• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN LENGKAP.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN LENGKAP.docx"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LENGKAP LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI

OLEH : OLEH : NURLAILA TUSSAADAH NURLAILA TUSSAADAH K11116321 K11116321 KELOMPOK 1 KELOMPOK 1 KELAS C KELAS C

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR  MAKASSAR  2018 2018 1. 1. GLUKOSA GLUKOSA 5. 5. LDLLDL 2.

2. KOLESTROL KOLESTROL 6. 6. SENG SENG (Zn)(Zn) 3.

3. TRIGLISERIDA TRIGLISERIDA 7. 7. HEMOGLOBINHEMOGLOBIN 4.

(2)
(3)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang  Nutritional

 Nutritional statusstatus  (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh  (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang asupan zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya. tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya. Pemanfaatan zat gizi dala

Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer danm tubuh dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu primer dan sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi sekunder. Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor dikarenakan susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.

gangguan pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.

Menurut UNICEF menyebutkan bahwa kurang gizi disebabkan oleh Menurut UNICEF menyebutkan bahwa kurang gizi disebabkan oleh  penyebab

 penyebab langsung langsung dan dan penyebab penyebab tidak tidak langsung. langsung. Yang Yang termasuk termasuk penyebabpenyebab langsung adalah asupan gizi

langsung adalah asupan gizi yang kurang dan infeksi. Sedangkan yang termasukyang kurang dan infeksi. Sedangkan yang termasuk  penyebab

 penyebab tidak langsung tidak langsung adalah kurangadalah kurangnya ketersediaan nya ketersediaan makanan di makanan di rumah danrumah dan  pola

 pola asuh asuh anak anak yang yang jelek jelek serta serta pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan dan dan lingkungan lingkungan yangyang kurang baik. Menurut teori lain menyebutkan bahwa timbulnya masalah gizi kurang baik. Menurut teori lain menyebutkan bahwa timbulnya masalah gizi dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari tiga faktor, yaitu pejamu, agen, dan dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari tiga faktor, yaitu pejamu, agen, dan lingkungan.

lingkungan.

Akibat dari keadaan gizi kurang adalah pertumbuhan anak terganggu, Akibat dari keadaan gizi kurang adalah pertumbuhan anak terganggu,  produksi

 produksi tenaga tenaga yang yang kurang, kurang, kurangnya kurangnya daya daya tahan tahan tubuh, tubuh, terganggunyaterganggunya kecerdasan dan perilaku. Sedangkan akibat kelebihan gizi terjadinya kecerdasan dan perilaku. Sedangkan akibat kelebihan gizi terjadinya kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti hipertensi, kegemukan yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti hipertensi,  penyakit kencing manis, peny

 penyakit kencing manis, penyakit jantung, dan lain-lain.akit jantung, dan lain-lain.

Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran, Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukuran, tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi yang menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi yang  berhubungan

(4)

tertentu. Menilai persediaan gizi tubuh dapat diukur melalui beberapa metode tertentu. Menilai persediaan gizi tubuh dapat diukur melalui beberapa metode  penilaian.

 penilaian. Gibson Gibson (2005) mengelompokkan (2005) mengelompokkan cara cara penilaian penilaian status status gizi gizi menjadimenjadi lima metode, yaitu antropometri, laboratorium, klinis, survei konsumsi pangan lima metode, yaitu antropometri, laboratorium, klinis, survei konsumsi pangan dan faktor ekologi.

dan faktor ekologi.

Salah satu metode penilaian status gizi ialah metode laboratorium. Salah satu metode penilaian status gizi ialah metode laboratorium. Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu metode Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau

yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan penilaianbagian tubuh. Tujuan penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan.

tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan.

Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji Metode laboratorium mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan fungsi fisik. Uji biokimia adalah mengukur status gizi dengan menggunakan  peralatan

 peralatan laboratorium laboratorium kimia. kimia. Tes Tes biokimia biokimia mengukur mengukur zat zat gizi gizi dalam dalam cairancairan tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium tubuh atau jaringan tubuh atau ekskresi urin. Misalnya mengukur status iodium dengan memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan dengan memeriksa urin, mengukur status hemoglobin dengan pemeriksaan darah dan lainnya. Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau darah dan lainnya. Tes fungsi fisik merupakan kelanjutan dari tes biokimia atau tes fisik. Sebagai contoh tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran tes fisik. Sebagai contoh tes penglihatan mata (buta senja) sebagai gambaran kekurangan vitamin A atau kekurangan zink.

kekurangan vitamin A atau kekurangan zink. (Thamaria, 2017)(Thamaria, 2017)

Supariasa (2002) menyebut penilaian status gizi metode laboratorium Supariasa (2002) menyebut penilaian status gizi metode laboratorium dengan sebutan metode biokimia. Menurut Supariasa (2002) penilaian status dengan sebutan metode biokimia. Menurut Supariasa (2002) penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih  banyak menolong u

 banyak menolong untuk menentukan kekurangan gntuk menentukan kekurangan gizi spesifik.izi spesifik.

Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tenik pengukuran lain. Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah tenik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin. kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah

(5)

ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feses, urin, dan darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena  parasit. (Supariasa, 2002)

Penentuan status gizi secara biokimia ada beberapa yaitu pemeriksaan gula darah, pemeriksaan protein total, pemeriksaan albumin, pemeriksaan kolest erol total, pemeriksaan HDL, pemeriksaan LDL, pemeriksaan trigliserida,  pemeriksaan asam urat, pemeriksaan status hemoglobin, dan penilaian status

Zink. (Sirajuddin, 2018)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud hemoglobin, gula darah, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan penilaian status Zink?

2. Bagaimana prosedur penilaian status gizi secara biokimia?

3. Berapa standar normal kadar hemoglobin, gula darah, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan Zink?

4. Apa solusi yang tepat bagi seseorang yang tergolong kurang, normal, atau lebih setelah melakukan pemeriksaan status gizi secara biokimia?

C. Tujuan Percobaan 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari percobaan ini adalah untuk mengetahui status gizi individu dengan metode biokimia atau metode laboratorium. 2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari percobaan ini adalah:

a. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dalam tubuh.

 b. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.

c. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar kolesterol dalam tubuh.

(6)

d. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar trigliserida dalam tubuh.

e. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar HDL dalam tubuh.

f. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan kadar LDL dalam tubuh.

g. Untuk menentukan dan mengetahui status gizi individu dengan  pemeriksaan Zink dalam tubuh.

D. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui status gizi seseorang dengan metode laboratorium atau biokimia dengan melakukan  pemeriksaan gula darah, hemoglobin, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) merupakan parameter yang paling umum digunakan untuk menetapkan prevalensi anemia. Status Hemoglobin (Hb) dapat diartikan sebagai keadaan kadar Hb seseorang yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan metode tertentu dan didasarkan pada standar yang telah ditetapkan. Kadar hemoglobin yang kurang dari normal mengindikasikan kejadian anemia. (Nurhaedah, 2013)

Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. (Supariasa, 2002)

Hemoglobin atau disingkat dengan Hb merupakan bagian penting pada molekul hemoglobin adalah besi dan pigmen sel darah merah yang membawa oksigen. Setiap molekul Hemoglobin terdiri dari protein (globin) dan 4 molekul heme. Pengukuran Hemoglobin adalah cara paling umum digunakan untuk melihat anemia karena kekurangan besi, namun karena orang yang tidak anemia dan orang yang kekurangan besi saling beririsan pada nilai hemoglobin, maka  penggunaan konsentrasi hemoglobin tidak digunakan sebagai satu satunya  pengukuran status besi individu. Namun, dapat digunakan untuk melihat status defisiensi besi pada suatu populasi pada situasi yang spesifik. (Thamaria, 2017) Supariasa (2002), menyatakan bahwa status haemoglobin dapat mempengaruhi prestasi dan aktifitas siswa termasuk dalam berolahraga. Hal ini dapat dijelaskan karena apabila siswa mengalami anemia, maka konsentrasi  belajar dan aktifitasnya menjadi berkurang. Penurunan konsentrasi ini disebabkan karena penderita anemia biasanya mengalami keadaan lemah, letih, lesu, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak  pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadang-kadang pusing,

(8)

sehingga pada akhirnya tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran dan pada akhirnya prestasi belajarnya berkurang. Anemia dapat mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransportasikan ke sel tubuh maupun otak, sehingga menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah. Akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan prestasi pada atlet (Soekirman, 2000).

Anemia ditandai dengan rendahnya kosentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb serta meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. Untuk mencegah dan mengobati anemia, maka penentuan faktor-faktor penyebabnya sangat diperlukan. Jika penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan untuk mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus ane mia. Anemia gizi dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada  pembentukan hemoglobin (Dep. Gizi dan FKM UI, 2007).

Penentuan kadar hemoglobin dengan nilai batas untuk anemia yang digunakan menurut WHO, 2001 adalah untuk umur 5  –  11 tahun < 11,5 g/L, 11  –  14 tahun < 12 g/L, remaja diatas 15 tahun untuk anak perempuan < 12 g/L

dan laki-laki 13 g/L.

Sedangkan pada orang dewasa nilai normal hemoglobin adalah sebagai  berikut.

Tabel II.1 Nilai Normal Hemoglobin Para Pria dan Wanita Pria 13 –  16 g/dl

Wanita 12 –  14 g/dl Sumber: Sirajuddin, 2018 B. Trigliserida

Trigliserida merupakan bentuk esterifikasi dari gliserol dengan asam lemak yang disimpan dalam tubuh dengan konsentrasi energi yang tinggi. Trigliserida mencapai hampir 95% dalam lemak. Strukturnya terdiri dari trihidroksi alkohol yang diketahui sebagai gliserol yang terikat dengan 3 asam lemak (Hunt, 1995:119). Trigliserida dalam tubuh mempunyai cadangan energi, mengisolasi

(9)

suhu yang ekstrem, melindungi organ tubuh dari benturan, dan membantu tubuh menggunakan karbohidrat dan protein secara efisien. (Thamaria, 2017)

 Nilai normal kadar trigliserida adalah < 200 mg/dl. (Sirajuddin, 2018) Telah dibuat suatu petunjuk ( guidelines) yang menyatakan seseorang dalam keadaan dislipidemia. Di negara Amerika Serikat ada tiga instansi yang telah mengeluarkan petunjuk yaitu Departemen Kesehatan, Perkumpulan Penyakit Jantung dan Expert Panel dari National Cholesterol Education Program (NCEP). Berikut ini batasan-batasan lipida darah yang dikeluarkan oleh NCEP.

Tabel II.2 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan National Cholesterol  Education Program (NCEP)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Trigliserida < 200 mg/dl 200 –  400 mg/dl 400 –  1000 mg/dl > 1000 mg/dl Diinginkan Batas Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss & Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.

Di Indonesia, Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) membuat pedoman tata laksana dislipidemia dalam penanggulangan  penyakit jantung koroner yang membuat klasifikasi lipida darah sebagai  berikut.

Tabel II.3 Klasifikasi Trigliserida berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Trigliserida < 200 mg/dl Normal Sumber: Thamaria, 2017

C. Kolesterol Total

Kolesterol total merupakan indikator dalam menentukan risiko penyakit kardiovaskular. Status gizi dapat dikatakan sebagai bentuk ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh yang mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih. Penentuan status gizi dilakukan dengan perhitungan indeks massa tubuh sebagai indikator untuk menilai obesitas. Kadar kolesterol

(10)

total yang tinggi disertai dengan obesitas berhubungan dengan kondisi patologis seperti aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. (Wongkar, 2013)

Bentuk kombinasi kolesterol dengan asam lemak adalah ester  kolesteroid. Kolesterol terdapat dalam lemak hewani tetapi tidak dijumpai dalam bentuk nabati. Kolesterol merupakan komponen penting dalam membran sel dan merupakan prekurson hormon steroid dalam kelenjar adrenal dan  precursor  asam-asam empedu dalam hati. Kolesterol juga membantu tubuh dalam mengabsorbsi vitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet. Kolesterol selalu terikat dengan lemak. Lemak jenuh meningkatkan sirkulasi jumlah kolesterol dalam darah sedangkan lemak tak jenuh ganda akan menurunkan kolesterol.

Sebagian kolesterol tubuh berasal dari sintesis (kira-kira 1 gr/hr) sedang sekitar 0,3 gr/hr dilengkapi oleh makanan rata-rata. Kolesterol dibuang melalui 2 jalan utama: konversi menjadi asam empedu dan ekskresi sterol netral dalam feses. Kolesterol dalam makanan diserap dari usus dan bersama dengan lipid lain termasuk kolesterol yang disintesis dalam usus, diinkorporasikan ke dalam chyclomicron dan VLDL. Dari kolesterol yang diserap 80-90% di dalam getah  bening diesterifikasi dengan asam lemak berantai panjang. Pada manusia

kolesterol plasma adalah sekitar 200 mg/dl meningkat dengan bertambahnya umur walaupun terdapat variasi besar di antara individu satu dengan lainnya.

Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, agar lemak dapat diangkut dalam  plasma maka diikat oleh protein khususnya lipoprotein. Lima golongan lipoprotein yang mempunyai peranan utama dalam transport dan metabolisme lipid terdapat dalam plasma yaitu chylomicron  yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus, VLDL (pre-β lipoprotein) yang berasal dari hati untuk ekspor triasilgliserol, LDL (β- lipoprotein) yang menunjukkan stadium akhir  pada katabolisme VLDL dan chylomicron, HDL (α- lipoprotein) yang terlibat dalam metabolisme VLDL dan chylomicron dan juga metabolisme kolesterol, dan asam lemak bebas ( Free Fatty Acid ) yang umumnya tidak diklasifikasikan dengan lipoprotein plasma lain karena strukturnya berbeda, terdiri atas asam-asam lemak rantai panjang yang berkaitan dengan albumin serum. (Thamaria, 2017)

(11)

Status gizi lebih yang berdampak pada obesitas akan mengarah pada  peningkatan resiko hipertensi, resistensi insulin/diabetes mellitus tipe 2,  penyakit jantung koroner (PJK), dan dislipidemia. Komponen dislipidemia

termasuk kadar kolesterol total tinggi, kadar trigliseri da tinggi, kolesterol-HDL rendah, dan kolesterol-LDL tinggi memiliki peran utama dalam peningkatan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. (Shah, 2008)

Hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol total umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga pemeriksaan untuk pencegahan dan pemeriksaan rutin kadar kolesterol diperlukan sebagai tindakan pencegahan bagi individu yang beresiko tinggi (Shah, 2008). Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan resiko terhadap penyakit jantung dan stroke mempunyai perkiraan angka kematian di dunia sekitar 2,6 juta. Angka kematian tertinggi sekitar 54% terjadi di Eropa, kemudian Amerika 48%. Wilayah Afrika dan Asia Tenggara menunjukkan 22,6% untuk Afrika dan 29,0% untuk Asia Tenggara (World Health Organization (WHO), 2013).

 Nilai normal kadar kolesterol adalah < 200 mg/dL (Sirajuddin, 2018). Berikut beberapa rujukan klasifikasi kolesterol total.

Tabel II.4 Klasifikasi Kolesterol Total berdasarkan National Cholesterol  Education Program (NCEP)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol total < 200 mg/dl 200-239 mg/dl ≥ 240 mg/dl Diinginkan Batas Tinggi Tinggi

Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss & Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884. Tabel II.5 Klasifikasi Kolesterol Total berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis

Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol total < 200 mg/dl 200-239 mg/dl ≥ 240 mg/dl Kadar ideal Batas tinggi Tinggi Sumber: Thamaria, 2017

(12)

D.

Low Density Li poprotein Cholesterol

 (LDC-C)

Meskipun istilah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL) digunakan secara tunggal, namun dalam publikasi ilmiah telah cukup dikenal. Ada enam kelompok besar partikel lipoprotein, yaitu: chylomicrons, very low density lipoprotein (VLDLs), intermediate density lipoprotein (IDLs), LDLs, HDLs dan lipoprotein.

 Low density lipoprotein  berfungsi untuk mengangkut sebagian besar kolesterol dalam sirkulasi darah. Tingginya LDL kolesterol sangat kuat dan  positif berkaitan dengan peningkatan risiko atherosclerosis. LDL merupakan hasil pemecahan lipoprotein kepadatan sedang yang kehilangan sebagian besar kandungan trigliserida dan Apo E-nya. Kolesterol di dalam tubuh berasal dari makanan (kolestrol eksogen) dan dibuat oleh hati (kolesterol endogen)  berikatan dengan apoprotein B-100 dalam remnant VLDL membentuk LDL. LDL merupakan pengangkut kolesterol utama dari hati ke seluruh jaringan ekstra-hepatik sebagai bahan baku pembentukan dinding sel dan sumber  biosintesis hormon steroid melalui mekanisme afinitas spesifik tinggi reseptor

apo – B-100/E. (Thamaria, 2017)

 Nilai Normal kadar LDL adalah < 150 mg/dL (Sirajuddin, 2018). Berikut  beberapa rujukan klasifikasi kolesterol LDL.

Tabel II.6 Klasifikasi Kolesterol LDL berdasarkan National Cholesterol  Education Program (NCEP)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol LDL < 130 mg/dl 130-159 mg/dl ≥ 160 mg/dl Diinginkan Batas Tinggi Tinggi

Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss & Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.

(13)

Tabel II.7 Klasifikasi Kolesterol LDL berdasarkan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol LDL < 130 mg/dl 130-159 mg/dl ≥ 160 mg/dl Kadar ideal Batas tinggi Tinggi Sumber: Thamaria, 2017

E.

H igh Density Li poprotein Cholesterol

 (HDL-C)

HDL-C merupakan jenis lipoprotein yang mengangkut kolesterol kembali ke dalam liver dari sel peripheral; komposisinya yang terbanyak berupa protein. Konsentrasi HDL-C mempunyai korelasi negatif dengan perkembangan risiko penyakit jantung. Densitas HDL berkisar 1063-1210 g/l mempunyai mobilitas alpha, dan 50% terdiri dari protein. HDL dibentuk dalam liver   dan usus halus dan bertanggung jawab untuk membawa 20-30% dari kolesterol total. HDL-C kaya akan partikel protein sebagai media mengembalikan kolesterol dari jaringan ke liver . Apo A-I dan apo A-II adalah sebagian besar  protein. HDL dibentuk di hati dari trigliserida dan kolesterol dengan apoprotein A, B, C dan E sebagai bahan utama. HDL membawa sedikit lemak dan protein sebagai wahana pengangkutan kolesterol dari sel-sel jaringan ke dalam sel hepar untuk dikatabolisme dan dibuang sebagai asam empedu. HDL sangat  penting di dalam tubuh karena HDL berfungsi mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstra-hepatik ke hati untuk dikatabolisme, merupakan sumber apoprotein untuk metabolisme remnant VLDL dan chylomicron, dapat meningkatkan sintesa reseptor LDL, sehingga proses aterogenik terhambat, dan merupakan bahan baku sintesa prostasiklin yang penting sebagai antitr ombosis. (Thamaria, 2017)

 Nilai normal kadar HDL pada laki-laki adalah < 40 mg/dL dan pada  perempuan adalah < 50 mg/dL (Sirajuddin, 2018). Berikut beberapa klasifikasi

(14)

Tabel II.8 Klasifikasi Kolesterol HDL berdasarkan National Cholesterol  Education Program (NCEP)

Jenis Lipida Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl  Beresiko

Sumber: The Expert Panel, Summary of the second report of the National Cholesterol Education Program (NCEP). Dalam: Whitney, Eleanor Noss & Corinne Blog Cataldo & Sharon Rady Rolfes, 1998. Understanding Normal and Clinical Nutrition: Wadsworth Publishing Company, New York. P. 884.

Tabel II.7 Klasifikasi Kolesterol HDL berdasarkan Persat uan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI)

Jenis Lipida

Darah Kadar Klasifikasi

Kolesterol HDL

≥ 45 mg/dl ≥ 35 mg/dl

Kadar ideal untuk wanita Kadar ideal untuk pria Sumber: Thamaria, 2017

F. Glukosa Darah

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. (Joyce LeeFever, 2007).

Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa, dan proses ini juga menghasilkan metabolit-metabolit asam yang  berbahaya apabila dibiarkan menumpuk, sehingga kadar glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat dapat mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).

Setelah pencernaan makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang adekuat baik dalam keadaan normal maupun sebagai respon terhadap stres. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, menandakan terjadinya 4 gangguan homeostatis dan sudah semestinya mendorong tenaga analis kesehatan

(15)

melakukan pemeriksaan untuk mencari etiologinya. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004)

Kadar gula darah berkaitan dengan hiperglikemi dan hipoglikemi. Hiperglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah tinggi di atas ambang  batas normal, sedangkan hipoglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah rendah. Hiperglikemi disebabkan karena adanya penurunan respon terhadap insulin oleh jaringan sasaran. Inilah yang menyebabkan kadar gula darah meningkat dan menyebabkan terjadinya diabetes melitus.

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik. Menurut  American  Diabetes Association  (ADA) 2005, diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Diabetes melitus ini disebabkan kelainan metabolisme zat hidrat arang dengan 50% disebabkan faktor turunan, yang ditandai dengan air kemih yang melimpah dan glukosa darah (gula darah) di dalam darah dan air kemih. Diperkirakan bahwa penyakit gula disebabkan kerusakan pada “pulau -pulau Langerhans” di dalam kelenjar ludah perut, yaitu sel-sel yang menghasilkan insulin. Ketimpangan-ketimpangan lain di dalam jaringan-jar ingan tubuh dapat  juga mengganggu metabolisme zat hidrat arang.

Penyakit gula bukan hanya berbahaya tetapi lazim terdapat di antara 4% wanita dan 2% pria di Amerika Serikat. Penyakit ini kapan saja dapat  berkembang. Biasanya penyakit ini mulai kelihatan sewaktu tubuh memerlukan tenaga seperti waktu mendapat cidera, infeksi yang hebat, atau ketegangan emosi. Penyakit ini lebih sering terdapat di antara orang gendut daripada orang yang berat badannya normal.

Dalam penyakit gula, cadangan dan pengeluaran glukosa berkurang dari dalam hati dan prosesnya terganggu sehingga sel-sel tubuh menggunakan glukosa itu sebagai sumber tenaga. Sebab itu penderita penyakit ini harus menambah tenaga dari metabolisme gizi dan lemak lebih dari biasa.

Penyakit diabetes melitus ini ditandai dengan ditemukannya gula di dalam air seni, dan kadar glukosa yang lebih tinggi di dalam darah, dan ternyata

(16)

dengan hasil penelitian penggunaan gula, penderita itu tidak menggunakan gula darah dengan cepat sesudah makan sebagaimana biasanya. Glukosa bertumpuk di dalam darah dan dibuang melalui air seni, bukan digunakan sebagai penghasil tenaga.

Adapun kadar gula darah yang rendah disebabkan beberapa faktor sebagai  berikut :

1. Kadar gula menurun disebabkan oleh dosis insulin yang terlalu tinggi. 2. Setelah mendapat insulin lalu gagal memakan cukup makanan, kadar gula

dalam darah akan menurun.

3. Kadar gula menurun karena olahraga yang berlebihan.

4. Penyakit ini dapat berkembang bersama penyakit hati dimana gula darah tidak dikeluarkan dari dalam hati atau disimpan di dalamnya sebagaimana  biasanya.

5. Kadar gula menurun sehubungan dengan alat-alat endokrin tertentu seperti kelenjar anak ginjal dan kelenjar di bawah otak. (Harold Shryock, M. D., 1982)

 Nilai normal kadar glukosa adalah 75 –  115 mg/dl. (Sirajuddin, 2018) G.

 Zinc 

 (Zn)

Seng/ Zinc  adalah salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikelompokkan dalam golongan trace mineral . Fungsi seng terbilang sangat  penting bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh manusia. Seng dapat mudah ditemukan pada berbagai jenis makanan yang kaya akan kandungan protein seperti daging, kacang-kacangan, dan polong polongan. Asupan seng yang dibutuhkan tubuh manusia sebenarnya sangat sedikit, namun ternyata  penyerapan seng oleh tubuh pun sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14 mg/hari  jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-40% yang dapat diserap. Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging, hati, kerang, biji-bijian (lengkap), serealia, leguminosa dan telur. (Thamaria, 2017)

 Zinc adalah metaloenzim dan bekerja sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim. Lebih dari 80 enzim dan protein yang mengandung Zn telah ditemukan.

(17)

Tubuh mengandung 1  –  2 g  zinc. Tulang, gigi, rambut, kulit, dan testis mengandung banyak  zinc. Dalam darah seng terdapat di plasma terikat pada albumin dan globulin. (Supariasa, 2002)

Jumlah mineral seng dalam tubuh kira-kira 28 mg per Kg BB bebas lemak. Hampir semua seng dalam darah berada dalam eritrosit, yaitu 1200  –   1300 µg/100 ml, sedangkan dalam serum hanya 120 µg/100 ml. (Sirajuddin, 2018)

Berikut ini merupakan fungsi dari zn.

1. Sebagai bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari

200 enzim.

2. Berperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti reaksi yang berkaitan

dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, li pida, dan asam nukleat.

3. Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa.

4. Sebagai bagian integral enzim DNA polymerase dan RNA polymerase yang

diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA.

5. Berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan

 penyembuhan luka.

6. Berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan

 pembentukan sperma.

7. Berperan dalam kekebalan, yaitu, dalam sel T dan pembentukan antibodi.

Kelebihan dan kekurangan unsur Zn akan mempunyai dampak terhadap kesehatan. Berikut ini kelebihan dari Zn.

1. Kelebihan Zn hinggga 2 sampai 3 kali menurunkan absorbsi tembaga. 2. Kelebihan sampai 10 kali mempengaruhi metabolisme kolesterol,

mengubah nilai lipoprotein dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis.

3. Kelebihan sampai sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah,

diare, demam, kelelahan, anemia, dan gangguan reproduksi. Adapun kekurangan Zn ialah sebagai berikut

(18)

2. Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan seksual. misalnya,  pencernaan terganggu, gangguan fungsi pangkreas, gangguan pembentukan

kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna.

3. Kekurangan Zn mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak.

4. Kekurangan Zn mengganggu metabolisme dalam hal kekurangan vitamin A, gangguan kelenjar tiroid, gangguan nafsu makan serta memperlambat  penyembuhan luka.

5. Tidak ada selera atau nafsu makan. 6. Kelelahan yang hebat.

7. Kerontokan pada rambut.

8. Ketidaknormalan pada kemampuan mengecap rasa dan mencium bau. 9. Kesulitan dalam melihat dikegelapan.

10. Menurunnya produksi hormon pada pria (infertilitas). (Thamaria, 2017) Prinsip dari seng (Zn) ialah berperan pada molekul penerima rasa pada lidah. Tingkat ketajaman rasa dapat menggambarkan apakah seseorang mengalami defisiensi seng atau tidak. Seng sulfat akan merangsang molekul  penerima ras pada lidah sehingga ketajaman rasa dapat diukur. Metode analisis status seng (Zn) ini disebut Kecap Smith. Adapun pengategorian status seng (Zn) setelah menggunakan metode Kecap Smith ialah sebagai berikut:

1. Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa walaupun telah ditunggu 10 detik.

2. Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis.

3. Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama makin kuat.

4. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga responden langsung meringis.

Responden yang termasuk kategori 1 dan 2 adalah yang menderita defisiensi seng (Zn), sedangkan yang termasuk kategori 3 dan 4 adalah normal. (Sirajuddin, 2018)

(19)

BAB III

METODE PRAKTIKUM A. Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin pada tanggal 28 Maret 2018,  pukul 08:00 –  12:00 WITA.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: a) Spoit 3 –  5 ml  b) Torniqued  c) Rak tabung d) Mikropipet 100 –  1000 µl e) Sentrifuge f) Hemoglobinmeter  g)  Lancing devive h)  Fotometer analyzer  i) Gelas Beaker 2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: a) ZnSO4 0,1%  b)  Alcohol pads c)  Blood lancet  d)  Microcuvette e) Larutan glukosa f) Larutan kolesterol g) Sampel serum h)  Nodrop HDL i)  Nodrop LDL

(20)

C. Peserta Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan oleh seluruh peserta Praktikum Dasar Kesmas kelas C yang berjumlah 40 orang.

D. Prosedur Kerja

1. Analisis Status Seng (Zn)

a) Sediakan larutan ZnSO4 0,1% dalam gelas Beaker.

 b) Masukkan ZnSO4 0,1% ke dalam spoit tanpa jarum sebanyak 3 –  5 ml. c) Semprotkan larutan tersebut ke dalam mulut responden.

d) Cairan dibiarkan dalam mulut selama 10 detik, sesudah itu dibuang dan kepada responden ditanyakan tentang apa yang dirasakan.

e) Kemudian dibandingkan apa yang dirasakan pasien dengan  pengategorian status seng (Zn) untuk mengetahui apakah responden

mengalami defisiensi seng (Zn) atau normal. 2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

a) Siapkan peralatan.

 b) Bersihkan jari yang akan diambil darahnya terlebih dahulu dengan kapas yang mengandung alcohol  (alcohol pads).

c) Gunakan auto lancet  untuk mengambil darah pada jari yang telah diolesi alkohol.

d) Buang darah pertama yang menetes, selanjutnya tetesan darah kedua diambil dengan menggunakan microcuvette.

e) Lakukan pemeriksaan pada alat hemocue (hemoglobinmeter). 3. Pengambilan Spesimen

a) Pengambilan Darah Vena (V

ena Puncture

) 1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan

2) Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang torniqued   pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang yang diambil

darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena jelas terlihat.

(21)

3) Tegakkanlah kulit di bagian lengan dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak-gerak pada saat tusukan.

4) Bersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%. 5) Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit sampai

ujung jarum masuk ke dalam lumen vena. Tarik penghisap spoit  perlahan-lahan sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat. 6) Lepaskan karet bendungan (torniqued ).

7) Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah spoit.

8) Bukalah jarum spoit dan alirkan perlahan-lahan dalam tabung sentrifius secukupnya (± 3 ml) untuk dipisahkan serumnya, diamkan 5 –  10 menit sebelum disentrifius.

b) Cara mendapatkan serum

1) Darah yang telah diendapkan disentrifius dengan kecepatan 1500  –  3000 rpm selama 5 –  10 menit.

2) Pipet bagian yang atas (serum) dengan hati-hati ke dalam tabung reaksi. Hindari terjadi hemolysis.

4. Pemeriksaan Glukosa

a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.

 b) Isi tabung dengan larutan glukosa sebanyak 1000 µL.

c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan. d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.

e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

f) Ukur kadar glukosa dengan menggunakan alat  fotometer analyzer , dengan langkah sebagai berikut:

1) Sambungkan alat dengan sumber arus.

2) Tekan tombol power untuk mengaktifkan alat. Alat akan melakukan  pengecekan pada sistem.

3) Selanjutnya tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah tersedia waterone  dalam gelas beaker   untuk  pencucian alat.

(22)

4) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul  beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya. 5) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “Glu-QCA” untuk

analisa glukosa.

6) Setelah itu, pilih “Water Blank ” lalu tekan tombol penyedot, dimana beaker  yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank 0”.

7) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.

8) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat dicatat atau diprint.

9) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker  berisi waterone  pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate (penyedot).

g) Catat nilai kadar glukosa yang akan tertera pada layar. 5. Pemeriksaan Kolesterol

a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.

 b) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.

c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan. d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.

e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

f) Ukur kadar kolesterol dengan menggunakan alat  fotometer analyzer , dengan langkah sebagai berikut:

1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker  untuk pencucian alat.

2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul  beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya. 3) Lalu pilih  parameter yang akan diukur, misalnya : “Chol-QCA”

(23)

4) Setelah itu, pilih “Water Blank ” lalu tekan tombol penyedot, dimana beaker  yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank 0”.

5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.

6) Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang dapat dicatat atau diprint.

7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker  berisi waterone  pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate (penyedot).

g) Catat nilai kadar kolesterol yang akan tertera pada layar. 6. Pemeriksaan Trigliserida

a) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.

 b) Isi tabung dengan larutan trigliserida sebanyak 1000 µL. c) Tambahkan sampel serum sebanyak 10 µL dan homogenkan. d) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.

e) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

f) Ukur kadar trigliserida dengan menggunakan alat  fotometer analyzer , dengan langkah sebagai berikut:

1) Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker  untuk pencucian alat.

2) Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul  beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya. 3) Lalu pilih parameter yang akan diukur, misalnya : “TG-QCA” untuk

analisa trigliserida.

4) Setelah itu, pilih “Water Blank ” lalu tekan tombol penyedot, dimana beaker  yang berisi waterone diposisikan pada ujung selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada laying akan muncul nilai “Water Blank 0”.

(24)

5) Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.

6) Hasil yang berupa nilai glukosa akan muncul pada layar yang dapat dicatat atau diprint.

7) Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker  berisi waterone  pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate (penyedot).

g) Catat nilai kadar trigliserida yang akan tertera pada layar. 7. Pemeriksaan HDL

a) Pembuatan supernatan HDL

1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label. 2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 300 µL. 3) Tambahkan nodrop HDL sebanyak 1 tetes.

4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit. 5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.

b) Pemeriksaan HDL

1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.

2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.

3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan. 4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.

5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

6) Ukur kadar HDL dengan menggunakan alat  fotometer analyzer , dengan langkah sebagai berikut:

a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker  untuk pencucian alat.  b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.

c. Lalu pilih  parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-QCA” untuk analisa HDL.

(25)

d. Setelah itu, pilih “Water Blank ” lalu tekan tombol penyedot, dimana beaker   yang berisi waterone  diposisikan pada ujung selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank 0”.

e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.

f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang dapat dicatat atau diprint.

g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate (penyedot).

7) Catat nilai kadar HDL yang akan tertera pada la yar. 8. Pemeriksaan LDL

a) Pembuatan Supernatan LDL

1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label. 2) Isi tabung dengan sampel serum sebanyak 200 µL. 3) Tambahkan nodrop LDL sebanyak 3 tetes.

4) Tutup tabung dan pusingkan dengan alat centrifuge selama 5 menit. 5) Hasil pemusingan pada centrifuge merupakan supernatan.

b) Pemeriksaan LDL

1) Sediakan tabung bersih yang telah diberi label.

2) Isi tabung dengan larutan kolesterol sebanyak 1000 µL.

3) Tambahkan sampel supernatan sebanyak 10 µL dan homogenkan. 4) Inkubasikan selama 10 menit pada suhu 37oC.

5) Amati dan catat perubahan warna yang terjadi.

6) Ukur kadar LDL dengan menggunakan alat  fotometer analyzer , dengan langkah sebagai berikut:

a. Tekan tombol penyedot (aspirate) yang pada ujung selangnya telah tersedia waterone dalam gelas beaker  untuk pencucian alat.

(26)

 b. Setelah proses tersebut pada menu layar touch screen akan muncul beberapa langkah pilihan. Pilih “Test” sebagai langkah selanjutnya.

c. Lalu pilih  parameter yang akan diukur, misalnya : “CHOL-QCA” untuk analisa LDL.

d. Setelah itu, pilih “Water Blank ” lalu tekan tombol penyedot, dimana beaker   yang berisi waterone  diposisikan pada ujung selang penyedot (aspirate/suck in), dan pada layar akan muncul nilai “Water Blank 0”.

e. Kemudian pilih “Sample” dan tekan tombol aspirate. Pada ujung selang aspirate tempatkan sampel yang telah dipreparasi.

f. Hasil yang berupa nilai kolesterol akan muncul pada layar yang dapat dicatat atau diprint.

g. Setelah proses analisa selesai, kembali tempatkan beaker berisi waterone pada ujung selang aspirate, lalu tekan tombol aspirate (penyedot).

h. Kemudian pilih “ Return” yakni kembali pada menu awal pada layar.

i. Untuk menonaktifkan alat pilih “Shutdown” dan “OK ” pada layar cloes instrument . Pada proses ini sistem pada alat akan mengaktifkan pencucian alat, sehingga tempatkan kembali beaker waterone pada selang aspirate.

 j. Pada layar akan muncul “ please shutdown” kemudian tekan tombol “OFF ”.

k. Cabut sambungan listrik.

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Analisis Status Seng (Zn)

Tabel IV.1 Hasil Analisis Status Seng (Zn) Nurlaila Tussaadah Nama

Yang Dirasakan Setelah Disemprotkan Seng Sulfat Ke Dalam Mulut Selama 10 Detik

Keterangan

 Nurlaila Tussaadah

Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis.

Defisiensi Seng (Zn) Sumber: Data Primer, 2018

2. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar Hemoglobin Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 13,8 g/dl Normal

Sumber: Data Primer, 2018 3. Pemeriksaan Glukosa

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Glukosa Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar Glukosa Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 101 mg/dl Normal

Sumber: Data Primer, 2018 4. Pemeriksaan Kolesterol

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Kolesterol Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar Kolesterol Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 152 mg/dl Normal

Sumber: Data Primer, 2018

5. Pemeriksaan Trigliserida

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan Trigliserida Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar Trigliserida Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 57 mg/dl Normal

(28)

6. Pemeriksaan HDL

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar HDL Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 48 mg/dl Normal

Sumber: Data Primer, 2018 7. Pemeriksaan LDL

Tabel IV.2 Hasil Pemeriksaan LDL Nurlaila Tussaadah

Nama Kadar LDL Keterangan

 Nurlaila Tussaadah 52 mg/dl Normal

Sumber: Data Primer, 2018

B. Pembahasan

1. Analisis Status Seng (Zn)

Zinc adalah elemen penting yang melibatkan aktivitas lebih dari 300 enzim dan protein tubuh manusia. Satu peran penting seng adalah untuk meningkatkan metalotionein protein yang mengikat logam berat dan  berfungsi sebagai fasilitas detoksifikasi logam berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan menggunakan metode ELISA menunjukkan hubungan antara suplementasi seng dan tingkat protein metallothionein. Suplementasi seng 50 mg / hari untuk laki-laki dewasa meningkatkan eritrosit dan monosyte metallothionein  protein. (Sullivan, 1998).

Metode suplementasi seng adalah kelarutannya, bioavailabilitas, rasa, efek samping, dan frekuensi dosis (Brown, 2002). Penyerapan atau suplementasi seng terhadap asupan makanan berkisar antara 15-60%. Dosis seng antara 5-20 mg per hari kebanyakan digunakan dalam banyak  penelitian untuk mengamati pengaruh seng terhadap pertumbuhan. Suplementasi meta analisis menggunakan dosis 1,5-50 mg per hari dengan  pertimbangan jumlah material yang menghambat tingkat penyerapan. Suplemen seng dengan dosis yang tepat harus dianalisis sebagai pencegahan upaya untuk toksisitas logam berat. (Santosa, 2013)

(29)

Ada beberapa metode pemeriksaan status seng (Zn), salah satunya ialah metode rasa. Metode rasa yang telah dijelaskan di atas ialah metode Kecap Smith. Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil analisis status seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith ialah mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).

Setelah mengetahui bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn), maka sebaiknya Nurlaila Tussaadah memperbaiki asupan seng (Zn) agar kandungan seng dalam tubuhnya sesuai batas normal dan dapat terhindar dari dampak kekurangan seng, sebab seng memiliki peran yang  penting di dalam tubuh. Adapun upaya yang bisa dilakukan ialah memperbaiki pola makan, perbanyak mengonsumsi makanan yang merupakan sumber Zinc seperti, seafood , sayur-sayuran, kacang-kacangan,  biji-bijian, daging-dagingan, buah-buahan, dan makanan sumber energi. 2. Pemeriksaan Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) memiliki peran penting di antara protein darah  penting lainnya membawa nutrisi ke sel-sel darah. Sebagai protein terkonjugasi, Hb rentan ditangkap senyawa dengan berat molekul rendah seperti anhidrida asam organic/organic acid anhydrides (OAA) yang paling sering didapatkan dari bahaya industri/pekerjaan. Ketersediaan Hb yang terhambat atau menurun ke sel darah dapat menyebabkan anemia, thalassemia  dan porfiria. Seiring dengan gangguan ini, pekerja yang terpapar OAA bisa juga terkena alergi tipe-I, alergi tipe-IV, masalah kulit, rhinitis, dan asma. (Qureshi, 2014)

 Nilai normal kadar hemoglobin dalam tubuh ialah 13 –  16 g/dl untuk  pria dan 12 –  14 g/dl untuk wanita. (Sirajuddin, 2018)

Dari rujukan tersebut, setelah membandingkan dengan hasil  pemeriksaan kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah menunjukkan bahwa kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal dengan hasil 13,8 g/dl setelah diukur menggunakan hemoglobinmeter dengan metode hemoque. Ini

(30)

merupakan hal yang bagus dan harus dipertahankan agar hemoglobin bisa tetap berada pada rentang normal. Adapun yang bisa dilakukan ialah  berolahraga, konsumsi makanan yang mengandung zat besi, menghindari makanan yang menghambat zat besi, meningkatkan asupan vitamin C, dan lain-lain.

3. Pemeriksaan Glukosa

 Nilai normal kadar glukosa adalah 75 –  115 mg/dl (Sirajuddin, 2018). Dari rujukan tersebut mengenai kadar glukosa normal, maka hasil  pemeriksaan glukosa Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar glukosa 101 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar glukosa tubuh tidak kurang ataupun lebih. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga glukosa darah tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, memilih pola makan yang sehat, menghindari makanan yang mengandung  banyak gula, menghindari stress, istirahat yang cukup, dan lain-lain.

4. Pemeriksaan Kolesterol

 Nilai normal kadar kolesterol ialah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018). Dari rujukan tersebut mengenai kadar kolesterol normal, maka hasil  pemeriksaan kolesterol Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar kolesterol 152 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar kolesterol dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang  bisa dilakukan untuk menjaga kolesterol tubuh tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, memilih pola makan yang sehat, menghindari stress, istirahat yang cukup, dan lain-lain.

5. Pemeriksaan Trigliserida

 Nilai normal kadar triglierida adalah < 200 mg/dl (Sirajuddin, 2018). Dari rujukan tersebut mengenai kadar trigliserida normal, maka hasil  pemeriksaan trigliserida Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar trigliserida 57 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar trigliserida dalam tubuh tidak melewati batas normal. Adapun upaya yang  bisa dilakukan untuk menjaga trigliserida tubuh tetap normal yaitu seperti,

(31)

mengurangi makanan yang berkalori, olahraga secara teratur, me ngonsumsi lemak sehat, menjaga gula darah, dan lain-lain.

6. Pemeriksaan HDL

 Nilai normal kadar HDL untuk pria ialah < 40 mg/dl dan untuk wanita ialah < 50 mg/dl. Dari rujukan tersebut mengenai kadar HDL normal, maka hasil pemeriksaan HDL Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar HDL 48 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar HDL dalam tubuh tetap normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga HDL tubuh tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, menjaga pola makan dengan sangat baik, memilih jenis lemak yang sehat, memperbanyak asupan asam lemak omega-3, perbanyak mengonsumsi serat, menghindari lemak trans, menjaga berat badan tetap normal, dan lain-lain.

7. Pemeriksaan LDL

 Nilai normal kadar LDL dalam tubuh ialah < 150 mg/dl. Dari rujukan tersebut mengenai kadar LDL normal, maka hasil pemeriksaan LDL  Nurlaila Tussaadah adalah normal dengan kadar LDL 52 mg/dl. Hal ini tentunya harus dipertahankan agar kadar LDL dalam tubuh tidak melewati  batas normal. Adapun upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga LDL tubuh tetap normal yaitu seperti, olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan yang seimbang sesuai kebutuhan, menurunkan asupan nutrisi lemak jenuh, mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, dan istirahat yang cukup.

(32)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Status seng (Zn) Nurlaila Tussaadah dengan metode Kecap Smith diperoleh hasil bahwa mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam  beberapa detik kemudian terasa kering, kesat, atau manis. Ini menunjukkan  bahwa Nurlaila Tussaadah mengalami defisiensi seng (Zn).

2. Kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah ialah 13,8 g/dl. Ini menunjukkan  bahwa kadar hemoglobin Nurlaila Tussaadah normal.

3. Kadar glukosa Nurlaila Tussaadah ialah 101 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar glukosa Nurlaila Tussaadaah normal.

4. kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah ialah 57 mg/dl. Ini menunjukkan  bahwa kadar trigliserida Nurlaila Tussaadah normal.

5. Kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah ialah 152 mg/dl. Ini menunjukkan  bahwa kadar kolesterol Nurlaila Tussaadah normal.

6. Kadar HDL Nurlaila Tussaadah ialah 48 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar HDL Nurlaila Tussaadah normal.

7. Kadar LDL Nurlaila Tussaadah ialah 52 mg/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar LDL Nurlaila Tussaadah normal.

B. Saran

a. Kepada Dosen

Mohon agar kiranya para dosen masuk sesuai jadwal yang telah ditentukan dan sebaiknya dosen menjelaskan mengenai praktikum yang akan dilaksanakan.

b. Kepada Asisten

Semoga bisa bekerja sama dengan praktikan sehingga proses praktikum yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sebaiknya setiap asisten mengawasi jalannya praktikum yang dilaksanakan oleh praktikan.

(33)

c. Laboratorium

Mohon agar laboratorium lebih diperbesar lagi agar praktikum yang dilakukan lebih maksimal dan efektif. Sebaiknya pendingin ruangan laboratorium bisa diperbaiki agar saat praktikan tidak merasa kepanasan, serta mohon ditambahkan alat praktikum karena pada saat praktikum,  peralatannya terlalu tidak seimbang dengan jumlah praktikan yang banyak. d. Kegiatan Praktikum

Agar kiranya praktikum dilakukan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Referensi

Dokumen terkait

yang paling efisien menurunkan kadar glukosa darah adalah pada dosis tertinggi yaitu pada dosis 10,6 mg/kgbb, kadar glukosa darah = 125,42 mg/dl seperti kontrol normal yaitu

diperoleh kadar glukosa darah tertinggi 140,5 mg/dl- yang dicapai pada menit ke-3C) setelah perlakuan.. Kenaikan kadar glukosa darah pada

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl pada hari yang

Ikan mengalami keadaan normal dipengaruhi oleh tingkat glukosa pada darah ikan meningkat karena dalam gelas piala mengandung glukosa yang berdifusi melalui membran insang menuju

Pada subjek dengan kadar glukosa darah kategori tinggi (≥ 90 mg/dl), ada perbedaan glukosa darah yang tidak signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok

Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif 0.15 mg Levonorgestrel (hormon Progestin) dan 0.03 mg Etinilestradiol (hormon

Selisih penurunan kadar glukosa darah pada relawan yang mengkonsumsi pangan acuan (glukosa murni) (74,9 mg/dL) lebih tinggi dibandingkan dengan cookies komersil (31,9 mg/dL),

a) Kadar glukosa darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl (pada kondisi puasa), kadar glukosa darah normal adalah kurang dari 200 mg/dl (pd saat tidak puasa). b) Perbedaan