• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Tumor Parotis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Tumor Parotis"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

TUMOR PAROTIS

TUMOR PAROTIS

Disusun Oleh: Disusun Oleh:

1.

1. Linla Ma’murohLinla Ma’muroh 2.

2. Millatun NafidahMillatun Nafidah 3.

3. M. M. Picky Picky Z.BZ.B 4.

4. M. Faiz MarzukiM. Faiz Marzuki

Disusun Oleh: Disusun Oleh:

Siti Awaliyah Ulfa Siti Awaliyah Ulfa

C1013072 C1013072

STIKES BAKTI MANDALA HUSADA SLAWI STIKES BAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

Jln.Cut Nyak Dhien No.16 Desa Kalisapu

Jln.Cut Nyak Dhien No.16 Desa Kalisapu Kab TEGAL 52416Kab TEGAL 52416

Telp. (0283) 6197570, 6197571 Telp. (0283) 6197570, 6197571

2015 2015

(2)

TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi  bagian bawah. (Warta Medika,2009)

Tumor parotis adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001)

Tumor parotis adalah tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut  juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang

terletak di depan telinga. (kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2005)

1.2 Etiologi 1. Idiopatik 

Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.

2. Genetik

Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan

(3)

dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan  pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.

3. Bahan-bahan kimia

Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan  perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.

4. Faktor imunologis

Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi  perubahan { bermutasi} berbeda secara antigenis dari sel sel yang

normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)

1.3 Manifestasi Klinis

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan  penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber  penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5 –  40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat

(4)

mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).

2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.

3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian  berangsur mengempis.

4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena  penyebaran melalui aliran darah.

1.4 Patofisiologi

Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai  pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor  benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma  plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus

sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma  plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.

Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai  baik dengan konsistensi padat atau kistik.

(5)

Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang  berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran.

Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang  berulang.

1.5 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi (pengangkatan)

Glandula submandibularis dan glandula sublingualis

- Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer

ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.

- Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en- bloc” dan

eksisi luas kedua kelenjer ludah, radioterapi.

Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan  penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson

atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena  batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz,

2000)

2. Penatalaksanaan non medis

Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan  penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker,

(6)

tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai  pembunuh kanker, walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal  jenis lainnya seperti sambiloto, temu putih atau temu mangga.

Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

1.6 Komplikasi

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau  pengobatan yang kurang efektif (menurut Nelson 2000) :

1.  Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi. Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.

2.  Ketulian

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah  puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil, mual, nyeri  perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena

(7)

infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai  parotitis dalam 8 hari setelah masa sakit. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 –  14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi.

4.  Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000  penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan

otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5.  Pankreatitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.  Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat infeksi virus.

6. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan  perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

7.  Artritis

Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi  biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali berpindah- pindah. Gejala sendi mulai 1-2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.

(8)

1.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan rontgen

Foto  –   foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.

Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan  bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 1985)

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap, urin. b. Laboratorium patologi anatomi

3. Pemeriksaan CT-Scan

Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat  bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

1.8 Asuhan Keperawatan Menurut Teori 1. Pengkajian

Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.

(9)

1) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi.

2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir,  jenis kelamin, alamat.

3) Alasan masuk rumah sakit B. Data riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil ,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer parotis.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Perlu diketahui:

a. Lamanya sakit

Lamanya klien menderita sakit kronik / akut

b. Factor pencetus

Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters,  posisi, aktifitas tertentu

c. Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam,

 batuk, sesak nafas, nyeri dada, malaise 3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.

C. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum 2) TTV

(10)

4) Rambut dan hygiene kepala.

Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi, memar,dan bentuk kepala

5) Mata

Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil

6) Gigi dan mulut

Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil.

7) Leher

a. Inspeksi dalam keadaan istirahat

Pembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari belakang. Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan melakukan  pemeriksaan intraoral

b. Inspeksi pada gerakan

Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi pada sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.

c. Palpasi

Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan  jari-jari tangan lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm), bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.

d. Stasiun-stasiun kelenjer regional

Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher seluruhnya.

(11)

8) Dada / thorak

Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi  perubahan pola nafas dan lain-lain

9) Cardiovaskuler

Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung

10) Pencernaan/Abdomen

Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus

11) Genitalia

Kebersihan dan keluhan lain nya 12) Ekstremitas

Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain. 13) Aktifitas sehari-hari

Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor  parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena

kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.

14) Data social ekonomi

Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga

15) Data psikologis

Kesadaran emosional pasien 16) Data spiritual

Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

(12)

2. Diagnosa Keperawatan

1) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),  perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. 2) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan

 pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering  bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi,

tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi. 3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

 pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

3. Perencanaan

1) Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),  perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik. Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu  berpartisipasi dalam pengobatan.

(13)

INTERVENSI :

a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.

 b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.

d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.

e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

2) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan  pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering  bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi. Tujuan :

- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.

- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.

- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan  berpartisipasi dalam pengo- batan.

(14)

INTERVENSI :

a. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa,  pengobatan dan akibatnya.

 b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.

c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan. d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum

mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.

f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya  pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek

kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif. Tujuan :

- Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam

tindakan pecegahan infeksi

- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan

(15)

INTERVENSI :

a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung  juga dianjurkan melakukan hal yang sama.

 b. Jaga personal hygine klien dengan baik. c. Monitor temperatur.

d. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi. e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik

 prosedur.

f. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets. g. Berikan antibiotik bila diindikasikan.

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.

Tujuan :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang  berhubungan dengan kondisi spesifik

- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan  percepatan penyembuhan

INTERVENSI :

a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping

therapi kanker, amati penyembuhan luka.

b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal. c. Ubah posisi klien secara teratur.

d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian

(16)

Daftar Pustaka

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapicus Penerbit FK UI

Soemarmo.2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI

Zulkarnain, Nuzulul. Askep tumor parotis. Di akses pada tanggal 30 Desember 2015 jam 10.00 WIB melalui

http://nuzulul- fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35600-Kep%20Pencernaan-Askep%20Parotis.html#popup

Referensi

Dokumen terkait

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu

Agar dapat mengetahui keadaan Sistem Informasi dan gambaran proses pengawasan pada RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal, maka penulis akan melakukan penelitian yang

 Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang mengalami sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan

Komponen pencemaran pada sungai jomblang yaitu adalah sampah padat, Komponen pencemaran pada sungai jomblang yaitu adalah sampah padat, sampah rumah tangga atau dari sisa makanan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan modul fisika multimedia interaktif, (2) menjelaskan perbedaan pengaruh antara belajar dengan modul multimedia (MPMM) dan model

Hope dapat diikuti oleh verb dalam sembarang tensis; wish tidak dapat diikuti oleh verb dalam simple present tense atau modal auxiliary simple present tense..