• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V MINU NGINGAS WARU SIDOARJO."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN

MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY

VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V

MINU NGINGAS WARU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

NIKMATUR ROCHMAH NIM. D77213083

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nikmatur Rochmah. 2017. Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually

Pada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Wahyuniati, M.Si

Permasalahan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran selama ini yang dialami oleh siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo membuat siswa terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak menjelaskan penjelasan dari guru, sehingga motivasi belajar siswa rendah. Dari 30 siswa, hanya 40% siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo ? (2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran

Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization

Intellectually?. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. (2) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian pada siklus I dilaksanakan tanggal 7 Desember 2016 dan siklus II pada tanggal 14 Desember 2016.

Hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I nilai aktivitas siswa sebesar 71,5 kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 94,6. Sedangkan nilai aktivitas guru pada siklus I memperoleh nilai 73,5, pada siklus II meningkat menjadi 94,1. Motivasi belajar siswa pada siklus I diperoleh prosentase 73,3%. Pada siklus II meningkat menjadi 93,3% .

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR RUMUS ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Tindakan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi Belajar ... 10

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 10

2. Jenis-Jenis Motivasi ... 12

3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 14

(8)

5. Indikator Adanya Motivasi Belajar ... 18

6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 21

B. Matematika ... 24

1. Pengertian Matematika ... 24

2. Karakteristik Matematika ... 25

3. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 29

4. SK dan KD Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V ... 30

C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 32

1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually .... 32

2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 33

3. Langkah - Langkah Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 37

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 39

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian ... 41

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 44

C.Variabel Yang Diselidiki ... 45

D.Rencana Tindakan ... 45

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 50

1. Instrumen Pengumpulan Data ... 50

2. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Analisis Data Penelitian ... 58

G.Indikator Kinerja ... 60

H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 63

(9)

2. Peningkatan Motivasi Belajar Setelah Diterapkannya Model

Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 99

B. Pembahasan ... 104

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 117

RIWAYAT HIDUP ... 118

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 SK dan KD Matematika kelas V semester 1 ... 31

2.2 SK dan KD Matematika kelas V semester 2 ... 31

3.1 Pedoman Wawancara Siswa ... 52

3.2 Observasi Aktivitas Guru ... 53

3.3 Observasi Aktivitas Siswa ... 54

3.4 Butir-Butir Angket ... 56

3.5 Skala Prosentase Hasil Angket Motivasi Belajar ... 59

4.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 74

4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 78

4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 91

4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 95

4.5 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 99

4.6 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 102

4.7 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 109

4.8 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 110

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ... 43

4.1 Kegiatan awal pembelajaran ... 66

4.2 Guru menjelaskan materi menggunakan media ... 67

4.3 Guru menuliskan materi dipapan tulis ... 69

4.4 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 69

4.5 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 70

4.6 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 71

4.7 Siswa menuliskan diskusinya di papan tulis ... 71

4.8 Siswa menanggapi hasil diskusi kelompok lain ... 72

4.9 Guru membimbing siswa pada jawaban yang benar ... 73

4.10 Siswa mengisi angket motivasi belajar ... 73

4.11 Kegiatan awal pembelajaran ... 85

4.12 Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa ... 86

4.13 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 87

4.14 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 87

4.15 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 88

4.16 Siswa melakukan permainan ... 88

4.17 Siswa menuliskan diskusinya dipapan tulis ... 89

4.18 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya ... 89

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ... 104

4.2 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II ... 105

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus I ... 119

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 124

Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus II ... 132

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 137

Lembar Instrumen Validasi Angket Motivasi Belajar ... 144

Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 145

Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 157

Lembar Kerja Kelompok Siklus I ... 169

Lembar Kerja Kelompok Siklus II ... 177

Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 185

Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 187

Profil Sekolah ... 189

Visi Misi Sekolah ... 192

Sejarah MINU Ngingas ... 193

Surat Tugas Dosen ... 195

Surat Izin Penelitian ... 196

Surat Keterangan Penelitian ... 197

Surat Pernyataan ... 198

(14)

DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

3.1 Nilai Motivasi Belajar ... 59

3.2 Prosentase Motivasi Belajar ... 59

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang

mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya.1 Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan

kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka

mencapai tujuan tertentu.2

Motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan

dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar.

Secara lebih khusus motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditujukan

untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang

melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk

memperoleh prestasi yang lebih baik.3

Siswa yang tidak memiliki motivasi

belajar, tidak akan mungkin dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Begitupun sebaliknya, aktivitas belajar akan terwujud apabila ada motivasi

belajar dalam diri siswa.

1

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 1. 2

Ibid, 6. 3

(16)

2

Motivasi belajar sangat dibutuhkan siswa dalam proses belajar, terutama

pada pembelajaran Matematika yang dianggap siswa merupakan mata

pelajaran yang sangat sulit, sehingga membuat siswa tidak senang dan

bergairah dalam mempelajari Matematika. Sebagai pengetahuan, matematika

mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis,

dan logis. Ciri keabstrakan matematika yang tidak sederhana, menyebabkan

matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa

yang kurang tertarik terhadap matematika.4

Matematika yang diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi ilham bagi

paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk

implikasi sejarah Matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi diperbolehkan

menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan masalah Matematika.

Bahkan siswa-siswi diberi kebebasan dalam menggunakan bahasa dan

lambangnya sendiri. Paradigma semacam ini menjadi suatu kecenderungan

dalam pembelajaran matematika realistik atau matematika konstruktivis. 5

Pembelajaran matematika di SD / MI merupakan salah satu kajian yang

sangat menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik

antara hakikat anak dan hakikat Matematika. Untuk itu diperlukan adanya

jembatan yang dapat menyatukan perbedaan tersebut. Anak usia SD/ MI

sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya, hal ini karena

4

Heru, dkk, Pendidikan Matematika SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), 19. 5

(17)

3

tahap berfikir mereka masih belum formal, bahkan para siswa SD/ MI di

kelas-kelas rendah sebagian dari mereka masih berada pada tahap pra konvesional.6

Siswa SD/ MI umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13

tahun. Menurut piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Ia

mengemukakan bahwa kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika.

Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD/ MI masih terikat dengan objek

konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.7 Oleh karena itu, untuk

memudahkan pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa memerlukan

model pembelajaran yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru

sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dalam Matematika,

setiap konsep yang abstrak dan baru dipahami siswa sebaiknya diberi

penguatan, agar dapat diingat siswa. Untuk keperluan inilah, maka dibutuhkan

pembelajaran dengan melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar

hafalan atau mengingat fakta saja.8

Pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo mengalami kesulitan

dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Matematika

terutama pada materi bangun datar. Hal tersebut didasarkan atas hasil

wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Matematika kelas V. Siswa

terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak

6

Karso, dkk, Pendidikan Matematika 1, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), 14. 7

Heruman, Model Pembelajaran Matematika, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 1. 8

(18)

4

mendengarkan penjelasan dari guru. Situasi tersebut menyebabkan ketidak

nyamanan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa kurang dapat

merespon balik umpan yang diberikan oleh guru dikarenakan kurang fokus

dalam mengikuti pelajaran tersebut. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak

dapat tercapai dengan baik.9

Beberapa siswa mengatakan, ketika mereka mengikuti proses

pembelajaran merasa bosan jika di dalam kelas hanya diminta untuk mencatat,

menghafal, dan mengerjakan soal.10 Hal tersebut disebabkan karena kurangnya

kreatifitas dalam mengelola pembelajaran sehingga membuat pembelajaran

tersebut menjadi sangat membosankan. Dalam wawanacara dengan guru mata

pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo, dari jumlah

seluruh siswa kelas V sebanyak 30 siswa, terdapat 18 siswa yang mempunyai

motivasi belajar rendah dengan prosentase 60 % dan siswa yang mempunyai

motivasi belajar tinggi sebanyak 12 siswa dengan prosentase 40 %. Tinggi

rendahnya motivasi belajar siswa dilihat dari kebiasan belajar siswa didalam

kelas, seperti respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung,

seringnya siswa melakukan tanya jawab mengenai pelajaran baik dengan guru

maupun siswa lain, adanya hasrat siswa untuk mempelajari materi pelajaran

9

Sutamah, S.Pd, guru mata pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru, Sidoarjo, 24 Oktober 2016.

10

(19)

5

yang sedang berlangsung, serta mampu menyelesaikan tugas yang dibeerikan

ada saat pembelajaran berlangsung.11

Siswa merasa jenuh dalam pembelajaran Matematika yang diberikan,

sehingga membuat motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Hal ini

menjadikan peneliti mencoba menerapkan model Somatic Auditory

Visualization Intellectually yang digunakan untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat mengondisikan siswa untuk

terbiasa belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic), belajar dengan

berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan mengamati dan

menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan memecahkan masalah

dan merenung (Intellectually).

Berdasarkan masalah diatas, menjadi pendorong utama bagi peneliti

untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Motivasi Belajar Mata

Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization IntellectuallyPada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

11

(20)

6

1. Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization

Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU

Ngingas Waru Sidoarjo ?

2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas

Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model

Somatic Auditory Visualization Intellectually?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization

Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU

Ngingas Waru Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU

Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah

diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.

D. Tindakan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tindakan yang

dipilih oleh peneliti untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran

Matematika adalah dengan menggunakan model Somatic Auditory

(21)

7

pembelajaran Matematika yang kurang disukai oleh siswa, karena dengan

model tersebut, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic),

belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan

mengamati dan menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan

memecahkan masalah dan merenung (Intellectually).

Dengan menerapkan model Somatic Auditory Visualization

Intellectualy diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika. Model Somatic Auditory Visualization

Intellectually juga akan memberikan variasi baru pada proses pembelajaran.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada

siswa di kelas V di MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Terdapat beberapa

masalah yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus,

sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut akan dibatasi pada

hal-hal berikut :

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru

Sidoarjo.

2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika materi bangun

datar pada kelas V.

(22)

8

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritos, Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat

memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa pelajaran

Matematika pada siswa kelas V di MINU Ngingass Waru Sidoarjo

melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually.

Penelitian Tindakan Kelas ini juga dapat menjadi referensi bagi

penulisan karya ilmiah selanjutnya. Hasil dari penelitian ini dapat

menjadi alternatif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kegiatan

pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif,

menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

pelajaran Matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada

siswa kelas V di MINU Ngingas Waru.

2) Siswa mendapat pengalaman belajar sehingga pembelajaran

menjadi bermakna.

(23)

9

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi guru untuk

dapat mengembangkan program pembelajaran matematika yang lebih

aktif dan menarik.

c. Bagi Sekolah

Dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif,

sekolah mempunyai sumber daya manusia professional.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

1) Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

2) Memberikan sumbangan dalam keilmuan untuk memperbaiki dan

mengembangkan kualitas pendidikan, khususnya yang

bersangkutan dengan model Somatic Auditory Visualization

(24)

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi

dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.1 Motivasi

merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan

dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik

dari keadaan sebelumnya.2

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan

sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman,

atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya

perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun

dalam bertindak.3

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan

1

Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2012), 73.

2

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, 9.

3

(25)

11

internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung.4

Apabila hati dan pikiran seseorang bersih dari hal-hal yang dilarang

maka motivasi itu akan mudah muncul sehingga ia akan mudah juga dalam

melakukan sesuatu perbuatan tertentu tanpa harus memikirkannya terlebih

dahulu. Salah satunya adalah adanya motivasi dalam belajar, dengan hati

bersih maka ilmu akan mudah diterima dan ilmu tersebut dapat melekat

dipikiran dan hatinya sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya

dan orang lain. Adapun ayat yang berkenaan dengan motivasi dalam islam

terutama motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar :

Surat Al-Mujadilah : 11

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi kedudukan

orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang-orang yang beriman

diangkat kedudukannya oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang

yang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat memberi banyak

4

(26)

12

manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama

saja, tetapi termasuk di dalamnya ilmu-ilmu keduniaan. Apapun ilmu yang

dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, ilmu

itu tergolong salah satu dalam tiga pusaka yang tidak akan punah meskipun

pemiliknya telah meninggal dunia. Tiga pusaka dimaksud adalah sedekah

jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada

orang tuanya.

2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi belajar, maka

pada pokoknya motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis, antara lain :

a. Motivasi belajar intristik, merupakan motivasi yang tercakup di dalam

situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa, motivasi

yang timbul dalam diri siswa sendiri. Misalnya keinginan untuk

mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan

pengertian, dan mengembangkan sikap untuk berhasil.5

b. Motivasi belajar ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adnaya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu

belajar karena tau besok paginya akan ujian dengan harapan

mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh oleh orang lain.6

Indikator motivasi belajar ekstrinsik :

5

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), 162.

6

(27)

13

1) Pemberian hadiah bagi siswa yang aktif dalam kelas atau

mendapatkan nilai yang baik dalam proses pembelajaran sehingga

mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2) Pemberian pujian bagi siswa yang mempunyai prestasi dalam proses

pembelajaran, sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih giat

belajar.

Dalam islam, terdapat tiga jenis motivasi yang mendorong seseorang

untuk melakukan aktivitasnya, antara lain :

a. Motivasi materi atau kebendaan (al-quwwah al-madiyyah) yang meliputi

tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

jasmaninya. Contohnya, uang, mobil, rumah atau barang-barang lainya

adalah alat yang dapat mendorong naluri manusia untuk memilikinya

dengan melakukan aktivitas tertentu sehingga semuanya tadi bisa dia

peroleh.

b. Motivasi emosional atau non-materi (al-qudwah al-ma’nawiyah) yang

berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh

seseorang. Contohnya, perlawanan yang dilakukan seseorang kepada

orang lain yang telah merusak nama baiknya adalah perbuatan yang

didorong oleh kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang.

c. Motivasi spiritual (al-quwwah ar-ruhiyyah), yang berupa kesadaran

seseorang , bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Allah SWT.

Contohnya, motivasi para sahabat ketika bersama Rasulullah SAW pergi

(28)

14

itu hanya 300 lebih, sedangkan pasukan kaum Quraisy lebih dari 100

orang.7

Motivasi dalam belajar terdapat dalam sebuah hadits yang

berbunyi :

َ ة لسم و

َ لسم

َك

َ ل ع

َرة ضير ف

َلعلإ

َب ل ط

Artinya:

“Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim

perempuan”.

Berdasarkan hadits diatas, telah dijelaskan bahwa setiap muslim

diwajibkan untuk menuntut ilmu, sehingga hadits tersebut menjadi

motivasi bagi kaum muslimin untuk menuntut ilmu dengan

sebaik-baiknya.

3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada

motivasi berati tidak ada kegiatan belajar. Agar peran motivasi lebih

optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar

diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.8 Ada

beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut :

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan

sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah

dilakukan.

7

Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor : AlAzhar Press, 2010), 94 -97.

8

(29)

15

b. Semua siswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis tertentu yang

harus mendapat kepuasan, murid-murid yang dapat memenuhi

kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya

memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi

yang dipaksakan dari luar, karena kepuasan yang diperoleh oleh individu

itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.

d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru

yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang

juga berminat tinggi dan antusias pula, demikian murid yang antusias

akan mendorong motivasi siswa lain.

e. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

motivasi yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada tugas-tugas itu

dipaksakan oleh guru.9

f. Setiap siswa mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan.

Ada siswa yang karena kegagalannya justru menimbulkan dorongan, ada

siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap

kemungkinan timbulnya kegagalan, tergantung pada stabilitas emosinya

masing-masing.

g. Tekanan kelompok siswa kebanyakan lebih efektif dalam motivasi

daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.

9

(30)

16

h. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan

teknik pengajaran tertentu motivasi siswa dapat ditunjukkan kepada

kegiatan-kegiatan kreatif10

i. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Anak didik yang

mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin menyelesaikan setiap

pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan

yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga

dihari-hari mendatang.

j. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi

belajar dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak

didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati

mempelajari mata pelajaran itu.11

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal

penyebab mengapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak

mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi mendorong dan

mempengaruhi timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta merubah

kelakuan.12 Berikut fungsi motivasi dalam belajar antara lain :

a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi

karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.

10

Ibid,166.

11

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 121.

12

(31)

17

Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka memuaskan rasa ingin taunya

dari sesuatu yang ingin dipelajari. Sesuatu yang belum dikenal itu

akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tau .

Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu

objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang

apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tau tentang sesuatu. Sikap

itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan dalam belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik

itu merupakan suatu kekuatan yang tidak terbendung, yang kemudian

terjelmah dalam bentuk gerak psikofisik. Disini anak didik sudah

melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran

berproses dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan

sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana

perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.

Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran

tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran

yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana

tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak

didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar

(32)

18

dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat

membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh.13

5. Indikator Adanya Motivasi Belajar

Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

motivasi belajar seseorang antara lain :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar pada umumya

disebut motivasi berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan

suatu tugas dan pekerjaan untuk memperoleh kesempurnaan. Motif

berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat

diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang

mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha

menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda

pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini merupakan upaya pribadi.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan karena dorongan

menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan

itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena

jika tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan

mendapat malu dari pengajarnya, di olok-olok temannya, bahkan di

hukum orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan

13

(33)

19

anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar

dirinya.

c. Adanya harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang

Teori harapan didasarkan pada keyakinan bahwa orang

dipengaruhi oleh perasaannya sendiri tentang gambaran hasil tindakan

yang dilakukan.14 Contohnya siswa yang menginginkan nilai yang tinggi

akan belajar dengan baik, sehingga membuat nilai siswa tersebut menjadi

tinggi.

d. Adanya penghargaan dalam belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya

terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik

merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif

belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan

seperti “bagus”, “hebat” disamping akan menyenangkan siswa,

pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan

pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, apalagi jika

penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses

yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan

proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu

diingat, dipahami, dan dihargai.

14

(34)

20

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif

Motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar

dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui

belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan.

Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar

anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan

yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.15

6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Perlu diketahui bahwa cara dan jenis

menumbuhkan motivasi sangat bermacam-macam. Ada beberapa bentuk

dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah, antara

lain :

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk menccapai angka atau

nilai yang baik. Sehingga biasanya siswa dikejar adalah nilai ulangan

atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah

selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak

15

(35)

21

akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

sesuatu pekerjaaan tersebut.16

c. Saingan atau kompetensi

Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa, baik persaingan individu maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja

keras dengan mempertarukan harga diri merupakan salah satu bentuk

motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap

segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga

dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana

motivasi. Tetapi jangan terlalu sering karena bisa membosankan siswa.

Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya jika akan ulangan

harus terlebih dahulu diberitahukan kepada siswanya.17

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

16

Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 92.

17

(36)

22

mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi

pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

g. Pujian

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi

pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

h. Hukuman

Hukuman sebagai Reinforcement yang negatif tetapi jika

diberikan secara tepat dan bijak menjadi alat motivasi. Oleh karena itu,

guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud

untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu

kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak

didik itu memang ada motivasi belajar, sehingga sudah barang tentu

hasilnya akan lebih baik.18

j. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi

muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau

18

(37)

23

minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan

berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

menjadi alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.19

B.Matematika

1. Pengertian Matematika

Kata "Matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani

yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga

mathematikos yang diartikan sebagai "suka belajar ilmu matematika” telah

banyak dikenal orang pada masa prasejarah. Banyak ditemukan berbagai

tulisan matematika di berbagai wilayah yang merupakan sisa peninggalan

zaman prasejarah. Matematika tubuh dan berkembang karena proses

berpikir. Oleh karena itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya

matematika. Logika adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah

masa dewasa logika.20

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan

kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,

19

Ibid,95.

20

(38)

24

serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.21

2. Karakteristik Matematika

a. Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak,

walaupun setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa

matematikawan menganggap objek matematika itu “konkret” dalam

pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara lebih

tepat sebagai objek mental atau pikiran. Ada empat objek kajian

matematika, yaitu:

1) Fakta

Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika

yang biasanya ddiungkapkan lewat simbol tertentu. Contohnya,

simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk

bilangan dua, cukup dengan menggunakan simbol “2”.22

2) Operasi dan relasi

Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan

pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan

antara dua atau lebih elemen. Contohnya operasi antara lain

“penjumlahan”, “perpangkatan”, “gabungan”, “irisan”, dan lain-lain.

Sedangkan relasi antara lain “sama dengan”, “lebih kecil”, dan lain

-lain.

21

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 185.

22

(39)

25

3) Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah

objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Contohnya

“segitiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat

membedakan mana yang merupakan contoh segitiga.23

4) Prinsip

Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri

atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi

atau pun operasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip

adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Contohnya

sifat komunitatif dan sifat asosiatif dalam aritmatika merupakan suatu

prinsip.24

b. Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan

kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang

telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan

menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan. Contohnya lambang

bilangan yang digunakan sekarang “1,2,3, dan seterusnya” merupakan

contoh sederhana sebuah kesepakatan dalam matematika25

(40)

26

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat

deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran

yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan

ke hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam

bentuk yang amat sederhana. Contohnya, seorang siswa telah memahami

konsep dari “lingkaran”. Ketika berada di dapur ia dapat menggolongkan

mana peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan mana yang bukan

lingkaran26.

d. Konsisten dalam sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang

dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada

siste-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang

lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem

geometri dapat dipandang lepas satu sama lainnya. Di dalam sistem

aljabar terdaat pula beberapa sistem lain yang lebih “kecil” yang

berkaitan satu dengan lainnya.

Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi, artinya

bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu

teorema atau pun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang

telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna

maupun dalam hal lain nilai kebenarannya.27

e. Memiliki simbol yang kosong dari arti

26

Ibid, 39.

27

(41)

27

Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang

berupa huruf latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya.

Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang

biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat berupa

persamaam, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula model

matematika yang berupa gambar seperti bangun-bangun geometrik,

grafik, maupun diagram.

Contohnya seperti “x+y = z” tidak selalau berarti bahwa “x,y, dan

z” adalah huruf. Secara sederhan, bilangan-bilangan yang biasa

digunakan dalam pembelajaran bebas dari arti atau makna real. Jadi,

secara umum, simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan

bermakna sesuau bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu.28

f. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan kososngnya arti dari simol-simbol

matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya

memperhatikan pula semesta pembicaraannya. Semeste pembicaraan bisa

sempit bisa juga luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan,

maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah,

juga ditentukan oleh semesta pembicaraan yang digunakan.29

3. Tujuan Pembelajaran Matematika

28

Ibid,41.

29

(42)

28

Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dalam

Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan

bahwasannya mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.30

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V

30

(43)

29

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI,

matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus

diselenggarakan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran

Matematika kelas V SD/MI memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar. Pada kelas V semester I dan II Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar terdiri dari :31

Tabel 2.1

SK dan KD Matematika kelas V semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran

1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB

1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat 1.4 Mneghitung perpangkatan dan akar sederhana 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

operasi hitunh KPK dan FPB

Geometri dan

2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam

2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu 2.3 Melakukan pengukuran sudut

2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan

2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan

3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas

bangun datar

4.1 Menghitung volume kubus dan balok

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok

31

(44)

30

Tabel 2.2

SK dan KD Matematika kelas V semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan

dan skala

Geometri dan

Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

bangun datar dan bangun ruang sederhana

C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectualy

1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually

Model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually)

dikemukakan oleh Dave Meier. Direktur Center for Accelerated Learning di

Lake Geneva, Wisconsin. Model SAVI merupakan suatu model

pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas

intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat

dalam SAVI adalah Somatik, auditori, visual, dan intelektual. Keempat

unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa

optimal.32

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa

belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah

32

(45)

31

SAVI sendiri adalah pendekatan Somatic yang bermakna gerakan tubuh

(hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan

melakukan, Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi argumentasi,

mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization yang bermakna

belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,

mendemostrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan

Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan

kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran

dan berlatih menggunakannya melalui nalar, menyelidiki, mengidentifikasi,

menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan

menerapkan.33

2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually a. Somatic

Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tumbuh (soma).

Istilah somatik sama artinya dengan kinestetik. Belajar somatik berat

belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibat secara langsung.34 Belajar

somatik sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, para

pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik

menghapal informassi dengan mengasosiasikan gerakan sesuai dengan

33

Ngalimun, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016), 166.

34

(46)

32

fakta. Jadi para pelajar kinestetik mengutamakan belajar dengan cara

bergerak, bekerja, dan menyentuh.35

Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang

pembelajaran untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat pembelajar

bangkit dan aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran

memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan

aktivitas aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu keberhasilan

seseorang dalam pembelajaran.36

Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran

matematika, misalnya :

1) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada

berapa sisi yang terdapat dalam kubus.

2) Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat

belajar untuk menimbulkan rasa ingin tau.

3) Menjalankan pelatian belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan

lain-lain).

4) Melakukan tinjauan lapangan, gambar dan bicarakan apa yang

dipelajari.

b. Auditory

35

Bobi DePorte, Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan , (Bandung : Kaifa, 2002), 168.

36

(47)

33

Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran,

merupakan cara belajar strandar bagi semua masyarakat sejak adanya

manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.

Telinga terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori,

bahkan tanpa disadari seseoran mampu membuat beberapa area penting

didalam otak menjadi aktif.37

Belajar auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah melalui

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan

pendapat, dan menanggapi. Hal tersebut dapat diterapkan oleh guru pada

saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Siswa yang memiliki cara

belajar auditori harus diberikan suasana belajar yang mengajak mereka

membicarakan apa yang sedang mereka pelajari dan mengikutsertakan

keterlibatan indera pendengaran mereka secara aktif. 38

Belajar auditori dapat diterapkan dalam pembelajaran

matematika, antara lain :

1) Menyanyikan konsep kunci atau meminta siswa mengarang lagu

mengenai konsep tersebut.

2) Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di

sebelahnya satu hal yang dia pelajari.

3) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep dan

kunci petunjuk.

4) Gunakan musik sebagi aba-aba untuk kegiatan rutin.

37

Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, 95. 38

(48)

34

c. Visualization

Belajar Visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata

melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan

media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat

untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.

Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang

dibicarakan. Pembelajar visual lebih mudah belajar jika dapat melihat

apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual

belajar paling baik jika mereka melihat contoh dari dunia nyata, diagram,

peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika

mereka sedang belajar.39

Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika,

antara lain :

1) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan

peta, diagram, dan warna.

2) Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan simbol

visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.

3) Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada

saat menyajikan materi.

d. Intellectually

Belajar intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah

dan perpikir. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar

39

(49)

35

dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk

merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,

rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam

pembelajaran dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktivitas

seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif,

mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan menyaring

informasi, serta merumuskan pertanyaan.40

3. Langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellectually Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran Somatic

Auditory Visualization Intellectually dalam pembelajaran :

a. Somatic

1) Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk

bergerak ditempat-tempat yang berbeda.

2) Biarkanlah siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah

mendengarkan, menonton, dan berpikir.

3) Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang

mereka pelajari. 41

4) Sesekali mintalah mereka memperagakan gagasan mereka.

5) Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka

mengerjakan.

b. Auditory

40

Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan), 99.

41

(50)

36

1) Mintalah siswa untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari

orang lain.

2) Mintalah siswa untuk membaca buku atau handout dengan suara

keras.

3) Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat denga siswa-siswa

lain.

c. Visualization

1) Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian

mintalah mereka untuk membuat rangkuman dari materi yang telah

mereka baca.42

2) Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang

disampaikan diruang kelas.

3) Buatlah semacam versi ikon setiap konsep yang dijelaskan, lalu

pastikan bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk materi

selanjutnya.

d. Intellectualy

1) Setiap menyelesaikan suatu pengalaman belajar, mintallah siswa

untuk duduk sejenak merefleksikan apa yang telah dipelajari dan

menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui.

2) Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probling mengenai

materi pelajaran yang telah diajarkan dan mintalah siswa untuk

berpikir tentang pemecahannya.

42

(51)

37

3) Buatlah semacam daftar materi atau pokok-pokok pelajaran yang

memungkinkan siswa untuk menyusunnya dalam kategori-kategori.43

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually

Dalam model pembelajaran Somatic Auditory Visualization

Intellectually yang diterapkan dalam pemebelajaran, mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Kelebihan model terebut antara lain :

a. Membuat siswa tidak hanya duduk di kursi dan diam, tetapi membuat

mereka beraktivitas dengan menggunakan sebagian besar indra dan

pikiran.

b. Pembelajaran tidak hanya terpusat oleh guru.

c. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena banyak aktivitas yang

dilakukan sehingga akan terhindar dari rasa bosan.

d. Lebih leluasa dalam menggunakan berbagai media dan metode.

Selain mempunyai kelebihan, model Somatic Auditory Visualization

Intellectually juga mempunyai kelemahan. Kelemahan antara lain :

a. Pembelajaran yang melibatkan beberapa indra dan pikiran membutuhkan

kemampuan yang lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok

tersebut akan mengalami kesulitan.

b. Sarana dan prasarana yang digunakan akan lebih banyak.

c. Pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang di segala

aspek.

43

(52)

38

d. Membutuhkan pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agara siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran.44

44

(53)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang biasa dikenal dalam bahasa inggris

yaitu Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah

penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas,

upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari

jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di

kelas.1

Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah

metode penelitian kominasi atau mix mettode. Penelitian kombinasi adalah

penenlitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan

metode penelitian kuantitatif secara berurutan. Pada tahap awal penelitian

dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua

menggunakan metode kualitatif.2

Pola penelitian PTK ini dinamakan pola kolaboratif, hal ini karena

inisiatif untuk melaksanakan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar

yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. Masalah yang

1

M. Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor : Gralia Indonesia, 2008), 25.

2

(54)

40

hendak dilaksanakan dalam pola ini bukanlah masalah yang secara langsung

dan praktis dihadapi oleh guru, akan tetapi masalah yang bersifat umum yang

ditentukan oleh peneliti. Walaupun gagasan dan masalah penelitian muncul

bukan dari guru akan tetapi penelitian ini sangat bermanfaat untuk guru.

Dengan adanya penelitian ini, guru bersangkutan akan memiliki pengalaman

dalam melakukan tindakan sesuai dengan masalah yang diteliti.3

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru

bersangkutan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan seperti biasa, siswa

dibiarkan melakukan apa saja sesuai dengan kegiatan kesehariannya di sekolah

seperti tidak ada penelitian. Sebagai upaya peningkatan motivasi belajar mata

pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo

semester 1 tahun ajaran 2016/2017, peneliti menggunakan model pembelajaran

Somatic Auditory Visualization Intellectually.

Adapun model yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahap yaitu, Planning

(Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting

(refleksi). Keempat komponen tersebut membentuk satu siklus atau satu

kesatuan yang berkesinambungan.

3

(55)

41

Gambar 3.1

Prosedur PTK model Kurt Lewin

1. Penggalian Data

Penggalian data merupakan kegiatan awal yang bertujuan untuk

mengumpulkan data tentang situasi-situasi yang relevan dengan motivasi

pembelajaran Matematika. Perekaman data ini berupa wawancara,

kumpulan nilai peserta didik, dan observasi. Berdasarkan hasil

pengumpulan data tersebut, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang

selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.

2. Perencanaan

Perencanaan berdasarkan pada hasil dari penggalian data yang telah

dilakukan. Perencanaan mencakup tindakan yang akan dilaksanakan untuk Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Tindakan

Refleksi Tindakan

(56)

42

memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan

indikator yang sudah ditetapkan sebagai solusi dari permasalahan

kurangnya motivasi belajar pada siswa.

3. Tindakan

Tindakan ini mencakup hal apa saja yang harus dilakukan peneliti

sebagai upaya perbaikan, peningkatan yang akan dilaksanakan berpedoman

pada rencana tindakan. Jenis tindakkan yang dilakukan dalam Penelitian

Tindakan Kelas didasarkan pada teoritik dan empirik agar hasil peningkatan

kinerja dan hasil program menjadi optimal.

4. Pengamatan

Dalam kegiatan observasi, peneliti mengamati hasil dari tindakan

yang telah dilaksanakan terhadap siswa dan guru.

5. Refleksi

Pada tahap Refleksi, peneliti mengumpulkan dan menganalisis data

yang diperoleh selama melakukan observasi. Dari hasil observasi tersebut,

peneliti melakukan diskusi dengan guru, baik kekurangan maupun

ketercapaian. Pembelajaran pada sisklus pertama sebagai pertimbangan

perencanaan pada siklus berikutnya.

(57)

43

Penelitian ini dilakukan di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo,

dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diamati dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MINU

Ngingas Waru Sidoarjo pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan

jumlah siswa keseluruhan adalah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa

laki-laki dan 13 siswa perempuan.

C.Variabel Yang Diselidiki

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

dalam penelitian. Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperan

dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.4 Variabel-variabel dalam

penelitian ini yaitu :

a. Variabel input : Siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.

b. Variabel proses : Penerapan Model Somatic Auditory Visualization

Intellectually.

c. Variabel output : Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran Matematika.

D.Rencana Tindakan

4

Gambar

Tabel 2.1 SK dan KD Matematika kelas V semester I
Tabel 2.2
Gambar 3.1
  Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat sekiranya tidak menikah. Dalam kondisi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa memberikan nikmat dan limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

dalam Uji kontribusi latihan Squat Thrust dan Throw ball medicine sebesar 18.32% Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh antara latihan squat thrust dan throw

Gambar 7Cantilever dengan profil I Sesuai dengan tujuan awal penelitian ini yaitu untuk implementasi metode DDM pada kasus linear elastis, maka komputasi dilakukan

1) Hasil penerapan analisis konjoin untuk mengetahui preferensi pelanggan listrik prabayar di Kota Ambon, diketahui bahwa pelanggan lebih menyukai tampilan warna

Demikian juga sebaliknya, dapat dilihat bahwa sebesar 100% perawat dengan jumlah 9 orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi terkait keselamatan pasien (patient

Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 166 perawat pelaksana mempunyai pan- dangan model kepemimpinan yang paling dominan ditampilkan oleh kepala ruangan adalah