PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN
MATEMATIKA MELALUI MODEL SOMATIC AUDITORY
VISUALIZATION INTELLECTUALLY PADA SISWA KELAS V
MINU NGINGAS WARU SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
NIKMATUR ROCHMAH NIM. D77213083
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Nikmatur Rochmah. 2017. Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Pada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Wahyuniati, M.Si
Permasalahan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran selama ini yang dialami oleh siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo membuat siswa terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak menjelaskan penjelasan dari guru, sehingga motivasi belajar siswa rendah. Dari 30 siswa, hanya 40% siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo ? (2) Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran
Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization
Intellectually?. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo. (2) Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian pada siklus I dilaksanakan tanggal 7 Desember 2016 dan siklus II pada tanggal 14 Desember 2016.
Hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I nilai aktivitas siswa sebesar 71,5 kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 94,6. Sedangkan nilai aktivitas guru pada siklus I memperoleh nilai 73,5, pada siklus II meningkat menjadi 94,1. Motivasi belajar siswa pada siklus I diperoleh prosentase 73,3%. Pada siklus II meningkat menjadi 93,3% .
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Tindakan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A.Motivasi Belajar ... 10
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 10
2. Jenis-Jenis Motivasi ... 12
3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar ... 14
5. Indikator Adanya Motivasi Belajar ... 18
6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah ... 21
B. Matematika ... 24
1. Pengertian Matematika ... 24
2. Karakteristik Matematika ... 25
3. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 29
4. SK dan KD Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V ... 30
C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 32
1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually .... 32
2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 33
3. Langkah - Langkah Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 37
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 39
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A.Metode Penelitian ... 41
B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 44
C.Variabel Yang Diselidiki ... 45
D.Rencana Tindakan ... 45
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 50
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 50
2. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Analisis Data Penelitian ... 58
G.Indikator Kinerja ... 60
H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 63
2. Peningkatan Motivasi Belajar Setelah Diterapkannya Model
Somatic Auditory Visualization Intellectually ... 99
B. Pembahasan ... 104
BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 113
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 117
RIWAYAT HIDUP ... 118
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 SK dan KD Matematika kelas V semester 1 ... 31
2.2 SK dan KD Matematika kelas V semester 2 ... 31
3.1 Pedoman Wawancara Siswa ... 52
3.2 Observasi Aktivitas Guru ... 53
3.3 Observasi Aktivitas Siswa ... 54
3.4 Butir-Butir Angket ... 56
3.5 Skala Prosentase Hasil Angket Motivasi Belajar ... 59
4.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 74
4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 78
4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 91
4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 95
4.5 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 99
4.6 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 102
4.7 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 109
4.8 Nilai Kelompok dan Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 110
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Prosedur PTK Model Kurt Lewin ... 43
4.1 Kegiatan awal pembelajaran ... 66
4.2 Guru menjelaskan materi menggunakan media ... 67
4.3 Guru menuliskan materi dipapan tulis ... 69
4.4 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 69
4.5 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 70
4.6 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 71
4.7 Siswa menuliskan diskusinya di papan tulis ... 71
4.8 Siswa menanggapi hasil diskusi kelompok lain ... 72
4.9 Guru membimbing siswa pada jawaban yang benar ... 73
4.10 Siswa mengisi angket motivasi belajar ... 73
4.11 Kegiatan awal pembelajaran ... 85
4.12 Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa ... 86
4.13 Guru membagikan lembar kerja kelompok ... 87
4.14 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya ... 87
4.15 Guru membimbing siswa dalam berdiskusi ... 88
4.16 Siswa melakukan permainan ... 88
4.17 Siswa menuliskan diskusinya dipapan tulis ... 89
4.18 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya ... 89
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ... 104
4.2 Hasil Observasi Guru Siklus I dan II ... 105
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus I ... 119
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 124
Lembar Instrumen Validasi Dokumen RPP dan Soal Siklus II ... 132
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 137
Lembar Instrumen Validasi Angket Motivasi Belajar ... 144
Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 145
Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 157
Lembar Kerja Kelompok Siklus I ... 169
Lembar Kerja Kelompok Siklus II ... 177
Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 185
Pedoman Wawancara Siswa Siklus I ... 187
Profil Sekolah ... 189
Visi Misi Sekolah ... 192
Sejarah MINU Ngingas ... 193
Surat Tugas Dosen ... 195
Surat Izin Penelitian ... 196
Surat Keterangan Penelitian ... 197
Surat Pernyataan ... 198
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
3.1 Nilai Motivasi Belajar ... 59
3.2 Prosentase Motivasi Belajar ... 59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.1 Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan
kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.2
Motivasi pada dasarnya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan
dalam mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk didalamnya kegiatan belajar.
Secara lebih khusus motivasi belajar adalah segala sesuatu yang ditujukan
untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang
melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk
memperoleh prestasi yang lebih baik.3
Siswa yang tidak memiliki motivasi
belajar, tidak akan mungkin dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Begitupun sebaliknya, aktivitas belajar akan terwujud apabila ada motivasi
belajar dalam diri siswa.
1
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 1. 2
Ibid, 6. 3
2
Motivasi belajar sangat dibutuhkan siswa dalam proses belajar, terutama
pada pembelajaran Matematika yang dianggap siswa merupakan mata
pelajaran yang sangat sulit, sehingga membuat siswa tidak senang dan
bergairah dalam mempelajari Matematika. Sebagai pengetahuan, matematika
mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis,
dan logis. Ciri keabstrakan matematika yang tidak sederhana, menyebabkan
matematika tidak mudah untuk dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa
yang kurang tertarik terhadap matematika.4
Matematika yang diciptakan oleh manusia terdahulu, memberi ilham bagi
paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivistik sebagai bentuk
implikasi sejarah Matematika dalam pembelajaran. Siswa-siswi diperbolehkan
menggunakan usahanya sendiri dalam menyelesaikan masalah Matematika.
Bahkan siswa-siswi diberi kebebasan dalam menggunakan bahasa dan
lambangnya sendiri. Paradigma semacam ini menjadi suatu kecenderungan
dalam pembelajaran matematika realistik atau matematika konstruktivis. 5
Pembelajaran matematika di SD / MI merupakan salah satu kajian yang
sangat menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik
antara hakikat anak dan hakikat Matematika. Untuk itu diperlukan adanya
jembatan yang dapat menyatukan perbedaan tersebut. Anak usia SD/ MI
sedang mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya, hal ini karena
4
Heru, dkk, Pendidikan Matematika SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2012), 19. 5
3
tahap berfikir mereka masih belum formal, bahkan para siswa SD/ MI di
kelas-kelas rendah sebagian dari mereka masih berada pada tahap pra konvesional.6
Siswa SD/ MI umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13
tahun. Menurut piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Ia
mengemukakan bahwa kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika.
Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD/ MI masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra.7 Oleh karena itu, untuk
memudahkan pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa memerlukan
model pembelajaran yang dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru
sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Dalam Matematika,
setiap konsep yang abstrak dan baru dipahami siswa sebaiknya diberi
penguatan, agar dapat diingat siswa. Untuk keperluan inilah, maka dibutuhkan
pembelajaran dengan melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar
hafalan atau mengingat fakta saja.8
Pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo mengalami kesulitan
dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Matematika
terutama pada materi bangun datar. Hal tersebut didasarkan atas hasil
wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Matematika kelas V. Siswa
terlihat sering mengantuk, lemas, jenuh, malas mencatat materi, dan tidak
6
Karso, dkk, Pendidikan Matematika 1, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), 14. 7
Heruman, Model Pembelajaran Matematika, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 1. 8
4
mendengarkan penjelasan dari guru. Situasi tersebut menyebabkan ketidak
nyamanan dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa kurang dapat
merespon balik umpan yang diberikan oleh guru dikarenakan kurang fokus
dalam mengikuti pelajaran tersebut. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak
dapat tercapai dengan baik.9
Beberapa siswa mengatakan, ketika mereka mengikuti proses
pembelajaran merasa bosan jika di dalam kelas hanya diminta untuk mencatat,
menghafal, dan mengerjakan soal.10 Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kreatifitas dalam mengelola pembelajaran sehingga membuat pembelajaran
tersebut menjadi sangat membosankan. Dalam wawanacara dengan guru mata
pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo, dari jumlah
seluruh siswa kelas V sebanyak 30 siswa, terdapat 18 siswa yang mempunyai
motivasi belajar rendah dengan prosentase 60 % dan siswa yang mempunyai
motivasi belajar tinggi sebanyak 12 siswa dengan prosentase 40 %. Tinggi
rendahnya motivasi belajar siswa dilihat dari kebiasan belajar siswa didalam
kelas, seperti respon siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung,
seringnya siswa melakukan tanya jawab mengenai pelajaran baik dengan guru
maupun siswa lain, adanya hasrat siswa untuk mempelajari materi pelajaran
9
Sutamah, S.Pd, guru mata pelajaran Matematika kelas V MINU Ngingas Waru, Sidoarjo, 24 Oktober 2016.
10
5
yang sedang berlangsung, serta mampu menyelesaikan tugas yang dibeerikan
ada saat pembelajaran berlangsung.11
Siswa merasa jenuh dalam pembelajaran Matematika yang diberikan,
sehingga membuat motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Hal ini
menjadikan peneliti mencoba menerapkan model Somatic Auditory
Visualization Intellectually yang digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat mengondisikan siswa untuk
terbiasa belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic), belajar dengan
berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan mengamati dan
menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan memecahkan masalah
dan merenung (Intellectually).
Berdasarkan masalah diatas, menjadi pendorong utama bagi peneliti
untuk melakukan penelitian tentang “Peningkatan Motivasi Belajar Mata
Pelajaran Matematika Melalui Model Somatic Auditory Visualization IntellectuallyPada Siswa Kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
11
6
1. Bagaimana penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU
Ngingas Waru Sidoarjo ?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU Ngingas
Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah diterapkan model
Somatic Auditory Visualization Intellectually?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually pada mata pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU
Ngingas Waru Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas V MINU
Ngingas Waru Sidoarjo pada mata pelajaran Matematika setelah
diterapkan model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
D. Tindakan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tindakan yang
dipilih oleh peneliti untuk meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran
Matematika adalah dengan menggunakan model Somatic Auditory
7
pembelajaran Matematika yang kurang disukai oleh siswa, karena dengan
model tersebut, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat (Somatic),
belajar dengan berbicara dan mendengar (Auditory), belajar dengan
mengamati dan menggambarkan (Visualization), serta belajar dengan
memecahkan masalah dan merenung (Intellectually).
Dengan menerapkan model Somatic Auditory Visualization
Intellectualy diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika. Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually juga akan memberikan variasi baru pada proses pembelajaran.
E. Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada
siswa di kelas V di MINU Ngingas Waru Sidoarjo. Terdapat beberapa
masalah yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus,
sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut akan dibatasi pada
hal-hal berikut :
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru
Sidoarjo.
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Matematika materi bangun
datar pada kelas V.
8
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritos, Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa pelajaran
Matematika pada siswa kelas V di MINU Ngingass Waru Sidoarjo
melalui model Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Penelitian Tindakan Kelas ini juga dapat menjadi referensi bagi
penulisan karya ilmiah selanjutnya. Hasil dari penelitian ini dapat
menjadi alternatif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di kegiatan
pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif,
menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pelajaran Matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas V di MINU Ngingas Waru.
2) Siswa mendapat pengalaman belajar sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
9
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi guru untuk
dapat mengembangkan program pembelajaran matematika yang lebih
aktif dan menarik.
c. Bagi Sekolah
Dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif,
sekolah mempunyai sumber daya manusia professional.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
1) Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
2) Memberikan sumbangan dalam keilmuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan kualitas pendidikan, khususnya yang
bersangkutan dengan model Somatic Auditory Visualization
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.1 Motivasi
merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan
dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu yang lebih baik
dari keadaan sebelumnya.2
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman,
atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya
perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun
dalam bertindak.3
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan
1
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2012), 73.
2
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, 9.
3
11
internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umunya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.4
Apabila hati dan pikiran seseorang bersih dari hal-hal yang dilarang
maka motivasi itu akan mudah muncul sehingga ia akan mudah juga dalam
melakukan sesuatu perbuatan tertentu tanpa harus memikirkannya terlebih
dahulu. Salah satunya adalah adanya motivasi dalam belajar, dengan hati
bersih maka ilmu akan mudah diterima dan ilmu tersebut dapat melekat
dipikiran dan hatinya sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain. Adapun ayat yang berkenaan dengan motivasi dalam islam
terutama motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar :
Surat Al-Mujadilah : 11
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat tinggi kedudukan
orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu. Orang-orang yang beriman
diangkat kedudukannya oleh Allah dan Rasul-Nya, sedangkan orang-orang
yang berilmu diangkat kedudukannya karena mereka dapat memberi banyak
4
12
manfaat kepada orang lain. Ilmu disini tidak terbatas pada ilmu-ilmu agama
saja, tetapi termasuk di dalamnya ilmu-ilmu keduniaan. Apapun ilmu yang
dimiliki seseorang bila ilmu itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, ilmu
itu tergolong salah satu dalam tiga pusaka yang tidak akan punah meskipun
pemiliknya telah meninggal dunia. Tiga pusaka dimaksud adalah sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang mendoakan kepada
orang tuanya.
2. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi belajar, maka
pada pokoknya motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua jenis, antara lain :
a. Motivasi belajar intristik, merupakan motivasi yang tercakup di dalam
situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa, motivasi
yang timbul dalam diri siswa sendiri. Misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengertian, dan mengembangkan sikap untuk berhasil.5
b. Motivasi belajar ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adnaya perangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu
belajar karena tau besok paginya akan ujian dengan harapan
mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji oleh oleh orang lain.6
Indikator motivasi belajar ekstrinsik :
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), 162.
6
13
1) Pemberian hadiah bagi siswa yang aktif dalam kelas atau
mendapatkan nilai yang baik dalam proses pembelajaran sehingga
mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
2) Pemberian pujian bagi siswa yang mempunyai prestasi dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih giat
belajar.
Dalam islam, terdapat tiga jenis motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan aktivitasnya, antara lain :
a. Motivasi materi atau kebendaan (al-quwwah al-madiyyah) yang meliputi
tubuh manusia dan alat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
jasmaninya. Contohnya, uang, mobil, rumah atau barang-barang lainya
adalah alat yang dapat mendorong naluri manusia untuk memilikinya
dengan melakukan aktivitas tertentu sehingga semuanya tadi bisa dia
peroleh.
b. Motivasi emosional atau non-materi (al-qudwah al-ma’nawiyah) yang
berupa kondisi kejiwaan yang senantiasa dicari dan ingin dimiliki oleh
seseorang. Contohnya, perlawanan yang dilakukan seseorang kepada
orang lain yang telah merusak nama baiknya adalah perbuatan yang
didorong oleh kondisi kejiwaan atau psikologis seseorang.
c. Motivasi spiritual (al-quwwah ar-ruhiyyah), yang berupa kesadaran
seseorang , bahwa dirinya mempunyai hubungan dengan Allah SWT.
Contohnya, motivasi para sahabat ketika bersama Rasulullah SAW pergi
14
itu hanya 300 lebih, sedangkan pasukan kaum Quraisy lebih dari 100
orang.7
Motivasi dalam belajar terdapat dalam sebuah hadits yang
berbunyi :
َ ة لسم و
َ لسم
َك
َ ل ع
َرة ضير ف
َلعلإ
َب ل ط
Artinya:
“Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan”.
Berdasarkan hadits diatas, telah dijelaskan bahwa setiap muslim
diwajibkan untuk menuntut ilmu, sehingga hadits tersebut menjadi
motivasi bagi kaum muslimin untuk menuntut ilmu dengan
sebaik-baiknya.
3. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
motivasi berati tidak ada kegiatan belajar. Agar peran motivasi lebih
optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar
diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.8 Ada
beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut :
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah
dilakukan.
7
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor : AlAzhar Press, 2010), 94 -97.
8
15
b. Semua siswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis tertentu yang
harus mendapat kepuasan, murid-murid yang dapat memenuhi
kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya
memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi
yang dipaksakan dari luar, karena kepuasan yang diperoleh oleh individu
itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru
yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang
juga berminat tinggi dan antusias pula, demikian murid yang antusias
akan mendorong motivasi siswa lain.
e. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan
motivasi yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada tugas-tugas itu
dipaksakan oleh guru.9
f. Setiap siswa mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan.
Ada siswa yang karena kegagalannya justru menimbulkan dorongan, ada
siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap
kemungkinan timbulnya kegagalan, tergantung pada stabilitas emosinya
masing-masing.
g. Tekanan kelompok siswa kebanyakan lebih efektif dalam motivasi
daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
9
16
h. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan
teknik pengajaran tertentu motivasi siswa dapat ditunjukkan kepada
kegiatan-kegiatan kreatif10
i. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Anak didik yang
mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin menyelesaikan setiap
pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan
yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga
dihari-hari mendatang.
j. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Tinggi rendahnya motivasi
belajar dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak
didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati
mempelajari mata pelajaran itu.11
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal
penyebab mengapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang
telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi mendorong dan
mempengaruhi timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta merubah
kelakuan.12 Berikut fungsi motivasi dalam belajar antara lain :
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi
karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
10
Ibid,166.
11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 121.
12
17
Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka memuaskan rasa ingin taunya
dari sesuatu yang ingin dipelajari. Sesuatu yang belum dikenal itu
akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tau .
Anak didik pun mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu
objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang
apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tau tentang sesuatu. Sikap
itulah yang mendasari dan mendorong ke arah perbuatan dalam belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik
itu merupakan suatu kekuatan yang tidak terbendung, yang kemudian
terjelmah dalam bentuk gerak psikofisik. Disini anak didik sudah
melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran
berproses dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan
sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana
perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari mata pelajaran
tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran
yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana
tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak
didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar
18
dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat
membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh.13
5. Indikator Adanya Motivasi Belajar
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
motivasi belajar seseorang antara lain :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar pada umumya
disebut motivasi berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan
suatu tugas dan pekerjaan untuk memperoleh kesempurnaan. Motif
berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat
diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang
mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha
menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda
pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini merupakan upaya pribadi.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan karena dorongan
menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan
itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena
jika tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan
mendapat malu dari pengajarnya, di olok-olok temannya, bahkan di
hukum orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan
13
19
anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar
dirinya.
c. Adanya harapan dan cita-cita dimasa yang akan datang
Teori harapan didasarkan pada keyakinan bahwa orang
dipengaruhi oleh perasaannya sendiri tentang gambaran hasil tindakan
yang dilakukan.14 Contohnya siswa yang menginginkan nilai yang tinggi
akan belajar dengan baik, sehingga membuat nilai siswa tersebut menjadi
tinggi.
d. Adanya penghargaan dalam belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya
terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik
merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif
belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan
seperti “bagus”, “hebat” disamping akan menyenangkan siswa,
pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan
pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, apalagi jika
penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses
yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan
proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu
diingat, dipahami, dan dihargai.
14
20
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar
dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui
belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan.
Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar
anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan
yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.15
6. Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Perlu diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi sangat bermacam-macam. Ada beberapa bentuk
dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah, antara
lain :
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk menccapai angka atau
nilai yang baik. Sehingga biasanya siswa dikejar adalah nilai ulangan
atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak
15
21
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaaan tersebut.16
c. Saingan atau kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa, baik persaingan individu maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertarukan harga diri merupakan salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap
segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga
dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi jangan terlalu sering karena bisa membosankan siswa.
Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya jika akan ulangan
harus terlebih dahulu diberitahukan kepada siswanya.17
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
16
Sardiman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 92.
17
22
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
h. Hukuman
Hukuman sebagai Reinforcement yang negatif tetapi jika
diberikan secara tepat dan bijak menjadi alat motivasi. Oleh karena itu,
guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak
didik itu memang ada motivasi belajar, sehingga sudah barang tentu
hasilnya akan lebih baik.18
j. Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi
muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau
18
23
minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan
berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
menjadi alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.19
B.Matematika
1. Pengertian Matematika
Kata "Matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani
yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga
mathematikos yang diartikan sebagai "suka belajar ilmu matematika” telah
banyak dikenal orang pada masa prasejarah. Banyak ditemukan berbagai
tulisan matematika di berbagai wilayah yang merupakan sisa peninggalan
zaman prasejarah. Matematika tubuh dan berkembang karena proses
berpikir. Oleh karena itu logika merupakan dasar untuk terbentuknya
matematika. Logika adalah bayi matematika, sebaliknya matematika adalah
masa dewasa logika.20
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,
19
Ibid,95.
20
24
serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.21
2. Karakteristik Matematika
a. Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak,
walaupun setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa
matematikawan menganggap objek matematika itu “konkret” dalam
pikiran mereka, maka kita dapat menyebut objek matematika secara lebih
tepat sebagai objek mental atau pikiran. Ada empat objek kajian
matematika, yaitu:
1) Fakta
Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika
yang biasanya ddiungkapkan lewat simbol tertentu. Contohnya,
simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk
bilangan dua, cukup dengan menggunakan simbol “2”.22
2) Operasi dan relasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan
pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan
antara dua atau lebih elemen. Contohnya operasi antara lain
“penjumlahan”, “perpangkatan”, “gabungan”, “irisan”, dan lain-lain.
Sedangkan relasi antara lain “sama dengan”, “lebih kecil”, dan lain
-lain.
21
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, 185.
22
25
3) Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, apakah
objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Contohnya
“segitiga” adalah nama suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga.23
4) Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri
atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
atau pun operasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip
adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Contohnya
sifat komunitatif dan sifat asosiatif dalam aritmatika merupakan suatu
prinsip.24
b. Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan
kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang
telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan
menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan. Contohnya lambang
bilangan yang digunakan sekarang “1,2,3, dan seterusnya” merupakan
contoh sederhana sebuah kesepakatan dalam matematika25
26
Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran
yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan
ke hal yang bersifat khusus. Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam
bentuk yang amat sederhana. Contohnya, seorang siswa telah memahami
konsep dari “lingkaran”. Ketika berada di dapur ia dapat menggolongkan
mana peralatan dapur yang berbentuk lingkaran dan mana yang bukan
lingkaran26.
d. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang
dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada
siste-sistem yang berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang
lepas satu dengan lainnya. Sistem-sistem aljabar dengan sistem-sistem
geometri dapat dipandang lepas satu sama lainnya. Di dalam sistem
aljabar terdaat pula beberapa sistem lain yang lebih “kecil” yang
berkaitan satu dengan lainnya.
Di dalam masing-masing sistem berlaku konsistensi, artinya
bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu
teorema atau pun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna
maupun dalam hal lain nilai kebenarannya.27
e. Memiliki simbol yang kosong dari arti
26
Ibid, 39.
27
27
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang
berupa huruf latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya.
Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang
biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat berupa
persamaam, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula model
matematika yang berupa gambar seperti bangun-bangun geometrik,
grafik, maupun diagram.
Contohnya seperti “x+y = z” tidak selalau berarti bahwa “x,y, dan
z” adalah huruf. Secara sederhan, bilangan-bilangan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran bebas dari arti atau makna real. Jadi,
secara umum, simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan
bermakna sesuau bila kita mengaitkannya dengan konteks tertentu.28
f. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan kososngnya arti dari simol-simbol
matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya
memperhatikan pula semesta pembicaraannya. Semeste pembicaraan bisa
sempit bisa juga luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan,
maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.
Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah,
juga ditentukan oleh semesta pembicaraan yang digunakan.29
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
28
Ibid,41.
29
28
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dalam
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan
bahwasannya mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.30
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika SD/MI Kelas V
30
29
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI,
matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus
diselenggarakan mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran
Matematika kelas V SD/MI memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar. Pada kelas V semester I dan II Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar terdiri dari :31
Tabel 2.1
SK dan KD Matematika kelas V semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran
1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB
1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat 1.4 Mneghitung perpangkatan dan akar sederhana 1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitunh KPK dan FPB
Geometri dan
2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam
2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu 2.3 Melakukan pengukuran sudut
2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan
2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan
3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
bangun datar
4.1 Menghitung volume kubus dan balok
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
31
30
Tabel 2.2
SK dan KD Matematika kelas V semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan
dan skala
Geometri dan
Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri 6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar dan bangun ruang sederhana
C.Model Somatic Auditory Visualization Intellectualy
1. Pengertian Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually)
dikemukakan oleh Dave Meier. Direktur Center for Accelerated Learning di
Lake Geneva, Wisconsin. Model SAVI merupakan suatu model
pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua alat indera. Unsur-unsur yang terdapat
dalam SAVI adalah Somatik, auditori, visual, dan intelektual. Keempat
unsur ini harus ada dalam peristiwa pembelajaran, sehingga belajar bisa
optimal.32
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah
32
31
SAVI sendiri adalah pendekatan Somatic yang bermakna gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan
melakukan, Auditory bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization yang bermakna
belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemostrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan
Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran
dan berlatih menggunakannya melalui nalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan.33
2. Karakteristik Model Somatic Auditory Visualization Intellectually a. Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tumbuh (soma).
Istilah somatik sama artinya dengan kinestetik. Belajar somatik berat
belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibat secara langsung.34 Belajar
somatik sesuai untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, para
pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik
menghapal informassi dengan mengasosiasikan gerakan sesuai dengan
33
Ngalimun, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016), 166.
34
32
fakta. Jadi para pelajar kinestetik mengutamakan belajar dengan cara
bergerak, bekerja, dan menyentuh.35
Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang
pembelajaran untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat pembelajar
bangkit dan aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran
memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan
aktivitas aktif dan pasif secara fisik, dapat membantu keberhasilan
seseorang dalam pembelajaran.36
Belajar somatik dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika, misalnya :
1) Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari langkah demi langkah seperti menyebutkan ada
berapa sisi yang terdapat dalam kubus.
2) Menggunakan alat bantu (kerangka yang terbuat dari karton) saat
belajar untuk menimbulkan rasa ingin tau.
3) Menjalankan pelatian belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan
lain-lain).
4) Melakukan tinjauan lapangan, gambar dan bicarakan apa yang
dipelajari.
b. Auditory
35
Bobi DePorte, Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan , (Bandung : Kaifa, 2002), 168.
36
33
Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran,
merupakan cara belajar strandar bagi semua masyarakat sejak adanya
manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.
Telinga terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori,
bahkan tanpa disadari seseoran mampu membuat beberapa area penting
didalam otak menjadi aktif.37
Belajar auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan
pendapat, dan menanggapi. Hal tersebut dapat diterapkan oleh guru pada
saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Siswa yang memiliki cara
belajar auditori harus diberikan suasana belajar yang mengajak mereka
membicarakan apa yang sedang mereka pelajari dan mengikutsertakan
keterlibatan indera pendengaran mereka secara aktif. 38
Belajar auditori dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika, antara lain :
1) Menyanyikan konsep kunci atau meminta siswa mengarang lagu
mengenai konsep tersebut.
2) Setelah pembelajaran selesai, minta siswa memberitahukan teman di
sebelahnya satu hal yang dia pelajari.
3) Gunakan pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep dan
kunci petunjuk.
4) Gunakan musik sebagi aba-aba untuk kegiatan rutin.
37
Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook, 95. 38
34
c. Visualization
Belajar Visual adalah belajar dengan menggunakan indera mata
melalui mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, menggunakan
media dan alat peraga. Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.
Setiap orang lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang
dibicarakan. Pembelajar visual lebih mudah belajar jika dapat melihat
apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah. Pembelajar visual
belajar paling baik jika mereka melihat contoh dari dunia nyata, diagram,
peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika
mereka sedang belajar.39
Belajar visual dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika,
antara lain :
1) Dorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan
peta, diagram, dan warna.
2) Gunakan bahasa ikon dalam presentasi dengan menciptakan simbol
visual atau ikon yang mewakili konsep kunci.
3) Gantungkan gambar berisi informasi penting disekitar ruangan pada
saat menyajikan materi.
d. Intellectually
Belajar intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah
dan perpikir. Intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar
39
35
dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna,
rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Aspek intelektual dalam
pembelajaran dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktivitas
seperti memecahkan masalah, melahirkan gagasan yang kreatif,
mengajarkan perencanaan yang strategis, mencari dan menyaring
informasi, serta merumuskan pertanyaan.40
3. Langkah-langkah model Somatic Auditory Visualization Intellectually Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran Somatic
Auditory Visualization Intellectually dalam pembelajaran :
a. Somatic
1) Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk
bergerak ditempat-tempat yang berbeda.
2) Biarkanlah siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah
mendengarkan, menonton, dan berpikir.
3) Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang
mereka pelajari. 41
4) Sesekali mintalah mereka memperagakan gagasan mereka.
5) Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka
mengerjakan.
b. Auditory
40
Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan), 99.
41
36
1) Mintalah siswa untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari
orang lain.
2) Mintalah siswa untuk membaca buku atau handout dengan suara
keras.
3) Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat denga siswa-siswa
lain.
c. Visualization
1) Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian
mintalah mereka untuk membuat rangkuman dari materi yang telah
mereka baca.42
2) Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang
disampaikan diruang kelas.
3) Buatlah semacam versi ikon setiap konsep yang dijelaskan, lalu
pastikan bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk materi
selanjutnya.
d. Intellectualy
1) Setiap menyelesaikan suatu pengalaman belajar, mintallah siswa
untuk duduk sejenak merefleksikan apa yang telah dipelajari dan
menghubungkannya dengan apa yang telah diketahui.
2) Cobalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan probling mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan dan mintalah siswa untuk
berpikir tentang pemecahannya.
42
37
3) Buatlah semacam daftar materi atau pokok-pokok pelajaran yang
memungkinkan siswa untuk menyusunnya dalam kategori-kategori.43
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Somatic Auditory Visualization Intellectually
Dalam model pembelajaran Somatic Auditory Visualization
Intellectually yang diterapkan dalam pemebelajaran, mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan model terebut antara lain :
a. Membuat siswa tidak hanya duduk di kursi dan diam, tetapi membuat
mereka beraktivitas dengan menggunakan sebagian besar indra dan
pikiran.
b. Pembelajaran tidak hanya terpusat oleh guru.
c. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena banyak aktivitas yang
dilakukan sehingga akan terhindar dari rasa bosan.
d. Lebih leluasa dalam menggunakan berbagai media dan metode.
Selain mempunyai kelebihan, model Somatic Auditory Visualization
Intellectually juga mempunyai kelemahan. Kelemahan antara lain :
a. Pembelajaran yang melibatkan beberapa indra dan pikiran membutuhkan
kemampuan yang lebih sehingga kemungkinan penerapan kedua pokok
tersebut akan mengalami kesulitan.
b. Sarana dan prasarana yang digunakan akan lebih banyak.
c. Pembelajaran membutuhkan persiapan yang lebih matang di segala
aspek.
43
38
d. Membutuhkan pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agara siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran.44
44
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang biasa dikenal dalam bahasa inggris
yaitu Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas,
upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari
jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di
kelas.1
Metode yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
metode penelitian kominasi atau mix mettode. Penelitian kombinasi adalah
penenlitian yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan
metode penelitian kuantitatif secara berurutan. Pada tahap awal penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua
menggunakan metode kualitatif.2
Pola penelitian PTK ini dinamakan pola kolaboratif, hal ini karena
inisiatif untuk melaksanakan PTK tidak dari guru, akan tetapi dari pihak luar
yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. Masalah yang
1
M. Basrowi, dkk, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor : Gralia Indonesia, 2008), 25.
2
40
hendak dilaksanakan dalam pola ini bukanlah masalah yang secara langsung
dan praktis dihadapi oleh guru, akan tetapi masalah yang bersifat umum yang
ditentukan oleh peneliti. Walaupun gagasan dan masalah penelitian muncul
bukan dari guru akan tetapi penelitian ini sangat bermanfaat untuk guru.
Dengan adanya penelitian ini, guru bersangkutan akan memiliki pengalaman
dalam melakukan tindakan sesuai dengan masalah yang diteliti.3
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru
bersangkutan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan seperti biasa, siswa
dibiarkan melakukan apa saja sesuai dengan kegiatan kesehariannya di sekolah
seperti tidak ada penelitian. Sebagai upaya peningkatan motivasi belajar mata
pelajaran Matematika pada siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo
semester 1 tahun ajaran 2016/2017, peneliti menggunakan model pembelajaran
Somatic Auditory Visualization Intellectually.
Adapun model yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahap yaitu, Planning
(Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting
(refleksi). Keempat komponen tersebut membentuk satu siklus atau satu
kesatuan yang berkesinambungan.
3
41
Gambar 3.1
Prosedur PTK model Kurt Lewin
1. Penggalian Data
Penggalian data merupakan kegiatan awal yang bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang situasi-situasi yang relevan dengan motivasi
pembelajaran Matematika. Perekaman data ini berupa wawancara,
kumpulan nilai peserta didik, dan observasi. Berdasarkan hasil
pengumpulan data tersebut, dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian.
2. Perencanaan
Perencanaan berdasarkan pada hasil dari penggalian data yang telah
dilakukan. Perencanaan mencakup tindakan yang akan dilaksanakan untuk Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Tindakan
Refleksi Tindakan
42
memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar siswa sesuai dengan
indikator yang sudah ditetapkan sebagai solusi dari permasalahan
kurangnya motivasi belajar pada siswa.
3. Tindakan
Tindakan ini mencakup hal apa saja yang harus dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan yang akan dilaksanakan berpedoman
pada rencana tindakan. Jenis tindakkan yang dilakukan dalam Penelitian
Tindakan Kelas didasarkan pada teoritik dan empirik agar hasil peningkatan
kinerja dan hasil program menjadi optimal.
4. Pengamatan
Dalam kegiatan observasi, peneliti mengamati hasil dari tindakan
yang telah dilaksanakan terhadap siswa dan guru.
5. Refleksi
Pada tahap Refleksi, peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperoleh selama melakukan observasi. Dari hasil observasi tersebut,
peneliti melakukan diskusi dengan guru, baik kekurangan maupun
ketercapaian. Pembelajaran pada sisklus pertama sebagai pertimbangan
perencanaan pada siklus berikutnya.
43
Penelitian ini dilakukan di kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo,
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diamati dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MINU
Ngingas Waru Sidoarjo pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan
jumlah siswa keseluruhan adalah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa
laki-laki dan 13 siswa perempuan.
C.Variabel Yang Diselidiki
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
dalam penelitian. Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.4 Variabel-variabel dalam
penelitian ini yaitu :
a. Variabel input : Siswa kelas V MINU Ngingas Waru Sidoarjo.
b. Variabel proses : Penerapan Model Somatic Auditory Visualization
Intellectually.
c. Variabel output : Peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika.
D.Rencana Tindakan
4