• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN ANAK KELAS 3 SD TENTANG SARAPAN PAGI DI SDN GUMURUH 7 KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN ANAK KELAS 3 SD TENTANG SARAPAN PAGI DI SDN GUMURUH 7 KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

37 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN ANAK

KELAS 3 SD TENTANG SARAPAN PAGI DI SDN GUMURUH 7 KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG TAHUN 2015

Siti Dewi Rahmayanti1, Iin Siti Rohimah2

ABSTRAK

Anak usia sekolah cenderung mengabaikan masalah kesehatan karena pengetahuan mereka masih terbatas. Adapun masalah yang paling sering terjadi dan kurang mendapat perhatian adalah kebiasaan sarapan. Studi pendahuluan yang dilakukan di SDN Gumuruh 7 pada kelas 1 sampai kelas 6 menunjukan ada sebanyak 28,3% responden yang tidak membiasakan sarapan. Kandungan gizi yang terdapat pada sarapan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan energi anak, tanpa sarapan anak akan kekurangan energi untuk menerima pelajaran di sekolah, oleh karena itu pendidikan kesehatan tentang sarapan pada anak usia sekolah perlu dilakukan agar mereka mempunyai pengetahuan dan tidak mengabaikan sarapan pagi setiap hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan di SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen pra dan post design. Populasi penelitian adalah kelas III SDsebanyak 54 siswa dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 responden yang diambil denganteknik total sampling. Data diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner, data kemudian dikumpulkan dan dianalisis melalui uji univarat dan bivariat (t dependen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pre tes pengetahuan siswa 14,42 dan post test 18,73. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi (asupan makanan bergizi) di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung (p value = 0,0001). Disarankan bagi siswa agar membiasakan diri mengonsumsi sarapan agar kebutuhan energi saat belajar terpenuhi sehingga bisa meningkatkan konsentrasi belajar.

(2)

38 THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION ON KNOWLEDGE OF SCHOOL AGE CLASS 3

ABOUT BREAKFAST IN SDN GUMURUH 7 BATUNUNGGAL

DISTRICT BANDUNG CITY IN 2015

Siti Dewi Rahmayanti1, Iin Siti Rohimah2

Abstract

School age children tend to ignore health problems because of their knowledge is still limited. The problem is most common and less attention is the breakfast habit. Preliminary studies conducted in SDN Gumurh 7 in grade 1 to grade 6 indicates as many as 28.3% of respondents who do not get used to breakfast. Nutrient content contained on beneficial breakfast to meet the energy needs of the child, without breakfast child will lack the energy to receive lessons in school, therefore health education about breakfast at school age children need to be doneso that they have the knowledge and do not ignore the morning every day. The purpose of this study was to determine the effect of health education on the knowledge of school age children about breakfast at SDN Gumurh 7 Batununggal Districts Bandung City. The method used is pre-experimental pre and post design. The study population was grade III SD as many as 54 students and samples in this study were 54 respondents were taken with total sampling technique. Data obtained directly through the questionnaires, the data are then collected and analyzed through the test univariate and bivariate (t dependent). The results showed that the average pre-test score of students’ knowledge and pre test 14.42 and post test 18.73. There is the influence of health education on the knowledge of school-age children about breakfast (of nutrition) in the class III B and III C SDN Gumuruh 7 Batununggal District of Bandung (p value = 0.0001). It is advisable for students to get used to eating breakfast in order to learn the current energy needs are met so that it can increase the concentration of learning.

Keywords : Breakfast, health education, breakfast, knowledge of primary school

(3)

39 A. Pendahuluan

Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga

dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal

(Notoatmodjo, 2005). Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu dan masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Banyak faktor yang perlu

diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.

Berdasarkan tingkatan pendidikan, pendidikan sekolah dasar masih memerlukan pendidikan

kesehatan, karena pada anak usia sekolah dasar cenderung mengabaikan masalah kesehatan

karena pengetahuan mereka masih terbatas. Adapun masalah yang paling sering terjadi dan kurang

mendapat perhatian adalah kebiasaan sarapan.

Kebiasaan sarapan pagi menurut Khumaidi (2006) didefinisikan sebagai tingkah laku

manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan pagi yang dilakukan

secara terus-menerus atau setiap hari yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan terhadap

makanan. Kandungan gizi yang terdapat pada menu sarapan bermanfaat untuk memenuhi

kebutuhan energi anak, tanpa sarapan pagi maka akan terjadi kekosongan lambung, sehingga kadar

glukosa akan menurun. Glukosa darah merupakan sumber energi utama bagi otak, sehingga ketika

anak kekurangan energi maka mereka akan kesulitan menerima pelajaran dengan baik (Khomsan,

2006).

Hasil survei yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Depok (2013)

terhadap 700 anak SD di 7 kecamatan, mengukur berapa banyak jumlah anak-anak tingkat pelajar

SD yang sarapan sebelum berangkat ke sekolah didapatkan ada 91% siswa SD kelas 1-6 yang

mengkonsumsi sarapan sebelum sekolah, namun masih ada 9% siswa SD yang tidak

mengkonsumsi sarapan.Dari 9% tersebut yang sama sekali tidak sarapan ada 2,6%, sisanya kadang

sarapan kadang tidak. Anak usia sekolah mempunyai kecenderungan semakin besar usia akan lebih

tidak patuh kepada orang tuanya jika dipaksa sarapan, sedangkan anak SD dengan usia yang lebih

muda lebih mudah diintervensi secara positif oleh orang tua.

Menurut Rohayati (2011), perilaku sarapan pagi anak sekolah harus mendapat perhatian

yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan. Mengingat pentingnya

kebiasaan sarapan terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam

(4)

40 bagaimana pengetahuan siswa tingkat sekolah dasar dalam memilih menu sarapan yang baik dan

bergizi agar kebutuhan nutrisi mencukupi untuk tumbuh kembangnya.

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap gizi adalah dengan memberikan

pendidikan kesehatan mengenai sarapan pagi (Zulkarnain, dkk., 2006). Upaya pendidikan

kesehatan yang dilakukan mengenai pentingnya sarapan pagi di sekolah berpeluang besar

meningkatkan pengetahuan tentang gizi dikalangan siswa sekolah yang diharapkan dapat menjadi

jembatan bagi guru dalam memberi pengarahan pada siswa untuk membiasakan diri agar selalu

sarapan setiap hari sebelum berangkat sekolah. Materi pendidikan kesehatan yang diberikan harus

menyajikan kenyataan atau masalah yang dibutuhkan murid. Informasi gizi perlu dinyatakan

dalam istilah-istilah sederhana dan mudah dikenal pula

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 Februari dan Maret 2015 terhadap 10

responden pada tiap-tiap kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 yang dilakukan untuk mengetahui

kebiasaan sarapan siswa dan siswi di SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung

yang dilakukan dengan teknik wawancara, didapatkan bahwa anak kelas 6 SD mempunyai jumlah

siswa yang tidak sarapan paling banyak diantara kelas lain yaitu sebanyak 5 siswa, anak kelas 3

SD sebanyak 4 siswa. Dari hasil studi pendahuluan menunjukan bahwa siswa kelas 6 SD memiliki

jumlah responden paling banyak yang tidak sarapan, akan tetapi peneliti memutuskan untuk

mengambil sampel pada siswa kelas 3 SD dengan alasan bahwa usia siswa jauh lebih muda,

sehingga program pendidikan kesehatan yang diberikan pada usia dini dapat tercapai.

Hasil wawancara selanjutnya terhadap siswa kelas 3 SD mengenai hal yang sama bahwa 4

dari 10 siswa mengatakan tidak mengetahui menu sarapan yang baik, manfaat sarapan dan dampak

apa saja jika tidak sarapan. Ketidaktahuan anak SD tentang pentingnya sarapan karena selama ini

tidak ada penyuluhan tentang sarapan yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun UKS.

Wawancara lebih lanjut dengan salah satu wali kelas mengatakan bahwa masih ada anak yang

pingsan saat upacara, hal ini biasanya terjadi pada anak yang tidak sarapan.

Alasan peneliti mengambil sampel dari siswa SD kelas 3 karena siswa kelas 3 mempunyai

jumlah terbanyak kedua yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan setelah kelas 6. Selain itu

pendidikan kesehatan lebih baik dilakukan pada anak usia sedini mungkin sehingga membentuk

(5)

41 Bandung Tahun 2015”. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak kelas 3 SD tentang sarapan pagi di SDN Gumuruh 7

Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.

B. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental one

group pra post test design yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

satu kelompok subjek (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini dicari pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan anak kelas 3 sd tentang sarapan pagi di SDN Gumuruh 7

Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.

Adapun teknik pengambilan sampling dilakukan dengan cara total sampling, yaitu cara

pengambilan sampel dari jumlah populasi yang ada sebanyak 54 siswa. Teknik pengumpulan data

dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan beberapa tahapan sebagai berikut ini: Peneliti meminta izin

pada kepala sekolah dan wali kelas/guru untuk melakukan penelitian, kelas yang diambil sebagai

tempat penelitian adalah kelas 3. Peneliti melakukan perkenalan kepada siswa, menjelaskan

maksud dan tujuan dilakukanya pendidikan kesehatan tentang sarapan pagi. Peneliti membagikan

lembar pertanyaan pre test kepada siswa, siswa di beri kesempatan untuk menjawab soal-soal

tersebut dalam waktu 15 menit, setelah itu lembar pertanyaan dan jawaban dikumpulkan oleh

peneliti. Peneliti menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab di dalam satu ruang

khusus yang lebih besar sehingga bisa menampung 54 siswa. Materi yang dijelaskan adalah

definisi sarapan pagi, menu sarapan, manfaat, dampak tidak sarapan pagi, perilaku sarapan pagi,

dan pendidikan gizi sarapan di sekolah. Pendidikan kesehatan berlangsung 15-20 menit. Siswa

diberi kesempatan untuk bertanya bila tidak mengerti. Media pendidikan kesehatan dalam

penelitian ini menggunakan slide power point, baner, leaflet, dan contoh-contoh makanan. Setelah

dilakukan pendidikan kesehatan kemudian peneliti memberi waktu sekitar 5 menit dengan tujuan

agar siswa tidak merasa jenuh. Selama waktu jeda siswa diperbolehkan untuk melihat-lihat media

pendidikan kesehatan seperti contoh makanan, baner, maupun leaflet. Menurut Gunawan (2015)

untuk anak setelah fokus selama 8 menit belajar perlu istirahat sekitar 5 menit, namun fokus siswa

dapat bertahan lebih lama bila metode yang diajarkan cukup menarik. selain itu siswa juga

dipersilahkan untuk melihat-lihat baner, leaflet maupun contoh-contoh makanan yang disediakan

oleh peneliti. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami lagi terhadap materi yang

(6)

42 media sudah cukup, peneliti meminta siswa untuk duduk kembali. Peneliti kemudian membagikan

lembar pertanyaan post test pada siswa, lembar pertanyaan post test sama dengan lembar

pertanyaan pre test, siswa di beri kesempatan kembali selama 15 -20 menit untuk mengerjakan

soal-soal tersebut. Setelah selesai mengerjakan semua pertanyaan dan jawaban dikumpulkan

kembali oleh peneliti untuk di koreksi dan dinilai.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 1. Rerata pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7

Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015

Variabel Mean

Median S.D Minimal - Maksimal

Skor

pengetahuan 14,42

15,00 3,428

6 21

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pre tes pengetahuan siswa

14,42, median 15,00 dengan standar deviasi 3,428. Nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 21.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut adanya perbedaan disebabkan oleh cara belajar siswa yang

berbeda-beda. Ada beberapa siswa yang tampak serius memperhatikan dan ada mahasiswa yang

mengobrol saat diberikan pendidikan kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah pendidikan,

media, dan keterpaparan informasi. Pada saat siswa diberikan pre test belum ada informasi lebih

detail mengenai sarapan. Informasi yang ada hanya terbatas pada pengetahuan mereka yang

diperoleh baik dari hasil membaca, informasi dari orang lain, maupun dari media elektronik, oleh

karena itu pengetahuan siswa mengenai sarapan masih kurang dan perlu adanya pendidikan

kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai sarapan.

Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, penelitian dilakukan pada siswa

kelas III sekolah dasar. Diantara jenjang pendidikan, sekolah dasar merupakan tingkat pendidikan

yang paling awal dilalui oleh semua orang yang menempuh pendidikan formal setelah TK. Materi

pelajaran yang diajarkan masih mendasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini

menyebabkan siswa terbatas untuk menerima materi yang lebih kompleks lagi.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan siswa tentang pentingnya sarapan

(7)

43 tidak menemukan media pendidikan kesehatan mengenai sarapan di sekolah. Selain itu dari hasil

wawancara terhadapa guru yang mengajar di kelas III, sampai saat ini masih jarang guru yang

menjelaskan pentingnya sarapan pada siswa-siswinya. Kurangnya keterpaparan informasi

tersebut akhirnya mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai sarapan.

Tabel 2. Rerata pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi setelah dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015

Variabel Mean

Median S.D Minimal - Maksimal Skor

pengetahuan 18,73

20,00 4,454

6 24

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa 18, 73,

median 20,00 dengan standar deviasi 4,454. Nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 24. Berdasarkan

hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa terdapat peningkatan skor tes pada siswa

yang telah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini karena pendidikan kesehatan memberikan

informasi pada siswa untuk meningkatkan pengetahuanya terutama yang berhubungan dengan

sarapan.

Metode pendidikan kesehatan juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Jika minat

belajar siswa baik maka akan memudahkan siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan

pengetahuanya. Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti adalah metode

ceramah dengan media presentasi, leaflet, dan contoh-contoh makanan yang menarik perhatian

siswa. Sejauh ini pendidikan kesehatan efektif untuk meningkatkan pengetahuan baik pada

individu maupun kelompok anak usia sekolah dengan tujuan untuk mengubah perilaku ke arah

yang lebih sehat.

Selama proses pendidikan kesehatan berlangsung, siswa begitu antusias untuk belajar.

Mereka diberikan materi sesuai dengan tingkat pendidikanya melalui metode ceramah, setelah itu

mereka juga diperlihatkan video tentang sarapan. Saat jeda mereka diperbolehkan untuk melihat

contoh-contoh makanan yang telah disediakan. Dengan menerapkan metode pendidikan kesehatan

seperti yang telah dijelaskan di atas, menjadikan belajar siswa lebih menyenangkan dan siswa

termotivasi untuk mengikuti pendidikan kesehatan yang akhirnya pengetahuan mereka menjadi

(8)

44 Tabel 3. Rerata pre tes dan posT tes pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi setelah dilakukan pendidikan kesehatan di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7

Kecamatan Batununggal Kota Bandung tahun 2015

Variabel N Mean Rank P value

Skor pre test

Skor post test 45

10,06

24,19 0.0001

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa mean rank skor pengetahuan sebelum diberi

pendidikan kesehatan adalah 10,06, sedangkan mean rank skor pengetahuan setelah diberi

pendidikan kesehatan adalah adalah 24,19. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value (0.0001),

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan skor pengetahuan siswa sebelum dan setelah

diberikan intervensi pendidikan kesehatan tentang sarapan. Dengan demikian Ho ditolak, artinya

ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang sarapan pagi

di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan Batununggal Kota Bandung Tahun 2015.

Pendidikan kesehatan tentang pentingnya sarapan merupakan upaya peningkatan perilaku

hidup sehat di masyarakat dengan tujuan menyadarkan anak usia sekolah untuk membiasakan

sarapan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

status kesehatan masyarakat khususnya kelompok usia sekolah melalui perubahan pengetahuan

dan praktik/perilaku gizi ke arah yang lebih baik.

Menurut Notoatmodjo (2007) penggunaan media pendidikan berguna untuk mencapai

sasaran yang lebih banyak, menimbulkan minat sasaran pendidikan, memotivasi sasaran

pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan, membantu mengatasi berbagai hambatan,

dan membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih cepat dan lebih banyak. Secara umum,

tujuan dari kegiatan intervensi ini adalah meningkatkan pengetahuan dan penilaian siswa terhadap

manfaat sarapan serta membiasakan diri sarapan sebelum melakukan aktivitas sekolah. Oleh

karena itu, pendidikan kesehatan tentang gizi sebaiknya terus dilakukan dengan harapan agar siswa

bertambah pengetahuanya serta mengaplikasikan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu upaya pendidikan kesehatan tentang sarapan pada anak melalui metode ceramah

yang didukung dengan media pendidikan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan

siswa mengenai sarapan seperti presentasi, leaflet, dan contoh makanan sebagai alat bantu

menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran ternyata efektif meningkatkan pengetahuan

(9)

45 Penelitian ini juga memperkuat penelitian yang telah dilakukan oleh Sartika (2012) tentang

penerapan komunikasi, informasi, dan edukasi giziterhadap perilaku sarapan siswa sekolah dasar,

data penelitian tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh antara edukasi tentang gizi dengan

pengetahuan dan perilaku sarapan siswa sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan nilai

(10)

46 D.Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut ini:

a. Rerata skor pengetahuan siswa sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang sarapan

pagi adalah 14,42.

b. Rerata skor pengetahuan siswa sesudah dilakukan pendidikan kesehatan adalah 18,73.

c. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang

sarapan pagi (asupan makanan bergizi) di kelas III B dan III C SDN Gumuruh 7 Kecamatan

Batununggal Kota Bandung (p value 0,0001).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat dijadikan

sebagai masukan adalah sebagai berikut ini:

a. Bagi Sekolah dan guru

Diharapkan bisa menjadi masukan bagi sekolah untuk membuat program promosi

kesehatan terutama yang berkaitan pendidikan gizi dengan cara kerjasama dengan pihak

puskesmas secara terjadual dan continue.

b. Bagi Penelitian

Dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan metode lain atau

(11)

47 Daftar Pustaka

Arikunto. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta :Rineka Cipta.

Azrul. (2003). Pengantar epidemiologi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

Effendi. (2005). Keperawatan kesehatan komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika.

Depkes RI. (2008). Pedoman perbaikan gizi anak sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.

Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

Hidayat, A. (2007). Pengantar riset keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Irianto. (2007). Panduan gizi lengkap keluarga dan olahragawan. Yogyakarta: Andi

Offset.

Khomsan. (2006). Solusi makanan sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Khumaidi. (2006). Gizi masyarakat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Notoatmodjo. (2007). Metodologipenelitian. Jakarta : RinekaCipta.

Roedjito D. (2009). Kajian penelitian gizi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan analisis data kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Riyadi. dkk. (2011). Pengetahuan menu. Bandung : Alfabeta.

Rosa, R. (2011). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa

sekolah dasar di Depok dan Sukabumi. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Suhila. (2012). Pendidikan kesehatan dalam keperawatan. Jakarta : EGC.

Soekirman. (2010). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soeharjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Penyusun. (2013). Buku panduan gizi 2013. Jakarta : Depkes RI.

Walgito. (2005). Bimbingan dan konseling di kekolah. Yogyakarta : Andi Djamhur.

Wawan & Dewi. (2011). Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia.

Yogyakarta: Rineka cipta.

Zulkarnain, dkk,. (2006). Pengaruh pendidikan gizi pada murid sekolah dasar terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu keluarga mandiri sadar gizi di

Referensi

Dokumen terkait

Integrasi antara Adaptive Defense Scheme dengan master station SCADA akan mendorong utility menuju pada satu kesatuan data (integritas data) sehingga data yang dihasilkan

Selain itu, dapat digunakan sebagai dasar bagi kader posyandu dalam upaya penyuluhan kepada masyarakat mengenai metode yang efektif yaitu teknik modelling dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kulit pinang dan batok kemiri dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kampas rem.. Penelitian ini menggunakan metode

Menurut Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia) (1986, dalam Tim pengajar keperawatan komunitas, 2008), perawatan kesehatan komunitas adalah suatu upaya

Keinginan seorang anak dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi

Agar dapat membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika khususnya pada mata kuliah sejarah matematika, menurut Krismanto (dalam Syafmen, 2014, p.2) teknik

Dari rangkaian pembahasan di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa pemikiran Ibnu Khaldun dalam konsep keuangan publik berintikan pada sektor perpajakan menjadi landasan

Laba Neto Periode Berjalan Perseroan untuk periode 5 (lima) bulan yang berakhir pada 31 Mei 2018 adalah sebesar Rp3.371.394.965, Laba Neto Periode Berjalan Perseroan untuk periode