• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI - Aplikasi Goal Programming Dalam Optimasi Produksi Roti Kacang (Studi Kasus: UD. UMEGA Roti Kacang Hj. Eliya Lubis, Tebing Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI - Aplikasi Goal Programming Dalam Optimasi Produksi Roti Kacang (Studi Kasus: UD. UMEGA Roti Kacang Hj. Eliya Lubis, Tebing Tinggi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan Produksi

2.1.1 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus

dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak

dan kapan harus melakukannya. Hasil perencanaan produksi adalah sebuah

rencana produksi. Tanpa adanya rencana produksi yang baik, maka tujuan tidak

akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba setinggi

mungkin. Jumlah produksi merupakan banyaknya hasil produksi yang seharusnya

diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam satu periode (Sukanto & Indriyo,

1999). Oleh karena itu maka jumlah produksi harus direncanakan agar perusahaan

dapat memperoleh laba maksimal. Di samping itu jumlah produksi perlu

direncanakan dan diperhitungkan dengan cermat karena tanpa perencanaan dapat

berakibat bahwa jumlah yang diproduksikan menjadi terlalu besar atau terlalu

kecil.

Jumlah produksi yang terlalu besar berakibat biaya yang terlalu besar. Di

samping itu dengan adanya jumlah produksi yang berlebihan dapat berakibat

merosotnya harga jual.

Jumlah produksi yang terlalu kecil atau terlalu sedikit berakibat tidak

dapatnya perusahaan tersebut memenuhi permintaan pasar. Akibatnya para

pelanggan yang tidak terpenuhi permintaanya akhirnya pindah dan menjadi

(2)

ini berarti hilangnya sebagian dari pasar potensial perusahaan. Di samping itu

terlalu kecilnya jumlah produk yang diproduksi dapat berakibat menanggung

harga pokok yang terlalu tinggi disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh

jumlah produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap per satuannya menjadi

tinggi. Harga pokok yang tinggi berarti perusahaan terpaksa menentukan harga

jual yang tinggi pula. Hal ini dapat menyebabkan permintaan berkurang.

2.2 Peramalan

2.2.1 Pengertian dan Konsep Dasar Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa

datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan

lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil,

karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat

dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis (Arman

& Yudha, 2008).

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat

kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut akan tergantung pada keadaan

sosial, ekonomi, sosial politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk

substitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang

sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

2.2.2 Sifat Hasil Peramalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada

beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa

mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat

(3)

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran

kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka

adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar

kesalahan yang mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka

panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan

semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan

terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

2.2.3 Metode Peramalan

Berdasarkan sifat ramalan, maka peramalan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu

peramalan kualitatif dan kuantitatif (Makridakis, dkk, 1992).

1. Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas kualitatif pada

masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang

menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan

berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan

pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara

kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti Delphi, S-curve,

analogi dan penelitian bentuk atau morphological research atau didasarkan

atas ciri-ciri normatif seperti decision matrices atau decision trees.

2. Peramalan kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif

pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode

yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda

akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda, adapun yang perlu diperhatikan

dari penggunaan metode tersebut, adalah baik tidaknya metode yang

dipergunakan, sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara

hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah

(4)

mungkin. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga

kondisi sebagai berikut:

1. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

3. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang

akan datang.

Peramalan kuantitatif terbagi atas dua jenis yaitu metode time series

(deret waktu) dan metode kausal (sebab akibat).

a. Metode time series adalah metode yang dipergunakan untuk menganalisis

serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini

mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang

waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasi semata-mata atas dasar data

historis dari serial itu.

Dengan analisis deret waktu dapat ditunjukkan bagaimana permintaan

terhadap suatu produk tertentu bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan

permintaan dari tahun ke tahun dirumuskan untuk meramalkan penjualan pada

masa yang akan datang.

Ada empat pola data yang bisa didefinisikan dalam metode time series

(deret waktu), antara lain:

1. Pola Horizontal (H)

Pola data ini terjadi apabila nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang

konstan. (Deret seperti itu adalah deret yang konstan terhadap nilai rata-ratanya).

Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu

tertentu termasuk dalam pola data horizontal.

2. Pola Musiman (Seasonal)

Pola ini terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman

(5)

Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan lain-lain menunjukkan jenis

pola ini.

3. Pola Siklis (Cycle)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang

seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

4. Pola Trend

Pola data ini terjadi bila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus

menerus dalam jangka panjang.

b. Metode Kausal

Metode ini mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan adanya

hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas. Misalnya,

jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor-faktor seperti jumlah

penjualan, harga jual, dan tingkat promosi. Kegunaan dari metode kausal

adalah untuk menemukan bentuk hubungan antara variabel tersebut dan

menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel tidak bebas.

2.2.4 Metode Penghalusan (Smoothing)Data Time Series (Deret Waktu)

Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari

data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data masa

lalu. Ketepatan peramalan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan

jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat.

1. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing)

Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing)

menambahkan parameter dalam modelnya untuk mengurangi faktor

kerandoman. Nilai peramalan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai

(6)

1

di mana:

= data permintaan pada periode

= faktor/konstanta pemulusan

= peramalan untuk periode

Metode pemulusan eksponensial tunggal mengikutsertakan data dari

semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan

nilai peramalan periode sesudahnya. Namun, dalam perhitungannya cukup

diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode terakhir, karena nilai

peramalan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan

sebelumnya.

Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan (faktor

pemulusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial, sebagaimana

dijabarkan berikut ini:

1

1 1

1 1

… 1

Terlihat bahwa koefisien dari waktu ke waktu membentuk hubungan

eksponensial. Misalnya, untuk 0,2 maka koefisien dari , , ,

, … , adalah 0,2; 0,2 0,8 ; 0,2 0,8 ; 0,2 0,8 ; … ; 0,2 0,8

2. Metode Pemulusan Eksponensial Linier (Linear Exponential Smoothing/ Double Exponential Smoothing)

Metode pemulusan eksponensial tunggal hanya akan efektif apabila serial data

yang diamati memiliki pola horizontal (stasioner). Jika metode itu digunakan

untuk serial data yang memiliki unsur trend (kecenderungan) yang konsisten,

nilai-nilai peramalannya akan selalu berada di belakang nilai aktualnya (terjadi

(7)

serial data yang meiliki unsur trend adalah metode pemulusan eksponensial linier.

Salah satu metode yang digunakan adalah metode pemulusan eksponensial linier

dari Holt, yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

1

1

Pemulusan eksponensial linier dari Holt menambahkan persamaan

untuk memperoleh pemulusan trend dan menggabungkan trend dengan

persamaan pemulusan standar sehingga menghasilkan persamaan . Metode dari

Holt ini menggunakan dua parameter, dan , yang masing-masing nilainya

dapat dipilih dari setiap angka antara 0 sampai dengan 1. Kedua parameter itu

dapat mempunyai nilai yang sama atau berbeda besarnya.

Proses inisialisasi untuk pemulusan eksponensial linier dari Holt

memerlukan dua taksiran, yaitu untuk nilai dan . Nilai dapat disamakan

dengan nilai aktual (pengamatan) atau rata-rata dari beberapa nilai pengamatan

pada periode awal, sedangkan nilai menggunakan taksiran kemiringan dari

serial data tersebut atau menggunakan rata-rata kenaikan dari beberapa periode,

misalnya:

3

3. Metode Pemulusan Eksponensial Musiman (Winter’s Three Parameter Trend and Seasonality Method)

Sebagaimana halnya dengan persamaan pemulusan eksponensial linier yang dapat

digunakan untuk meramalkan serial data yang memiliki pola trend, bentuk

persamaan yang lebih tinggi dapat digunakan jika pola dasar serial datanya

musiman. Salah satu metode peramalan yang khusus untuk data yang berpola

(8)

Metode ini didasarkan atas tiga persamaan, yaitu unsur stasioner, trend dan

musiman, yang dirumuskan sebagai berikut:

1

1 1

di mana:

= nilai pemulusan standar pada periode ke-

= nilai pemulusan trend pada periode ke-

= jumlah periode dalam satu siklus musim

= faktor penyesuaian musiman (indeks musiman)

= peramalan untuk periode ke depan

Sebagaimana dalam perhitungan pemulusan eksponensial tunggal, nilai

inisial dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari

beberapa nilai pada musim yang sama, sedangkan nilai inisal dicari dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

1

(Setiap suku ini merupakan taksiran trend selama

satu musim lengkap, dan taksiran awal dari

ditetapkan sebagai rata-rata dari suku seperti itu).

2.2.5 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan

Bila adalah data yang sebenarnya pada periode dan adalah hasil peramalan

pada periode yang sama maka penyimpangan yang terjadi dapat didefinisikan

sebagai berikut:

(9)

sehingga bila terdapat periode pengamatan, maka akan terdapat sejumlah

penyimpangan. Beberapa rumus yang dapat digunakan untuk mengukur ketelitian

peramalan adalah sebagai berikut:

1. Mean Error (ME) ∑

2. Mean Absolute Error (MAE) ∑ | |

3. Sum of Squared Errors (SSE)

4. Mean Squared Error (MSE) ∑

5. Standard Deviation Errors (SDE) ∑

6. Percentage Error (PE) 100

7. Mean Persentage Error (MPE) ∑

8. Mean Absolute Persentage Error (MAPE ) ∑ | |

2.3 Program Linier

2.3.1 Pengertian Umum Program Linier

Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian

sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan

cara terbaik yang mungkin dilakukan.

Pokok pikiran utama dalam menggunakan program linier adalah

merumuskan masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang

tersedia. Sesudah masalah terumuskan dengan baik, maka langkah berikut ialah

menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika (P. Siagian, 1987).

Program linier berkaitan dengan maksimalisasi atau minimalisasi dari

fungsi tujuan linier dengan beberapa variabel yang memiliki kesamaan dan

(10)

Program linier menggunakan model matematis untuk menjelaskan

persoalan yang dihadapinya. Sifat “linier” memberi arti bahwa seluruh fungsi

matematis dalam model merupakan fungsi yang linier, demikian kata “program”

merupakan sinonim untuk perencanaan. Dengan demikian program linier adalah

perencanaan aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimum,

yaitu suatu hasil yang mencapai tujuan terbaik di antara alternatif yang fisibel.

Formulasi model matematis dari persoalan pengalokasian sumber-sumber

pada permasalahan program linier adalah sebagai berikut:

Maksimum/Minimum ⋯

Kendala: ⋯

. . . .

. . . .

. . . .

dan , , … , 0

Model program linier diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai

masalah di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Masalah kombinasi produk, yaitu menentukan berapa jumlah dan jenis produk

yang harus dibuat agar diperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum

dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki.

b. Masalah perencanaan investasi, yaitu berapa banyak dana yang akan

ditanamkan dalam setiap alternatif investasi, agar memaksimumkan return in

investmen atau net present value dengan memperhatikan sumber daya yang

(11)

c. Masalah perencanaan produksi dan persediaan, yaitu menentukan berapa

banyak produk yang akan diproduksi setiap periode, agar meminimumkan

biaya persediaan, sewa, lembur, dan biaya sub kontrak.

d. Masalah perencanaan promosi, yaitu berapa banyak dana yang akan

dikeluarkan untuk kegiatan promosi agar diperoleh efektivitas penggunaan

media promosi.

2.3.2 Persyaratan Penyelesaian

Parlin (1997) mengemukakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

merumuskan suatu problema keputusan ke dalam model matematik program linier

adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kriteria tujuan.

2. Sumber daya yang tersedia sifatnya terbatas.

3. Semua variabel dalam model memiliki hubungan matematis yang bersifat

linier.

4. Koefisien model diketahui dengan pasti.

5. Bilangan yang digunakan dapat bernilai bulat atau pecahan.

6. Semua variabel keputusan harus bernilai nonnegatif.

Untuk membuat formulasi model program linier, terdapat tiga langkah utama

yang harus dilakukan, yaitu:

1. Tentukan variabel keputusan atau variabel yang ingin diketahui dan

gambarkan dalam simbol matematik.

2. Tentukan tujuan dan gambarkan dalam satu sel fungsi linier dari variabel

keputusan yang dapat berbentuk maksimum atau minimum.

3. Tentukan kendala dan gambarkan dalam bentuk persamaan linier atau

(12)

2.3.3 Metode Simpleks

Metode simpleks dikembangkan pertama kali oleh George Dantzig tahun 1947.

Metode ini menyelesaikan masalah program linier melalui tahapan (perhitungan

ulang) dimana langkah-langkah perhitungan yang sama diulang sampai tercapai

solusi optimal (Zainal & Ali, 1997).

Ide metode simpleks adalah untuk melanjutkan dari satu solusi yang layak

(yang merupakan salah satu titik ekstrim) dari suatu set kendala dalam bentuk

standart, sedemikian rupa untuk terus menurunkan nilai dari fungsi tujuan sampai

nilai minimum tercapai (Luenberger, 1984).

Penyelesaian model program linier dengan metode simpleks diperlukan

konversi model formulasi program linier ke dalam bentuk standar dengan

syarat-syarat sebagai berikut:

1. Semua kendala berbentuk persamaan, jika menghadapi kendala berbentuk

lebih kecil sama dengan, dapat diubah ke dalam bentuk persamaan dengan

cara menambahkan slack variable yang bernilai satu. Jika menghadapi

kendala berbentuk lebih besar sama dengan, dapat diubah ke dalam bentuk

persamaan dengan cara mengurangkan dengan surplus variabel yang bernilai

minus satu.

2. Nilai ruas kanan setiap kendala bertanda positif, jika menghadapi kendala

yang memiliki nilai ruas kanan bertanda negatif, maka harus diubah menjadi

positif dengan cara mengalikannya dengan minus satu.

3. Semua nilai variabel keputusan nonnegatif (artinya bernilai positif atau nol).

2.3.4 Algoritma Simpleks untuk Persoalan Maksimasi

1. Konversikan formulasi model program linier ke dalam bentuk standar.

(13)

3. Jika seluruh variabel nonbasis (NBV) mempunyai koefisien nonnegatif

(artinya berharga positif atau nol) pada baris fungsi tujuan [baris persamaan

yang biasa disebut baris 0 atau baris ], maka BFS sudah optimal. Jika

pada baris 0 masih ada variabel dengan koefisien negatif, pilihlah salah satu

variabel yang mempunyai paling negatif pada baris 0 itu. Variabel ini akan

memasuki status variabel basis, karena itu variabel ini disebut sebagai variabel

yang masuk basis (entering variable, disingkat EV).

4. Hitung rasio dari ruas kanan atau (koefisien EV) pada setiap baris di mana EV

mempunyai koefisien positif. Variabel basis pada baris pembatas dengan rasio

positif terkecil akan berubah status menjadi variabel nonbasis. Variabel ini

kemudian disebut sebagai variabel yang meninggalkan basis (leaving

variable, disingkat LV).

5. Lakukan operasi baris elementer (ERO) untuk membuat koefisien EV pada

baris dengan rasio positif terkecil ini menjadi bernilai 1 dan bernilai 0 pada

baris-baris lainnya.

6. Kembali ke langkah 3.

2.3.5 Algoritma Simpleks untuk Persoalan Minimasi

1. Konversikan formulasi model program linier ke dalam bentuk standar.

2. Cari Solusi Basis Feasible (BFS).

3. Jika seluruh variabel nonbasis (NBV) mempunyai koefisien negatif (artinya

bernilai lebih kecil atau sama dengan nol) pada baris fungsi tujuan [baris

persamaan yang biasa disebut baris 0 atau baris ], maka BFS sudah

optimal. Jika pada baris 0 masih ada variable dengan koefisien nonnegatif,

pilihlah salah satu variabel yang mempunyai paling positif pada baris 0 itu.

Variabel ini akan memasuki status variabel basis, karena itu variabel ini

disebut sebagai variabel yang masuk basis (entering variable, disingkat EV). 4. Hitung rasio dari ruas kanan atau (koefisien EV) pada setiap baris di mana EV

mempunyai koefisien positif. Variabel basis pada baris pembatas dengan rasio

(14)

kemudian disebut sebagai variabel yang meninggalkan basis (leaving

variable, disingkat LV).

5. Lakukan operasi baris elementer (ERO) untuk membuat koefisien EV pada

baris dengan rasio positif terkecil ini menjadi bernilai 1 dan bernilai 0 pada

baris-baris lainnya.

6. Kembali ke langkah 3.

2.4 Metode Goal Programming

2.4.1 Pengertian dan Konsep Dasar Goal Programming

Goal Programming adalah bentuk khusus atau modifikasi dari Linear

Programming. Jika dalam pemrograman linier tujuannya adalah memaksimasi

atau meminimasi, maka Goal Programming tujuannya adalah meminimumkan

deviasi-deviasi dari tujuan-tujuan tertentu. Ini berarti bahwa semua masalah Goal

Programming adalah masalah minimasi. Karena deviasi-deviasi dari tujuan-tujuan

diminimumkan.

Goal Programming merupakan teknik optimasi dari beberapa tujuan yang

dikembangkan dari pemrograman linier dalam riset operasi. Goal Programming

pertama sekali diperkenalkan dalam sebuah aplikasi dari single-objective linear

programming oleh Charnes dan Cooper (1961).

Inti dari Goal Programming adalah pengenalan aspirasi level atau nilai

target , 1, … , dengan syarat bahwa jika mungkin solusi harus mencapai

nilai target (Eiselt & Sandblom, 2007).

Kalyanmoy (2008), ide utama dalam Goal Programming adalah untuk

menemukan solusi yang mencapai target tujuan dari satu atau lebih fungsi

objektif. Jika tidak ada solusi yang mencapai target yang telah ditentukan di

semua fungsi objektif, tugasnya adalah untuk mencari solusi yang

(15)

(Eiselt & Sandblom, 2007) bentuk umum dari metode Goal Programming adalah:

Minimum

Kendala:

di mana: 1, 2, … ,

1, 2, … ,

1, 2, … ,

, , 0

= deviasi (penyimpangan) positif

= deviasi (penyimpangan) negatif

= koefisien fungsi kendala tujuan

= variabel pengambilan keputusan

= tujuan atau target yang ingin dicapai

= koefisien fungsi kendala sistem

= sumber daya yang tersedia

2.4.2 Istilah-istilah dalam Goal Programming

a. Variabel Deviasi

Definisi: Andaikan adalah variabel sembarang, maka dapat dinyatakan

sebagai

, 0

0, 0

0, 0

, 0

di mana: = komponen positif dari

(16)

Dari dalil | | = +

Bukti:

Dari sifat harga mutlak | | , 0

, 0

Dari definisi:

, 0

0, 0

0, 0

, 0

atau

, 0

, 0

Jadi, | |= + (terbukti)

Variabel deviasi sesuai fungsinya yaitu menampung deviasi terhadap

tujuan-tujuan yang dikehendaki yang dibedakan atas dua, yaitu:

1. Variabel Deviasi Negatif

Variabel deviasi negatif berfungsi untuk menampung deviasi yang berbeda di

bawah tujuan yang dikehendaki dan tercermin pada nilai ruas kanan suatu

kendala tujuan. Dengan kata lain variabel ini berfungsi untuk menampung

deviasi negatif. Variabel deviasi negatif dinotasikan sebagai dan selalu

berkoefisien +1 pada setiap kendala tujuan sehingga bentuk umum fungsi

kendalanya adalah:

(17)

di mana: 1,2, … ,

1,2, … ,

2. Variabel Deviasi Positif

Variabel deviasi positif berfungsi untuk menampung deviasi yang berada di

atas tujuan yang dikehendaki. Dengan kata lain variabel deviasi ini berfungsi

untuk menampung deviasi positif. Variabel deviasi positif dinotasikan

sebagai dan selalu berkoefisien -1 pada setiap kendala tujuan sehingga

kendalanya adalah:

atau

di mana: 1,2, … ,

1,2, … ,

Dengan demikian jelas bahwa kedua jenis variabel mendekati sebuah garis

kendala dari dua arah yang berlawanan. Secara matematika hal ini tercermin

pada persamaan berikut:

atau

Karena nilai minimum adalah nol maka persamaan di atas akan

terpenuhi apabila,

(18)

Artinya tujuan tercapai

2. 0 dan 0, sehingga

Artinya tujuan tidak tercapai karena

3. = 0 dan 0, sehingga

Artinya akan terlampaui karena

Jadi jelas bahwa kondisi di mana 0 dan 0 pada sebuah kendala

tujuan tidak akan mungkin terjadi.

b. Variabel Keputusan

Seperangkat variabel yang tidak diketahui (dalam model Goal Programming

dilambangkan dengan , di mana 1, 2, … , yang akan dicari nilainya).

Biasanya disebut juga Decision Variables.

c. Nilai Ruas Kanan

Nilai-nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan

dengan ) yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan penggunaannya.

(19)

d. Tujuan

Keinginan untuk meminimumkan angka penyimpangan dari suatu nilai RHS pada

suatu goal constraint tertentu. Biasanya disebut juga goal.

e. Kendala Tujuan

Sinonim dari istilah goal equation, yaitu suatu tujuan yang diekspresikan dalam

persamaan metematik dengan memasukkan variabel simpangan. Biasanya disebut

juga Goal Constraint.

f. Urutan Prioritas

Suatu sistim urutan (yang dilambangkan dengan , di mana 1,2, … , dan

menunjukkan banyaknya tujuan dalam model) yang memungkinkan tujuan-tujuan

disusun secara ordinal dalam model Goal Programming. Sistim urutan itu

menempatkan tujuan-tujuan dalam susunan dengan hubungan seperti berikut:

> > … >

merupakan tujuan paling penting.

merupakan tujuan yang kurang penting dan seterusnya.

g. Pembobotan

Timbangan matematika yang diekspresikan dengan bilangan kardinal

(dilambangkan dengan di mana 1,2, … , 1,2, … , ) dan

digunakan untuk membedakan variabel deviasi di dalam suatu tingkat prioritas

yang disebut bobot.

h. Koefisien Fungsi Kendala Tujuan

Nilai-nilai numerik (dilambangkan dengan ) yang menunjukkan penggunaan

nilai per unit untuk menciptakan .

2.4.3 Komponen Goal Programming

Dalam metode Goal Programming pada umumnya terdapat minimal tiga

(20)

a. Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan dalam Goal Programming pada umumnya adalah masalah minimasi

karena dalam model Goal Programming terdapat variabel deviasi di dalam fungsi

tujuan yang harus diminimumkan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari

kehadiran variabel deviasi dalam fungsi kendala tujuan. Fungsi tujuan dalam Goal

Programming adalah minimasi penyimpangan atau minimasi variabel deviasi.

Ada 4 jenis fungsi tujuan dalam Goal Programming.

1. Minimum

Fungsi tujuan ini digunakan apabila variabel deviasi dalam suatu masalah tidak

dibedakan menurut prioritas atau bobot.

2. Minimum ; 1,2, … ,

Fungsi tujuan ini digunakan apabila urutan dari tujuan diperlukan, tetapi variabel

deviasi setiap tingkat priorotas dari tujuan memiliki kepentingan yang sama.

3. Minimum ; 1,2, … ,

Fungsi tujuan ini digunakan apabila tujuan-tujuan diurutkan berdasarkan prioritas

dan variabel deviasi pada setiap tingkat prioritas dibedakan dengan diberikan

bobot yang berlainan .

4. Minimum ; 1,2, … ,

Fungsi tujuan ini digunakan apabila tujuan-tujuan diurutkan berdasarkan prioritas

(21)

i. Kendala Tujuan

Dalam model Goal Programming ditemukan sepasang variabel yang disebut

variabel deviasi dan berfungsi untuk menampung penyimpangan atau deviasi

yang akan terjadi pada ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas

kanannya. Agar deviasi ini minimum, artinya ruas kiri suatu persamaan kendala

sedapat mungkin mendekati nilai ruas kanannya maka variabel deviasi ini harus

diminimumkan dalam fungsi tujuan.

Pemanipulasian model Goal Programming yang dilakukan oleh Charnes

Cooper telah mengubah makna kendala fungsional. Pada program linier,

kendala-kendala fungsional menjadi pembatas untuk memaksimumkan atau

meminimumkan fungsi tujuan. Sedangkan pada Goal Programming

kendala-kendala merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan-tujuan yang dinyatakan sebagai nilai konstan pada ruas kanan

kendala, mewujudkan suatu tujuan berarti mengusahakan agar nilai ruas kiri suatu

persamaan kendala sama dengan nilai ruas kanannya. Itulah sebabnya

kendala-kendala di dalam model Goal Programming selalu berupa persamaan yang

dinamakan kendala tujuan.

Bentuk persamaan kendala tujuan secara umum:

, ,

Dan dikonversikan secara umum menjadi:

Ada 6 jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis kendala

tujuan ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Jenis-jenis kendala

(22)

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kendala Tujuan

Persamaan ke

Kendala Tujuan Variabel deviasi dalam fungsi

Dari Tabel 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pada persamaan pertama

sama dengan pertidaksamaan dalam masalah program linier maksimasi,

persamaan kedua sama dengan pertidaksamaan dalam program linier minimasi.

Sedangkan persamaan ketiga sampai kelima semuanya memperoleh deviasi dua

arah, tetapi persamaan kelima mencari penggunaan sumber daya yang diinginkan

sama dengan . Ini serupa dengan kendala persamaan program linier, tetapi tidak

menempel pada solusi karena mungkin adanya deviasi negatif dan positif. Jika

kendala persamaan dianggap perlu dalam perumusan model Goal Programming,

kendala dapat dimasukkan dengan menempatkan sebuah artificial variable ,

seperti pada persamaan keenam. Persamaan memperbolehkan adanya

penyimpangan positif dan negatif dari nilai RHSnya.

2. Kendala Nonnegatif

Dalam program linier, variabel-variabel bernilai lebih besar atau sama dengan nol.

Demikian halnya dengan Goal Programming yang terdiri dari variabel keputusan

dan variabel deviasi. Keduanya bernilai lebih besar atau sama dengan nol.

Pernyataan nonnegatif dilambangkan dengan , , 0.

2.4.4 Perumusan Masalah Goal Programming

Beberapa langkah perumusan permasalahan Goal Programming adalah sebagai

(23)

1. Penentuan variabel keputusan, merupakan dasar dalam pembuatan model

keputusan untuk mendapatkan solusi yang dicari. Makin tepat penentuan

variabel keputusan akan mempermudah pengambilan keputusan yang dicari.

2. Penentuan fungsi kendala tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh

perusahaan.

3. Perumusan fungsi kendala tujuan, di mana setiap tujuan pada sisi kirinya

ditambahkan dengan variabel simpangan, baik deviasi positif maupun deviasi

negatif. Dengan ditambahkannya variabel deviasi, maka bentuk dari fungsi

kendala tujuan menjadi

4. Penentuan prioritas utama. Pada langkah ini dibuat urutan dari tujuan-tujuan.

Penentuan tujuan ini tergantung pada hal-hal berikut:

a. Keinginan dari pengambil keputusan.

b. Keterbatasan sumber-sumber yang ada.

5. Penentuan pembobotan. Pada tahap ini merupakan kunci dalam menentukan

urutan dalam suatu tujuan dibandingkan dengan tujuan yang lain.

6. Penentuan fungsi tujuan. Dalam hal ini, yang menjadi kuncinya adalah

memilih variabel deviasi yang benar untuk dimasukkan dalam fungsi tujuan.

Dalam memformulasikan fungsi tujuan adalah menggabungkan setiap tujuan

yang berbentuk minimasi variabel deviasi sesuai dengan prioritasnya.

7. Penyelesaian model Goal Programming dengan metodologi penyelesaian.

2.4.5 Penyelesaian Model Goal Programming

Metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model Goal Programming

adalah:

1. Metode Algoritma Simpleks

Algoritma simpleks dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah Goal

Programming dengan menggunakan variabel keputusan yang lebih dari dua

variabel. Langkah-langkah penyelesaian Goal Programming dengan metode

(24)

1. Membentuk tabel simpleks awal.

2. Pilih kolom kunci (kolom pivot) yang memiliki nilai negatif terbesar.

3. Pilih baris yang berpedoman pada dengan rasio terkecil dimana adalah

nilai sisi kanan dari setiap persamaan. Baris kunci ini disebut baris pivot.

4. Mencari nilai elemen pivot bernilai 1 dan elemen lain yang bernilai nol.

Dengan demikian diperoleh tabel simpleks iterasi I.

5. Memeriksa optimalitas, yaitu melihat apakah solusi sudah layak atau tidak.

Solusi dikatakan layak bila nilai adalah positif atau nol.

Tabel 2.2 Tabel Simpleks untuk Masalah Goal Programming

0 0 … 0 , , … , ,

… …

, … 1 1 … 0 0

, … 0 0 … 0 0

, … 0 0 … 0 0

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

, … 0 0 … 1 1

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kendala Tujuan
Tabel 2.2 Tabel Simpleks untuk Masalah Goal Programming

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang

A Merupakan perolehan mahasiswa superior, yaitu mereka yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik bahkan tertantang untuk memahami lebih

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2006), bahwa faktor yang paling dominan dalam kepatuhan terhadap kemoterapi pada pasien LLA

Pada tanggal 12 Oktober 1980, Coca-Cola Amatil Limited (CCA) sebuah publik dari Australia yang merupakan pabrik pembotolan Coca-Cola terbesar didunia untuk

obat menggugurkan kandungan saksi tersebut. d) Bahwa saksi tidak tahu apa yang dilakukan Fitrotun (terdakwa I) untuk. mendapatkan obat menggugurkan kandungan tersebut tetapi

1) Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan. 2) Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan

Pada analisis faktorial I: pengurai limbah terhadap penurunan bakteri Koliform total dan Koliform tinja didapatkan hasil yakni F hitung lebih kecil dari pada F

 Meyiapkan dokumen tagihan  Mengirim tagihan ke setiap outlet  Membantu input daftar biaya  Absensi rutin setiap pulang kerja.  Tukar faktur outlet Alfamart ke Rembang