• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Rencana Pemulangan Pasien

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Rencana Pemulangan Pasien"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN RENCANA PEMULANGAN

PASIEN

(DISCHARGE PLANNING)

RSIA PURI BUNDA MALANG

2015

BAB I

Rumah Sakit Ibu &

Anak

(2)

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Perawat atau bidan adalah anggota team discharge planner, dan sebagai discharge planner perawat atau bidan mengkaji pasien dengan mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.Merupakan usaha keras perawat atau bidan demi kepentingan pasien untuk mencegah dan meningkatkan kondisi kesehatan pasien, dan sebagai anggota tim kesehatan perawat atau bidan berkolaborasi dengan tim lain untuk merencanakan, melakukan tindakan, berkoordinasi dan memfasilitasi total care dan juga membantu pasien memperoleh tujuan utamanya dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan (OREM 1985 dalam Alligood & tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri sebagai akibatdari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah discharge planning ( perencanaan pemulangan pasien ) untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktifitas perawatan diri (The royal marsden hospital 2004 ).

Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu faktor yang memperlama proses penyembuhan dirumah (wilson-Barnet dan Fordham, 1982 dalam Torrance, 1997).Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou,2001 dalam perry & Potter, 2006).

1.2 DEFINISI

Discharge planning/ recaana pemulangan pasien adalah suatu proses sistematik untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk memfasilitasi perbekalan peralatan kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan

(3)

Discharge planning juga merupakan suatu progress yang berkesinambungan dan harus sudah dimulai sejak awal pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah di rencanakan sebelumnya/ elektif dan sesegera mungkin pada pasien -pasien non elektif

Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan,baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.Discharge planning menunjukkan beberapa proses formal yang melibatkan tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur perpindahan sekelompok orang kekelompok lainnya (RCP 2001)

(4)

RUANG LINGKUP

Meliputi pemulangan pasien dirawat jalan, rawat inap dan ruang perawatan intensif diarea : 1. Rawat jalan poliklinik

2. Rawat inap lantai 2, 3

3. Ruang bayi fisiologis dan patologis 4. OK

(5)

KEBIJAKAN 3.I REGULASI NASIONAL

1 Peraturan Menteri Keshatan nomer 269 / MENKES /III /2008 2 UU No 29 2004 tentang praktik kedokteran

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. 4 Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/Per/III/2008

Tentang Rekam Medis.

5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2008 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.03/1560/2013 Tentang Penetapan kelas rumah sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.

7 Peraturan direktur rumah sakit ibu dan anak Puri Bunda nomor : 001/PER/DIR/V/2015 8 Keputusan Direktur PT. Putraning Husada No. 001/DIR/II/2015 Tentang Penetapan

Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda;

Keputusan Direktur PT. Putraning Husada No. 002/DIR/II/2015 Tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda

3.2 REGULASI RUMAH SAKIT

1. DPJP harus melakukan perencanaan pemulangan pasien 1 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap

2. Pasien dipulangkan berdasarkan keputusan DPJP setelah melakukan asesmen pada pasien.

BAB IV TATALAKSANA

(6)

4.1Asesmen awal saat pasien masuk rumah sakit

1. Identifikasi, persiapan, dan rancang Discharge planning 2. Peninjauan ulang rekam medis pasien

3. anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis dan tata laksana

4. Lakukan anamnesis: identifikasi alasan pasien di rawat, termasuk masalah sosial dan perubahan terkini

5. Asesmen kebutuhan perawatan pasien berdasarkan kondisi dan penyakit yang dideritanya 6. Asesmen mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini, misalnya fungsi kognitif,

mobilitas

7. Asesmen mengenai kondisi keuangan dan status pendidikan pasien 8. Asesmen mengenai status mental pasien

9. Asesmen mengenai kondisi rumah (tenpat tinggal pasien)\

10. Tanyakan mengenai medikasi terkini yang di konsumsi pasien saat di rumah 11. Identifikasi siapa pendamping utama/ penanggung jawab perawatan pasien

12. Diskusikan mengenai kebutuhan pasien dan pendamping utama/ penanggung jawab perawatan pasien

13. Tanyakan mengenai keinginan/ harapan pasien atau keluarga

14. Libatkanlah mereka dalam perencanaan Discharge planning (karena pasien yang paling tahu mengenai apa yang dirasakannya dan ingin dirawat oleh siapa)

15. Gunakan bahasa awam yang dimengerti oleh pasien dan keluarganya

Setelah asesmen pasien dilakukan, tim Discharge planner / DPJP, PPJP akan berdiskusi dengan tim multidisipliner mengenai

1. Asesmen resiko: pasien dengan resiko tinggi membutuhkan Discharge planning yang baik dan adekuat. Berikut adalah krirteria pasien risiko tinggi

a. Usia > 65 tahun

b. Tinggal sendirian tanpa dukungan sosial secara langsung c. Dirawat kembali dalam 30 hari

d. Pasien tidak di kenal/ tidak ada identitas e. Trauma multiple

f. Tidak bekerja/ tidak ada asuransi 4.2 Saat di Ruang Rawat Inap

1 Tetapkan prioritas mengenai hal- hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga

2 Gunakan pendekatan multidisiplin dalam menyusun perencanaan dan tata laksana pasien 3 DPJP dan PPJP di ruangan harus memastikan pasien memperoleh perawatan yang sesuai

dan adekuat serta proses Discharge planning berjalan lancer 4 DPJP dan Perawat: Tugas DPJP dan perawat adalah karu adalah

a. Mengkoordinasi semua asek perawatan pasien termasuk discharge planning, asesmen, dan peninjauan ulang rencana perawatan

b. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancer c. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah

(7)

d. Mengkoordinasi semua aspek perawatan pasien termasuk Discharge planning, assemen, dan peninjauan ulang rencana perawatan

e. Memastikan semua rencana berjalan dengan lancar f. Mengambil tindakan segera bila terdapat masalah

g. Mendiskusikan dengan pasien mengenai perkiraan tanggal pemulangan pasien dalam 24 jam setelah pasien dirawat

h. Identifikasi, melibatkan, dan menginfrmasikan pasien mengenai rencana keperawatan, pastikan bahwa kebutuhan- kebutuhan khusus pasien terpenuhi

i. Catat semua perkembangan ke dalam rekam medis pasien

j. Finalisasi discharge planning pasien 24 jam sebelum pasien dipulangkan dan konfirmasi dengan pasien dan keluarga/ PJ Perawatan pasien

(8)

4.3 Saat pasien akan di pu!angkan dari Rumah Sakit

1. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai

2. Yang berwenang memutuskan bahha pasien boleh pulang atau tidak adalah DPJP/ konsultan penanggung jawab pasien (atau oleh orang lain yang mendapat delegasi kewenangan dari konsultan)

3. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan pemulangan pasien

4. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (holistic) 5. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien 6. Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien

7. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan tempat ini dilakukan oleh DPJP dan tim perawatan bersama dengan penanggung jawab pasien

8. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai/ tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka pasien tidak dapat di pulangkan

9. Identifikasi pasien- pasien yang memerlukan perawatan khusus/ ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial, dan sebagainya

10. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan mengenai rencana keperawatan

11. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien

12. Pastikan bahwa pasien dan keluarga/ pendamping telah memperoleh infrmasi yang adekuat

13. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa (dimana bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya, dapat dikategorikan sebagai berikut

a. Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa

b. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi medisnya

c. Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan gangguan jiwa

14. Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis dan berikan salinannya kepada pasien. Ringkasan/ resume discharge planning pasien berisi

a. Resume perawatan pasien selama di rumah sakit

b. Resume renCana penanganan/ tatalaksana pasien selanjutnya c. Regimen pengobatan pasien

d. Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi selanjutnya

4.4 Evaluasi

Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara periodic, dengan cara

(9)

1. Peninjauan ulang rekam medis/ catatan pasien

2. Gunakan chek list untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge planning 3. Lakukan perencanaan ulang, jika di perlukan

BAB V DOKUMENTASI Dokumen discharge planning berisi

1. Resume perawatan pasien selama di rumah sakit

2. Resume renCana penanganan/ tatalaksana pasien selanjutnya 3. Regimen pengobatan pasien

4. Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA Uke Pemila (2010) Konsep Discarge Planning Jakarta

Birmingham J (2010) Discarge Planning guide tools for compliance Edisi ke 3 USA HCPro Inc Health and Sosial Care Joint Unit and Agent Tim (2003) discharge from hospital: pathway, process and practice Departement of Health

Department of Helath anda Human services, office of inspector general (1997). Medicare hospital discharge planning. June gibbs Brown Inspector general

(10)

Felong B. (2008) Guide to discharge planning. Westem Govenors University, College of Health Professions, Healthcare Management, office for the public Domain

Stable RL (1998) Guidelines for pre- admission processes,Discharge Planning, transitionalcare. Queensland Health

Potter, Patricia A. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta : ECG

OREM, 1985 dalam Mariner tomey, Raile Alligood, Martha. 2006. Nursing Theorist and their work.United states of America : Mosby Elsevier.

Referensi

Dokumen terkait

2 di media sosial Facebook pada Pilpres 2014 secara tidak langsung merepresentasikan kondisi Indonesia dalam perspektif Facebook Jokowi yang terdapat dalam sebuah

Pengukuran “image body size” dilakukan dengan cara membuka program Proscrustes TPSutil dan TPSdigg2 (Rohlf 1999) menggunakan komputer dan menyisipkan (insert)

Secara garis besar terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pelayanan publik, yaitu, pendekatan dengan melihat kinerja pelayanan dari

Uji F dilakukan untuk membuktikan atau mengetahui pengaruh secara bersama-sama variable bebas atau independen inflasi, kurs atau nilai tukar mata uang asing, dan BI- rate

6.4 Optimalisasi Jaringan Lokal (LAN) Dalam rangka membangun budaya berbagi pengetahuan dalam KMS Dinas Sosial, maka dibutuhkan jaringan yang menghubungkan antar pegawai

Myös rinnan ympärysmitoissa (Piirros 5.) oli rotujen järjestys molemmilla ruokintatasoilla sama. voidaan havaita, että SkSk:n rinnan ympärysmitat olivat 300 kg:n painossa

Bijih akan terurai dengan menggunakan alumunium yang mengandung larutan NaOH dan menghasilkan larutan untuk mengendapkan Al(OH) 3.. Pada tahap kedua, merupakan proses

Dengan kata lain analisis rasio penerimaan atas biaya produksi (R/C ratio) dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dalam melakukan