37 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN ANAK
KELAS 3 SD TENTANG SARAPAN PAGI DI SDN GUMURUH 7 KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2015
Siti Dewi Rahmayanti1, Iin Siti Rohimah2
ABSTRAK
Anak usia sekolah cenderung mengabaikan masalah kesehatan karena pengetahuan mereka masih terbatas. Adapun masalah yang paling sering terjadi dan kurang mendapat perhatian adalah kebiasaan sarapan. Studi pendahuluan yang dilakukan di SDN Gumuruh 7 pada kelas 1 sampai kelas 6 menunjukan ada sebanyak 28,3% responden yang tidak membiasakan sarapan. Kandungan gizi yang terdapat pada sarapan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan energi anak, tanpa sarapan anak akan kekurangan energi untuk menerima pelajaran di sekolah, oleh karena itu pendidikan kesehatan tentang sarapan pada anak usia sekolah perlu dilakukan agar mereka mempunyai pengetahuan dan tidak mengabaikan sarapan pagi setiap hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan di SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen pra dan post design. Populasi penelitian adalah kelas III SDsebanyak 54 siswa dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 responden yang diambil denganteknik total sampling. Data diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner, data kemudian dikumpulkan dan dianalisis melalui uji univarat dan bivariat (t dependen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pre tes pengetahuan siswa 14,42 dan post test 18,73. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi (asupan makanan bergizi) di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung (p value = 0,0001). Disarankan bagi siswa agar membiasakan diri mengonsumsi sarapan agar kebutuhan energi saat belajar terpenuhi sehingga bisa meningkatkan konsentrasi belajar.
38 THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON KNOWLEDGE OF SCHOOL AGE CLASS 3
ABOUT BREAKFAST IN SDN GUMURUH 7 BATUNUNGGAL
DISTRICT BANDUNG CITY IN 2015
Siti Dewi Rahmayanti1, Iin Siti Rohimah2
Abstract
School age children tend to ignore health problems because of their knowledge is still limited. The problem is most common and less attention is the breakfast habit. Preliminary studies conducted in SDN Gumurh 7 in grade 1 to grade 6 indicates as many as 28.3% of respondents who do not get used to breakfast. Nutrient content contained on beneficial breakfast to meet the energy needs of the child, without breakfast child will lack the energy to receive lessons in school, therefore health education about breakfast at school age children need to be doneso that they have the knowledge and do not ignore the morning every day. The purpose of this study was to determine the effect of health education on the knowledge of school age children about breakfast at SDN Gumurh 7 Batununggal Districts Bandung City. The method used is pre-experimental pre and post design. The study population was grade III SD as many as 54 students and samples in this study were 54 respondents were taken with total sampling technique. Data obtained directly through the questionnaires, the data are then collected and analyzed through the test univariate and bivariate (t dependent). The results showed that the average pre-test score of students’ knowledge and pre test 14.42 and post test 18.73. There is the influence of health education on the knowledge of school-age children about breakfast (of nutrition) in the class III B and III C SDN Gumuruh 7 Batununggal District of Bandung (p value = 0.0001). It is advisable for students to get used to eating breakfast in order to learn the current energy needs are met so that it can increase the concentration of learning.
Keywords : Breakfast, health education, breakfast, knowledge of primary school
39 A. Pendahuluan
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga
dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal
(Notoatmodjo, 2005). Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu dan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
Berdasarkan tingkatan pendidikan, pendidikan sekolah dasar masih memerlukan pendidikan
kesehatan, karena pada anak usia sekolah dasar cenderung mengabaikan masalah kesehatan
karena pengetahuan mereka masih terbatas. Adapun masalah yang paling sering terjadi dan kurang
mendapat perhatian adalah kebiasaan sarapan.
Kebiasaan sarapan pagi menurut Khumaidi (2006) didefinisikan sebagai tingkah laku
manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan pagi yang dilakukan
secara terus-menerus atau setiap hari yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan terhadap
makanan. Kandungan gizi yang terdapat pada menu sarapan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan energi anak, tanpa sarapan pagi maka akan terjadi kekosongan lambung, sehingga kadar
glukosa akan menurun. Glukosa darah merupakan sumber energi utama bagi otak, sehingga ketika
anak kekurangan energi maka mereka akan kesulitan menerima pelajaran dengan baik (Khomsan,
2006).
Hasil survei yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Depok (2013)
terhadap 700 anak SD di 7 kecamatan, mengukur berapa banyak jumlah anak-anak tingkat pelajar
SD yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah didapatkan ada 91% siswa SD kelas 1-6 yang
mengkonsumsi sarapan sebelum sekolah, namun masih ada 9% siswa SD yang tidak
mengkonsumsi sarapan.Dari 9% tersebut yang sama sekali tidak sarapan ada 2,6%, sisanya kadang
sarapan kadang tidak. Anak usia sekolah mempunyai kecenderungan semakin besar usia akan lebih
tidak patuh kepada orang tuanya jika dipaksa sarapan, sedangkan anak SD dengan usia yang lebih
muda lebih mudah diintervensi secara positif oleh orang tua.
Menurut Rohayati (2011), perilaku sarapan pagi anak sekolah harus mendapat perhatian
yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan. Mengingat pentingnya
kebiasaan sarapan terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam
40 bagaimana pengetahuan siswa tingkat sekolah dasar dalam memilih menu sarapan yang baik dan
bergizi agar kebutuhan nutrisi mencukupi untuk tumbuh kembangnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap gizi adalah dengan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai sarapan pagi (Zulkarnain, dkk., 2006). Upaya pendidikan
kesehatan yang dilakukan mengenai pentingnya sarapan pagi di sekolah berpeluang besar
meningkatkan pengetahuan tentang gizi dikalangan siswa sekolah yang diharapkan dapat menjadi
jembatan bagi guru dalam memberi pengarahan pada siswa untuk membiasakan diri agar selalu
sarapan setiap hari sebelum berangkat sekolah. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan harus
menyajikan kenyataan atau masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan
dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Februari dan Maret 2015 terhadap 10
responden pada tiap-tiap kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 yang dilakukan untuk mengetahui
kebiasaan sarapan siswa dan siswi di SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung
yang dilakukan dengan teknik wawancara, didapatkan bahwa anak kelas 6 SD mempunyai jumlah
siswa yang tidak sarapan paling banyak diantara kelas lain yaitu sebanyak 5 siswa, anak kelas 3
SD sebanyak 4 siswa. Dari hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa siswa kelas 6 SD memiliki
jumlah responden paling banyak yang tidak sarapan, akan tetapi peneliti memutuskan untuk
mengambil sampel pada siswa kelas 3 SD dengan alasan bahwa usia siswa jauh lebih muda,
sehingga program pendidikan kesehatan yang diberikan pada usia dini dapat tercapai.
Hasil wawancara selanjutnya terhadap siswa kelas 3 SD mengenai hal yang sama bahwa 4
dari 10 siswa mengatakan tidak mengetahui menu sarapan yang baik, manfaat sarapan dan dampak
apa saja jika tidak sarapan. Ketidaktahuan anak SD tentang pentingnya sarapan karena selama ini
tidak ada penyuluhan tentang sarapan yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun UKS.
Wawancara lebih lanjut dengan salah satu wali kelas mengatakan bahwa masih ada anak yang
pingsan saat upacara, hal ini biasanya terjadi pada anak yang tidak sarapan.
Alasan peneliti mengambil sampel dari siswa SD kelas 3 karena siswa kelas 3 mempunyai
jumlah terbanyak kedua yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan setelah kelas 6. Selain itu
pendidikan kesehatan lebih baik dilakukan pada anak usia sedini mungkin sehingga membentuk
41 Bandung Tahun 2015”. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak kelas 3 SD tentang sarapan pagi di SDN Gumuruh 7
Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental one
group pra post test design yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
satu kelompok subjek (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini dicari pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan anak kelas 3 sd tentang sarapan pagi di SDN Gumuruh 7
Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.
Adapun teknik pengambilan sampling dilakukan dengan cara total sampling, yaitu cara
pengambilan sampel dari jumlah populasi yang ada sebanyak 54 siswa. Teknik pengumpulan data
dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan beberapa tahapan sebagai berikut ini: Peneliti meminta izin
pada kepala sekolah dan wali kelas/guru untuk melakukan penelitian, kelas yang diambil sebagai
tempat penelitian adalah kelas 3. Peneliti melakukan perkenalan kepada siswa, menjelaskan
maksud dan tujuan dilakukanya pendidikan kesehatan tentang sarapan pagi. Peneliti membagikan
lembar pertanyaan pre test kepada siswa, siswa di beri kesempatan untuk menjawab soal-soal
tersebut dalam waktu 15 menit, setelah itu lembar pertanyaan dan jawaban dikumpulkan oleh
peneliti. Peneliti menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab di dalam satu ruang
khusus yang lebih besar sehingga bisa menampung 54 siswa. Materi yang dijelaskan adalah
definisi sarapan pagi, menu sarapan, manfaat, dampak tidak sarapan pagi, perilaku sarapan pagi,
dan pendidikan gizi sarapan di sekolah. Pendidikan kesehatan berlangsung 15-20 menit. Siswa
diberi kesempatan untuk bertanya bila tidak mengerti. Media pendidikan kesehatan dalam
penelitian ini menggunakan slide power point, baner, leaflet, dan contoh-contoh makanan. Setelah
dilakukan pendidikan kesehatan kemudian peneliti memberi waktu sekitar 5 menit dengan tujuan
agar siswa tidak merasa jenuh. Selama waktu jeda siswa diperbolehkan untuk melihat-lihat media
pendidikan kesehatan seperti contoh makanan, baner, maupun leaflet. Menurut Gunawan (2015)
untuk anak setelah fokus selama 8 menit belajar perlu istirahat sekitar 5 menit, namun fokus siswa
dapat bertahan lebih lama bila metode yang diajarkan cukup menarik. selain itu siswa juga
dipersilahkan untuk melihat-lihat baner, leaflet maupun contoh-contoh makanan yang disediakan
oleh peneliti. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami lagi terhadap materi yang
42 media sudah cukup, peneliti meminta siswa untuk duduk kembali. Peneliti kemudian membagikan
lembar pertanyaan post test pada siswa, lembar pertanyaan post test sama dengan lembar
pertanyaan pre test, siswa di beri kesempatan kembali selama 15 -20 menit untuk mengerjakan
soal-soal tersebut. Setelah selesai mengerjakan semua pertanyaan dan jawaban dikumpulkan
kembali oleh peneliti untuk di koreksi dan dinilai.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 1. Rerata pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7
Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015
Variabel Mean
Median S.D Minimal - Maksimal
Skor
pengetahuan 14,42
15,00 3,428
6 21
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pre tes pengetahuan siswa
14,42, median 15,00 dengan standar deviasi 3,428. Nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 21.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut adanya perbedaan disebabkan oleh cara belajar siswa yang
berbeda-beda. Ada beberapa siswa yang tampak serius memperhatikan dan ada mahasiswa yang
mengobrol saat diberikan pendidikan kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah pendidikan,
media, dan keterpaparan informasi. Pada saat siswa diberikan pre test belum ada informasi lebih
detail mengenai sarapan. Informasi yang ada hanya terbatas pada pengetahuan mereka yang
diperoleh baik dari hasil membaca, informasi dari orang lain, maupun dari media elektronik, oleh
karena itu pengetahuan siswa mengenai sarapan masih kurang dan perlu adanya pendidikan
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai sarapan.
Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, penelitian dilakukan pada siswa
kelas III sekolah dasar. Diantara jenjang pendidikan, sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan
yang paling awal dilalui oleh semua orang yang menempuh pendidikan formal setelah TK. Materi
pelajaran yang diajarkan masih mendasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini
menyebabkan siswa terbatas untuk menerima materi yang lebih kompleks lagi.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan siswa tentang pentingnya sarapan
43 tidak menemukan media pendidikan kesehatan mengenai sarapan di sekolah. Selain itu dari hasil
wawancara terhadapa guru yang mengajar di kelas III, sampai saat ini masih jarang guru yang
menjelaskan pentingnya sarapan pada siswa-siswinya. Kurangnya keterpaparan informasi
tersebut akhirnya mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai sarapan.
Tabel 2. Rerata pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi setelah dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015
Variabel Mean
Median S.D Minimal - Maksimal Skor
pengetahuan 18,73
20,00 4,454
6 24
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa 18, 73,
median 20,00 dengan standar deviasi 4,454. Nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 24. Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa terdapat peningkatan skor tes pada siswa
yang telah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini karena pendidikan kesehatan memberikan
informasi pada siswa untuk meningkatkan pengetahuanya terutama yang berhubungan dengan
sarapan.
Metode pendidikan kesehatan juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Jika minat
belajar siswa baik maka akan memudahkan siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan
pengetahuanya. Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti adalah metode
ceramah dengan media presentasi, leaflet, dan contoh-contoh makanan yang menarik perhatian
siswa. Sejauh ini pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan baik pada
individu maupun kelompok anak usia sekolah dengan tujuan untuk mengubah perilaku ke arah
yang lebih sehat.
Selama proses pendidikan kesehatan berlangsung, siswa begitu antusias untuk belajar.
Mereka diberikan materi sesuai dengan tingkat pendidikanya melalui metode ceramah, setelah itu
mereka juga diperlihatkan video tentang sarapan. Saat jeda mereka diperbolehkan untuk melihat
contoh-contoh makanan yang telah disediakan. Dengan menerapkan metode pendidikan kesehatan
seperti yang telah dijelaskan di atas, menjadikan belajar siswa lebih menyenangkan dan siswa
termotivasi untuk mengikuti pendidikan kesehatan yang akhirnya pengetahuan mereka menjadi
44 Tabel 3. Rerata pre tes dan posT tes pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi setelah dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7
Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015
Variabel N Mean Rank P value
Skor pre test
Skor post test 45
10,06
24,19 0.0001
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa mean rank skor pengetahuan sebelum diberi
pendidikan kesehatan adalah 10,06, sedangkan mean rank skor pengetahuan setelah diberi
pendidikan kesehatan adalah adalah 24,19. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value (0.0001),
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan skor pengetahuan siswa sebelum dan setelah
diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang sarapan. Dengan demikian Ho ditolak, artinya
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi
di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.
Pendidikan kesehatan tentang pentingnya sarapan merupakan upaya peningkatan perilaku
hidup sehat di masyarakat dengan tujuan menyadarkan anak usia sekolah untuk membiasakan
sarapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat khususnya kelompok usia sekolah melalui perubahan pengetahuan
dan praktik/perilaku gizi ke arah yang lebih baik.
Menurut Notoatmodjo (2007) penggunaan media pendidikan berguna untuk mencapai
sasaran yang lebih banyak, menimbulkan minat sasaran pendidikan, memotivasi sasaran
pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan, membantu mengatasi berbagai hambatan,
dan membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih cepat dan lebih banyak. Secara umum,
tujuan dari kegiatan intervensi ini adalah meningkatkan pengetahuan dan penilaian siswa terhadap
manfaat sarapan serta membiasakan diri sarapan sebelum melakukan aktivitas sekolah. Oleh
karena itu, pendidikan kesehatan tentang gizi sebaiknya terus dilakukan dengan harapan agar siswa
bertambah pengetahuanya serta mengaplikasikan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu upaya pendidikan kesehatan tentang sarapan pada anak melalui metode ceramah
yang didukung dengan media pendidikan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan
siswa mengenai sarapan seperti presentasi, leaflet, dan contoh makanan sebagai alat bantu
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran ternyata efektif meningkatkan pengetahuan
45 Penelitian ini juga memperkuat penelitian yang telah dilakukan oleh Sartika (2012) tentang
penerapan komunikasi, informasi, dan edukasi giziterhadap perilaku sarapan siswa sekolah dasar,
data penelitian tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh antara edukasi tentang gizi dengan
pengetahuan dan perilaku sarapan siswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan nilai
46 D.Simpulan dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut ini:
a. Rerata skor pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang sarapan
pagi adalah 14,42.
b. Rerata skor pengetahuan siswa sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 18,73.
c. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang
sarapan pagi (asupan makanan bergizi) di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan
Batununggal Kota Bandung (p value 0,0001).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat dijadikan
sebagai masukan adalah sebagai berikut ini:
a. Bagi Sekolah dan guru
Diharapkan bisa menjadi masukan bagi sekolah untuk membuat program promosi
kesehatan terutama yang berkaitan pendidikan gizi dengan cara kerjasama dengan pihak
puskesmas secara terjadual dan continue.
b. Bagi Penelitian
Dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan metode lain atau
47 Daftar Pustaka
Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta :Rineka Cipta.
Azrul. (2003). Pengantar epidemiologi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
Effendi. (2005). Keperawatan kesehatan komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. (2008). Pedoman perbaikan gizi anak sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
Hidayat, A. (2007). Pengantar riset keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto. (2007). Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Khomsan. (2006). Solusi makanan sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Khumaidi. (2006). Gizi masyarakat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Notoatmodjo. (2007). Metodologipenelitian. Jakarta : RinekaCipta.
Roedjito D. (2009). Kajian penelitian gizi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan analisis data kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Riyadi. dkk. (2011). Pengetahuan menu. Bandung : Alfabeta.
Rosa, R. (2011). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa
sekolah dasar di Depok dan Sukabumi. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Suhila. (2012). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta : EGC.
Soekirman. (2010). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soeharjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
Tim Penyusun. (2013). Buku panduan gizi 2013. Jakarta : Depkes RI.
Walgito. (2005). Bimbingan dan konseling di kekolah. Yogyakarta : Andi Djamhur.
Wawan & Dewi. (2011). Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Rineka cipta.
Zulkarnain, dkk,. (2006). Pengaruh pendidikan gizi pada murid sekolah dasar terhadap
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu keluarga mandiri sadar gizi di