• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ALGORITMA HYBRID FUZZY-WARSHALL UNTUK MENENTUKAN RUTE TERCEPAT JARINGAN KERJA POLRES MAGELANG KOTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI ALGORITMA HYBRID FUZZY-WARSHALL UNTUK MENENTUKAN RUTE TERCEPAT JARINGAN KERJA POLRES MAGELANG KOTA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tugas kepolisian sebagai instansi pemerintah adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan tersebut antara lain dalam bentuk

penanganan pertama suatu pengaduan, mendatangi Tempat Kejadian Perkara(TKP)

untuk melaksanakan kegiatan pengamanan, dan melaksanakan olah TKP sesuai

ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Kasatsabhara Polres Magelang

Kota, lama waktu kedatangan pihak kepolisian untuk olah TKP sangatlah penting

karena dapat mempengaruhi proses penyidikan dan penyelidikan. Akan tetapi,

kedatangan pihak kepolisian ke TKP juga pernah mengalami keterlambatan.

Keterlambatan kedatangan pihak kepolisian ini salah satunya dapat ditinjau dari

berpindahnya barang bukti suatu kejadian dari tempat semula.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan pihak kepolisian ke

TKP. Faktor yang mungkin mempengaruhi yaitu pemilihan rute ke TKP yang kurang

efektif dan efisien sehingga memperlama perjalanan. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi yaitu Letak Polres Magelang Kota sendiri yang terletak bersebrangan

dengan pusat kota, yaitu di alun-alun Kota Magelang yang selalu ramai pengunjung.

Berdasarkan keterangan dari Kasatsabhara Polres Magelang Kota, waktu kejadian

insidental juga dapat mempengaruhi keterlambatan pihak kepolisian menuju TKP.

Pada jam berangkat sekolah dan pulang kantor misalnya, kondisi jalanan cukup ramai

(2)

Kota Magelang sebagai kota yang sedang tumbuh dan berkembang memiliki

potensi masalah tindakan kriminal dan pelanggaran hukum. Dikabarkan dalam harian

kompas bulan November tahun 2014, hampir setiap bulan terjadi satu kali kasus

tawuran di Kota Magelang. Hal ini disampaikan oleh Kapolres Magelang Kota AKBP

Zain Dwi Nugroho. Tawuran pelajar merupakan kasus yang penting karena

melibatkan generasi penerus bangsa yaitu pelajar itu sendiri. Dalam tawuran yang

pernah terjadi di Kota Magelang, dikabarkan dalam harian SOLOPOS bulan Oktober

2014, pelajar melakukan aksi lempar batu di tengah jalan A.Yani yang merupakan

jalan utama penghubung Jogja dan Semarang. Kejadian seperti ini tentu harus

mendapat penanganan cepat dari pihak kepolisisan karena selain dapat menimbulkan

korban jiwa yang lebih banyak juga dapat menimbulkan gangguan kemacetan lalu

lintas yang lebih panjang.

Bukan hanya tawuran pelajar yang membutuhkan penanganan aparat

kepolisian dengan cepat. Setiap kejadian insidental perlu mendapatkan penanganan

pihak kepolisian dengan cepat karena selain dapat mengurangi jumlah dan tingkat

fatalitas korban, juga karena sangat menentukan tindak lanjut dari proses ungkap

sebuah kasus.

Kepolisian Resor (Polres) Magelang Kota telah menetapkan 43 titik lokasi

rawan. Titik-titik lokasi tersebut merupakan kumpulan dari objek-objek vital di Kota

Magelang yang meliputi lokasi rawan kecelakaan, lokasi rawan tawuran, kantor

pemerintah, rumah dinas pejabat, pusat perbelanjaan, rumah tokoh masyarakat, rumah

tokoh agama dan perumahan (Ngadisa, 2015: 2-4).

Dikabarkan dalam harian suaramerdeka.com pada bulan November 2013,

volume kendaraan yang melewati Kota Magelang cukup padat dan jumlah lampu

(3)

memerlukan alat pengontrol kepadatan kendaraan. Di beberapa titik lampu lalu lintas

juga sering terjadi antrian kendaraan yang sangat panjang. Hal ini disampaikan oleh

Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dishubkominfo Kota Magelang.

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Moch. Hannats Hanafi Ichsan,

Erni Yudaningtyas dan M. Aziz Muslim (2012) dalam Solusi Optimal Pencarian Jalur

Tercepat dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Dijkstra, dibahas pencarian jalur tercepat

dengan memodelkan multi karakteristik yang dimiliki jalan dengan logika Fuzzy.

Selanjutnya hasil keluaran dari logika Fuzzy yang merupakan nilai kemacetan dari

tiap jalan diolah dengan Algoritma Dijkstra.

Menurut Munir (2005: 412), teori graf dapat digunakan dalam pencarian rute

terpendek pada graf berbobot. Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberikan

suatu nilai atau bobot. Dalam skripsi ini bobot yang akan digunakan merupakan

gabungan nilai panjang jalan dan kepadatan jalan yang akan diolah dengan Logika

Fuzzy menjadi suatu nilai kemacetan jalan.

Saat ini telah banyak algoritma untuk mencari rute terpendek. Pada skripsi ini

akan digunakan Algoritma Warshall yang merupakan salah satu algoritma pencari

rute terpendek. Menurut Siang (2011: 297), Algoritma Warshall merupakan algoritma

pencari rute terpendek yang sederhana dan mudah implementasinya.

Oleh karena di dalam skripsi ini terdapat penggabungan dua algoritma yaitu

Logika Fuzzy dan Algoritma Warshall, maka penulis mengambil judul “Aplikasi

Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall untuk Menentukan Rute Tercepat Jaringan Kerja

POLRES Magelang Kota”, dengan maksud memberikan alternatif pemikiran baru

dalam penyelesaian potensi masalah rute jaringan kerja polisi yang kurang efektif dan

(4)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Kota Magelang sebagai kota yang sedang tumbuh dan berkembang memiliki

potensi masalah tindakan kriminal dan pelanggaran hukum.

2. Kota Magelang merupakan kota dengan lalu lintas jalan yang cukup padat.

3. Keterlambatan pihak kepolisian menuju TKP dimungkinkan karena pemilihan

jalur yang kurang efektif dan efisien. Pemilihan Jalur yang kurang efektif dan

efisien bisa disebabkan oleh jarak yang ditempuh, kepadatan lalu lintas jalan,

waktu terjadinya suatu kejadian insidental dan antrian kendaraan pada lampu lalu

lintas.

4. Letak Polres Magelang Kota bersebrangan dengan pusat kota, yaitu Alun-alun

Magelang yang selalu ramai pengunjung. Sehingga untuk menuju TKP pasti harus

melewati jalan yang padat parkir pengunjung.

5. Kepolisian Resor Magelang Kota membutuhkan rute tercepat menuju TKP apabila

sewaktu-waktu terjadi kejadian insidental yang membutuhkan penanganan pihak

kepolisian.

C. Batasan Masalah

Dari masalah yang teridentifikasi maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas

pada skripsi ini, yaitu:

1. Untuk pemilihan jalur yang efektif dan efisien maka jalur yang dipilih akan

menggunakan dua karakteristik. Karakteristik jalan yang akan digunakan sebagai

input Logika Fuzzy yaitu panjang jalan dan kepadatan lalu lintas jalan.

2. Pencarian rute tercepat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

(5)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall digunakan dalam menentukan rute

tercepat?

2. Bagaimana hasil penerapan Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall dalam menentukan

rute tercepat jaringan kerja Polres Magelang Kota?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bagaimana Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall digunakan dalam

menentukan rute tercepat.

2. Mengetahui hasil penerapan Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall dalam

menentukan rute tercepat jaringan kerja Polres Magelang Kota.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis yaitu meningkatkan pemahaman serta menyajikan contoh

unjuk kerja aplikasi Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall dalammenentukan rute

tercepat yang efektif dan efisien.

2. Bagi Polres Magelang Kota yaitu untuk memberikan sumbangsih pemikiran

sebagai alternatif referensi dalam menentukan kebijakan rute jaringan kerja polisi

(6)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini, diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab

selanjutnya. Landasan teori yang dibahas pada bab ini yaitu mengenai teori graf,

algoritma warshall, penelitian-penelitian terdahulu, logika fuzzy, toolbox fuzzy pada

matrix laboratory, Polres Magelang Kota dan pengertian jalan serta karakteristiknya.

A. Teori Graf

1. Definisi Graf

Graf didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), yang dalam hal ini V adalah

himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau node) dan E adalah

himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul (Munir, 2005:354).

2. Jenis-jenis Graf

Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakan menjadi

dua jenis (Munir, 2005:354):

a. Graf Tak-Berarah (Undirected Graph)

Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak terarah.

Pada graf tak berarah, urutan pasangan simpul yang dihubungkan oleh sisi tidak

diperhatikan. Jadi, (u,v)=(v,u) adalah sisi yang sama.

b. Graf Berarah (Dirrected Graph atau Digraph)

Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah.

Pada graf berarah, (u,v) dan (v,u) menyatakan sisi berarah yang berbeda, dengan

kata lain (u,v)≠(v,u). Untuk sisi berarah (u,v), simpul u dinamakan simpul asal

(7)

3. Terminologi Dasar

Berikut beberapa terminologi yang berkaitan dengan graf yang sering digunakan.

a. Bersisian (Incident)

Untuk sebarang sisi e = (u,v), sisi e dikatakan bersisian dengan simpul u dan

simpul v (Munir, 2005:365).

b. Derajat (Degree)

Derajat suatu simpul pada graf berarah, derajat simpul dinyatakan dengan

( ) dan ( ), yang dalam hal ini ( ) menyatakan sisi berarah yang

masuk ke simpul dan ( ) menyatakan sisi berarah yang keluar dari simpul

(Munir, 2005: 367).

c. Lintasan (Path)

Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam

graf ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk

v0,e1,v1,e2,v2,...,vn-1,en,vn sedemikian sehingga e1= (v0,v1),e2=(v1,v2), ...,en=(vn-1,vn)

adalah sisi-sisi dari graf (Munir, 2005:369).

Simpul dan sisi yang dilalui di dalam lintasan boleh berulang. Sebuah lintasan

dikatakan lintasan sederhana jika semua simpulnya berbeda. Lintasan yang

berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut lintasan tertutup, sedangkan

lintasan yang tidak berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut lintasan

terbuka. Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut.

d. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)

Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit

atau siklus (Munir, 2005:370).

(8)

Dua buah simpul u dan simpul v dikatakan terhubung jika terdapat lintasan

dari u ke v. Graf berarah dikatakan terhubung jika graf tak berarahnya terhubung

(graf tak berarah diperoleh dengan menghilangkan arahnya) (Munir,

2005:371-372).

f. Graf Berbobot (Weighted graph)

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah bobot (Munir,

2005:376).

4. Representasi Graf Berarah pada Matriks

Misalkan adalah graf berarah yang terdiri dari titik tanpa garis paralel.

Matriks hubung yang sesuai dengan graf adalah matriks persegi =( ) (Siang,

2009:269) dengan

1 jika ada sisi dari titik vi ke titik vj

0 jika tidak ada sisi dari titik vi ke titik vj

Untuk graf berbobot, menyatakan bobot tiap sisi yang menghubungkan simpul

dengan simpul . Tanda “∞” digunakan untuk menyatakan bahwa tidak ada sisi dari

simpul ke simpul atau dari simpul ke simpul itu sendiri, sehingga dapat

diberi nilai tak berhingga.

A. Algoritma Warshall

Algoritma Warshall untuk mencari lintasan terpendek merupakan algoritma yang

sederhana dan mudah implementasinya (Siang, 2011: 297). Prinsip Algoritma Warshall

yaitu pada iterasi ke-1, dihitung jarak terpendek dari semua titik ke semua titik. Misalkan

W(0) adalah matriks ketetanggaan awal graf berarah berbobot, W* adalah matriks

ketetanggaan berbobot terpendek dengan Wij* sama dengan lintasan terpendek dari titik vi

ke vj, i adalah baris pada matriks, j adalah kolom pada matriks dan k adalah iterasi ke 1

(9)

hingga n yang dilakukan pada matriks. Algoritma Warshall untuk mencari lintasan

terpendek adalah sebagai berikut (Siang, 2011: 298):

a. W = W(0)

b. Untuk k = 1 hingga n, lakukan:

Untuk i = 1 hingga n, lakukan:

Untuk j = 1 hingga n lakukan:

c. Jika W[i,j] > W[i,k] + W[k,j] maka

Tukar W[i,j] dengan W[i,k] + W[k,j]

d. W* = W

Algoritma Warshall di atas hanya menghitung jarak terpendek dari semua titik ke

semua titik, tetapi tidak menjelaskan bagaimana lintasan terpendeknya. Untuk

menentukan path yang menghasilkan jarak terpendek, maka ditambahkan matriks persegi

yang disusun sebagai berikut:

j jika (0)i,j ≠ ∞

(0)i,j =

0 jika (0)i,j = ∞

Revisi Algoritma Warshall dengan melibatkan lintasan terpendeknya adalah sebagai

berikut:

a. W = W(0) ; Z = Z(0)

b. Untuk = 1 hingga , lakukan:

Untuk = 1 hingga , lakukan:

Untuk = 1 hingga lakukan:

c. Jika W[i,j] > W[i,k] + W[k,j] maka

1) Tukar W[i,j] dengan W[i,k] + W[k,j]

2) Ganti dengan

(10)

d. W* = W

Untuk setiap sel matriks W akan dicek apakah W[i,j]>W[i,k]+W [k,j]. Jika

W[i,j]≯W[i,k]+W[k,j], maka W[i,j] tetap. Tetapi jika W[i,j]>W[i,k]+W[k,j], maka

W[i,j] diganti dengan W[i,k]+W [k,j] dan Z[i,j] ganti dengan Z[i,k].

B. Penelitian – Penelitian Terdahulu

Berikut penelitian-penelitian yang membahas tentang pencarian rute terpendek :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Moch. Hannats Hanafi, Erni Yudaningtyas dan M.

Aziz Muslim (2012) yang berjudul Solusi Optimal Pencarian Jalur Tercepat

dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Dijkstra. Pada penelitian ini model logika fuzzy

yang digunakan untuk memodelkan multi parameter jalan adalah fuzzy sugeno

orde-nol dan pencarian jalur terpendek menggunkan algoritma Dijkstra.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Reni D.L. (2013) yang berjudul Algoritma Floyd

Warshall untuk Menentukan Rute Terpendek Dalam Pemasangan Kabel Telepon

di Kelurahan Condong Catur Yogyakarta. Pada penelitian ini pencarian rute

terpendek dengan Algoritma Floyd Warshall dilakukan pada graf satu arah dengan

perhitungan manual.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Mistiyani (2006) yang berjudul Algoritma

Fleury dan Algoritma Warshall pada Graf Berarah yang terhubung Kuat. Pada

penelitian ini dikemukakan alasan mengapa Algoritma Fleury dan Algoritma

Warshall banyak digunakan dalam masalah optimasi, aplikasi dari algoritma

Fleury dan algoritma Warshall pada graf berarah terhubung kuat, dan kekurangan

dari Algoritma Fleury dan Algoritma Warshall.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Aprian D.N. (2007) yang berjudul Perbandingan

Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan

(11)

Algoritma Floyd-Warshall yang menerapkan pemrograman dinamis lebih

menjamin keberhasilan penemuan solusi optimum untuk kasus penentuan lintasan

terpendek.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Fitrah S., Ni Ketut T.T. dan I Made Eka D.

(2013) yang berjudul Algoritma Floyd Warshall untuk Menentukan Jalur

Terpendek Evakuasi Tsunami di Kelurahan Sanur. Penelitian ini berhasil

membentuk jalur-jalur terpendek evakuasi tsunami di Sanur.

C. Logika Fuzzy

Teori himpunan fuzzy merupakan pengembangan dari himpunan tegas. Teori ini

pertama kali dikenalkan oleh Lotfi Asker Zadeh pada tahun 1965, seorang ilmuwan

Amerika Serikat berkebangsaan Iran dari Universitas California di Barkeley (Klir,

1997:6).

1. Himpunan Fuzzy

Dalam himpunan tegas setiap x anggota himpunan A (dinotasikan x A) atau x

bukan anggota A (dinotasikan x A). Fungsi keanggotaan dinotasikan dengan A(x)

sehingga dapat didefinisikan sebagai berikut (Ibrahim, 2004:23)

1 jika x A

0 jika x A

Dapat dikatakan bahwa pada himpunan tegas hanya memiliki 2 kemungkinan derajat

keanggotaan yaitu 0 dan 1.

Pada himpunan fuzzy, derajat keanggotaan terletak pada rentang [0,1] untuk setiap

elemennya. Himpunan yang mempunyai semua elemen di dalam semesta

pembicaraan disebut dengan himpunan universal atau biasanya dilambangkan dengan

(Ibrahim, 2004: 24).

(12)

Himpunan fuzzy A dalam himpuan universal dinyatakan dengan fungsi

keanggotaan A yang mengambil nilai di dalam interval [0,1] (Wang, 1997:21).

Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut yaitu (Kusumadewi & Purnomo, 2013: 6):

a. Linguistik yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau kondisi

tertentu dengan menggunakan bahasa alami.

b. Numeris yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami system fuzzy yaitu

(Kusumadewi & Purnomo, 2013: 7-8):

a. Variabel fuzzy

Variabel fuzzy merupakan variabel yang akan dibahas dalam suatu sistem fuzzy.

b. Himpunan fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan

tertentu dalam suatu variabel fuzzy.

c. Semesta Pembicaraan

Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk

dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy.

d. Domain

Domain himpunan fuzzy adalah nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam

suatu himpunan fuzzy.

2. Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik

input data ke dalam nilai keanggotaannya yang memiliki interval antara 0 sampai 1.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah

dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan

(13)

a. Representasi Linier

Pada representasi ini pemetaan input ke derajat keanggotaannya dapat

digambarkan dengan pola garis lurus. Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear.

1) Representasi Linear naik

Pada representasi ini kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang

memiliki derajat keanggotaan nol (0) bergerak ke kanan menuju ke nilai

domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Grafik ditunjukkan

pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Representasi Linear Naik Fungsi keanggotaan :

2) Representasi Linear Turun

Representasi ini merupakan kebalikan representasi linear naik. Garis lurus

dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri,

kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat

keanggotaan lebih rendah. Grafik ditunjukkan pada gambar berikut:

(14)

Gambar 2.2 Representai Linear Turun

b. Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis linear seperti

terlihat pada grafik berikut:

Gambar 2.3 Representasi Segitiga

Fungsi keanggotaan pada kurva segitiga ditandai dengan tiga parameter (a,b,c)

yang akan menentukan koordinat domain dari tiga sudut.

(15)

c. Representasi Kurva Trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada beberapa

titik yang memiliki nilai keanggotaan 1. Berikut grafik representasi kurva trapesium.

Gambar 2.4 Representasi Trapesium Fungsi keanggotaan :

d. Representasi Kurva Bentuk bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan

dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun. Bahu kiri

bergerak dari benar ke salah, dan bahu kanan bergerak dari salah ke benar.

(16)

di

Himpunan di

Himpunan di

di 3. Sistem Fuzzy

Sistem fuzzy merupakan sistem berdasarkan aturan maupun pengetahuan himpunan

fuzzy. Sistem fuzzy memiliki beberapa keistimewaan (Wang, 1997:6), yaitu:

a. Sistem fuzzy cocok digunakan pada sistem pemodelan karena variabelnya bernilai

real.

b. Sistem fuzzy menyediakan kerangka yang digunakan untuk menggabungkan

aturan-aturan fuzzy Jika-Maka yang bersumber dari pengalaman manusia.

c. Terdapat berbagai pilihan dalam menentukan fuzzifier dan deffuzifier sehingga

dapat diperoleh sistem fuzzy yang paling sesuai dengan model.

Secara umum, dalam sistem fuzzy terdapat empat elemen dasar (Wang, 1997:89),

yaitu:

a. Basis kaidah (rule base), berisi aturan-aturan secara linguistik yang bersumber

dari para pakar.

b. Mekanisme pengambil keputusan (inference engine), merupakan bagaimana para

pakar mengambil suatu keputusan dengan menerapkan pengetahuan (knowledge).

c. Proses fuzzifikasi (fuzzification), yaitu mengubah nilai dari himpunan tegas ke

nilai fuzzy.

d. Proses defuzzifikasi (defuzzification), yaitu mengubah nilai fuzzy hasil inferensi

menjadi nilai tegas.

Fuzzifikasi Inferensi

Fuzzy Defuzzifikasi

Gambar 2.6 Susunan Sistem Fuzzy (Wang, 1997)

(17)

Sistem fuzzy terdiri dari fuzzifikasi, pembentukan aturan (Fuzzy rule base), inferensi

fuzzy, dan defuzzifikasi. Empat tahapan sistem fuzzy dijelaskan sebagai berikut:

a. Fuzzifikasi

Fuzzifikasi adalah pemetaan dari himpunan tegas ke himpunan fuzzy dengan

suatu fungsi keanggotaan (Wang, 1997: 105). Melalui fungsi keanggotaan yang

telah disusun maka nilai-nilai input tersebut menjadi informasi fuzzy yang

selanjutnya akan digunakan untuk proses pengolahan secara fuzzy. Ada banyak

jenis fuzzifikasi yang bisa digunakan. misalkan akan dilakukan fuzzifikasi dari

himpnan tegas ∗∈ ⊂ ℝ ke dalam himpunan fuzzy ′ ∈ . Terdapat tiga

fuzzifikasi yang sering digunakan (Wang, 1997: 105-106), yaitu:

1) Fuzzifikasi Singleton

Fuzzifikasi singleton memetakan himpunan tegas ∗ ∈ ⊂ ℝ ke sebuah

himpunan singleton fuzzy ′ ∈ dengan derajat keanggotaan 1 saat ∗ dan 0

untuk nilai yang lainnya, dapat ditulis pula

� ′ = 1 , =

0 ,

Fuzzifikasi singleton menyederhanakan perhitungan dalam sistem inferensi

fuzzy untuk semua jenis fungsi keanggotaan fuzzy.

2) Fuzzifikasi Gussian

Fuzzifikasi gaussian memetakan himpunan tegas ∗ ∈ ⊂ ℝ ke sebuah

himpunan fuzzy ′ ∈ dengan fungsi keanggotaan:

� ′ = −

menyatakan parameter positif,

menyatakan perkalian product atau min.

(2.8)

(18)

Fuzzifikasi gaussian menyederhanakan perhitungan dalam sistem inferensi fuzzy

jika fungsi keanggotaan aturan fuzzy-nya juga merupakan fungsi gaussian.

3) Fungsi Triangular

Fuzzifikasi triangular memetakan himpunan tegas ∗ ∈ ⊂ ℝ ke sebuah

himpunan fuzzy ′ ∈ dengan fungsi keanggotaan:

� ′ = 1− | 1− 1∗|

1 ⋆ … ⋆

0 ,

1−| − ∗| , − ∗ ≤ , = 1,2,…,

dengan,

menyatakan parameter positif,

menyatakan perkalian product atau min.

Fuzzifikasi triangular menyederhanakan perhitungan dalam sistem

inferensi fuzzy jika fungsi keanggotaan aturan fuzzy-nya juga merupakan fungsi

triangular.

Fuzzifikasi gaussian dan triangular dapat menekan gangguan yang terjadi

pada input, namun fuzzy singleton tidak dapat mengatasi gangguan pada input.

Output dari fuzzifikasi adalah sebuah himpunan fuzzy.

b. Aturan Fuzzy

Aturan fuzzy merupakan inti dari suatu sistem fuzzy. Aturan yang yang

digunakan pada himpunan fuzzy adalah aturan if-then atau Jika-Maka. Aturan

fuzzy IF-THEN merupakan pernyataan yang direpresentasikan dengan

< > �< >

Proposisi fuzzy dibedakan menjadi dua, proposisi fuzzy atomic dan proposisi

fuzzy compound. Proposisi fuzzy atomic adalah pernyataan single dimana

(19)

compound adalah gabungan dari proposisi fuzzy atomic yang dihubungkan

dnegan operator “or”, “and” dan “not”. (Wang, 1997:62-63).

Dengan aturan fuzzy, pengetahuan dan pengalaman manusia dapat

direpresentasikan menggunakan bahasa alami yang dikenal dengan aturan

Jika-Maka (Wang, 1997:91). Aturan Jika-Jika-Maka dapat ditulis sebagai berikut:

� : 1 1•. . .• (2.11)

dimana dan adalah himpunan ⊂ �dan ⊂ � sedangkan

( 1, 2,…, ) ∈ dan ∈ .

dengan,

- � menyatakan aturan ke-i

- adalah input ke-n pada himpunan U

- adalah himpunan fuzzy untuk input ke-n di

- adalah output pada himpunan V

- adalah himpunan fuzzy untuk output diV

- • menyatakan operasi komposisi fuzzy, misal AND atau OR

Pernyataan yang mengikuti Jika disebut anteseden, sedangkan pernyataan yang

mengikuti Maka disebut konsekuen. Untuk mendapatkan aturan Jika-Maka dapat

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

1) Menanyakan kepada operator manusia (ahlinya) yang mengetahui hubungan

keterkaitan dari variabel-variabel yang akan dihubungkan.

2) Menggunakan algoritma pelatihan berdasarkan data-data masukan dan keluaran.

Aturan fuzzy terdiri dari himpunan aturan-aturan dan hubungan antar aturan

(20)

c. Inferensi Fuzzy

Inferensi fuzzy meruakan tahap evaluasi pada aturan fuzzy. Inferensi fuzzy

merupakan penalaran menggunakan input fuzzy dan aturan fuzzy untuk memperoleh

output fuzzy. Sistem inferensi fuzzy memiliki beberapa metode, namun yang sering

digunakan dalam berbagai penelitian adalah (Kusumadewi & Purnomo, 2013:

31-75):

1) Metode Mamdani

Metode Mamdani pertama kali diperkenalkan oleh Ibrahim Mamdani pada

tahun 1975. Metode ini merupakan metode paling sederhana dan paling sering

digunakan pada penelitian dibandingan penelitian lainnya. Inferensi metode

mamdani menggunakan fungsi implikasi min, sedangkan komposisi aturannya

mengunakan max. Metode mamdani sering disebut dengan metode

MIN-MAX. Keluaran untuk n aturan metode mamdani didefinisikan sebagai

� = max min �

1 ,� 2

dengan,

 = 1,2,…, ,

 � 1,�

2 menyatakan himpunan fuzzy pasangan input ke- ,

merupakan himpunan fuzzy output ke- .

2) Metode Tsukamoto

Pada metode Tsukamoto, implikasi setiap aturan berbentuk implikasi “Sebab

-Akibat”/implikasi “Input-Output” dimana antara anteseden dan konsekuen

harus ada hubungannya. Setiap aturan direpresentasikan menggunakan

himpunan-himpunan fuzzy, dengan fungsi keanggotaan yang monoton.

Kemudian untuk menentukan hasil tegas digunakan rumus penegasan

(21)

defuzifikasi rata-rata terpusat (Center Average Deffuzzyfier)” (Ginanjar

Abdurrahman, 2011: 18).

3) Metode Sugeno

Metode Sugeno mirip dengan metode mamdani. Perbedaan kedua metode itu

terletak pada fungsi keanggotaan output. Jika output dari metode mamdani

masih berupa himpunan fuzzy, maka output dari metode Sugeno berupa

konstanta atau persamaan linier. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh

Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985 (Kusumadewi, 2002: 98). Metode

sugeno terbagi menjadi dua sistem yaitu orde-nol yang memiliki output berupa

konstanta dan orde-satu yang memiliki output berupa persamaan linier.

Defuzzifikasi metode sugeno adalah dengan cara mencari nilai rata-ratanya.

Jika pada metode mamdani proses defuzzifikasi menggunakan agregasi daerah

di bawah kuva, maka pada metode Sugeno agregasi berupa

singeleton-singeleton.

Output dari sistem inferensi masih berupa himpunan fuzzy, oleh karena itu

harus diubah ke himpunan tegas dengan proses defuzzifikasi.

d. Defuzzifikasi

Defuzzifikasi atau penegasan adalah fungsi yang mengubah himpunan fuzzy hasil

dari proses inferensi fuzzy menjadi himpunan tegas. Nilai dari hasil defuzzifikasi

adalah output dari model fuzzy. Terdapat tiga jenis defuzzifikasi (Wang,

1997:109-112), yaitu:

1) Center of Gravity (COG)/ Centroid

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat

(z*) dari daerah fuzzy. Secara umum rumus yang digunakan dibedakan

(22)

Untuk domain kontinu, rumus defuzzifikasi centroid yang digunakan

adalah:

z*= � ( )

� ( )

dengan,

 merupakan integral biasa,

 merupakan nilai tegas,

 � ( ) merupakan derajat keanggotaan dari nilai tegas .

Untuk domain diskrit dimana �( ) didefinisikan dalam himpunan

universal 1, 2, 3,…, , rumus defuzzifikasi centroid yang digunakan

adalah:

z*= =1 �( ) ( )

=1

dengan,

merupakan nilai tegas ke-j,

 � ( ) merupakan derajat keanggotaan dari nilai tegas ke-j.

2) Center Average Defuzzifier (CAD)

Defuzzifikasi ini dapat digunakan jika fungsi keanggotaan output dari

beberapa proses fuzzy memiliki bentuk yang sama. Metode ini mengambil nilai

rata-rata menggunakan pembobotan berupa derajat keanggotaan. Rumus yang

digunakan pada defuzzifikasi ini adalah:

z*= � ( ) ( )

dengan,

 merupakan nilai tegas,

 � ( ) merupakan derajat keanggotaan dari nilai tegas .

(2.13)

(2.14)

(23)

3) Maximum Defuzzifier

Secara konsep, defuzzifikasi maksimum memilih z* sebagai titik di V

sehingga � ( ) bernilai maksimum. Didefinisikan sebagai himpunan

= { ∈ |� = sup � ( )

dimana merupakan himpunan semua titik di V sehingga � ( ) mencapai

nilai maksimum. Defuzzifikasi maksimum mendefinisikan z* sebagai

z*= titik−titik pada .

Bila hanya memuat satu titik, maka z* dapat langsung ditentukan.

Namun bila memuat lebih dari satu titik, maka kita dapat memilihsalah

satu dari tiga jenis defuzzifikasi maksimum, yaitu (Wang, 1997: 112):

a) Smallest of Maxima

Solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil dari domain

yang memiliki derajat keanggotaan maksimal. Dapat ditulis sebagai berikut

z*= inf{ ∈ }

b) Largest of Maxima

Solisi tegas diperoleh dengan cara mengambil nilai terbesar dari domain

yang memiliki derajat keanggotaan maksimal. Dapat ditulis sebagai berikut

z*= sup ∈

c) Mean of Maxima

Solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang

memiliki derajat keanggotaan maksimal.Dapat ditulis sebagai berikut (2.16)

(2.17)

(24)

z*

=

( )

( )

dimana

( ) merupakan integral biasa untuk bagian kontinu dari

dan penyajian terakhir untuk bagian diskrit dari .

D. Toolbox Fuzzy pada Matrix Laboratory (Matlab)

Matrix Laboratory (Matlab) merupakan perangkat lunak yang digunakan sebagai

bahasa pemrograman tingkat tinggi. Matlab digunakan untuk komputasi, visualisasi

dan pemrograman. Pemrograman pada matlab sering digunakan untuk algoritma

matematika dan pengembangan, pensisteman, simulasi dan protoype, analisis,

eksplorasi dan visualisasi data, scientific dan engineering, pengembangan aplikasi

berbasis grafik dan pembuatan Graphical User Interface (GUI)

(http://mathworks.com, 2015). Pada Matlab telah disediakan Fuzzy Logic Toolbox

yang dapat digunakan untuk membangun sistem fuzzy dengan GUI.

Toolbox fuzzy merupakan salah satu program pada matlab guna mempermudah

komputasi sistem fuzzy. Ada lima tool yang bisa digunakan pada toolbox fuzzy untuk

membangun sistem fuzzy, yaitu: Fuzzy Inference System (FIS) editor, membership

function editor, rule editor, rule viewer, dan surface viewer (Kusumadewi, 2002:

7-15), namun dalam skripsi ini hanya akan digunakan empat tool karena pengolahan

data untuk pencarian rute terpendek menggunakan output yang dapat dilihat dari rule

viewer saja. Berikut empat toolbox fuzzy tersebut.

1) Fuzzy Inference System (FIS) Editor

Merupakan tampilan awal toolbox fuzzy. FIS Editor dapat dipanggil dengan

(25)

harus diperhatikan adalah memilih inferensi fuzzy yang diinginkan. Berikut

adalah tampilan FIS editor.

Gambar 2.7 FIS Editor 2) Membership Function Editor

Berfungsi untuk mengedit tiap fungsi keanggotaan pada input dan output.

Editor ini dapat dipanggil dari FIS Editor dengan cara pilih edit

membership function editor atau double click ikon variabel input/output.

(26)

Gambar 2.8 Membership Function Editor 3) Rule Editor

Rule editor berfungsi untuk mengedit aturan yang akan atau telah disusun.

Rule editor dapat dipanggil dengan cara pilih edit - rules. Rule dapat

mendefinisikan aturan JIKA-MAKA dengan mudah yaitu dengan mengklik

sebuah item opsi nilai linguistik untuk tiap variabel FIS. Tampilan rule editor

(27)

Gambar 2.9 Rule Editor 4) Rule Viewer

Rule viewer dapat dipanggil dengan memilih menu view view rule. Rule

Viewer menampilkan proses keseluruhan dalam FIS. Berikut tampilan rule

(28)

Gambar 2.10 Rule Viewer

E. Polres Magelang Kota

Polres Magelang Kota memiliki tugas pokok menyelenggarakan tugas pokok

Kepolisisan Republik Indonesia (Polri) dalam pemeliharaan keamanan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum dan memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

masyarakat serta tugas lain sesuai ketentuan hukum dan peraturan serta kebijakan yang

telah ditetapkan (Anonim, 2015:24).

Struktur Organisasi Polres Magelang Kota mengacu pada peraturan Kapolri nomor 23

tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja pada

Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor adalah sebagai berikut:

1. Unsur Pimpinan

a. Kepala Kepolisian Resort Kota disingkat Kapolresta,

(29)

2. Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan

a. Bagian Operasi,

b. Bagian Perencanaan,

c. Bagian Sumber Daya Manusia,

d. Seksi Pengawasan,

e. Seksi Provos dan Paminal,

f. Seksi Keuangan,

g. Seksi Umum.

3. Unsur Pelaksanaan Tugas Pokok

a. Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT),

b. Satuan Intelejen dan Keamanan (Satintelkam),

c. Satuan Reserse Kriminal (Satreskim),

d. Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba),

e. Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas),

f. Satuan Samapta Bhayangkara (Satsabhara),

g. Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas),

h. Satuan Pengamanan Obyek Vital (Satpamovit),

i. Satuan Tahanan dan Barang Bukti (Sattahti).

4. Unsur Pendukung yaitu Seksi Teknologi Informasi Kepolisian (Sitipol)

5. Unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan Polresta adalah Kepolisian Negara Republik

Indonesia Sektor disingkat Polsek

Kepolisian Resor (Polres) Magelang Kota telah menetapkan 43 titik rawan. Titik-titik

lokasi tersebut merupakan kumpulan dari objek-objek vital di Kota Magelang yang

(30)

pejabat, pusat perbelanjaan, tempat ibadah, rumah tokoh masyarakat, rumah tokoh agama

dan perumahan (Ngadisa, 2015: 2-4).

Dalam melaksanakan tugas penanganan dan pengolahan TKP (Tempat Kejadian

Perkara) dapat dilaksanakan sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku, maka

Satreskrim Polres Magelang Kota membuat Standar Operasional Prosedur(SOP) sebagai

berikut (Suyatno, 2014: 1-4) :

1. Tindakan Persiapan

a. Respon terhadap pengaduan,

b. Kesiapan alat,

c. Kelengkapan administrasi penanganan TKP,

d. Briefing sebelum berangkat,

e. Personil yang akan berangkat,

f. Transportasi dan komunikasi.

2. Tindakan perjalanan menuju TKP

a. Tentukan jalan yang tepat menuju TKP,

b. Hindari hal-hal yang dapat menghambat kelancaran menuju TKP,

c. Lakukan pengamatan selama dalam perjalanan menuju TKP.

3. Olah TKP

a. Catat waktu kedatangan dan keadaaan cuaca,

b. Lakukan pengmatan umum terhadap situasi TKP,

c. Lakukan pertolongan pertama (P3K) kepada korban yang dimungkinkan

masih ada tanda-tanda kehidupan,

d. Buat jalan setapak pada saat masuk ke TKP,

e. Beri tanda setiap jejak yang ditemukan,

(31)

g. Kumpulkan saksi-saksi pada suatu tempat dan tanyai,

h. Menutup dan mengamankan TKP,

i. Memberikan perlindungan dan pertolongan pada korban,

j. Segera menghubungi kesatuan Polri terdekat (Kepala tim),

k. Membuat berita acara di TKP,

l. Pembuatan Sketsa,

m. Penanganan bukti-bukti obyektif (Korban mati, jejak, barang bukti, dan

lain-lain) dan subyektif (saksi,korban dan tersangka).

4. Olah TKP sebagai sumber informasi yang dapat mendukung dalam pelaksanaan

tugas penyelidikan dan penyidikan. Alasan pentingnya olah TKP antara lain :

a. TKP merupakan titik awal dari kegiatan penyidikan,

b. TKP merupakan babak akhir dari suatu peristiwa pidana yang diawali dengan

babak-babak awal yang dapat meninggalkan bekas atau jejak pelaku,

c. TKP merupakan sumber informasi awal yang dapat mengetahui saksi,

tersangka atau korban serta barang bukti,

d. TKP merupakan sumber bukti obyektif dan bukti subyektif,

e. TKP merupakan sarana penghubung pembuktian keterkaitan antara korban,

saksi dan barang bukti.

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan pengolahan TKP antara

lain:

a. Hindari perilaku yang tidak terpuji petugas dalam pelaksanaan penanganan

TKP,

b. Dalam penanganan TKP di arahkan kepada,

(32)

2) Terpeliharanya keaslian atau kemurnian barang bukti yang ditemukan dari

hasil olah TKP

c. Perhatikan ketentuan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

tentang pelaksanaan olah TKP,

d. Perhatikan ketentuan-ketentuan dasar pengamanan jejak, yaitu:

1) Jangan memegang peralatan/barang bukti/barang-barang yang ada di TKP

(bila terpaksa gunakan sarung tangan)

2) Jangan melakukan perubahan apapun (bila terpaksa beri tanda dahulu

dimana letak barang tersebut)

3) Jangan meletakkan barang-barnag milik pribadi di TKP

4) Jangan menambah atau mengurangi benda yang ada di TKP

5) Jangan mengucapkan tafsiran-tafsiran atau pelaku karena akan

menimbulkan opini publik

6) Jangan meninggalkan TKP terlalu cepat, sebelum diyakini semua kegiatan

dalam rangka penanganan TKP telah dilaksanakan dengan baik

6. Kelengkapan administrasi olah TKP yang merupakan kelengkapan administrasi

penyidikan adalah sebagai berikut:

a. Berita acara pemeriksaan TKP,

b. Sketsa situasi umum atau khusus,

c. Berita acara memasuki TKP,

d. Berita acara penemuan dan penyitaan barang bukti di TKP,

e. Berita acara pengambilan darah,

f. Berita acara pengambilan sperma berita acara pengambilan jejak/sidik jari,

g. Berita acara pemotretan,

(33)

i. Hasil pemotretan.

Kendaraan yang digunakan untuk menuju TKP yaitu 2 unit Mitsubhisi Lancer. Jumlah

personil yang berangkat kurang lebih 12 personil. Jumlah kendaraan dan jumlah personil

yang berangkat dapat berubah sesuai dengan kejadian insidental yang terjadi (Ngadisa,

2015: 6).

F. Jalan dan Beberapa Karakteristiknya

Jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara

permanen dan menerus, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan

lahan atau bukan. Termasuk jalan perkotaan yaitu jalan di atau dekat pusat perkotaan

dengan penduduk lebih dari 100.000, maupun kurang dari 100.000 dengan

perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus (MKJI, 1997).

Kepadatan didefinisikan sebagian jumlah kendaraan persatuan panjang jalan tertentu.

Satuan yang digunakan adalah kendaraan/kilometer atau kendaraan/meter (Ofyar Z.

Tamin, 1992).

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang

dituju melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas

ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan selama 3 bulan dari Februari sampai dengan April

tahun 2015 di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)

Kota Magelang yang beralamat di Jl. Jendral Sudiman 84 Magelang dan Kepolisian

Resor (Polres) Magelang Kota di Jl. Alun-alun Selatan No. 7 Magelang.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber data utama. Data

sekunder tersebut berupa data panjang jalan, data kepadatan lalu lintas jalan, dan data

titik lokasi rawan. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah metode

dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud adalah pengumpulan data panjang jalan

dan kepadatan jalan yang diperoleh di Dishubkominfo dan data titik lokasi rawan

yang diperoleh dari Polres Magelang Kota.

C. Metode Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menentukan rute tercepat jaringan kerja Polres

Magelang Kota dengan menggunakan kombinasi Logika Fuzzy dan Algoritma

Warshall. Tahapan yang dilakukan yaitu:

1. Merepresentasikan 43 titik rawan dan pusat jaringan kerja ke dalam notasi simpul.

2. Merepresentasikan simpul-simpul ke dalam graf berarah.

3. Mendaftar nama jalan, panjang jalan dan kepadatan lalu lintas jalan yang dilalui

antar dua simpul terhubung.

4. Mengolah data panjang jalan dan kepadatan jalan yang dimiliki oleh dua simpul

terhubung dengan fuzzy Mamdani. Pengolahan data dilakukan dengan software

(35)

5. Pengolahan data dengan fuzzy Mamdani menghasilkan fuzzy output yang hasilnya

berupa nilai kemacetan yang dimiliki setiap dua simpul terhubung.

6. Memberikan bobot untuk setiap pasangan dua simpul terhubung dengan fuzzy

output berupa nilai kemacetan jalan.

7. Mengolah nilai kemacetan yang dimiliki setiap dua simpul terhubung

menggunakan Algoritma Warshall.

8. Dihasilkan jarak tercepat menuju setiap titik dari pusat jaringan kerja

9. Penarikan kesimpulan.

Secara singkat, penentuan rute tercepat tercepat jaringan kerja Polres Magelang

Kota dengan menggunakan kombinasi Logika Fuzzy dan Algoritma Warshall

(36)

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Olah Data dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Warshall Mendaftar nama jalan,

panjang jalan dan kepadatan lalu lintas jalan

yang dilalui antar dua simpul terhubung

Mengolah data panjang jalan dan kepadatan lalu lintas jalan

dengan Fuzzy Mamdani

Fuzzy output

berupa

nilai kemacetan setiap ruas jalan

Algoritma Warshall

Jarak tercepat menuju setiap titik dari pusat

jaringan kerja Memberikan bobot untuk setiap

pasangan dua titik rawan terhubung dengan fuzzy output

Merepresentasikan 43 titik rawan dan pusat jaringan

kerja ke dalam notasi simpul

Merepresentasikan simpul-simpul ke dalam graf berarah

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Visi Misi dan Tugas Pokok POLRES Magelang Kota. Diakses dari http://polresmagelangkota.com/page/24/visi-misi-dan-tugas-pokok.html pada tanggal 12 Maret 2015, Jam 16.00 WIB.

Ajeng Fitrah S., Ni Ketut T.T. dan I Made E.D. (2013). Algoritma Floyd Warshall untuk Menentukan Jalur Terpendek Evakuasi Tsunami di Kelurahan Sanur. E-Jurnal Matematika (Nomor 1). Hlm. 1-5.

Aprian D.N. (2007). Perbandingan Algoritma Dijkstra dan Algoritma Floyd-Warshall dalam Penentuan Lintasan Terpendek (Single Pair Shortest Path). Makalah IF2251 Strategi Algoritmis. Bandung: ITB.

Doddy Ardjono. (2013). Atur Lalu Lintas, Kota Magelang Butuh ATCS. Diakses dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/11/25/ 180906/Atur

-Lalu -Lintas-Kota-Magelang-Butuh-ATCS. Pada tanggal 23 Agustus 2015, Jam 10.00 WIB.

Eka Mistiyani. (2006). Algoritma Fleury dan Algoritma Warshall pada Graf Berarah yang Terhubung Kuat. Skripsi. UNY Yogyakarta.

Fitriana, Ika. (2014). Tawuran Pelajar Hampir Terjadi Sebulan Sekali di Magelang. Diakses dari

http://regional.kompas.com/read/2014/11/26/21075121/Tawuran.Pelajar.Hampir.Terj adi. Sebulan.Sekali.di.Magelang. pada tanggal 30 Desember 2014, Jam 16.30 WIB.

Ginanjar Abdurrahman. (2011). Penerapan Metode Tsukamoto (Logika Fuzzy) Dalam Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Jumlah Produksi Barang Berdasarkan Data Persediaan Dan Jumlah Permintaan. Skripsi. UNY Yogyakarta.

Ibrahim, A.M. 2004. Fuzzy Logic for Embedded Systems Applications. Newnes, Elsevier.

Klir, G.J., Clair, U.S. & Yuan, B. 1997. Fuzzy Set Theory, Foundation and applications. New Jersey: Prentice Hall International.

Kurniawan, Harry. (2012). Prosedur Melaporkan Peristiwa Pidana ke Kantor Polisi. Diakses dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt504d52481c208/prosedur-melaporkan-peristiwa-pidana-ke-kantor-polisi. pada tanggal 26 April 2015, Jam 10.44 WIB.

Kusumadewi, Sri. (2002). Analisis dan Desain Sistem Fuzzy Menggunkan Toolbox Matlab. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(38)

Lipschutz, S., Lipson, M. (2007). Matematika Diskrit, Schaum’s Outlines. New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Mathematics Laboratory. (2015). Diakses dari http://www.mathworks.com/discovery/matlab-GUI.html pada hari Rabu, 11 Maret 2015.

MKJI. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga.

Moch. Hannats Hanafi, Erni Yudaningtyas dan M. Azis Muslim. (2012). Solusi Optimal Pencarian Jalur Tercepat dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Dijkstra. Jurnal EECCIS (Nomor 2). Hlm.155-160.

Munir, Rinaldi. (2009). Matematika Diskret. Bandung: Informatika.

Ngadisa. (2015). Patroli Berangkai SATSABHARA POLRES Magelang Kota Beserta Jajaran. Magelang.

Ofyar Z. Tamin. (1992). Hubungan Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalulintas di Ruas Jalan H.R. Rasuna Said (Jakarta). Jurnal Teknik Sipil (Nomor 5). Hlm. 1-11.

Reni D.L. (2013). Algoritma Floyd Warshall untuk Menentukan Rute Terpendek Dalam Pemasangan Kabel Telepon di Kelurahan Condong Catur Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Setiadji. (2009). Himpunan dan Logika Samar serta Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siang, Jong Jek. (2002). Matematika Diskrit dan Aplikasinya Pada Ilmu Komputer. Yogyakarta: Andi Offset.

Siang, Jong Jek. (2011). Riset Operasi dalam Pendekatan Algoritmis. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumadiyono. (2014). Tawuran Pelajar di Magelang. Diakses dari http://semarang.solopos.com/2014/10/12/tawuran-pelajar-di-magelang-mengaku-hanya-ikut-ikutan-tawuran-4-pelajar-diamankan-polisi-543708. pada tanggal 25 Maret 2015, Jam 17.00 WIB.

Suyatno. (2014). Standar Operasional Prosedur Dalam Melakukan Penyelidikan dan Penyidikan. Magelang.

Gambar

Gambar 2.1 Representasi Linear Naik
Gambar 2.2 Representai Linear Turun
Gambar 2.6 Susunan Sistem Fuzzy (Wang, 1997)
Gambar 2.7 FIS Editor Membership Function Editor
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

Dalam hal ini perlakuan III A rasio C : N-nya paling cocok untuk pertumbuhan konsorsium meskipun substrat atau sludge minyak bumi yang ditambahkan lebih sedikit Laju maksimum

Sel limfosit B akan melakukan proses pengidentifikasian terlebih dahulu terhadap antigen merupakan fungsi dari antibodi. Sel limfosit B juga mengalami proses

Biaya pembangunan suatu jaringan distribusi merupakan suatu persoalan yang memerlukan biaya cukup tinggi, untuk pengadaan suatu peralatan sistem

OGC = -12,868 - 0,903AQ - 0,695ZScore + 6,710ALAG + € Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel kualitas audit yang diproksikan dengan Kantor Akuntan Publik

Umumnya birokrasi hanya melihat proses pemantauan dan keberhasilan program dari sisi yang sangat materil, asumsi birokrasi yang penulis wawancarai menunjukkan asumsi bahwa jika

Nurul Islam dalam waktu yang cukup panjang dari tahun 1932 hingga 1980 ini tentu mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitar Kabupaten Ogan Ilir baik dari bidang

Sedangkan tujuan khususnya adalah mengidentifikasi hambatan dan masalah sistem informasi dalam surveilans kesehatan ibu dan anak melalui SIP pada Desa Siaga,