ii
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA SAMARINDA
Oleh
FAHRIZAL
NIM. 100 500 199
PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2013
iii Pembimbing,
Ir. Herijanto Thamrin, MP NIP. 19621107 198903 1 015 Penguji I, Ir. Suparjo, MP NIP. 19620817 198903 1 003 Penguji II, Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003 HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL : Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda
Nama : Fahrizal
N I M : 100 500 199
Program Studi : Geoinformatika Jurusan : Manajemen Pertanian
Menyetujui,
Menyetujui/Mengesahkan,
Ketua Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Dyah Widyasasi, S.Hut, MP NIP 19710103199703 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sebuah penghargaan yang tinggi tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan kegiatan PKL dan penyelesaian laporan PKL ini
Pada kesempatan ini penulis memberikan ucapan terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan.
2. Bapak Triyanto, selaku pembimbing PKL yang memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis.
3. Bapak Ir. Herijanto Thamrin, MP selaku dosen pembimbing PKL. 4. Bapak Ir. Suparjo, MP selaku penguji I.
5. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku penguji II.
6. Bapak Kuswantoro, ST yang telah memberikan penulis saran dan masukan. 7. Seluruh staf dan karyawan kantor Badan Pertanahan Nasional Kota
Samarinda yang juga telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan PKL.
8. Teman-teman yang telah membantu dalam penulisan laporan PKL ini,
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini karen kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Oleh sebab itu dalam laporan pun tak lepas dari yang namanya kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca dan bagi penulis khususnya.
Kampus Sei. Keledang, 07 Juni 2013
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL...v
DAFTAR GAMBAR ...vi
BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan ... 2
Hasil yang Diharapkan ... 3
BAB. II KEADAAN UMUM INSTANSI PEMERINTAH Tinjauan Umum Instansi ... 4
Manajemen Instansi... 9
Visi dan Misi ... 16
Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17
BAB. III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN A. Pengukuran Bidang Tanah………..19
B. Digitasi dan Standarisasi………. 24
C. Penggambaran Pada Peta Dasar Pendaftaran………....31
D. Pengisian NIB (Nomor Induk Bidang)………....38
E. Penjahitan Sertipikat Hak Tanah………42
BAB. IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45
Saran... 45
Daftar Pustaka... 46 Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Tubuh Utama Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Tubuh Utama Halaman
1. Tampilan Jendela utama Sofware AutoCad 2004 . .. . . 27
2. Tampilan Jendela saat memilih file pada AutoCad 2004 . . . 28
3. Tampilan Jendela Layer Software AutoCad 2004. . . 28
4. Tampilan Peta yang telah didigitasi . . . 29
5. Tampilan Peta Hasil Print Pada Kertas Kalkir. . . .. . . 36
6. Tampilan Hasil Jiplakan dari Kertas Kalkir ke Peta Dasar . . . 37
7. Tampilan Buku Induk Bidang. . . .. . . 40
8. Tampilan Tahap-tahap Pendaftaran Tanah. . . 43
Lampiran 9. Pengukuran Menggunakan Total Station . . . 48
10. Pengukuran Menggunakan Alat Chors. . . . . . 48
11. Pengukuran Menggunakan Meteran . . . 49
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk, jumlah badan usaha dan meningkatnya
kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Tanah tidak saja sebagai tempat
bermukim, tempat untuk bertani, tetapi juga dapat dipakai sebagai jaminan
mendapatkan pinjaman bank, untuk jual beli dan sewa menyewa. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah tersebut, sebagai konsekuensi
logisnya maka telah meningkat pula berbagai masalah pertanahan yang dalam
beberapa tahun terakhir ini muncul ke permukaan dan menjadi pusat perhatian
masyarakat luas Begitu pentingnya kegunaan tanah bagi orang atau badan
hukum menuntut adanya jaminan kepastian hukum atas tanah tersebut.
Badan Pertanahan Nasional merupakan satu-satunya instansi yang
memberikan jaminan hukum atas hak milik tanah atau suatu bidang yang
memiliki wewenang dalam mengatasi masalah pertanahan.
Sehubungan dengan hal tersebut Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
mengadakan sebuah kegiatan yang disebut dengan program Praktik Kerja
Lapang (PKL). Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu kegiatan penerapan
ilmu yang diperoleh mahasiswa di bangku perkuliahan pada suatu lapangan
pekerjaan. Yang bertujuan untuk melatih mahasiswa agar mengenal situasi dunia
kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri. PKL juga
dapat menjadikan mahasiswa sebagai mahasiswa yang mandiri dan memiliki visi
dan misi untuk kedepannya. Dalam Praktik Kerja Lapang , mahasiswa dituntut
perkuliahan seringkali berbeda dengan praktik langsung didunia nyata. Oleh
sebab itu dibutuhkan kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dari mahasiswa dalam
melaksanakan tugas di suatu perusahaan atau instansi. Selain itu program
Praktik Kerja Lapang (PKL) ini merupakan salah satu syarat kelulusan.
Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada Badan Pertanahan Nasional
Kota Samarinda dengan harapan bisa memberikan gambaran informasi tentang
proses kegiatan yang dilakukan di instansi tersebut.
B. Tujuan
Tujuan diadakannya Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah :
a. Dapat mengetahui proses kerja yang dilakukan di Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Samarinda.
b. Mampu menerapkan ilmu teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan pada
dunia kerja nyata.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan tata cara penggunaan alat-alat
yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik di lapangan dan praktik di
perkuliahan.
d. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dalam tata cara pengambilan data
di bangku perkuliahan dengan di dunia kerja nyata.
e. Mengetahui bagaimana mendapatkan kepemilikan hak atas tanah pada
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
C. Hasil yang Diharapkan
Sedangkan hasil yang di harapkan dari Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah
sebagai berikut :
a. Mahasiswa diharapkan bisa membandingkan secara langsung perbedaan
b. Mahasiswa diharapkan mampu membuka wawasan baru dan
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.
c. Mahasiswa memperoleh kemudahan untuk memahami mengenai
prosedur-prosedur kerja dan menekuni pekerjaan yang diterapkan dalam instansi.
d. Menumbuhkan sikap profesionalisme mahasiswa untuk memasuki
lowongan kerja sesuai dengan bidangnya.
e. Dapat menjalin hubungan kerja sama yang baik antar instansi pemerintah
khususnya Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda dengan
BAB II
KEADAAN UMUM INSTANSI PEMERINTAH
A. Tinjauan Umum Instansi BPN
Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah lembaga pemerintah
nonkementrian di Indonesia yang mempunyai tugas pemerintahan dibidang
pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. BPN diatur melalui Peraturan
Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Pada era 1960 sejak berlakunya Undang - Undang Pokok Agraria (UUPA),
Badan Pertanahan Nasional mengalami beberapa kali pergantian penguasaan
dalam hal ini kelembagaan, tentunya masalah tersebut berpengaruh pada proses
pengambilan kebijakan, ketika dalam naungan kementerian agraria sebuah
kebijakan diproses dan ditindaklanjuti dari struktur Pimpinan Pusat sampai pada
tingkat Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam Negeri hanya
melalui Dirjen Agraria sampai ketingkat Kantah (Kantor Pertanahan), di samping
itu secara kelembagaan Badan Pertanahan Nasioanl mengalami perubahan
struktur kelembagaan yang jangka waktunya sangat pendek.
Untuk mengetahui perubahan tersebut di bawah ini adalah sejarah
kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
1. 1960 – 1970
Pada tahun 1960 awal berlakunya UUPA semua bentuk peraturan tentang
pertanahan termasuk Peraturan Pemerintah masih dikeluarkan oleh Presiden
dan Menteri Muda Kehakiman, kebijakan itu ditempuh oleh pemerintah karena
Pada tahun 1965 agraria dipisahkan dan dijadikan sebagai lembaga yang
terpisah dari naungan menteri pertanian dan pada saat itu menteri agraria
dipimpin oleh R. Hermanses. SH.
Pada tahun 1968 secara kelembagaan mengalami perubahan, pada saat itu
dimasukan dalam bagian departemen dalam negeri dengan nama direktorat
jeneral agraria, selama periode 1968 – 1990 tetap bertahan tanpa ada
persetujuan secara kelembagaan begitupula dengan peraturan yang diterbitkan.
2. 1988 – 1990
Pada periode ini kembali mengalami perubahan, lembaga yang menangani
urusan agraria dipisahkan dari departemen dalam negeri dan dibentuk menjadi
lembaga nondepartemen dengan nama Badan Pertanahan Nasional yang
kemudian dipimpin oleh Ir. Soni Harsono dengan catur tertib pertanahannya,
pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal
terbentuknya Badan Pertanahan Nasional.
3. 1990 – 2000
Pada periode ini kembali mengalami perubahan menjadi Menteri Negara
Agraria atau Badan Pertanahan Nasional yang masih dipimpin oleh Ir. Soni
Harsono. Pada saat itu penambahan kewenangan dan tanggung jawab yang
harus diemban oleh Badan Pertanahan Nasional.
Pada tahun 1998 ini Badan Pertanahan Nasional masih menggunakan format
yang sama dengan nama Menteri Negara Agraria atau Badan Pertanahan
Nasional, perubahan yang terjadi hanya pada puncak pimpinan saja yakni Ir.
4. 2002 – 2006
Tahun 2002 kemudian mengalami perubahan yang sangat penting. Pada
saat itu Badan Pertanahan nasional dijadikan sebagai lembaga negara,
kedudukannya sejajar dengan kementerian, pada awal terbentuknya BPN RI
dipimpin oleh Prof. Lutfi I. Nasoetion, MSc Ph. D
5. 2006 – 2012
Pada tahun 2006 sampai 2012 BPN RI dipimpin oleh Joyo Winoto, Ph. D
dengan 11 agenda kebijakannya dalam kurun waktu 5 tahun tidak terjadi
perubahan kelembagaan sehingga tetap pada format yang sebelumnya.
a. Tugas dan fungsi
Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral.
Dalam melaksanakan tugas Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan
fungsi.
1) Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan.
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan.
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang
pertanahan.
4) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan.
5) Penyelenggaraan dan pelaksanaan survey, pengukuran dan
pemetaan di bidang pertanahan.
6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian
hukum.
8) Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan
wilayah-wilayah khusus.
9) Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai ada/atau daerah
berkerjasama dengan Departemen Keuangan.
10) Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah.
11) Kerjasama dengan lembaga-lembaga lain.
12) Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan
program di bidan pertanahan.
13) Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan.
14) Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, dan konflik di
bidang pertanahan.
15) Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan.
16) Penelitian dan pengembang di bidang pertanahan.
17) Pendidikan, latihan dan pengambangan sumber daya alam manusia
di bidang pertanahan.
18) Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan.
19) Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
bidang pertanahan.
20) Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang,
dan/atau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
21) Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan
b. Agenda Kebijakan
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN
menyelenggarakan Fungsi :
1) Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan
Nasional.
2) Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta
sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3) Mamastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah.
4) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban
bencana alam di daerah-daerah konflik.
5) Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan
konflik pertanahan di seluruh indonesia secara Indonesia.
6) Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional dan sistem
pengamanan dokuman pertanahan di seluruh Indonesia.
7) Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
8) Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala
besar.
9) Melaksanakan secara konsisten semua peraturan
perundang-undangan Pertanahan yang telah tetapkan.
10) Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11) Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan
B. Manajemen Instansi
Manajemen Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda memiliki struktur
organisasi sebagai berikut : Kepala Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda
yaitu Ir. Muhammad Iskandar M.Eng. Sc , Kepala Seksi Survey dan Pemetaan
yaitu Suprabowo SH, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah yaitu
Mohd. Irwansyah. YS, A.Ptnh, Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan
Pertanahan yaitu Dede Misnadi B.Sc, Kepala Seksi Pengendalian dan
Pemberdayaan yaitu Mulyono S.Sos, Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan
Perkara, dan staff serta karyawan lain.
Di bawah adalah uraian tugas dan wewenang dari struktur organisasi Badan
Pertanahan Nasional Kota Samarinda.
1. Kepala kantor Badan Pertanahan Kota Samarinda
Kepala kantor Badan Pertanahan Nasional memiliki Tanggung jawab
langsung kepada kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi
Kalimantan Timur.
2. Sub Bagian Tata Usaha
Tugasnya memiliki pelayanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi
Kantor Pertanahan srerta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan
program dan peraturan perundang-undangan.
Fungsinya :
− Pengolahan data dari informasi
− Penyusunan rencana program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah.
− Pelaksanaan urusan kepegawaian
− Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana.
− Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program.
− Koordinasi pelayanan pertanahan. Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari
a. Urusan kerencanaan dan keuangan bertugas menyiapkan penusunan
rencana program dan anggaran laporan akuntanbilitas kerja pemerintah
serta urusan keuangan dan pelaksanaan anggaran.
b. Urusan umum dan kepegawaian bertugas melakukan urusan
kepegawaian dan pengambangan sumberdaya manusia pertanahan.
3. Sub Bagian Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
Tugas Sub Bagian Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah adalah menyiapkan
bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka pemberian, perpanjangan
dan pembaharuan hak atas, pengadaan tanah, perijinan, pendataan dan
penertipan berkas tanah hak : pendaftaran, peralih, pembebanan hak atas tanah
serta pembinaan pejabat pembuat akta tanah (PPAT). Sub bagian Hak tanah dan
Pendaftaran tanah memiliki Fungsi :
− Pelaksanaan peraturan dan penetapan dibidang hak atas tanah.
− Penyiapan rekomendasi pelepasan, penaksiran harga tukar-menukar, saran dan pertimbangan serta, melakukan kegiatan perijinan, saran dan
pertimbanganusulan penetapan hak pengolahan.
− Penyiapan telaahan dan pelaksanaan pemberian rekemomedasi perpanjangan jangka waktu pembayaranuang pemasukan dan atau
− Mengadministrasikan atas tanah yang dikuasai atau milik negara, daerah berkerja sama denagan pemerintah, termasuk tanah badan
pertanahan hukum pertanahan.
− Pendataan dan penertiban tanah berkas hak.
− Pelaksanaan pendaftaran hak dan komputerisasi pelayanan pertanahan.
− Pelaksanaan penegasan dan pengakuan hak.
− Pelaksanaan, pembebanan hak atas tanah dan pembinaan PPAT. Seksi bagian Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah tediri dari :
a. Subseksi Penetapan Hak Tanah bertugas menyiapkan pelaksanaan
pemeriksa, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik,kah
guna bangunan dan kah pakai, perpanjangan jangka waktu,
pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah.
b. Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah bertugas melaksanaan
pemeriksa, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik, hak
guna bangunan dan hak pakai dan hak pengolahan bagi instansi
pemerintah, badan hukum pemerintahan, perpanjangan jangka waktu,
pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah rekomendasi
pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah.
c. Subseksi Pendaftaran Tanah bertugas menyiapkan pelaksanaan
pendaftaran hak atas tanah, pengakuan dan penegasan konversi
hak-hak lain, hak-hak milik atas satuan rumah susun, tanah hak-hak pengelola, tanah
wakaf, data lainnya, data fisik bidang tanah, data komputerisasi
pelayanan pertanahan serta memelihara daftar buku tanah serta daftar
d. Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT bertugas menyiapkan
pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak tanggungan, dan
bimbingan PPAT serta sarana daftar isian dibidang pendaftaran tanah.
4. Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah
Tugas Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah adalah menyiapkan bahan
dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan
pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil perbatasan dan wilayah tertentu
lainnya. Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah memiliki Fungsi sebagai berikut :
− Penyusunan daerah berkas konflik, peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan tanah, neraca penatagunaan tanah kabupaten/kota
− Pemelihara basis data penatagunaan tanah kabupaten/kota.
− Pengusulan penetapan/penagasan tanah menjadi obyek landreform.
− Penyediaan tanah untuk pembangunan.
− Pengolahan sumbangan tanah untuk pembangunan.
− Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan dokumentasi data landreform.
Seksi Pengaturan dan Penataan tanah terdiri dari
a. Subbagian Penatagunaan tanah dan kawasan tertentu bertugas
menyiapkan bahan penyusunan rencana persediaan, peruntukan,
pemeliharaan, dan penggunaan tanah rencana penataan, kawasan,
pelaksanaan koordinasi, monitoring dan evaluasi pemeliharaan tanah,
perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada setiap fungsi
kawasan penertiban penimbangan teknis, penngguhan tanah,
penertiban ijin perubahan penggunaan penetapan dan pemanfaatan
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan dan pemeliharaan data
tekstual.
b. Subseksi Landreforn dan konsolidasi Tanah bertugas menyiapkan
bahan usul penetapan atau penegasan tanah menjadi objek landreform,
penguasaan tanah obyek landreform, pemberian ijin peralihan atas
tanah dan ijin reditribusi tanah luasan tertentu, usulan penerbitan surat
keputusan redistribusi tanah dan pengeluaran tanah dari landreform,
monitoring dan evaluasi redistribusi tanah, ganti kerugi, pemanfaatan
tanah bersama dan penertiban
5. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengolahan tanah
negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi
Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan adalah sebagai berikut :
Penyiapan saran tindak dan langkah-langkah penanganan serta usulan rekomendasi, pembinaan, peringatan, harmonisasi, program pertanahan
dan sektor dalam pengolahan tanah negara, penanganan tanah terlantar
dan kritis.
Peningkatan partisipasi masyarakat marjinal, asistensi dan pembentukan kelompok masyarakat, fasilitas dan peningkatan akses ke
sumber produktif.
Pemanfaatan tanah terlantar dan tanah kritis untuk pembangunan.
Pengolahan basis data dan hak atas tanah, tanah negara, tanah terlantar, dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat.
Penyiapan usulan keputusan pembatalan dan penghentian hubungan hukum atas tanah terlantar.
6. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara mempunyai tugas menyiapkan bahan
dan melakukan kegiatan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Sedangkan fungsi dari seksi sengketa konflik dan perkara ini adalah :
Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan,
Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan,
Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara non hukum, penanganan penyelesaian perkara, pelaksanaan
alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui mediasi,
fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan
putusan-putusan lembaga peradilan serta usul rekomendasi pembatalan dan
penghentian hubungan hukum antara orang atau badan hukum dengan
tanah,
Pengkoordinasian penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara
7. Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan terdiri dari :
a. Subseksi pengukuran dan pemetaan, yang mempunyai tugas
menyiapkan perapatan kerangka dasar orde 4, penetapan batas bidang
tanah dan pengukuran batas bidang tanah, kawasan / wilayah,
kerjasama teknis surveiyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran,
daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur dan daftar-daftar lainnya
b. Subseksi tematik dan potensi tanah, yang mempunyai tugas penyiapan
survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik,
survei potensi tanah, pemeliharaan peralatan teknis komputerisasi dan
pembinaan pejabat penilai tanah.
Seksi survey pemetaan dan pengukuran memiliki tugas :
Pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan, perapatan kerangka dasar, batas kawasan / wilayah,
pemetaan tematik dan survei potensi tanah, pembinaan surveiyor
berlisensi,
Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan / wilayah,
Pengukuran, perpetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan potensi tanah,
Survei, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan potensi tanah,
Pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah, dan pemeliharaan alat teknis
C. Visi dan Misi 1. Visi Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional Sendiri memiliki visi yaitu menjadi lembaga yang
mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan,
2. Misi Badan Pertanahan Nasional
1) Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam berkaitan dengan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4).
2) Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di
seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem
pengolahan pertanah sehingga tidak melahirkan sengketa dan
perkara di kemudian hari.
3) Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi
yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan.
4) Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat,
prinsip, dan aturan yang tertuang dalam UPPA dan aspirasi rakyat
secara luas.
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Samarinda, jalan Dahlia No. 03. Praktik Kerja Lapang (PKL)
dilaksanakan selama dua bulan terhitung mulai dari tanggal 4 Maret 2013 s/d
tanggal 4 Mei 2013.
Tabel 1. Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)
No Waktu Kegiatan Lokasi Keterangan
1 5 – 7, 11 – 13 Maret 2013 Digitasi dan Standarisasi
Ruang Pengukuran
dan Pemetaan Praktik 2 14 Maret 2013 Pengukuran Jalan Gerliya Praktik
3 15, 18, 28 Maret 2013 1, 2, 19, April 2013 Menggambar Pada Peta Dasar Pendaftaran Ruang Pengukuran
dan Pemetaan Praktik
4 19 Maret 2013 Pengukuran Ring Road 2 Praktik
5 20 Maret 2013 Pengukuran Jalan Loa Bakung
Gg. Sawi Praktik 6 21 Maret 2013 Penjahitan Sertipikat Hak Tanah Ruang Pengukuran
dan Pemetaan Praktik 7 22 Maret 2013 Pengukuran Jalan Perjuangan Praktik 8 25 Maret 2013 Pengukuran Di daerah kelurahan
Sungai Dama Praktik 9 26 Maret 2013 Pengukuran Handil Bakti Praktik 10 27 Maret 2013 Pengukuran Di daerah Bukuan Praktik 11 29 Maret 2013 Pengukuran Harapan Baru Praktik 12 3 April 2013 Pengukuran Jalan APT Pranoto Praktik 13 4 April 2013 Pengukuran Jalan Gerliya Praktik 14 5 April 2013 Pengukuran Folder Air Hitam Praktik 15 8 April 2013 Pengukuran Loa Bakung Praktik 16 9 April 2013 Pengukuran Karang Paci atau
Jalan M. Said Praktik 17 10 April 2013 Pengukuran Bengkuring Praktik 18 11 April 2013 Pengecekan
Ulang Loa Bakung Praktik 19 12 April 2013 Pengecekan
Ulang
Jalan Khaild atau
Bank CIMB Praktik 20 15 April 2013 Mengisi NIB Ruang Pengukuran
dan Pemetaan Praktik 21 16 April 2013 Pengukuran Palaran Praktik 22 17 April 2013 Pengecekan
Ulang Jalan Kaderi Oening Praktik 23 18 April 2013 Pengukuran Jalan P.M Noor Praktik 24 22 – 24 April 2013 Pengukuran Handil Bakti Praktik 25 25 April 2013 Pengukuran Sempaja Utara Praktik 26 26 April 2013 Pengukuran Loa Bakung Praktik 27 29 April 2013 Pengukuran Harapan Baru Praktik
28 30 April 2013 Pengukuran Ring Road 1 Praktik
29 1 Mei 2013 Pengukuran Kelurahan Baqa Praktik 30 2 Mei 2013 Pengukuran Jalan Padat Karya
Bayur Praktik 31 3 Mei 2013 Pengukuran Samarinda Seberang,
BAB III
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG
A. Pengukuran Bidang Tanah
1. Tujuan
Pengukuran Bidang Tanah dimaksudkan untuk menentukan luas bidang
tanah dan mengetahui situasi bidang tanah.
2. Dasar Teori
Pengukuran merupakan faktor utama dalam mendapatkan data fisik serta
gambaran keadaan permukaan bumi yang akan digambarkan dalam bentuk peta
atau dalam bentuk lainnya. Dalam pekerjaan ukur wilayah meliputi
pekerjan-pekerjaan pengukuran jarak, pengukuran sudut, pengukuran beda tinggi,
pengukuran topografi serta menghitung luas.
a. Pengukuran Jarak
Adalah pengukuran yang dilakukan antara 2 titik, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengukuran jarak yang umum digunakan ada 2 metode
yaitu pengukuran kira-kira dan pengukuran secara teliti. Pengukuran dengan
cara kira-kira seperti pengukuran jarak dengan menggunakan langkah,
pengukuran dengan cara ini dilakukan bila hasil pengukuran jarak yang
dikhendaki cukup mendekati kebenaran yang sebenarnya dengan kata lain tidak
diperlukan betul ketelitian yang tinggi terhadap pengukuran tersebut. Sedangkan
pengukuran jarak secara teliti dapat menggunakan alat ukur, seperti Total
Station, Digital Theodolite, Meteran, dan lain sebagainya
b. Pengukuran Sudut
Adalah mengukur sudut yang berbentuk antara satu titik dengan 2 titik
secara praktis dapat digunakan alat Digital Theodolite atau Total Station, dimana
sudut yang akan diukur langsung dapat dibaca baik sudut vertikal maupun sudut
horizontal dan untuk memudahkan dalam menentukan arah dan sudut dapat
digunakan kompas.
Istilah pengukuran di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda
memiliki bermacam-macam arti, antara lain :
a. Pengukuran ulang biasanya dilakukan karena adanya kesalahan saat
diolahnya data hasil pengukuran atau bisa saja dilakukan pengukuran
ulang apabila kesalahan pada penunjukan batas atau patok tanah yang
hendak diukur.
b. Pengembalian batas dilakukan karena terjadinya perubahan batas
bidang tanah (patok) atau bahkan bidang tanah tersebut hilang,
akibatnya batas dan luas tidak sesuai dengan pengumpulan data ukuran
awal, sehingga diperlukannya pengembalian batas. Tujuan dari
pengembalian batas ini ialah :
1) Memasang dan menetapkan batas bidang tanah sesuai dengan
data pengukuran pendaftaran tanah pertama kali.
2) Terpasangnya kembali batas tanah (Patok) yang hilang.
3) Memperjelas batas bidang tanah yang disengketakan
(dipermasalahkan)
4) Tercapainya kejelasan batas bidang tanah sehingga sewaktu
diperlukan misalnya penunjukan batas bidang tanah jelas. Sehingga
calon pembeli pun tentunya tidak ragu-ragu apabila hendak
c. Pengukuran Situasi ialah pengukuran disetiap detail bangunan atau
rumah, misalnya lebar rumah, panjang rumah, patahan/belokan rumah,
lebar pintu, lebar jendela dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Total Station sebagai alat mengambil data di lapangan
2) Prisma sebagai reflektor dari Total Station dalam mengambil data
3) Statif sebagai tempat berdirinya atau diletakkannya Total Station
4) Stik sebagai tempat diletakkannya Prisma
5) Meteran digunakan untuk mengetahui jarak secara langsung
6) GPS digunakan untuk mencari koordinat di lapangan.
7) Kalkulator digunakan untuk menghitung data yang didapat di
lapangan.
b. Bahan
1) Pita Survey sebagai tanda untuk menentukan poligon atau batas
2) Form Ukur digunakan untuk mencatat semua data yang didapat di
lapangan.
4. Prosedur Kerja
a. Persiapan Administrasi Pengukuran.
1) Memegang surat tugas
2) Memeriksa peta-peta dan warkah pengukuran yang tersedia
3) Memeriksa daftar koordinat untuk pengikatan
4) Menyiapkan peralatan ukur
6) Menerbitkan surat pemberitahuan ajkan dilaksanakannya
penetapan batas bidang.
b. Pelaksanaan di lapangan
1) Dirikan alat Total Station di atas patok yang telah ditentukan
2) Centering alat tersebut dengan cara memasukan gelembung pada
lingkaran di nivo kotak.
3) Pengecekan centering alat dengan memperhatikan nivo dan patok
tepat pada benang lensa centering.
4) Setelah alat centering lalu hidupkan alat tersebut guna melakukan
nol-set ke arah utara atau patok yang telah ditentukan sebelumnya.
5) Setelah itu mengambil data atau jarak di tiap-tiap batas suatu
bidang yang diukur dengan menggunakan prisma sebagai reflector
yang diletakan di atas patok yang telah ditentukan.
6) Mencatat data tersebut pada form ukur dan kemudian
menghitungnya menggunakan kalkulator.
7) Membuat sket kasar pada bidang yang diukur tersebut.
5. Hasil
Mendapatkan Data hasil pengukuran suatu bidang tanah yang didapat dari
lapangan yang akan digambar pada peta dasar.
6. Pembahasan
Dengan melakukan pengukuran, didapatlah sudut, jarak dan koordinat suatu
wilayah atau daerah yang diukur. Setelah data itu dihitung menggunakan
kalkulator, lalu hasil perhitungan dimasukan kedalam aplikasi AutoCad untuk
Secara teoritis, tata cara pengukuran yang dilakukan di Badan Pertanahan
Nasional tidak benar atau kurang tepat, terutama di bagian mendirikan prisma di
batas atau patok. Pihak Badan Pertanahan Nasional tidak menggunakan Statif
yang dilengkapi dengan Tribach dalam setiap mendirikan prisma dalam membuat
sebuah polygon pengukuran, melainkan hanya menggunakan kepala prisma
yang dipegang menggunakan tangan dan diletakan di batas tanah yang telah
diberikan paku payung, hal ini membuat tinggi prisma menjadi 0 yang bisa
berimbas dalam kesalahan elevasi suatu kawasan atau daerah yang diukur.
Elevasi atau altitude itu sendiri adalah posisi vertical (ketinggian) suatu obyek
dari suatu titik tertentu. Pihak Badan Pertanahan Nasional tidak menggunakan
Tribach dikarenakan untuk menghemat waktu sebab dalam tiap pengukuran
yang dibutuhkan hanya data sudut dan jarak lapang.
B. Digitasi dan Standarisasi 1. Tujuan
Tujuan mendigitasi ialah peta-peta yang telah terdigit tidak cepat rusak,
berbeda dengan peta analog yang memiliki kemungkinan rusak lebih banyak dari
pada peta yang telah dibuat dan disimpan dalam bentuk digital.
Tujuan dilakukannya standarisasi ialah standar struktur data yang diharapkan
dalam proses import data ke dalam sistem informasi geografis dapat berjalan
dengan baik. Selain itu dengan adanya standar inilah diharapkan peta-peta
tersebut dapat dipahami oleh semua pihak, baik di lingkungan BPN maupun
2. Dasar Teori
a. Digitasi
Digitasi merupakan usaha untuk menggambarkan kondisi bumi kedalam
sebuah bidang datar dalam komputer, atau bisa dikatakan sebagai perubahan
data peta Hardcopy menjadi softcopy. Sumber data peta untuk digitasi dibagi
menjadi beberapa bagian, antara lain sebagai berikut :
1) Data Image Raster
a) Peta Analog (Hard data) Adalah sumber data peta yang
digunakan untuk digitasi secara manual menggunakan alat
tambanhan yaitu meja digitasi. Contoh data ini adalah : atlas,
atau peta (bentuk kertas)
b) Image Remote Sensing (Soft data) Adalah data yang didapat
dari pencitraan jarak jauh seperti citra satelit scan foto udara.
c) Image Scanning (Soft data) Adalah data scan/cetak berbentuk
file raster dari atlas atau peta analog lainnya.
2) Data Tabular
a) Manual Tabel Adalah data tabular yang memliki instrumen
koordinat yang dapat digunakan sebagai acauan pembentukan
Image vector (object/feature)
b) GPS, Data yang berasal dari pengambilan data dari GPS. Setiap
GPS memiliki karakteristik dalam pengambilan data dan
penampilan data kedalam komputer.
c) Data Hasil Pengukuran Di lapangan .Contoh data hasil
kepemilikan lahan, batas persil, batas hak penguasaan hutan,
dan sebagainya.
d) Decimal Degree merupakan satuan umum dalam peta..
e) Degree Minute Second merupakan satuan koordinat yang untuk
menempatkan daerah menggunakan perbedaan waktu, bahkan
digunakan untuk menentukan perbedaan waktu dari suatu
daerah dengan daerah lain.
f) Universal Transvers Mencator (UTM) merupakan satuan
koordinat berdasarkan satuan jarak dan berhubungan dengan
proyeksi yang digunakan, yaitu konversi UTM.
b. Standarisasi
Standardisasi yang secara umum lebih banyak diucapkan standarisasi
berasal dari kata Standardize yang artinya menetapkan standar atau
menetapkan bentuk yang dijadikan ukuran. Dalam pengertian yang lain menurut
GIS Standards And Standardization, United Nation, standard dapat diartikan
sesuatu untuk menguji atau mengukur berat, panjang, kualitas atau untuk
menentukan derajat keunggulan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan suatu wilayah, permohonan
pengukuran bidang-bidang tanah semakin bertambah banyak yang berakibat
proses kegiatan pemetaan ke dalam Peta Dasar Pendaftaran. Program-program
baru yang dikembangkan oleh Badan Pertanahan Nasional salah satunya adalah
Land Office Computerizm atau biasa disingkat LOC yang tujuannya agar
pelayanan dapat berjalan cepat dan mudah. Salah satu program baru ini
dibutuhkan standar yang jelas dalam pembuatan peta digital di lingkungan
Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan akan melaksanakan standar yang
benar dalam pembuatan peta digital.
Standar struktur yang digunakan adalah
1) Standar sistem proyeksi dan penomoran lembar
2) Standar satuan gambar
3) Standar penamaan file dan direktori
4) Standar penamaan Layer dan entitas.
5) Standar struktur data spasial
6) Standar jenis topografi
7) Standar penulisan teks
8) Standar format pencetakan
9) Standar legenda.
3. Alat
a. 1 Unit komputer, digunakan untuk mendigitasi sebuah peta.
b. Sofware AutoCad 2004, digunakan untuk menggambar hasil data dari
lapangan.
c. Peta hasil scan, sebuah peta yang didigitasi di dalam komputer
4. Prosedur Kerja
a. Digitasi memiliki prosedur sebagai berikut :
1) Membuka program AutoCad dari start menu All
programAutodeskAutodesk Map 2004, sehingga di layar akan
Gambar 1 tampilan awal aplikasi AutoCad
2) Penyisipan image dengan memilih Pilih Insert Raster Image Select Image File Pilih image yang akan digunakan Open
Gambar 2 select image file
3) Pembuatan Layer yang akan didigitasi dengan cara Klik icon Layer
berikut :
Gambar 3 Layer pada AutoCad
b) Klik New sehingga AutoCad akan membentuk sebuah Layer baru dengan nama Layer1
c) Layer yang digunakan ialah Layer bangunan, Layer bidang, dan
Layer jalan.
d) Ganti warna Layer dengan warna lain untuk memudahkan
pembedaan antar Layer
e) Klik current untuk mengaktifkan salah satu Layer OK
4) Digitasi Peta dengan memilih Tools DrawPolyline atau dengan mengklik Kemudian memulai digitasi peta yang disesuaikan Layer
yang sudah dibuat pada langkah sebelumnya
b. Standarisasi memiliki prosedur me-klik satu per satu Layer yang telah
ditentukan dan mengubah warna jenis, dan namanya sesuai dengan
5. Hasil
Hasil dari perkerjaan digitasi dan standarisasi berupa sebuah peta
Gambar 4, peta yang telah didigitasi
6. Pembahasan
Hasil digitasi peta yang berasal dari peta hasil scanning dapat dimanfaatkan
sesuai keperluan. Seperti digunakan untuk membuat peta dasar pendaftaran
tanah, peta pendaftaran tanah, ataupun peta-peta lain yang dibuat dalam format
digital.
Meski kelihatannya mudah digunakan, tetapi peta hasil digitasi juga memiliki
kelemahan. Hasil digitasi peta yang discan tidak terhindarkan dari kesalahan
akibat skala. Tidak hanya kesalahan akibat skala , kesalahan-kesalahan teknis
sewaktu men-scan peta juga dapat mempengaruhi hasil digitasi peta tersebut.
Misalnya saja posisi peta yang akan discan miring dan itu tidak disadari oleh
petugas, kesulitan baru muncul ketika peta tersebut akan didigit. Keadaan peta
Jika keadaan peta yang akan didigit masih utuh, tentunya tidak ada masalah
tetapi akan lain apabila keadaan peta yang akan didigit tidak benar-benar utuh
atau ada sobekan di sana-sini. Hal ini cukup menyulitkan sewaktu peta didigit
karena kemudian ini akan mempengaruhi standarisasi maupun perhitungan luas.
Untuk mengatasinya, diadakan perhitungan atas bidang-bidang tanah yang
gambarnya didigit kemudian dicocokkan dengan data lapangan. Apabila terjadi
perbedaan, maka data lapangan yang dipakai.
Sedangkan untuk standarisasi Layer, dipakailah cara standarisasi Layer
dengan me-klik satu per satu Layer yang diinginkan dan mengubah warna sesuai
dengan Layernya masing-masing.
C. Penggambaran pada Peta Dasar Pendaftaran 1. Tujuan
Penggambaran pada peta dasar dengan tujuan menjelaskan atau
menentukan batas wilayah suatu daerah yang telah diukur di lapangan.
2. Dasar Teori
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1996 Tentang Pengukuran dan Pemetaan
Untuk Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah, Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8, Peta dasar
Pendaftaran adalah peta yang memuat titik dasar teknik dan semua atau
sebagian unsur-unsur geografi seperti sungai, jalan bangunan, batas fisik bidang
tanah, garis ketinggian dan batas administrasi pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah,
Bagian Kedua, Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran.
a. Pasal 13
1) Peta dasar pendaftaran dibuat dengan skala 1:1.000 atau lebih
besar untuk daerah pemukiman, 1:2.500 atau lebih besar untuk
daerah pertanian dan 1:10.000 untuk daerah perkebunan besar
2) Peta dasar pendaftaran dapat berupa peta garis atau peta foto.
3) Pembuatan peta dasar pendaftaran dilaksanakan dengan
mengikatkan ke titik dasar teknik nasional.
4) Peta dasar pendaftaran yang masih berada dalam sistem koordinat
lokal harus ditransformasikan ke dalam sistem koordinat nasional.
b. Pasal 14
Detail yang diukur dalam pembuatan peta dasar pendaftaran meliputi semua
atau sebagian unsur geografi seperti sungai, jalan, bangunan, batas fisik
bidang tanah dan ketinggian.
c. Pasal 15
1) Peta dasar pendaftaran tanah yang berupa peta garis dibuat diatas
drafting film, sedangkan peta dasar pendaftaran yang berupa peta
foto dibuat di atas kertas bromide
2) Peta dasar pendaftaran atau berupa peta garis dibuat dengan
ketentuan :
a) Ukuran muka peta 50cm x 50 cm dan ukuran bidang gambar
70cm x 70cm untuk skala 1:1.000
b) Ukuran muka peta 60cm x 60cm dan ukuran bidang gambar
c) Ukuran muka peta 60cm x 60cm dan ukuran bidang gambar
60cm x 60cm untuk peta skala 1:10.000
3) Peta dasar pendaftaran yang berupa peta foto dibuat dengan
ketentuan :
a) Ukuran muka peta pada bidang gambar 50cm x 50cm untuk
peta skala 1:1.000
b) Ukuran muka peta dan bidang gambar 60cm x 60cm untuk peta
skala 1:10.000.
4) Simbol - simbol kartografi yang digunakan untuk pembuatan peta
dasar pendaftaran.
5) Pada bagian kanan lembar peta, disediakan ruang untuk penulisan
judul, skala peta, arah utara, petunjuk letak lembar peta, lagenda
kartografi, keterangan pembuatan peta, nama desa/kelurahan dan
kecamatan, serta nama pihak ketiga yang melaksanakan jika ada.
6) Pada bagian kiri sebelah atas bidang gambar ditulis nama provinsi.
7) Pada bagian kiri sebelah atas bidang gambar ditulis nama
kotamadya/kabupaten.
8) Pada bagian kanan sebelah atas lagenda ditulis nomor peta dasar
pendaftaran.
d. Pasal 17
1) Peta dasar pendaftaran dapat dibuat dengan menggunkan peta lain
yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Peta tersebut mempunyai skala 1:1.000 atau lebih besar untuk
pertanian dan 1:10.000 atau lebih kecil untuk daerah
perkebunan.
b) Peta tersebut sebagaimana yang dimaksud pada huruf a
mempunyai ketelitian planimetris lebih besar atau sama dengan
0.3 mm pada skala peta.
c) Untuk mengetahui ketelitian planimetris sebagai mana yang
dimaksud pada ayat 1 huruf b, dilakukan dengan pengecekkan
jarak pada titik-titik yang mudah diidentifikasi di lapangan pada
peta.
2) Apabila peta sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berada
dalam sistem koordinat nasional, maka dilakukan transformasi ke
dalam koordinat nasional.
e. Pasal 18
1) Pembuatan peta dasar pendaftaran dapat juga dilakukan
bersamaan dengan pengukuran atau bidang-bidang tanah termasuk
didalamnya.
2) Dalam hal pembuatan peta dasar pendaftaran bersamaan dengan
pengukuran bidang atau bidang-bidang tanah, maka pengukuran
bidang tersebut didahului dengan pengukuran titik dasar teknik orde
4 nasional yang diikatkan ketitik-titik dasar teknik nasional orde 3
atau orde 2 terdekat di sekitar wilayah tersebut.
3) Apabila disekitar lokasi tanah yang bersangkutan terdapat titik dasat
teknik nasional orde 3 atau orde 2, maka pembuatan peta dasar
pendaftaran harus dimulai dengan pembuatan titik dasar teknik
secara sistematik harus mencakup minimal wilayah ynag ditunjuk
sebagian wilayah pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik
tersebut.
4) Apabila di kemudian hari di wilayah tersebut tersedia titik dasar
teknik orde 4, peta pendaftaran pada wilayah tersebut
ditransformasikan menjadi peta pendaftaran dalam sistem koordinat
nasional.
5) Dalam pengukuran yang dilakukan untuk pembuatan peta dasar
pendaftaran dimaksud pada ayat 1, selain batas-batas bidang
tanahnya juga dimasukan situasi/detail yang ada di sekitarnya dan
jika diperlukan bangunan yang ada di atasnya.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Penggaris, digunakan untuk menggaris sebuah bidang di peta
dasar
2) Jarum, digunakan sebagai pengganti pulpen atau pensil dalam
menggambar.
3) Kertas Karbon dan Kertas Kalkir
4) Pulpen 3 warna (Merah, Hijau, Biru) digunakan sebagai ciri
informasi sebuah bidang peta dalam sebuah peta dasar
b. Bahan
1) Peta (Gambar) hasil print dari sofware AutoCad
2) Peta Dasar
4. Prosedur Kerja
b. Setelah gambar tersebut selesai, lalu di print pada kertas kalkir
c. Menyiapkan peta dasar pendaftaran, kertas karbon, jarum, penggaris,
dan pulpen 3 warna (Merah, Hijau, Biru)
d. Meletakkan peta dasar sebagai alas, lalu kertas karbon di atas peta
dasar, lalu kertas kalkir hasil print gambar dari AutoCad diatas kertas
karbon.
e. Menjiplak gambar diatas kertas kalkir dengan menggunakan jarum
sebagai media pengganti alat tulis (pensil), dan kertas karbon sebagai
pengganti pensil untuk memberikan bentuk gambar yang diprint dari
AutoCad.
5. Hasil
Hasil pekerjaan penggambaran pada peta dasar berupa sebuah bentuk
bidang yang tergambar pada peta dasar pendaftaran.
Gambar 6, gambar hasil jiplakan dari kertas kalkir ke peta dasar 6. Pembahasan
Penggambaran pada peta dasar ini merupakan proses penjiplakan yang
digambar pada kertas kalkir ke peta dasar pendaftaran dengan tujuan untuk
menentukan bidang yang ada didalam peta tersebut dengan melakukan
pengukuran terlebih dahulu di lokasi tersebut untuk menentukan batas bidang
tersebut pada peta dasar.
D. Pengisian NIB (Nomor Induk Bidang) 1. Tujuan.
Dalam sistem pendaftaran tanah terdapat 2 jenis informasi, yaitu informasi
mengenal bidang tanah yang diuraikan dalam peta pendaftaran tanah dan
informasi mengenai hal-hal yang melekat pada bidang tanah tersebut seperti
dan sebagainya. Untuk mengidentifikasi satu bidang tanah dan membedakan
dengan bidang tanah lainnya, diperlukan tanda pengenal bidang yang bersifat
unik , sehingga dengan mudah mencari dan membedakan bidang tanah yang
dimaksud dengan bidang tanah lainnya.
2. Dasar Teori
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Bab
I, Pasal 1 ayat 7, Nomor Induk Bidang (NIB) merupakan tanda pengenal khusus
yang diberikan untuk bidang tanah yang bersifat unik atau tunggal untuk setiap
bidang tanah di seluruh Indonesia. Kegiatan pendaftaran tanah sebagian besar
dilaksanakan oleh Kantor Badan Pertanahan, begitu pula dengan penyimpanan
dokumen-dokuman yang ada kaitannya dengan proses pendaftaran tanah
seperti peta pendaftaran tanah, buku tanah, surat ukur (SU), daftar tanah, daftar
isian lainnya disimpan di Kantor Pertanahan. Oleh karena seluruh informasi
berkenaan dengan bidang tanah berada di Kantor Pertanahan maka NIB
diberikan berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan supaya unik dan
mudah dalam pencarian. NIB diberikan terhadap bidang tanah pada pengukuran
tanah sistematik maupun pengukuran tanah sporadik setelah batas-batas tanah
tersebut ditetapkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Bab
I, Pasal 1 ayat 4 dan 5, pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah
beberapa desa/kelurahan atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih dalam
rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematik. Pengukuran
bidang tanah secara sporadik adalah proses pemastian letak batas atau
beberapa bidang tanah berdasarkan permohonan pemegang haknya atau calon
pemegang hak baru yang letaknya saling berbatasan atau terpencar-pencar
dalam satu desa/kelurahan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
secara sporadik. Tata cara penyelenggaraan pendaftaran tanah secara
sistematik dan sporadik diatur di dalam Peraturan Pemerintah Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah, Pasal 46 hingga Pasal 93.
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pulpen
b. Bahan
1) Buku NIB
4. Prosedur Kerja.
NIB yang terdapat pada sertipikat hak terdiri dari 13 digit, cara penulisannya
sebagai berikut :
a. 2 digit pertama : adalah kode Provinsi
b. 2 digit kedua : adalah kode Kabupaten/Kotamadya
c. 2 digit ketiga : adalah kode kecamatan\
d. 2 digit keempat : adalah kode kelurahan
Mencatat data pada buku NIB, yaitu data ukuran luas tanah, nomor peta,
nomor hak, nomor surat ukur, tanggal, nama pemohon dan nama juru ukurnya.
5. Hasil
Data tersebut dimasukan kedalam buku induk bidang seperti pada gambar :
Gambar 7, Buku Nomor Induk Bidang 6. Pembahasan
NIB merupakan penghubung antara peta pendaftaran dan daftar lainnya
yang ada dalam proses pendaftaran tanah. Dalam sistem komputerisasi
pendaftaran tanah NIB yang unik diperlukan sebagai penghubung yang efisien
antara data yang diperlukan dan sebagai akses informasi atas suatu bidang
E. Penjahitan Sertipikat Hak Tanah 1. Tujuan
Penjahitan sertipkat hak tanah ini bertujuan agar sertipikat dan buku tanah
tersebut tidak mudah lepas. Sertipikat tidak menggunakan staples karena bisa
merusak atau merobek sertipikat maka sertipikat menggunakan benang sebagai
alat untuk menjadikannya mirip seperti buku,karena apabila ada kesalahan pada
sertipikat benang bisa dipotong dan bisa dijahit kembali apabila telah benar.
2. Dasar Teori
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolahan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang
masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
Apabila baru pertama kali mengurus sertipikasi tanah dan hendak
mendaftarkannya melalui pendaftaran secara sistematik, yang tercantum dalam
Permen-Agra/Ka.BPN No. 3/1997 yang telah dijelaskan di atas. Dari uraian yang
begitu panjang di atas, secara singkat pendaftaran atas tanah untuk pertama kali
dapat dilihat melalui gambar berikut :
Gambar 8, Tahap-Tahap Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali
3. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Jarum
2) Buku sertipikat hak tanah
b. Bahan
4. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan benang, jarum dan sertipikat hak tanah
b. Memasukan benang kedalam jarum lalu menusukannya ke
tengah-tengah sertipikat.
c. Jarum ditusukkan di tengah-tengah lipatan sertipikat.
d. Benang yang ditusukkan ke tengah-tengah sertipikat harus kencang
agar tidak mudah lepas.
5. Hasil
Berupa sertipikat hak tanah yang telah dijahit manual dengan benang
sebagai pengganti staples untuk menjadikannya sebuah buku.
6. Pembahasan
Dalam penjahitan ini harus diperhatikan dalam menusuk sertipikat tersebut,
karena apabila menusuk tersebut tidak pada posisi yang pas, maka jahitannya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktik Kerja Lapang
(PKL) di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda adalah sebagai
berikut :
1. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Samarinda merupakan
satu-satunya badan pengesahan hak tanah milik negara.
2. Tata cara dalam pengambilan data di lapangan lebih cepat.
3. Mekanisme dalam penghitungan data lapangan masih menggunakan sistem
manual dalam arti masih menggunakan kalkulator.
B. Saran
1. Sebaiknya mahasiswa diberi kesempatan untuk ikut mengerjakan salah satu kegiatan yang berkaitan dengan bidang Geoinformatika, serta adanya
keterbukaan masalah data, sehingga hal ini akan memperlancar dalam
proses belajar.
2. Dalam setiap pengukuran hendaknya menggunakan statif dan tribach untuk mendirikan prisma untuk mengetahui tinggi prisma tersebut dalam setiap
pengukuran polygon suatu daerah yang diukur.
3. Perlunya dibuat batas waktu selesainya sertipikat tanah agar pemilik tanah
dapat memperkirakan kapan selesainya sertipikat tersebut tanpa harus
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Badan Pertanahan Nasional
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pertanahan_Nasional (diakses pada tanggal 9 Mei 2013)
Flavianus SP Sangsun. 2009. Tata Cara Mengurus Sertipkat Tanah. Jakarta:
Transmedia Pustaka.
Geomatics and Surveying . 2010 UUD Pokok-pokok Agraria.
http://geomaticsandsurveying.blogspot.com/2010/04/uud-pokok-pokok-agraria.html. (Diakses pada tanggal 14 Mei 2013)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. 1997. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah. PMNA/KBPN. Nomor 3. 68 hal.
Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. 1997. Materi Pengukuran dan Pemetaan
Pendaftaran Tanah. PMNA/KBPN. Nomor 3. 71 hal.
Lampiran 1
Gambar 9, Pengukuran Menggunakan Total Station
Lampiran 2
Lampiran 3
Gambar 11, Pengukuran Menggunakan Meteran
Lampiran 4