itu. Blue Bird merasa sudah tidak mungkin terkalahkan, sudah Raja. Blue Bird sebenarnya punya segalanya untuk menghabisi uber dalam waktu singkat.

Yang tidak dipunyai oleh Blue Bird adalah mindset STUPID nya itu tidak ada, Blue Bird sudah merasa paling “wah” Ok, sekarang kita beralih topik dulu sebentar ya.

Orang zaman sekarang ini. Biasanya seperti ini “sudah lah, jangan join usaha sama teman, ujung-ujungnya pasti tidak enakan sama teman”

“usaha itu lebih enak punya sendiri” “lebih enak kerja sendiri”

Menurut saya, jika saat ini Anda itu mindset nya masih “semua-semuanya sendiri” Semuanya mau dikerjakan sendiri, semua (mesin/peralatan/perlengkapan) harus milik sendiri. Anda akan dilibas oleh “uber-uber” dan “go-jek – go-jek” Sebelum ada uber, jika saya ingin membuka perusahaan taxi, saya sudah harus melawan blue bird. Sekarang blue bird dihajar oleh uber. Kalau anda masih

mau segala-segala milik sendiri. Anda tidak ada bedanya dengan blue bird. Siap-siap saja dihajar habis-habisan. Anda belum masuk ke pasar saja sudah ada 2 yang akan menghajar Anda (blue bird dan uber)

Jadi anda tidak bisa menggunakan mindset lama (segala-segala milik sendiri) untuk menghadapi landskap bisnis saat ini. Ini berlaku mulai dari orang miskin, hingga orang kaya. Jika anda orang miskin yang tidak mempunyai modal lebih baik anda merubah mindset dahulu. Jika anda orang kaya yang punya modal, lebih baik anda juga merubah mindset dahulu.

Kenapa? Bukan kah Anda mempunyai modal untuk “mengerjakan” pasar. Jawabannya adalah…. Karena di pasar, Anda akan menemui “uber-uber” dan “go-jek – go-jek” yang bisa “mengerjakan” pasar yang akan anda masuki. Dimana mereka masuk dengan “modal kecil”. Akhirnya anda (orang kaya) perlu bertanya-tanya, “buat apa modal besar jika dengan modal kecil saja bisa?”

Sebagai orang kaya yang bijak tentu Anda tidak akan dengan mudah mengeluarkan uang Anda kan. Tentu anda akan berpikir ulang… merubah mindset Anda dahulu, mengosongkan gelas, #keepstupid. Kemudian setelah anda mendesain ulang model bisnis anda dan menggunakan “hard earn money” anda se-efisien mungkin. Barulah anda masuk ke pasar menghadapi “uber – uber”, “go-jek – go-jek” dan… “blue bird – blue bird”

ALEXANDER PONTOH

Associate Consultant - SLC MARKETING, INC.

FIRST STEP TO FACE

SHARING ECONOMIC

(9)

S

emua perusahaan tahu bahwa jalan keluar dari perang harga adalah MEM-BRANDING perusahaan sedemikian rupa punya diferensiasi kuat di mata pelanggan. Masalahnya, tidak semua perusahaan paham dari mana harus memulainya, apa saja yang harus dikelolanya, belum lagi keterbatasan tim dan waktu untuk melakukannya. Oleh sebab itu, Divisi BRAND ACTIVATION kami hadir untuk menjawab tantangan ini.

Tim BRAND ACTIVATION kami lebih dari sekedar Branding/PR/ Advertising Agency, sebab divisi ini di-support penuh oleh divisi RESEARCH AND CONSULTING SLC Marketing Inc. untuk melakukan pendekatan yang profesional untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para klien kami.

Tim kami berdedikasi tinggi dan profesional, serta selalu memberikan laporan yang rutin dan custom sesuai dengan kebutuhan klien-klien kami. serta tak lupa divisi kami juga di support oleh banyak partner media massa, baik lokal maupun nasional.

Tim kami terspesialisasi ke dalam 6 industri, yaitu : industri jasa keuangan, otomotif, transportasi dan logistik, komunikasi, teknologi, dan media, kesehatan, properti, sumber daya, infrastruktur, dan utilitas, pelayanan publik, dan pemerintahan.

WE WILL ASSEMBLE

YOUR BRAND

Divisi Brand Activation kami siap MENYATUKAN dan MENGENCANGKAN Branding perusahaan Anda.

BRAND ACTIVATION APPROACH

(10)

WHAT THEY SAY

ABOUT US?

TESTIMONIAL

Connect Leader Community merupakan wadah yang disediakan oleh SLC Marketing Inc. untuk saling sharing pengalaman di bidang marketing dan bisnis.

Berikut ini beberapa komentar dari para peserta yang telah bergabung dalam Connect Leader Community. Mendapatkan relasi serta link, serta

mendapat ilmu yang baru.

- Smart FM - Picodio

- Nakamura Surabaya

- Cahaya Visi Indonesia

- Hosana Garment - TV9 Baru pertama kali mengikuti Connect Leader Community sudah banyak ilmu.

Suasana acara sangat bagus, Materi TOP. Luar biasa...Sukses terus SLC Marketing Inc.

Contoh bisa usaha yang gagal dan mix perusahaan raksasa dan perusahaan menengah agar aplikasi lebih mudah diterapkan.

Sangat luar biasa, hal yang selama ini belum terlaksana langsung akan ACTION !

Tingkatkan apa yang sudah baik sehingga menjadi luar biasa !!

(11)
(12)

Referensi

Dokumen terkait

$urban * ekor kerbau diberikan kepada pe/urban A orang masing-masing mendapatkan ( kg daging murni" dosen dan sta kampus ber#umlah *) orang masing-masing mendapatkan

Proses penyelesaian soal hampiran normal untuk binomial dan setelah dilakukan wawancara diperoleh data bahwa subjek kelompok atas pada A1 dan A2 langsung

Jika dibandingkan dengan kain kapas yang belum disempurnakan resin, terjadi perbaikan ketahanan kusut clan kenampakan yang cukup tinggi dengan derajat putih yang relatif tetap,

Buku ini dibuat dengan diawali proses pencarian data dari sanggar tari dengan mengadakan beberapa wawancara, pembuatan storyline, storyboard, pengambilan foto kostum

Hasil studi pengembangan ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah lokal/setempat untuk meningkatkan pelayanan air minum perpipaan PDAM dari kondisi pelayanan

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB diakui

3= Jika siswa menjawab 3 bagian akar monokotil beserta fungsi sesuai dengan teori di buku.. Judul kegiatan: Teknologi yang terinspirasi dari struktur jaringan