• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. rumah makan lalu keluar begitu saja dan keluar setelah ia menjawab pertanyaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. rumah makan lalu keluar begitu saja dan keluar setelah ia menjawab pertanyaan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Eksposisi

Eksposisi yaitu bagian awal atau pembuka dari sebuah cerita. Dalam naskah ini eksposisi terletak pada adegan pertama yaitu pada saat Iskandar masuk kedalam rumah makan lalu keluar begitu saja dan keluar setelah ia menjawab pertanyaan Karnaen dengan singkat. Keadaan di rumah makan pun sudah di paparkan pada Adegan pertama. Cerita ini terjadi pada pagi hari pukul 06.00 karena sesuai gambaran pada naskah terlihat rumah makan masih sangat sunyi dan hanya ada seorang lelaki yang duduk disebuah meja kecil hendak menunggu kedatangan pembeli dan seorang gadis yang bekerja sebagai pelayan sedang membersihkan rumah makan, membersihkan meja lalu memutar radio untuk menghiburnya. Tiba-tiba masuk seseorang berpakaian compang camping dengan rambutnya yang terlihat kusut seperti pelancongan ia masuk dengan seenaknya tanpa membeli dan membuat lelaki dan gadis dirumah makan itu heran. Merekapun tidak terlalu menanggapinya sampai pelancong itu pergi keluar.

Panggung merupakan ruangan rumah makan, diaalati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue-kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari es. Pintu kedalam ada dibelakang dan pintu depan sebelah kiri.

(2)

1. KARNAEN : (duduk menghadap meja tulis, asyik menulis).

2. ISKANDAR : (masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai, memandang ke arah pintu ke belakang).

3. KARNAEN : (berhenti menulis). Ada keperluan apa, saudara? 4. ISKANDAR : Tidak! (pergi keluar).

5. KARNAEN : (heran memandang, kemudian melanjutkan menulis).

Penggalan cerita diatas terlihat Karnaen kebingungan dengan sikap Iskandar yang masuk lalu keluar begitu saja. Pada adegan kedua terlihat percakapan Ani dan Karnaen. Ani adalah tokoh utama dalam naskah ini dan Karnaen adalah anak dari pemilik rumah makan tempat Ani bekerja. Karnaen mengatakan kekagumannya pada wanita yang pandai mengurus rumah tangga. Dalam adegan ini terlihat Karnaen sudah lama menyukai Ani, namun Karnaen masih takut untuk mengatakannya, sebab mereka berdua tinggal dirumah yang sama. Ani tinggal dirumah Karnaen karena pemilik rumah makan yang tidak lain adalah ayah dari Karnaen menyuruh Ani tinggal bersama mereka sekaligus menjadi pelayan agar dapat membantu pekerjaan koki di dapur. Maksud dan tujuan Sudarma bukan itu saja. Sebab Sudarma melihat Ani adalah wanita yang cantik pasti bisa di peralat untuk menarik perhatian pembeli terutama para pria yang hobinya nongkrong dan minum kopi bisa betah berada dirumah makannya. Namun hal itu tidak disadari oleh Ani.

12. KARNAEN : Who, engkau turut masak?

13. ANI : Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.

14. KARNAEN : Tapi akupun suka melihat engkau masak, An. Apalagi karena dengan begitu, engkau akan kian jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah tangga.

(3)

Dari dialog di atas, dapat dilihat bahwa Karnaen menyukai gadis seperti Ani yang pandai mengurus rumah tangga. Namun perkataannya tidak di tanggapi Ani. Sebab, Ani memang belum memikirkan untuk berumah tangga. Dari percakapan antara Ani dan Karnaen timbul rasa ingin tahu Karnaen terhadap Ani yang belum memikirkan untuk berumah tangga, sehingga Karnaen mengungkapkan perasaannya terhadap Ani. Dalam adegan ini terlihat Ani sangat tidak menyangka bahwa Karnaen bisa berkata seperti itu. Sebab, Ani sudah menganggap Karnaen sebagai kakak kandungnya sendiri. Namun hal itu tidak disadari Karnaen, ia mengungkit tentang kejadian waktu Karnaen dan Sudarma meminta Ani untuk bekerja dirumah makannya bukan hanya sekedar untuk menjadi pelayan, dengan halus perkataan Karnaen menginginkan Ani untuk menikah dan menjadi istri yang baik untuknya. Ani sungguh tidak ingin hal itu terjadi. Ani pun menolak Karnaen secara halus karena tidak ingin menyakiti Karnaen. Ani tak ingin menjadi lebih dari seorang pelayan. Karena niatnya hanya ingin bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

19. ANI : (berdiam perlahan-lahan menjauhi Karnaen). Saya tidak mengatakan, bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, mas. Tapi saya belum hendak memikirkan berumah tangga, sebab saya masih senang bekerja. 20. KARNAEN : Tapi, An, ketika engkau dulu kubawa kesini keinginanku bukan

hanya melihat engkau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksudkan itu, ialah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.

21. ANI : (terkulai menundukkan kepala). Mas, saya tiada mempunyai perkataan untuk menyatakan terima kasih atas kebaikan budi mas, sudah membawa saya kesini. Tapi, ketika saya datang disini dulu, saya tiada ingin lebih dari jadi pelayan, jadi pegawai sebagaimana kesanggupannya orang miskin didalam mencari sesuap nasi.

(4)

Dalam percakapan ini terlihat Karnaen berterus terang kepada Ani tentang maksudnya membawa Ani hanya karena ia menyukai Ani. Anipun menolaknya secara halus dengan mengatakan bahwa dirinya masih ingin bekerja dan belum berpikir untuk menikah. Pada adegan tiga terdapat percakapan antara Ani dan seorang perempuan yang sedang berbelanja dirumah makan Sambara. Pecakapan ini terlihat Ani sedang melayani seorang perempuan yang sedang berbelanja sambil bercerita tentang sandal yang baru saja dibeli oleh Perempuan tadi. Tampak si Perempuan memuji kecantikan Ani. Paras cantik Ani memang membuat semua orang tak dapat memalingkan wajah mereka, karena Ani memang terlihat sempurna dimata semua orang. Bukan hanya pria-pria yang terkagum-kagum melihat kecantikan Ani, bahkan ada banyak perempuanpun yang kagum dengan kecantikannya seolah membayangkan seandainya wajah mereka terlihat cantik seperti Ani. Hal ini dapat dilihat pada saat seorang ibu-ibu datang membeli di rumah makan dan membayangkan seandainya anaknya masih hidup pasti si ibu ingin mendapatkan menantu seperti Ani. Dapat dilihat pada dialog ke 30-31.

30. ANI : Tapi kuat dan bagus nyonya. Berani saya membeli tiga rupiah. (memberikan lagi sandal).

31. PEREMPUAN : Saya pilih yang begini, sebab saya sudah tua. Untuk kaki nona tentu saj mesti lebih bagus dari ini. Dan saya lihat tadi di sana memang ada yang cocok sekali dengan kecantikan nona.

Dialog 44-47 dimana perempuan yang membeli tampak memuji kecantikan Ani. 44. ANI :Mau terus pulang saja nyonya?

(5)

45. PEREMPUAN :Betul. Maklum di rumah banyak kerja. (tiba-tiba memandang Ani, terus menghela nafas). Ah, sayang anak saya yang laki-laki sudah meninggal dunia.

46. ANI :Mengapa nyonya?

47. PEREMPUAN : Kalau dia masih hidup,… ya kalau dia masih hidup, mau saja memungut nona sebagai menantu.

2. Komplikasi

Komplikasi yang merupakan kelanjutan dari eksposisi. Pada bagian ini sudah mulai tumbuh pertentangan antar tokoh yang masing-masing menceritakan jati dirinya sehingga peta konflik antar tokoh mulai terlihat. Disini mulai di gambarkan permulaan dari konflik yang terjadi ketika seorang pengemis datang di rumah makan Sambara untuk mencuri. Ani marah-marah dan karena kebaikannya ia tetap memaafkan si pengemis lalu memberinya uang. Sebenarnya Ani adalah gadis yang baik, tapi tiba-tiba jadi marah karena perlakuan si pengemis memang sudah keterlaluan. Padahal setiap ia datang pasti Ani memberinya uang dan dari sekian kalinya ia datang hari ini terlihat seperti orang yang ingin mencuri. Setiap orang yang melihat kejadian seperti ini tentu akan sangat marah dan akan bertindak seperti Ani.

53. ANI : (tampil dari belakang). Hei! Engkau mau mencuri ya! 54. PENGEMIS : (cepat menarik tangan, menundukkan kepala)

55. ANI : Hampir, tiap engkau datang disini, engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau sekarang engkau berani berani datang di sini dengan maksud mencuri.

Ani terlihat sangat marah pada pengemis. Sudarma pemilik rumah makan masuk dan melihat ada pengemis masuk ke rumah makannya. Sudarma lalu marah

(6)

pada pengemis, sebab ia tak ingin rumah makannya didatangi oleh pengemis yang datang hanya untuk minta uang. walaupun begitu Ani tetap memberi uang pada pengemis padahal Sudarma juga melarang Ani untuk memberinya uang. Itulah Ani, mempunyai wajah cantik dan memiliki hati yang baik juga. Ani tidak tega melihat pengemis itu dimarahi dan dihina oleh Sudarma meskipun tadinya memang Ani sangat marah dengan pengemis itu. Ani sangat mengerti dengan keadaan orang seperti si pengemis. Oleh karena itu Ani tetap memberikan si pengemis uang meskipun sudah di marahi oleh pemilik rumah makan yang tidak ingin mengotori rumah makannya oleh pengemis ataupun orang lain yang kerjanya hanya meminta-minta. Pengemis itu lalu pergi dan tak lupa ia memgucapkan terima kasih pada Ani dan mendo’akannya.

68. SUDARMA : (masuk menjinjing tas, melihat kepada pengemis). Mengapa kau ada di sini? Ayo keluar!(kepada Ani). Mengapa dia dibiarkan masuk, An?

69. ANI : Hendak saya beri uang.

70. SUDARMA : Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Toh dia datang hanya mengotorkan tempat saja.

71. ANI : (melempar uang kepada pengemis). Nih! Lekas pergi. 72. PENGEMIS : Terima kasih nona, moga-moga nona panjang umur.

Masalah kedua timbul lagi ketika Usman paman Karnaen datang pada untuk bertemu Sudarma. Tapi , Sudarma sedang tidak berada di rumah makan. Ia lalu bercerita kepada Ani tentang dirinya yang nantinya akan menjadi menantu Sudarma. Tentu Ani sangat kesal mendengar omongan Usman. Ani merasa bahwa hal itu tidak

(7)

muingkin terjadi karena Ani sudah lama tinggal bersama mereka dan menganggap Karnaen dan Sudarma adalah kakak dan ayah kandungnya sendiri. Dan Ani sudah punya lelaki yang sangat dicintainya. Ani tidak menyangka kalau Usman bisa berkata seperti itu pada Ani. Tapi begitulah hidup ditengah-tengah masyarakat. Akan ada banyak hal-hal yang tidak diinginkan sering terjadi. Anggapan orang-orang terhadap Ani memang lain. Karena banyak kejadian jika dalam sebuah rumah tinggal seseorang yang tidak ada hubungan darah pasti akan menjadi bahan pembicaraan dilingkungan tempat tinggal itu. Seperti Ani yang tinggal di rumah Karnaen dan Sudarma, padahal diantara mereka tidak ada hubungan darah pasti akan dapat menimbulkan fitnah. Dan Usman sepertinya memanfaatkan situasi ini agar dapat membantu Karnaen bisa menikah dengan Ani karena ia sudah lama memendam perasaan terlalu lama.

92. ANI : Sejak dari mana paman mengejar dia?

93. USMAN : Mulai dari rumahnya kami bejalan bersama-sama. Tapi ditengah jalan, dia meninggalkan. Katanya mau menunggu aku di sini. Begitulah mertuamu, An!

94. ANI : (berdiri). Mertua saya?

95. USMAN : Akan jadi mertuamu maksudku.

96. ANI : Tapi, paman, dari mana datangnya anggapan itu?

Pada adengan ketujuh dan delapan tampak Ani kebingungan. Ani kesal dengan omongan Usaman. Ani merasa tidak ada orang lain lagi yang bisa di jadikan teman untuk ia mencurahkan keluh kesahnya selain Suherman, lelaki yang dicintainya. Ani mencoba menelpon ke asrama tempat Suherman tinggal. Akan tetapi

(8)

Suherman sudah keluar. Ani merasa bahwa Suherman akan datang menemuinya. Suherman adalah laki-laki yang terlihat tampan dan gagah apalagi Suherman adalah seorang kapten tentara. Itulah yang membuat Ani jatuh cinta dan sudah sangat menyayangi Suherman tanpa ia tahu bahwa sebenarnya Suherman hanya suka pada kecantikannya saja apalagi saat melihat Ani tersenyum saat dirayu oleh Suherman. Itulah kekurangan Ani, tidak dapat menilai mana laki-laki yang tulus menyayanginya dan mana laki-laki yang hanya tertarik dengan kecantikannya sehingga Ani begitu cepat termakan dengan rayuan dari Suherman. Dalam adegan ini terlihat Ani sangat tidak sabar menunggu kedatangan Suherman.

104. ANI : (menghela nafas, melangkah menuju pintu keluar seraya meninju-ninjukan kepalan tangan kanan kepada tangan kiri, di pintu, berdiri, melihat keluar; setelah menghela nafas, berjalan lagi menuju meja tulis;duduk di atas kursi, sebentar kemudian sudah berdiri lagi, terus merenung; cepat memandang ke arah telpon, tangannya diulurkan kesana, tapi cepat ditarik lagi, terus merenung menggigit-gigit bibir; lama dulu baru mengulurkan lagi tangan ke arah telpon dan sekali ini terus mengangkatnya). -Minta disambung dengan tiga tiga lima sembilan. (menunggu). Asrama Batalyon Lima disini? Minta bicara dengan tuan kapten Suherman.- sudah pergi? – o, tidak, tidak penting. Katakan saja dari Ani, dari rumah makan Sambara.- ya.- terima kasih. (telpon diletakkan).

Ani menunggu kekasihnya Suherman dan sudah menyiapkan susu untuknya. sambil menunggu Ani melayani dua orang pemuda yang datang di rumah makan sambara. Mereka datang bukan hanya untuk minum susu, tapi juga ingin melihat Ani yang selalu membuat mereka penasaran karena kecantikannya. Kedua pemuda tersebut bukan hanya datang dengan tujuan untuk minum susu tapi juga ingin melihat wajah Ani di pagi hari. Pemuda-pemuda itu merasa aneh dengan sikap Ani terhadap

(9)

mereka, karena tidak seperti biasanya Ani selalu menyambut tamu-tamu dengan senyumnya yang manis, tapi hari ini mereka tidak melihat senyum manisnya setelah kejadian tadi dimana Usman telah membuatnya kesal karena ingin menjodohkan Ani dengan Karnaen. Kekesalan itu belum juga hilang dan membuat wajah Ani menjadi kusut dengan wajahnya yang sedang kesal dan membuat kedua pemuda itu menjadi tidak berani menggoda Ani lebih lama.

114. PEMUDA 2 : Kau bilang dia menggembirakan. Mana menggembirakannya? 115. PEMUDA 1 : Aku juga tidak mengerti, mengapa dia sekarang sedingin itu.

Kemarin dia lain lagi kelihatannya.

Disaat Ani sedang melayani kedua pemuda itu tiba-tiba Iskandar masuk. Seperti biasanya, ia datang untuk duduk saja. Ia selalu memperhatikan Ani, ia selalu ingin melihat apa yang dilakukan Ani setiap harinya. Tapi Ani tidak menyadari maksud Iskandar yang selalu memperhatikannya. Iskandar melihat Ani sedang dirayu oleh kedua pemuda tersebut. Iskandar terlihat tidak senang melihat Ani selalu di rayu oleh pria-pria yang selalu datang ke rumah makan. Menurutnya Ani terlihat seperti gadis yang suka memamerkan kecantikannya karena ia sering melihat Ani setiap hari dirayu oleh setiap pembeli yang datang, terutama laki-laki. Semakin hari Iskandar makin curiga dengan maksud Sudarma mempekerjakan Ani sebagai pelayan di rumah makan miliknya.

120. ISKANDAR : (masuk, melihat kepada tamu-tamu, lalu duduk di kursi).

121. ANI : (tampil membawa baki diisi dua gelas susu; melihat kepada Iskandar, lantas mempercepat langkah menuju meja yang dihadapi pemuda-pemuda). Kuenya apa, saudara? Tartyes atau lapis legit?

(10)

122. PEMUDA 1 : Mana yang lebih enak?

123. ANI : Yang lebih enak tentu yang lebih mahal harganya. 124. PEMUDA 1 : Tapi anehnya saya ini tidak suka kepada yang enak.

125. ANI : Mengapa?

126. PEMUDA 2 : Sebab dia bukan manusia biasa, nona. Keluarbiasaannya ialah, kalau nona sudah satu kali kenal dengan dia, maka dia….

127. PEMUDA 1 : Ya, nanti saya akan menelpon kesini. Asal saya sudah diberi tahu nama nona dan nomor telpon di sini.

Ani berusaha untuk tidak mempedulikan perkataan keduan pemuda tersebut. Tak lama kemudian orang yang di tunggu-tunggu Ani datang juga. Betapa gembiranya Ani saat melihat kekasihnya Suherman sudah datang untuk menemuinya. Ani langsung memberitahu Suherman bahwa tadi ia menelpon ke asrama. Saking senangnya Ani bertemu dengan Suherman, ia sampai lupa kalau sudah menyiapkan susu spesial untuk kekasihnya.

142. ANI : (tampil). Oh, mas Herman. (gembira mendapatkan). Barusan tadi saya telpon mas ke asrama.

143. SUHERMAN : O, ya?

144. ANI : Saya tak sabar menunggu, mas, padahal susu untukmu sudah lama kusediakan. Saya takut kalau-kalau mas tidak akan datang. 145. SUHERMAN : Kapan aku dusta padamu, bungaku?

146. ANI : Sampai sekarang belum pernah.

147. SUHERMAN : Tapi setelah aku datang disini, tak hendak aku kau beri minum, agar jasmaniku segar menghadapi engkau?

148. ANI : Ah, maaf, mas. Hampir saja lupa karena kesangatan gembira. Tapi karena sudah sejak tadi disediakan, mas tak akan lama menunggu. (pergi kebelakang).

(11)

3 Klimaks

Pada adegan tiga belas ini terlihat bahwa Iskandar sengaja mencari masalah dengan Ani. Iskandar seenaknya masuk dirumah makan dan duduk di atas meja, hal itulah yang memancing emosi Ani dan terpaksa menegur dan bertanya pada Iskandar maksud kedatangannya yang seringkali datang tanpa belanja. Namun Iskandar dengan seenaknya menjawab bahwa kedatangannya dirumah makan hanya untuk melihat Ani. Ani kebingungan dengan jawaban Iskandar. Dan setiap kali Ani bertanya Iskandar menjawab dengan jawaban yang tidak masuk akal dan membuat Ani bingung sampai akhirnya Ani menganggap bahwa kedatangannya hanya untuk menakutkan Ani. Iskandar hanya tersenyum dan berterima kasih pada Ani karena sudah merasa takut padanya. Lagi-lagi jawaban itu membuat Ani menjadi lebih kebingungan.

232. ANI : (merenung).

233. ISKANDAR : (masuk, berdiri memandang Ani).

234. ANI : (terkejut, tegak memandang Iskandar). O, engkau yang…… selalu datang disini bukan untuk belanja?

235. ISKANDAR : (duduk di atas meja). Ya, aku datang disini bukan untuk belanja, tapi untuk……. Menengok, melihat engkau.

236. ANI : Untuk menakutkan aku!

237. ISKANDAR : (tersenyum pahit). Terima kasih. 238. ANI : Apa terima kasih?

239. ISKANDAR : Karena aku kau takut. Aku tahu bagimu aku memang bukan seperti laki-laki yang banyak.

(12)

Saat itu Ani tak dapat menahan emosinya terhadap sikap Iskandar. Baginya ini adalah saat yang tepat untuk menegur Iskandar, sebab Iskandar datang dan langsung duduk di atas meja. Ani tentu tidak menyukai orang yang tidak sopan seperti Iskandar, Ani menjadi sangat marah dan memancing Iskandar untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentang maksud dan tujuan kedatangannya kerumah makan hanya untuk melihat Ani dan betapa buruknya Ani dimata Iskandar. Karena seringkali ia melihat Ani dirayu oleh banyak laki-laki. Iskandar tidak menyukai hal seperti itu, Iskandar sudah menaruh curiga terhadap Sudarma. Iskandar tahu bahwa sesungguhnya Ani hanya di peralat kecantikannya oleh Sudarma untuk kepentingannya sendiri, agar rumah makannya ramai dikunjungi oleh pembeli. Iskandar hanya ingin memancing emosi Ani. Ia hanya ingin tahu apakah Ani sadar dengan keberadaannya disini atau tidak.

240. ANI : Ya, tidak seperti yang banyak, tidak tahu adat kesopanan, duduk bukan ditempatnya duduk.

241. ISKANDAR : (merokok).Aku manusia merdeka.

242. ANI : Tapi disini rumah makan, bukan kebun tempat pelancong berbuat semaunya.

243. ISKANDAR : Pelancongan? Hm, orang boleh berkata sesuka hatinya. Tapi bagiku, lebih baik aku disebut pelancongan daripada seperti engkau diam disini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki, supaya mau belanja kesini.

Tentu saja Ani tidak suka dengan sikapnya itu dan langsung menegur Iskandar, tapi Iskandar lebih marah dari Ani, ia mencaci maki dan menghina Ani. Konflik diantara mereka terus terjadi, mereka bertengkaran kata dan sampai membuat Ani menangis. Iskandar berani menghina Ani karena ia menganggap Ani bekerja di

(13)

rumah makan hanya untuk tebar pesona, sebab banyak tamu-tamu yang datang dirumah makan ini, terutama pria-pria yang tertarik melihat kecantikan Ani, Ani di anggap menjual senyumannya. Ani sudah tidak tahan dengan perkataan Iskandar, Ani mengusirnya berulang-ulang kali, tapi Iskandar tidak mau pergi seperti belum puas menghina Ani. Ani tidak menyangka bahwa Iskandar mempunyai anggapan seperti itu tentang dirinya. Ani tidak menyadari bahwa sebenarnya apa yang dikatakan Iskandar itu benar, karena Ani tidak tahu bahwa tujuan Sudarma memperkerjakan Ani dirumah makannya karena wajah Ani yang cantik dapat membuat banyak tamu yang datang dirumah makannya, apalagi pria-pria yang selalu senang ketika melihat wajah-wajah wanita cantik seperti Ani. Ani semakin tidak tahan dengan perlakuan Iskandar terhadap dirinya. Ia lalu mengusir Iskandar, namun Iskandar tetap tidak mau keluar dari rumah makan.

244. ANI : Berani pula engkau menghina aku! 245. ISKANDAR : Maunya engkau hanya dipuji saja. 246. ANI : Perduli apa untukmu?

247. ISKANDAR : Sangkamu aku seperti mereka, datang disini untuk minum karena ditipu oleh kecantikanmu?

248. ANI : Tutup mulutmu! 249. ANI : Pergi! Pergi! 250. ISKANDAR : Tidak!

Dalam dialog di atas, terlihat Ani sudah merasa kesal. Entah apa yang di katakan Iskandar, Ani masih belum tahu maksud Iskandar yang tiba-tiba menghina dirinya. Konflik bertambah pada saat Karnaen datang dan melihat Ani sedang

(14)

menangis. Ani menjelaskannya pada Karnaen, setelah mendengar yang penjelasannya, Karnaen mengusir Iskandar tapi tetap saja tidak mau pergi, sampai Karnaen menelpon polisi. Iskandar baru pergi setelah Karnaen menelpon polisi dan memukul Karnaen. Iskandar memang merasa dirinya adalah manusia merdeka yang berhak berbuat semaunya tanpa ada paksaan dan larangan dari orang lain. Oleh sebab itu ia tidak mempedulikan Karnaen marah padanya. Ia tak mau diusir dan tak perlu diusir. Ia akan pergi dengan sendirinya tanpa ada yang meminta ia pergi.

Tidak lama kemudian polisi datang dan meminta keterangan pada Ani dan Karnaen. Mereka berduapun menjelaskan kejadian tadi. Karnaen sangat kesal terhadap perlakuan Iskandar karena telah berani memukulnya dan pergi begitu saja. Ani juga menjelaskan tentang bagaimana ia dihina oleh Iskandar dan memberitahu polisi bahwa Iskandar memang sering datang dirumah makan dan tak pernah sekalipun ia membeli. Ia hanya duduk dan memperhatikan Ani seperti menakut-nakutinya. Tapi ani tidak pernah menyangka bahwa hari ini Iskandar bisa selancang itu terhadap dirinya, marah-marah dan menghina Ani.

312. POLISI : (kepada Ani). Nona dihina bagaimana oleh orang itu?

313. ANI : Sebenarnya orang itu sudah sering datang disini, tapi tidak selalu datang untuk belanja. Begitu pula tadi, datangnya hanya untuk duduk di atas meja. Ketika saya cela perbuatannya, dia malah terus mencela pekerjaan saya, caranya seperti di rumah sendiri terhadap bujangnya, dengan mengeluarkan kata-kata yang tak patut dikatakan.

314. POLISI : Apa katanya kepada nona?

315. ANI : Bahwa saya disini menjual kecantikan, bahwa saya disini jadi pendusta, penipu. Lagipula ia berkata dengan marah-marah.

(15)

Polisi akan mencari Iskandar, mereka berharap kedatangan polisi akan membuat konflik diantara mereka dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Pada adegan selanjutnya Sudarma masuk bersama saudaranya Usman, Sudarma kaget ketika melihat ada polisi datang dirumah makannya. Sudarma lalu bertanya pada Karnen dan Ani. Mereka berdua lalu menjelaskan lagi tentang kejadian tadi pada Sudarma dan Usman. Sudarma tidak terima dengan perlakuan Iskandar yang membuat keonaran dirumah makannya dan memberatkan pengaduan mereka terhadap Iskandar. Sudarma tak ingin kejadian sepereti ini terjadi lagi dirumah makannya apalagi sampai memukul anak semata wayangnya. Sudarma lalu mengatakan pada polisi tentang hal-hal yang dapat memberatkan Iskandar.

334. SUDARMA : Nanti dulu! Sebagai yang punya rumah makan , saya memberatkan pengaduan anak saya itu, sebabbagaimanapun juga, orang yang membikin keonaran disini berarti hendak merugikan perusahaan saya, bukan?

335. POLISI : Betul.

Polisi lalu pergi mencari Iskandar dan meminta pada Ani dan Karnaen agar jangan dulu kemana-mana, karena polisi akan segera kembali memberi informasi tentang perkembangan mengenai Iskandar pada mereka. Selanjutnya Usman menambah masalah lagi, ia memberi nasehat yang tidak masuk akal pada Ani, katanya masalah ini tidak akan terjadi pada Ani kalau Ani sudah menikah. Usman berkata seperti itu karena Usman ingin Ani menikah dengan Karnaen, dengan gengsinya Karnaen berlaku tidak enak pada Ani dan mengatakan bahwa Ani sudah punya kekasih, namanya Suherman seorang tentara. Sudarma yang mendengar

(16)

nasehat Usman itu lalu menegur Usman yang sok memberi nasehat pada Ani. Sudarma tidak setuju dengan nasehatnya itu, karena kalau Ani sudah menikah tidak ada lagi yang dapat bekerja seperti Ani yang dengan gampang memikat para tamu-tamu untuk makan dirumah makannya, baginya sangat sulit mencari pekerja yang cantik seperti Ani.

344. USMAN : Tapi begitulah selama engkau tidak kawin. Engkau akan selalu diganggu orang, akan selalu merasa tidak aman. Karena itu kunasihatkan, supaya lekas saja kawin. Orang kawin nyata mendekati keselamatan, menjauhi kecelakaan. Tidak sia-sia Tuhan mengadakan aturan mesti kawin kepada umatnya.

345. ANI : Tetapi itu bukan lantaran saya tidak kawin, paman. Orang itu tidak sopan saja , boleh jadi setengah matang.

346. USMAN : Kalau engkau punya suami, kan tidak akan ada lagi laki-laki yang mau mengganggu engkau.

347. SUDARMA : (menghitung uang di atas meja tulis). Tapi kalau dia sudah kawin, berarti akan meninggalkan pekerjaan disini. Itu tak hendak kuijinkan.

Konflik lain juga terjadi karena ulah Usman, dialog antara Usman, Suherman, Ani, Karnaen dan Sudarma membuat Suherman jadi meninggalkan Ani. Usman dengan gampangnya menyuruh Suherman menikahi Ani dan mengatakan bahwa cinta adalah buah dari perkawinan. Suherman marah pada mereka dan segera pergi meninggalkan rumah makan dan tak mau lagi datang kerumah makan, itu berarti Suherman sudah tidak mau lagi bertemu dengan Ani. Ani benar-benar merasa sedih. Kejadian ini membuat Ia sadar bahwa Suherman tidak suka dengan dirinya, Suherman hanya suka pada senyumnya saja, kecantikannya yang membuat banyak pria yang mengaguminya. Ani jadi sadar dengan perkataan Iskandar tadi itu memang

(17)

benar. Setiap laki-laki yang datang dirumah makan memang hanya sekedar untuk melihat kecantikannya saja. Ani menyesal karena baru sekarang ia mengetahui hal yang sebenarnya. Buktinya Suherman selalu datang karena melihat Ani selalu tersenyum. Tapi setelah melihat Ani menangis ia sudah pergi meninggalkan Ani. Apalagi saat Usman meminta Suherman untuk segera menikahi Ani, suherman langsung marah. Dan itu berarti Suherman memang tidak benar-benar mencintai Ani.

386. ANI : (menyembunyikan muka dibelakang kedua belah tangan). Sudah! Sudah! Jangan aku terus diombang-ambingkan. (mengisak). 387. SUHERMAN : Rupanya saya datang disini sangat tidak kebetulan. Lebih tidak

kebetulan lagi, karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak turut campur dengan cinta saya. Dalam cita-cita saya, saya datang disini akan menemui kebahagiaan, tapi tenyata malah disambut dengan hendak didikte, bahkan rupanya hendak disuruh kawin. Saya bantah perkataan yang menyatakan, bahwa cinta itu bunga dari perkawinan, saya tentang anggapan saudara-saudara yang memandang saya rendah, menyamakan saya kepada anak kecil yang dimestikan menelan segala yang disuapkan kedalam mulutnya.

4 Resolusi

Resolusi dalam bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh. Resolusi juga disebut pemecahan problem. Resolusi akan terjadi peleraian masalah. Dari sini drama sudah dapt diketahui ending-nya kemana dan apa yang hendak disampaikan dalam permainan drama. Resolusi sebaiknya tidak menimbulkan banyak pertanyaan yang janggal. Oleh karena itu logika perlu selalu ditimbulkan dalam pemecahan masalah.

(18)

Resolusi pada naskah ini terlihat pada adegan kesembilan belas. Setelah kembalinya polisi dirumah makan dan membawa Iskandar dan memastikan bahwa ia tidak salah membawa orang. Giliran polisi menginterogasi Iskandar dan memastikan juga apa yang dilaporkan oleh Ani dan Karnaen itu benar. Iskandar lalu mengatakan pada polisi bahwa semua yang di katakana Ani itu benar dan masalah kenapa ia memukul Karnaen itu karena Karnaen menahan bahunya ketika ia hendak keluar dari rumah makan dan sudah ikut campur dalam masalahnya denga Ani.

412. ISKANDAR : Saya mau pergi dari sini, tapi mengapa dia memegang bahu saya? 413. KARNAEN : Sebab dia hendak lari meninggalkan dosa, mencela mengejek

perbuatan saya menelpon polisi. Dikatakannya bahwa hati saya lebih kotor daripada kakus.

414. POLISI : (kepada Iskandar). Betul engkau pernah berkata begitu?

415. ISKANDAR : Ya, sebab saya merasa sebal, mengapa setelah dia turut campur dengan urusan saya dan perempuan itu, lalu membawa-bawa polisi pula.

Setelah polisi mengintrogasi Iskandar, polisi segera pergi dan akan membawa Iskandar, namun Ani menahannya. Ani tidak ingin Iskandar dibaawa polisi, karena Ani berubah pikiran, Ani mengakui apa yang dikatakan Iskandar itu benar, Ani yang tidak menyadarinya dari awal dan mengakui kalau dirinya yang salah sudah marah-marah pada Iskandar. Ani mencabut tuntutannya pada Iskandar agar tidak jadi ditahan. Tapi Karnaen tidak menerima, sebab Iskandar telah memukulnya dan perbuatannya itu harus dibalas. Ani tetap membela Iskandar sampai polisi tidak jadi membawanya pergi.

(19)

430. POLISI : Tidak benar dia sudah melahirkan ejekan, menyebut penipu dan sebagainya kepada nona?

431. ANI : Betul dia berkata begitu, tapi tadi saya dungu, tidak mau terus terang, bahwa sebenarnya…… sebenarnya apa yang dikatakannya itu mengandung kebenaran, bahwa sebenarnya saya sudah dusta kepada diri sendiri dan kepada orang lain.

432. POLISI : Jadi nona sekarang merasa puas, sehingga urusan ini tidak perlu dilanjutkan?

433. ANI : Ya.

434. KARNAEN : Tapi saya belum puas dan minta supaya perkara ini dilanjutkan. 435. ANI : Boleh dilanjutkan juga, dan saya sedia masuk bui.

436. POLISI : (kepada Karnaen). Soal ini jadi soal remeh yang tidak perlu dibawa keatas, tuan. Asal antara tuan dan dia tidak ada lagi perasaan apa-apa (kepada Iskandar). Engkau masih dendam kepada tuan ini?

Polisi tidak jadi membawa Iskandar pergi, masalah dianggap selesai. Iskandar lalu segera pergi dan lagi-lagi Ani menahannya. Ani menyuruh Iskandar untuk menunggu dirinya sebentar. Ani pergi kebelakang. Tokoh-tokoh yang lain kebingungan dengan sikap Ani yang menyuruh Iskandar si pembuat onar untuk menunggu.

447. ISKANDAR : (melangkah hendak keluar). 448. ANI : Nanti dulu!

449. ISKANDAR : (berhenti berjalan memandang Ani). 450. ANI : Tunggu dulu! (pergi ke belakang). 451. KARNAEN : (berdiri memandang Ani).

452. POLISI : Dia mau apa lagi? 453. SUDARMA : (tercengang). Entahlah!

(20)

Tahap akhir ini terdapat pada adegan dua puluh dan adegan kedua puluh satu. Disini ani tampil dari belakang membawa koper. Tokoh-tokoh lain heran dengan sikap Ani. Ani ingin keluar dari rumah makan Sambara. Ia tak tahan lagi berada di tempat itu. Ani merasa bahwa ia harus merubah dirinya menjadi lebih baik. Ia akan pergi bersama orang yang dianggapnya jujur. Orang yang dianggapnya jujur itu adalah Iskandar, karena telah mengatakan yang sebenarnya pada Ani tentang dirinya yang dapat menarik perhatian tamu-tamu yang sering datang kerumah makan itu karena melihaat kecantikannya meskipun dari awal Ani tidak menyadari itu. Sudarma kaget saat melihat Ani akan pergi dari rumah makannya. Sebab, jika Ani pergi siapa lagi yang akanmenggantikan Ani. Baginya tak ada lagi yang dapat bekerja seperti Ani yang mampu menarik pelanggan untuk datang dirumah makannya. Sudarma terus saja memaksa Ani agar tidak berhenti bekerja dirumah makannya, samapi-samapi menawarkan akan menaikkan gaji Ani asalkan Ani tetap mau bekerja dirumah makannya. Ani yang tidak tertarik dengan tawarannaya itu tetap ingin pergi dan meninggalkan pesan kalau gajinya yang belum dibayar di berikan saja kepada orang-orang yang membutuhkan. Ani lalu pergi bersama Iskandar, dan akan hidup bersamanya denga syarat Iskandar harus mencari pekerjaan dengan baik.

456. ANI : (tampil membawa koper). 457. USMAN : Mau kemana, An?

458. ANI : Saya mau keluar dari sini.

459. SUDARMA : Nanti dulu! Nanti dulu! Jangan tergesa-gesa begitu, An. Siapa yang menyuruh engkau keluar dari sini? Aku sayang kepadamu dan berjanji akan menaikkan gajimu, asal jangan pergi dari sini.

(21)

460. ANI : Tidak! Saya tak hendak diikat lagi. Saya mau hidup merdeka

Cerita ini barakhir ketika Ani pergi bersama Iskandar. Sudarmapun kecewa dan menyalahkan Usman sebagai biang kerok dari kepergian Ani. Karena Usaman sudah sok-sokan memberi nasehat pada Ani untuk menikah. Usman melakukan hal itu semata-mata hanya ingin membantu Karnaen agar dapat menikah dengan Ani, namun semuanya sia-sia. Ani pergi, dan Sudarma merasa kehilangan pekerja yang baik. Karnaenpun menyesal karena berharap ingin memperistri Ani.

486. SUDARMA : (kepada Usman). Engkau juga yang jadi gara-gara semuanya ini. Engkau dengan anjuranmu : kawin! Kawin!

487. USMAN : Tapi aku menganjurkan kawin, tadinya aku mau menolong anakmu.

488. SUDARMA : Bah! Menolong apa?

489. USMAN : Anakmu sudah lama ada cita-cita mau memperistrikan Ani. Dia minta tolong kepadaku supaya Ani mau kawin dengan dia.

490SUDARMA : (kepada Karnaen). Betul, Karnaen? 491. KARNAEN : Ya, saya yang sial……

Selanjutnya Suspense yang dalam naskah ini yaitu penonton banyak bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada akhir cerita, sebab dari awal cerita penonton atau pembaca tidak dapat menebak sebenarnya karakter dari tokoh Iskandar itu siapa, apakah Iskandar karakternya hanya menjadi pemain pendukung yang berpakaian seperti orang gila karena dilihat dari rambutnya yang kusut dan pakaiannya yang compang-camping. Penonton atau pembaca juga tidak dapat menebak maksud dari Iskandar yang sering keluar masuk rumah makan itu untuk apa.

(22)

Kemudian penonton atau pembaca penasaran dan menduga-duga dengan akhir cerita akan menjadi seperti apa. Apakah Ani nantinya akan menikah dengan Suherman atau Karnaen yang sudah lama mencintai Ani dan berniat ingin memperistrinya ataukah salah seorang dari kedua pemuda yang datang kerumah makan berpura-pura minum susu padahal hanya ingin melihat dan merayu Ani terdapat pada dialog ke 20, 145 dan 127.

20. KARNAEN : Tapi, An, ketika engkau dulu kubawa kesini keinginanku bukan hanya melihat engkau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksudkan itu, ialah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.

145. SUHERMAN : Kapan aku dusta padamu, bungaku?

127. PEMUDA 1 : Ya, nanti saya akan menelpon kesini. Asal saya sudah diberi tahu nama nona dan nomor telpon di sini.

Tokoh Usman juga dapat menimbulkan rasa ingin tahu penonton atau pembaca bahwa Usman ini adalah Ustad atau Kyai atau hanya sekedar sok-sokan karena selalu menasehati orang-orang untuk segera menikah. Pembaca juga tidak tahu bahwa sebenarnya Usman menasehati hanya sekedar ingin membantu Karnaen untuk mendapatkan Ani.

93. USMAN : Mulai dari rumahnya kami bejalan bersama-sama. Tapi ditengah jalan, dia meninggalkan. Katanya mau menunggu aku di sini. Begitulah mertuamu, An!

94. ANI : (berdiri). Mertua saya?

95. USMAN : Akan jadi mertuamu maksudku.

(23)

97. USMAN : Tidak dari mana-mana, hanya menurut kepantasan saja dan kebiasaan dalam pergaulan hidup. Menurut kepantasan, siapa berani berani mengatakan tidak pantas engkau jadi istri Karnaen. Menurut kebiasaan, engkau dan Karnaen itu sudah bergaul rapat sekali, bukan?

98. ANI : (menutup siaran radio). Tapi, paman…

99. USMAN : Ah, pendapat orang tua tak usah kau bantah. Tapi betul tadi tuan Sudarma menyuruh aku menyusul?

Pembaca juga penasaran dengan siapa sebenarnya yang membuat terjadinya konflik konflik dalam naskah ini. Konflik pertama terdapat pada adegan keempat pada saat Ani melihat seorang pengemis datang dirumah makan dan mendekati meja tanpa sepengetahuan Ani yang membuat Ani jadi marah.

53. ANI : (tampil dari belakang). Hei! Engkau mau mencuri ya! 54. PENGEMIS : (cepat menarik tangan, menundukkan kepala)

55. ANI : Hampir, tiap engkau datang disini, engkau kuberi uang. Tak nyangka, kalau sekarang engkau berani berani datang di sini dengan maksud mencuri.

56. PENGEMIS : Ampun, nona, ampun.

57. ANI : Ya, kalau sudah ketahuan, minta ampun. 58. PENGEMIS : Saya tak akan mencuri, kalau saya punya uang.

59. ANI : Bohong!

60. PENGEMIS : Betul, nona, sejak kemarin saya belum makan.

Konflik terjadi lagi pada saat tuan Sudarma pemilik rumah makan melihat Ani memberi uang pada pengemis yang baru saja dimarahi Ani. Namun meskipun begitu Ani tetap berbaik hati dan memberikan uang pada Si pengemis meskipun Sudarma marah pada Ani.

(24)

68. SUDARMA : (masuk menjinjing tas, melihat kepada pengemis). Mengapa kau ada di sini? Ayo keluar!(kepada Ani). Mengapa dia dibiarkan masuk, An?

69. ANI : Hendak saya beri uang.

70. SUDARMA : Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Toh dia datang hanya mengotorkan tempat saja.

71. ANI : (melempar uang kepada pengemis). Nih! Lekas pergi. 72. PENGEMIS : Terima kasih nona, moga-moga nona panjang umur.

73. SUDARMA : Ayo pergi. Jangan kau mendongeng pula. Lekas dan jangan datang lagi disini!

74. PENGEMIS : (pergi keluar dengan kaki pincang).

75. SUDARMA : Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya (dengan suara lain). Tak ada yang menanyakan aku? Dalam naskah ini juga terdapat unsur Surprise pada pembaca atau penonton. Karena dugaan mereka di akhir cerita akan menikah dengan Suherman, atau Karnaen yang sudah lama menyukainya atau diantara kedua pemuda yang datang berpura-pura minum susu dan hanya tertarik dengan kecantikan Ani. Dugaan yang salah dari pembaca tiba-tiba kaget karena Ani memilih untuk pergi bersama Iskandar seseorang yang tadinya dianggap orang gila dan pembuat keonaran oleh pembaca. Padahal pada awal samapi pertengahan cerita tidak terdapat tanda-tanda bahwa Iskandar adalah salah satu tokoh utama dalam naskah ini.

Unsur suspense diatas yang membuat penonton atau pembaca betah duduk dan menunggu cerita berakhir. Karena banyak dugaan-dugaan mereka yang salah. Unsur surprise di dalam cerita inipun mampu mengagetkan penonton atau pembaca, karena tiba-tiba Ani memilih pergi dengan Iskandar dan hidup bersama untuk

(25)

memperbaiki kehidupan mereka menjadi lebih baik walaupun Sudarma terus memaksa Ani untuk tetap tinggal dan berjanji akan menaikan gaji Ani setiap bulannya, Ani tetap tidak peduli. Ani lalu pergi bersama Iskandar.

459. SUDARMA : Nanti dulu! Nanti dulu! Jangan tergesa-gesa begitu, An. Siapa yang menyuruh engkau keluar dari sini? Aku sayang kepadamu dan berjanji akan menaikkan gajimu, asal jangan pergi dari sini. 460. ANI : Tidak! Saya tak hendak diikat lagi. Saya mau hidup merdeka. 461. SUDARMA : Ah, merdeka, merdeka bagaimana? Nanti engkau sukar mencari

lagi pekerjaan, mencari kesenangan seperti di sini.

462. ANI : Saya tidak senang di sini, karena itu saya mau pergi. Saya harus jauhi segala kepalsuan dalam rumah makan ini, dan akan pergi bersama orang jujur.

463. SUDARMA : Orang jujur? Siapa?

464. ANI : (menunjuk Iskandar). Dialah yang jujur. 465. ISKANDAR : (tegak memandang Ani).

466. SUDARMA : Dia jujur katamu? Dia pelancongan, An! Jangan matamu melek, tapi tidak melihat.

467. ANI : Mata saya melek dan melihat, bahwa kebenaran ada padanya. Dia betul tidak bekerja, tapi (kepada Iskandar). Jika engkau sudah tidak merasa sendiri lagi di dunia, akan mau engkau bekerja? 467. ISKANDAR : Ya, tentu.

468. ANI : Mau engkau hidup bersama aku? 469. ISKANDAR : Mengapa tidak?

Ani pun pergi bersama Iskandar tanpa mempedulikan Sudarma yang berusaha untuk membujuk Ani agar tetap tinggal meskipun Sudarma akan menaikkan gajinya. Akan tetapi Ani tidak mempedulikan perkataan Sudarma. Ani merasa bahwa ia sudah di peralat untuk menjadikan rumah makan ramai karena kecantikannya. Ani tidak mau hal itu terulang lagi dan memutuskan untuk keluar dari rumah makan

(26)

Sudarma. Ani lebih memilih pergi bersama Iskandar untuk memulai kehidupan baru. Sebab menurutnya Iskandar adalah orang yang jujur dan telah memnyelamatkan dirinya dari Sudarma yang telah lama menjadikan dirinya wanita yang hanya menjual kecantikannya untuk menarik perhatian pembeli. Sedikitpun Ani tidak akan tergoda dengan bujukan Sudarma untuk menaikan gajinya, bahkan gajinya yang belum dibayar akan ia sumbangkan pada anak-anak yatim piatu dan orang yang membutuhkan dan tak lupa ia berpesan dan berdo’a untuk Karnaen agar bisa mendapatkan gadis yang melebihi dirinya, melebihi kecantikannya dan melebihi kebaikannya. Ani benar-benar berterima kasih pada mereka karena sudah memberikan tempat tinggal juga pekerjaan. Ani kemudian pergi bersama Iskandar.

Referensi

Dokumen terkait

25 Seperti kortiko- steroid, IVIG juga menyebabkan blokade pada sistem retikuloendotelial yang dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam waktu cepat (umumnya dalam 48 jam),

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ REMEDIASI PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN BANTUAN FILM PENDEK PADA MATERI ALAT-ALAT

Untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan plankton dengan faktor lingkungan (parameter fisika kimia perairan) di hutan mangrove Muara Angke, digunakan pendekatan analisis

Pembangkit ini memiliki alat pembakaran yang dinamakan dengan Boiler sehingga dihasilkan uap panas kering alat pembakaran yang dinamakan dengan Boiler sehingga

Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak ada penanganan yang tepat adalah infeksi dapat menyebar ke tractus urinarius bagian atas yang dapat menyebabkan

Metode yang digunakan dalam melakukan test IQ pada anak retardasi mental berbeda dengan anak normal, pada anak normal digunakan metode Wechsler Intelligence Scale

* Tida Tidak terja k terja di sia di sianosis nosis pada ja pada jari*jar ri*jar i ataup i ataupun su un su,u tu ,u tu bu, & bu, &ang ting ang tinggi. "ntake dan

Hasil penelitian uji aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji buah alpukat bentuk bulat dengan pemberian dosis berturut-turut 0,245 g/kg BB; 0,490 g/kg BB dan