• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Konservator Wayang

Konservator Tekstil

Konservator Keris

(Batik)

Lembar Isian dan Alat Ukur

dalam Observasi Koleksi

Museum Action Plan [MAP] 2015

“Mari Kita Bangun Ikon Profesi Konservasi”

Petunjuk Teknis :

Konservator Lukisan

▸ Baca selengkapnya: contoh lembar observasi pkp ut

(2)

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Museum

Nasional

mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengawetan,

pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional (Permendikbud

No. 48 Tahun 2012). Dalam rangka menjalankan fungsi perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala

nasional, Museum Nasional memiliki Bidang Perawatan dan Pengawetan. Garis besar kegiatan bidang ini adalah:

1. pelaksanaan observasi kondisi benda bernilai budaya berskala nasional;

2. pelaksanaan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional;

3. pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional;

4. pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; dan

5. pelaksanaan pemantauan lingkungan mikro benda bernilai budaya berskala nasional.

Sejak diberlakukannya Permendikbud No. 48 Tahun 2012, Seksi Konservasi yang dahulu berada dalam Bidang

Konservasi dan Preparasi (di Museum Nasional) telah berkembang menjadi Bidang Perawatan dan Pengawetan,

yang memiliki Seksi Perawatan, Seksi Pengawetan dan Seksi Observasi. Seksi Perawatan mempunyai tugas

melakukan pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, dan restorasi benda bernilai budaya. Seksi Pengawetan

mempunyai tugas melakukan penguatan dan pelapisan serta pemantauan lingkungan mikro benda. Sedangkan

Seksi Observasi mempunyai tugas melakukan pendataan, klasifikasi, dan penentuan penanganan serta uji

laboratorium benda bernilai budaya.

Pekerjaan konservator pada Seksi Perawatan dan Pengawetan adalah melakukan tindakan yang bersifat

kuratif

restoratif

(penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan pengawetan (tindakan yang bersifat

preventif

atau penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Sedangkan Konservator pada Seksi Observasi adalah

mengamati benda secara utuh dengan Lembar Pengamatan (Observasi) atau Kondisi untuk mendata informasi yang

berhubungan dengan bahan (mempertimbangkan/ rekonstruksi cara pembuatan/ pembentukan benda), jenis

kerusakan (termasuk menganalisisnya dari kemungkinan sifat bahan, kondisi iklim: suhu dan kelembaban udara,

cahaya dan polusi, serta kemungkinan kesalahan dalam penanganan).

Tujuan kebijakan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah untuk membangun profil dan perilaku

aparatur

negara yang memiliki integritas, produktivitas, dan bertanggungjawab serta memiliki kemampuan

memberikan

pelayanan yang prima melalui perubahan pola pikir (

mind set

) dan budaya kerja (

culture set

) dalam sistem

manajemen pemerintahan. Reformasi Birokrasi mencakup delapan area perubahan utama pada instansi

pemerintah di pusat dan daerah, meliputi: organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya

manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik,

mind set

dan

culture set

aparatur. Perubahan

ketatalaksanaan ini diarahkan untuk melakukan penataan tata laksana instansi pemerintah yang efektif dan efisien.

Salah satu upaya penataan tata laksana diwujudkan dalam bentuk penyusunan dan implementasi standar Standar

Operasional Prosedur - Administrasi Pemerintahan

(selanjutnya disebut dengan

SOP AP

) dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi aparatur pemerintah.

Kegiatan penyusunan dan implementasi

SOP AP

memerlukan partisipasi penuh dari seluruh unsur aparatur

yang ada di dalam institusi pemerintah. Tuntutan partisipasi penuh dari seluruh unsur institusi ini dilandasi dengan

alasan bahwa pegawailah yang paling tahu kondisi yang ada di tempat kerjanya masing-masing dan yang akan

langsung terkena dampak dari perubahan tersebut.

Melalui “Petunjuk Teknis: Lembar Isian dan Alat Ukur dalam Observasi Koleksi” ini, kita diajak untuk

mengetahui tahapan pemeliharaan koleksi (Umum, Logam, Tekstil dan Lukisan). Tahapan ini diawali dengan

serangkaian proses identifikasi dan klasifikasi bahan baik secara visual atau dengan uji bahan, mengamati dan

mempelajari (jenis dan proses) kerusakan, serta menampilkan metode perawatan - pengawetan secara tepat dan

terukur.

(3)

LEMBAR KONDISI KOLEKSI

Form. LKKo-Umum/MNI/2015

No.

No. Inv.

Nama Benda

Keterangan

Ukuran

Kondisi

I.

BAHAN :

A.

Non Logam

1.

Batu

2.

Kaca

3.

Keramik

4.

Plester

5.

Semen

6.

Lain

B.

Logam

1.

Emas

2.

Perak

3.

Timah

4.

Tembaga

5.

Besi

6.

Lain

C.

Selulose

1.

Kayu

2.

Kulit

3.

Bambu

4.

Rotan

5.

Anyaman

6.

7.

Lain

D.

Protein

1.

Kulit

2.

Bulu

3.

4.

Lain

E.

Lain-lain

1.

Tulang

2.

Kerang

3.

Pigmen/ Cat

4.

Manik-manik

5.

Resin

6.

Lain

OR

GANIK

ANOR

GANIK

II.

KONDISI SAAT PENGAMATAN :

A.

Fisik

01.

Rapuh

02.

Kotor

03.

Lemak

04.

Kelupas

05.

Gores

06.

Retak

07.

Patah

08.

Hilang

09.

Basah

10.

Kering

11.

Lain

B.

Kimiawi

1.

Lapuk

2.

Pudar

3.

Korosi

4.

Oksidasi

garam

8.

Lain

5.

Bau

6.

Noda

7.

Kristal

C.

1.

Jamur (

Fungi

)

2.

Serangga (

Insect

)

3.

Ganggang (

Algae

)

4.

Lumut (

Moss

)

5.

Lumut-kerak (

Lichens

)

6.

Lain

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

No. Foto:

D.

Catatan

: ...

III.

KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :

A.

Intensitas Cahaya (Lux)

B.

Radiasi UV (

μ

W/Lmn)

-C.

Suhu Udara (

0

C)

---D.

Suhu Permukaan (

0

C)

--E.

Kelembaban Udara (%)

F.

Kandungan Air (%)

--G.

Keasaman (pH)

---H.

Polusi Udara

---I.

Catatan: ...

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

IV.

USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :

V.

USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :

...

VI.

TEKNIK PENGAMATAN

A.

Mata biasa (tanpa-alat)

B.

Kaca Pembesar

C.

Mikroskop. ... X

D.

...

E.

...

F.

...

VII.

TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll.

Nama :

...

(DD/MM/YYYY)

...

...

...

F.

Catatan

Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda :

A

. Segera

B

. Sedang

C

. Rendah

Biotis

Tekstil

Tekstil

Baik

Cukup

Rusak

...

Hancur

Aktif

7.

Perunggu

A.

Pembersihan

1.

kotoran/ debu dengan:

2.

karat, noda, dll. dengan cara:

3.

4.

B.

Penguatan/ konsolidasi

1.

Perlakuan benda rapuh dengan:

2.

Penguatan benda rapuh dengan:

3.

C.

Restorasi

1.

Pengembalian bentuk/ warna

(pendempulan, araldite, tusir warna, dll)

2.

Perbaik

an fungsi / mekanis benda

(reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)

3.

Lain

D.

Pengawetan

1.

Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan

proses korosi, dll.)

2.

3.

4.

5.

Lain

E.

Treatmen Tambahan dan Catatan

...

...

Mematikan jamur, insek dengan:

Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.:

larutan 1%

Hivar XL,

atau ...

Coating/ laminasi dengan:

Lain

lemak/ minyak dengan:

Lain

a. kwas b. vacuum c. pelarut air d. pelarut kimia e. mekanis

f. lain ...

a. mekanis b. kimia c. elektrolisis d. lain ...

a. air + deterjen b. etanol + deterjen c. pelarut kimia d. lain...

...

b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.)

a. penguatan konstruksi (mounting,

pendobelan kain, dll.)

c. lain ...

...

...

a. fumigasi

b. pendinginan (freezing)

c. lain

...

a. lilin mikrokristalin

b. Paraloid B72 (.

...

% w/v in .

...

)

c. lain

...

a. uap air b. minyak

d. lain ...

(4)

2.

Bahan.

Bahan pembentuk koleksi dikelompokkan menjadi :

Logam

,

Non-Logam

,

Selulose

,

Protein

dan

Lain-lain

.

Logam dan Non Logam dapat masuk kategori

Anorganik

, sedang Selulose dan Protein masuk kategori

Organik

. Bahan-bahan organik dari binatang dimasukkan dalam kelompok Protein, sedangkan yang dari

tumbuh-tumbuhan masuk ke dalam kelompok Selulose. Dilain kondisi, ada sementara bahan yang masuk

kelompok Lain-lain karena bahan tersebut memiliki komponen organik dan anorganik, seperti tanduk

rusa. Bahan tekstil tidak bisa dikelompokkan hanya di satu kelompok Organik, tetapi harus dipisahkan ke

Protein (tekstil yang berbahan dasar

sutera

atau

wol

) atau ke Selulose (tekstil yang berbahan dasar

kapas

,

rami

, atau

goni

). Pengelompokkan yang tepat menjadi penting, sehingga saat konservator menggunakan

bahan pembersih yang bersifat asam agak kuat bisa menghindari kerusakan kain yang terbuat dari kapas.

Walaupun bahan yang sama (bahan bersifat asam) aman bagi kain yang terbuat dari sutera.

Penjelasan Lembar Kondisi

1.

Keterangan Pokok.

Keterangan Pokok adalah isian data (

data field

) yang harus diisi pada saat akan memulai pengamatan

(

observasi

) koleksi. Isian-isian data ini meliputi: No. Inv., Nama Benda, Keterangan (Asal Benda, dll.),

Ukuran, Kondisi dan Lokasi Benda. Berikut ini hanya akan dijelaskan mengenai Kondisi, Lokasi dan

Prioritas Konservasi.

a. Kondisi:

Baik

artinya keadaan benda kuat (tidak rapuh), utuh atau mendekati utuh, ada lubang (ada

bagian yang hilang) atau sobek tapi sedikit;

Cukup

artinya keadaan benda agak kuat (sedikit rapuh), mendekati utuh, ada lubang (ada

bagian yang hilang), ada sedikit bagian yang lepas atau sobek tapi sedikit;

Rusak

artinya keadaan benda rapuh, tidak utuh, ada banyak lubang, ada bagian yang lepas,

atau sobekan/ patahan;

Hancur

artinya keadaan benda sangat rapuh, tidak/ mendekati utuh, ada banyak lubang, ada

bagian yang hilang/ lepas, banyak sobekan/ patahan;

Aktif

artinya sedang atau akan terjadi kerusakan aktif, misalnya adanya karat aktif pada

logam,

adanya jamur/ serangga yang masih hidup, keasaaman (pH) atau kadar air benda tinggi;

b. Prioritas Konservasi:

A

(Segera) = semua benda yang berkondisi

Rusak

atau

Hancur

, dan sedang atau

akan mengalami kerusakan

Aktif

(walaupun kondisi benda saat pengamatan

Baik

atau

Cukup

(baik));

B

(Sedang) = benda yang berkondisi

Cukup

;

C

(Rendah) = benda yang berkondisi

Baik

.

c. Lokasi. Lokasi benda harus menginformasikan lokasi gedung (

GB

), lokasi ruang (

ST5

), nomor lemari

(

004

), dan nomor laci (

04

).

KONDISI SAAT PENGAMATAN :

Baik

Cukup

Rusak

Hancur

Aktif

No.

No. Inv.

Nama Benda

Keterangan

Ukuran

Kondisi

Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda :

GB.ST5.004.02

A. Segera

B. Sedang

C. Rendah

KETERANGAN POKOK

KETERANGAN KHUSUS

PENGELOMPOKAN BAHAN

A.

Non Logam

1.

Batu

2.

Kaca

3.

Keramik

4.

Terakota

5.

Plester

6.

Lain

B.

Logam

1.

Emas

2.

Perak

3.

Timah

4.

Tembaga

5.

Besi

6.

Lain

C.

Selulose

1.

Kayu

2.

Kulit

3.

Bambu

4.

Rotan

5.

Anyaman

6.

7.

Lain

D.

Protein

1.

Kulit

2.

Bulu

3.

4.

Lain

E.

Lain-lain

1.

Tulang

2.

Kerang

3.

Pigmen/ Cat

4.

Manik-manik

5.

Resin

6.

Lain

ORGANIK

ANORGANIK

Catatan

:

1. Kain terbuat dari kapas masuk kategori

Selulose

(

C.6.

) dan yang terbuat dari sutera masuk

Protein

(

D.3.

).

2.

Tulang

(

E.1.

) dan

kerang

(

E.2.

) bisa masuk kategori

Anorganik

dan

Organik

.

Tekstil

Tekstil

7.

(5)

(MATERIALS)

BAHAN

A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan,

Serangga dan Reptil

pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayu kayu keras kayu lunak resin untuk varnis kayu merambat bambu goni rami rotan (serat) sisal rami halus linen

minyak biji rami kapas/ katun kertas bubur kertas getah perca tempurung (kelapa) resin fosil karet (perekat) kanji emas perak tembaga besi (iron) aluminium timbal timah seng perunggu kuningan timah+timbal timah+tembaga+antimony tembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas

lempengan perak

lempengan imitasi/ sintetis nikel (nickel) kaca porselain terakota keramik plaster semen biru batu pualam putih batu granit batu marmer batu mutiara kerang laut permata tulen batu pasir cinnabar

bahan komposisi (dekorasi bingkai) pigmen mica talek/ gip cat varnis lak papan hardboard formica celluloid (plastik) bakelit polyester vinyl epoksi nilon

gading beruang laut gading gajah tulang ikan paus

tempurung/ kulit kura-kura kulit kasar/ bersisik (dari ikan pari, hiu, anjing laut)

kulit ular

(resin) laka/ shellac gelatin

ancur 2/ animal glue tempera/ kuning telur kasein (pospoprotein) lilin/ malam

perkamen/ kertas kulit kulit mentah

kulit berpenyamak sebagian kulit berpenyamak kulit berbulu rambut

rambut kaku/ kasar bulu ayam

bulu burung halus (liur ulat) sutera wool

lakan (wool, rambut) tulang

angga/ tanduk bercabang tanduk

gading/ taring ikan paus

B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan,

Rumputan

C. Anorganik: Logam dan Campurannya

D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara

Alami

E. Bahan Buatan Lain

A. Organic: from Mamals, Birds, Fish,

Insects and Reptils

parchment raw hide semi-tanned leather tanned leather pelts/ fur hair bristle quill feathers/ down silk wool

felt (wool, fur, hair) bone* antler* horn whale ivory walrus ivory* elephant ivory* baleen* tortoise shell shagreen (ray, seal,

shark skin) snake skin shellac gelatin animal glue egg tempera casein waxes

B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants,

Grasses

decorative wood veneers oak/ ash splints hard woods soft woods resin for varnish willow bambo jute (burlap) hemp rattan sisal linen linsed oil cotton paper papier-mache guttapercha

vegetable ivory (palm nut) amber

rubber

starch adhesive

C. Inorganic: Metals and Their Alloys

gold silver cooper iron aluminum lead tin zinc bronze brass pewter Britannia metal ormolu gold leaf silver leaf immitation leaf nickel

D. Inorganic: Man-made and Naturally

Occuring

glass porcelain ceramics plaster portland cement alabaster granite marble mother-of-pearl marine shell gem stone sand stone

cinnabar (red mercuric sulphide) composition (frame decoration) pigments mica soap stone

E. Other Man-made Materials

paints varnishes lacquer Masonite Formica celluloid Bakelite polyester vinyl epoxies nylon

* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein

collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present. Ref.: Bachmann, K., Edit. (1992:131-133)

Tabel 1.

unfired clay

flax

(6)

3.

Kondisi Benda Pada Saat Pengamatan.

Kondisi keterawatan koleksi dikelompokkan menjadi

Fisik

(1.

Rapuh

, 2. Kotor, 3. Lemak, 4. Kelupas, 5.

Gores, 6. Retak, 7. Patah, 8. Hilang, 9. Basah, 10. Kering, 11. Lain),

Kimiawi

(1.

Lapuk

, 2. Pudar, 3.

Korosi, 4. Oksidasi, 5. Bau, 6. Noda, 7. Kristal garam, 8. Lain) dan

Biotis

(1. Jamur, 2. Insek, 3. Ganggang,

4. Lumut, 5. Lichens, 6. Lain). Kondisi rapuh pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan lapuk

pada kelompok kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak

kuat setelah proses kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa

direkondisi lagi. Catatan: Rapuh atau getas berarti

brittle

(

easily broken because it is hard (stiff) & not

flexible

). Lapuk atau mubut berarti

fragile

(

easily broken or damaged

).

VI.

TEKNIK PENGAMATAN

A.

Mata biasa (tanpa-alat)

B.

Kaca Pembesar

C.

Mikroskop. ... X

D.

...

E.

...

F.

...

VII.

TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll.

Nama :

...

(DD/MM/YYYY)

...

A.

Intensitas Cahaya (Lux)

B.

Radiasi UV (

μ

W/Lmn)

-C.

Suhu Udara (

0

C)

---D.

Suhu Permukaan (

0

C)

--E.

Kelembaban Udara (%)

F.

Kandungan Air (%)

--G.

Keasaman (pH)

---H.

Polusi Udara

---I.

Catatan: ...

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

PENGELOMPOKAN KONDISI BENDA DAN IKLIM

A.

Kerusakan Fisik

7.

Patah

8.

Hilang

9.

Basah

10.

Kering

11.

Lain

B.

Kerusakan Kimiawi

1.

Lapuk

2.

Pudar

3.

Korosi

4.

Oksidasi

5.

Bau

6.

Noda

garam

8.

Lain

7.

Kristal

C.

1.

Jamur

2.

Insek

3.

Ganggang

4.

Lumut

5.

Lumut kerak

6.

Lain

[ ... cm

2

]

[ ... cm

2

]

[ ... cm

2

]

[ ... cm

2

]

[ ... cm

2

]

Catatan

:

1.

1.

Rapuh

2.

Kotor

3.

Lemak

4.

Kelupas

5.

Gores

6.

Retak

Kerusak

an Biotis

Kondisi

rapuh

(

brittle

) pada kelompok kerusakan fisik dibedakan dengan

lapuk

(

fragile

) pada kelompok

kerusakan kimiawi, karena dalam pengertian ini rapuh bisa dimungkinkan menjadi agak kuat setelah proses

kontrol kelembaban, sedangkan lapuk cenderung ke arah hancur dan tidak bisa direkondisi lagi.

KONDISI BENDA PADA SAAT PENGAMATAN

KETERANGAN KHUSUS

4.

Kondisi Benda Dan Iklim Pada Saat Pengamatan.

Kondisi Benda dan Iklim Pada Saat Pengamatan diisi dengan mempertimbangkan Lembar Data

Klimatologi (

LDK

), serta memperhitungkan alat-alat ukur dan prosedur kalibrasi.

5.

Teknik Pengamatan.

Teknik pengamataan adalah penjelasan dengan cara dan alat bantu apa pada saat seseorang mengamati

kondisi keterawatan koleksi di museum.

KETERANGAN TAMBAHAN

Kondisi saat pengamatan

(7)

Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan

Perhatikan Tabel 2 sampai 10, untuk mengenal sifat bahan terhadap faktor internal (interaksi bahan) dan

faktor lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya dan polusi).

Tabel 2.

Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi

(Materials Sensitive to High Relative Humidity)

Tabel 3.

Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah

(Materials Sensitive to Low Relative Humidity)

mengkerut (checks/ dries out)

pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)

mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)

rapuh (embrittlement)

rapuh (embrittlement)

kering, merapuh (dries out, weakens)

retak, melengkung (cracks, warps)

retak, melengkung (splits, warps)

lepas, melengkung ments, warps)

50 - 55% RH, constant/ stable

45 - 55% RH

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant kayu (wood)

kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins) perkamen (parchment)

bulu ayam (quill)

serat keranjang

ancur, lem nabati (animal glue)

kulit kura-kura (tortoise shell)

semua gading (all ivory)

permukaan tatakan (inlaid surface)

Bahan

(Materials)

Kondisi yang direkomendasi

(Recommended Condition)

Akibatnya

(Result)

Bahan

(Materials)

40% RH, or lower 45 - 55% RH 45 - 55% RH

50 - 55% RH, constant/ stable

50 - 55% RH, constant 40% RH, or lower

50 - 55% RH, constant

50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant

45 - 55% RH, constant 60 - 65% RH, constant

50 - 55% RH, constant

Kondisi yang direkomendasi

(Recommended Condition)

Akibatnya

(Result)

logam (metal) kertas (paper) tekstil (textile)

kayu (wood)

kayu bercat (painted wood) logam bercat (painted metal)

tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)

bahan penyempurna

perkamen, gading (parchment, ivory)

bubur kertas (papier-mache) bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)

korosi/ karat (corrosion) jamuran, noda (mold, stains) jamuran, noda (mold, stains)

jamuran, bengkok (fungal attack, warping) cat mengelupas

korosi/ karat, cat mengelupas

lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)

jamuran/ noda (mold, stains) melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)

jamuran/ noda (mold, stains) jamuran (mold)

lepas/ copot, jamuran (detachment, mold) (finishes)

(flaking paint)

(corrosion, flaking paint)

(basket fibers)

beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam kayu (wood) kertas (paper)

perekat kanji (starch) gelatin (gelatin)

tempera telor (egg tempera) kulit (leather, skins)

kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk)

wol (wool)

Tabel 4.

Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat

(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)

(8)

Tabel 5.

Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu

(Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation)

keramik, batu (ceramics, stone)

45 - 55% RH, 10 - 300C

Catatan:

Bahan

(Materials)

Kondisi yang direkomendasi

(Recommended Condition)

Akibatnya

(Result)

Notes:

recrystallization of soluble salts resulted surface flaking and spalling can occur, causing sections of a ceramic/ stone to break off.

rekristalisasi garam yang kemudian mengakibat- kan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, bahkan mungkin benda menjadi pecah.

Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable environment, and fluctuation relative humidity can lead to breakdown of the objects.

Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah.

Tabel 6.

Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara

(Recommendations for Light and Temperature)

rapuh, gelap (embrittlement, darkening)

persenyawaan, gelap (crosslinking, darkening) mengeras, kering (hardening,

drying)

rapuh, pucat/ pudar ment, fading)

rapuh, pucat (embrittlement, fading)

pudar/ pucat (fading)

pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage) buram, pucat (develops haze, fading)

pucat/ pudar (fading)

pucat/ pudar (fading)

menguning, rapuh (yellowing, embrittlement)

hancur (deterioration crumbles)

rapuh, pucat (embrittlement, fading)

rapuh/ lapuk (embrittlement)

pucat (fading)

retak, buram (cracks, hazing) kertas (paper)

media cat (paint media)

ancur/ lem nabati (animal glue)

kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair) kulit, kulit olahan (skins, leather)

pigmen, bahan celup (pigment, dyes)

sutera, beludru (silk, velvet)

permukaan lak (lacquered surface)

permukaan cat (painted surface)

bahan dicelup warna (dyed materials)

celluloid

karet (rubber)

serat alam

tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler) kayu (wood)

kayu olahan

50 luxs, 180C [1 foot. candle= 10 luxs] 50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

150 luxs, 180C

50 luxs, 180C

50 luxs, 180C

Bahan

(Materials)

Kondisi yang direkomendasi

(Recommended Condition)

Akibatnya

(Result)

(natural fibers)

(9)

Tabel 7.

Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi

(Materials Sensitive to Fumigant)

Nama Bahan Kimia

(Chemical Names)

Bahan

(Materials)

karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur

kayu (wood)

perekat kanji (tapioca glue)

kulit olahan, kertas lembab, cat, varnis

kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

logam, foto (metal/photo)

rusak, bau merkuri yang sangat menyengat

noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy)

susah dilarutkan lagi dissolve)

rusak/ larut (damage/ dissolve)

rusak/ tarnish/ korosi

rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap)

rusak (karat, gelap) Methyl bromide

Methyl bromide

Methyl bromide, ethylene oxide

Ethylene oxide

Phosphine

Carbon tetrachloride

Paradichlorbenzene

Paraformaldehide

Akibatnya

(Result)

(rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur)

damage (rusty metal, photo become blurly/dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark)

damage (rust, dark) (damage, tarnish/corrotion) damage, strong smelt of mercury

Thymol Naphthaline

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

leather finishes, wet paper, paint, varnish

Carbon disulfida

(difficult to

perubahan ukuran, regang, patah

kertas menjadi rapuh, gelap, noda

tekstil ternoda, rapuh

logam menjadi berkarat

serat menjadi lemah, putus

saat kayu mengembang, cat mengelupas

terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi)

logam berkarat, kain ternoda

logam berkarat, kertas ternoda

logam berkarat, cat mengelupas

tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam

plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam

Kombinasi Bahan

(Materials Combination)

Masalah Konservasi

(Conservation Problems)

(wood/wood)

(wood/paper)

(wood/textile)

(wood/metal)

(wood/paint)

(metal/metal)

(metal/cloth)

(metal/paper)

(metal/paint)

(metal/leather)

(metal/plaster)

(dimensional changes, stress, breaks)

(paper becames brittle, dark, stained)

(textile became stained, brittle)

(metal corrodes in contact with wood)

(possible electrochemical corrosion)

(metal corrodes, cloth becames stained)

(metal corrodes, paper becames stained)

(tannins in leather can corrode metals)

(alkaline materials corrode metals) kayu/ kayu

kayu/ kertas

kayu/ tekstil

kayu/ logam

kayu/ serat alam

kayu/ cat

logam/ logam

logam/ kain

logam/ kertas

logam/ cat

logam/ kulit

logam/ plaster

logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian menyebabkan karat logam.

(glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals) (metals/animal glue)

Tabel 8.

Bahan-bahan Reaktif

(Reactive Materials)

(wood/natural fibers) (fibers become weak, break)

(wood expand and contracts, paint flakes)

(metal corrodes, paint flakes)

(10)

Tabel 9.

Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Freezer

(Freezing Method for Killing Insect & Fungus)

No.

Nama Serangga

Sebagian besar larva

Pupa & Kumbang 1. dewasa

Telur Kumbang 1.

Ngengat kain

Telur Kumbang 7.

(Semua fase) Kumbang 7.

(Semua fase) Kumbang 5.

Suhu dan Waktu

Catatan:

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

-100C, 2H.

-100C, 1H.

-100C, 2H.

-50C, 3H.

-100C, 3 H.

-100C, 2H.

-100C, 3H.

0

C= derajat celcius,

H = hari.

Tabel 10.

Prosedur Pembasmian Serangga~Jamur Dengan Bahan Kimia

(Fumigation Method for Killing Insect & Fungus)

No.

8 -10 gram

1 - 2 tablet

50 - 100 gram, 50-60 0C

40 gram

4 - 13 gram

1 liter

15 - 30 gram

35 - 50 gram

100 gram

100 gram

Konsentrasi/ Meter Kubik

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

10.

Naphthaline

Phosphine

Thymol + ethanol

Paradichlorobenzene

Paraformaldehide

Carbon tetrachloride +

Methyl bromide

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

Methyl bromide + Ethylene Oxide (14:86)

DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol

Nama Bahan Kimia

serangga

serangga + jamur

jamur

jamur + serangga

jamur

jamur + serangga

serangga

serangga

serangga

jamur + serangga

Pembasmi

14 hari

3 - 5 hari

2 hari

2 hari

2 hari

1 minggu

2 hari

2 hari

2 hari

2 hari

Waktu

(11)

Penjelasan Usulan Perawatan dan Pengawetan

A.

Pembersihan

1.

kotoran/ debu dengan:

2.

karat, noda, dll. dengan cara:

3.

4.

B.

Penguatan/ konsolidasi

1.

Perlakuan benda rapuh dengan:

2.

Penguatan benda rapuh dengan:

3.

C.

Restorasi

1.

Pengembalian bentuk/ warna

(pendempulan, araldite, tusir warna, dll)

2.

Perbaik

an fungsi / mekanis benda

(reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)

3.

Lain

D.

Pengawetan

1.

Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan

proses korosi, dll.)

2.

3.

4.

5.

Lain

E.

Treatmen Tambahan dan Catatan

...

...

Mematikan jamur, insek dengan:

Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.:

larutan 1%

Hivar XL, atau

...

Coating/ laminasi dengan:

Lain

lemak/ minyak dengan:

TINDAKAN UMUM

Lain

a. uap air

b. minyak

b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.)

a. kwas

b. vacuum

c. pelarut air

d. pelarut kimia

e. mekanis

f. lain

a. air + deterjen

b. etanol + deterjen

c. pelarut kimia

d. lain

a. mekanis

b. kimia

c. elektrolisis

d. lain

...

...

...

...

c. lain

...

a. penguatan konstruksi (mounting,

pendobelan kain, dll.)

c. lain

...

...

...

a. fumigasi

b. pendinginan (freezing)

c. lain

...

a. lilin mikrokristalin

b. Paraloid B72 (.

...

% w/v in .

...

)

c. lain

...

b. meratakan

1.

Pembersihan debu, lemak atau cat

a. Debu: 1-2% v/v (

non-ionik

) deterjen,

Lissapol

atau

Teepol

.

b. Lemak/ minyak: ethanol atau acetone, white spirits, petrolium spirits atau toluene.

c. Cat: 2% w/v sodium hydroxide (logam yang ada campuran aluminium atau seng tidak boleh

menggunakan bahan ini) atau methylene oxide.

d.

Coating

: pertimbangkan dengan pelarut yang dipakai untuk melarutkan bahan dasar coatingnya,

seperti: toluene.

2.

Pembersihan mekanis

Dengan tusuk sate yang ujungnya dibuat pipih, scalpel plastik, dan hati-hati jika terpaksa menggunakan

scalpel besi atau pisau.

3.

Pembersihan kimiawi

BESI

a. Larutan: 10% w/v citric acid,

4% w/v thiourea (sebagai inhibitor),

86% w/v air distilasi/ deionisasi. atau

b. Larutan: 10% w/v citric acid dibuffer dengan ammonium hydroxide (pH 4).

Kegunaan

inhibitor

adalah untuk mencegah kerusakan dasaran logam pada saat pembersihan karat.

Larutan a. Lebih keras dibandingkan dengan larutan b. Untuk perlakuan lokal (terbatas), kedua larutan

dapat dibuat pasta dengan menambahkan 20% w/v

CMC

(

Carboxy Methyl Cellulose

).

TEMBAGA

c. Larutan: 1,5% w/v sodium hydroxide,

15% w/v sodium potassium tartrate,

83,5% w/v air distilasi/ deionisasi.

PERUNGGU

d. Larutan:

10% formic acid dengan air distilasi.

Inhibitor: 10%

BTA

(Benzotriazole) dengan air distilasi.

4.

Elektrolisis

Jika adanya khlorit pada karat besi, elektrolisis dilakukan dengan anoda baja dan larutan elektrolit 2%

w/v sodium hydroxide.

Penjelasan Konservasi Logam

...

...

(12)

LEMBAR KONDISI LOGAM

Form. LKLo-Logam/MNI/2015

No.

No. Inv.

Nama Benda

Keterangan

Ukuran

Kondisi

I.

BAHAN :

II.

KONDISI SAAT PENGAMATAN :

No. Foto:

D.

Catatan

: ...

III.

KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :

IV.

USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :

...

A.

Pembersihan

B.

Penguatan/ konsolidasi

1.

Penguatan benda rapuh

2.

Penguatan konstruksi

3.

Lain

C.

Restorasi

1.

Pengembalian bentuk/ warna

2.

Perbaik

an fungsi benda

3.

Lain

D.

Pengawetan

1.

Stabilisasi karat

2.

3.

Lain

E.

Treatmen Tambahan dan Catatan

...

V.

USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :

...

...

VI.

TEKNIK PENGAMATAN

A.

Mata biasa (tanpa-alat)

B.

Kaca Pembesar

C.

Mikroskop. ... X

D.

...

E.

...

F.

...

VII.

TANGGAL PENGAMATAN

Tandatangan Observator, Konservator, dll.

Nama :

...

(DD/MM/YYYY)

...

Prioritas Tindakan :

Lokasi Benda :

A

. Segera

B

. Sedang

C

. Rendah

Coating/ laminasi

Baik

Cukup

Rusak

...

Hancur

Aktif

Pembersihan lemak

Pencucian biasa (dg. air)

Pencucian dg. bahan pelarut

Pencucian dg. etanolik deterjen

Pencucian dg. larutan basa

Pencucian dg. larutan asam

Pengkelatan

(dg.

tannin

)

Pembersihan mekanis

Pembersihan dg. ultrasonik

Pembersihan dg. abrasif udara

Perlakuan elektrolitik

Pencucian inhibitor

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

10.

11.

12.

A.

Non Logam

1.

Batu

2.

Kaca

3.

Keramik

4.

Plester

5.

Semen

6.

Lain

B.

Logam

1.

Emas

2.

Perak

3.

Timah

4.

Tembaga

5.

Besi

6.

Lain

C.

Selulose

1.

Kayu

2.

Kulit

3.

Bambu

4.

Rotan

5.

Anyaman

6.

7.

Lain

D.

Protein

1.

Kulit

2.

Bulu

3.

4.

Lain

E.

Lain-lain

1.

Tulang

2.

Kerang

3.

Pigmen/ Cat

4.

Manik-manik

5.

Resin

6.

Lain

OR

GANIK

ANOR

GANIK

...

...

F.

Catatan

Tekstil

Tekstil

7.

Perunggu

A.

Fisik

01.

Rapuh

02.

Kotor

03.

Lemak

04.

Kelupas

05.

Gores

06.

Retak

07.

Patah

08.

Hilang

09.

Basah

10.

Kering

11.

Lain

B.

Kimiawi

1.

Lapuk

2.

Pudar

3.

Korosi

4.

Oksidasi

garam

8.

Lain

5.

Bau

6.

Noda

7.

Kristal

C.

1.

Jamur (

Fungi

)

2.

Serangga (

Insect

)

3.

Ganggang (

Algae

)

4.

Lumut (

Moss

)

5.

Lumut-kerak (

Lichens

)

6.

Lain

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

[ ... %]

Biotis

...

A.

Intensitas Cahaya (Lux)

B.

Radiasi UV (

μ

W/Lmn)

-C.

Suhu Udara (

0

C)

---D.

Suhu Permukaan (

0

C)

--E.

Kelembaban Udara (%)

F.

Kandungan Air (%)

--G.

Keasaman (pH)

---H.

Polusi Udara

(13)

Inorganic Spot Test for Metal Objects

(Tes Spot Anorganik untuk Benda Logam)

Tujuan tes spot

(semi-mikro kualitatif analisis) ini adalah untuk mengenal kation logam dan anion

utama yang berhubungan dengan besarnya karat.

1. Ion-ion Logam

(Cations)

1).

Bahan

yang dibutuhkan.

Merck Test Strips dengan ion-ion sebagai berikut:

Cu

+

/ Cu

2+

, Co

2+

, Fe

2+

, Al

3+

, Ca

2+

, Ni

2+

, Zn

2+

, CrO

2--

, NO

3--

, NO

2--

, SO

32--

.

Metode A.

(Analisis dengan

Merck Test Strips

)*

2).

Pengetesan.

Permukaan logam harus sudah dibersihkan dengan acetone sebelum melakukan tes ini.

Semua Strip Tes bisa langsung ditempelkan pada permukaan logam yang telah dilembabi

dengan air distilasi. Warna akan nampak (sebagai indikasi adanya logam) setelah kira-kira

20 detik ditempelkan.

Ada beberapa catatan yang perlu diketahui:

a). Strip Tes Zn

2+

tidak akan berfungsi saat mengetes kuningan (

brass

), karena akan

terjadi interferensi ion-ion Cu

2+

dengan lainnya.

b). Penampakan warna pada Strip Tes Ni

2+

berjalan sangat lambat, dengan intesitas warna

yang muncul hanya sedikit. Untuk meningkatkan penampakan, basahi Strip Tes

dengan larutan 0,1

M

HCl, dan gosok-gosokkan larutan ini pada permukaan selama 20

detik.

Strip Tes Ni

2+

digunakan dengan teknik elektrolisis pada Metode B berikut ini, ganti

kertas lembab (Gambar 1) dengan Strip Tes yang dibasahi dengan larutan NaCl.

Elektrolisis berlangsung sekitar 5 detik, warna yang akan nampak adalah:

Ni

2+

: merah jambu / merah (

pink/ red

)

Strip Tes Ni

2+

dapat juga digunakan untuk mendeteksi ion-ion Fe

2+

, Cu

2+

dan Au

2+

.

Dengan prosedur yang sama dan warna yang akan nampak adalah:

Fe

2+

: coklat (

pink/ red

)

Cu

2+

: hijau (

hijau

)

Au

2+

: kuning (

kuning

)

+

+

Benda

Ba

te

rai

Kertas Lembab

Tweezers

Klip Logam

Gambar 1:

Perangkat Elektrolisis (Laver 1978).

Puji Y

. Subagiy

o, Studio Primas

toria 2015.

1).

Bahan

yang dibutuhkan.

* Baterai 9V;

* Timbal dengan penjepit (klip);

* Pinset (

tweezers

) logam;

Metode B.

* Kertas saring;

(14)

2).

Persiapan.

Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang

akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas

saring yang sudah dilembabi larutan asam tertentu. Kertas saring ini ditreatmen dengan

reagen yang selanjutnya menampilkan warna sebagai indikasi adanya logam tertentu.

Ilustrasi dari penerapan metode B ini dapat dilihat pada

Gambar 1

diatas. Pada saat

menghubungkan arus positif ke benda yang akan dites harus dilakukan dengan hati-hati.

Sebelum proses pengetesan dilakukan, permukaan logam harus dibersihkan dari

kemungkinan adanya debu, lemak/ minyak dan sidik jari dengan acetone.

3).

Pengetesan.

Nickel

(Nikel)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 1

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes Dimethylglyoxime dalam 1% ethanol

ke kertas. Warna merah sebagai indikasi adanya Ni

2+

.

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5

M

HNO

3

dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan pekat Diphenyllcarbazide dalam

ethanol. Warna violet sebagai indikasi adanya Cr

2+

.

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 1,0

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 30 detik. Tambahkan 2 tetes larutan pekat (aq.) Cacotheline.

Warna merah/ purple sebagai indikasi adanya Sn

2+

.

Chromium

(Khrom)

Tin

(Timah)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 2 detik. Tambahkan 1 tetes larutan Alisarin S. Warna merah

sebagai indikasi adanya Al

3+

.

Aluminium

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 1

M

H

2

SO

4

dan lakukan elektrolisis

selama 5 detik. Campurkan 1 tetes 10% (aq.) Ammonium Thiocyanate

dengan 1 tetes Mercuric Chloride. Rendamkan dalam kertas saring dan

penampakan kristal putih menyerupai jarum sebagai indikasi adanya Zn

2+

.

Zinc

(Seng)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,1% Rubeanic acid dalam

ethanol. Warna hijau/ abu-abu sebagai indikasi adanya Cu

2+

.

Copper

(Tembaga)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 5% (aq.) Potassium

Ferricyanide. Warna biru sebagai indikasi adanya Fe

2+

/ Fe

3+

.

Iron

(Besi)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5

M

HNO

3

dan lakukan elektrolisis

selama 5 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 10% (aq.) Potassium Iodide.

Warna kuning sebagai indikasi adanya Pb

2+

.

Lead

(Timbal)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1

M

HNO

3

dan lakukan elektrolisis

selama 1 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,5% p-Dimethylaminobenzyl

rhodamine dalam ethanol. Warna merah jambu/ merah sebagai indikasi

adanya Ag

+

. Dengan reagen 10% w/w Dichromic Acid, warna merah gelap

mengindikasiklan adanya perak sterling. Warna merah darah menunjukkan

adanya perak murni.

Silver

(Perak)

: Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1

M

HCl dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,01% (aq.) Rhodamine B.

Warna violet sebagai indikasi adanya Sb

3+

.

Antimony

(Antimoni)

:

Rendam kertas saring ke dalam larutan jenuh NaCl dan lakukan elektrolisis

selama 15 detik. Penampakan warna menjadi agak gelap bukti adanya

unsur Cu. Diamkan sebentar sampai kertas menjadi agak kering sehingga

ada Au menempel di kertas, dan selanjutnya rendamkan larutan

campuran 20% SnCl

2

dalam 15% HCl). Au akan dengan cepat mengakibatkan

warna gelap tanpa interferensi dari Cu atau Ag.

Gold

(15)

2. Ion-ion Non-Logam

(Anions)

Garam-garam dalam larutan akan cepat dikenali dengan tes spot berikut ini. Jika dalam bentuk

padat, garam-garam tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu.

Sulphate

(Sulfat)

: Larutkan padatan dalam larutan 1

M

HNO

3

. Adanya endapan warna putih yang

terbentuk setelah penambahan larutan 10% Barium Chloride menunjukkan

adanya SO

42--

.

Chloride

(Khlorit)

: Larutkan padatan dalam larutan 1

M

HNO

3

. Adanya endapan warna putih yang

terbentuk setelah penambahan larutan 0,5 M Silver Nitrate menunjukkan

adanya Cl

--

.

Carbonate

(Karbonat)

:

Karbonat umumnya tidak larut dalam air. Dengan meneteskan beberapa larutan

1

M

HCl akan menyebabkan desisan (evolusi dari CO

2

), dan akan melarutkan

karbonat.

Sulphide

(Sulfit)

: Larutkan padatan dalam larutan 1

larutan pekat HCl dengan menambahkan sedikit 0,1 M CH

M

HNO

3

. Tumbuk halus sampel dalam larutan

3

COOH (acetic acid)

dan larutan 10% Lead Acetate. Endapan warna hitam yang terbentuk mengindikasikan

adanya sulfit.

Pengertian Pengkelatan Logam

These are negatively charged or oxygen containing molecules that react with positively

charged metal ions to form a stable complex. They have multiple locations in the molecule

to react with multiple positive charges that may be present on multivalent metal ions that

have more than one positive charge on them. An example of a chelating agent is

EDTA

,

ethylene diamine tetraacetic acid. EDTA has four acetic acid groups giving it a potential for

four negatively charged acetates to bond with up to four positively charged sites on metal

ions with multiple positive charges, such as calcium which has two (2) positive charges

associated with it.

(16)

LEMBAR KONDISI TEKSTIL

Form. LKTe

-Tekstil/MNI/2015

2.

Restorasi, Penguatan dan Konsolidasi

Kotor/ debu

Sobek

Lubang

Lipatan

Penguningan

Warna berubah

Rapuh/ getas

Perekat/ label

Lain-lain

A. KERUSAKAN FISIK

Pembersihan

penyedotan

kwas

cuci basah

kering/ kimia

lokal/ spot

kelantang

1.

Lain-lain

pendobelan kain

pelembab-rataan kain

pembingkaian

penempelan benang

1. Rapuh, getas = brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not flexible). 2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken

or damaged).

i

s

i

d

n

o

K

a

d

n

e

B

l

a

s

A

a

d

n

e

B

a

m

a

N

.

v

n

I

.

o

N

o

N

Mata biasa

Kaca pembesar

Mikroskop

Lain-lain

Teknik Pengamatan:

Tanggal Pengamatan:

Tanda tangan

Konservator:

Konservator:

X

D. KERUSAKAN LAIN

No Foto :

Ukuran

USULAN TINDAKAN KONSERVASI (

diisi oleh Konservator)

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN

pada tgl.

Kulit Binatang Bulu Serat Sutera Serat Wol Other...

BAHAN

PEMBENTUK

BENDA

PROTEIN Lain-lain

Jamur

Serangga

Bubuk, kumbang

Laba-laba

Ngengat kain

Rayap

Gegat (silver fish)

Kecoa

Kumbang

Binatang pengerat

Lain-lain

B. KERUSAKAN BIOTIS

Pucat/pudar

Noda (stains)

Berlemak/minyak

Korosi

Kristal garam

Oksidasi

Lapuk/ mubut

Pudar

Bau

Lain-lain

C. KERUSAKAN KIMIAWI

Catatan :

Tulang Kerang Pigmen/ Cat Manik-manik Kaca Resin LAIN-LAIN Lain-lain Lokasi: CATATAN: Teknik: Warna: Usia Relatif: K-1a K-1b K-2a K-2b K-2c K-3a K-3b K-3c K-4a K-4b K-5a K-5b Kategori Aplikasi Logam Tekstil Historis

1 : emas; 2 : perak; 3 : lgm lain.

Prioritas Tindakan :

A

. Segera

B

. Sedang

C

. Rendah

Pengawetan dan Perlakuan Lain

Pembersihan bekas jamur/ insek

3.

Fumigasi

Freezing

Perlakuan lain

Benang Logam Benang Emas Benang Perak Percik Logam Prada Other... Kulit Kayu Anyaman Serat Kapas Serat Linen Serat Nanas Serat Koffo Other... LOGAM SELULOSE Lain-lain Lain-lain

KONDISI IKLIM DAN

BENDA SAAT PENGAMATAN

:

1.

Intensitas Cahaya (Lux)

2.

Radiasi UV (

μ

W/Lmn)

-3.

Suhu Udara (

0

C)

---4.

Suhu Permukaan (

0

C)

--5.

Kelembaban Udara (%)

6.

Kandungan Air (%)

---7.

Keasaman (pH)

---8.

Polusi Udara

(17)

Penguatan dan Konsolidasi

penguatan cat dengan perekat: lilin, dsb. penguatan kanvas/ substrat dg. perekat. perbaikan kanvas/ substrat.

perbaikan/ konsolidasi cat, dll. 3.

LEMBAR KONDISI LUKISAN

Form. LKLu-Lukisan/MNI/2015

i

s

i

d

n

o

K

Nama Seniman

Judul Karya

.

v

n

I

.

o

N

o

N

Mata biasa

Kaca pembesar

Mikroskop

Lain-lain

Teknik Pengamatan:

Tanggal Pengamatan:

Tanda tangan

Konservator:

Konservator:

X

Ukuran dan Tahun

BAHAN

PEMBENTUK

BENDA

Lokasi:

Prioritas Tindakan :

A

. Segera

B

. Sedang

C

. Rendah

C.minyak Cat air Tinta Akrilik Pastel Krayon Other... Kanvas Kertas Kayu Kaca Logam Other... C.minyak Aquarel Pastel Guase Tempera Litografi Batik Fresco Enkaustik Kolase Graffito Frottage Grattage Other... Lain-lain Lain-lain Lain-lain

JENIS CAT

JENIS MEDIA

(SUBSTRAT)

TEKNIK

Kotor Lemak Deposit Rapuh Patah Retak Distorsi Gelombang Gores Sobek Kelupas Lubang Basah Kering Jamur Serangga Busuk Other... Karat Kristal Oksidasi Pudar Lapuk Bau Noda Other...

FISIK:

BIOTIS:

LAIN:

KIMIAWI:

No Foto :

Lain-lain Lain-lain Lain-lain Baik Rusak Ringan Rusak Rusak Berat Other...

KONDISI SPANRAM:

Lain-lain Baik Rusak Ringan Rusak Rusak Berat Other...

KONDISI PIGURA:

Lain-lain

KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :

Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.)

air white-spirit turpentin air sabun (amonia)

2-ethoxy ethanol petrolium alkohol 2-aceton alcohol 1. 2.

4. Penyempurnaan (finishing treatment) 5. 6. isolating (varnish)

inpainting (+mixing varnish) dressing/ retouching (varnish) (re)varnishing

Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) Perlakuan lain.

CATATAN:

USULAN TINDAKAN KONSERVASI :

KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :

1.

Intensitas Cahaya (Lux)

2.

Radiasi UV (

μ

W/Lmn)

-3.

Suhu Udara (

0

C)

---4.

Suhu Permukaan (

0

C)

--5.

Kelembaban Udara (%)

6.

Kandungan Air (%)

--7.

Keasaman (pH)

---8.

Polusi Udara

---9.

Catatan: ...

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

= ... (...)

(18)

M

elamin B

oar

d

glass fabr

ic

pain

ting

Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan

S

eb

elum P

em

b

ersihan

S

esudah P

emb

ersihan,

S

eb

elum P

engua

tan C

a

t

Kanvas

Cat

{

Priming

GAMBAR ANATOMI LUKISAN

Rongga bawah

retakan terisi

varnis/ linseed oil

Sesudah Pembersihan,

Sebelum Penguatan Cat

Sesudah Pembersihan,

Sesudah Penguatan Cat,

Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas

Varnis/ linseed

oil begitu tebal

& mengkilap

1

2

2

4

5

FINISHING TREATMENTS:

Priming, Tusir warna (

inpainting

),

Retouching & protecting varnish

.

Detail

illustrated by Primastoria 2015

3

SUPPORTS:

Back-up lukisan dengan

melamin board yang

(19)

warna merah ini seperti warna merah pada umumnya.

bagian ini tidak menunjukkan adanya restorasi.

warna merah pendar menunjukkan cat tertentu.

warna gelap ini menunjukkan bagian cat yang telah ditusir.

Lampu (TL) Ultra Violet

PENGAMATAN LUKISAN DENGAN

SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS).

PENGAMATAN LUKISAN DENGAN

ULTRA VIOLET.

Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi

Meja Lesehan

Mikroskop Digital

Fume Hood Portabel

Te

mpat Pe

rkakas

Rak Bahan & Alat untuk pembuatan replika/

model lemari simpan/ displai, replika benda,

mounting, dll.

Fume Hood Portabe

l

(20)

Mode/ pengatur besarnya

sinar yang terbaca.

Displai/ monitor harga

hasil pengamatan.

Sensor/ cell

penangkap sinar.

Pengenalan Alat Ukur Klimatologi

Lux Meter

(Alat pengukur

intensitas cahaya)

1. Kuat Penerangan (Illumination,

E

)

E =

F (Fluks)

A (Luas)

=

Lumen

m

2

= Lux.

2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule.

3. Fluks Cahaya (

F

) =

Energi (Joule/m

2

)

Waktu (Jam)

J

T

=

4. Kuat Cahaya (

I

) =

E.R

2

Cos Q

= Lumen.m = Candela

Kuat penerangan (

lux

): Penerangan pada permukaan benda

secara merata seluas 1 m

2

, berjarak 1 m dari titik sumber

cahaya berkekuatan 1 kandela.

Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh

pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m

2

) dari

sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).

Sensor suhu dan

kelembaban udara

Sensor radiasi UV

dan Intensitas

cahaya.

Panel monitor

menunjuk-kan besaran angka

dan satuan

-Ultra Violet Monitor (4 in 1)

(Alat pengukur radiasi ultra violet,

kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

KONVERSI ENERGI:

1 Joule = 10

7

erg.

Kelembaban Udara (RH) = %

Suhu Udara (T) =

0

C

Kuat Penerangan (E) = Lux

Kuat Radiasi UV (UVR) =

μ

W/Lumen

1 kwh = 3.600.000 J.

1 Kalori = 4,1868 J.

KONVERSI DAYA:

1 watt = 1 Joule/ detik.

1 HP = 0,746 watt

Energi = kekuatan untuk melakukan usaha.

Daya = kekuatan tenaga.

Lampu TL Ultra Violet, National,

100 volt/ 50 Hz., Type FL 205,

Panjang gelombang = 263 nm.

Energi = 2

μ

W/cm

2

.

Tombol untuk suhu,

kelembaban udara,

kuat cahaya dan

radiasi ultra violet.

Catatan :

1

μ

(mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10

-6

Untuk konversi satuan, kunjungi situs:

http://www.easyunitconverter.com/

CATATAN

:

E

= kuat penerangan, bersatuan Lux;

F

= fluks cahaya, bersatuan Lumen;

A

= luas bidang, bersatuan m

2

;

J

= energi, bersatuan Joule/m

2

;

T

= waktu, bersatuan jam;

R

= jarak sumber penerangan dan benda,

bersatuan m;

Q

= menyatakan besarnya sudut antara

sumber cahaya dan titik benda yang

diterangi, tetapi jika sudutnya tegak

lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q

dapat diabaikan.

(21)

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Alat Pengukur

Suhu dan Kelembaban Udara

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

INAKURASI + 2%

Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi

selisih

har

ga

Wet & Dry Psychrometer

sangat cocok digunakan untuk

kalibrasi, spot reading dan

pendataan data klimatologi harian.

Kita dapat mengetahui besarnya

suhu udara secara langsung pada

bagian

thermometer yang kering

(kiri). Sedangkan RH-nya dapat

dicari dengan merujuk selisih

harga dengan thermometer yang

basah (kanan). Selanjutnya besar-

nya RH dapat dicari pada Tabel RH

yang biasa disertakan pada saat

pembelian alat tersebut.

Maintenans Alat

:

Kain yang digunakan untuk

melembabi (dengan air distilasi)

thermometer merkuri diusahakan

selalu bersih, dan air yang

digunakan selalu air distilasi.

Sling Psychrometer

Alat ini menyerupai Wet & Dry

Psychrometer, tetapi badan yang

ditempeli

thermometer (baik

yang dry ataupun wet) dapat

diputar, guna melewatkan udara

pada

thermometer. Belakangan

perangkat ini telah dimodifikasi

dengan tenaga baterai untuk

memutar kipas angin yang

melewatkan udara yang akan

diukur suhu ataupun kelembab-

annya.

Thermohygrometer

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.

Tanganan pemegang pena pencatat

Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari Pena pencatat

RH dan T

Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat

mencolok.

INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)

+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi) Referensi:

Bachmann (1992:15-22)

Thermohygrograph

Kertas grafis

Besarnya RH dan T yang tertulis pada

kertas grafis tidak sinkron dengan waktu

yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat

(dikurangi) sekitar 30 menit.

Catatan:

(22)

KELEMBABAN DAN SUHU UDARA

RH =

kelembaban absolut suatu udara kelembaban absolut udara jenuh

pada suhu sama

x 100%

2. Satuan-satuan

Satuan Suhu (T)

Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32}

Reamur (R)

Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9}

Kelvin (K) ===> C = (K-273)

Satuan Kelembaban Relatif

(RH) = Persen (%)

Thermohygrometer elektronik

Sen

sor suhu dan k

elem

baban udar

a.

1. Pengertian/ Definisi

Alat ini dipakai untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan tanpa kita harus masuk kedalam ruangan yang akan kita ukur. Alat ini dilengkapi sensor yang dapat ditarik dan dilewatkan pada dinding.

Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute

humidity/

AH

), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap

ini disebut sebagai titik embun (dew point/

DP

)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat

menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi

pengembunan.

Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban

absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik

embun.

Kelembaban retatif (relatif humidity/

RH

) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban

absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.

Contoh

:

Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 C dapat menampung

sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka

kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.

Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 C pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang

dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x

100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan

menjadi kering”.

Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 C pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang

dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/

8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.

(23)

Handheld XRF Spectrometer

Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam

Digital Microscope

Alat Perekam Gambar Mikro

Moisture Meter

Alat Pengukur Kadar Air

pH Meter

Alat Pengukur Keasaman

Chroma Meter

(Konica-Minolta R-410)

Alat Perekam Data Warna

pH paper ini harus selalu dipakai untuk

mengecek pH larutan apakah aman

terhadap benda yang akan dibersihkan

ataupun terhadap alat steamer.

Perhatikan tabel terlampir untuk

mengetahui aman tidaknya suatu

larutan kimia.

(24)

(Alat Pelembab Udara)

Bak Penampungan Air Distilasi

Control Panel

Tempat Keluarnya uap air

(Alat Penyerap Uap Air)

Keterangan “Control Panel”

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Tombol Operasi (Power)

Tombol pengoperasian

(RH 60 ~ 65%)

Pengoperasian non-stop

Tombol “Humidity”

Tombol “Defrost”

Lampu indikator Humidity

Lampu indikator Defrost

Control Panel

Tempat masuknya uap air

Bak Penampungan (Uap) Air

Dehumidifier

Humidifier

Kelembaban tidak dapat

diturunkan dibawah 40%.

Efektif untuk 40 ~ 50%.

CATATAN:

Efektif untuk luas ruangan =

10 ~ 16 meter kubik.

Suhu ruangan berkisar

antara 1 ~ 35 derajat celcius.

(25)

Wadah Tertutup (Kedap)

Tiga Kupon Logam

Sampel (Bahan yang akan diuji)

Air Distilasi

Oddy Test 1973

suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari

tembaga perak timbal

UJI BAHAN LEMARI

SIMPAN & DISPLAI

Penetralan tekstil yang berkondisi asam

Rak-rak sederhana untuk penyimpanan bahan

dan alat untuk keperluan konservasi tekstil.

Tehnik rolling untuk kain biasa untuk keperluan

penyimpanan dan transportasi.

dengan bahan kayu karena bersifat buffering.

Lemari dan (lapisan) dinding sengaja dibuat

Detail mounting kertas karton bebas asam

untuk keperluan displai dan penyimpanan.

Gambaran kotak-kotak berisi tekstil yang dibungkus kertas bebas

asam tersusun rapi disamping rak-rak dalam ruang simpan.

Kain Damas

Tes ini digunakan untuk pengujian sampel yang harus ditempatkan

dalam wadah kedap udara dengan tiga kupon logam yang berbeda

— perak (

Ag

), timbal (

Pb

) dan tembaga (

Cu

) — yang tidak

menyentuh satu sama lain atau sample bahan yang akan diuji.

Wadah disegel dengan sedikit air distilasi untuk menjaga

kelemba-ban yang tinggi, kemudian dipanaskan pada suhu 60 derajat Celcius

selama 28 hari. Wadah yang identik dengan tiga logam kupon

bertindak sebagai kontrol

Gambar

Tabel 1.A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan, BAHANSerangga dan Reptil
Tabel 4. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)
Tabel 6. Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara(Recommendations for Light and Temperature)
Tabel 8. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner ke 26 Puskesmas induk di Kabupaten Sidoarjo. Data yang didapatkan berupa kondisi

politiknya adalah ingin menjadikan Jawa Barat sebagai Negara yang berdaulat (meskipun dibawah RIS), bahkan secara frontal melakukan perlawanan terhadap Belanda walaupun pada

Penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit merupakan suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien dalam

kelompok, yaitu contoh-contoh penerapan nilai Keteladanan Kristus dalam menghadapi penderitaan sebagai guru yang baik:.  Kelompok 1: Kristus memandang

Performansi QoS VoIP over WLAN diuji pada NS-2.34 untuk setiap mekanisme penjadwalan PQ dan CSFQ pada 802.11e EDCA dengan jumlah pengguna VoIP sampai 20 titik dan beban trafik

Di penelitian ini, setelah diidentifikasi risiko yang terjadi, risiko-risiko yang diperoleh pada proyek pemipaan IPA Kaligarang setelah di identifikasi risiko yang

implementasi yang khusus di masa yang akan datang dari suatu model data yang digunakan pada DBMS yang sudah dipilih. - Hasilnya berupa pernyataan-pernyataan Data Definition

Hasil pengelompokan yang diperoleh dari hubungan kekerabatan dan jarak kesamaan (similary distance) ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keragaman