commit to user
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
DI KELAS B2TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh : Reni Retnowati
K 5106037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
commit to user
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
DI KELAS B2TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : Reni Retnowati
K 5106037
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
PENGESAHANSkripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
commit to user
ABSTRAKReni Retnowati. PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND
CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA
PADA ANAK USIA DINI DI KELAS B2TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM
IRMAS SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung
matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS
Sukoharjo melalui penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan.
Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research / Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Langkah –langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran berhitung Matematika yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, tes dan metode dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni memperlihatkan pencapaian nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode BCCT ( Beyond Center And Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak
usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo tahun ajaran
commit to user
ABSTRACTReni Retnowati. THE USAGE OF BCCT METHODE (BEYOND CENTRE AND CIRCLE TIME) BASED ON THE CALCULATION GAMES TO ENHANCE THE ABILITY OF MATHEMATIC CALCULATION ON THE EARLY AGE CHILDREN IN B2 CLASS OF RAUDHATUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO 2010.2011. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education Faculty Surakarta,. Sebelas Maret University.
The purpose of this research is to increase the ability of mathematic calculation on the early age children B2 Class of Raudhatul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo through the usage of BCCT method ( Beyond Center and Circle Time ) based on the beginning of calculation games.
This research is Classroom Action Research. This is an observation toward the teaching activity as an action, which is meant to be created and be happened in the class together. The research is a collaboration between the researcher, teacher and the students. The steps in this research consists of problem identification, action plan, the implementation of the action which is happened in the class together. The research is a collaboration between teacher, researcher, and students. The steps in this research consist of problem identification, action plan, observation, result reflection, and revision of the next planning.The research consist of two cycles. Cycle 1 consist of three meeting and the cycle II consist of two meeting. The data source of this research is Mathematics Calculation teaching process in the class with an respondent (teacher and student), also the documents. The methods of collecting data is observation method, test and documentation methods. To examine the data validity, the researcher use the triangulation technique and respondent review. Analytic technique which is used is critical analysis and descriptive comparative analytic. The qualitative data is analyzed by critical analytic. Meanwhile the data form the test will be classified as quantitative data. Those data will be analyzed descriptively and comparatively. The method is to description the test mark of two cycle with tha indicator of achievement.
Based on the result we may conclude that the usage of BCCT( Beyond
Center And Circle Time ) based on the on the Calculation Games can Enhance the
ability of Mathematic calculation on the early age children in B2 Class of Raudhatul Athfal Islam Irmas Sukoharjo 2010/2011
commit to user
MOTTO“Hidup adalah proses belajar. Setiap insan hendaklah belajar dari kesalahan ,tanpa kenal putus asa untuk menjadi yang lebih baik”.
“ Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan”. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
commit to user
PERSEMBAHANKarya ini kupersembahkan Kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa
tulus dan kasih sayangnya.
2. Suamiku yang senantiasa menyemangati
3. Anakku Nahdan tersayang
4. Kakak dan adik tercinta
5. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah
banyak memberikan ilmu.
commit to user
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Gunarhadi, M.Kes;
6. Bapak Drs. Rachmad Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
7. Bapak Priyono, S. Pd, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
8. Ibu Rahayu Budi Utami,A.ma.Pd.TK,S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK RA Islam
IRMAS Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;
9. Ibu Erna dan ibu Endang, selaku guru kelas B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo
, yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian ;
commit to user
10. Seluruh ibu guru TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah ikut memberikan
semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;
11. Siswa kelas B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah membantu
pelasanaan penelitian;
12. Teman-teman PLB 2006 atas semangat dan dukungan;
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI …… ... 6
A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Tinjauan tentang Pendidikan Anak Usia Dini ... 6
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini... 6
b. Tokoh Pendidikan Usia Dini ... 7
c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Prasekolah ... 9
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah ... 13
2. Tinjauan tentang BCCT ... 16
a. Pengertian BCCT ... 16
commit to user
c. Landasan Pengembangan BCCT ... 17
d. Prinsip BCCT ... 18
e. Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT ... 19
f. Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main . 20
g. Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT ... 22
h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT 22
3. Tinjauan tentang Permainan Berhitung Permulaan ... 23
a. Tinjauan Tentang Permainan ... 23
b. Landasan Teori Permainan Berhitung Permulaan ... 29
c. Metode Permainan Berhitung ... 31
d. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan ... 32
e. Ciri-ciri Anak Menyenangi Permainan Berhitung ... 33
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan ... 33
g. Pelaksanaan Permainan Berhitung Permulaan ... 33
4. Tinjauan tentang Matematika ... 35
a. Pengertian Matematika ... 35
b. Tahapan Mempelajari Matematika pada Anak TK ... 35
c. Konsep Berhitung yang Diperkenalkan untuk Anak TK 36
B. Kerangka Berpikir ... 38
C. Hipotesis ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
B. Pendekatan Penelitian ... 41
C. Subjek Penelitian ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Sumber Data ... 47
F. Uji Validitas Data ... 47
G. Teknik Analisis Data ... 48
H. Indikator Ketercapaian ... 48
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Kondisi Awal... 52
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55
1. Siklus I ... 55
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 60
c. Observasi ... 66
d. Analisis dan Refleksi ... 67
2. Siklus II ... 68
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 68
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 73
c. Observasi ... 78
d. Analisis dan Refleksi ... 79
C. Pembahasan Hasil penelitian ... 80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 87
A. Simpulan ... 87
B. Implikasi ... 87
C. Saran ... 88
commit to user
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 1 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 40
Tabel 2 : Kisi-kisi Soal... 46
Tabel 3 : Indikator Ketercapaian ... 49
Tabel 4 : Kemampuan Awal Berhitung Matematika Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester Genap……… 52
Tabel 5 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa ... 54
Tabel 6 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I ... 64
Tabel 7 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 65
Tabel 8 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II ... 76
Tabel 9 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 77
Tabel 10: Peningkatan Nilai Tes Berhitung Matematika Tiap Siklus ... 83
Tabel 11: Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 ... 85
commit to user
DAFTAR GAMBARHalaman
Gambar 1 : Contoh Benda Kongkrit ... 36
Gambar 2 : Contoh Benda Visual ... 36
Gambar 3 : Contoh Benda Simbol ... 36
Gambar 4 : Contoh Pengenalan Angka dengan Gambar Bintang ... 37
Gambar 5 : Contoh Penambahan dan Pengurangan dengan Gambar ... 38
Gambar 6 : Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ... 38
Gambar 7 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 42
Gambar 8 : Alat dan Bahan untuk Meronce Manik-manik... 56
Gambar 9 : Bahan untuk Menempel Beruang Teddy. ... 58
Gambar 10: Kubus Bergambar ... 59
Gambar 11: Bahan Permainan Klasifikasi Hewan ... 70
Gambar 12 : Alat dan Bahan untuk Membuat Kalung Angka... 72
Gambar 13: Grafik Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus 84 Gambar 14: Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2……… 86
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Satuan Kegiatan Harian Siklus I ... 93
Lampiran 2 : Silabus TK B... 99
Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal ... 100
Lampiran 4 : Soal Pre test / Post Test ... 101
Lampiran 5 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 104
Lampiran 6 : Lembar Observasi Kemampuaan Guru Menjelaskan ... 105
Lampiran 7 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas... 106
Lampiran 8 : Satuan Kegiatan Harian Siklus II ... 107
Lampiran 9 : Dokumentasi Kondisi Awal... 111
Lampiran 10 : Dokumentasi Siklus I ... 112
Lampiran 11 : Dokumentasi Siklus II ... 114
Lampiran 12 : Daftar Nama Siswa Kelas TK B2 ... 116
Lampiran 13 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor ... 117
Lampiran 14 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Kepala Sekolah ... 118
Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ... 119
Lampiran 16 : Surat Keputusan Dekan FKIP ... 120
commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang MasalahProses belajar mengajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan, sehingga perlu mendapat tempat pertama di semua jenjang pendidikan. Salah satu pendidikan yang sangat penting yaitu pendidikan anak usia dini atau pendidikan anak prasekolah, dimana pendidikan anak usia dini itulah yang akan menjadi pondasi dasar bagi pendidikan anak selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional )
Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak muali lahir sampai umur delapan tahun.
Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal
Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini semakin banyak disadari oleh berbagai fihak. Hasil penelitian menyatakan bahwa usia dini merupakan perkembangan masa emas ’golden age’ sebab pada masa ini seorang anak mengalami perkembangan otak yang sangat pesat bahkan mencapai 50 % dari seluruh perkembangan otak manusia. Otak akan berkembang optimal jika anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Artinya, secara emosi anak merasakan aman, nyaman dan menyenangkan. Pengalaman yang dialami anak pada masa ini akan dibawa seumur hidupnya, maka implikasinya pada pendidikan usia dini adalah diperlukan langkah tepat sesuai dengan kebutuhan anak dimasa
commit to user
depan. Keberhasilan membina anak sejak dini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan dan perilaku akan merupakan bencana bagi kehidupan anak di masa yang akan datang
Pendidikan anak usia dini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal yang berbentuk taman kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun. Di taman kanak-kanak, anak akan dididik dan dilatih berbagai bidang pengembangan pembisaaan yang meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian. Di taman kanak-kanak, anak juga dididik dengan berbagai bidang pengembangan KBM yang meliputi bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni.
Tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Berdasarkan rumusan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0486/U/1992 tentang TK bab II pasal 3 dalam Hibana S Rahman (2002:48)
Salah satu bidang pengembangan KBM di TK yaitu bidang pengembangan kognitif. Pengembangan kognitif dapat diperloleh melalui
kegiatan berhitung, membilang, mengelompokkan, mengenal bentuk,
membedakan sesuatu dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan guru bidang pengembangan kognitif merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh anak. Sebagai seorang guru hendaknya pandai-pandai memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada dasarnya kemampuan akademik yang dikembangkan di TK adalah membaca, menulis dan berhitung. Pada kenyataannya dari ketiga hal tersebut yang sulit dipelajari adalah berhitung. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika menjadi guru kontrak di TK RA Islam IRMAS Sukoharjo. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam hal berhitung yang termasuk masih sederhana.
Pada umumnya siswa di TK RA Islam IRMAS Sukoharjo sudah hafal dalam membilang angka,tetapi mereka akan kesulitan dalam penerapannya.
commit to user
Kebanyakan siswa akan kesulitan menghitung benda dan menulis angka yang dimaksud serta beberapa konsep dalam berhitung lainnya, tak jarang siswa masih banyak yang keliru. Selain itu mereka juga kesulitan dalam hal penjumlahan maupun pengurangan.
Metode pembelajaran yang tak sesuai sering kali membuat siswa cepat bosan. Akibatnya siswa akan malas mengerjakan tugas dan tidak berminat mengerjakan soal hitungan berikutnya.
Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam Yuliani Nurani Sugiono (2006 : 2.7) permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Bila penyebab kesulitan anak dapat diatasi, maka akan tercipta kondisi interaktif dan dinamis antara guru dengan anak. Interaksi di dalam pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya sekedar hubungan guru dan anak namun berupa hubungan interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian materi pembelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada akan yang sedang belajar.
Metode permainan berhitung permulaan ini akan tepat jika dipadukan dengan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ). Pendekatan BCCT mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui bermain dengan benda-benda dan orang-orang disekitarnya (lingkungan).
commit to user
Menurut Nafik (2008 ) BCCT yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD) Cahaya Ilmu Semarang (2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT : sentra bahan alam, sentra main peran mikro/makro, sentra balok, sentra persiapan,sentra iman dan taqwa, sentra seni dan kreatifitas, sentra musik dan budaya
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Penggunaan Metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) Berbasis Permainan Berhitung Permulaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Matematika Pada Anak Usia Dini Di Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan
berhitung matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam
IRMAS Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika anak usia dini di
kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo melalui penggunaan
metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan.
commit to user
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat TeoritisManfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah bertambahnya reverensi untuk meningkatkan kemampuan berhitung untuk anak usia dini khususnya usia TK. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih kompleks.
2. Manfaat Praktis a. Guru
1) Sebagai gambaran penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and
Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan Untuk
meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di
Kelas B2TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011, sekaligus memberikan alternatif solusi pada kesulitan berhitung pada siswa TK.
2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan salah satu media
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di
kelas B2TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo.
b. Siswa kelas B2TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo.
1) Sebagai alternatif metode belajar untuk meningkatkan kemampuan
berhitung matematika siswa.
2) Sebagai salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memahami isi
suatu hitungan dalam matematika. c. Bagi peneliti selanjutnya
1) Sebagai salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut
mengenai suatu metode pembelajaran berhitung permulaan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
2) Menjadi salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjutan
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka1. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan prasekolah/usia dini adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah (PP 27/1990).
Pengertian pendidikan anak usia dini atau sering disebut juga pendidikan pra sekolah telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi pendidikan usia dini.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional )
Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan tahun.
Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
Pendidikan anak usia dini menurut Sunarwati (2007) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
commit to user
Menurut Grace Anata Irlanari (2009) pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dari berbagai pendapat dari para ahli penulis dapat mengambil kesimpulan, pendidikan anak usia dini atau prasekolah adalah jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak sebelum memasuki sekolah dasar usia nol sampai enam tahun yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal maupun non formal.
b. Tokoh Pendidikan Usia Dini
Adapun tokoh pendidikan usia dini menurut Agus Ruslan (2007) dalam adalah :
1) Martin Luther (1483 - 1546)
Menurut Martin Luther tujuan utama sekolah adalah mengajarkan agama, dan keluarga merupakan institusi penting dalam pendidikan anak.
2) Jean - Jacques Rousseau (1712 - 1718)
Bukunya Du de 'education, menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir hingga remaja. Menurut Rousseau: "Tuhan menciptakan segalanya dengan baik; adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat (God make every things good; man meddles with them and they become evil). Rousseau menyarankan "kembali ke alam" atau "back to nature", dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yaitu : "naturalisme". Naturalisme berarti, pendidikan akan diperoleh dari alam, manusia atau benda, bersifat alamiah sehingga memacu berkembangnya mutu, seperti kebahagiaan, sportivitas dan rasa ingin tahu. Dalam prakteknya naturalisme menolak pakaian seragam (dress code), standarisasi keterampilan dasar yang minimum, dan sangat mendorong kebebasan anak dalam belajar
3) Johan Heindrich Pestalozzi (1746 - 1827)
Dalam bukunya "Emile" ia sangat terkesan dengan "back to nature". Ia mengintegrasikan kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan baca tulis. Pestalozzi yakin segala bentuk pendidikan adalah
commit to user
melalui panca indra dan melalui pengalamannya potensi untuk dikembangkan. Belajar yang terbaik adalah mengenal beberapa konsep dengan panca indra. Ibu adalah seorang pahlawan dalam dunia pendidikan, yang dilakukannya sejak awal kehidupan anak.
4) Frederich Wilhelm Froebel (1782 - 1852)
Froebel menciptakan "Kindergarten" atau taman kanak-kanak, oleh karena itu ia dijadikan sebagai "bapak PAUD". Pandangan Froebel terhadap pendidikan dikaitkan dengan hubungan individu, Tuhan dan alam. Ia menggunakan taman atau kebun milik anak di Blankenburg Jerman, sebagai milik anak. Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam "meniru" kehidupan orang dewasa dengan wajar. Kurikulum PAUD dari Froebel meliputi :
a) Seni dan keahlian dalam konstruksi, melalui permainan lilin dan
tanah liat, balok-balok kayu, menggunting kertas, menganyam, melipat kertas, meronce dengan benang, menggambar dan menyulam.
b) Menyanyi dan kegiatan permainan.
c) Bahasa dan Aritmatika.
Menurut Froebel guru bertanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan agar anak menjadi kreatif, dengan kurikulum terencana dan sistematis.
Guru adalah manajer kelas yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, membimbing, mengawasi dan mengevaluasi proses ataupun hasil belajar. Tanpa program yang sistematis penyelenggaraan PAUD bisa membahayakan anak.
5) John Dewey (1859 - 1952)
John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
"Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey, anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan. "
6) Maria Montessori (1870 - 1952)
Sebagai seorang dokter dan antropolog wanita Italy yang pertama, ia berminat terhadap pendidikan anak terbelakang, yang ternyata metodenya dapat digunakan pada anak normal. Tahun 1907 ia mendirikan sekolah "Dei Bambini" atau rumah anak di daerah kumuh di Roma. Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan indrawi untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam pikirannya, dengan menggunakan peralatan yang didesain khusus. Belajar membaca dan menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat anak usia 2 - 6
commit to user
tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis. Kritik terhadap Montessori adalah karena kurang menekankan pada perkembangan bahasa dan sosial, kreatifitas, musik dan seni.
7) McMiller Bersaudara
Rachel dan Margaret mendirikan sekolah Nursery yang pertama di London pada tahun 1911. sekolah ini mementingkan kreatifitas dan bermain termasuk seni.
8) Jean Piaget (1896 - 1980)
Ilmuwan Swiss ini tertarik pada ilmu pengetahuan proses belajar dan berfikir, meskipun ia sendiri ahli dalam biologi. Menurut Piaget ada tiga cara anak mengetahui sesuatu :
Pertama, melalui interaksi sosial,
Kedua, melalui interaksi dengan lingkungan dan pengetahuan fisik, Ketiga, Logica Mathematical, melalui konstruksi mental.
9) Benjamin Bloom
Bloom (1964) mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu, yang menghasilkan taksanomi Bloom. Kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil PAUD. Pendapat ini dukung oleh Hunt yang menyatakan bahwa PAUD memberi dampak pada pengembangan kecerdasan anak selanjutnya.
10) David Werkart
Metode pengajarannya menggunakan prinsip-prinsip :
a) Memberikan lingkungan yang nyaman,
b) Memberikan dukungan terhadap tingkah laku dan bahasa anak,
c) Membantu anak dalam menentukan pilihan dan keputusan,
d) Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan
melakukannya sendiri.Werkart mendirikan lembaga High Scope Education (1989).
c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Prasekolah
1) Perkembangan Jasmani / fisik
Perkembangan fisik menurut Abdul Salim (1993:7) meliputi
a) Perkembangan motorik kasar yaitu gerak yang melibatkan sebagian besar
bagian tubuh, dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot – otot besar, misalnya gerakan melompat dari suatu temapat.
Tahapan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah
(1) Umur 3-4 tahun
(a) Lari menghindari hambatan
(b) Berjalan di atas garis
(c) Melompat di atas satu kaki
(d) Berdiri di atas satu kaki, selama 5 – 10 detik
(e) Mendorong, menarik, mengemudikan mainan
commit to user
(g) Melompat di atas benda stinggi 15 cm, mendarat dengan dua kaki
bersama.
(h) Melempar bola di atas kepala
(i) Menangkap bola yang dilemparkan kepadanya
(2) Umur 4 -5 tahun
(a) Berjalan mundur dengan tumit berjingkat / jinjit
(b) Lompat ke depan 10 kali tanpa jatuh
(c) Naik turun tangga dengan kaki berganti - ganti
(3) Umur 5 – 6 tahun
(a) Berlari ringan di atas ujung jari kaki/ jinjit
(b) Berjalan di atas papan keseimbangan
(c) Dapat melompat sejauh 20 cm
(d) Main lompat tali dengan kaki berganti - ganti
b) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan yang hanya melibatkan bagian
tubuh tertentu saja, dan dilakukan oleh otot –otot kecil sehingga memerlukan tenaga, namun memerlukan kecermatan dan fungsi koordinasi yang lebih komplek. Misalnya, menggambar, menulis dll.
Tahapan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah
(1) Umur 3-4 tahun
(a) Membuat menara dari balok kecil
(b) Meniru membuat bentuk lingkaran
(c) Meniru garis
(d) Membuat garis silang
(e) Membuat segi empat
(f) Meniru tulisan
(g) Membuat bentuk – bentuk tertentu
(2) Umur 4 -5 tahun
(a) Menggunting kertas, mengikuti garis tanpa putus
(b) Menggambar garis silang
(c) Menggambar segi empat
(3) Umur 5 – 6 tahun
(a) Menggunting bentuk sederhana
(b) Meniru membuat segitiga
(c) Membuat bentuk wajik, segitiga, segi empat
(d) Menulis angka
(e) Memberi warna (berbagai bentuk gambar)
2) Perkembangan Kognitif
Ciri perkembangan kognitif anak usia TK menurut Snowman (dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:35)
a) Anak prasekolah telah terampil dalam berbahasa.
b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
commit to user
3) Perkembangan bahasa
Bagi anak – anak usia prasekolah, tibalah saatnya pertumbuhan dahsyat dalam bidang bahasa. Perbendaharaan kata meluas dan struktur semantik dan sintaksis bahasa mereka semakin bertambah rumit. Perubahan dalam bidang bahasa ini mewakili perkembangan dibidang kemampuam kognitif. Anak – anak usia 3 tahun memiliki sekitar 900 sampai 1000 kata dan sekitar 90 % dari apa yang mereka ucapkan dapat dipahami. Anak – ank usia 3 tahun mulai menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik sesuai aturan tata bahsa. Mereka mulai menggunakan kata ganti orang saya, kau, secar benar. Mereka juga tahu paling kurang tiga kata depan, biasanya di, di atas dan di bawah.
Pada usia 4 tahun, perkembangan bahasa anak – anak meledak. Perbendaharaan kata mereka mencakup sekitar 4000 sampai 6000 kata, dan mereka banyak berbicara dalam kalimat lima sampai enam kata. Bagaimanapun , kadang – kadang mereka berusaha mengkomunikasikan lebih daripada yang mampu dilakukan perbendaharaan kata bagi mereka dan memperluas kata – kata untuk menciptakan warna baru. (Snow, Burns dan Griffin , 1998 dalam Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik,2008:9).
Bahasa anak usia 5 tahun berkembang terus dan perbendaharaan kata – kata mereka meluas sampai 5000 ke 8000 kata. Jumlah kata dalam kalimat bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Sebagai hasil dari umpan balik dari orang dewasa, anak –anak usia 5 tahun mulai mengurangi pemakaian perluasan peraturan atas kata kerja dan bentuk jamak, sering kali mengoreksi kekeliruan mereka sendiri. Anak – anak usia 5 tahun menjadi semakin pintar dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata – kaat. (Ninio dan Snow, 1996 dalam Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik.2008)
Dalam membicarakan tentang bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu :
Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan bicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang bersifat rumit dan bersifat , sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun
commit to user
bahasa dan kemapuan bicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda. Perbedaan bahasa dan kemampuan bicara menurut Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik (2008:10) adalah
1) Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat
pengertian / reseptif (understanding) dan pernyataan/ ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukan untuk anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan pada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.
2) Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan
berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah dan menyerasikan gerakan mereka.
4) Perkembangan Emosi dan Sosial
Perkembangan emosi berhubungan erat dengan seluruh aspek perkembangan anak. Anak –anak usia prasekolah mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti gila, sedih, bahagia dan sudah bisa membedakan perasaan – perasaan mereka. Dalam tahun prasekolah ini, situasi emosi anak –anak sangat bergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka beralih dari kegiatan satu kegiatan lain.
Menurut Hyson,1994 dalam Dorothy Rich (2008:13) Anak -anak usia prasekolah mulai mengerti berbagai perasaan berbeda yang mereka alami, namun sulit mengatur perasaan dan menggunakan ungkapan yang sesuai untuk melukiskan perasaan itu. Gejolak perasaan sangat berhubungan dengan peristiwa – peristiwa dan perasaan yang terjadi pada saat itu)”. Anak – anak usia empat tahun sering lebih menggunakan sarana fisikguna menyelesaikan konflik ketimbang pakai kata – kata untuk merundingkan kebutuhan mereka
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan – aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada.
Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari , bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematngan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak.
commit to user
Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain menurut Dorothy Rich (2008:15) adalah :
1) Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai kenyataan
2) Kecenderungan despresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari
orang – orang di lingkungannya.
3) Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain
4) Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk.
5) Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun.
Ciri sosial anak prasekolah menurut Snowman(dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:34)
Anak prasekolah biasanya mudah bersoasialisasi dengan orang di sekitarnya.
1) Umumnya anak pada tahap inimemiliki satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti.
2) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara
baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
3) Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang
lebih besar
4) Pola bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan
kelas sosial dan ‘gender’
5) Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah berbaik
kembali.
6) Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing.
Ciri emosional pada anak usia prasekolah menurut Snowman (dalam Soemantri Patmonodewo,2003:35)
1) Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka.
2) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali
memperebutkan perhatian guru.
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah
1) Pengertian kurikulum
Menurut Patmonedewo (2003:56) “kurikulum dalah seluruh usaha / kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang diberikan di sekolah saja”.
commit to user
Teori Dewey bahwa “kurikulum bermakna tidak hanya sekedar penghafalan fakta –fakta yang terpisah tetapi juga suatu keseluruhan yang dipersatukan diarahkan pertama –tama untuk mengimplementasikan kurikulum yang direncanakan sekitar unit – unit” (Dewey, 1900 dalam Soemantri Patmonedewo, 2003:57 ).
Terkait dengan kurikulum sebagai suatu program, dalam Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2) Klasifikasi Kurikulum
Menurut Ali Nugraha (2008,1.6) secara garis besar kurikulum, dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis
a) Kurikulum sebagai program rencana atau harapan
Kurikulum secara ideal memuat rencana berbagai hal dalam sistem pendidikan , terutama mengenai tujuan atau kompetensi yang diharapkan, hasil belajar , batasan isi, kegiatan, sistem penilaian, dan pengelolaan lingkungan belajar.
b) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Merupakan perwujudan dari kurikulum yang direncanakan disebut dengan kurikulum actual yaitu kegiatannya nyata pada saat terjadinya pembelajaran baik diselenggarakan di dalam maupun diluar kelas.
Kurikulum sebagai alat pendidikan dapat dikelompokkan kedalam beberapa fungsi Menurut Ali Nugraha (2008,1.7)):
a) Fungsi kurikulum sebagai Proses Kognitif.
b) Fungsi kurikulum sebagai Proses Aktualisasi Diri
c) Fungsi kurikulum sebagai Proses Rekonstruksi Sosial
d) Fungsi kurikulum sebagai Program Akademik
3) Model Organisasi Pengembangan Kurikulum
Para ahli mengklasifikasikan tiga model atau organisasi pengembangan kurikulum menurut Ali Nugraha (2008,1.8) yaitu
a) Model kurikulum yang terpisah atau disebut separated subject
commit to user
Model penyusunan atau pengorganisasian bahan atau materi pelajaran yang didasarkan pada batas yang ketat umtuk masing – masing mata pelajaran.
b) Model kurikulum yang terkait atau disebut correlated curriculum
Suatu pendekatan penyusunan bahan dengan melihat kaitan antara beberapa mata pelajaran kemudian digabung menjadi satu bidang.
c) Model kurikulum yang terpadu atau disebut integrated curriculum
Dari segi bahasa, integrasi berasal dari kata integer, yang berarti unit. Menurut Nasution model integrasi kurikulum mengandung unsur perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan dan keseluruhan.
Menurut Kwon Young (2002: volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “
Traditional early childhood education has emphasized individual children's interests, free play, firsthand experience, and integrated learning”.
Untuk itulah berikut akan kami sampaikan beberapa subtansi/isi dari kurikulum pendidikan prasekolah yang penting untuk diperhatikan menurut Soemantri Patmonedewo (2003:55) di antaranya:
a) Dunia anak adalah bermain
Kuriklum diharapkan mampu merujuk pada prilaku individu untuk berfikir dan bertindak imajinatifdan penuh daya hayal melalui kegiatan bermain.
b) Menyentuh segala aspek perkembangan
Kuriklum hendaknya mampu memberi sentuhan empiris sehinga mampu menyentuh aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, dan bahasa anak
c) Menghargai perbedaan individu
Kurikulum hendaknya mampu memberi inspirasi pada pengembangan sikap anak untuk senantiasa menghargai perbedaan individu.
d) Mengembangkan harga diri
Kurikulum hendaknya mampu mengembangkan harga diri anak dengan senantiasa merujuk pada kekurangan sekaligus kelebihannya.
e) Non diskrimatif (ras, agama, suku, gender)
Kurikulum hendaknya memberikan ruang yang sama sehingga anak akan mendapatkan peluang yang luas dalam mengembangkan kegiatan bermainnya.
f) Melibatkan lingkungan tumbuh anak
Kuriklum hendaknya memberikan porsi baik orang tua, keluarga, maupun masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pendidikan maupun tumbuh kembang anak
g) Bebas tanpa paksaan
Kurikulum hendaknya mampu merangsang anak untuk berani mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa tekanan baik dari pihak guru maupun orang tua sehingga anak akan menjadi kreatif.
commit to user
h) Aman dan melindungi
Kurikulum hendaknya mampu memberikan alternative tindakan pada anak sehingga akan merasa bebas dan tidak takut untuk mengebangkan kreativitasnya.
Kurikulum TK dikembangkan berdasarkan integrated curriculum (kurikulum terintegrasi) dengan pendekatan tematik. Kurikulum diorganisasikan melalui suatu topik atau tema. Katz dan Chard (1989) yang dikutip oleh Soemiarti Patmonodewo (2003) menetapkan kriteria untuk memilih tema yaitu:’’ ada keterkaitannya, kesempatan untuk menerapkan keterampilan, kemungkinan adanya sumber, minat guru’’. Bahan-bahan untuk mengembangkan tema Katz dan Chard (1989) dalam Ali Nugraha (2008,1.24) antara lain ;
a) Lingkungan anak seperti : rumah, keluarga, sekolah, permainan, diri sendiri. b) Lingkungan : kebun, alat transportasi, pasar, toko, museum.
c) Peristiwa : 17 Agustus, hari Ibu, upacara perkawinan. d) Tempat : Jalan raya, sungai, tempat bersejarah
e) Waktu : jam, kalender, dan sebagainya.
2. Tinjauan tentang Beyond Center and Circle Time ( BCCT) a. Pengertian BCCT
Metode dan media yang digunakan dalam suatu kegiatan penddikan sekarang ini beraneka ragam. Apalagi dalam pendidikan anak usia dini, dimana sebagian besar kegiatan pembelajaran berpusat pada bermain. Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa “ Anak – anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka nanti”. Bagi anak –anak kegiatan yang menyenangkan adalah bermain dan bermain. Anak akan lebih mudah mempelajari tentang sebuah pengetahuan baru melalui permainan. Diantara tokoh yang paling berjasa dalam meletakkan dasar permainan adalah Plato seorang filosof Yunani kuno. Menurut Plato (470-390 SM ), “Anak –anak akan lebih mudah mempelajari Aritmatika dengan cara membagi – bagikan Apel kepada anak –anak. Juga melalui pemberian alat permainan miniature balok – balok kepada anak usia 3 tahun, pada akhirnya akan mengentar anak menjadi seorang Ahli Bangunan “.
Maka dikembangkanlah salah satu metode untuk pembelajaran anak usia dini yaitu metode BCCT (Beyond Center and Circle Time) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran . BCCT dikembangkan oleh Creative Center for Childhood
Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre
commit to user
untuk anak dengan kebutuhan khusus. Menurut Nafik (2008)“BCCT yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) pengertian BCCT dalam beberapa hal :
1) Pendekatan Sentra dan Lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan
PAUD yang berfokus pada anaka yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu, pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main, pijakan setelah main.
2) Pijakan adalah dukungan yang berubah – ubah yang disesuaikan dengan
perkembangan yang disesuaikan dengan perkembanagn yang dicapai anak yng diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembanagn yang lebih tinggi.
3) Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan
seperangkat alat main yng berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak.
4) Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik (guru/ kader/ pamong) duduk
bersama anak dengan posisi melingkaran untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
b. Tujuan Metode BCCT
Menuru Nafik (2008) tujuan dari metode BCCT adalah
1) Agar siswa meperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mencoba sendiri.
2) Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( Multiple Intelligences)
3) Sebagai wahana untuk berfikir kreatif, aktif dan bertanggung jawab.
4) Sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat sekarang dan kelak.
c. Landasan Pengembangan BCCT
Menurut Nafik (2008),landasan filosofi adalah BCCT adalah
“konstruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta yang terpisah namun mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan”
commit to user
d. Prinsip BCCTAda beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode BCCT. Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) prinsip pendekatan sentra dan lingkaran adalah :
1) Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan
pengalaman empirik.
2) Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh
aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik (guru/ kader/ pamong) dalam bentuk 4 pijakan
3) Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang
merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir menggali pengalamannya sendiri.
4) Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran
5) Mempersyarat pendidik (guru/ kader/ pamong) untuk mengikuti pelatihan
sebelum menerapkan metode ini
6) Melibatkan orang tua dankeluarga sebagai salah satu kesatuan proses
pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah.
Adapun hal –hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanan BCCT di kelas . Menurut Nafik (2008) adalah sebagai berikut :
1) Kelas dirancang dalam bentuk sentra – sentra missal : Sentra Alam, Sentra
Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain Peran (Makro / Mikro), Sentra Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah Tubuh, Sentra Seni dan kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT
2) 1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan moving class
setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
3) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya
4) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
commit to user
6) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
7) Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran
8) Lakukan pijakan-pijakan
9) Lakukan refleksi diakhir pertemuan
10)Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Adapun ciri dari metode BCCT adalah
1) Pembelajarannya berpusat pada anak
2) Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting
3) Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan
berani mengambil keputusan sendiri
4) Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator
5) Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat
minat
6) Memiliki standar operasional prosedur yang baku
e. Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT
Dalam penerapan sebuah metode tidak sembarangan dalam melaksanakannya tentu ada hal – hal yang diperhatikan. Dalam metode BCCT seorang guru harus mengikuti pijakan – pijakan sebagai berikut :
1) Pijakan lingkungan
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas
2) Pijakan sebelum bermain
a) Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran
b) Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi
c) Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar
d) Guru meminta para siswa berdo’a bersama
e) Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan
memasuki sentra
f) Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan
commit to user
g) Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan
aturan bermain
h) Guru meminta siswa masuk ke area sentra
3) Pijakan saat bermain
a) Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa
b) Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa
c) Guru membantu siswa jika dibutuhkan
d) Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan
4) Pijakan setelah bermain / Recalling
a) Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang
dipakai
b) Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil
menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan
c) Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
d) Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang
(Nafik,2008)
f. Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main.
Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD) Cahaya Ilmu Semarang (2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT :
1) sentra bahan alam
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman sensori motor dalam rangka menguatkan tiga jari untuk persiapan menulis, sekaligus pengenalan sains untuk anak.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat terstimulasi aspek motorik halus secara optimal, dan mengenal sains sejak dini.
2) sentra main peran mikro/makro
Tempat bermain sambil belajar, dimana anak dapat mengembangkan daya imajinasi dan mengekspresikan perasaan saat ini, kemarin, dan yang akan datang.Penekanan sentra ini terletak pada alur cerita sehingga anak
commit to user
terbiasa untuk berfikir secara sistimatis.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar dan mengembangkan kemampuan berbahasa secara optimal.
3) Sentra balok
Tempat bermain sambil belajar untuk mempresentasikan ide ke dalam bentuk nyata (bangunan).Di sentra ini anak dapat memainkan balok dengan perbandingan 1 anak ± 100 balok plus assesoris.
Penekanan sentra ini pada start and finish, di mana anak mengambil balok sesuai kebutuhan dan mengembalikan dengan mengklasifikasi berdasarkan bentuk balok
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berfikir tipologi, mengenal ruang dan bentuk sehingga dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial secara optimal dan anak dapat mengenal bentuk – bentuk geometri yang sangat berguna untuk pengetahuan dasar matematika
4) Sentra persiapan
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman keaksaraan.
Di sentra ini anak difasilitasi dengan permainan yang dapat mendukung pengalaman baca, tulis, hitung dengan cara yang menyenangkan dan anak dapat memilih kegiatan yang diminati
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berpikir teratur, senang membaca, menulis dan menghitung
5) Sentra iman dan taqwa
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan kecerdasan jamak dimana kegiatan main lebih menitik beratkan pada kegiatan keagamaan.Di sentra ini anak difasilitasi dengan kegiatan bermain yang memfokuskan pada pembiasaan beribadah dan mengenal huruf hijaiyyah dengan cara bermain sambil belajar.
commit to user
Tertanamnya perilaku akhlakul karimah, ikhlas, sabar dan senang menjalankan perintah agama.
6) Sentra seni dan kreatifitas
Tempat bermain sambil belajar yang menitik beratkan pada kemampuan anak dalam berkreasi.Kegiatan di sentra ini dilaksanakan dalam bentuk proyek, dimana anak diajak untuk menciptakan kreasi tertentu yang akan menghasilkan sebuah karya.
Efek yang diharapkan:
Anak dapat berfikir secara kreatif
7) Sentra musik dan budaya
Tempat bermain sambil belajar untuk mengenalkan beragam musik terutama musik tradisional, dan permainan tradisional dari berbagai daerah.
Efek yang diharapkan dari sentra ini :anak dapat mengenal nada, birama dan ritme disamping dapat mengenal keragaman permainan tradisional yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan
g. Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT
Adapun ciri – ciri kelas yang menggunakan metode BCCT menurut Nafik,2008 :
1) Terjalin kerjasama, saling menunjang , gembira, belajar dengan bergairah
2) Pembelajaran terintegrasi menggunakan berbagai sumber sehingga siswa
aktif
3) Menyenangkan tidak membosankan dan terjalin sharing dengan teman
4) Para siswa kritis dan guru kreatif
h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT
Suatu metode digunakan dalam suatu proses pembelajaran tentunya ada hal yang melandasinya. Begitu pula dengan metode BCCT, adapun BCCT berlandaskan pada berbagai kecenderungan belajar menurut Nafik ,2008 anatara lain :
1) Belajar tidak sekedar menghafal. siswa harus mengkonstruksikan
commit to user
2) Anak belajar dari mengalami. anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
3) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.
4) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
5) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
(sempit), sedikit demi sedikit.
6) Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.
7) Tugas guru memfasilitasi agar informasi yang baru menjadi bermakna,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri.
8) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka. strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.
3. Tinjauan Tentang Permainan Berhitung Permulaan a. Tinjauan Tentang Permainan
1) Pengertian Permainan
Jika semua orangtua tahu dan menyadari bahwa aktivitas gerak dan suara anak (bisa disebut bemain) adalah cara yang paling efektif untuk anak belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan.
Menurut Andang Ismail (2006: 15) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
commit to user
Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan,
Menurut Kimrasil (2009) permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik namun ditandai pencarian menang kalah.
Menurut Hughes (1999) dalam (Andang Ismail,2006 : 14) bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya yaitu:
a) Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat
kepuasan.
b) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang
menyuruh ataupun memaksa.
c) Menyenangkan dan dapat menikmati.
d) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas.
e) Melakukan secara aktif dan sadar.
Menurut Joan Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail, 2006: 16) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektuan, sosial, moral dan
commit to user
2) Karakteristik Permainan
Menurut Hurst ( 1997)dan Curtis ( 1998) dalam Kwon Young (2002: volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “In the English preschool, play is an
integral part of the curriculum, founded on the belief that children learn through self-initiated free play in an exploratory environment “.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith, Garvery, Rubin dkk (dalam Andang Ismail , 2006:20) ada beberapa karakteristik permainan :
a) Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul berdasar
keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri
b) Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh
emosi-emosi yang positif
c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas
ke aktivitas lain.
d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil
akhir.
e) Bebas memilih, dan cirri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi
konsep bermain pada anak-anak kecil.
f) Mempunyai kualitas pura – pura, kegiatan bermain mempunyai kerangka
tertentu yang memisahkannnya dari kehidupan nyata sehari – hari.
3) Jenis – jenis Permainan Anak –anak
Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama yaitu bermain dengan menyenangkan. Yang membedakan adalah pengaruh atau efek dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu: Permainan Aktif dan Permainan Pasif. Permainan aktif dan pasif iini hendaknya dilakukan dengan seimbang. Menurut Nia (2009) adapun pembagian permainan adalah sebagai berikut:
a) Permainan aktif
(1) Permainan olahraga (sport):
Bagi orang dewas, olah raga bukan lagi menjadi sebuah permainan tetapi sesuatu yang serius dan kompetitif. Namun bagi anak, olah raga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur partisipatif dan keinginan untuk unggul. Dalam permainan olah raga anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi
commit to user
untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu.
(2) Permainan perkelahian (body contact):
Jenis permainan ini termasuk permainan modern, tapi banyak orang tua maupun guru memandangnya skeptic dan cemas, ini beralasan dari efek yang mungkin serius. Permainan ini merupakan jenis permainan modifikasi yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan akan kekuasaan. Hal tersebut sehat dan positf bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan di lingkungan sekitar. Jenis permainan ini adalah untuk menguji kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia nyata dengan segala akibatnya.
b) Permainan pasif
(1) Permainan mekanis
Seiring perkembangan, jaman dan teknologi memberi pengaruh besar dalam perkembangan jenis permainan untuk anak. Alat teknologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa buat anak-anak. Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia di dalamnya (computer). Bermain computer tidak sama dengan bermain bersama teman, anak bermain sendiri dengan kesenangannya.
Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang kendali penuh atas "teman mainnya" dan "si teman mainnya" akan melakukan apapun yang diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan di lingkungan sosialnya. Hal positif anak memiliki keterampilan komputer yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.
(2) Permainan fantasi
Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri.
Anak dapat membentuk dunia sesuai dengan keinginannya