• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iblis dalam Tafsir fi Zilal al Quran dan Tafsir al Jami' li Ahkam al Quran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Iblis dalam Tafsir fi Zilal al Quran dan Tafsir al Jami' li Ahkam al Quran."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

IBLIS DALAM

TAFSI@R

FI

@

Z{ILA<L AL-

QUR’A>N

DAN

TAFSI>R

AL-

JAMI@‘ LI AH{KA>M AL

-

QUR’A>N

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh: NUR JANNAH NIM: E03213072

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nama : Nur Jannah

NIM : E03213072

Judul :Iblis dalam Tafsi@r fi@Z{ila<l al-Qur’a>n dan Tafsi>ral-Jami@‘ li Ah{ka>m al-Qur’a>n.

Berbicara mengenai iblis banyak para mufassir yang berbeda pendapat mengenai jenis iblis tersebut. Menurut Sayyid Qut}b, beliau mengemukakan bahwa Iblis itu bukan jenis malaikat, melainkan hanya ada bersama mereka pada waktu itu. Seandainya Iblis itu termasuk golongan malaikat, niscaya dia tidak akan melanggar perintah Allah. Sedangkan dalam tafsirnya al-Qurt{ubi<, beliau mengemukakan pendapatnya Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Iblis itu merupakan salah satu jenis dari golongan malaikat. Rumusan masalah dalam penelitian ini: bagaimanakah pandangan Sayyid Qut}b dan al-Qurt}{ubi< terhadap kata iblis dalam surat al-Baqarah ayat 34, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan penafsiran Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi terhadap surat al-Baqarah ayat 34 serta bagaimana validitas dua mufassir tersebut.

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan penafsiran Iblis Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur’a>n dan Tafsi>r al-Jami@‘ li Ah{ka>m al-Qur’a>n guna mencari titik persamaan dan perbedaannya. Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan metode komparatif, yaitu membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan Iblis.

Adapun hasil dari penelitian ini yaitu dalam penafsirannya Sayyid Qut}b dan

al-Qurt}ubi memiliki kesamaan metode penafsiran yaitu menggunakan metode

tahlili dan sistematika keduanya memakai mushafi. Sedangkan perbedaan keduanya antara lain terdapat di corak dan generasi mufassir. Sayyid Qut}b bercorak adabi Ijtima’i dan al-Qurt}ubi bercorak fiqih selain itu perbedaan yang sangat menonjol pada mereka adalah Sayyid Qut}b termasuk ulama dari generasi mufassir kontemporer, sedangkan al-Qurt}ubi merupakan seorang mufassir dari generasi klasik. Sayyid Qut}b berpendapat bahwa: Iblis itu bukan jenis malaikat, melainkan hanya ada bersama mereka pada waktu itu. Seandainya Iblis itu termasuk golongan malaikat, maka dia tidak akan melanggar perintah Allah. Sedangkan Al-Qurt}ubi berpendapat bahwa: Iblis adalah bagian dari malaikat. namanya adalah Azazil. Ia merupakan malaikat yang mulia. Ketika ia durhaka kepada Allah maka Allah murka kepadanya lalu melaknatinya, kemudian ia menjadi setan. Maka validitas atau yang paling mendekati kebenaran adalah pendapatnya Sayyid Qut}b hal ini dikuatkan dan didukung oleh penafsiran Quraish Shihab di dalam tafsir al-Mis}ba>h yang mengatakan apakah asal-usul kejadian Iblis? Apakah ia dari jenis malaikat yang menurut informasi riwayat tercipta dari cahaya, atau dari jenis jin yang menurut al-Qur’an tercipta dari api? al-Qur’an tegas menyatakan bahwa: “Iblis dari jenis jin” (QS. al-Kahfi [18]:50).

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 8

F. Telaah Pustaka ... 9

G. Metode Penelitian ... 10

H. Sistematika Pembahasan ... 12

(8)

B. Langkah-langkah Metode Tafsi<r Muqa<ran ……….... 16

C. Pengertian Iblis ... 19

D. Iblis dan Sejarahnya ... 24

E. Asal Usul Kejadian Iblis ... 31

F. Jenis Iblis ... 32

G. Sarang-sarang Iblis ... 37

BAB III: BIOGRAFI MUFASSIR DAN PENAFSIRAN SURAT Al-BAQARAH AYAT 34 A. Biografi Mufassir 1. Biografi Sayyid Qut}b……….40

2. Kitab Tafsi>r fi> Z{ilal al-Qur’a>n………49

3. Biografi al-Qurt}ubi……….56

4. Kitab Tafsi>r Jami‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n……….58

B. Penafsiran Surat Baqarah Ayat 34 Perspektif Sayyid Qut}b dan al-Qurt}ubi 1. Ayat dan terjemah QS.al-Baqarah ayat 34 ... 61

2. Makna mufradat ayat ... 61

3. Penafsiran QS.al-Baqarah ayat 34 menurut Sayyid Qut}b ... 62

4. Penafsiran QS.al-Baqarah ayat 34 menurut al-Qurt}ubi ... 64

BAB IV: ANALISIS IBLIS DALAM TAFSI@R FI@ Z{ILA<L AL-QUR’A>N DAN TAFSI>R AL-JAMI@‘ LI AH{KA>M AL-QUR’A>N SERTA VALIDITASNYA A. Penafsiran Sayyid Qut}b atas kata “iblis”...76

B. Penafsiran al-Qurt}ubi atas kata “iblis”………...77

C. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan penafsiran Sayyid Qut}b dan al-Qurt}ubi ………...………..……78

(9)

BAB V: PENUTUP

A.Kesimpulan ... 82 B.Saran ... 83

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan yang akan melahirkan tata nilai untuk menopang hidup budayanya. Selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan, pada waktu yang sama juga kepercayaan tersebut harus mengandung kebenaran. Menganut kepercayaan yang salah dengan cara yang salah, bukan saja tidak dikehendaki tetapi juga berbahaya.

Masing-masing bentuk kepercayaan mungkin saja mengandung unsur kebenaran dan kepalsuan yang bercampur. Oleh karena itu, satu-satunya sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran iu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan dan kebenaran yang mutlak adalah Tuhan.

Sebelumnya perlu dipahami lebih dahulu bahwa percaya dan kepercayaan itu lekat dengan diri pribadi manusia. Kita tidak dapat membayangkan manusia dapat hidup dengan wajar tanpa suatu kepercayaan apapun.

Baik dalam kehidupan dan penghidupan sehari-hari maupun dalam lapangan ilmu pengetahuan, ataupun dalam bidang filsafat sekalipun, ternyata manusia tidak dapat melepaskan diri dari faktor kepercayaan. Lagi pula, faktor kepercayaan ini paling memegang peranan pertama dan utama di dalam agama dan bentuk kepercayaan yang tertinggi ialah Iman.1

1

(11)

2

Di antara asas akidah Islam adalah iman kepada yang gaib. Bahkan, keimanan terhadap yang gaib merupakan sifat atau ciri pertama yang Allah sebutkan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 1-3:



.





















.

























Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.2

Atas dasar itu, setiap orang mukmin wajib mengimani yang ghaib. Sebuah keimanan yang tidak boleh ternodai oleh keragu-raguan, dan tidak pula diliputi syak wasangka. Yang gaib adalah segala yang tidak bisa kita saksikan secara kasat mata.3 Ibnu Mas’ud mengatakan : Yang Gaib „’ ialah apa yang gaib dari kita dan hal itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita.4

al-Qur’an sebagai hudan/petunjuk bagi orang-orang bertakwa, sedangkan sifat pertama orang-orang bertakwa adalah beriman akan adanya sesuatu yang gaib. Iman yang berarti percaya, yaitu pengakuan hati yang terbukti dengan perbuatan yang diucapkan oleh lidah menjadi keyakinan hidup. Maka iman akan yang ghaib itulah tanda pertama atau syarat perama dari takwa.5 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan gaib dengan sesuatu yang tersembunyi, tidak kelihatan, atau tidak diketahui sebab-sebabnya. Sementara, kamus berbahasa Arab menjelaskan dengan antonim dari syahadat. Kata syahadat berarti

2

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 33. 3Wahid „Abdus Salam Bali,

Membentengi Diri dari Gangguan Jin dan Setan

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2006), 1.

4

Syaikh Wahid Abdus Salam, Kesurupan Jin ( Jakarta : Robbani Press, 2002 ), 3. 5

(12)

3

hadir/kesaksian, baik dengan mata kepala maupun mata hati. Jika demikian, yang tidak hadir adalah gaib dan sesuatu yang tidak disaksikan juga adalah gaib. Bahkan sesuatu yang tidak terjangkau oleh pancaindra juga merupakan gaib, baik disebabkan oleh kurangnya kemampuan maupun oleh sebab-sebab lainnya.6

Al-Qur’an dan Sunnah, ketika mengharuskan kita percaya kepada yang ghaib termasuk jin bermaksud, antara lain, mengantar kita menyadari betapa sedikit pengetahuan kita, serta bermaksud pula memberi sekelumit gambaran tentang wujud ini dengan berbagai makhluk yang diciptakan Allah, baik yang dikenal maupun belum atau tidak akan dikenal hakikatnya sama sekali. Memang, sejak semula al-Qur’an telah mengingatkan bahwa ada wilayah dalam wujud ini, yang didalamnya akal dapat berperan dan ada pula yang ditetapkan-Nya berada di luar kemampuan akal. Allah menguraikan tentang jin, setan, dan malaikat untuk menyadarkan bahwa banyak hal yang tidak kita ketahui, termasuk seluk beluk kita sendiri.

Allah menciptakan banyak makhluk yang hakikatnya tidak kita ketahui, seperti penegasan-Nya dalam QS. al-Nah}l [16]:8. Kita juga harus menyadari bahwa pengetahuan manusia sangat terbatas: (QS. al-Isra>’ [17]:85). Pengetahuan

yang sedikit itu antara lain dianugerahkan Allah melalui wahyu, baik wahyu Alquran maupun melalui Sunnah Nabi.

Mempercayai hal-hal yang diinformasikan agama dalam bidang metafisika walau tidak dipahami akal sama sekali tidak berarti merendahkan akal, atau

6

(13)

4

mengabaikan peranan nalar, karena kepercayaan yang dituntut Islam bukanlah hal-hal yang bertentangan dengan akal. Agama menuntut kita untuk mengimani sesuatu yang tidak dimengerti oleh akal. Ini beralasan karena objek iman adalah sesuatu yang berada di luar wilayah nalar. Iman bukannya pembenaran akal, melainkan pembenaran hati.

Tidak dapat disangkal bahwa banyak hal yang gaib bagi manusia, serta beragam pula tingkat kegaibannya. Ada gaib mutlak, yang tidak dapat terungkap sama sekali karena hanya Allah yang mengetahuinya, dan ada pula yang gaib relatif, sesuatu yang tidak diketahui seseorang tetapi diketahui oleh orang lain.

Jauh sebelum manusia mengenal agama-agama besar, bahkan sejak masa awal sejarah kemanusiaan, kepercayaan tentang makhluk halus telah ada. Makhluk itu dalam pandangan mereka bermacam-macam. Kepercayaan tentang adanya makhluk halus bukan hanya monopoli manusia primitif. Setelah manusia mengenal peradaban, bahkan melalui agama-agama besar pun, kepercayaan tentang makhluk halus ditemukan juga walaupun dengan penafsiran yang beragam.

(14)

5

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.7

Iblis secara tersembunyi dalam ayat al-Qur’an tersebut mempunyai arti "berbeda". Kata illa> dalam ilmu nahwu termasuk ke dalam lafal istisna>’. Istisna>’ menurut bahasa adalah pengecualian, sedangkan menurut istilah adalah mengecualikan suatu perkara setelah atau saudara-saudaranya illa> adanya lafadz illa> . Jenis-jenis istisna>’ terbagi menjadi 2, yaitu muttas}ildan munqoti’. Istisna>’ muttas}}il adalah

lafal yang mustasna dan mustasna minhu nya sejenis, atau yang dikecualikan adalah termasuk anggota kelompok yang disebut sebelumnya, illa> diterjemahkan

dengan “kecuali”. Sedangkan munqoti’ adalah lafal yang mustasna dan mustasna minhu nya tidak sejenis atau yang dikecualikan adalah bukan termasuk anggota kelompok yang disebut sebelumnya, illa> diterjemahkan dengan “tetapi”.

Huruf- huruf istisna>’ ada delapan yang bila dikelompokkan menjadi 4 macam

dengan rincian sebagai berikut:

1. Huruf secara ittifaq ( kesepakatan ulama nahwu ), yaitu lafazh illa> (asli lafal istisna>’ )

2. Dua isim secara ittifaq, yaitu ghayra dan siwa>

3. Dua fiil secara, ittifaq, yaitu lafal laysa dan la> yaku>na

4. Yang diragukan berkisar antara fi‘il dan huruf, yaitu lafal khala>, ‘da>, dan ha>sha>.8

7

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya …74. 8 Syekh Syamsuddin Muhammad Arraa’

(15)

6

Menurut Sayyid Qut}b, beliau mengemukakan bahwa Iblis itu bukan jenis

malaikat, melainkan hanya ada bersama mereka pada waktu itu. Seandainya Iblis itu termasuk golongan malaikat, niscaya dia tidak akan melanggar perintah Allah.

Sedangkan dalam tafsirnya al-Qurt{ubi<, beliau mengemukakan pendapatnya

Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Iblis itu merupakan salah satu jenis dari golongan malaikat.

Dari penafsiran yang telah disebutkan, penulis ingin menkaji lebih dalam tentang Iblis dan jenisnya menurut Sayyid Qut}b dan al-Qurt{}ubi, yang

menurut penulis tampak ada sedikit perbedaan antara keduanya dalam menyajikan penafsiran.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari permasalahan di atas tentang iblis maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

Adapun permasalahan yang teridentifikasi diantaranya: 1. Apa saja jenis iblis yang dijelaskan dalam al-Qur’an?

2. Bagaimana pandangan para mufassir terkait dengan iblis? 3. Apa saja sifat-sifat iblis dalam al-Qur’an?

4. Bagaimana pandangan Sayyid Qut}b terkait dengan jenis iblis? 5. Bagaimana pandangan al-Qurt{ubi< terkait dengan jenis iblis?

Setelah memaparkan identifikasi masalah, peneliti hanya membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

(16)

7

2. Pada Pemikiran al-Qurt{ubi< yang menafsirkan kata illa> Iblis dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 34.

Mengingat permasalahan yang teridentifikasi serta untuk efisiensi waktu dan tenaga, maka dalam kajian ini akan ada pembatasan masalah. Pembatasan masalah dilakukan agar kajian ini dapat memenuhi target dengan hasil yang maksimal. Pembatasan masalah yang dimaksud, yaitu akan difokuskan pada metode dan teori Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi< dalam Surat al-Baqarah ayat 34.

C. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pandangan Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi< terhadap kata iblis dalam surat al-Baqarah ayat 34?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan penafsiran Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi terhadap surat al-Baqarah ayat 34 serta bagaimana validitas dua

mufassir tersebut? D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pandangan Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi< terhadap kata iblis dalam surat al-Baqarah ayat 34.

(17)

8

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih keilmuan diperpustakaan UIN Sunan Ampel khususnya dalam ranah tafsir hadis. Agar hasil penelitian ini jelas dan berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini, yaitu:

1. Kegunaan teoritis

Dengan adanya kajian ini, dapat menambah wawasan keilmuan khususnya dalam bidang tafsir. Penelitian ini juga diharapkan mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai literatur dan dorongan untuk mengkaji masalah tersebut lebih lanjut.

2. Kegunaan praktis

Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang memberi solusi terhadap problematika yang terkait tentang masalah iblis.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keorisinilan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, setelah dilakukan telaah pustaka, telah ditemukan beberapa karya yang membahas masalah yang serupa dengan penelitian ini di antaranya:

(18)

9

mencoba memaparkan dan memproporsionalkan data penafsiran Quraish Shihab sebagai salah satu wacana bagi umat Islam terkait dengan berbagai macam penafsiran yang muncul pada zaman dulu sampai sekarang.

2. Jin Dalam al-Quran ( Kajian semantik ) karya Khoiriyah jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2016. Dalam penelitiannya, ia mengungkapkan makna dan konsep yang terkandung di dalam kata al-jinn yang terdapat di dalam alquran dengan menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.

3. Iblis Dalam al-Quran ( Kajian Tematik Tentang Ayat-ayat Setan ) karya Muhaimin jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2005. Dalam penelitiannya, ia mengungkapkan pengertian iblis, Bahan penciptaannya, tujuan penciptaan, sifat dan jenis iblis serta tabiat iblis. Dengan demikian, belum ada penelitian yang membahas tentang penafsiran kata iblis dalam surat al-Baqarah ayat 34 perspektif Sayyid Quthb dalam Tafsi>r Fi Zhilalil Quran dan al-Qurt{hubi< dalam Tafsi>r al-ja<mi’ Li Ah{ka<mil Qura<n.

G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

(19)

10

2. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, buku, kitab dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi, diperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Teknik analis data

Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan tersebut, penulis menggunakan metode berikut:

a. Metode Deskriptif

Yaitu mendeskripsikan data-data yang ada. Dalam hal ini memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan berupa ayat yang mengenai tentang iblis sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam dalam menyajikan iblis.

b. Metode Content Analisis

Content Analisis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi, demikian menurut Barcus. Secara teknis content analisis mencakup upaya: 1) Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai komunikasi, 2) Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan 3) Menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Content analisis memiliki tiga syarat, yaitu obyektifitas, pendekatan sistematis dan generalisasi.9 Karenanya ia memiliki keistimewaan atau kelebihan. Adapun kelebihannya, sebagaimana George dan Kraucer

9

(20)

11

mengatakan bahwa content analisis kualitatif lebih mampu melukiskan prediksinya dengan lebih baik.

4.Sumber data

Sumber data yang digunakan sebagai landasan pembahasan dalam penelitian ini mengambil sumber-sumber yang sesuai dan ada hubungannya dengan topik pembahasan serta dapat dipertanggung jawabkan. Adapun sumber-sumbernya sebagai berikut:

a. Sumber primer

1) Tafsi@r fi@ Z{ila<l al-Qur’a>nkarya Sayyid Qut}b.

2) Tafsi>r al-Jami@‘ li Ah{ka>m al-Qur’a>n karya al-Qurt{ubi<.

b. Sumber sekunder

1) Iblis Musuh Manusia Hingga Hari Kiamat karyaSyofrin Syofyan. 2) Yang Tersembunyi:Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur’an –

As-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini

karya M.Quraish Shihab.

3) Membentengi Diri dari Gangguan Jin dan Setan karya Wahid „Abdus

Salam Bali.

4) Tafsir al-Mis}ba>hkarya M. Quraish Shihab.

(21)

12

8) Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Posivistik, Rasionalistik,

Phenomenologik, Realisme Metafiski ;Telaah Studi Teks Dan Penelitian

agama karya Noeng Muhadjir. 1. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing menempatkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang berhubungan sehingga tidak dapat dipisahkan.

Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan. Dalam bab pendahuluan ini tampak penggambaran isi skripsi secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman bab kedua, ketiga, keempat dan kelima.

Bab kedua, Landasan Teori tentang pengertian tafsi>r muqa>ran,

langkah-langkah metode tafsi>r muqa>ran, pengertian iblis, iblis dan sejarahnya, asal usul kejadian iblis, jenis iblis dan sarang-sarang setan.

(22)

13

Bab keempat berisi tentang analisis persamaan dan perbedaan penafsiran ayat-ayat iblis perspektif Sayyid Qut}b dan al-Qurt{ubi< serta keunggulan

(23)

BAB II

PANDANGAN UMUM TENTANG TAFSI<R MUQA<RAN DAN

MENGENAL IBLIS DALAM AL-QURAN

A.Pengertian Tafsi<r Muqa<ran

Metode tafsi>r muqa>ran adalah suatu metode yang ditempuh oleh seorang Mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama’ tafsir terhadap ayat-ayat itu, baik mereka termasuk ulama’ salaf atau ulama hadits yang metode dan kecenderungan mereka

berbeda-beda, baik penafsiran mereka berdasarkan riwayat yang bersumber dari Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in (tafsir bil ma’tsur) atau berdasarkan rasio (tafsir bi ra’yi), dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an.1

Menurut pendapat lain mengatakan tafsir muqaran yaitu penafsiran yang menggunakan metode menghimpun sejumlah ayat-ayat al-Qur’an, kemudian mengkajinya dan meneliti penafsiran mengenai ayat-ayat tersebut dalam karya mereka.2 Sedangkan Nashruddin baidan tafsir muqaran mencakup tiga aspek yaitu pertama, perbandingan ayat dengan ayat-ayat. Kedua, perbandingan ayat dengan hadits. Ketiga, perbandingan berbagai pendapat mufassir.3

1

M. Ridlwan Nasir. Memahami Al-Qur’an perspektif baru metodologi tafsir muqaran.

(Jakarta: PT. Magenta Bhakti Guna, 1994), 20

2

Abdul Muin Salim. Metodologi ilmu tafsir. (Yogyakarta: TERAS, 2010), 46

3

(24)

15

Menurut Abdul Mustaqim penelitian komparatif ada beberapa macam bentuk,4 pertama; perbandingan anatar tokoh. Kedua; perbandingan antara pemikiran madzab tertentu dengan yang lain. ketiga; perbandingan antar waktu misalnya membandingkan pemikiran klasik dan modern. Keempat; riset perbandingan satu kawasan tertentu dengan kawasan lainya misalnya, penelitian “pemikiran teologi dalam tafsir: studi komparatif antara produk tafsir jawa dan sunda”.

B.Langkah-langkah Metode Tafsi<r Muqa<ran

Metode tafsir muqaran banyak atau bermacam-macam fariasinya, akan tetapi dalam skripsi ini peneliti akan mencantumkan beberapa langkah yang mewakili sekian metode lainya, pertama; pendapat ini mencantumkan ada enam dalam metode komparatif, yaitu

1. Menentukan tema apa yang akan diriset (diteliti).

2. Mengidentifikasi aspek-aspek yang hendak diperbandingkan

3. Mencari ketertarikan dan faktor-faktor yang mempengaruhi antar konsep. 4. Menunjukkan kekhasan dari masing-masing pemikiran tokoh, madzab atau

kawasan yang dikaji.

5. Melakukan analisis secara mendalam dan kritis dengan disertai argumentasi data.

6. Membuat kesimpulan-kesimpulan untuk menjawab problem risetnya.

Macam-macam langkah penelitian komparatif di atas menunjukan bahwa peneliti harus lebih akurat dalam melakukan riset terhadap suatu permasalahan

4

(25)

16

dan disertai data argumen yang kuat. Sedangkan langkah atau metode yang kedua dalam penelitian tafsir komparatif (muqa>ran) terbagi menjadi tiga alternatif5

, yaitu: kategori alternatif pertama, kategori alternatif kedua, kategori alternatif ketiga. Lebih rincinya penulis akan memaparkan ketiga kategori alternatif tersebut, sebagai berikut:

1. Alternatif pendekatan pertama, yaitu membandingkan antar sebagian ayat-ayat al-Qur’an dengan sebagian lainya. Adapun langkah-langkah pendekatanya yaitu:

a. Mencari ayat-ayat al-Qur’an yang ada kemiripan dengan ayat-ayat yang lainya secara redaksional. Bila ditinjau dari sisi kemiripan redaksional antar ayat-ayat al-Qur’an, terdapat delapan kasus diantaranya:

1) Struktur kalimat yang berlawanan. Contoh dalam surat al-Baqarah ayat 58, dan surat al-A„raf ayat 161

2) Penambahan dan pengurangan, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 57, dan dalam surat Ali Imran ayat 117

3) Mendahulukan dan mengakhirkan, contoh dalam surat Al-Baqara ayat 129, dan dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2

4) Ta’rif dan Tankir (definit dan Indefinit), contoh dalam surat Al -Baqara ayat 126 dan dalam surat Ibrahim ayat 35

5) Jama’ dan tunggal, seperti dalam surat Al-Baqara ayat 80 dan dalam surat Ali Imran ayat 24

5

(26)

17

6) Penggantian huruf dengan huruf yang lain, seperti dalam surat al-An„am ayat 11, dan dalam surat an-Nahl ayat 69

7) Penggantian kata dengan kata yang lain, seperti dalam surat Ali Imran ayat 47, dan dalam surat Maryam ayat 2

8) Idham dan tanpa Idham, contoh dalam surat An-Nisa’ ayat 115, dan dalam surat al-Hasyr ayat 4

b. Mencari ayat-ayat al-Qur’an yang serupa atau sama dengan ayat-ayat yang lainya secara redaksional, atau disebut perbandinga ayat-ayat yang serupa (sama) secara redaksional. Dalam hal ini ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan redaksional dari yang terjadi dalam 2 (dua) tempat sampai yang terjadi dalam 23 tempat.

2. Alternatif pendekatan kedua, yaitu membandingkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan kepada yang telah ditulis para mufassir, atau

membandingkan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan kepada apa yang telah ditulis oleh mufassir. Sedangkan langkah-langkah pendekatanya ialah: a. Memilih sejumlah ayat-ayat al-Qur’an

b. Menentukan sejumlah mufassir yang akan dikomparasikan pendapat-pendapat mereka tentang ayat-ayat tersebut. Para mufassir ini boleh dari golongan Mutaqaddimin dan mutakhirin maupun zaman modern. Tafsirnya boleh Bi Al-Ma’tsur dan atau Bi Al-Ra’yi maupun Bi Al-Iqtirani (perpaduan Bi Al-Ma’tsur dan Bi Al-Ra’yi).

(27)

18

d. Membandingkan kecenderungan-kecenderungan setiap mufassir dalam menerapkan metode penafsirannya. Disitulah ditemukan persamaan dan perbedaan kedua penafsiran, yang masuk dalam metode penafsiran muqaran.6

3. Alternatif pendekatan ketiga, yaitu membandingkan antara satu kitab tafsir dengan kitab tafsir lainya dari berbagai segi yang meliputi:

a. Penyajian fakta yang terdiri dari biografi, latar belakang penyusunan dan karya-karyanya, kecenderungan dan aliranya, metode dan sistematika serta sumber tafsirnya.

b. Evaluasi segi-segi kesamaan dan perbedaanya.

Berdasarkan interpretasi para tokoh di atas yaitu tentang metode pendekatan penelitian komparatif mempunyai banyak perbedaan. Namun dalam karya ilmia ini penulis menggunakan metode pendekatan alternatif yang kedua, yaitu memilih jumlah ayat-ayat al-Qur’an yang akan ditafsirkan dan menentukan sejumlah mufassir yang akan dikomparasikan, kemudian dicari persamaan dan perbedaan selanjutnya dianalisa dari kedua mufassir itu.

C. Pengertian Iblis

Kata Iblis, menurut para pakar bahasa Arab, berasal dari kata ablasa, yang berarti berputus asa.7 Sedangkan dalam bahasa Yunani iblis berasal dari kata diabolos. Kata ini terdiri dari dia yang berarti di tengah atau sewaktu dan ballein

6

Nashruddin Baidan. (Metode penafsiran Al-Qur’an (kajian kritis terhadap ayat-ayat yang

beredaksi mirip)..., 66

7

(28)

19

yang berarti melontar atau mencampakkan. Penggabungan kata ini melahirkan beberapa makna antara lain, menantang, menghalangi dan yang berada antar dua pihak untuk memecah belah dan menciptakan kesalapahaman antara keduanya.8

Kata Iblis dalam bahasa Persi berarti “putus asa dan jauh dari kebenaran”. Oleh

karena itu, Setan atau Iblis disebut dengan panggilan Abu Murrah, yang artinya bapak atau „embahnya’ yang berbuat kemungkaran, atau sering disebut dengan biang kerok. Iblis juga dijuluki dengan la’inin (yang terlaknat), sebab dia tidak mau bertaubat dengan kesalahannya dan tetap melakukan kemungkaran. Sangat pantas dia mendapat laknat sehingga dijuluki dengan la’inin (yang terkutuk).9 Iblis merupakan salah satu makhluk Allah yang terlebih dahulu diciptakan sebelum manusia.

Kata diabolic dikenal dalam kamus-kamus bahasa. Biasanya kata ini digunakan dalam bentuk ajektif dengan arti sangat buruk dan juga diartikan setan. Namun menjadikan kata Iblis terambil dari kata tersebut sangat dibuat-buat. Ini tidak kurang lemahnya dari pendapat yang menyatakan bahwa Devil yang dalam bahasa Inggris berarti setan, adalah gabungan dari kata do yang berarti mengerjakan dan evil yang berarti buruk.10

Dalam alquran ditemukan paling tidak lima kata yang paling sering digunakan untuk menunjuk makhluk halus dari jenis jin itu, yaitu Jin>, Jan>, Jin>ah, Iblis, dan Sh}aithan. Diantaranya terdapat didalam surah al-Baqarah ayat 34, 208 dan

adh-Dhariyat ayat 56:

8

M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Cairo: Lentera Hati, 1999), 150.

9

Dra. Hj. Durrah Baraja, Kejujuran Iblis Kepada Rasulullah SAW (Solo: Balqis Queen,2008), 30.

10

(29)

20



Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.11









Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.12



Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.13

Ada yang menduga, bahwa kata setan atau syaithan dalam bahasa arab terambil dari bahasa Ibrani yang berarti lawan atau musuh. Alasannya antara lain kata itu telah dikenal dalam agama yahudi yang lahir mendahului agama Kristen dan islam.

Pakar Mesir kenamaan itu cenderung menguatkan pendapat yang menyatakan, bahwa syaithan merupakan kata Arab asli yang sudah sangat tua. Ini dibuktikan dengan adanya sekian kata Arab asli yang dapat dibentuk dengan bentuk kata

shaith}an. Misalnya: shath}ath}a, shath}a

,

shawath}a, sh}ath}ana, yang mengandung

makna jauh, sesat,berkobar dan terbakar serta ekstrem.

11

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 74. 12

Ibid., 304. 13

(30)

21

Para Ulama’ berbeda tentang asal kata setan dalam dua pendapat:

Pendapat Pertama : Kata setan berasal dari kata shat}na (jauh), karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah.

Pendapat kedua : Kata setan berasal dari kata shat}a-yashi>t}u (binasa dan terbakar) Al-Azhari berkata : pendapat pertama merupakan pendapat yang banyak dipegang.14

Ada beberapa istilah yang digunakan al-Quran untuk menggambarkan bisikan setan, antara lain nazgh, mas> dan waswasah. Menurut Mutawalli al-Sha’rawi, ulama besar dan menteri Waqaf Mesir ( w. 1998 M ), dalam bukunya, al-Shaytan Wa al-Insan, kata nazgh mengandung makna gangguan, tetapi ada jarak antara subyek dan obyek, antara yang diganggu dan yang menganggu. Ini berbeda dengan mas> yangbermakna menyentuh, tetapi sentuhan yang halus, lagi sebentar sehingga tidak menimbulkan kehangatan, bahkan boleh jadi tidak terasa. Nazgh, yang bersumber dari setan, bisikannya ke dalam hati menimbulkan dorongan negative.

Janji-janji setan adalah apa yang dicampakkan dalam kalbu manusia melalui bisikan-bisikan yang menyenangkan hati. Bisikan-bisikan ini kemudian di kembangkan oleh setan atau nafsu manusia menjadi angan-angan yang tidak akan pernah tercapai. Kata ghuru>ran berarti suatu yang dari luar menyenangkan, tetapi

di dalamnya mengandung hal-hal yang sangat merugikan. Setan dinamai juga ghuru>r karena semua aktivitasnya menggambarkan sesuatu yang indah dan

menyenangkan hati, tetapi akibatnya adalah bencana. Bercita-cita berangan-angan

14

(31)

22

tidak dilarang al-Qur’an karna ini mendorong terciptanya kreasi-kreasi baru, tetapi al-Qur’an mengajarkan realistis. Ada angan-angan dan harapan yang boleh jadi dapat dicapai dan ada juga yang mustahil atau sangat jauh. Yang dilarang adalah angan-angan kosong tanpa dasar, yang menjadikan seseorang duduk termenung tanpa upaya dan puas dengan khayalannya. Banyak yang mengandalkan harapan dan sangka baik. Ini boleh-boleh saja, bahkan yang demikian itu baik. Asalkan harapan itu beralasan dengan disertai upaya sekuat kemampuan. Tetapi, mengandalkan kehadiran rahmat dan kasih sayang Allah, inilah angan-angan kosong kalau terus menerus bergemilang dalam dosa.15

Iblis itu makhluk Tuhan yang melakukan pembangkangan secara terang-terangan kepada Tuhannya ketika diperintah Tuhan untuk sujud kepada manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Setelah ia mendapat kutukan Tuhan, akibat kedurhakaannya itu, sejak itu ia berputus asa dari rahmat-Nya dan sejak itu pula ia bertekad untuk melakukan segala macam kejahatan. Akhirnya nama tersebut melekad pada dirinya.16 Iblis telah mendapat mandat dari Tuhan untuk menyesatkan manusia yang tidak beriman agar bisa dihukum bersama-sama diakhirat nanti. Iblis punya keunggulan bisa hidup hingga hari kiamat atau hari kebangkitan. Di dalam al-Qur’an kata Iblis tidak ditemukan kecuali dalam bentuk tunggal. Ini memberi kesan, bahwa Iblis hanya satu, tidak banyak, berbeda dengan shaitha>n yang ada bentuk jamaknya ( shayathi>n ). Ini juga mengantarkan kepada

dugaan, bahwa Iblis yang hanya satu itu adalah ayah dari setan-setan yang banyak.

15

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Vol.2 ( Jakarta: Lentera hati, 2012), 724-726.

16

(32)

23

Iblis makhluk Allah yang membangkang perintah-Nya ketika disuruh sujud kepada Adam. Dia ( Iblis ) juga yang menggoda kakek dan nenek manusia Adam dan Hawa, sehingga terusir dari surga. Iblis yang juga setan itu hanya satu. Sahabat Nabi Ibnu abbas menurut satu riwayat berpendapat, bahwa setan adalah anak cucu Iblis. Anak cucunya tidak mati, kecuali dengan kematian Iblis yang pernah bermohon agar diberi tangguh sampai hari kebangkitan.

Julukannya adalah sebagai berikut :

1. Langit pertama ar-Rafi>’ah, ahli ibadah (al-Abid) 2. Langit kedua al-Ma>’u>n, ahli ruku’ (ar raki) 3. Langit ketiga al-Mazi>nah, ahli sujud (as-Sa>jid)

4. Langit keempat az-Zahirah, selalu merendah dan takluk kepada Allah (al-Kha>syi)

5. Langit kelima al-Muni>ra, selalu ta’at (al-Qa>nit)

6. Langit keenam al-Khali>s}ah, bersungguh-sungguh dalam beribadah (al-Mujtahid)

7. Langit ketujuh al-Aji>bah, sederhana dalam menggunakan sarana hidup (az-Zahid)

D. Iblis dan Sejarahnya

Konon makhluk yang bernama iblis ini, pada mulanya bernama „Aza>zil adalah nama asli dari iblis.17 Sebelum diciptakannya Adam, ‘Aza>zil pernah menjadi imam para Malaikat ( Sayyid al-Malaikat ) dan khazin al-Jan>ah ( Bendaharawan

Surga ). Kata ‘Aza>zil merupakan bahasa Arab Kuno yang terdiri dari dua suku

17

(33)

24

kata yaitu Aziz yang berarti terhormat, berharga, sangat kuat dan Eil yang merupakan penamaan Allah di zaman Arab Kuno. ‘Aza>zil secara harfiah berarti makhluk kuat Allah atau makhluk terhormat Allah. ‘Aza>zil sangat banyak memiliki nama panggilan, „’ Abu Kurdus’’, Sayid al-Malaikat dan Khazin al-Jan>ah. Di setiap langit ia memiliki julukan yang sangat bagus, sampai akhirnya

dipanggil „’iblis’’ oleh Allah, ketika ia tidak mau menghormati Adam. Jika tidak

enggan bersujud, ia tetap disebut Azazil, yang gelarnya popular di kalangan para penduduk langit dengan sebutan Abu Marrah.18

Sebelum adanya nabi Adam a.s. dia termasuk yang paling terpandang, baik ibadahnya, pengetahuannya, maupun prestasinya. Dia merasa sebagai makhluk yang terdekat dengan Allah, tetapi mengapa tiba-tiba tercipta pendatang baru, yang belum terlihat amalnya, jangan lagi berpangkat seperti dirinya, tetapi ternyata dia harus sujud kepadanya. Mungkin itulah yang dirasakannya setelah mata dan hatinya tertutupi dengan rasa bangga diri dan keangkuhan.19

Sebelum dilaknat oleh Allah , ‘Aza>zil memiliki wajah rupawan cemerlang, mempunyai empat sayap, banyak ilmu, terbanyak dalam hal ibadah serta menjadi kebanggaan para Malaikat dan dia juga pemimpin para Malaikat karobiy>un, memiliki tempat dibeberapa langit, mendengarkan berita-berita rahasia Tuhan.

Setelah ia enggan untuk bersujud kepada Adam, Allah memanggilnya iblis dan mengubah mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlang menjadi bentuk seperti babi hutan. Allah mengubah kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol diatas punggung, wajah yang ada di antara

18

M. Iqbal Al-Haetami, Menyibak Tabir Alam Ghaib ( Depok: QultumMedia, tt), 26. 19

(34)

25

dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti ketel tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

(35)

26

telah mengetahui bahaya yang/ menantinya. Kenekatan itu terlahir dari keangkuhan. Sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 206:























Dan apabila dikatakan kepadanya, „’Bertakwalah kepada Allah,„’ bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya nereka Jahannam, dan sungguh ( Jahannam itu ) tempat tinggal yang terburuk.20

Jadi Iblis memilih berbuat dosa, menolak sujud kepada Adam karena kesombongannya, walaupun sebenarnya dia mengenal dan takut kepada Tuhan. Selanjutnya ia melawan dan melawan walaupun ia sadar, bahwa ia akan celaka, juga karena kesombongannya. Iblis yang dipenuhi jiwanya oleh keangkuhan itu lupa diri, ketika membangkang dan lupa diri pula ketika berkeras dalam kedurhakaan. Dia tidak peduli apa pun yang terjadi. Kalau dia harus celaka biarlah dia celaka, dan akan sangat puas hatinya kalau kecelakaan yang sama menimpa pula musuhnya. Itulah logika iblis dan setan, dan dari sini dapat difahami mengapa ia terus menerus berusaha untuk menjerumuskan manusia.

Selanjutnya Iblis menolak perintah sujud dengan menggunakan nalarnya untuk membangkang perintah Allah SWT. Disana dia menilai Allah keliru dengan perintah-Nya itu. Sesungguhnya Iblis telah menempuh jalan yang sesat, karena nalar tidak dapat digunakan untuk mengubah atau membatalkan perintah Allah yang jelas lagi rinci.

20

(36)

27

Disisi lain, Iblis menolak perintah sujud dengan alasan bahwa sujud kepada Adam adalah syirik, seperti dugaan sementara orang yang sangat dangkal pemahamannya. Keengganannya sujud lahir dari keangkuhan yang menjadikan ia menduga, bahwa ia lebih baik dari Adam. Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’’. Iblis juga menjawab demikian ketika ditanya mengapa ia tidak sujud.

Menurut Fazlur Rahman ( Guru besar tentang pemikiran Islam di University of Chicago ) bahwasannya ketika mengingkari perintah Allah untuk menghormati adam, setan sangat sombong ia merasa bahwa dirinya jauh lebih baik daripada Adam. Bahkan ia merasa Allah pasti berpihak kepada dirinya. Tapi ketika diusir dari surga hilanglah semua harapannya dan di dalam keputusasaan itu, ia meminta kepada Allah kebebasan hingga hari kiamat nanti agar ia dapat menyesatkan dan memperdayakan anak cucu Adam. Lantaran ketidaktaatannya itu, Allah lalu mengusir Iblis dari surga dan membiarkan mereka tetap hidup sampai menjelang hari Kiamat.21 Sejak itu kebencian Iblis kepada Adam semakin menjadi-jadi. Bahkan tanpa segan setelah diperkenankan Allah permohonannya agar diberi kesempatan hidup sampai hari kebangkitan ia bersumpah akan menyesatkan anak cucu Adam, sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surah s}ad ayat 82-83:











.











Iblis menjawab: "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih diantara mereka.”22

21

M. Ishom El-Saha dan Saiful Hadi, Sketsa Alquran Tempat, Tokoh, Nama dan istilah dalam Alquran (t.k.: PT. Lista Fariska Putra, 2005), 247.

22

(37)

28

Ditempat lain al-Quran merinci sumpah Iblis ketika itu yakni, sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-A„raf ayat 16-17:



.











Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka.

Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka besyukur.”23

Iblis juga berkata: Sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-hijr ayat 39:







Ia (Iblis) berkata, " Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi di bumi, dan aku

akan menyesatkan mereka semuanya.”24

Allah SWT menjawabnya: Sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-hijr ayat 42:







Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat.25

Di sini letak kesalahan Iblis selanjutnya. Ia tidak seperti Adam yang menyadari kesalahannya dan memohon ampun. Ia durhaka dan membangkang, bahkan bertekad untuk terus menggoda manusia.

23 Ibid., 304. 24 Ibid., 235. 25

(38)

29

Jenis Iblis yang menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesesatan itu banyak sekali. Bahkan ada ulama’ yang berpendapat bahwa dalam menyesatkan manusia Iblis itu mempunyai spesifikasi keahlian tersendiri sesuai dengan bidangnya. Yang ahli menggoda orang sholat tugasnya hanya menggoda orang sholat. Yang ahli mengkufurkan orang yang beriman hanya mengkufurkan dengan berbagai tipu daya yang menyesatkan.

Mengenai hal ini ada keterangan yang bersumber dari Umar bin Khatab ra. Bahwa keturunan Iblis yang mempunyai tugas menggoda dan menjerumuskan manusia diantaranya :

1. Iblis Zaylatun bertugas menjerumuskan para pedagang di pasar agar berdusta.

2. Iblis Wawatsin bertugas menggoda orang yang beriman agar tidak sabar dan tidak ikhlas.

3. Iblis Akwan bertugas mempengaruhi para remaja dan pimpinan umat supaya selalu berbuat zalim.

4. Iblis Hafaf bertugas melakukan tipu daya agar kaum muslim melanggengkan minum khamer.

5. Iblis Laqwas bertugas mempengaruhi manusia agar tetap kafir. Tetap musyrik.26

Oleh karena itu, Iblis sangat membenci terhadap keluarga yang rukun, damai dan sejahtera. Sebab kondisi keluarga semacam ini akan mendapat limpahan rahmat dan berkah dari Allah SWT.

26

(39)

30

Al-Quran memberikan informasi tentang tabiat Iblis yang sangat tinggi dan akurat. „’Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat sujudlah

kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, dia adalah golongan dari jin, maka ia mendurhakakan perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turun-turunannya sebagai pemimpin selain dari padaku, sedangkan mereka adalah musuhmu, amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti ( dari allah ) bagi orang-orang yang dzalim.

Ayat-ayat yang tercantum dalam surat al-Baqarah 34, al-Hijr 28-29, secara

gemblang menginformasikan bahwa penantang Iblis memenuhi perintah Tuhan untuk sujud menghormati. ( bukan menyembah ) Adam didasarkan pada tabiat (secara bahasa berarti menantang, memberontak ) yang menurun dari gen nenek moyangnya, yaitu jin. Munculnya kefasikan jin ini akibat analisis yang salah tentang asal mulanya sendiri dibandingkan dengan asal usul manusia. Mereka merasakan inti materinya lebih unggul dari pada materi manusia yang berasal dari unsur tanah.

E. Asal Usul Kejadian Iblis

(40)

31















































Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.27

Tetapi jika dilihat dari segi bahasa, kata jin, dapat mencakup malaikat karena ketertutupan dan ketersembunyian malaikat dari indra manusia. Atas dasar ini ada ulama yang menyatakan, bahwa Iblis dari jenis malaikat. Apalagi kata penganut faham ini yang diperintahkan sujud kepada Adam oleh Allah adalah malaikat, sehingga kalau Iblis bukan dari jenis malaikat, tentu tidak wajar ia dikecam apalagi dikutuk karena keengganannya bersujud.28

Mengenai apakah Iblis dari jenis malaikat ataukah jin, ternyata terjadi perbedaan pendapat dikalangan mufassir. Namun bila dielaborasi ayat ini lebih cenderung menegaskan bahwa Iblis bukan dari jenis malaikat, tetapi berasal dari jin. Sebab kalau dari unsur malaikat jelas tidak mungkin menentang perintah Tuhan. Karena malaikat dilengkap sifat-sifat ma’sum yang berada dengan jin dan manusia, watak fasik ini tidak hanya didemonstrasikan dihadapan penciptanya yang Rahma>n-Rahi>m saja, tetapi berlanjut ketika mereka terusir dari Surga.

F. Jenis Iblis

27

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, 623. 28

(41)

32

Jenis Iblis yang menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesesatan itu banyak sekali. Bahkan ada ulama yang berpendapat bahwa dalam menyesatkan manusia Iblis itu mempunyai spesifikasi keahlian tersendiri sesuai dengan bidangnya. Yang ahli menggoda orang shalat tugasnya hanya menggoda orang shalat, yang ahli mengkufurkan orang yang beriman tugasnya hanya mengkufurkan dengan berbagai tipu daya dan propaganda yang menyesatkan, begitu seterusnya.

Mengenai hal ini ada keterangan yang bersumber dari Umar bin Khattab ra : Bahwa Keturunan Iblis yang mempunyai tugas menggoda dan menjerumuskan manusia (ke lembah kesesatan) ada sembilan, yaitu :29

1. Iblis Zaylatun yang bertugas untuk menjerumuskan para pedagang di pasar agar berdusta, mau mengurangi timbangan, membuat onar diantara para pedagang, dan melakukan bujuk rayu kepada para pedagang agar melakukan penyimpangan dan kecurangan dalam aqad jual beli, dengan diiming-imingi agar cepat kaya.

Cara Iblis Zaylatun menjerumuskan para pedagang adalah dengan menakuti-nakuti kebangkrutan jika berbuat jujur dalam berdagang, dan mengiming-imingi akan cepat kaya, cepat berhasil dan sukses jika mau berbuat curang dalam berdagang.

2. Iblis Wa>wathi>n adalah Iblis yang bertugas menggoda dan menjerumuskan orang yang beriman agar selalu menggerutu, tidak sabar dan tidak ikhlas setiap kali menerima musibah, atau cobaan dari allah Ta’ala. Cara Iblis Wa>wathi>n

29

(42)

33

menjerumuskan orang yang beriman adalah dengan menanamkan rasa ketidak-puasan terhadap takdir Allah, mempengaruhi jiwanya agar memberontak ketika menerima musibah, membakar emosinya dan menghilangkan sifat sabarnya. 3. Iblis Akwa>n ini bertugas menyesatkan dan mempengaruhi para remaja dan

pimpinan umat supaya selalu berbuat zalim, menjauhi hal-hal yang ma’ruf, menanamkan kesenangan berbuat mungkar dan maksiat. Cara yang digunakan oleh Iblis Akwa>n dalam menjerumuskan remaja yang beriman ke dalam lembah kemaksiatan adalah bermacam-macam. Perbuatan yang jelas munkarnya itu dikemas dengan baik sehingga tidak terkesan sebagai perbuatan maksiat, hal ini dilakukan oleh Iblis Akwa>n untuk menarik simpati dari remaja

beriman agar mau melakukannya. Termasuk memperhalus istilah-istilah yang berbau maksiat dan munkar, ini dilakukan untuk menghilangkan kesan maksiat, dengan demikian remaja akan mudah dibujuk dan dirayu untuk dijebloskan ke dalam dunia sesat yang jauh dari tuntunan agama sedangkan dalam menyesatkan para pemimpin umat, Iblis Akwa>n selalu mendorong para

(43)

34

4. Iblis Hafaf ini yang bertugas menyesatkan dan menjerumuskan kaum muslimin ke lembah nista yang berlumur dosa dengan cara melakukan tipu daya dan bujukan agar kaum muslimin melanggengkan minum khamer.

Sebab jika seorang sudah minum khamer dan mabuk, maka segala bentuk kemungkaran yang lain dengan mudah ia laksanakan. Setiap berzina, membunuh, berbuat aniaya, mencuri dan segala kemungkaran yang lain. Karena tingkah laku orang yang sedang mabuk itu tidak dapat dikendalikan oleh otaknya, jiwanya dan perasaannya sudah dikuasai oleh Iblis.

5. Iblis Wa>murah ini bertugas menjerumuskan para penyanyi agar mendendangkan lagu yang penuh maksiat, mengajak berbuat munkar, serta lagu-lagu yang bersyair kebebasan tanpa etika. Juga menjerumuskan para penyanyi agar berpenampilan seronok, yang dapat mengundang luapan nafsu dan maksiat.30

6. Iblis Laqwa>s adalah Iblis yang bertugas mempengaruhi manusia agar tetap kafir, tetap musyrik dan tetap menyembah berhala atau sesembahan lainnya selain Allah. Sudah banyak orang yang disesatkan oleh Iblis Laqwa>s, terkadang ia mengganti bentuknya seperti seorang syekh lalu memberikan pelajaran atau tuntunan yang mengarah kepada kemusyrikan dan pemurtadan dengan berbagai dalih serta promosi yang mengikat, sehingga banyak orang yang lemah imannya keluar dari jalur Islam karena mengikuti saran Iblis Laqwa>s, hanya demi mendapatkan sesuap nasi, jabatan, kedudukan, pekerjaan,

fasilitas, bahkan ada yang rela melepaskan keimanannya demi sang kekasih.

30

(44)

35

7. Iblis A‘wa>r bertugas untuk mempengaruhi dan menggoda laki-laki dan wanita untuk melakukan perbuatan zina, atau melakukan perbuatan maksiat lainnya. Iblis A‘wa>r menggunakan “Pandangan Mata” sebagai cara yang paling ampuh untuk membakar nafsu kaum lelaki dan wanita untuk berbuat maksiat.

8. Iblis al-Wasna>n ini tugasnya mengencingi orang supaya malas bangun untuk beribadah. Jika orang sudah malas bangun malam untuk beribadah berarti dirinya mementingkan tidurnya, tidak memikirkan tentang kehidupannya nanti di akhirat, tidak mau bermunajat kepada Allah berarti ada hal yang lebih penting selain bermunajat, apakah itu tidur atau kegiatan-kegiatan lain yang berbau duniawinya. Kalau hal ini sudah menjadi kebiasaan seorang hamba, maka akan mempermudah Iblis menjauhkan dia dari kegiatan agama, lama kelamaan dirinya akan bisa meninggalkan aktivitas ibadah. Kalau sudah begini Iblis tinggal mengiring dia untuk dijerumuskan kedalam jurang kemaksiatan dan kekufuran. 31

Banyak orang terjerumus menjadi ahli maksiat, bahkan dirinya sampai rela meninggalkan aqidahnya yang disebabkan oleh malas beribadah. Malas beribadah itu menunjukkan lemah keimanannya, bahkan keimanannya bisa disebagai lipstick belaka, sebagai pemanis bibir saja, buktinya ia mengaku beriman tetapi tidak mau beribadah, bahkan perintah agama ia tentang, larangannya ia terjang. Orang-orang seperti inilah yang setia menjadi pengikut Iblis Al-Wasnan, yang malas beribadah tetapi senang bermaksiat.

31

(45)

36

9. Iblis Da>sim bertugas untuk mempengaruhi, menggoda dan mendorong suami istri untuk melakukan penyelewengan. Dengan terjadinya penyelewengan, maka sudah barang tentu rumah tangganya akan menjadi berantakan, tidak harmonis, jauh dari kebahagiaan yang pada akhirnya nanti akan terjadi perceraian. Inilah yang diinginkan oleh Iblis Da>sim.32

Itulah nama-nama Iblis yang dikatakan oleh Umar bin khathab yang bertugas menyesatkan manusia untuk dijerumuskan ke dalam kefasikan, kemaksiatan, kemusyrikan dan kekufuran, yang nanti menjadi temannya di dalam neraka.

G. Sarang-Sarang Iblis

Genderang perang yang ditabuh oleh kakek moyang setan yang bernama Iblis bertalu-talu di setiap generasi dan waktu. Sejak permusuhan abadi itu diserukan, setan dan seluruh bala tentaranya tidak pernah membiarkan seorang manusia pun luput dari jeratannya. Sebagian manusia dengan kekuatan imannya mampu membendung dan memorak-porandakan barisan setan yang menghadang di jalan pengabdiannya kepada Allah Swt. Maka tampillah dia sebagai pemenang dalam pertempuran dua kekuatan yang saling berbenturan. Dia berhak mendapat pujian dan kemuliaan di hadapan Allah Swt. Sebagian yang lain adalah manusia yang kalah dalam pertempuran mereka gagal meraih kemenangan. Imannya rapuh sehingga dengan mudah diperdaya oleh setan. Akalnya tumpul sehingga tanpa ada kesulitan setan menuntunnya ke jurang perbudakannya. Harga dirinya bukan lagi manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna, melainkan hanya

32

(46)

37

seonggok daging bernyawa yang tidak berharga. Nilainya disejajarkan dengan binatang, bahkan lebih hina daripada itu.

Pada dasarnya setiap manusia dibekali dua potensi diri: potensi kebaikan yang dimotori oleh akal di satu sisi, dan potensi keburukan yag dimotori oleh nafsu di sisi yang lain. Apabila akalnya diasah dan dipelihara, tampillah kebaikan sebagai dominasi dari perilakunya. Namun, jika nafsu yang terus-menerus diperturutkannya, akal tidak akan berdaya. Nafsu inilah yang dijadikan tempat persemayaman para setan untuk mendorong dan mengendalikan manusia agar jauh dari kebenaran, jauh dari kebaikan, jauh dari ketaatan, dan jauh dari Tuhan.33

Macam-macam nafsu:

1. Nafs Al-Hayawa>niyyah

Yaitu naluri jasad manusia yang cenderung pada kebendaan. Nafs al-hayawa>niyyah merupakan dimensi dari sifat zhulm. Gelap dan materialistik. Dari

sifat zhulm ini memancar sifat-sifat bahi>miyah (kehewanan), kesyahwatan, kekufuran, ketamakan, kezaliman, dan kecintaan terhadap dunia.

2. Nafs Al-Musawwilah

Yaitu nafsu manusia yang membangkitkan khayalan menyesatkan dan menipu. Nafsu al-musawwilah memancarkan gambaran-gambaran yang menipu dan membawa manusia pada hasrat kesyahwatan, kecintaan terhadap harta benda, mabuk kekayaan duniawi, kesyahwatan yang menyimpang, sifat kejam, tidak

33

(47)

38

peka terhadap derita orang miskin, serta cenderung berpikir dan berhasrat pada kebendaan sehingga mengingkari yang ghaib.34

3. Nafs Al-Amma>rah

Yaitu kecenderungan manusia yang mengarah pada kejahatan namun mengarah pula pada rahmat Ilahi. Ini adalah sifat kesesatan sekaligus sifat-sifat manusiawi yang mencitrai keberadaan manusia. Dari nafsu al-amma>rah ini

memancar sifat-sifat yang saling bertentangan yaitu sifat takabbur, ‘ujub, riya>’, kidzb, ghi>bah, nami>mah, mukhtal, hasad, hiqd, ghadhab, iri, dengki, dendam kesumat, dan sifat wara’, khauf, raja, istiqa>mah, dan ghi>rah.

4. Nafs Lawwa>mah

Yaitu nafsu yang mengkritik, mencela kejahatan, dan membencinya. Apabila terlanjur berbuat kejahatan, dia lekas menyadari dan menyesali dirinya. Memang dia menyukai perbuatan baik, tetapi kebaikan itu tidak dapat dipertahankannya secara terus-menerus karena dalam hatinya masih bersarang maksiat-maksiat batin. Meskipun hal ini diketahuinya sebagai perbuatan tercela dan tidak disukainya, kemaksiatan batin itu selalu menyerangnya. Sehingga apabila serangan maksiat batin itu kuat, sekali-sekali dia terpaksa berbuat maksiat lahir karena tidak mampu melawannnya. Meskipun demikian, dia tetap berusaha menuju keridhaan Allah sambil mengucap istighfa>r, memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.

5. Nafs Al-Mulhamah

34

(48)

39

Yaitu pancaran sifat-sifat tauhid yang membawa anusia pada keyakinan tentang kebenaran Ilahi. Tetapi kilasan-kilasan khayalan yang lahir dari lintasan pikiran “khawatir” di dalam hati cenderung mengganggunya. Karena lintasan

pikiran itu selain ada yang bersifat ila>hiyyah dan ruha>niyyah, juga ada yang bersifat nafsa>niyyahdan syaitha>niyyah.35

6. Nafs Al-Muthma’innah

Nafsu semacam ini diartikan sebagai jiwa yang tenang. Pada jiwa ini, aspek rasio dapat berkembang secara optimal. Akal pun berfungsi secara maksimal. Nafsu al-muthma’innah memancarkan sifat syukr, qana>’ah, dzauq, mahabbah, zuhd, shabr, ridha>, ikhlash, dan dzikr al-maut (mengingat mati).

7. Nafs AL-Wa>hidah

Nafsu jenis ini merupakan sumber asal kejadian manusia. Nafsu al-wa>hidah merupakan manifestasi pancaran hakiki Al-Jala>l (Tuhan Yang

Mahaagung) dan Al-Jama>l (Tuhan Yang Mahaindah). Dari manifestasi nafsu al-wa>hidah inilah terletak jiwa pertama Adam. Citra al-insa>n yang di dalamnya

bersemayam ruh Ilahi.

Nafsu al-wa>hidah memancarkan dua sisi. Di sisi kanan merupakan

manifestasi nafsu al-mardhiyyah yang memancarkan sifat Al-Jala>l, sedangkan nafsu al-ra>dhiyahdi sisi kiri yang memancarkan sifat Al-Jama>l.36

35

Ibid., 39.

36

(49)

BAB III

BIOGRAFI SAYYID QUTB DAN AL-QURTUBI DAN

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga mufasir yang akan dibahas di dalam penelitian ini yaitu Fakhru al-Di&gt; n ar- Ra&gt; zy, T} ant}a&gt; wy Jawhary dan Quraish Shihab memiliki pemaknaan kerusakan

Quraish Shihab tentang ayat-ayat al- Qur’an yang berkenaan dengan konsep ulu&gt; al-alba&gt;b yang dikaitkan dengan tipe manusia

Penelitian ini membahas tentang konsep pendidikan anak dalam al-Qur’an surah Al- Alaq ayat 1-5 (telaah pemikiran Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah). Penelitian ini

Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Amar Ma’ru&gt;f dan Nahi&gt; Munkar .... QURAISH SHIHAB SERTA KONTEKSTUALISASINYA

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misba&gt;h yaitu gabungan dari beberapa metode, seperti tahlili karena ia menafsirkan berdasarkan urutan ayat yang ada pada al-Qur’an,

Peran ayah dalam pendidikan anak prespektif Al-Qur’an telaah surah Al-Baqarah ayat 132,133 surah Hud ayat 42, 43 surah Al-Qashash ayat 26,27 surah Luqman ayat 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19

Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab juga Menafsirkan kata Quwwah dalam surat Al-Anfal ayat 60: “Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang

Ada banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 187: Seperti itu Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada seluruh manusia supaya