SKRIPSI
Oleh
CICI SITTI HAJAERAH BUNNA
NIM 105731110416
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
ii
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAKSANAAN ANGGARAN
BELANJA BADAN PENDAPATAN DAERAH
KABUPATEN WAJO
SKRIPSI
Oleh
CICI SITTI HAJAERAH BUNNA
NIM 105731110416
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto Hidup:
“
Jangan tuntut Tuhan-Mu karena tertunda nya keinginan mu, tapi tuntut dirimu karena menunda adab mu kepada Allah”Persembahan:
”kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti cinta dan wujud baktiku kepada kedua orang tuaku Bunna Kami dan Ulfa Ali atas segala kasih sayang, pengorbanan, dan do’a tulusnya serta seluruh keluarga yang
memberiku semangat dan semua sahabat - sahabatku yang telah banyak membantuku”
Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan
Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan
Jalan. Sultan Alauddin No.259 Telp. 0411-866972 HP. 085230309264 Fax. 0411-865588 Makassar 90221 Gedung Iqra Lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar - Sulawesi Selatan
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan segala kerendahan hati, puji tanda kesyukuran penulis persembahkan kehadiran Allah Subhanahu Wa Taala, karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar sarjana akuntansi akhirnya dapat dirampungkan. Shalawat dan salam penulis kirimkan atas junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu „Alaihi Wassalam, para sahabatnya serta ummat-nya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir zaman. Adapun judul skripsi ini adalah “Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo”.
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun secara sistematis yaitu, Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan, dan Bab V Penutup.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Ibu Muttiarni dan Bapak Muhammad Rusydi yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang, dan doa tulus tanpa pamrih, dan saudara – saudara ku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat.
viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M. Si. Ak. CA. CSP., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Muhammad Rusydi, M. Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Ibu Muttiarni, SE., M. Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Rekan - rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2016 terkhusus kelas AK16. C yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
8. Bapak/Ibu Serta Staf Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yang telah memberi ruang dan mempermudah dalam penelitian serta pengambilan data skripsi.
ix
9. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungan nya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya masukan dan dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, Januari 2021
x
ABSTRAK
Cici Sitti Hajaerah Bunna, 2020. Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh: Muhammad Rusydi dan Muttiarni.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Fokus dalam penelitian ini adalah laporan realisasi anggaran badan pendapatan daerah kabupaten wajo. Pengumpulan data menggunakan teknik data sekunder yaitu data yang bersifat kuantitatif, selama lima tahun terakhir dari 2015-2019 yang diperoleh dari dokumen laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat atau kriteria efektivitas anggaran belanja pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo dari tahun 2015-2019 bervariasi. Di mana pada tahun 2015 masuk dalam kriteria cukup efektif,tahun 2016, 2017, 2018 masuk kriteria efektif, tahun 2019 masuk dalam kriteria sangat efektif di karenakan ada beberapa belanja yang ter-realisasi melebihi yang dianggarkan sehingga realisasi anggaran belanja lebih tinggi dibandingkan target anggaran belanja. Serta pelaksanaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo tahun 2015-2019 secara keseluruhan kurang efisien. Ini dikarenakan pengelolaan anggaran belanja belum berhasil memenuhi syarat efisiensi yaitu penggunaan dana yang minimum untuk mencapai hasil yang maksimal.
xi
ABSTRACK
Cici Sitti Hajaerah Bunna, 2020. Effectivenes and Efficiency of Budget Implementation for in Regional Revenue Agency of Wajo Regency. Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business Muhammad University of Makassar. Supervised by: Muhammad Rusydi and Muttiarni.
This study aims to determine the effectiveness and efficiency of the implementation of the Wajo Regency Regional Revenue Agency budget. The focus in this study is the report on the realization of the budget of the Wajo district regional revenue agency. Data collection uses secondary data techniques, namely quantitative data, for the last five years from 2015-2019 which were obtained from the document of the Wajo Regency Regional Revenue Agency realization report.
The result showed that the level or criteria for the effectiveness of the expenditure budget at the Regional Revenue Agency of Wajo Regency from 2015-2019 varied. Where in 2015 it was categorized as quite effective, in 2016, 2017, 2018 it was included in the effective criteria, in 2019 it was included in the very effective criteria because there were some expenditures that were realized that exceeded what was budgeted so that the realization of the expenditure budget was higher than the target budget. As well as the implementation of the budget for the Wajo Regency Regional Revenue Agency for 2015-2019 as a whole is less efficient. This is because the management of the expenditure budged has not succeeded in meeting the efficiency requirements, namely the minimum use of funds to achieve maximum results.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
LEMBARPERSETUJUANSKRIPSI ...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
SURAT PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACK ... xi
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GRAFIK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJUAUN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Teori ... 7
1. Akuntansi Sektor Publik ... 7
2. Efektivitas ... 8
xiii
4. Anggaran Sektor Publik... 14
5. Belanja ... 25
6. Pengukuran Kinerja ... 26
B. Tinjauan Empiris ... 30
C. Kerangka Pikir ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
C. Definisi dan Operasional Variabel dan Pengukuran ... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Analisis ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
B. Hasil Penelitian ... 45 C. Pembahasan ... 66 BAB V PENUTUP ... 70 A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Kriteria Efektivitas ... 10
Tabel II. 2 Kriteria Efisiensi ... 12
Tabel II. 3 Penelitian Terdahulu ... 30
Tabel III. 2 Kriteria Rasio Efektivitas ... 39
Tabel III. 1 Kriteria Rasio Efisiensi ... 40
Tabel IV. 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2015 ... 45
Tabel IV. 2 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2016 ... 48
Tabel IV. 3 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2017 ... 51
Tabel IV. 4 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2018 ... 54
Tabel IV. 5 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2019 ... 57
Tabel IV.6 Analisis Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo... 60
Tabel IV. 7 Analisis Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo ... 63
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV. 1 Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo ... 60 Grafik IV. 2 Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo ... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan yang paling mendasar dalam pemenuhan kebutuhan program setiap institusi atau unit kegiatan adalah ketersediaan anggaran yang kemudian disalurkan pada setiap sisi program yang disediakan atau program yang direncanakan. Pengelolaan keuangan daerah sebagai salah satu cara pemerintah daerah untuk mengelola keuangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, pelaporan, penatausaha/akuntansi, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Kesuksesan suatu otonomi daerah tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengelola keuangan. Melalui pengelolaan keuangan daerah, pemerintah dan masyarakat dapat mengetahui kemampuan anggaran daerah dalam membiayai belanja daerah, serta menunjukkan bahwa uang/dana publik telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Anggaran merupakan rencana kegiatan yang di persentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Setiap
anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.
Lembaga Negara atau instansi pemerintahan baik itu pusat dan daerah juga menyediakan penganggaran dalam pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program disetiap instansi. Anggaran ini bersumber dari APBN atau APBD. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara menyatakan bahwa Percepatan pelaksanaan anggaran dibutuhkan untuk mendukung program pembangunan nasional yang berkelanjutan dengan optimalisasi peran pendapatan dan belanja negara, khususnya pendapatan dan belanja Kementerian Negara/Lembaga terhadap pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya. Inilah yang kemudian dijadikan sebagai rujukan tentang penggunaan anggaran negara atau APBN.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang tata cara pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara diubah menjadi PP Nomor 50 Tahun 2018 tentang penggunaan APBN, untuk mendukung percepatan dan modernisasi anggaran secara lebih profesional, terbuka, efektif, efisien, dan bertanggung jawab dengan tetap memperhatikan prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik..
Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Bahwa efektif tidaknya penggunaan anggaran yang bersumber dari rakyat itu adalah ketika anggaran itu dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan pada
perencanaan sebelumnya atau dengan kata lain dibelanjakan sesuai dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Efisiensi menurut Mardiasmo dalam Ariel S. Sumenge (2013:76) efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah – rendahnya (spending well). Efisiensi penggunaan anggaran harus mencapai target yang telah disusun sebelumnya.
Penggunaan anggaran secara efektif dan efisien seperti yang penulis sampaikan diatas maka uang Negara yang bersumber dari rakyat itu tidak akan disalahgunakan oleh pengguna anggaran atau oknum yang tidak bertanggungjawab. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) tidak akan menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat bangsa ini. Beberapa fenomena penggunaan anggaran oleh instansi yang kurang tepat seperti yang dilansir dari media online FIN. CO. ID bahwa dari hasil pemeriksaan BPK yang dirilis tahun 2019 menemukan kekurangan volume atas rehabilitasi proyek irigasi. Temuan BPK ini tersebar di enam titik, yakni irigasi Passoreangan, Paku Paku, Ka‟bung, Panrioang, Panggilingan dan Ela - ela. Ada selisih volume proyek sekitar Rp.230 Juta. Enam rehabilitasi irigasi tersebut dilaksanakan pada tahun 2018 yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp.30 miliar. BPK merekomendasikan ke Bupati Bulukumba untuk memberikan teguran tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), teguran tertulis juga diberikan ke Panitia Penerimaan Hasil
Pekerjaan. Mereka dinilai kurang cermat dalam melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan di lapangan. Selain itu BPK juga merekomendasikan Bupati untuk memerintahkan tim Tuntutan Perbendaharaan - Tuntutan Ganti Rugi (TP-TGR) kepada rekanan atas kekurangan volume rehabilitasi irigasi sekitar Rp.230 juta, itu wajib dikembalikan (FIN, 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anita Widiyana (2016) yang berjudul Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja dalam Menilai Kinerja pada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palembang. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja dalam menilai kinerja pada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palembang. Metode penelitian yaitu deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palembang sudah maksimal, di mana pada tahun 2011-2013 hasil perhitungan kinerja nya mencapai 90% ke atas yang menandakan sudah efektif, dan pada tahun 2014 hasil yang dicapai sebesar 87,31% yang dinilai cukup efektif. Serta perhitungan tingkat efisien anggaran belanja pada tahun 2011-2014 dinilai sangat efisien karena hasil perhitungannya kurang dari 60%.
Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo pada prinsipnya merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Pelaksanaan anggaran yang kurang baik akan berdampak terhadap anggaran belanja yang ter hutang. Kecenderungan yang terjadi pada
Kabupaten/Kota terkait perencanaan anggaran dalam proses penyelenggaraan pemerintah daerah adalah adanya penyelewengan terhadap dana APBD seperti korupsi dana anggaran, ketimpangan yang terjadi terkait adanya pengeluaran - pengeluaran yang melebihi anggaran, serta adanya pengelembungan (mark up) belanja dari belanja wajar dan masih banyak lagi peyimpangan yang mungkin terjadi terkait anggaran pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis termotivasi untuk meneliti dengan formulasi judul “Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah Untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif baik secara teoretis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat teoritis
a) Untuk memperluas wawasan dan mengembangkan pengetahuan akuntansi sektor publik, khususnya tentang Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
b) Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang berminat pada objek kajian yang sama.
2. Manfaat praktis, yaitu sebagai bahan informasi, masukan sekaligus bahan pertimbangan bagi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo di masa yang akan datang.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Akuntansi Sektor Publik
1.1. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, mengklasifikasikan, dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan. Sektor publik adalah semua yang berhubungan dengan kepentingan publik dan tentang penyediaan barang dan jasa yang ditujukan untuk publik, dibayarkan melalui pajak dan pendapatan negara lainnya yang sudah diatur dalam hukum. Jadi akuntansi sektor publik dapat di definisikan sebagai aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat, mengklasifikasikan, dan melaporkan kejadian atau atau transaksi ekonomi yang akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan oleh pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan, yang diterapkan pada pengelolaan dana publik dilembaga - lembaga tinggi negara dan departemen - departemen dibawahnya (Sujarweni, 2015:1).
1.2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Sujarweni (2015:2) tujuan dari akuntansi sektor publik adalah:
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (manajemen kontrol).
b. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenang nya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.
2. Efektivitas
2.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas hanya berbicara masalah output saja. Apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut berjalan dengan efektif (Widiyana, 2016).
Rasio efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Mardiasmo, 2008: 134).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
2.2 Pengukuran Efektivitas
Pengukuran efektivitas mengukur tingkat output dari organisasi sektor publik terhadap target target pendapatan sektor publik. Tingkat efektivitas diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran belanja dengan target anggaran belanja. Berikut formula untuk mengukur tingkat efektivitas anggaran belanja (Widiyana, 2016):
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690. 900-327 Tahun 1996, kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja dapat dilihat pada Tabel II.1.
Efektivitas = Realisasi Anggaran Belanja x 100% Target Anggaran Belanja
Tabel II. 1Kriteria Efektivitas
Persentase Pengukuran Kriteria Efektivitas
100% Ke atas Sangat Efektif
90% sampai 100% Efektif
80% sampai 90% Cukup Efektif
60% sampai 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Kemendegri Tahun 1996 No. 690.900.327.2016 2.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat penyerapan Anggaran
yang berpengaruh pada efektivitas anggaran sebagai berikut (Heru, 2015):
a. Faktor Perencanaan. Faktor - faktor pembentuk faktor perencanaan adalah:
1) Anggaran kegiatan diblokir,
2) SK panitia lelang terlambat ditetapkan, 3) Terlambat nya jadwal penyusunan lelang,
4) DIPA perlu di revisi karena tidak sesuai kebutuhan,
5) Pelaksanaan kegiatan tidak melihat rencana atau jadwal yang tercantum dalam halaman tiga (3) DIPA.
b. Faktor Administrasi. Faktor - faktor pembentuk faktor administrasi adalah:
1) Salah menentukan akun,
2) Masa penyusunan dan penelaahan anggaran terlalu pendek, 3) Keterbatasan pejabat pengadaan yang bersertifikat,
4) Kurangnya pemahaman tentang peraturan mengenai mekanisme pembayaran.
c. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Faktor-faktor pembentuk faktor SDM adalah:
1) SDM pelaksana kurang kompeten,
2) Rangkap tugas dalam jabatan panitia pengadaan,
3) Ketakutan pejabat untuk melaksanakan pengadaan akibat pemberitaan penangkapan pejabat atas tuduhan korupsi, 4) Keengganan untuk menjadi pejabat pengadaan karena tidak
seimbang nya risiko pekerjaan dengan imbalan yang diterima,
5) SK penunjukan kegiatan swakelola belum ditetapkan.
d. Faktor Dokumen Pengadaan. Faktor-faktor pembentuk faktor dokumen pengadaan adalah:
1) Kesulitan dalam menentukan harga perkiraan sendiri (HPS), 2) Kontrak belum di tanda tangani karena berbagai
permasalahan,
3) Adanya addendum kontrak,
4) Pejabat pengelola keuangan sering mengalami mutasi.
3. Efisiensi
3.1 Pengertian Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan langsung antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah kegiatan/aktivitas dengan sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input
tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well) (Arisandi, 2018).
3.2 Pengukuran Efisiensi
Efisiensi pelaksanaan anggaran dapat diukur menggunakan perbandingan realisasi anggaran belanja langsung dengan realisasi anggaran belanja. Di mana, belanja langsung adalah kegiatan belanja daerah yang dianggarkan dan berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah daerah. Oleh karena ini pengukuran efisiensi pelaksanaan belanja dikaitkan dengan seberapa efisien pelaksanaan belanja langsung terhadap total belanja. Semakin efisien sumber daya (input) yaitu realisasi anggaran belanja khususnya anggaran belanja langsung maka semakin efisien pelaksanaan program/ kegiatan (Arisandi, 2018).
Efisiensi = Realisasi anggaran belanja langsung x 100% Realisasi anggaran belanja
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900.327 tahun 1996, kriteria tingkat efisiensi anggaran belanja sebagai berikut:
Tabel II. 2 Kriteria Efisiensi
Persentase Pengukuran Kriteria Efisiensi
100% Ke atas Tidak Efisien
90% sampai 100% Kurang Efisien
80% sampai 90% Cukup Efisien
60% sampai 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
Efisiensi merupakan salah satu bagian indikator kinerja value for money yang dapat diukur dengan ratio antara output dengan input. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan,maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara (Mardiasmo, 2008:134):
1) Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2) Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi peningkatan input.
3) Menurunkan input pada tingkat output yang sama.
4) Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar dari pada proporsi penurunan output.
3.3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat penyerapan Anggaran yang berpengaruh pada efektivitas anggaran sebagai berikut (Heru, 2015):
a. Faktor Perencanaan. Faktor - faktor pembentuk faktor perencanaan adalah:
1) Anggaran kegiatan diblokir,
2) SK panitia lelang terlambat ditetapkan, 3) Terlambat nya jadwal penyusunan lelang,
4) DIPA perlu di revisi karena tidak sesuai kebutuhan,
5) Pelaksanaan kegiatan tidak melihat rencana atau jadwal yang tercantum dalam halaman tiga (3) DIPA.
b. Faktor Administrasi. Faktor - faktor pembentuk faktor administrasi adalah:
2) Masa penyusunan dan penelaahan anggaran terlalu pendek, 3) Keterbatasan pejabat pengadaan yang bersertifikat,
4) Kurangnya pemahaman tentang peraturan mengenai mekanisme pembayaran.
c. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Faktor-faktor pembentuk faktor SDM adalah:
1) SDM pelaksana kurang kompeten,
2) Rangkap tugas dalam jabatan panitia pengadaan,
3) Ketakutan pejabat untuk melaksanakan pengadaan akibat pemberitaan penangkapan pejabat atas tuduhan korupsi, 4) Keengganan untuk menjadi pejabat pengadaan karena tidak
seimbang nya risiko pekerjaan dengan imbalan yang diterima,
5) SK penunjukan kegiatan swakelola belum ditetapkan.
d. Faktor Dokumen Pengadaan. Faktor-faktor pembentuk faktor dokumen pengadaan adalah:
1) Kesulitan dalam menentukan harga perkiraan sendiri (HPS), 2) Kontrak belum di tanda tangani karena berbagai
permasalahan,
3) Adanya addendum kontrak,
4) Pejabat pengelola keuangan sering mengalami mutasi.
4. Anggaran Sektor Publik
4.1. Pengertian Anggara Sektor Publik
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang di presentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang. Setiap anggaran ,memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang (Ulum, 2008:98).
Anggaran negara menurut Jhon F. Due (1975) adalah: “suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode dimasa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi dimasa lalu” (Ulum, 2008:98).
Lebih lanjut Ulum (2008:98) berdasarkan pengertian anggaran negara diatas maka melalui anggaran negara tidak hanya dapat diketahui besarnya rencana penerimaan dan pengeluaran pemerintah untuk suatu periode dimasa depan, akan tetapi juga dapat diketahui mengenai penerimaan dan pengeluaran negara yang sungguh-sungguh terjadi dimasa lalu. Sehingga, secara lebih terinci dapat pula dinyatakan bahwa anggaran negara adalah gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran pemerintah suatu periode dimasa depan maupun kebijaksanaan penerimaan pemerintah untuk menutup pengeluaran tersebut. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan pemerintah untuk suatu periode dimasa depan, dari
anggaran negara dapat diketahui pula realisasi pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah dimasa yang lalu. Sehingga melalui anggaran negara dapat diketahui tercapai atau tidaknya kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah dimasa lalu, serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai pemerintah dimasa yang akan datang.
4.2. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: (a) sebagai alat perencanaan, (b) alat pengendalian, (c) alat kebijakan fiskal, (d) alat politik, (e) alat koordinasi dan komunikasi, (f) alat penerimaan kinerja, (g) alat motivasi, dan (h) alat menciptakan ruang publik (Mardiasmo, 2002:63).
a. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, beberapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
1) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan,
2) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber pembiayaan nya,
3) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun, dan
4) Menentukan indicator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
b. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan - pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif.
Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional program atau kegiatan pemerintah.
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kewajibannya.
Selain itu, anggaran digunakan untuk memberi informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara efisien, tanpa ada korupsi dan pemborosan.
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu:
1) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
2) Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances)
3) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varian
4) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
c. Anggaran Sebagai Alat Kebijaksanaan Fiskal (Fiscal Tool) Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi - prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat politik yaitu bentuk dokumen politik yang dapat dijadikan komitmen kesepakatan eksekutif dan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Manajer publik dapat dikatakan gagal dan juga kredibilitas pemerintahan menurun apabila gagal melaksanakan anggaran yang telah disetujui. e. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
(Coordination and Communication Tool)
Dalam menyusun anggaran dilakukan komunikasi dan koordinasi antar unit kerja. Dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran harus di komunikasikan ke seluruh bagian organisasi. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja didalam pencapaian tujuan organisasi.
f. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Perfomance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian kinerja.
g. Anggaran Sebagai alat Motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan staf-nya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
h. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Sphere)
Anggaran Publik dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan ruang publik, di mana keberadaan anggaran tidak boleh diabaikan oleh berbagai organisasi sektor publik seperti cabinet, birokrat dan DPR/MPR, maupun masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya. Beberapa pihak tersebut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang ter-organisir juga akan selalu berusaha untuk mempengaruhi besarnya anggaran pemerintah. Sedangkan kelompok masyarakat yang tidak ter-organisir akan mempercayakan pendapat dan aspirasi melalui proses politik yang ada.
4.3. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran Sektor publik dalam Sujarweni (2015:32) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Anggaran Operasional
Anggaran akan digunakan untuk melakukan perencanaan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan organisasi sektor publik. Belanja operasi tidak untuk menambah aktiva organisasi dan masa manfaatnya hanya satu periode. b. Anggaran Modal
Anggaran modal menunjukkan rencana membelanjakan aktiva tetap yang sifatnya jangka panjang dan digunakan untuk kegiatan organisasi seperti gedung, peralatan, kendaraan, dan sebagainya. Belanja modal adalah pengeluaran yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun. 4.4 Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik dalam Ulum (2008:105) meliputi:
b. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
c. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non -
budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
d. Keutuhan Anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general fund).
e. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang di setujui oleh dewan legislatif harus ter-manfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
f. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi tahunan.
g. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong - kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
h. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.
i. Diketahui Publik
4.5 Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran
Pokok-pokok prinsip siklus anggaran diketahui oleh penyelenggara pemerintahan. Siklus anggaran tersebut ada 4 tahap (Sujarweni, 2015:33):/
a. Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran terlebih dulu hendaknya dilakukan taksiran pendapatan secara lebih akurat. Harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan di estimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran. Dalam persoalan estimasi yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya faktor ketidakpastian yang cukup tinggi. Karenanya manajer keuangan publik harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu mata anggaran. Besarnya mata anggaran tergantung pada sistem anggaran yang digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), Rencana Strategi (RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA).
b. Tahap Ratifikasi Anggaran
Tahap ratifikasi merupakan tahan pengesahan anggaran. Tahap ini melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut untuk memiliki manajerial skill dan political skill, salesmanship dan coalition holding yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk memberikan argumen yang rasional atas segala pernyataan dan bantahan yang disampaikan oleh legislatif.
c. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Tahap pelaksanaan anggaran merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah sistem akuntansi, sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab menciptakan sistem akuntansi keuangan yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, bahkan dapat diandalkan untuk menyusun periode anggaran tahun berikutnya.
d. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap ini adalah tahap akhir dalam siklus penganggaran. Pada tahap ini anggaran dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan dan evaluasi pelaksanaannya.
5. Belanja
Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2005, belanja adalah semua pengeluaran rutin dari rekening kas umum yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Belanja dikelompokkan menjadi (Widiyana, 2016):
5.1. Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari belanja (Widiyana, 2016):
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal
5.2. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari (Widiyana,2016):
a. Belanja pegawai b. Belanja bunga c. Belanja subsidi d. Belanja hibah
6. Pengukuran Kinerja
6.1. Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja merupakan sebuah istilah yang mempunyai banyak arti. Kinerja bisa berfokus pada input, misalnya uang, staf/karyawan, wewenang yang legal, dukungan politis atau birokrasi. Kinerja bisa juga berfokus pada aktivitas atau proses yang mengubah input menjadi output dan kemudian menjadi outcome, misalnya: kesesuaian program atau aktivitas dengan hukum, peraturan, dan pedoman yang berlaku, atau standar proses yang telah ditetapkan (Ulum, 2012:19).
Saat sekarang, dalam upaya mengembangkan manajemen yang berdasar kinerja, kinerja sering kali di fokuskan pada kualitas jasa dan outcome sebagai hasil yang dicapai oleh individu, organisasi, atau populasi diluar organisasi yang menjadi sasaran program atau kegiatan (Nyhan dan Marlowe, 1995).Kinerja yang sering kali juga berfokus pada intermediate outcomes seperti kepuasan klien atau perubahan individu atau organisasi dalam jangka pendek (Ulum, 2012:19).
Tahap setelah operasionalisasi anggaran adalah pengukuran kinerja untuk menilai prestasi manajer dan unit organisasi yang di pimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekadar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan, tetapi juga meliputi kemampuan menunjukkan bahwa
uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif. Pusat pertanggung - jawaban berperan untuk menciptakan indikator kinerja sebagai dasar untuk menilai kinerja. Dimilikinya sistem pengukuran kinerja yang andal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci sukses-nya organisasi (Ulum, 2012:19).
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi dan misi organisasi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses. Pengukuran kinerja suatu organisasi merupakan komponen penting yang memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi. Pengukuran kinerja juga membantu dalam formulasi dan revisi strategi organisasi (Ulum, 2012:20).
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system (Ulum, 2012:20).
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud (Ulum, 2012:21):
a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.
b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
c. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Lebih lanjut Ulum (2012:21) kinerja sektor publik bersifat multidimensional sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.
6.2. Tujuan Pengukuran Kinerja
Secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja dalam Ulum (2009:21) adalah:
a. Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
6.3. Manfaat Pengukuran Kinerja.
Manfaat pengukuran kinerja dalam Ulum (2009:21) yaitu:
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkan nya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah. h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
B. Tinjauan Empiris
Tabel II. 3 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul
Penelitian Jenis penelitian Hasil Penelitian 1 Anita Widiyana (2016) Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja dalam Menilai Kinerja pada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palembang.
Deskriptif Bahwa efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Palembang sudah maksimal, di mana pada tahun 2011-2013 hasil perhitungan kinerja nya mencapai 90% ke atas yang menandakan sudah efektif, dan pada tahun 2014 hasil yang dicapai sebesar 87,31% yang dinilai cukup efektif. Serta perhitungan tingkat efisien anggaran belanja pada tahun 2011-2014 dinilai sangat efisien karena hasil perhitungannya kurang dari 60%. 2 Harry P. Paat, Grace B. Nangoi dan Rudi J. Pusung (2018) Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembanga n Daerah Kota Tomohon Deskriptif Kuantitatif
efektivitas dari pelaksanaan anggaran belanja tahun 2015-2017 mengalami kenaikan dan penurunan persentase, di mana tahun 2015 yaitu 93,44% dalam kategori efektif, tahun 2016 yaitu 84,45% dengan kategori cukup efektif, dan tahun 2017 yaitu 85,68% dengan kategori cukup efektif, sehingga dapat
dikatakan mengalami
penurunan dari kriteria efektif menjadi cukup efektif.
3 Siti Sri Heni Setyowati (2019) Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Deskriptif Kuantitatif
bahwa nilai rata-rata tingkat efektivitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tahun 2016-2018
diDesa Sendangsari
Kecamatan Garung yaitu sebesar 95,93%, yang
(APBDes) tahun Anggaran 2016-2018 (Studi Kasus diDesa Sendangsari Kecamatan Garung)
memenuhi kriteria efektif. Sedangkan untuk tingkat efisiensinya rata-rata 93,14% dengan kategori kurang efisien.
4 Komang Ayu Diah Lestari, Ema Trisnade wi dan Sri Eka Jayanti (2019) Analisis Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2018 diDesa Dawan Klod, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Deskriptif Kualitatif
bahwa Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa diDesa Dawan Klod Tahun 2018 termasuk dalam kategori efektif, dengan tingkat efektivitas sebesar (100%). Dengan didukung program desa yang terlaksana sebanyak 90%. Dan pada tahap perencanaan, dimulai dengan pembentukan tim pelaksana dan hasil musrembang partisipasi masyarakat sangat tinggi dan aktif di setiap kegiatan, dikarenakan transparansi informasi yang disampaikan oleh perangkat Desa Dawan Klod kepada masyarakat. Pada tahap pelaksanaan dapat dikatakan efektif, yang mana penggunaan anggaran Alokasi Dana Desa dapat terselesaikan dengan baik. Pada tahap pertanggungjawaban, proses pengelolaan Alokasi Dana Desa termasuk dalam kategori efektif, di mana penyusunan laporan pertanggungjawaban disusun oleh pemerintah Desa Dawan Klod serta adanya evaluasi kegiatan yang dilakukan bersama masyakat Desa Dawan Klod. Dan pada penelitian ini, tidak ditemukan
faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa diDesa Dawan Klod. 5 Jhon Wesly Koilam, Anderson G. Kumenau ng , dan Debby Ch. Rotinsulu (2019) Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah Sulawesi Utara tahun 2012-2018.
Deskriptif bahwa secara keseluruhan, tingkat efisiensi keuangan daerah Provinsi Sulawesi Utara selama periode 2012-2018 rata-rata adalah sebesar 96,63% atau berada pada tingkat kurang efisien. Hal ini
menunjukkan bahwa
pemerintah daerah masih
belum efisien dalam
menggunakan anggaran nya. .Sementara itu, nilai rasio efektivitas keuangan daerah Provinsi Sulawesi Utara periode tahun 2012-2018.mencapai rata-rata sebesar 91,92 per tahun. 6 Zakia Arisaudi (2016) Analisis Pengukuran Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Dengan Value For Money Pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Pengelolaan Sumber Daya Air Kota Palembang
Deskriptif Value for money pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air pada tahun 2012-2014 sudah ekonomis, pada tahun 2012 sudah efisien namun pada tahun 2013-2014 belum berjalan dengan baik karena kurang efisien dan efektif.
7 C. Lantu., L. Lambey., dan A. Wangkar Analisis efektivitas dan efisiensi realisasi anggaran Deskriptif Kuantitatif
Hasil penelitian untuk tingkat efektivitas pada tahun 2013 berada pada kategori cukup efektif . Tingkat efektivitas tahun2014 dan 2015 berada
(2017) belanja dinas kehutanan Provinsi
Sulawesi Utara
pada kategori efektif. Perbedaan tingkat efektivitas 2013 dengan 2014 dan 2015 disebabkan adanya program yang tidak direalisasikan dan program - program lain yang tidak direalisasikan secara optimal. Hasil penelitian untuk tingkat efisiensi pada tahun 2013 – 2015 berada pada kategori sangat efisien. Pengalokasian anggaran belanja tahun 2013 lebih besar dibandingkan tahun 2014 dan 2015. Ini dikarenakan adanya pengadaan barang/jasa dan belanja modal baru pada tahun 2013 tersebut, sehingga pada tahun 2014 dan 2015 sudah tidak perlu pengadaan barang/jasa dan belanja modal yang baru. 8 Nelly S. N. Laukama ng; Donny T. S. Junias; dan Sulche I. Naf (2016) Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Belanja Aparatur Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kupang
Kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas belanja aparatur Dinas PPKAD Kabupaten Kupang memiliki kriteria yang berubah-ubah, kadang mengalami peningkatan kadang pula mengalami penurunan. Tahun 2011 tingkat efektivitas masih dalam kategori kurang efektif dan tidak efektif di tahun 2012, Tingkat efektivitas pada tahun 2012 menurun karena keterlambatan sidang penetapan anggaran triwulan pertama. Tahun 2013 menunjukkan kategori cukup efektif. Secara keseluruhan tingkat efektivitas belanja aparatur pada Dinas PPKAD Kabupaten Kupang tahun 2011-2013 dikatakan Kurang efektif.
Belanja aparatur pada Dinas PPKAD Kabupaten Kupang tahun 2011-2013 secara keseluruhan sudah di olah secara efisien. Penggunaan dana ini sudah memenuhi syarat yang efisien yaitu penggunaan dana yang seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal. 9 Melania Rampeng an1, Grace B. Nangoi2 , Hendrik Manosso h (2016) Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Manado Deskriptif kualitatif
Tingkat atau kriteria efektivitas anggaran belanja pada BAPPEDA Kota Manado dari tahun 2011-2015 bervariasi. Di mana pada tahun 2015 dan 2014 masuk dalam kriteria tingkat yang cukup efektif, dan pada tahun 2011,2012, 2013 masuk dalam kriteria yang kurang efektif, dikarenakan realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan yang jauh dengan target anggaran belanja. Sehingga ada beberapa kegiatan yang di anggarkan tapi tidak dilaksanakan, tetapi untuk kegiatan lainnya yang sudah dianggarkan telah dilaksanakan secara efektif. Dalam pelaksanaan anggaran belanja BAPPEDA Kota Manado tahun 2011-2015 secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. Di mana pelaksanaan anggaran pada tahun 2011, 2012, 2013, 2015dikategorikan sangat efisien dan pada tahun 2014 dikategorikan efisien 10 Dewita Sabrina (2018) Analisis Efisiensi dan Efektivitas Deskriptif Kuantitatif
Hasil analisis menunjukkan penyerapan anggaran belanja langsung dengan kriteria tidak
Laporan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Pada Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
efisien, karena nilai persentase berada diatas standar kriteria efisien. Tetapi untuk tingkat efektivitas ditahun 2013-2017 telah memenuhi kriteria efektif. Sedangkan hasil analisis varian (selisih) antara anggaran belanja langsung dengan realisasi nya tahun 2013-2017 memenuhi kriteria “baik”. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung telah efektif namun tidak efisien dalam realisasi anggaran belanja langsung selama 5 (lima) tahun.
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu mengacu pada penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi dan Efektivitas Laporan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Pada Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung” oleh Dewi Sabrina (2018) adalah tempat, waktu dan lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo..
C. Kerangka Pikir
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditetapkan juga untuk anggaran yang diberikan kepada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo untuk dialokasikan ke program kerja yang telah disusun. Jika dana APBN yang diberikan pemerintah dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Jika semua itu dilaksanakan dengan baik, maka pengelolaan dana APBN dikatakan berhasil, dan jika
gagal maka perlu dikoreksi pada pengelolaan anggaran nya. Dibawah ini peneliti membuat skema kerangka pikir dalam penelitian ini
Gambar II. 1Kerangka Pikir Badan Pendapatan Daerah
Kabupaten Wajo
Anggaran Belanja
Efektivitas Efisiensi
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang dikaji secara kuantitatif. Dalam hal ini dipaparkan kondisi keuangan dan posisi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, yaitu menguraikan dan menganalisis efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti ingin menguji efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja berdasarkan data laporan realisasi anggaran dari Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yang beralamat Jl. Maddukelleng No. 1, Sengkang, Wajo Regency, Sulawesi Selatan, 90914. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah dua (2) bulan lamanya yang dimulai bulan September - Oktober 2020.
C. Definisi dan Operasional Variabel dan Pengukuran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Maka dalam memahami pengertian dan penafsiran konsep yang digunakan dalam analisis dan pembahasan, maka beberapa batasan dan pengertian konsep operasional dari variabel dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Efisiensi yaitu untuk menganalisis tingkat pengelolaan anggaran dan belanja selama lima tahun terakhir yang dilihat dari analisis belanja langsung dibagi dengan realisasi anggaran belanja.
2. Efektivitas yaitu untuk menganalisis tingkat pengelolaan anggaran dan belanja, dengan melihat realisasi anggaran belanja dibagi dengan target anggaran belanja.
3. Variabel - variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel efektivitas dan variabel efisiensi.
.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder yaitu data yang bersifat kuantitatif. selama lima tahun terakhir dari 2015-2019 yang diperoleh dari dokumen realisasi anggaran dan belanja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
E. Teknik Analisis
Analisis data kuantitatif, yaitu analisis data yang menggambarkan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, dengan menggunakan beberapa Analisis, yaitu:
1. Analisis Efektivitas
Analisis efektivitas menggambarkan kemampuan Pemerintah dalam merealisasikan anggaran belanja yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah. Sehingga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Efektivitas = Realisasi anggaran belanja x 100% Target anggaran belanja
Kriteria rasio efektivitas keuangan diambil dari kriteria penilaian yang ditentukan oleh Departemen Dalam Negeri melalui Kemendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 tentang Pedoman penilaian kinerja keuangan dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel III. 1Kriteria Rasio Efektivitas
Persentase Pengukuran Kriteria Efektivitas
100% Ke atas Sangat Efektif
90% sampai 100% Efektif
80% sampai 90% Cukup Efektif
60% sampai 80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Sumber: Kemendegri Tahun 1996 No. 690.900.327.2016 2. Analisis Efisiensi
Analisis efisiensi merupakan capaian yang dilakukan demi menghasilkan output yang maksimal dengan pengelolaan dan
penggunaan sumber daya (dana) yang seminimal mungkin. Sehingga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Efisiensi = Realisasi anggaran belanja langsung x 100% Realisasi anggaran belanja
Kriteria analisis efisiensi diambil dari Kemendagri Nomor 690.900.327 tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan kriteria rasio efisiensi keuangan daerah.
Tabel III. 2Kriteria Rasio Efisiensi
Persentase Pengukuran Kriteria Rasio Efisiensi
100% Ke atas Tidak Efisien
90% sampai 100% Kurang Efisien
80% sampai 90% Cukup Efisien
60% sampai 80% Efisien
Kurang dari 60% Sangat Efisien
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Kabupaten Wajo
Terbentuknya Kabupaten Wajo terdiri dari beberapa fase perkembangan masyarakat yang dimulai dari sebuah perkampungan masyarakat yang bernama Lampulungnge (Kampung yang berada didekat Danau Lampulung) dan daerah inilah yang menjadi sebuah asal mula terbentuknya kerajaan Cinnottabi‟. Sebuah kisah, sekitar abad ke XV mengisahkan bahwa seorang putri mahkota kerajaan Luwu yang bernama We Taddangpalie terpaksa disingkirkan dari kerajaannya dikarenakan mengidap penyakit kulit (kusta) yang di takutkan akan menular. We Taddangpalie dihanyutkan bersama para pengawal nya sampai akhirnya mereka terdampar didaerah maradeka (merdeka) yang disebut Cinnottabi‟. Putri tersebut kemudian membangun rumah di sebuah pohon kayu besar yang memiliki daun yang rindang, yang disebut dengan pohon Bajo dan dari nama itulah muncul asal mula nama Wajo.
Daerah ini berkembang menjadi makmur dan rakyatnya semakin bertambah. Namun akhirnya raja-raja dari Tellu Kajurue berinisiatif untuk mempersatukan daerah mereka, mereka akhirnya
berkumpul dibawah pohon Bajo untuk membicarakan masalah pengangkatan Raja yang akan memimpin ketiga Negara bagian ini. Dari pertemuan itu kemudian menyepakati bahwa Latenri Bali (Arung Mataesso) yang juga sepupu dari raja-raja Tellu Kajurue yang diangkat menjadi Raja Wajo dan mendapatkan gelar Batara Wajo sebab beliau dalam hal memerintah sangat bijaksana dan diharapkan mampu menjadikan kerajaan Wajo lebih berkembang dan lebih Demokratis.
Tahun 1948 adalah tahun berakhirnya pemerintahan Kerajaan Wajo, ketika pemerintah Republik Indonesia menghapuskan kekuasaan raja di daerah. Reruntuhan kerajaan yang nyaris tak berbekas seolah tak mampu mengungkap kebesarannya. Bahkan kini hanya tersisa satu komunitas pewaris Kerajaan Wajo, yaitu keluarga atau Rumpung Bentengpola. Rumpung Bentengpola merupakan komunitas yang menjadi pilar utama Kerajaan Wajo. Kini bekas kerajaan yang berakhir tahun 1948, adalah wilayah yang kemudian disebut sebagai Kabupaten Wajo. Sumber penghidupan masyarakat Wajo sejak masa kerajaan yaitu pertanian, perikanan dan perkebunan, sampai sekarang masih menjadi andalan mereka.
2. Visi & Misi a. Visi
Menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi yang berbasis masyarakat, sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan rakyat dan daerah.
Terwujudnya pendapatan daerah yang produktif dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Kabupaten Wajo.
b. Misi
Mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan daerah yang optimal
Mewujudkan fleksibilitas landasan hukum di bidang pajak daerah
Meningkatkan aparatur yang professional 3. Program Kerja
Dari Misi ke Tiga RPJMD Kabupaten Wajo tersebut, Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo menetapkan 7 (tujuh) Program OPD sebagai berikut:
a. Program pelayanan administrasi perkantoran
b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur c. Program peningkatan disiplin aparatur
d. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur e. Program peningkatan dan pelaporan kinerja dan keuangan
f. Program peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
g. Program pembinaan dan fasilitas pengelolaan keuangan Kabupaten.
4. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo diartikan sebagai suatu yang ingin dicapai dan merupakan
penjabaran dari pokok-pokok misi, sementara sasaran adalah penjabaran dari tujuan. Dalam mengimplementasikan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yang telah ditetapkan, diperlukan penajaman Misi dengan memperhatikan skala prioritas dari apa yang hendak dicapai oleh organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan dan sasaran dari masing-masing Misi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
Misi 1 : Mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan daerah yang optimal
Tujuan : Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Sektor Pajak Daerah.
Sasaran : Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Sektor Pajak Daerah. Misi 2 : mewujudkan fleksibilitas landasan hukum di bidang pajak
daerah
Tujuan : Terciptanya landasan hukum di bidang pajak daerah yang sesuai kondisi berkenaan.
Sasaran : Melakukan penyempurnaan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan pajak daerah. Misi 3 : Meningkatkan aparatur yang professional.
Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dalam pengelolaan administrasi kepegawaian dan pajak daerah. Sasaran : Terciptanya pengelolaan administrasi kepegawaian dan