• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI JOY FULL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA SKRIPSI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

UPT SPF SDN 11 KALUMEME KABUPATEN BULUKUMBA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian Skripsi Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Jaka Saputra NIM: 10540 11153 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)

\

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : JAKA SAPUTRA

NIM : 10540 11153 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, September 2020

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Andi Adam, S.Pd,. M.Pd Abdan Syakur.,S.Pd.,M.Pd Diketahui:

Dekan FKIP Ketua Jurusan Pendidikan

UNISMUH Makassar Guru Sekolah Dasar

Erwin Akib, S.Pd., M,Pd., Ph.D. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

(3)
(4)
(5)

\

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : JAKA SAPUTRA

NIM : 10540 11153 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun .

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2020 Yang Membuat Pernyataan

(6)

\

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : JAKA SAPUTRA NIM : 10540 11153 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2020 Yang Membuat Perjanjian

(7)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

(mengerjakan -8)

lalu, maka dari itu tataplah masa depan

Persembahan: Kuperumtukkan karya teristimewa ini kepada orang tuaku tercinta yang senantiasa mengarahkan, memberi kasih sayang dan perhatian yang tulus… Serta kepada Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk sehingga semuanya dimudahkan dan dilancarkan…

JAKA SAPUTRA

(8)

JAKA SAPUTRA. 2020. Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing II Abdan Syakur.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif atau classroom action research. subjek penelitian adalah murid kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 murid laki-laki dan 10 murid perempuan. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data dianalisis menggunakan analisis deskriptif pada siklus I terjadi peningkatan pada nilai keterampilan menulis melihat nilai KKM siswa pada pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya 16,7% sedangkan siswa yang dikategorikan tidak tuntas sebesar 83,3%. Nilai rata-rata sebesar 62,22 sedangkan pada pertemuan II dengan melihat nilai KKM pada pertemuan I dengan siswa yang tuntas hanya 33,3% sedangkan siswa yang dikategorikan tidak tuntas 66,7%, pada siklus II terjadi peningkatan yang tinggi dibandingkan pada siklus I. pada pertemuan I pada nilai KKM dapat 88,9% dikategorikan tuntas dan 11,1% dapat dikategorikan tidak tuntas. dengan memperoleh nilai rata-rata sebesar 74,44 sedangkan pada pertemuan II memperoleh nilai KKM sebesar 100% dikategirikan tuntas dan tidak ada siswa di kategorikan tidak tuntas

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Kata Kunci: Strategi Joy Full Learning, Keterampilan Berbicara

(9)

Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Allah yang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah yang paling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan kita. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Joy Full Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba” dapat diselesaikan.

Setiap orang dalam berkarya selalu mengharapkan kesempurnaan, termasuk dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, tetapi penulis telah mengerahkan segala daya dan upaya untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tullisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Jaharia dan Kamiseng yang telah berdoa, berjuang, rela berkorban

(10)

tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta

ucapan terima kasih kepada Andi Adam,S.Pd.,M.Pd dan Abdan Syakur,S.,Pd.M.Pd selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada; Aliem Bahri S.Pd.,M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar; Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada HJ. Rosmala,S.Pd.SD kepala UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba dan beserta stafnya, terutama Bapak Ishak.,S.Pd.I selaku wali kelas II yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga kepada sahabat dan keluarga besar Hima Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 terkhusus kelas D Universitas

(11)

Muhammadiyah Makassar, terutama Khaerunnisa Nurdin, Andi Nurmaya Safitri, Nurul Wahdana, Mutmainnah, Muh. Musyawwir serta Satriana terima kasih atas segala bantuan, pelajaran, arahan serta motivasi yang diberikan.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain memohon kepada Allah SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi pahala disisi-Nya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, Agustus 2020

Penulis

(12)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5 1. Manfaat Teoritis ... 5 2. Manfaat Praktis ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 7

1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning ... 7

2. Keterampilan Berbicara ... 17

3. Belajar dan Hasil Belajar ... 22

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar ... 23

B. Kerangka Pikir ... 25

C. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

C. Faktor yang Diselidiki ... 29

D. Prosedure Penelitian ... 29

E. Instrument Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 34

(13)

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Siklus I ... 36

2. Siklus II ... 48

B. Pembahasan ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN – LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP DAFTAR GAMBAR

(14)

Gambar Judul Halaman 2.2 Bagan Kerangka Pikir ... 26 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto ... 30

(15)

Tabel Judul Halaman

3.1 Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid ... 34

4.1 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Pertemuan I ... 38

4.2 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I Pertemuan II ... 40

4.3 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I ... 41

4.4 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 43

4.5 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ... 45

4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ... 46

4.7 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II Pertemuan I ... 51

4.8 Persentase KKM Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II Pertemuan II ... 52

4.9 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ... 53

4.10 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ... 54

4.11 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ... 56

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan lebih baik.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tumbuh dan berkembang serta berkeinginan untuk mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama proses peningkatan dan pengembangan pengetahuan kepribadian maupun keterampilannya, manusia perlu membangun hubungan sosial satu sama lain. Sektor pendidikan memiliki peranan penting dalam hal ini. Dimana tujuan pendidikan mengarahkan kita ke arah yang lebih baik.

UUD RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 (2009:343), menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(17)

pelajaran wajib di persekolahan. Lingkungan sosial budaya dengan perkembangan yang pesat seiring perubahan zaman menjadi tantangan mendasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Kenyataannya, proses pembelajaran Bahasa Indonesia masih sebatas transfer ilmu dari guru (teaching oriented learning), mata pelajaran Bahasa Indonesia dipandang sebagai mata pelajaran berbasis textbook yang dalam pengimplementasiannya siswa sering kali ditugaskan untuk membaca materi yang ada pada buku pengajaran.

Berdasarkan kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih dibawah kriteria ketuntasan minimun (KKM) yaitu 70% . Hal ini terungkap melalui prapenelitian melalui observasi kepada guru dan murid kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Dari hasil observasi tersebut dapat diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya keterampilan berbicara pada siswa karena beberapa faktor. Diantaranya faktor guru yaitu: (1) Fokus pembelajaran yang masih berpusat pada guru, (2) Kurang melatih siswa, (3) Guru kurang tepat memilih model dalam pembelajaran keterampilan berbicara, dan (4) Aktivitas tukar pendapat dengan siswa kurang. Sedangkan faktor siswa yaitu: (1) Sebagian siswa kurang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan kepada guru, (2) tidak memperhatikan saat guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, (3) siswa kurang antusias dalam belajar, (4) siswa lebih suka bermain.

Keterampilan berbicara dipandang memiliki peranan sentral dalam tujuan pembelajaran bahasa, karena hakikat belajar bahasa adalah belajar komunikasi,

(18)

terutama komunikasi lisan. Demikian pula dengan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia. Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan tulisan. Menurut Tarigan (dalam 2015:16) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Keterampilan berbicara siswa khususnya pada siswa kelas II di SD Inpres Pajagalung masih kurang. Cara penyampaian pelajaran Bahasa Indonesia oleh guru menjadi salah satu faktor penyebabnya, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan nyatanya siswa bosan dengan cara penyampaian guru tersebut. Selain merasa bosan, siswa juga tidak menunjukkan keaktifan saat kegiatan belajar berlangsung. Siswa kelas II di SD Inpres Pajagalung ini, nyatanya masih belum mempunyai keberanian dan dasar kemampuan untuk mengungkapkan ide-ide, gagasan yang ada di pikirannya.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Salah satunya yakni dengan menggunakan strategi Joyfull Learning dalam proses pembelajaran. Joyfull Learning digunakan agar anak bersemangat dan gembira dalam belajar dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan strategi Joyfull Learning selain dapat digunakan dalam metode diskusi, dan metode tanya jawab dalam satu kali pembelajaran, kita juga dapat melakukan kegiatan lain salah satunya yang

(19)

dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa Brayn Gym (Senam otak), tepuk tangan (yel-yel) serta Humor (Video, Cerita Lucu dan Tebak-tebakan) yang dapat diselipkan di selah-selah proses belajar mengajar. Diharapkan agar pembelajaran lebih efektif, dan bermakna bagi siswa sehingga belajar tidak lagi menjadi momok bagi siswa tetapi menjadikan belajar sebagai suatu kebutuhan yang harus dimiliki siswa. Dengan begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik untuk terlibat secara aktif.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Penerapan Strategi Joyfull Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui peningkatan penerapan strategi Joyfull Learning terhadap hasil Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba”.

(20)

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru sekolah dasar dan perkembangan mengenai penerapan strategi Joyfull Learning untuk meningkatkan Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru.

Bagi guru aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di kelas, agar siswa lebih bersemangat dalam menerima pelajaran yang berlangsung, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Bagi Siswa

Bagi siswa aktifitas strategi Joyfull Learning ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa aspek keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dapat menerima pelajaran di sekolah supaya tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung. c. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, hasi penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan penggunaan tehnologi informasi.

(21)

d. Bagi Peneliti

Penelitian diharapkan mampu memberikan tambahan referensi mengenai penerapan strategi Joyfull Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Selain itu sebagai media latihan penulisan karya ilmiah selanjutnya bagi peneliti.

e. Bagi Pembaca

Diharapkan bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa SD Inpres Pajagalung Kab.Gowa dan juga sebagai referensi penelitian yang relevan untuk peneliti selanjutnya.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Strategi Pembelajaran Joyfull Learning a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum kegiatan antara guru dan siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran di dalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.

Kozma(Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu”.

Dick dan Carey (Sanjaya 2007:7), mengemukakan bahwa “Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

b. Pengertian Joyfull Learning

Joyfull Learning berasal dari kata Joyfull yang berarti menyenangkan sedangkan learning adalah pembelajaran. Joyfull Learning (pembelajaran

(23)

menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran atau pengalaman belajar yang membuat peserta didik merasakan kenikmatan dalam skenario belajar atau proses pembelajaran.

Mulyasa (2006:191-194), mengemukakan bahwa:

Pembelajaran menyenangkan (Joyfull learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Djamarah (2010:377), mengemukakan bahwa “Pembelajaran menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan pembelajaran yang di desain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan, menyenangkan dan yang paling utama tidak membosankan”.

Ngalimun (2017:35), mengemukakan bahwa “Pembelajaran menyenangkan (Joyfull Learning) merupakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik, yang dimana seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Joyfull Learning (pembelajaran menyenangkan) adalah suatu proses pembelajaran yang membuat peserta didik senang dalam proses pembelajaran, tidak membosankan dan membuat pembelajaran itu lebih bermakna.

Pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil bermain, yang mau tidak mau akan mengajak peserta didik untuk aktif serta tidak jenuh atau membosankan dalam belajar. Sambil bermain mereka aktif belajar dan

(24)

sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak ada strategi standar untuk pembelajaran yang menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan usia mental peserta didik dapat memilah dan memilih strategi yang sesuai atau bahkan strategi yang diciptakannya sendiri dalam rangka menciptakan pembelajaran.

Strategi pembelajaran Joyfull Learning merupakan strategi yang bisa disesuaikan dengan metode dan gaya yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Dengan pembelajaran yang disampaikan lewat cara yang menyenangkan maka strategi ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi tidak membosankan. Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metode diskusi, metode ceramah, dan metode tanya jawab dalam satu kali pembelajaran. Dengan begitu maka secara tidak langsung akan memaksa peserta didik untuk terlibat secara aktif.

Prinsip pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah apabila siswa senang dan belajar tahu untuk apa dia belajar. Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) bukan semata-mata pelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Pembelajaran yang menyenangkan akan ditandai dengan

(25)

besarnya perhatian siswa terhadap tugas, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Selain itu, dalam jangka panjang siswa diharapkan menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long lear). Joyfull Learning merupakan strategi belajar mengajar yang menyenangkan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan cara menyenangkan dan berhasil. Guna mendukung proses Joyfull Learning maka perlu menyiapkan lingkungan sehingga semua siswa merasa penting, aman dan nyaman. Ini dimulai dengan lingkungan fisik yang kondusif yang diperindah dengan tanaman, seni dan musik.

Mereka dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainnya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan dicipitakannya sendiri. Jadi faktor untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang anak untuk belajar.

(26)

c. Langkah-langkah pembelajaran Joyfull Learning

Joyfull learning menggunakan proses pembelajaran yang diaplikasi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui Brayn Gym (senam otak), yel-yel dan jenis humor. Joyfull learning menggunakan pendekatan-pendekatan permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang, segar, aktif dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa.

Mulyasa (2006:202) mengemukakan bahwa “ada 4 tahapan pembelajaran Joyfull Learning yaitu: Tahapan persiapan, Tahap penyampaian, Tahap Pelatihan, dan Tahap Penutup”. Berikut ini penjelasan 4 tahapan pembelajaran sebagai berikut :

1) Tahapan Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti begitu saja.

Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk :

a) Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif. b) Menyingkirkan rintangan belajar

c) Memotivasi minat dan rasa ingin tahu siswa.

d) Memberi siswa perasaan positif dan hubungan yang bermakna dengan topik pelajaran.

e) Menjadikan siswa aktif dan tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan dan tumbuh.

(27)

Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan. Pada tahap ini guru memberikan motivasi berupa kata-kata dan lagu-lagu/ nyanyian yang dapat membantu siswa keluar dari rasa tertekan dan menjadi tertarik dengan pembelajaran.

2) Tahap Penyampaian

Tahap penyampaian dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik.

Pada tahap ini guru menyampaikan materi belajar yang dikaitkan dengan hal-hal nyata yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari dan diasosiasikan dengan apa yang sudah diketahui dan diingat siswa sebelumnya. 3) Tahap Pelatihan

Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu keterampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan keterampilan itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya, dan apalagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.

(28)

Pembelajaran dibuat seolah-olah siswa sedang bermain dalam hal ini dengan menggunakan strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan jenis humor atau dapat juga dengan stategi yang lain serta dalam penyempaian diberi gambar-gambar atau animasi yang dapat membuat siswa menjadi tertarik dan senang dalam pembelajaran. Khususnya strategi Brayn Gym (senam otak), yel-yel, dan jenis humor saat pembelajaran. Agar lebih menarik dan memancing keaktifan siswa diberikan hadiah-hadiah dan pujian bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran. Serta saat pembelajaran berlangsung bisa diselingi dengan humor yang dapat membuat siswa lebih menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung.

4) Tahap Penutup

Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah tidak akan efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam Joyfull Learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan memusatkan perhatian.

Pada tahap ini guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang didapatkan. Menutup pembelajaran dengan kata-kata dan nyanyian/lagu yang menyenangkan bagi siswa. Apabila fasilitas dan waktu memungkinkan dapat juga guru memutarkan lagu atau film di akhir pembelajaran sebagai sarana refreshing bagi siswa.

(29)

d. Kelebihan Strategi Joyfull Learning

Mulyasa (2006:215), mengemukakan bahwa “Kelebihan Strategi Joyfull Learning ada 4 yaitu : 1. Suasana belajar rileks dan menyenangkan, 2. Banyak strategi yang bisa diterapkan, 3. Merangsang kreativitas dan aktivitas dan 4. Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran”.

Berikut penjelasan dari 4 kelebihan strategi Joyfull Learning yaitu: a) Suasana belajar rileks dan menyenangkan.

Melibatkan kerja otak kiri dan kanan akan menjadikan belajar siswa lebih ringan dan menyenangkan sehingga siswa tidak mengalami stress dalam belajarnya.

b) Banyak strategi yang bisa diterapkan.

Ada tiga jenis strategi yaitu yel-yel, Brayn Gym (senam otak), dan humor yang ada di Joyfull Learning yang dapat diterapkan dan dikombinasikan antara strategi yang satu dengan strategi yang lainnya misalnya strategi pembelajaran langsung dimana strategi ini diarahkan langsung oleh guru sehingga kita tinggal menentukan sendiri jenis strategi mana yang diterapkan.

c) Merangsang kreativitas dan aktivitas.

Kreativitas terjadi jika kita dapat menggunakan informasi yang sudah ada di dalam otak kita dan mengkombinasikan dengan informasi yang lain sehingga tercipta hal baru yang bernilai tambah. Demikian juga kita menggunakan strategi Joyfull Learning kita akan menghubungkan informasi yang sudah ada di memory kita untuk dikombinasikan dan dipadukan antara informasi yang satu dengan yang lain sehingga tercipta sesuatu yang baru.

(30)

d) Lebih bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Penguasaan materi yang mantap guru dapat mendesain membungkus suatu penyajian materi kegiatan belajar mengajar lebih menarik dengan berbagai variasi agar peserta didik mengikuti dengan suasana hati yang gembira dan semangat yang tinggi.

e. Jenis kegiatan dalam pembelajaran Joyfull Learning

Rudiana (2012:110), mengemukakan bahwa “jenis kegiatan dalam pembelajaran Joyfull Learning ada 3 yaitu: jenis Yel-yel, Jenis Brayn Gym (senam otak) dan Jenis Humor”.

Berikut di bawah ini penjelasan dari jenis kegiatan pembelajaran Joyfull Learning:

1) Jenis yel-yel

Kegiatan jenis yel-yel dalam Joyfull Learning adalah kalimat atau kata-kata yang sengaja dibuat sesuai kesepakata-katan guru dengan siswa untuk membangkitkan semangat atau membuat siswa terkonsentrasikan kembali ketika guru sedang mengajar. Kegiatan jenis ini biasanya digunakan di awal pembelajaran, untuk melihat kesiapan mental siswa pada saat mengawali suatu pembelajaran. Kegiatan jenis ini termasuk kategori yang mudah dilakukan. Contoh sederhananya adalah pada saat memulai proses pembelajaran anak diajak untuk kompak dan menghadirkan suasana kebersamaan dalam kelas. Dengan nyanyian dan gerakan sederhana, “kalau kau suka hati tepuk tangan, kalau kau suka hati mari kita belajar kalau kau suka belajar ayo siap-siap” dengan suara yang kompak dan nyaring.

(31)

2) Jenis Brayn Gym (Senam otak)

Joyfull Learning jenis Brayn Gym (senam otak) adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Menurut ahli senam otak dari lembaga educational Kinesiology Amerika Serikat Paul E. Denisson (Yanuarita, 2013: 77) mengatakan bahwa “walaupun sederhana, Brayn Gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari”. Selanjutnya Dryden dan Vos (Rudiana, 2012) menjelaskan mengkondisikan otak kanan dan otak kiri dalam keadaan rileks dapat dilakukan dengan mengadakan permainan atau Brayn Gym (senam otak), sehingga bisa merangsan komunikasi antara otak kanan dan otak kiri.

Senam otak berguna untuk melatih otak, dan juga sangat praktis karena bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Senam otak di dalam penelitian ini diperuntukkan untuk siswa dan dapat dilakukan pada kegiatan awal pembelajaran, pada saat anak mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam menjalankan aktivitas belajar juga dapat dilakukan pada saat jedah pembelajaran untuk kembali mengarahkan otak agar berada pada kondisi gelombang alpha yang mana pada gelombang ini kondisi otak siap untuk kembali menerima informasi. 3) Jenis Humor

Humor adalah kebutuhan asasi manusia. Buzan (Rudiana, 2012:123) mengatakan bahwa “humor pada dasarnya adalah imajinasi dan kemampuan otak untuk menemukan asosiasi baru yang menakjubkan”. Humor dapat dibuat sendiri, mulai dari yang aneh sampai yang tidak masuk akal seperti yang dikemukakan Darmansyah (Rudiana, 2012) humor adalah suatu yang bersifat menimbulkan atau

(32)

menyebabkan pendengarnya merasa tergelitik perasaan lucunya, sehingga terdorong untuk tertawa, apakah itu karena keanehannya, ketidak masuk akalannya, kekontradiksiannya, kenakalannya dan lain-lain. Hal ini selaras dengan penelitian tentang humor oleh Lee Bark, seorang ilmuwan dari Loma Linda University, yang menunjukkan bahwa tertawa atau sifat humoris bisa dilatih dan dilakukan setiap hari.

Humor dapat mengangkat siswa dari keseriusan yang mengerikan, memecah ketegangan yang menjemukan, dan memberikan sesuatu yang baru. Sukadi (Rudiana,2012) menjelaskan bahwa pembelajaran tanpa sesekali diselingi humor akan membuat siswa cepat jenuh, karena siswa tidak menyukai guru yang pembelajarannya monoton. Penggunaan humor yang mendidik (edukatif), dapat membuat suasana pembelajaran menjadi dinamis dan menyenangkan.

Humor sudah pasti akan dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar siswa. Karena, pembelajaran yang berlangsung akan menarik bagi siswa. Sebuah humor akan sangat bermanfaat dan membantu tenaga pendidik dalam mentransfer ilmu apabila sebuah materi disampaikan dalam bentuk humor ataupun demonstrasi yang memang sengaja dirancang agar ada unsur humoris yang di dalamnya bertujuan untuk menarik minat siswa.

2. Keterampilan Berbicara a. Hakekat berbicara

Iskandarwassid (dalam 2014: 241) menyatakan “Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi

(33)

artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain.”

Tarigan (dalam 2015:16) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” Dengan demikian, berbicara tidak sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu cara dan juga alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan.

Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup dalam kelompok. Anggota dalam kelompok tersebut selalu terjadi interaksi. Untuk berinteraksi manusia memerlukan alat seperti yang telah disebutkan, yaitu bahasa. Dalam berinteraksi (berkomunikasi) yang menggunakan bahasa tersebut dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. Untuk berkomunikasi secara lisan dengan efektif diperlukan kemampuan menyimak dan berbicara. Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Pengertian secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar.

Berbicara merupakan perwujudan komukasi secara lisan (dalam Munir, 2015:10). Komunikasi secara lisan sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai tujuan.

Brooks (dalam Tarigan, 2015: 17-18) mengemukakan beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, yaitu, (1) Membutuhkan paling sedikit dua orang, (2) Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, (3)

(34)

Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum., (4) Merupakan suatu pertukaran antara partisipan, (5) Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera, (6) Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini, (7) Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory apparatus).

Berbicara dapat berlangsung dalam situasi, suasana, lingkungan tertentu dan lingkungan formal, pembicara dituntut secara formal pula. Misalnya berpidato, berdiskusi, ceramah, wawancara (interview), dan bercerita. Sebaliknya, dalam situasi dan suasana informal seperti banyak dilaksanakanmanusia dalam kehidupan sehari-hari, pembicara berbicara santai (tidak formal), misalnya dalam tukar-menukar pengalaman, percakapan di jalan dan sebagainya.

Berdasarkan uraian mengenai hakekat berbicara, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan dalam aspek bahasa yang sangat penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan lawan bicara. Keterampilan berbicara ini perlu distimulus melalui kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kosakata yang dimiliki anak.

b. Tujuan Berbicara

Tarigan (dalam2015:16) menyatakan “Tujuan utama berbicara dari adalah untuk berkomunikasi.” Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dan kemauan secara efektif seyogyanya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi

(35)

terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Gorys Keraf (dalam Slamet 2012:37), menyatakan bahwa tujuan berbicara yaitu, (1) Mendorong pembicara untukmemberi semangat, membangkitkan kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian, (2) Meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/intelektual kepada para pendengar, (3) Berbuat/bertindak: reaksi fisik dari pendengar dengan harapan agar pendengar terbangkitkan emosinya, (4) Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang suatu hal, pengetahuan dan sebagainya, (5) Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

Sejalan dengan pendapat diatas, Tarigan (dalam Munir, 2015:12), menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5) menggerakkan.Tarigan (2015:17) menyatakan “Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu: (1) memberitahukan dan melaporkan (to Inform); (2) menjamu dan menghibur (to entertain); dan (3) membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to persuade).

c. Aspek-aspek Keterampilan Berbicara

Burhan (dalam Ahmad, 2013) menyatakan ada beberapa aspek yang dinilai pada saat anak berbicara diantaranya sebagai berikut:

(36)

a) Pelafalan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perahatian pendengar.

b) Intonasi

Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Penempatan Intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.

c) Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar.

d) Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu disecara harus memiliki volume suara yang jelas sehingga suara yang dihasilkan dapat dipahami dengan jelas oleh pendengar kemudian disertai dengan pelafalan yang jelas.

(37)

3. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri setiap manusia sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan. Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.

Gagne (Susanto, 2013:1), mengemukakan bahwa “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Hamalik (2016:39), mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman”.

Gagne (Suprijono, 2013:2), mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses yang dimiliki setiap individu melalui pengalaman dan berbagai latihan melalui aktivitasnya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar.

(38)

Suprijono (2013:7), mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja”.

Nawawi (Susanto,2013:5), mengemukakan bahwa :

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dimiliki oleh siswa baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik setelah melakukan proses kegiatan pembelajaran.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. a. Pengertian Bahasa Indonesia

Pada hakikatnya, Bahasa Indonesia menjadi suatu mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.

Rohmadi (2011: 9), mengemukakan bahwa:

Bahasa adalah alat berkomunikasi dalam kehidupan manusia. Wibowo (2001:3), mengemukakan bahwa:

Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

(39)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia adalah bagian dari kurikulum sekolah yang siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya dalam bermasyarakat maupun bernegara.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak terlepas dari empat keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan membaca disebut keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis disebut keterampilan produktif. Keempat keterampilan ini selanjutnya menjadi tujuan dari pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, termasuk di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP:317)

Subana dan sunarti(2011:268), mengemukakan bahwa:

Siswa pada jenjang sekolah dasar terbagi dalam dua kelompok utama, yaitu peringkat pemula (kelas I-III) dan peringkat lanjutan (kelas III-VI). Pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok ini berbeda karena sasaran dan tujuannya juga berbeda. Pembelajaran bahasa indonesia untuk kelas pemula lebih diarahkan pada keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan (MMP) yang sifatnya teknis dan kegiatan menyimak berbicaranyapun pada tingkat paling sederhana. Sedangkan pada peringkat lanjutan pembelajaran lebih diarahkan pada pelatihan penggunaan keterampilan bebahasa yang lebih kompleks.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk membuat peserta didik mengembangkan

(40)

kemampuan-kemampuan yang ada dalam dirinya agar dapat terampil dalam berkomunikasi pada masyarakat disekitarnya.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang telah dilakukan Hendi Septiawan yang berjudul “Penerapam Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning untuk Menungkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01 Kota Salatiga”. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning mampu meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDN Salatiga 01 Kota Salatiga yang tergambar dari sebesar 92,2% siswa lulus KKM.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Suprianti dengan judul “Penerapan Pembelajaran berbasis Joyfull Learning untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi di Kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disimpulkan bahwa:

a. Penerapan Pembelajaran Berbasis Joyfull Learning dapat meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Akuntansi. b. Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,

Kualitas Hasil Pembelajaran Akuntansi menunjukkan peningkatan ketuntasan dari 68,75% pada siklus I menjadi 78,13% pada siklus II.

(41)

C. Kerangka Pikir

Guru dituntut untuk dapat melibatkan siswa secara aktif dalam suatu proses pembelajaran dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang berbasis hafalan yang dapat membuat siswa merasa jenuh atau bosan dalam mempelajarinya, karena pada pembelajaran ini guru masih menggunakan teknik pembelajaran konvensional, sehingga guru terkesan lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung akibatnya pembelajaran menjadi kaku, tidak bervariasi dan kurang menyenangkan. Sementara pembelajaran dengan strategi Joyfull Leraning menawarkan suasana pembelajaran yang lebih variatif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa bosan atau mengantuk dalam mengikuti pembelajaran tersebut.

(42)

Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Kerangka pikir diatas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini!

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan pada penelitian adalah jika Strategi Joyfull Learning diterapkan maka keterampilan berbicara murid kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba.

.

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Penerapan metode poster comment 1. Siklus I

2. Siklus II

Keterampilan berbicara meningkat 1. Penyajian materi yang bersifat monoton

dan kurang valiatif

2. Penggunaan metode yang kurang tepat 3. Murid kurang aktif dan kurang

termotivasi dalam pembelajaran 4. Hasil belajar rendah

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat deskriptif. Menurut Umar dan Kaco, (Khalik,2009), bahwa PTK bertujuan untuk perbaikaan dan peningakatan layanan profesional guru dalam menangani kegitan belajar mengajar. Suharsimi Arikunto (2006) Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. PTK yang merupakan suatu kegiatan ilmiah terdiri dari Penelitian-Tindakan-Kelas

Kunandar (2008) Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research ialah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Suhardjono (2007) Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian tindakan yang dilakukan di ruang kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu prose atau praktik pembelajaran. Suyanto (1997) Menjelaskan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran didalam kelas secara lebih profesional. Oleh karenanya PTK sangat berkaitan erat dengan

(44)

Model PTK yang dipilih untuk mengungkapkan hasil penelitian sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh di kelas adalah Model PTK yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Bentuk PTK yang dipilih adalah bentuk kolaborasi antara guru dan peneliti. Pelaksanaan penelitian ini melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitan

Penelitian yang akan dilaksanakan di kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Waktu penelitian berlangsung mulai bulan April sampai dengan bulan Juni.

2. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian tindakan kelas adalah murid kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba sebanyak 18 orang yang terdiri dari 8 murid laki-laki dan 5 murid perempuan. Alasan peneliti memilih kelas II UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba karena rendahnya hasil belajar murid mengenai keterampilan berbicara. Peneliti mendapat respon baik dari pihak sekolah dalam pelaksanaan penelitian ini.

C. Faktor yang diselidiki

Adapun yang menjadi faktor penelitian ini adalah :

1) Faktor proses, Untuk melihat pelaksanaan pembelajaran, Didalam menerapkan strategi Joyfull Laerning

(45)

2) Faktor output, Untuk melihat hasil belajar murid pada proses pembelajaran, Dalam hal keterampilan berbicara dalam pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Secara garis besar ada empat tahapan yang dilalui dalam PTK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi (Arikunto, 2015:210). Desain Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang mana penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan timbul hal-hal baru untuk mencapai hasil yang diharapkan.

(46)

Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2015)

Pelaksanaan penelitian dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Secara lebih rinci prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

Siklus I

1. Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan ini adalah : a) Mengadakan konsultasi dengan guru mata pelajaran tentang strategi

Joyfull Learning

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Tindakan

Observasi

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Tindakan

Observasi

(47)

b) Menyusun rencana pembelajaran dengam menggunakan strategi Joyfull Learning.

c) Menjelaskan materi pelajaran tentang Joyfull Learning

d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah Joyfull Learning telah dimengerti oleh murid.

2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini peneliti mulai melaksanakan tindakan yakni pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan.

3. Observasi

Tahap ini merupakan dimana peneliti mengadakan observasi/pengamatan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui hambatan yang telah dihadapai pada saat pelaksanaan tindakan. Sasaran observasi adalah aktivitas guru dan murid. Aktivitas guru yang diamati adalah pada saat awal pembelajaran, proses pembelajaran akhir pembelajaran.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi bertujuan untuk menganalisis data pada setiap akhir tindakan siklus dengan prosedur analisis data: reduksi data, beberapa data, dan penarikan kesimpulan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

(48)

Siklus II

Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan bahwa pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I. Dengan demikian sebagai gambaran pelaksanaan kegiatan siklus ini merupakan kelanjutan dari siklus I, akan tetapi jika dari hasil tindakan pada siklus I ternyata ditemukan permasalahan yang memungkinkan pendekatan atau tindakan adalah sah sesuai dengan prinsip tindakan. Siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan.

E. Instrumen Penelitan

Instrumen penelitian tindakan kelas ini berupa observasi dan tes. Adapun instrumen penelitan sebagai berikut :

1. Observasi

Pedoman observasi merupakan alat yang digunkan dalam mengamati secara langsung objek yang ada hubungannya dengan penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui aktivitas belajar murid kelas II SD Inpres Pajagalung Kab. Gowa. Adapun yang di observasi yaitu murid yang hadir memperhatikan penjelasan guru, murid yang mampu berbicara baik dan benar, murid yang aktif menjawab pertanyaan guru. Alat yang digunakan untuk mengobservasi berupa lembar observasi kegiatan murid yang terdapat pada lampiran.

(49)

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi kemapuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Daryanto, 2007 : 35). Peneliti menempuh langkah pendekatan tes akhir pembelajaran. Bentuk tes yang disajikan adalah mengomentari gambar. Tes akhir diberikan kepada subjek penelitian untuk mengetahui data akhir hasil belajar Bahasa murid..

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Pengamatan dilaksanakan oleh mitra untuk mengetahui lebih jauh tentang proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah tersebut. Data hasil observasi/pengamatan/aktivitas guru dan murid selama proses pembelajaran dengan pengamatan langsung menggunakan lembar observasi pada setiap pertemuan.

2. Tes

Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar murid berupa nilai yang diperoleh murid yang diambil dari nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan kepada murid setiap akhir siklus. Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara murid terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.

(50)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut:

a) Rata-rata (Mean) =

Dimana:

= Rata-rata

= Jumlah seluruh data N = Banyaknya data

b) Persentase (%) nilai rata-rata = x 100%

Dimana:

P = Angka persentase

f = frekuensi yang dicari persentasenya N= Banyaknya sampel responden.

Data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data, berupa data kualitatif dengan mencari rara-rata. Skor nilai murid adalah berkisar antara 0-100. Sedangkan nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :

(51)

Na=

a jumlahsisw

semuamurid Jumlahskor

Dalam penentuan kriteria penilaian tentang hasil observasi maka, dikelompokkan menjadi 4 kriteria persentasi menurut Suharsimi Arikunto (2015: 246) adalah sebagai berikut :

1. Apabila presentasi antara 76%- 100% dikatakan “baik sekali”. 2. Apabila presentasi antara 51%- 75% dikatakan “baik”.

3. Apabila presentasi antara 26%- 50% dikatakan “cukup”. 4. Apabila presentasi antara ≤ 25% dikatakan “kurang”.

Tabel 3.1. Teknik Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid

No Skor Kategori 1 85- 100 Sangat baik 2 70- 85 Baik 3 56 – 70 Cukup 4 40- 55 Kurang

Sumber: (Suharsimi Arikunto, 2015: 246)

Hasil nilai rata- rata yang di peroleh pada siklus I dan siklus II selanjutnya dibandingkan. Hal ini untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan pada pembelajaran berbicara. Jika terjadi peningkatan, maka di simpulkan bahwa penerapan strategi Joyfull Learning dapat meningkatkan keterampilan berbicara murid.

(52)

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Minimum SDN 11 Kalumeme

Nilai Kriteria Ketuntasan

0 70

Tidak Tuntas Tuntas

Sumber : SDN 11 Kalumeme

Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yaitu 70.

H. Indikator Keberhasilan

Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan proses dan hasil ke arah yang lebih baik. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria dibawah ini.

1. Terjadi peningkatan keaktifan murid selama pembelajaran berbicara menggunakan strategi Joyfull Learning. Peningkatan ke aktifan murid dapat dilihat dari lembar observasi murid. Adapun kriteria keberhasilan proses pembelajaran apabila rata- rata hasil observasi masuk pada kategori baik (51%- 85%).

2. Sedangkan perubahan hasil ditunjukan dengan 85% nilai keterampilan berbicara murid telah mencapai KKM yang telah di tetapkan di UPT SPF SDN 11 Kalumeme Kabupaten Bulukumba. Adapun KKM yang telah ditentukan yaitu70.

(53)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan dari siklus I ke siklus II pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan keberhasilan penerapan strategi pembelajaran Joyfull Learnimg menunjukkan peningkatan dan perbaikan. Hal ini dirasa cukup berhasil karena indikator keberhasilan sudah tercapai. Untuk menunjukkan hal tersebut, digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan strategi Joyfull Learning.

1. Siklus I

Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta replaning, seperti berikut ini :

a) Perencanaan ( Planning )

1) Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi.

2) Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) .

3) Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar.

4) Mempersiapkan alat pengumupulan data berupa lembar observasi dan aktivitas siswa dan guru.

(54)

b) Pelaksanaan Tindakan

Peneliti dan kolaborator menetapkan tindakan sesuai perencanaan yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas II UPT SPF SDN 11 KALUMEME. Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua pertemuan. Berikut adalah uraian mengenai tahapan tindakan dalam pembelajaran.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2020 dengan alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup Rukun” dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 2. Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan mengemukakan tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang digunakan adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di bawah gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.

Kegiatan inti pada proses pembelajaran yaitu siswa dibimbing guru untuk memahami simbol-simbol Pancasila. Siswa mengamati simbol sila pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Siswa bersama-sama membaca teks Pancasila seperti terdapat pada Buku Siswa. Siswa

(55)

dikelompokan secara berpasangan. Siswa menunjuk gambar simbol sila-sila pada Pancasila-sila, kemudian menjelaskan bunyi sila-sila yang sesuai. Setelah selesai mengerjakan soal tersebut, siswa disuruh mendemonstrasikan di depan kelas. Kemudian guru menunjuk siwa untuk naik mendemonstrasikan pekerjaannya. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya. Kemudian siswa mendapatkan penjelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan setiap anggota kelompok.

Cara menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan dengan cara permainan sesuai yang digunakan guru. Siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. Guru menyempurnakan kesimpulan yang telah diperoleh dari siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berani mendemonstrasikan jawaban ke depan kelas.

Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran

Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(56)

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I

No Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

1 ≥ 70 3 16,7% Tuntas

2 < 70 15 83,3% Belum Tuntas

Jumlah 18 100%

Jumlah Nilai 1120

Nilai Rata-Rata 62,22

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa tes keterampilan berbicara pasca tindakan siklus I diikuti oleh 18 siswa. Hasilnya adalah siswa yang memenuhi kriteria yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar 16,7%, dan siswa yang belum memenuhi kriteria yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 83,3%. Nilai rata-ratanya yaitu 1120. Dari data tersebut dapat dsimpulkan terdapat 3 siswa yang sudah tuntas dan 15 siswa yang belum tuntas.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2020 dengan alokasi waktu 2x35 menit. Tema yang dipelajari yaitu “Hidup Rukun” dengan subtema “Hidup Rukun di Rumah” pembelajaran 4.

Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing. Mengabsensi siswa atau mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan mengemukakan tema yang akan digunakan pada pembelajaran. Tema yang digunakan adalah Hidup Rukun. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di bawah

(57)

gambar utama dapat digunakan sebagai bahan untuk bertanya jawab dengan siswa. Pertanyaan besarnya adalah, “Bagaimana agar kerukunan dapat terjaga di rumah, tempat bermain, sekolah, dan masyarakat?.

Kegiatan inti pada pembelajaran ini yaitu guru mengajak siswa untuk bermain yel-yel. Siswa bercerita di dalam kelompoknya tentang pengalaman menerapkansila ketiga Pancasila di rumah. Guru mengajak siswa bryan gym (senam otak) untuk melatih konsentrasi mereka dengan menyanyikan lagu “ Topi saya Bundar” disertai dengan gerakan tertentu. Siswa diminta membaca kalimat-kalimat yang berisi ungkapan. Kemudian siswa diminta menuliskan makna ungkapan tersebut. Guru mengamati siswa dalam memahami makna ungkapan dalam kalimat (Rubrik Penilaian), Bahasa Indonesia KD 3.1 dan KD 4.1). Sikap yang dikembangkan adalah teliti

Pada kegiatan penutup bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

Adapun tes berbicara yang dilaksanakan pada akhir siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Hasil tes keterampilan berbicara dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%), sehingga akan diperoleh persentase perolehan tes keterampilan berbicara pada siklus I

Gambar

Gambar                                               Judul                                            Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 3.1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2015)
Tabel 3.1. Teknik Kategori  Hasil Tes Keterampilan Berbicara Murid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih, berkat dan karunia yang diberikan kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tesis dengan judul:

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Semua Belanja Honorarium Kegiatan (Pengawas, Korektor, Panitia) PPh Pasal 21 NPWP Madrasah 5%.. Semua Belanja Barang lebih dari sama

pada beberapa kelompok pengeluaran yakni: kelompok bahan makanan 1,92 persen; kelompok kesehatan 0,33 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,21

mengembangkan teknologi budidaya lebah madu; strategi (WO) yaitu mengadakan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan peternak dan memperbaiki kemasan

Setelah dilakukan pemasangan instalasi yang sesuai dengan persyaratan PUIL, maka harus dilakukan pengujian yang meliputi pengujian fisik instalasi penerangan dan tenaga,

I ovi nalazi idu u prilog i dodatno potvrđuju ranije nalaze koji ukazuju na, pre sve- ga, značaj vrednosnih orijentacija i političkih stavova poput ovde korišćenih, a potom i

dilakukan setiap hari dimana sering tidak terdatanya berapa BBM yang masuk dan berapa BBM yang telah terkirim setiap harinya. Sistem yang berjalan saat ini masih