• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok

2.1.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung/dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).

(2)

2.1.2 Kandungan Rokok

Berikut adalah beberapa baha

1.

2.

kimia di antaranya bersifat

3. cyano.

4.

terbakar dan tidak berwarna.

5.

6.

sebagai metil alkohol.

7.

hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.

8.

kombinasi dengan unsur- unsur tertentu.

9.

mengawetkan mayat.

10.

membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.

11.

12.

(3)

2.1.3 Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas da

Rokok berdasarkan bahan pembungkus:

1.

2.

3.

4.

tembakau.

5. Rokok putih: rokok yang isinya hanya daun tembakau,terkadang ada yang diberi aroma tertentu untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

6. Rokok kretek: rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau dan cengkeh.

7. Rokok Klembak: rokok yang bahan bakunya berupa tembakau, cengkeh dan kemenyan.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi:

1.

yang diber

2.

(4)

3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan proses pembuatannya:

1.

cara bantu sederhana.

2.

menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan berupa rokok batangan namun telah dalam bent pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, sat yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar dan lingkar

(5)

Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :

1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.

2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.

Rokok berdasarkan penggunaa

1.

2.

terdapat gabus. Dilihat dari komposisinya :

1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasa ditemukan di Asia Tenggara dan India.

2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.

(6)

4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap dengan hidung atau mulut.

5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahanyang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe- kafe.

2.1.4 Bahaya rokok pada tubuh

Berbagai macam anggota tubuh dapat terkena penyakit yang disebabkan oleh merokok. Berikut adalah bagian- bagian tubuh dan penyakit yang ditimbulkan akibat merokok :

1. Mata

Rokok dapat menyebabkan katarak dan menyebabkan kebutaan. Resiko perokok adalah tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.

2. Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus

(7)

3. Gigi

Pada perokok, resiko menderita periodontitis (gusi terbakar yang mengarah ke infeksi dan akan merusak jaringan halus dan tulang) sebesar 10 kali lebih tinggi.

4. Paru- paru

Penyakit yang mungkin diderita oleh perokok pada fungsi tubuh paru-paru adalah kanker paru- paru, pneumonia, bronkhitis, asma, dan batuk kronis. Kematian akibat kanker paru- paru yang disebabkan oleh rokok diperkirakan berkisar lebih dari 80%. Selain itu, studi di Finlandia, menunjukkan bahwa merokok pasif menyumbang timbulnya penyakit asma pada orang dewasa. Dan di Inggris, studi yang dilakukan oleh National Asma Campaign menunjukkan bahwa rokok memicu serangan asma pada 80% penderita.

5. Perut

Penyakit akibat merokok yang menyerang perut adalah kanker perut dan lambung. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiko kanker perut berbanding lurus dengan jumlah dan lama merokok.

6. Ginjal

Kanker ginjal dapat juga menyerang perokok dan kanker ini lebih sering ditemukan di antara perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.

7. Pankreas

(8)

8. Kantung Kemih

Kanker kandung kemih merupakan salah satu resiko yang dapat diderita oleh perokok.

9. Leher Rahim

Kanker juga dapat menyerang di bagian leher rahim pada penderita perokok.

10. Kehamilan

Pada ibu hamil, merokok dapat menyebabkan bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah dan keguguran. Menurut WHO, wanita merokok pada negara maju adalah 15%, pada negara berkembang adalah 8%. Sedangkan di Amerika Serikat, wanita perokok mencapai 15%-30% dan sebagian dari mereka adalah wanita hamil.

11. Tulang

Merokok dapat menyebabkan tulang rapuh. 12. Darah

(9)

2.2 Perilaku Merokok 2.2.1 Definisi

Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan tembakau. Hal ini seperti dituliskan dalam kertas Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas (KBBI, 1990). Lebih jauh lagi Poerwadarminta (2007), mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok. Fakhrurrozi mengidentifikasi merokok sebagai overt behavior karena merokok merupakan perilaku yang nampak. Sebagai overt behavior merokok merupakan perilaku yang dapat terlihat karena ketika merokok individu melakukan suatu kegiatan yang nampak yaitu menghisap asap rokok yang dibakar ke dalam tubuh. Hal ini senada dengan pendapat Armstrong (2007), merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Definisi perokok menurut WHO untuk sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya.

(10)

Selain itu, juga dapat merusak sperma dan menyebabkan impotensi, memicu penggumpalan darah sehingga sirkulasi darah tidak lancar. Pada wanita hamil dapat memperbesar risiko keguguran, kematian pada janin atau menimbulkan kecacatan pada bayi. Merokok juga dapat meningkatkan sekresi lendir di seluruh saluran pernafasan meningkat, memperlambat gerakan bulu- bulu getar (cilia) pada dinding saluran nafas bahkan silia dapat terbakar karena efek panas dari asap rokok. Hal tersebut mengurangi kemampuan silia dan lendir untuk mengeluarkan kontaminan (benda asing) menjadi berkurang, dinding saluran nafas meradang yang akhirnya dapat berkembang menjadi kanker.

(11)

Gejala- gejala kecanduan yang terjadi jika individu berhenti merokok meliputi: Mudah tersinggung, gelisah, mudah cemas, gugup, kesadaran dan perhatian menurun, gangguan tidur, dan cepat lapar. Gejala- gejala ini bisa terjadi setelah beberapa jam seseorang berhenti merokok, sehingga inilah yang menyebabkan seseorang kembali merokok dalam waktu singkat. Gejala- gejala ini mencapai puncaknya pada hari- hari awal ketika berhenti merokok, dan mungkin mereda dalam beberapa minggu. Namun bagi sebagian orang, gejala ini akan tetap bertahan selama berbulan bulan.

2.2.2 Jenis Perokok

Perokok dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Perokok Aktif

Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas, daun, dan kulit jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari mulut mereka. Tujuan mereka merokok pada umumnya adalah untuk menghangatkan badan mereka dari suhu yang dingin. Tapi seiring perjalanan waktu pemanfaatan rokok disalah artikan, sekarang rokok dianggap sebagai suatu sarana untuk pembuktian jati diri bahwa mereka yang merokok adalah keren.

2) Perokok Pasif

(12)

asap rokoknya sendiri.

2.2.3 Tahapan dalam Perilaku Merokok

Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu. Levental dan Clearly mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu:

a. Tahap Perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal- hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

b. Tahap Initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

c. Tahap Becoming a Smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka ia mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

d. Tahap Maintenance of Smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.

2.2.4 Tipe-tipe Perilaku Merokok

Terdapat berbagai pembagian tipe perilaku merokok yang dibedakan berdasarkan berbagai aspek, diantaranya sebagai berikut.

A. Berdasarkan tempat aktivitas merokok dilakukan, berdasarkan tempat di mana seseorang menghisap rokok. Mu’tadin (2002), menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:

(13)

a). Kelompok homogen (sama- sama perokok), secara berkelompok mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di area merokok.

b). Kelompok heterogen (merokok di tengah orang- orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompok, orang sakit, dll).

2). Merokok di tempat- tempat yang bersifat pribadi

a). Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b). Toilet, perokok jenis ini dapat digolongkam sebagai orang yang suka berfantasi.

B. Berdasarkan manajemen terhadap afeksi yang ditimbulkan rokok

Menurut Silvan dan Tomkins (2002), ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management theory of affect, keempat tipe tersebut adalah:

1) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

a) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b) Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedar menyenangkan perasaan.

(14)

2) Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif, banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif yang dirasakannya. Misalnya, merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelemat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi dengan tujuan menghindari perasan yang tidak enak.

3) Tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang

4) Tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan, mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.

C. Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari

Menurut Smet (1994), tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyak rokok yang dihisap menjadi tiga tipe, yaitu:

1). Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari 2). Perokok sedang yang menghisap 5 - 14 batang rokok dalam sehari 3). Perokok ringan yang menghisap 1 - 4 batang rokok dalam sehari.

2.3 Sejarah munculnya Rokok

(15)

memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata.

Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe

Ada pun sejarah yang menjelaskan bahwa sejarah rokok dimulai dari mengunyah tembakau dan mengisap tembakau melalui sebuah pipa yang dilakukan warga asli benua Amerika (Maya, dkk) sejak 1.000 tahun sebelum masehi. Mereka melaksanakan tradisi membakar tembakau yang bertujuan untuk menunjukkan persahabatan dan persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan.

(16)

semenjak periode dinasti Ottoman. Setelah permintaan tembakau mengalamai kenaikan dan lonjakan di Eropa, budidaya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika.

Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikuti oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Sejarah rokok di Indonesia muncul pada tahun 1880, Haji Jamahri dari Kudus adalah orang yang pertama kali meramu tembakau dengan cengkeh. Tujuan awalnya adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Istilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, istilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh yang berbunyi kretek.

Sejarah lainnya menyebutkan bahwa rokok pertama kali muncul dengan bentuk yang kita lihat sekarang ini kurang lebih muncul pada tahun 1492 M ketika pelaut Spanyol melihat pohon tembakau ketika para pelaut menemukan benua Amerika. Sejak itu rokok mulai menyebar begitu cepat di Eropa tepatnya di akhir abad ke-16 dan terus mendunia sampai Raja Inggris James I mulai melarang keras peredaran rokok, dia mengeluarkan pengumuman pada tahun 1604 M tentang pelarangan rokok, di Rusia pada tahun 1634 dikeluarkan peraturan yang sangat keras terhadap para perokok, penjual serta pembeli yang tertangkap diberi hukuman berupa dipotong hidungnya serta dicambuk badannya, apabila merokok lagi maka akan diasingkan ke Siberia atau dihukum mati.

(17)

rokok pertama kali di negara-negara Islam di akhir tahun ke-110 H, dibawa pertama kali oleh kaum Nashara (al-Asyribah wa Ahkamuha karya DR.Majid Abu Rikhiyyah, juga al-Mausu'ah al-Muyassarah I/489 oleh Muhammad Syafiq Girbal).

Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib setiap prajurit saat Perang Dunia Pertama. Karena fakt terbukti, rokok pada jamannya pernah diiklankan dengan menggunakan beragam model, dari bayi hingga dokter, tetapi sekarang ini fakta rokok yang berbahaya terhadap kesehatan telah dibenarkan oleh medis, misalnya menimbulka sehingga dampaknya memang sekarang hampir tidak ada iklan yg muncul tentang rokok.

(18)

2.4 Rumah Sakit 2.4.1 Definisi

Undang-undang Republik Indonesia tentang Rumah Sakit no. 44 tahun 2009 BAB I pasal 1 menyebutkan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut buku pedoman penyelenggaraan pelayanan rumah sakit, Rumah sakit adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan.

(19)

2.5 Kebijakan 2.5.1 Definisi

Istilah kebijakan publik adalah terjemahan istilah bahasa Inggris yaitu

Public Policy, kata policy ada yang menerjemahkan menjadi kebijakan (Wibawa, 1994) dan ada juga yang menerjemahkan menjadi kebijaksanaan (Islamy, 2001). Meskipun belum ada kesepakatan apakah policy diterjemahkan menjadi Kebijakan ataukah kebijaksanaan akan tetapi tampaknya kecenderungan yang akan datang untuk policy digunakan istilah kebijakan maka dalam modul ini, untuk public policy diterjemahkan menjadi kebijakan publik.

a. Thomas R. Dye

Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut:

(20)

dapat dikatakan belum adanya kebijakan publik yang dapat dikategorikan sebagai tidak melakukan sesuatu.

b. James E. Anderson

Anderson mengatakan: Public Policies are those policies developed by governmental bodies and officials. (Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah).

c. David Easton

David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai berikut: Public policy is the authoritative allocation of values for the whole society

(Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat).

d. Kesimpulan

a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah.

b. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak meiakukan sesuatu itu mempunyai tujuan tertentu.

c. Kebijakan publik ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

2.5.2 Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi yang merupakan terjemahan dari kata implementation, berasal dari kata kerja to implement. Menurut Webster’s Dictionary (2008), kata

to implement berasal dari bahasa Latin implementum dari asal kata impere dan

(21)

Dictionary (2008) selanjutnya kata to implement dimaksudkan sebagai: (1) to carry into effect; accomplish. (2) to provide with the means for carrying out into effect or fulfilling; to give practical effect to. (3) to provide or equip with implements.

Pertama, to implement dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat); melengkapi dan menyelesaikan. Kedua, to implement dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu. Ketiga, to implement dimaksudkan menyediakan atau melengkapi dengan alat. Sehubungan dengan kata implementasi di atas, Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa,

ímplementation as tocarry out, accomplish fulfill produce,complete. Maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi (Tachan, 2008)

Jadi secara etimologis implementasi itu dapat dimaksudkasn sebagai suatu aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila pengertian implementasi di atas dirangkaikan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

(22)

mengemukakakan bahwa: Policy implementation, …is the stage of policy making between the establishment of a policy…and the consequences of the policy for the

people whom it affects (Tachan, 2008). Sedangkan Grindle (2008) mengemukakan bahwa: implementation a general process of administrative action that can be investigated at specific program level.

Dari uraian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan/disetujui. Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika yang top-down, maksudnya menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro. Sedangkan formulasi kebijakan mengandung logika bottom up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan lingkungan lalu diikuti dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara pemecahannya, kemudian diusulkan untuk ditetapkan.

Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan (Gaffar, 2009)

(23)

Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan implementasi termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara konkrit ke masyarakat.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, dan untuk mengimplementasikan kebijakan publik tersebut maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program- program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk UU atau Perda adalah jenis kebijakan yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung dioperasionalkan antara lain Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah, Keptusan Kepala Dinas, dll (Dwijowijoto, 2004)

(24)

Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu tidak hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif seperti undang- undang dan kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu dengan sarana- sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu (Sunggono, 1994). Proses implementasi kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan- tujuan kebijakan publik telah ditetapkan, program- program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian tujuan kebijakan tersebut.

Edward III mengajukan pendekatan masalah implementasi dengan terlebih dahulu mengemukakan dua pertanyaan pokok, yakni: (i) faktor apa yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan dan (ii) faktor apa yang menghambat keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan kedua pertanyaan tersebut dirumuskan empat faktor yang merupakan syarat utama keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat faktor tersebut menjadi kriteria penting dalam implementasi suatu kebijakan.

(25)

disposisi. Namun Komunikasi yang terlampau detail akan mempengaruhi moral dan independensi implementor, bergesernya tujuan dan terjadinya pemborosan sumber daya seperti keterampilan, kreatifitas, dan kemampuan adaptasi. Sumber daya saling berkaitan dengan komunikasi dan mempengaruhi disposisi dalam implementasi. Demikian juga disposisi dari implementor akan mempengaruhi bagaimana mereka menginterpertasikan komunikasi kebijakan baik dalam menerima maupun dalam mengelaborasi lebih lanjut ke bawah rantai komando.

Menurut Teori Implementasi Kebijakan Edward III yang dikutip oleh winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan, yaitu :

1) Komunikasi.

(26)

2) Sumber-sumber.

Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi: staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.

3) Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku (sikap birokrasi).

Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.

4) Struktur birokrasi.

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu struktur pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta (Winarno, 2002). Menurut Teori Proses Implementasi Kebijakan menurut Van Meter dan Horn yang dikutip oleh Winarno, faktor-faktor yang mendukungimplementasi kebijakan yaitu:

(a) Ukuran-ukuran dan tujuan kebijakan.

(27)

adalah mencakup dana atau perangsang (incentive) lain yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif. (b) Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana. (c) Karakteristik badan-badan pelaksana: Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan. (d) Kondisi ekonomi, sosial dan politik: Kondisi ekonomi, sosial dan politik dapat mempengaruhi badan-badan pelaksana dalam pencapaian implementasi kebijakan. (e) Kecenderungan para pelaksana.

2.5.3 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan (Winarno, 2002). Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna menurut Teori Implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gun yang dikutip oleh Wahab, yaitu :

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan mengalami gangguan atau kendala yang serius. Hambatan- hambatan tersebut mungkin sifatnya fisik, politis dan sebagainya.

b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber- sumber yang cukup memadai.

(28)

d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasarkan oleh suatu hubungan kausalitas yang handal.

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnnya.

f. Hubungan saling ketergantungan kecil.

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. h. Tugas- tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

j. Pihak- pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna (Wahab, 1997)

Intensitas kecenderungan-kecenderungan dari para pelaksana kebijakan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian kebijakan (Winarno, 2002). Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya. Menurut James Anderson yang dikutip oleh Sunggono, masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik dikarenakan :

(1) Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan- keputusan badan- badan pemerintah

(2) Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan

(29)

(4) Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu lebih sesuai dengan kepentingan pribadi

(5) Adanya sanksi- sanksi tertentu yaang akan dikenakan apabila tidak melaksanakan suatu kebijakan (Sunggono,1994)

2.5.4 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan

Menurut Sunggono, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:

a. Isi kebijakan

Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana- sarana dan penerapan prioritas, atau program- program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun

ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan diimplementasiakan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan- kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan kekurangan yang menyangkut sumber daya- sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.

b. Informasi

(30)

c. Dukungan

Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.

d. Pembagian Potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang kurang jelas (Sunggono, 1994). Adanya penyesuaian waktu khususnya bagi kebijakan-kebijakan yang kontroversial yang lebih banyak mendapat penolakan warga masyarakat dalam implementasinya.

Menurut Anderson, faktor- faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu :

a) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum, dimana terdapat beberapa peraturan perundang- undangan atau kebijakan publik yang bersifat kurang mengikat individu- individu

(31)

c) Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantara anggota masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum

d) Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan ukuran kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidakpatuhan orang pada hukum atau kebijakan publik

e) Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan sistem nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok- kelompok tertentu dalam masyarakat (Sunggono, 1994)

Suatu kebijakan publik akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai manfaat positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia sebagai anggota masyarakat harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Sehingga apabila perilaku atau perbuatan mereka tidak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara, maka suatu kebijakan publik tidaklah efektif.

2.5.5 Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kebijakan

(32)

a. Peraturan hukum ataupun kebijakan itu sendiri, di mana terdapat kemungkinan adanya ketidakcocokan antara kebijakan-kebijakan dengan hukum yang tidak tertulis atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

b. Mentalitas petugas yang menerapkan hukum atau kebijakan. Para petugas hukum (secara formal) yang mencakup hakim, jaksa, polisi, dan sebagainya harus memiliki mental yang baik dalam melaksanakan (menerapkan) suatu peraturan perundang- undangan atau kebijakan. Sebab apabila terjadi yang sebaliknya, maka akan terjadi gangguan- gangguan atau hambatan- hambatan dalam melaksanakan kebijakan/peraturan hukum.

c. Fasilitas, yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan suatu peraturan hukum. Apabila suatu peraturan perundang- undangan ingin terlaksana dengan baik, harus pula ditunjang oleh fasilitas- fasilitas yang memadai agar tidak menimbulkan gangguan- gangguan atau hambatan- hambatan dalam pelaksanaannya.

d. Warga masyarakat sebagai objek, dalam hal ini diperlukan adanya kesadaran hukum masyarakat, kepatuhan hukum, dan perilaku warga masyarakat seperti yang dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan (Sunggono, 1994)

2.6 KTR 2.6.1 Definisi

(33)

Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.

2.6.2 Landasan Kebijakan KTR

1. Undang-Undang yg mengatur Kawasan tanpa rokok (KTR)

Pada tahun 2009, pemerintah mengeluarkan Undang- Undang tentang kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 pada pasal 115 yang membahas kebijakan mengenai kawasan tanpa rokok. Peraturan tentang penetapan kawasan tanpa rokok dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang didalamnya dijelaskan secara singkat mengenai kandungan zat berbahaya yang terkandung didalam rokok, penyelenggaraan pengamanan rokok (terdapat ketentuan kawasan tanpa rokok pada pasal 22), serta peran masyarakat dalam upaya penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan.

(34)

kewajiban Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri”.

2. Undang-Undang Hak Asasi Manusia

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Namun, Dalam Pasal 1 ayat 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang- undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

(35)

yang berada disekitarnya. Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua Tatanan (Terlaksananya Implementasi).

2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Z

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Qodriatun (2013) Bencana alam geologi merupakan bencana yang terjadi di permukaan bumi, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung meletus.

Tekstur: Pada penelitian ini terlihat bahwa hasil nilai organoleptik pada tekstur pengawetan ikan menunjukkan skor tertinggi pada pelumuran biji picung dengan

Implementasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran kurikulum 2013 pada siswa SMP Negeri 5 Malang dilakukan dengan dua hal, yaitu 1 terintegrasi melalui mata pelajaran kurikuler

Karakteristik dari strategi scaffolding adalah guru berusaha menstimulir siswa untuk berfikir aktif, menjaga suasana bebas dan mendorong siswa untuk berani

mengusulkan supaya di pondok pesantren Manba’ul Huda setiap santri di bagi pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan pemahaman atau tingkat pengetahuan santri

Dari hasil pengumpulan data spasial maupun data non spasial yang didapatan dari LEMIGAS yang bersumber dari SKK Migas, maka dihasilkan Sistem Informasi Geografis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik tabungan iB Hasanah, bagaimana perkembangan dari tabungan iB Hasanah tersebut, bagaimana strategi pemasaran

menyuruh siswa untuk memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai