"
BAB IV
TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP
4.1. Pengantar
Pada Bab IV ini penulis akan mengunakan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam
Bab II untuk meninjau permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta.
Permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta akan di lihat dari latar belakang
permasalahan, fungsi-fungsi manajemen dan selain itu juga untuk memberi penilaian
terhadap landasan teologis dan manajemen mutasi pendeta di GKPB. Sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, maka yang akan di bahas dalam Bab IV ini adalah melakukan tinjau
kristis terhadap mutasi pendeta di GKPB.
4.2. Alasan Yang Melatarbelakangi Mutasi Pendeta
Dari segi pemahaman pengalaman mutasi di GKPB, para pendeta cenderung
memahami mutasi bertolak dari pengembangan diri pendeta. Mutasi merupakan sarana
pengembangan diri dalam rangka membina dan mengembangkan profesi.66 Hal itu lebih
menunjukan pada pembinaan karier pendeta sebagai upaya memperdayakan mutasi sumber
daya manusia. Karier adalah perkembangan kemampuan untuk mencapai prestasi pribadi,
sehingga lebih menunjukan pada pengembangan pribadi saja. Perkembangan kemampuan,
ketrampilan dan pengetahuan seorang pendeta dapat dilihat sebagai suatu pengembangan
karier, sehingga dapat menjadi suatu sarana untuk membina dan mengembangkan profesi.
Sebagai refleksi atas pelayanan pembinaan karier pendeta dalam hubungan dengan
penggembangan jemaat bisa menjadi positif bagi mutasi dengan tujuan untuk membina dan
##
% & '& () * * + %) ) , + '
"
mengembangkan profesi sebagai pendeta dan meningkatkan pelayanan jemaat. Dengan
demikian pemahaman para pendeta memberikan suatu gambaran yang positif mengenai
pengalaman mutasi pendeta di GKPB.
Permasalahan sangat mungkin terjadi di GKPB yang telah mengemban visi dan misi
damai sejahtera. Hal ini mengacu kepada pemahaman bahwa permasalahan muncul karena
adanya perbedaan persepsi mengenai kepentingan-kepentingan yang terjadi ketika tidak
adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Ternyata perbedaan
pemahaman mengenai tugas panggilan sebagai pelayan Tuhan dapat menimbulkan suatu
permasalahan bagi pendeta dan jemaat. Apabila ada tujuan-tujuan yang berbeda dalam tubuh
tim mutasi pendeta GKPB, sehingga muncul pertentangan ketika pihak-pihak ini ingin
mencapai tujuan masing-masing.
Dalam komunitas Kristen ada juga pertemuan kepentingan-kepentingan, baik yang
bersifat interpersonal maupun sosial, sehingga munculnya konflik yang dinilai sebagai
sesuatu yang wajar dalam kehidupan manusia. Tim mutasi pendeta merupakan salah satu
bagian dalam Sinode GKPB, yang di dalamnya sering terjadi pertemuan kepentingan
personal, sehingga hal itu dapat menimbulkan suatu petentangans.
Tim mutasi pendeta adalah tim yang dibentuk dan dipercayai oleh Sinode untuk
mengurusi proses mutasi pendeta dan vikaris. Oleh sebab itu proses mutasi pendeta harus
mempunyai suatu landasan dasar, supaya memperkuat visi, misi, dan tujuan yang hendak di
capai. Landasan dasar merupakan suatu hal yang sangat penting karena itu merupakan
pondasi utama dalam mendirikan suatu organisasi/lembaga dalam gereja demikian juga
dalam manajemen baik itu organisasi, lembaga67. Jika landasan dasar yang dibangun kuat,
maka organisasi pun dapat berdiri dengan tegap. Namum pada kenyataannya dalam proses
mutasi pendeta di GKPB tidak mempunyai landasan dasar yang pasti. Mengapa, karena
#$
"!
penulis melihat dari beberapa pendeta mempunyai landasan dasar masing-masing dan ini
menyebabkan tidak adanya kesatuan dalam tubuh tim mutasi pendeta. Hal inilah yang
membuat para hamba Tuhan sering salah mengartikan tugas pelayanan mereka.
Permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi pendeta adalah permasalahan internal,
yaitu kurangnya komunikasi antara sinode, pendeta, dan jemaat.68
Dalam menjalankan suatu manajemen maka diperlukan suatu komunikasi antara
anggotanya. Jadi dengan berkomunikasi kita dapat mengetahui apa yang hendak
disampaikan, sedangkan komunikasi dalam persekutuan Kristen merupakan alat untuk
menggabungkan setiap anggota menjadi kelompok.69 Komunikasi yang kurang
menyebabkan orang bisa salah paham terhadap maksud dan tujuan dari orang yang
bersangkutan. Selain komunikasi kebutuhan dari sumber daya manusia juga harus terpenuhi
dengan demikian manajemen dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
jemaat.70 Hal yang sama juga terjadi dalam proses mutasi pendeta di GKPB mengapa,
karena seringkali sinode, pendeta, dan jemaat kurang tegas dalam menyampaikan
maksudnya sehingga terjadi kesalahan presepsi. Hal inilah yang melatar belakangi terjadinya
masalah pemulangan pendeta, dan perselisihan antara jemaat dengan pendeta.
4.3. Proses Mutasi Pendeta Dilihat Dari Fungsi-fungsi Manajemen
Dalam proses mutasi pendeta sebaiknya ada kesepakatan antara ke tiga pihak, yaitu
pendeta yang akan dimutasikan, majelis jemaat yang akan menerima penempatan pendeta
dan Majelis Sinode. Setelah adanya suatu kesepakatan baru diputuskan oleh Majelis Sinode
#
Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 35.
69
Edgar Wals, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?:pedoman bagi pendeta dan pengurus awan
(Diterjemahkan oleh S.M. Siahaan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 182.
70
""
untuk memutasikan pendeta tersebut. Apabila ada yang tidak sepakat, maka Majelis Sinode
yang memutuskan tentang pemutasian pendeta tersebut.
Bertolak dari pemahaman di atas, perencanaan sanggat diperlukan dalam suatu
organisasi supaya arah tujuan yang hendak dicapi menjadi jelas. Perencanaan adalah
penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan pemilihan
tujuan terlebih dahulu serta merumuskan tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang dianggap
perlu untuk mencapainya.71 Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan oleh tim mutasi
pendeta GKPB sudah baik, namun perlu adanya suatu landasan yang kuat untuk mendasari
suatu perencanaan dalam proses mutasi pendeta. Dengan adanya landasan teologis dalam
proses mutasi pendeta diharapkan perencanaan menjadi lebih matang.
Dalam suatu organisasi tidak hanya memerlukan suatu perencanaan saja, tetapi juga
memerlukan suatu pengorganisasian. Pengorganisasian adalah mengelompokan kegiatan
yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari
setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan
antara masing-masing unit tersebut. 72 Dalam manajemen pengorganisasian berfungsi untuk
mencapai usaha terkoordinasi melalui pendesainan struktur hubungan tugas dan wewenang:
dua konsep pokok adalah desain dan struktur. Desain, dalam konteks ini, mengimplikasikan
bahwa manajer melakukan suatu upaya untuk lebih dulu menetapkan cara karyawan
melakukan pekerjaan, struktur menunjukan kepada pertalian yang relatif stabil dalam aspek
organisasi.73 Kalau dilihat pembagian kerja dalam mutasi pendeta, maka individu-individu
dan kelompok-kelompok dalam proses mutasi pendeta hanya merupakan bagian dari
organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri-sendiri. Namum,
tujuan tersebut harus diarahkan guna mencapai tujuan dari tim mutasi pendeta yang telah
ditetapkan.
$
James A.F. Stoner, Manajemen (Jakarta:Erlangga, 1991), 18
72
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 10. 73
"#
Bertolak dari permasalahan tersebut, maka pengorganisasian dalam proses mutasi
pendeta harus memenuhi syarat-syarat dalam pengorganisasian yaitu, melakukan hubungan
langsung, merumuskan tugas, wewenang, tanggung jawab dan kreteria keberhasilan yang
jelas pada setiap individu dan bagian organisasi, ciptakan sistem komunikasi dan informasi
yang efektif dalam organisasi, melakukan kontrol yang efektif terhadap pelaksanaan mutasi
dan sesuaikan dengan perkembangan atau perubahan yang terjadi.74 Setelah itu tim mutasi
pendeta akan mengadakan percakapan segitiga dengan majelis jemaat dan pendeta yang
akan dimutasikan. Hasil percakapan disampaikan Majelis Sinode untuk diputuskan dan
ditetapkan. Tim mutasi ini juga bertugas untuk mengadakan percakapan dan pengawasan
bagi pendeta GKPB yang bermasalah dalam jemaat. Hasil percakapan disampaikan kepada
Majelis Sinode GKPB untuk diputuskan dan ditetapkan. Dengan demikian tim mutasi
pendeta GKPB dapat lebih mudah mengatur pendeta A cocok dengan kategori jemaat yang
mana dan seterusnya.
GKPB atau tim mutasi pendeta telah melakukan percakapan segitiga antara pendeta
yang bersangkutan, majelis jemaat yang bersangkutan dan Majelis Sinode yang diwakili
oleh Majelis Sinode Harian sebagai badan yang akan menetapkan. Tetapi percakapan
tersebut dilakukan secara menyeluruh maksudnya, semua pendeta di hadirkan dalam
percakapan segitiga tersebut. Yang diharapkan pada percakapan segitiga dilakukan secara
individu antara Majeli Sinode Harian, Majelis Jemaat dan pendeta yang bersangkutan
beserta keluarga, buka secara menyeluruh. Walaupun tim mutasi pendeta sudah mengadakan
percakapan segitiga, tetapi masih ada permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi
pendeta. Permasalahan tersebut muncul bukan diakibatkan oleh proses mutasi pendeta tetapi
permasalahan yang terjadi datang dari pihak keluarga, pribadi dari pendeta itu sendiri,
masalah perekonomia dalam keluarga, pendidikan anak, dan lingkungan. Dengan demikian
dibutuhkan suatu konseling baik itu bagi pendeta itu sendiri maupun keluarganya, supaya
$!
"$
permasalahanya yang terjadi dalam keluarga pendeta tidak berulang kembali. Sebaiknya tim
konseling bagi pendeta dan keluarga pendeta yang bermasalah ini independen yang terdiri
dari orang-orang yang propesional dalam bidangya, status tim sebaiknya tetap sebagai
pengawai GKPB, agar penanganan berbagai masalah pendeta dapat diselesaikan dengan
tuntas. Dengan demikian diperlukan suatu konseling bagi keluarga pendeta
Kalau dilihat dari fungsi manajemen yang ada maka diperlukan suatu perencanaan
yang matang dalam proses mutasi supaya memungkinkan kegiatan-kegiatan berikutnya
dapat berjalan dengan baik. Dalam manajemen gereja ada beberapa petunjuk yang dapat
dijadikan dasar dalam membuat rencana atau melakukan kegiatan rencana, diantaranya,
perencanaan akan menentukan keberhasilan semua kegiatan operasional organisasi, dalam
membuat rencanan harus beralaskan pada kehendak Tuhan, dalam menyusun rencana perlu
melakukan analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang akan di
hadapi, dan biarakan Tuhan ikut bekerja dalam membuat perencanaan yang sedang
disusun.75 Dengan demikian perencanaan yang baik sanggat diperlukan dalam proses
pemutasian pendeta di GKPB.
Proses penempatan pendeta sudah diatur sedemikian rupa oleh tim mutasi pendeta
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dilihat dari data yang ada khususnya dalam
perjalanan pelayanan pendeta-pendeta di GKPB ada beberapa pendeta yang berulang-ulang
ditempatkan di desa. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di desa
sama dengan tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di kota dan hal ini
mengakibatkan adanya suatu kecemburuan di kalangan pendeta.
Controlling adalah usaha untuk dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan
penyimpangan dari pada rencana-rencana, instruksi-instruksi, menilai, mengoreksi,
saran-75
"
saran dan sebagainya yang telah ditetapkan.76 Dengan adanya pengawasan diharapkan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat di tekan, sehingga kemungkinan timbulnya
suatu permasalahan yang besar dapat dihilangkan atau setidaknya dapat di perkecil. Hal ini
berarti dengan adanya suatu pengawasan yang baik, akan dapat lebih diharapkan tujuan yang
telah ditetapkan akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efesien.
Bilamana tidak ada pengawasan atau pengawasan yang dilakukan kurang baik
sehingga timbul penyimpangan, maka keadaan yang paling parah adalah apabila tujuan
organisasi yang telah ditetapkan tersebut tidak tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan
tersebut dapat mengalami suatu masalah yang cukup besar dan bahkan mungkin kegagalan.
Proses mutasi pendeta memerlukan suatu pengawasan yang lebih baik supaya hasil yang
diperoleh sesuai dengan tujuan semula.
Dan seandainya gereja tidak mengalami suatu kegagalan, tapi gereja akan mengalami
permasalahan yang cukup besar, yang hal ini berarti akan mengganggu kelancaran
pelayanan gereja terkhususnya tim mutasi pendeta. Oleh karena penyimpangan yang terjadi
dapat menimbulkan masalah bahkan kegagalan baik bagi gereja, pendeta, jemaat dan tidak
hanya karena adanya peyimpangan dalam proses mutasi pendeta dan pada pendeta itu
sendiri, maka setiap kegiatan yang bilamana terjadi penyimpangan dapat menimbulkan
masalah serta perlu diadakan pengawasan yang baik.
Jikalau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta dapat
dinamai sebagai suatu penyakit, maka di sini usaha untuk mencegah kemungkinan sakit
(penyimpangan-penyimpangan) adalah merupakan tindakan yang lebih utama dari pada
mengobati penyakit tersebut. Meskipun demikian apabila penyakit
(penyimpangan-penyimpangan) menyerang maka kita harus dapat mengobati. Demikian pula dalam
$#
"
pengawasan, maka usaha untuk melakukan pengcegahan adalah lebih baik dari pada usaha
untuk menghentikan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.
Pengarahan merupakan bagian dalam fungsi manajemen yang berfungsi untuk
memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Dalam hal pengarahan haruslah
diberikan kepada orang yang tepat, jelas, satu per satu, dan dapat di mengerti oleh orang
yang akan melaksanakan. Fungsi pengarahan dalam manajemen mutasi pendeta sudah baik.
pengarahan dan bimbingan perlu ditingkatkan supaya sesuai dengan tujuan semula.
Pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua
aktifitas dan usaha.77 Pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan itu, antara
lain dengan memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan
penjelasan, bimbingan atau nasihat coaching (pelatihan) dan bila perlu memberi teguran. Di
sini penulis melihat bahwa pengkoordinasian dalam proses mutasi sudah baik hanya perlu
ditingkatkan. Setiap fungsi yang sudah dijalankan perlu diadakan evaluasi, supaya sesuai
dengan yang diharapkan.
4.4. Upaya Penyelesaian Masalah Yang Timbul Dari Proses Mutasi Pendeta
Tujuan utama GKPB adalah menjadikan semua bangsa murid-Nya dan visinya: Bumi
Bersukacita Dalam Damai Sejahtera. Dengan demikian diharapkan gereja mampun
membawa damai sejahtera untuk semua orang. Untuk dapat memberitakan kabar sukacita
77
#
dan membawa damai bagi setiap orang, maka sinode atau gereja mengutus para pelayannya
untuk dapat memberitakan damai sejahtera pada semua mahkluk yang ada di bumi.
Pendeta adalah salah satu alat yang dipakai oleh Tuhan untuk dapat memberitakan
kabar keselamatan supaya mahluk di bumi memperoleh damai sejahtera.78 Untuk mencapai
hal tersebut, maka sinode membentuk sebuah tim mutasi pendeta yang bertujuan untuk
memberitakan kabar keselamatan bagi umat-Nya. Sesuai dengan Peraturan Pengawai no 06,
pasal 8, tim mutasi pendeta ini ditugaskan untuk menempatkan pendeta di wilayah-wilayah
pelayanan. Dengan tujuan kabar keselamatan dapat diwartakan dengan baik dan pendeta
maupun jemaat mendapatkan suatu penyegaran rohani.
Sinode mengharapkan mutasi pendeta ini dapat menjawab kebutuhan jemaat. Dengan
waktu empat tahun diharapkan pendeta mampu memimpin, mendidik, dan dapat
membangun jemaat baik itu dalam bidang rohani maupun jasmani. Selama masa tugas
empat tahun ini pendeta diberikan wewenang untuk memimpin jemaat yang di dukung oleh
majelis dan jemaat yang bersangkutan. Akan tetapi ketika tujuan mereka berbeda, maka
disinilah mulai munculnya suatu permasalahan.
Permasalahan mengenai mutasi pendeta bukanlah disebabkan kerena mutasi pendeta
itu sendiri, melainkan karena hakekat pelayanan dan tujuan yang hendak dicapai oleh tim
mutasi pendeta berbeda dengan tujuan yang hendak di capai oleh sinode. GKPB melihat
kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara pendeta dengan jemaat, sehingga
menyebabkan salah pengertian.
Menurut GKPB dan sinode pemulangan pendeta oleh jemaat disebabkan karena
pendeta yang bersangkutan telah melakukan penyimpangan dalam proses mutasi pendeta.
Seperti halnya pendeta yang secara diam-diam menikahkan tamu asing di sebuah hotel,
pendeta yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.
78
#
Oleh sebab itu sinode maupun gereja mengambil suatu keputusan untuk melaksanakan
mutasi pendeta. Tujuan sinode melaksanakan mutasi pendeta untuk membantu pendeta yang
bersangkutan keluar dari permasalahan yang di hadapi dalam jemaat. Semuanya itu kembali
lagi kepada komitmen pelayanan dari masing-masing pendeta.
Dalam manajemen Kristiani yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan
adalah harta atau milik, ada pihak atau orang yang membuat tipu muslihat dan
merencanakan kejahatan, adanya saksi dusta atau bohong, kebencian, keangkuhan, pemarah,
menekan kemarahan, dan mencari-cari persoalan yang bodoh dan tidak layak.79
Masalah mutasi pendeta disebabkan kerena dari masing-masing anggota masih
mementingkan diri sendiri. Pengarahan sangat diperlukan dalam proses mutasi pendeta agar
pendeta mengetahui wewenang mereka sebagai pemimpim jemaat. Dengan demikian
permasalahan yang terjadi dapat dihindarkan, ketika setiap orang yang terlibat di dalamnya
mengetahui posisi mereka masing-masing. Dengan demikian setiap persoalan yang terjadi
dalam lingkungan gereja harus diselesaikan secara damai, sehingga tidak menimbulkan
masalah yang berkepanjangan.
Bertolak dari pemahaman di atas, penyelesaian masalah tidak harus melalui mutasi,
tetapi proses pembentukan diri pendeta melalui percakapan pengembalaan harus di tempuh.
Sebagai pimpinan gereja, Majelis Sinode GKPB bertanggung jawab dalam proses
pengembalaan. Hasil pengembalaan dipercakapkan dengan majelis jemaat, agar memahami
segala persoalannya dan dapat menerimanya kembali dalam pelayan dan kesaksian jemaat,
maka pendeta yang bersangkutan harus tetap melaksanakan tugas panggilannya sebagai
pejabat gereja. Sampai dipandang telah memenuhi tugas panggilan gereja sebagai kreterian
untuk mutasi pendeta. Ketika pelayan tetap menjadi kendala dan hambatan bagi kesaksian
jemaat, apalagi membuat jemaat menjadi tersandung karena persoalannya itu sekalipun telah
79
#
digembalakan, seyoginya pendeta yang bersangkutan di mutasikan. Alasannya jika tidak
dimutasikan akan merusak pemahaman dan penghanyatan pendeta tersebut terhadap
panggilanya sebagai pejabat gereja dan citranya dihadapan jemaat. Selain itu, akan
berdampak buruk bagi pengembangan pelayanan selanjutnya dalam jemaat. Dalam
kerangka berfikir demikian, mutasi dilaksanakan bukan dalam rangka pegembalaan atau
sebagai suatu hukuman jabatan tetapi harus di pahami sebagai pembaharuan panggilan bagi
pendeta yang bersangkutan.
Beberapa pendeta berpendapat bahwa manajemen mengenai mutasi pendeta di GKPB
perlu di perbaharui kembali, karena masih banyak terjadi kesalahan dalam proses
penempatan pendeta. Manajemen suatu proses untuk menggerakan tindakan-tindakan dalam
usaha kerjasama manusia sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.
Lemahnya manajemen mutasi pendeta membuat Majelis Sinode tidak mengetahui kebutuhan
jemaat-jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan kualitas para pendeta GKPB
yang akan dimutasikan. Ketidaktahuan itu, mengakibatkan Majelis Sinode tidak pernah
mengadakan percakapan atau berkonsultasi dengan para pendeta yang akan dimutasikan
secara individu.
Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka perlu adanya suatu pengkoordinasian
untuk mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha serta
memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, dan
memberikan bimbingan kepada semua pihak yang ikut terlibat di dalamnya. 80
# 4.5. Penutup
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni dari suatu proses usahan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan
sumber daya manusia serta benda dalam suatu oraganisasi agar tercapai tujuan oraganisasi
secara efektif dan efisien. Dalam manajemen mutasi pendeta perlu adanya suatu kesatuan
dalam tubuh tim mutasi supaya setiap fungsi yang ada dapat berjalan seimbang. Dengan
demikian tim mutasi pendeta dapat menjawab kebutuhan jemaat atau sumber daya manusia
yang ada sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan dari pendeta.
Namum permasalahan tetap muncul di dalamnya karena kurang adanya komunikasi,
perencanaan yang matang, dan kurangnya pengawasan. Perencanaan yang kurang matang
membuat pendeta salah memahami tugas dan tanggung jawab sehingga tujuan yang hendak
di capai berbeda dengan tujuan semula. Selain itu permasalahan juga muncul dari pribadi
pendeta itu sendiri, keluarga, keuangan dan lingkungan. Konseling pastoral dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi bagi pendeta yang bermasalahan dan keluarga
pendeta yang bermasalah dan seharusnya konseling dilakuka pada setiap pendeta berserta
keluarga yang akan dimutasikan supaya dapat mengurangi permasalahan yang ada dalam