• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan

pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan

pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk

memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.(Safaruddin, 2011).

Tujuan utama dari pertanian organik adalah memperbaiki dan menyuburkan kondisi lahan serta menjaga keseimbangan ekosistem. Sumber daya lahan dan kesuburannya dipertahankan dan ditingkatkan melalui aktivitas biologi dari lahan itu sendiri, yaitu dengan memanfaatkan residu hasil panen, kotoran

ternak, dan pupuk hijau. Produk pertanian dikatakan organik jika produk tersebut berasal dari sistem pertanian organik yang menerapkan praktik manajemen yang

berupaya untuk memelihara ekosistem melalui beberapa cara, seperti pendaurulangan residu tanaman dan hewan, rotasi dan seleksi pertanaman, serta manajemen air dan pengolahan tanah (Sriyanto, 2010).

Pupuk organik yang sering digunakan untuk memupuk tanaman adalah kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman,

(2)

Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi

pertanaman yang berasaskan daur ulang-hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan tanah dan struktur tanah (Sutanto, 2002).

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian.

Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk

pakan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi

kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya

(Safaruddin, 2011).

Konsep Sistem Pertanian terpadu adalah konsep pertanian yang dapat

dikembangkan untuk lahan pertanian terbatas maupun lahan luas. Pada lahan terbatas atau lahan sempit yang dimiliki oleh petani umumnya konsep ini menjadi sangat tepat dikembangkan dengan pola intensifikasi lahan. Lahan sempit akan

memberikan produksi maksimal tanpa ada limbah yang terbuang percuma. Sedangkan untuk lahan lebih luas konsep ini akan menjadi suatu solusi

(3)

optimalisasi produksi, pemanfaatan limbah, subsidi silang untuk antisipasi

fluktuasi harga pasar dan kesinambungan produksi (Safaruddin, 2011).

Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan secara organik. Pembudidayaan organik terlahir dari revolusi hijau

yang merupakan upaya meningkatkan produksi pangan melalui usaha pengembangan teknologi pertanian yang meliputi penggunaan bibit unggul,

penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia, mekanisasi pertanian, dan penyuluhan pertanian secara massal. Revolusi hijau berkembang pesat dan mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk dunia pada awal dekade

perkembangannya. Indonesia juga mengadopsi teknologi revolusi hijau dunia. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia berhasil sebagai negara yang berswasembada

pangan. Namun revolusi hijau justru berdampak negatif, yaitu meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan keracunan pada manusia (Sriyanto, 2010).

Landasan Teori

Upaya melakukan gerakan pertanian organik mulai berkembang di

Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik dunia. Konsumen negara-negara maju menjadi pemicu awal dan inspirasi dari bergulirnya pertanian organik ini. Di Indonesia, pertanian organik menjadi “tren” karena tumbuhnya

kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk yang aman dan sehat. Selain itu, proses produksinya juga cukup bersahabat dengan lingkungan. Tanpa disadari,

(4)

(Standar Nasional Indonesia) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan

terhadap produk organik yang dihasilkan petani.

Pemerintah tidak mau ketinggalan respon. Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap gerakan pertanian organik di Indonesia dilakukan melalui

Departemen Pertanian yang telah mencanangkan beberapa paket kebijakan degan motto; “ Go Organic 2010 ” yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai

produsen pangan organik yang permintaan pasarnya cendrung meningkat dengan signifikan. Pertanian organik adalah “sistem manajemen produksi holistic yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk

keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah”. Produk pertanian organik ditetapkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), Pertanian Organik

yang disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional melalui BSN SNI 01-6729-2002 (Sagala, 2010)

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tentunya bertujuan

untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Penempatan masyarakat sebagai

(5)

Anggota masyarakat bukan merupakan objek pembangunan. Anggota

masyarakat pedesaan sebagian besar terdiri dari petani yang sebagian besar dari padanya merupakan petani kecil dan bahkan sebagai buruh tani. Kedudukan petani yang lemah ini harus dirubah menjadi kuat, maju dan mandiri, sehingga

peranannya dalam pembangunan menjadi subjek pembangunan. Bertambah pentingnya kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa

anggota masyarakat diajak untuk berperan secara lebih aktif dan didorong untuk berpartisipasi, namun pemerintah tetap perlu dilibatkan (Rajagukguk, 2012).

Dalam membangun suatu wilayah, minimal ada tiga komponen yang perlu

diperhatikan, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi atau sering disebut dengan tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah

merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia, karena dengan kemampuan yang cukup, akan mampu menggerakkan seluruh sumberdaya wilayah yang ada. Di

samping itu, sumber daya manusia memegang peran sentral dalam proses pembangunan. Pertama sebagai objek pembangunan, di mana sumber daya

manusia merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan. Kedua, sebagai subjek pembangunan, di mana sumberdaya manusia berperan sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian pembangunan suatu wilayah sesungguhnya

adalah pembangunan manusia yaitu pembangunan yang berorientasi kepada manusia, di mana manusia dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku

pembangunan (Safaruddin, 2011).

(6)

sebaliknya kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti

adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ada lima jenis, yaitu : (a) Ikut

memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya; (b) Ikut memberi input dan menikmati hasilnya; (c) Ikut

memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung; (d) Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input; dan (e) Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak

menikmati hasilnya (Rajagukguk, 2012)

Partisipasi menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan

pembangunan, dilain pihak juga dapat dikatakan bahwa pembangunan berarti kalau dapat meningkatkan kapasitas masyarakat termasuk dalam berpartisipasi. Partisipasi menurut Fithriadi dkk adalah pokok utama dalam pendekatan

pembangunan yang terpusat pada masyarakat dan berkesinambungan serta merupakan proses interaktif yang berlanjut. Prinsip dalam partisipasi adalah

melibatkan atau peran serta masyarakat secara langsung dan hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusan hasil (Ginting, 2011).

Menurut Davis (2005) yang dikutip oleh Stepan (2011), apa tiga unsur penting partisipasi, yaitu:

(7)

2. Kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha mencapai tujuan

kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok;

3. Unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari

rasa menjadi anggota kelompok tani. Bentuk partisipasi yaitu:

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. 2. Partisipasi waktu adalah partisipasi dalam hal memberikan waktunya

untuk menghadiri suatu kegiatan.

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga

untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4. Partisipasi ide lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,

pendapat.

(Murtiyanto, 2011).

Hermanto dalam Iwan (2010) Partisipasi terhadap kegiatan yang dijalankan dalam sebuah program dipengaruhi oleh karateristik sosial ekonomi. Karakteristik sosial ekonomi merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat partisipasi yang berasal dari petani itu sendiri. Karateristik sosial ekonomi tersebut meliput i:

1. Pendidikan

(8)

dalam rasionalitas usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap

kesempatan ekonomi yang ada. Mardikanto dalam Rajagukguk (2012), menerangkan pendidikan merupakan proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam

semesta. Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang biasanya diterima di bangku sekolah. Sedangkan

pendidikan non formal biasanya diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan terorganisir diluar sistem pendidikan sekolah dengan isi pendidikan yang terprogram.

2. Lama Berusaha Tani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha tani

berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru. Petani yang sudah lama berusaha tani akan lebih mudah

menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

3. Umur

Umur berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima yang baru. Menurut Ajiswarman dalam Rona (1999), orang yang masuk pada

golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai yang lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Orang

(9)

apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka

berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan. 4. Frekuensi mengikuti penyuluhan

Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani

memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah

struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampingkan semakin tinggi pula. Frekuensi

petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang

disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya.

5. Luas lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sangat berpengaruh dalam menerapkan pertanian padi organik. Karena apabila lahan yang dimiliki petani tergolong sempit,maka petani akan menggunakan lahannya semaksimal

mungkin.

Kerangka Pemikiran

Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang dapat dibudidayakan secara pertanian organik. Prospek perkembangan pertanian padi organik yang dikelola sedemikian rupa belum disertai dengan peningkatan produktivitas dan

(10)

organik. Penerapan pertanian padi organik dilaksanakan oleh petani yang

tergabung dalam kelompok tani.

Partisipasi petani dalam penerapan pertanian padi organik diharapkan dapat mendorong terwujudnya pertanian berkelanjutan. Namun dalam

pelaksanaannya partisipasi petani dalam mengikuti setiap kegiatan dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Karakteristik yang mempengaruhi petani

dalam berpartisipasi adalah karakteristik sosial ekonomi yang meliput i pendidikan, luas lahan, lama berusahatani, umur, frekuensi mengikuti penyuluhan.

Dalam melaksanakan penerapan pertanian padi organik, petani memiliki

kesulitan (masalah). Dimana masalah tersebut akan mengakibatkan partisipasi petani menjadi rendah. Oleh karena itu,diperlukan adanya upaya–upaya yang

dapatmenyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi petani sehingga petani dapat meningkatkan partisipasinya dalam penerapan pertanian padi organik.

(11)

Keterangan:

= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Petani Kelompok Tani

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Terhadap Penerapan Pertanian Padi Organik 1. Pendidikan

2. Luas Lahan

3. Lama Berusahatani 4. Umur

5. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Partisipasi Petani dalam Penerapan Pertanian Padi Organik

Tingkat Partisipasi

Masalah Penerapan Pertanian Padi Organik

Rendah Sedang Tinggi

(12)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:

1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penerapan pertanian padi organik di

daerah penelitian adalah sedang.

2. Terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi petani pelaksana penerapan

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Di Indonesia ketersediaan ruangan pelayanan Puskesmas mayoritas adalah ruangan untuk upaya kesehatan perorangan, sedangkan ruangan pelayanan yang layak lebih banyak

[r]

Untuk mempermudah para pemakai dalam hal ini kontraktor dan keselamatan manusia dalam pembuatan tiang penyangga jembatan maka salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut

Bukti bahwa Allah sayang kepada manusia diantaranya adalah Allah.. Menciptakan udara

Kebijakan yang digunakan pada program disesuaikan dengan kebutuhan, dan ini merupakan sebuah contoh sederhana terhadap implementasi keamanan yang dibutuhkan pada suatu jaringan

Dalam bahasa SQL pada umumnya informasi tersimpan dalam tabel-tabel yang secara logic merupakan struktur dua dimensi dari baris(row atau record) dan kolom(column atau field).

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk