36
Bab 3 Arahan Kebijakan dan Rencana
Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta
Karya 2015-2019, Arahan RPJMN terhadap pembangunan bidang Cipta Karya, antara
lain:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0% melalui
penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan
keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk
keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan
khususnya BGN; (ii) penyusunan NSPK dan penerapan penyelenggaraan bangunan
hijau; dan (iii) menciptakan building codes.
3. Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui penanganan tingkat
regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan maupun di
perdesaan.
4. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui
penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di
37
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang
tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:
A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya
meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivas tidak boleh menciptakan
ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan
pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan
daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
B. Dimensi Pembangunan
1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan
karakter menjadi salah satu proritas utama pembangunan, tidak hanya
dibirokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.
2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,
ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan,
pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia
mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak bergantung
kepada negara lain.
Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan,
sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan
secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang
unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasio nal, sedangkan
potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan
38
untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah
desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan Timur.
C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi
kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan
demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.
D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat
terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi d an
partisipasi masyarakat.
3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG
Bedasarkan PP No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional dan Perpres No. 88 Tahun
2011 Tentang RTR P. SulawesiBerikut gambaran Kawasan Strategis Nasional Sulawesi
39
Gambar 3.1 Peta Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sumber : Bappeda Provinsi Sulut
Adapun Kawasan Strategis Nasional yang ada di Provinsi Sulawesi Utara antara lain:
a. Kawasan perbatasan Nasional RI termasuk 18 (delapan belas) pulau kecil terluar
(pulau Sebatik, Gosong Makassar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan,
Bongkil, Mantehage, Makalehi, Kawaluso, Kawio, Marore, Batu Bawaikang,
Miangas, Marampit, Intata dan Kakorotan) dengan Negara Malaysia dan
Phillipina, Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
b. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado – Bitung
c. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano
d. Kawasan Andalan Nasional, yang terdiri dari Manado dsk, Dumoga dsk,
Bunaken- Sangihe dsk, Batutoli, dsk.
Sedangkan untuk Kawasan Strategis Provinsi (KSP), Berdasarkan Perda No. 1 Tahun
2014 Tentang RTRW Provinsi Sulut Tahun 2014-2034, tergambar dalam peta berikut ini:
Gambar 3.2 Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
40
Terdapat enam Kawasan Strategis Provinsi Sulawesi Utara, yaitu:
1. Kawasan Koridor pantai pesisir utara (PANTURA) dari Manado sampai dengan
Bolaang Mongondow Utara yang dikembangkan sebagai kawasan untuk titik -titik
lokasi kegiatan rekreasi, pariwisata, perdagangan dan jasa.
2. Kawasan Koridor Bitung – Kema – Airmadidi yang dikembangkan untuk kelompok
lokasi industri di Kota Bitung dan Minahasa Utara
3. Kawasan Koridor pantai pesisir selatan (PANSELA) dari Minahasa sampai dengan
Bolaang Mongondow Selatan yang dibangun dalam bentuk pengembangan
infrastruktur kelautan dan perikanan, pariwisata dan transmigrasi profesi teratas.
4. Kawasan Global Hub Port/ Pelabuhan Internasional Bitung dan di pulau Lembeh
Bitung, yang dibangun untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah KAPET
Manado – Bitung
5. KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Merah Bitung
6. Kawasan Strategis Perhubungan yaitu Pengembangan Bandar Udara Sam Ratulangi
(Kota Manado – Kab. Minahasa Utara) dan Pembangunan Bandar Udara di Tatapaan
(Kabupaten Minahasa – Kabupaten Minahasa Selatan)
Selain Itu, Terdapat Kawasan Yang Memiliki Nilai Strategis dari sudut kepentingan sosial
dan budaya, antara lain:
1. Kawasan Waruga yang berada di Sawangan Minahasa Utara dan Tonsewer
Tompaso Lama Kabupaten Minahasa
2. Kawasan Kampung Arab yang berada di Manado
3. Kawasan Kampung Jawa di Tondano yang berada di Minahasa
4. Kompleks Keraton Boroko yang berada di Bolaang Mongondow Utara
5. Kompleks Istana Manganitu yang berada di Kepulauan Sangihe
6. Kawasan Benteng Amurang yang berada di Minahasa Selatan
7. Kompleks Lodji Tondano yang berada di Minahasa
8. Kawasan Pecinaan yang berada di Manado
ARAHAN PENATAAN RUANG KABUPATEN
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan SItaro adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya masyarakat Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang sejahtera,
mandiri dan berkepribadian melalui pemanfaatan fungsi ruang berbasis bahari,
pertanian, pariwisata dan mitigasi bencana. ”
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten:
a. Pengembangan sumber daya manusia dan pemanfaatan kemajuan teknologi
41
b. Pengembangan pemanfaatan sumber daya alam kelautan dan perikanan,
pertanian dan perkebunan serta kebudayaan dan pariwisata untuk kesejahteraan
masyarakat;
c. Pengembangan pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat kegiatan yang
berwawasan lingkungan melalui pembangunan prasarana dan sarana penunjang;
dan
d. Pengelolaan ruang berbasis mitigasi bencana melalui penyediaan ruang d an jalur
evakuasi bencana.
Sedangkan strategi Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagai berikut:
(1) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menunjang seluruh kegiatan
pembangunan wilayah”, terdiri atas:
a. Membangun dan meningkatkan fasilitas pendidikan berupa sekolah unggulan
dan kejuruan serta perguruan tinggi;
b. Membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana kesehatan;
c. Membangun dan meningkatkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
Olah Raga dan Kebudayaan;
d. Membangun sistem jaringan komunikasi jarak jauh khususnya pada daerah
yang terisolasi;
e. Membangun jaringan cyber city pada pusat pemerintahan kabupaten dan
sekitarnya;
f. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengembangkan sumber energi
tenaga surya, angin dan gelombang laut;
g. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pengelolaan sumber air minum; dan
h. Membangun jaringan media informasi sebagai penunjang penyebarluasan
berita, informasi dan hiburan.
(2) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan pemanfaatan sumber
daya alam kelautan dan perikanan, pertanian serta kebudayaan dan pariwisata
untuk kesejahteraan masyarakat”, terdiri atas:
a. Memantapkan fungsi kawasan lindung;
b. Meningkatkan produktifitas hasil pertanian khususnya perkebunan melalui
intensifikasi lahan dan peremajaan komoditi unggulan pala dan komoditi
lainnya;
c. Memanfaatkan lahan non produktif untuk budidaya hortikultura dan palawija
alam rangka peningkatan pendapatan masyarakat se rta menjaga kualitas
42
d. Mengembangkan potensi pariwisata dengan membangun prasarana dan
sarana pendukung kegiatan wisata;
e. Meningkatkan SDM dalam mengelola obyek wisata menjadi lebih profesioanal;
f. Mengembangkan dan menggali potensi budaya daerah melalui media promosi
dan pembangunan bangunan cagar budaya;
g. Mengembangakan potensi pasar melalui media promosi; dan
h. Membangun prasarana dan sarana pendukung perikanan di sekitar pulau
utama dan sekiitar kawasan penangkapan ikan.
(3) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengembangan pusat-pusat permukiman
dan pusat-pusat kegiatan yang berwawasan lingkungan melalui pembangunan
prasarana dan sarana penunjang”, terdiri atas:
a. Memantapkan struktur ruang serta membangun setiap pusat-pusat
permukiman dan pusat-pusat kegiatan sesuai fungsi dan perannya
masing-masing;
b. Meningkatkan aksesibilitas antara pusat permukiman, antar pusat kegiatan
dan antar pusat permukiman dengan pusat kegiatan, dengan membangun
jaringan transportasi sebagai infrastruktur utama yang dapat mendo rong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang;
c. Membangun jaringan infrastruktur pendukung untuk memperkuat struktur
ruang, antara lain : sistem energi/listrik, telekomunikasi, air minum, drainase
perkotaan dan perkampungan, pengelolaan limbah dan persampahan;
d. Memprioritaskan peningkatan ruas jalan penghubung Ulu – Ondong, lingkar
Pulau Siau, lingkar Pulau Tagulandang, lingkar Pulau Biaro dan jalan diagonal
di tiga pulau utama serta meningkatkan intensitas penghubung antar tiga
pulau utama sebagai perwujudan pemantapan struktur ruang; dan
e. Membangun prasarana dan sarana, fasilitas sosial dan fasilitas umum secara
proporsional pada setiap pusat permukiman dan pusat kegiatan.
(4) Strategi dalam mewujudkan kebijakan “Pengelolaan ruang berbasis mitigasi
bencana melalui penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana”, terdiri atas :
a. Menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang
evakuasi bencana alam gunung berapi Gunung Karangetang dan Gunung
Ruang;
b. Menyediakan ruang dan membangun prasarana dan sarana penunjang
evakuasi bencana alam tsunami, gelombang pasang, angin, banjir dan
longsor; serta kebakaran hutan; dan membangun sistem mitigasi bencana
untuk meminimalisir kerugian akibat bencana alam : gunung api, tsunami,
43
RENCANA STRUKTUR RUANG
Rencana Sistem Perkotaan
Rencana sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagaimana
yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 1 Rencana Sistem Perkotaan
Pusat kegiatan Fungsi Peran Hubungan dengan
pusat kegiatan lain
Ondong,
Kecamatan Siau
Barat (Pulau Siau)
PKW (RTRW Provinsi
Sulawesi Utara, draft)
1. Pusat
PKL (RTRW Provinsi
Sulawesi Utara, draft)
1.Pusat perdagangan
Rencana Sistem Jaringan Transportasi A. Rencana Sistem Jaringan Jalan
Kondisi alam yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tidak
memungkinkan dengan badan jalan yang ada 3,00 – 3,50 m untuk diperlebar sehingga
pembangunan jalan bisa dengan cara mereklamasi laut menjadi jalan di bagian-bagian
tertentu pulau Siau seperti di kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat. Potensi
lava yang ada di Bebali bisa menjadi material untuk bahan reklamasi pembangunan jalan
44
Selain pengembangan status jalan terdapat juga rencana pengembangan yang lain
seperti :
a) Ruas jalan Beong–Paniki 3,70 km perlu peningkatan kondisi permukaan jalan.
b) Ruas jalan Tarorane–Tampungan, Beong–Dompase, Pehe–Kanawong dengan
permukaan aspal (Lapen) ditingkatkan menjadi HRS untuk meningkatkan
aksesibilitas.
c) Ruas jalan Akesembeka–Bebali di Siau Timur aspal dan tanah harus ditingkatkan
dengan jalan aspal dan HRS.
d) Ruas jalan Liwua–Salili sebagian jalan tanah lebar 1,50 m dan kerikil lebar 3,0 m
di Siau Tengah harus ditingkatkan menjadi aspal (lapen)
e) Sp. Liwua–Sp. Salili 2 km lebar 3,0 m Siau Tengah ditingkatkan menjadi HRS.
f) Ruas jalan Bulude–Dame panjang 3 km Siau Timur kondisi rusak sedang perlu
pemeliharaan permukaan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas.
g) Ruas Bebali – Kora-kora 2 km dalam kondisi rusak perlu adanya perbaikan jalan.
h) Ruas Bowoleu–Sp Minanga aspal dengan kondisi rusak harus ditingkatkan
dengan permukaan HRS.
i) Ruas Buang–Karungo 13,5 km permukaan lapen dalam kondisi rusak dan
sebagian tanah perlu ada peningktan kondisi permukaan jalan.
j) Lingkar utara pulau Siau dari Kanang–Kiawang yang menghubungkan kecamatan
Siau Timur dan kecamatan Siau Siau Barat Utara sepanjang ± 40 km dan lingkar
utara di pulau Tagulandang dari Minanga–Bulangan kecamatan Tagulandang
Utara ± 6 km berupa jalan tanah ditingkatkan menjadi jalan aspal sehingga
tercipta lingkar pulau secara keseluruhan.
B. Rencana Pengembangan Terminal
Pengembangan terminal merupakan tempat pengendalian arus lalu lintas akan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat sebagai pengguna, operator dan pemerintah
sebagai regulator.
Rencana pengembangan terminal angkutan penumpang adalah sebagai berikut :
a) Terminal Tipe C di Ulu
b) Terminal Tipe C di Ondong
c) Terminal Tipe C di Buhias, Tagulandang
d) Pelataran parkir di tiap ibukota kecamatan
C. Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut dan Penyeberangan
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan ASDP akan menghubungkan satu pulau
45
ke tiga pulau Siau Tagulandang Biaro pembangunan dermaga ferry di tiap pulau sangat
penting. Rencana pembangunan dan pengembangan dermaga penyeberangan adalah :
a) Pengembangan dermaga ferry Sawang.
b) Pembangunan dermaga ferry Tagulandang di Minanga.
c) Pembangunan dermaga ferry Biaro di Lamanggo.
D. Rencana Pengembangan Pelabuhan Udara
a) Rencana pembangunan bandara perintis untuk menunjang perkembangan
wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berupa pembangunan
bandara dengan lokasi yang cocok disesuaikan dengan ketersediaan lahan yang
cukup berada di Pihise kecamatan Siau Barat Selatan namun perlu diadakan
studi lanjut untuk kelayakan bandara.
b) Selain pembangunan Bandar Udara, pembangunan Helipad sangat dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan transportasi udara antar pusat-pusat kegiatan di
kabupaten, juga sebagai penghubung bagi pulau-pulau kecil dengan pulau-p ulau
utama apabila terdapat kendala dalam pencapaian yang menggunakan
transportasi laut. Pembangunan Helipad sangat praktis karena tidak
membutuhkan banyak lahan, sehingga apabila belum terdapat landasannya,
untuk pendaratan dapat menggunakan lapangan rumput.
Rencana pengembangan sistem jaringan energy
Energi Listrik di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro :
Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kenyamanan konsumen dengan
menjamin pelayanan dan kesinambungan energi listrik.
Peningkatan pelayanan untuk segmen pemerintah, komersial dan rumah tangga.
Pelayanan penuh terhadap kebutuhan energi masyarakat sehingga
perekonomian berjalan dengan lancar terutama masyarakat yang belum
menikmati akan fasilitas ini.
Pemenuhan kebutuhan selama 24 jam.
Peningkatan berupa penyediaan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya bagi
masyarakat yang belum dijangkau oleh pelayanan dari PLN untuk pulau-pulau
kecil Buhias, Pahepa, Makalehi, Ruang, Biaro.
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi
Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Siau
46
Konsep pengembangan berupa peningkatan jaringan yang menjangkau
masyarakat secara menyeluruh.
Meningkatkan pelayanan dan memenuhi kebutuhan sistem telekomunikasi untuk
pelanggan dan fasilitas umum.
Pengadaan kebutuhan sistem telekomunikasi dengan meningkatkan dan
mengembangkan sistem pelayanan melalui sistem digital, baik dengan kabel
maupun sistem mikro.
Penambahan sentral-sentral telepon baru dan warung telekomunikasi untuk
setiap ibukota kecamatan.
Pembangunan BTS telepon selular untuk setiap ibukota kecamatan atau daerah
yang padat penduduknya dan pada beberapa pusat permukiman lainnya se p e rti
klaster Makalehi dan klaster Pahepa.
Rencana penyediaan dan distribusi BBM
Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan mendukung pembangunan di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, diperlukan penyediaan SPBU sebagai penyalur
resmi BBM. Penyediaan SPBU ini dapat ditempatkan di Ulu dan Ondong untuk klaster
Siau dan di Buhias untuk klaster Tagulandang. Sedangkan untuk klaster Biaro dapat
ditempatkan depot penjualan BBM namun hal ini perlu disesuaikan dengan keberadaan
prasarana kendaraan bermotor yang beroperasi.
Selain penempatan SPBU, untuk menunjang kelancaran kegiatan perikanan maka
diperlukan SPBU khusus nelayan di setiap sentra-sentra kegiatan perikanan seperti Ulu,
Makalehi dan Biaro.
RENCANA POLA RUANG
Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung A. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang termasuk sebagai hutan
lindung terdapat di Klaster Siau dengan luas + 504,24 ha, yakni di sekitar Gunung
Karangetang dan Bulude Tamata sebagian lagi berada di Klaster Tagulandang (Pulau
Tagulandang dan Pulau Ruang) dengan luas + 1.654,78 ha. Luas keseluruhan kawasan
hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah 2.159,02 ha.
Rencana pengelolaan untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut:
a) Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui
pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan
47
b) Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan
hutan lindung.
c) Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan
dengan reboisasi.
d) Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang
sesuai dengan fungsi lindung;
e) Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan
pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai
ekosistem yang pernah ada.
f) Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak
mengganggu fungsi lindung.
B. Kawasan resapan air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang
berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan
untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu
untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk
kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Kawasan yang berpotensi sebagai kawasan resapan air di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro tersebar di daerah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki
struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-besaran seperti puncak volkan Karangetang, Bulud e
Kalai, Bulude Tamata, Bulude Bagangbala, Bulude Tontonb ulo, Bulude Baliang, Bulude
Masio, Bulude Papalamang (Pulau Siau), Wuluri Balinge, Bukiri Kaloko, Bukiri
Panentean, Bukiri Wangkulang, Bukiri Kalongan, Wuluri Siwohi, Bukiri Hinginte, Bukiri
Walangake, Bukiri Bongkongkaka, Bukiri Timbang (Pulau Tagulandang); Wuluri Bukide,
48
Gambar 3. 3 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan
resapan air
Rencana pengelolaan kawasan resapan air:
Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi lahan
terbangun.
Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain: mempercepat pemulihan
kawasan resapan dengan penghijauan.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air.
Pemantapan kawasan resapan air.
Mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan domestik akan kayu
bangunan dan melakukan penghijauan dengan menanam jenis -jenis kayu hutan
guna mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi tanah dan mencegah banjir pada
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria
kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung/penghijauan yang
dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya, hasil yang dapat
diambil berupa hasil non-kayu.
Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi.
Membuka jalur wisata jelajah/ pendakian untuk menanamkan rasa memiliki/
mencintai alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan
penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air.
Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan dikembalikan
fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan kawasan hutan dan
49 C. Kawasan sempadan pantai
Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting yang untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang
mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan s epanjang tepian
laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke
arah darat, atau daratan sepanjang yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi
seperti di bagian barat pulau Tagulandang.
Gambar 3. 4 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan
resapan air
D. Kawasan pantai berhutan bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat
alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai
dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biakny a
berbagai biota laut, pelindung pantai dan pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai
berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali
nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air
surut terendah ke arah darat. Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro lokasinya antara lain tersebar di Pihise - Kapeta (klaster Siau),
Hutan Bakau Pasighe dan Tagulandang (klaster Tagulandang).
Rencana pengelolaan terhadap kawasan lindung ini dapat berupa sebuah penetapan
daerah perlindungan pantai dan laut (DPPL) yang mencakup perlindungan dan
pengawasan hutan bakau serta perlindungan terhadap komunitas terumbu karang yang
berada disekitarnya. Selain perlindungan juga dapat dilakukan usaha penanaman kembali
50 E. Kawasan terbuka hijau kota
Kawasan ruang terbuka hijau kota ditetapkan dengan kriteria :
a) Lahan dengan luas paling sedikit 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan;
b) Berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur; dan
c) Didominasi komunitas tumbuhan.
Rencana Kawasan Terbuka Hijau Kota, sesuai dengan arahan UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, yaitu bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus mencakup
paling sedikit 30% dari luas wilayah kota dan Ruang Terbuka Hijau Publik pada wilayah
kota harus mencakup paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. RTH di arahkan di
sepanjang kiri kanan jalan utama, pesisir pantai, daerah sekitar permukiman yang
berlereng curam.
F. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil
budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
berupa makam Raja Lokombanua di Kecamatan Siau Barat dan Makam Raja-Raja Siau
lainnya yang ada di Kecamatan Siau Barat dan Kecamatan Siau Timur, makam Pahlawan
Hengkenggunaung di Kecamatan Siau Barat, makam Pendeta Paul Kelling di
Kecamatan Siau Timur. Sedangkan di klaster Tagulandang terdapat makam Pendeta F.
Kelling di Kecamatan Tagulandang, Makam Raja H.P.H Jacobs di Kecamatan
Tagulandang dan Makam Raja-Raja Tagulandang lainnya, Makam Panglima Walandungo
di Kecamatan Tagulandang Utara.
Rencana Pengelolaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebagai
berikut :
Melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya dan kawasan historis dari alih
fungsi.
Melestarikan dan merevitalisasi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai
sejarah.
Pemberlakukan Perda perlindungan ”urban heritage” (kawasan bersejarah dan
51
Gambar 3. 5 Wuluri Balinge (Pulau Tagulandang), kawasan berpotensi sebagai kawasan
resapan air
G. Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang
rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran. Lahan yang memiliki kemiringan lereng > 40% sangat
berpotensi untuk terjadinya longsor.
Rencana Pengelolaan kawasan rawan longsor:
Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik).
Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan
dengan ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan
dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk
menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya
rekayasa kondisi alam yang ada.
Kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan
serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau
direlokasi.
Kegiatan-kegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan Produksi/ Hutan
Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan
vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan d rainase lereng yang
tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang.
G. Kawasan sekitar mata air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan yang harus dilindungi minimal dengan radius
200 m di sekitar mata air, perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan
untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan
kondisi fisik kawasan sekitarnya. Di pulau Siau terdapat dua mata air, yaitu Ake Labo d an
Kalarung sedangkan di pulau Tagulandang terdapat beberapa mata air yang alirannya
52 Gambar 3. 6 Kawasan mata air Ake Labo
Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kawasan
sempadan mata air dengan melakukan penanaman pohon lindung/ penghijauan
berupa tanaman kayu-kayuan.
Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi.
Mencegah pemanfaatan kawasan sempadan mata air agar tidak menjadi lahan
terbuka.
3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS
3.1.1 Arahan Kebijakan Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR
Pembangunan Infrastruktur harus sinergi dengan kelestarian lingkungan,
memperhatikan carrying capacity suatu wilayah yang ingin dikembangkan.Pengurangan
urbanisasi dan urban sprawl dan peningkatan kualitas lingkungan, pemenuhan kebutuhan
dasar, dan memaksimalkan kawasan perdesaan sebagai hinterlan dalam memasok
produk primer. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah pusat dalam hal ini
Kementerian PUPR melakukan interverensi melalui perencanaan dan pemrograman
dengan pendekatan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), sebanyak 35 WPS pada
periode 2015-2019. Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan
pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “Market driven”,
yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan ling kungan untuk mendukung
53 Gambar 3.7 Sebaran 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia
Dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia, Provinsi Sulawesi
Utara masuk ke dalam Wilayah Pengembangan Strategis 24Bitung – Manado – Amurang
– Kotamobagu, Wilayah pengembangan Strategis 25 Gorontalo – Kotamobagu, dan
Wilayah Pengembangan Strategis 35 Pulau – pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi
Utara.
Gambar 3.8 Kawasan di WPS 24 Pusat Pertumbuhan Manado – Bitung – Amurang
54
Gambar 3.9 Kawasan di WPS 25 Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Gorontalo –
Bolaang Mongondow.
Gambar 3.10 Kawasan di WPS 35 Pusat Pulau –Pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi
Utara
KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN/KOTA Rencana pengembangan kawasan strategis
Kawasan strategis nasional
Sesuai dengan penetapan dalam PP 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Makalehi
yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan sudut kepentingan
55
kawasan dengan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah RI, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Investasi Swasta yang akan dilaksanakan pada
tahun 2008 – 2014.
Kawasan strategis kabupaten
A. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi
Kawasan rawan bencana gunung berapi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro terletak di sekitar dua gunung berapi yang masih aktif, yaitu :
- Gunung Karangetang di P. Siau (klaster Siau),
- Gunung Ruang di P. Ruang (klaster Tagulandang).
Rencana pengelolaan terhadap kawasan ini ad alah berupa sistem penanggulangan
bencana gunung berapi/ Mitigasi bencana yang bertujuan untuk memperkecil korban d an
keresahan masyarakat akibat terjadinya karena letusan gunung api tersebut. Pada
umumnya usaha yang disarankan pada evakuasi dalam kegiatan letusan adalah menuju
pulau-pulau kecil yang banyak terdapat di sekitar pulau Sangihe dan dianjurkan
mengungsi ke bagian tenggara pulau. Upaya penanggulangan bencana gunung berapi
dapat didasarkan pada tingkat zonasi kerawanan bencana, yaitu :
1. Kawasan Rawan Bencana III : tingkat kerawanan di kawasan ini sangat tinggi
sehingga pemukiman tidak direkomendasikan. Pada saat terjadi peningkatan
kegiatan/ letusan orang juga dilarang melakukan kegiatan apapun di kawasan ini.
2. Kawasan Rawan Bencana II : disarankan untuk membangun rumah di tempat yang
berketinggian 25 m atau lebih di atas dasar sungai. Selama musim hujan penduduk di
daerah hulu agar mengawasi dan memberitahukan adanya aliran lahar yang akan
melanda daerah hilir. Di daerah ini penanggulangan fisik dengan membangun sabo
dam sangat diutamakan.
3. Kawasan Rawan Bencana I : wilayah ini cukup aman untuk pemukiman dan kegiatan
usaha. Pada saat hujan abu penduduk harus tinggal di rumah atau bangunan yang
kokoh dengan memakai topi, kacamata, kain penutup hidung dan menutup bak air
yang terbuka. Apabila hujan abu sudah mereda harus segera membersihkan endapan
abu yang ada di atas atap.
Terdapat dua buah kawasan yang rawan terhadap letusan gunung berapi dan memberi
dampak yang sangat besar terhadap perubahan lingkungan dan kegiatan strategis
kabupaten. Kawasan ini adalah : kawasan sekitar Gunung Karangetang dan kawasan
56 B. Kawasan yang menjadi sentra penangkapan ikan
Rencana pengembangan bagi kawasan strategis ini adalah menyiapkan prasarana dan
sarana yang memadai sehingga potensi yang ada di kawasan ini dapat dikelola secara
optimal dan memberi keuntungan bagi masyarakat. Pengembangan diutamakan pada
kegiatan pemasaran dengan orientasi pasar luar negeri, maka suatu hal yang perlu
diperhatikan adalah peningkatan armada tangkap serta prasarana penunjang untuk
pendaratan ikan dan tempat penyimpanan sementara. Kawasan ini meliputi perairan di
sekitar Pulau Makalehi, Pulau Siau dan Pulau Biaro.
C. Kawasan yang menjadi sentra komoditi perkebunan
Kawasan ini potensial untuk pengembangan kawasan agropolitan dan industri
pengolahan hasil perkebunan, dengan demikian segala potensi yang dimiliki dapat
dikelola secara optimal dan kegiatan pemasaran dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Konsentrasi kegiatan adalah pengembangan komoditi pala dan kelapa. Selain kegiatan
industri pengolahan hasil, kegiatan lainnya adalah berupa peremajaan tanaman untuk
mendukung supply produk dan peningkatan hasil. Kawasan strategis ini berada di klaste r
Siau bagian Utara meliputi Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau Barat Utara,
Kecamatan Siau Tengah dan Kecamatan Siau Timur.
D. Kawasan yang menjadi obyek penyelaman bawah laut (pariwisata)
Kawasan yang dimaksud adalah perairan di sekitar Pulau Biaro, Pulau Ruang dan
perairan sekitar Pulau Mahoro. Pengembangan pada kawasan ini adalah dengan
mengikuti program-program pengembangan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.
Tabel 3. 2 Analisis struktur ruang Kabupaten Kepulauan
No. Klaster Fungsi Klaster SPK Pusat kegiatan Lingkup wilayah Fungsi SPK
1. Siau,
Pusat kegiatan
Ulu
Permukiman Transporasi Laut Jasa & Perdagangan
sekunder
Kesehatan sekunder Pertanian Siau Barat Ondong
57 3.1.4 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
Visi pembangunan Kabupaten Kepulauan Sitaro. berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menegah Daerah (RPJMD) adalah:
““Mewujudkan masyarakat Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang
sejahtera melalui pengembangan tata ruang dengan memanfaatkan potensi
geografis wilayah kepulauan dan potensi sumber daya alam unggulan yang
berorientasi global, serta memanfaatkan kondisi rawan bencana menjadi
sebuah peluang pengembangan””
Sedangkan Misi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Sitaro berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dalam rangka mewujudkan Visi
tersebut, adalah:
Barat Selatan Permukiman
Siau Selatan Talawid / Sawang Siau Barat
58
1. Mengembangkan potensi yang dimiliki pulau terluar dalam fungsi pertahanan
keamanan, ekonomi, pendayagunaan SDA dan kelestarian lingkungan.
2. Akselerasi pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ad a d i
setiap klaster secara optimal dan berkelanjutan tanpa mengabaikan kelestarian
lingkungan.
3. Menjadikan seluruh klaster sebagai bagian yang utuh melalui pemantapan siste m
transportasi wilayah kepulauan.
4. Meningkatkan dan mengembangkan seluruh sistem jaringan dan infrastruktur di
setiap klaster, sehingga dapat menunjang kegiatan ekonomi wilayah kepulauan.
5. Meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi rawan bencana dan memanfaatkan
tantangan kondisi alam tersebut untuk dijadikan peluang pengembangan.
6. Mewujudkan ketaatan pada rencana pemanfaatan ruang dalam hal
pengembangan potensi wilayah dan usaha mempertahankan kelestarian
lingkungan.
7. Memanfaatkan pasar bebas sebagai wujud keikutsertaan dan memainkan peran
sebagai pelaku dalam era globalisasi.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Dalam rencana struktur ruang wilayah kabupaten sesuai dengan karakeristik wilayahnya
maka rencana struktur dibuat dengan pendekatan sistem klaster pengembangan d e ngan
masing-masing pusat kegiatan dihubungkan dengan sistem jaringan transportasi dan
prasana sarana penunjang. Sistem klaster pengembangan yang dimaksud terdiri dari:
a. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari:
1) Sub klaster Siau Timur, meliputi wilayah Kecamatan Siau Timur, Siau Timur
Selatan dan Kecamatan Siau Tengah. Pusat pengembangan:Ulu;
2) Sub klaster Siau Barat, meliputi Kecamatan Siau Barat, Kecamatan Siau
Barat Selatan dan Kecamatan Siau Barat Utara. Pusat pengembangan :
Ondong;
b. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, meliputi wilayah
Kecamatan Tagulandang, Tagulandang Utara dan Kecamatan
Tagulandang Selatan. Pusat pengembangan : Buhias;
c. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, meliputi seluruh wilayah
Kecamatan Biaro dengan pusat pengembangan: Lamanggo;
d. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, me liputi seluruh
wilayah di Pulau Makalehi dengan pusat pengembangan Kampung
59
e. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa meliputi seluruh wilayah
di Pulau Pahepa, Pulau Gunatin, Pulau Mahoro dan Pulau-pulau kecil
sekitarnya dengan pusat pengembangan Pahepa.
Pada setiap klaster pengembangan yang ada memiliki fungsi pengembangan
kegiatan masing-masing sebagai berikut:
a. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Siau, yang terdiri dari:
1) Sub klaster Siau Timur, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi
fungsi perdagangan dan jasa, pertanian dan perkebunan, perikanan,
permukiman, transportasi, pariwisata dan kesehatan;
2) Sub klaster Siau Barat, dengan fungsi pengembangan kegiatan meliputi
fungsi pemerintahan, pertanian dan perkebunan, Pariwisata, Transportasi
dan permukiman.
b. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Tagulandang, dengan fungsi
pengembangan kegiatan meliputi fungsi perdagangan dan jasa, pendidikan
tinggi, Olahraga, perkebunan, transportasi, permukiman, Perikanan,
pariwisata dan kesehatan.
c. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Biaro, dengan fungsi pengembangan
kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata, perkebunan dan perikanan.
d. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Makalehi, dengan fungsi
pengembangan kegiatan meliputi fungsi perikanan, permukiman, pariwisata,
Pertahanan dan peningkatan kualitas dan fasilitas kawasan perbatasan.
e. Satuan Pengembangan Klaster (SPK) Pahepa dengan fungsi
pengembangan kegiatan meliputi fungsi permukiman, pariwisata dan
perikanan.
3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP)
ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional
berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana
keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP
merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman
dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan.
60
permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan
berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000
atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam
penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi seb agai masukan dalam
penyusunan RPIJM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPIJM perlu mengutip matriks rencana
aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RPKPP yang didetailkan pada
program tahunan. Sampai saat ini, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, belum
memiliki dokumen RKP2KP.
3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)1 RENCANA INDUK & PRA DESIGN PENGEMBANGAN SPAM Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Studi
Program penataan wilayah harus mengacu pada RUTRWK yang sudah ada, yang harus
diselaraskan dengan visi maupun kondisi serta tingkat kemampuan daerah yang ada
pada saat ini antara lain penyediaan air minum. Penyediaan air minum untuk masyarakat
dimaksudkan menyediakan air minum baik secara kuantitas, kualitas dan kontinyu dengan
tujuan makin meningkatnya kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Dalam
memberikan pelayanan air minum untuk warga Kabupaten Siatro, akan diupayakan
pemasangan pipa air minum baik dengan menggunakan jaringan pipa primer, sekunder
maupun tersier serta hidran umum.
Mengingat Kabupaten Sitaro ini merupakan kepulauan dan penyediaan air minum menjadi
sangat penting, maka seluruh wilayah perkotaan terutama untuk Ondong sebagai ibu kota
Kabupaten sangat memerlukan penyediaan air minum. Sedangkan untuk pulau lainnya
yaitu Biaro dan Tagulandang dilayani dengan sistem SPAM pedesaan.
Pengembangan Wilayah Pelayanan
Pengembangan wilayah pelayanan air minum di pulau Siau yang tadinya melayani Siau
Timur, akan dikembangkan untuk wilayah Siau Barat dan Siau Barat Selatan karena
wilayah ini merupakan wilayah pengembangan pulau Siau, yang merupakan pusat
pemerintahan Kabupaten Sitaro.
A. KLUSTER SIAU
Rencana pengembangan wilayah pelayanan perpipaan yaitu berada di 2 kecamatan
yang termasuk dalam kluster Siau yang ada di Kabupaten Sitaro sesuai dengan
61
RTRW Kabupaten Siau tahun 2008. Pengembangan wilayahnya adalah sebagai
berikut:
1. Kecamatan Siau Barat
Kecamatan Siau Barat merupakan wilayah pelayanan dengan jumlah penduduk
paling tinggi diantara kecamatn lainnya dan kecamatan Siau Barat merupakan ibukota
kabupaten, sehingga aktivitas pemerintahan kabupaten berada di kecamatan Siau
Barat. Sehingga sangat penting untuk di prioritaskan sebagai pengembangan wilayah
pelayanan yang pertama.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat yaitu melayani
kelurahan yang saat ini belum dilayani atau tidak lagi dilayani, yaitu ada 7 (tujuh)
Kelurahan seperti kelurahan peling Sawang, Paseng, Paniki, Ondong, Bumbiha,
Pehe, dan Peling. Dengan demikian PDAM dapat melayani tidak seluruh kelurahan
yang ada di kecamatan Siau Barat, yang berjumlah 10 kelurahan.
2. Kecamatan Siau Barat Selatan
Kecamatan Siau Barat Selatan terletak dekat dengan Kecamatan Siau Barat. Seperti
yang telah diatur dalam RTRW Kabupaten Sitaro Tahun 2008. Wilayah kecamatan
Siau Barat akan menjadi wilayah yang berkembang dengan kepadatan penduduk
sedang. Maka dari itu perlunya pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau
Barat selatan, yang saat ini belum ada pelayanan air minum dengan sistem perpipaan
di kampung – kampung.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat selatan meliputi
seluruh 5 (lima) kelurahan, yaitu Kelurahan Waroki, Bumi raya, Wadio, Kali Semen
dan Gerbang Sadu.
B. KLUSTER TAGULANDANG
Rencana pengembangan wilayah pelayanan perpipaan yaitu di dua kecamatan
kluster Tagulandang yang ada di Kabupaten Sitaro sesuai dengan RTRW
Kabupaten Sitaro tahun 2008. Pengembangan wilayahnya adalah sebagai berikut:
1.Kecamatan Tagulandang
Kecamatan Tagulandang merupakan wilayah pelayanan dengan jumlah penduduk
paling tinggi diantara kecamatn lainnya dan kecamatan Tagulandang merupakan
62
Sehingga sangat penting untuk di prioritaskan sebagai pengembangan wilayah
pelayanan yang pertama.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Tagulandang yaitu
melayani kelurahan yang saat ini belum dilayani atau tidak lagi dilayani, yaitu ada 7
(tujuh) Kelurahan terdiri dari kelurahan Bahoi, Balehumara, Lesah,
Mohonsawang,Apengsala, Mulengen, dan Lesah Rende. Dengan demikian PDAM
dapat melayani tidak seluruh kelurahan yang ada di kecamatan Tagulandang, yan g
berjumlah 14 kelurahan.
2.Kecamatan Tagulandang Utara
Kecamatan Tagulandang Utara terletak dekat dengan Kecamatan Tagulandang.
Seperti yang telah diatur dalam RTRW Kabupaten Sitaro Tahun 2008. Wilayah
kecamatan Siau Barat akan menjadi wilayah yang berkembang dengan kepadatan
penduduk sedang. Maka dari itu perlunya pengembangan wilayah pelayanan di
kecamatan Siau Barat selatan, yang saat ini belum ada pelayanan air minum
dengan sistem perpipaan di kampung – kampung. Rencana pengembangan
wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat selatan meliputi seluruh 5 (lima)
kelurahan, yaitu Kelurahan Waroki, Bumi raya, Wadio, Kali Semen dan Gerbang
Sadu.
C. KLUSTER BIARO
Rencana pengembangan wilayah pelayanan perpipaan hanya untuk kecamatan
Biaro karena hanya ada satu kecamatan saja yang berada di kluster Biaro bagian
dari Kabupaten Sitaro sesuai dengan RTRW Kabupaten Sitaro tahun 2008.
Pengembangan wilayahnya adalah sebagai berikut:
Kecamatan Biaro
Desa lamanggo merupakan wilayah pelayanan air minum dengan kondisi air minum
yang sangat tidak memadai. Sehingga sangat penting untuk di prioritaskan sebag ai
pengembangan wilayah pelayanan yang pertama.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Biaro yaitu melayani
kelurahan yang saat ini belum dilayani atau tidak lagi dilayani, yaitu ada 1 (satu)
Kelurahan yaitu kelurahan Lamanggo. Dengan demikian PDAM dapat melayani
63 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM
Rencana pengembangan air minum Kabupaten Kepulauan Sitaro adalah sebagai berikut:
A.Kluster Siau
Kebutuhan air minum untuk wilayah kecamatan Siau Barat dan Siau Barat selatan
berdasarkan pada konsumsi air minum seperti yang telah dilayani oleh PDAM hal
ini merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Namun, sebagian
wilayah pelayanan air minum, belum dapat dilayani oleh PDAM.
Tingkat pelayanan berdasarkan pada rencana jangka panjang sesuai dengan
ketersediaan air baku yang ada di pulau Siau; Proyeksi kebutuhan air minum
kecamatan Siau Barat dan Siau Barat Selatan sampai dengan tahun 2025 seperti
tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. 3 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Di Wilayah Pelyanan
N
64
karena hanya sebagian penduduk yang belum dilayani karena keterbatasan sarana yang
ada.
Kebutuhan air minumsampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 16 l/det dan kebutuhan
sampai dengan 2025 sebesar 17 l/det, dengan asumsi kebocoran sebesar 20% karena
sarana yang ada merupakan prasarana yang baru, sehingga kebocoran diperkirakan
hanya 20%.
Grafik 3. 1 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Siau
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk kebutuhan air minum di Siau Barat dan Siau Barat
Selatan akan mengalami defisit air minum pada masa yang akan datang, karena sumber
air baku dari air tanah tidak tersedia.
Kluster Tagulandang
Proyeksi kebutuhan air minum untuk wilayah kecamatan Tagulandang berdasarkan pada
konsumsi air minum seperti yang telah dilayani oleh PDAM hal ini merupakan kebutuhan
yang diperlukan oleh masyarakat. Namun, sebagian wilayah pelayanan air minum, b e lum
dilayani oleh PDAM.
Tingkat pelayanan berdasarkan pada rencana jangka panjang sesuai dengan
ketersediaan air baku yang ada di pulau Tagulandang; Proyeksi kebutuhan air minum
kecamatan Tagulandang sampai dengan tahun 2030 seperti tertera dalam tabel berikut
65
Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Klaster Tagulandang
No Uraian 2010 2.011 2.012 2.013 2.014 2.015 2.020 2.025
1 Tingkat pelayanan (%) 60 60 60 60 60 60 60 60
2 Penduduk Total (jiwa) 20.989 21.069 21.149 21.229 21.310 21.391 21.801 22.218
3 Pend. wil. Pelayanan (jiwa) 11.159 11.202 11.244 11.287 11.330 11.373 11.591 11.813
4 Penduduk dilayani (jiwa) 6.695 6.721 6.746 6.772 6.798 6.824 6.954 7.088
5 Jumlah pelanggan (unit) 1.846 1.853 1.860 1.867 1.874 1.881 1.917 1.954
6 Konsumsi (m3/pelang/bln) 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00
7 Kebutuhan Rata2 (l/det) 10,68 10,72 10,76 10,80 10,84 10,89 11,09 11,31
8 Kebocoran (% ) 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20% 20%
9 Kebut. Domestik (l/det) 12,82 12,87 12,92 12,96 13,01 13,06 13,31 13,57
10 Kebut. Non Domestik (l/det) 1,28 1,29 1,29 1,30 1,30 1,31 1,33 1,36
11 Total Kebut. Air Minum 14,10 14,15 14,21 14,26 14,31 14,37 14,64 14,92
12 Kebutuhan air minum maksimum
66
Berdasarkan konsumsi air minum dari PDAM penduduk Tagulandang walaupun
belum sepenuhnya terpenuhi, hal ini dapat dimengerti karena hanya sebagian
penduduk yang belum dilayani karena keterbatasan sarana yang ada.
Grafik 3. 2 Proyeksi Kebutuhan Air Minum SPAM IKK Tagulandang
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk kebutuhan air minum di Tagulandang akan
mengalami defisit air minum pada masa yang akan datang, dan sumber air baku
dari air tanah tidak tersedia.
Dari tabel tersebut diatas terlihat di Tagulandang pada tahun 2015 diperlukan air
minum 17l/det, pada tahun 2020 sebesar 17 l/det, pada tahun 2025 se besar 17
l/det dan pada tahun 2030 sebesar l/det.
Kluster Biaro
Proyeksi kebutuhan air minum untuk wilayah kecamatan Biaro berdasarkan pada
konsumsi air minum seperti yang telah dilayani oleh PDAM hal ini merupakan
kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Namun, sebagian wilayah
pelayanan air minum, belum dilayani oleh PDAM.
Tingkat pelayanan berdasarkan pada rencana jangka panjang sesuai dengan
ketersediaan air baku yang ada di pulau Tagulandang; Proyeksi kebutuhan air
minum kecamatan Biaro sampai dengan tahun 2025 seperti tertera dalam tabel
67
Tabel 3. 5Proyeksi Kebutuhan Air Minum Desa Lamanggo, Biaro
N
Berdasarkan konsumsi air minum dari PDAM penduduk Biaro walaupun belum
sepenuhnya terpenuhi, hal ini dapat dimengerti karena keterbatasan sarana yang ada.
Berdasarkan pada proyeksi kebutuhan air minum untuk kampung Lamanggo sampai
dengan tahun 2025 hanya 3.84 l/det, karena penduduk yang ada di pulau Biaro ini banyak
yang merantau keluar pulau, sehingga perkembangan penduduk sangat kecil.
Proyeksi kebutuhan air mium digambarkan dalam grafik kebutuhan air minum untuk
68
Grafik 3. 3 Proyeksi Kebutuhan Air Minum SPAM Lamonggo, Biaro
Untuk membandingkan kebutuhan air minum di pulau Biaro telah dibuat proyeksi
kebutuhan air minumnya, namun adanya keterbatasan sumber air baku, dan sebagian
penduduk telah mendapatkan pelayanan air minum melalui program air minum pedesaan,
dan sulitnya untuk mendapatkan air minum.
Proyeksi kebutuhan air minum pulau Biaro terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 6Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Biaro
No KETERANGAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025
1 Pdd Kec. Biaro 3.472 3.575 3.681 3.790 3.902 4.017 4.648 5.311
2 Tingkat
pelayanan (% )
80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 100%
3 Pend. di wil.
Pelayanan (jw)
3.472 3.575 3.681 3.790 3.902 4.017 4.648 5.311
4 Penduduk
dilayani (jiwa)
2.083 2.145 2.208 2.274 2.341 2.410 3.719 4.249
5 Jumlah
pelanggan (unit)
574 591 608 626 645 664 1.024 1.170
6 Konsumsi
(M3/bln/plg)
17,00 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00 17,00
7 Kebutuhan
Rata2 (l/det)
3,76 3,87 3,99 4,11 4,23 4,35 6,72 7,67
8 Kebocoran (% ) 20 20 20 20 20 20 20 20
9 Kebut. Domestik
(l/det)
69 10 Kebut. Non
Domestik (l/det)
1,13 1,16 1,20 1,23 1,27 1,31 2,01 2,30
11 Total Kebut. Air
Minum (l/d)
5,64 5,81 5,98 6,16 6,34 6,53 10,07 11,51
12 Kebut. hari
maksimum (l/d)
6,49 6,68 6,88 7,08 7,29 7,51 11,58 13,24
Sumber : Hasil Analisis Konsultan
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk kebutuhan air minum di kecamatan Biaro sampai
dengan tahun 2020 adalah 12 l/det, sedangkan pada saat ini hanya tersedia sumber air
baku sebanyak akan mengalami defisit air minum pada masa yang akan datang, dan
sumber air baku dari air tanah tidak tersedia
Berdasarkan kondisi yang ada saat ini dan kebutuhan air minum untuk masyarakat pulau
Biaro, maka untuk masa yang akan datang, sumber air baku harus dari air laut, mengingat
sumber air baku telah habis dimanfaatkan oleh masyarakat.
RENCANA PENURUNAN KEBOCORAN
tingkat kebocoran baik secara teknis maupun non teknis di kecamatan Siau dan
Tanggulandang ini sangat rendah yaitu sebesar 10%. Untuk itu rencana yang akan
datang tidak untuk penurunan kebocoran, tetapi perluasan wilayah pelayan.
3.2.3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)
ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang
disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang
berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak
pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam
menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.
SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sektor Penyehatan
Lingkungan dan Permukiman. Dalam SSK beberapa hal yang perlu dikutip pada bagian
70
a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi yang meliputi: Visi dan Misi
b. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi, yang meliputi: - Sub Sektor Air Limb ah
Domestik;
Sub Sektor Persampahan;
Sub Sektor Drainase Lingkungan; dan
Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Tujuan, Sasaran, Dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik
Posisi pengelolaan sanitasi Sub Sektor Air Limbah pada kuadran RASIONAL pada posisi BERPUTAR. Berputar posisi pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.
Tabel 3.7 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah
Domestik
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Tercapainya Standar
Pelayanan Minimum
(SPM) untuk layanan
limbah domestik tahun
2015
Berkurangnya praktek
Buang air besar
sembarangan dari 40 %
menjadi 10% tahun 2015
Tidak ada penduduk yang
melakukan Praktek BAB di
tahun 2015
Meningkatkan akses
layanan air limbah
komunal bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
(MBR) perkotaan
Mengembangkan dan
menggerakkan
pembangu nan berwawa
san lingkungan yang
sehat
Terwujudnya mutu
lingkung an hidup yang
sehat
Persentase Keluarga yang
memiliki jamban
Melaksanakan
pembangunan sarana dan
prasarana untuk akses
layanan air limbah
domestik berbasis rumah
tangga dan
komunal bagi masyarakat
miskin
yang berkelanjutan
Persentase keluarga yang
memiliki akses terhadap air
bersih dan pengelolaan air
limbah
terpadu di daerah
CBD melalui
sistem terpusat
Pelaksanaan pengujian
kadar polusi mutu limbah
cair
Menyusun Perda
air limbah
disesuaikan
71
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
atasnya
Terkelolanya air minum dan
air limbah
Mengoptimalkan
peran seluruh
stakeholders
untuk mereplikasi
pengelolaan air minum dan
air limbah domestik
berbiaya rendah
3.2 Tujuan, Sasaran, Dan Strategi Pengembangan Persampahan
Posisi pengelolaan sanitasi Sub Sektor Persampahan pada kuadran RASIONAL pada
posisi BERPUTAR. Berputar posisi pembangunan pada jalan ditempat meskipun
banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru.
Tabel 3.8 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatnya
pelestarian lingkungan
hidup
Meningkatnya kualitas
pelayanan sampah
Pengembangan kinerja
pengelolaan persampahan
Meningkatkan
cakupan pelayanan
sampah secara
kapasitas sarana
persampahan sesuai
keterlibatan swasta
dalam pengelolaan
persampahan
Peningkatan Peran serta
masyarakat dalam
pengelolaan Persampahan
Mengembangkan
sistem penghargaan
terhadap
masyarakat yang
berperan aktif
dalam pengelolaan
72 3.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase
Posisi pengelolaan sanitasi Sub Sektor Drainase pada kuadran BERTAHAN pada posisi PEMELIHARAAN SELEKTIF. Pemeliharaan Selektif posisi pembangunan pada Pemanfaatan sarana dan Prasarana yang sudah mulai Aus atau Berumur. Sarana dan Prasarana sudah rusak tapi belum ada perbaikan dan berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin.
Tabel 3.9 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Terkelolanya
pengendalian banjir
Meningkatnya porsi
belanja fisik sub sektor
drainase dari 1% hingga
10% pada akhir tahun
2017
sanitasi yang sesuai
dengan pusat dan
baik dari 67% menjadi
75% pada akhir tahun
2017
Optimalisasi kinerja
SKPD terkait dalam
pemeliharaan
pada akhir tahun 2017
Meningkatnya
yang partisipatif dan
tanggap kebutuhan
Menurunnya luas area
genangan dari 0,69 Ha)
pada tahun akhir 2017
Penurunan luas
genangan rata-rata dari
30 cm menjadi 5 cm
pada akhir tahun 2017
Penurunan tinggi
genangan rata-rata
drainase terbangun
Optimalisasi lahan
resapan yang
berkelanjutan
73
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
intensitas upaya
3.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengelolaan PHBS dan Promosi Higiene
Posisi pengelolaan sanitasi Sub Sektor PHBS pada kuadran DIVERSIFIKASI pada posisi DIVERSIFIKASI BESAR-BESARAN. Diversifikasi besar-besaran posisi pembangunan pada penganekaragaman/ diversifikasi program dan kegiatan yang sangat banyak dan beberapa sudah keluar dari program dan kegiatan lama.
Tabel 3.10 Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah
Tangga
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Meningkatnya
74
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
keterlibatan seluruh
sanitasi dasar pada
akhir tahun 2017
di pada akhir tahun
2017
masyarakat) laki- laki
75
Tujuan Sasaran Strategi
Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran
Persentase rumah
tangga dengan akses
berkelanjutan
terhadap air minum
layak di Perkotaan
dan di Pedesaan
peran
seluruh stakeholder
(pemangku
kepentingan) dalam
perencanaan dan
pelaksanaan
personal
higiene/PHBS bagi
masyarakat di
perkotaan dan
pedesaan
Meningkatnya
Persentase rumah
tangga dengan akses
berkelanjutan
terhadap sanitasi
layak di perkotaan
dan di pedesaan
Meningkatkan
alokasi anggaran
khusus
personal higiene
3.2.4 RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program
bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,
ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan.
Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
a. Program Bangunan dan Lingkungan;
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
c. Rencana Investasi;
d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
76
RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau
panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPIJM yaitu
Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi:
a. Visi Pembangunan;
b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan;
c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan
77 3.2.5 MATRIKS RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Arah pengembangan Kabupaten Kepulauan SITARO berdasarkan dokumen-dokumen perencanaan yang dimiliki disajikan dalam tabel sebagai berikut ini.
Tabel 3. 11 Matriks Rencana Strategi Infrastruktur Bidang CIpta Karya
PRODUK RENCANA
(Dokumen
Perencanaan)
Arahan Pengembangan Program Lokasi Kawasan
RPJMD Mewujudkan Infrastruktur Publik yang Semakin
Berkualitas Meningkatkan Aksesibilitas Transportasi,
Telekomunikasi, Energi Listrik, Air Bersih dan
Pemerataan Pembangunan Hingga ke Perkampungan
Pesisir dan Pulau-Pulau Terluar
Pengendalian banjir
Pembangunan infrastruktur perdesaan
Pengembangan pengelolaan air minum dan air limbah Lingkungan sehat perumahan
Seluruh wilayah Kabupaten
RPKPP TIDAK ADA
RTBL TIDAK ADA
RISPAM Pengembangan SPAM Perpipaan 1. Kecamatan Siau Barat
Kecamatan Siau Barat merupakan wilayah pelayanan dengan jumlah penduduk paling tinggi
diantara kecamatn lainnya dan kecamatan Siau Barat merupakan ibukota kabupaten, sehingga
78 PRODUK RENCANA
(Dokumen
Perencanaan)
Arahan Pengembangan Program Lokasi Kawasan
aktivitas pemerintahan kabupaten berada di kecamatan Siau Barat. Sehingga sangat penting untuk
di prioritaskan sebagai pengembangan wilayah pelayanan yang pertama.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat yaitu melayani kelurahan
yang saat ini belum dilayani atau tidak lagi dilayani, yaitu ada 7 (tujuh) Kelurahan seperti kelurahan
peling Sawang, Paseng, Paniki, Ondong, Bumbiha, Pehe, dan Peling. Dengan demikian PDAM
dapat melayani tidak seluruh kelurahan yang ada di kecamatan Siau Barat, yang berjumlah 10
kelurahan.
2. Kecamatan Siau Barat Selatan
Kecamatan Siau Barat Selatan terletak dekat dengan Kecamatan Siau Barat. Seperti yang telah
diatur dalam RTRW Kabupaten Sitaro Tahun 2008. Wilayah kecamatan Siau Barat akan menjadi
wilayah yang berkembang dengan kepadatan penduduk sedang. Maka dari itu perlunya
pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat selatan, yang saat ini belum ada
pelayanan air minum dengan sistem perpipaan di kampung – kampung.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan di kecamatan Siau Barat selatan meliputi seluruh 5
(lima) kelurahan, yaitu Kelurahan Waroki, Bumi raya, Wadio, Kali Semen dan Gerbang Sadu.
Rencana pengembangan wilayah pelayanan perpipaan yaitu di dua kecamatan kluster Tagulandang
yang ada di Kabupaten Sitaro sesuai dengan RTRW Kabupaten Sitaro tahun 2008. Pengembangan
wilayahnya adalah sebagai berikut: