• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi - Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Jus Buah Yang Dijual Di Jalan H. M. JHONI Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi - Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Jus Buah Yang Dijual Di Jalan H. M. JHONI Kecamatan Teladan Medan Tahun 2011"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Higiene dan Sanitasi

Higiene merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

Sanitasi merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup yang menyenangkan dan menguntungkan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud juga dengan sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).

(2)

Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena memiliki hubungan yang erat. Misalnya higienenya sudah baik karena mau mencuci tangan,tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna (Depkes RI, 2004).

2.2 Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan baik untuk pertumbuhan maupun pertahanan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan yang rusak, untuk bekerja dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit (Adams, 2004).

Makanan dapat mengakibatkan orang menjadi sehat atau sakit. Sehingga harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan dan minuman berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene sanitasi makanan (Depkes RI, 2004).

(3)

biologi baik dalam tahap pemilihan bahan baku sampai tahap penyajian. Untuk itu perlu diperhatikan aspek higiene sanitasi dan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Higiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika (Depkes RI, 2003).

2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Makanan dan Minuman

Pada dasarnya pengolahan makanan dan minuman mempunyai prinsip higiene sanitasi upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapatatau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu (Depkes RI, 2004) :

1. Pemilihan Bahan Makanan 2. Penyimpanan Bahan Makanan 3. PengolahanMakanan

(4)

2.3.1 Prinsip 1 : Pemilihan Bahan Makanan

Kualitas bahan makanan yang baik dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal ini bentuk, warna, kesegaran, bau dan lainnya. Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kima seperti pestisida (Kusmayadi, 2008).

2.3.1.1 Ciri-ciri bahan makanan yang baik. 1. Buah-buahan

a) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh, tidak rusak atau kotor. b) Isi masih terbungkus kulit dengan baik.

c) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan(karbitan) dan warna lain selain warna buah.

d) Tidak berbau busuk, bau asam/ basi atau bau yang tidak segar lainnya. e) Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

2. Sayuran

a) Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu. b) Kulit buah atau umbi utuh tidak rusak/pecah

c) Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia

(5)

3. Susu a) Alami

Susu langsung diambil dari puting susu sapi, kerbau atau kambing, susu ini mesti steril. Pencemaran terjadi karena tangan pemerah, infeksi kulit atau peralatan yang digunakan.

b) Pasteurisasi dan Sterilisasi

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu secara berulang pada suhu 600Cuntuk membebaskan susu dari kuman pathogen. Dengan cara ini susu tidak mengalami perubahan tetapi kuman patogennya mati.

Sterilisasi adalah pemanasan susu dengan suhu 1000C atau lebih untuk memusnahkan semua jenis kuman patogen. Dengan cara ini patogen mati tetapi susunya mengalami perubahan berupa pemecahan dan penggumpalan protein.

c) Ciri-ciri susu yang baik

1) Warna putih susu dan kental

2) Cairannya konstan dan tidak mengumpal.

3) Aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau amis. 4) Kalau dituangkan dari gelas masih menempel didinding gelas. 5) Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam)

(6)

4. Makanan Olahan Pabrik.

a) Terdaftar di badan pengawasan obat dan makanan, ditandai dengan adanyakode nomor :

ML : untuk makanan luar negeri (import) dan MD : untuk makanan dalam negeri.

b) Kemasan masih baik, utuh tidak rusak, bocor atau kembung. c) Belum habis masa pakai (Kadaluwarsa)

d) Sefel penutup masih terpasang dengan baik.

e) Mempunyai merk dan label yang jelas nama pabrik pembuatnya. 2.3.1.2 Sumber Bahan Makanan yang Baik.

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui jaringan perdagangan pangan (Depkes RI, 2004). Adapun sumber bahan makanan yang baik adalah :

1. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik (swalayan).

2. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik.

2.3.2 Prinsip 2 : Penyimpanan Bahan Makanan.

(7)

dahulu sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

Menyimpan makanan dalam freezer sama sekali tidak membunuh bakteri melainkan menghambat pertumbuhan (berkembang biak). Apabila makanan dikeluarkan dari dalam freezer dan temperatur menjadi tinggi, maka bakteri akan mulai memperbanyak diri kembali. Bakteri baru berhenti tumbuh apabila makanan disimpan pada temperatur di bawah 30C (Moehyi, 1992).

Dalam penyimpanan bahan makanan hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan

memenuhi syarat.

2. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga : a) Mudah untuk mengambilnya.

b)Tidak menjadi tempat bersarang/ bersembunyi serangga dan tikus.

c) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan dingin.

d)Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk riwayat kelur masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).

Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu (Depkes RI, 2004) :

(8)

2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 40 C – 100 C untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.

3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 00 C – 40 C untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam. 4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan <00 C untuk bahan

makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu >24 jam.

Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.1Penyimpanan Bahan Makanan Mentah

Jenis Bahan Telur, susu dan

olahannya

5 0C sampai 70C -5 0C sampai 00C Kurang dari -50C

Sayur, buah dan minuman

100C 100C 100C

Tepung dan biji-bijian

15 0C 250C 25 0C

Sumber : Mukono, 2000

2.3.3 Prinsip 3 : Pengolahan Makanan

(9)

2.3.3.1 Penjamah makanan

Penjamah makanan adalah seorang tenaga kerja yang menjamah mulai dari persiapan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian makanan. Pengetahuan, sikap dan tindakan seorang penjamah memegaruhi kualitas makanan yang disajikan penjamah yang sedang sakit flu, demam dan diare sebaiknya tidak dilibatkan dahulu dalam proses pengolahan makanan. Jika terjadi luka penjamah harus menutup luka dengan pelindung kedap air misalnya, plester atau sarung tangan plastik (Kusmayadi, 2008).

Syarat-syarat penjamah makanan (Depkes RI, 2003) :

1. Tidak menderita penyakit mudah menular, missal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya.

2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya) 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian. 4. Memakai celemek dan tutup kepala.

5. Mencucu tangan setiap kali hendak menangani makanan.

6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan.

7. Tidak merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian lainnya)

(10)

2.3.3.2 Persiapan Tempat Pengolahan

Tempat pengolahan makanan yang digunakan harus memenuhi standar dan persyaratan higiene sanitasi untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan. Beberapa hal yang penting dalam persiapan tempat pengolahan adalah :

1. Ventilasi harus cukup baik agar asap dan udara panas dapur keluar dengan sempurna.

2. Lantai,dinding dan ruangan bersih dan terpelihara agar menekan kemungkinan pencemaran terhadap makanan.

3. Meja peracikan bersih dan permukaannya kuat/tahan goresan agar bekas irisan tidak masuk kedalam makanan.

4. Tungku dilengkapi dengan alat penangkap asap atau pembuang asap berupa sungkup (hood) atau cerobong asap, agar asap tidak mengotori ruangan. 5. Ruangan bebas lalat dan tikus. Lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang

cukup potensial pada makanan. 2.3.3.3 Peralatan Masak

Peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan, seperti pisau, sendok, kuali, wajan dan lain-lainnya perlu diperhatikan (Depkes, 2004):

1. Bahan peralatan

(11)

2. Keutuhan peralatan

Tidak boleh patah, tidak mudah berkarat, penyok, tergores atau retak karena akan menjadi sarang kotoran atau bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi.

3. Fungsi

Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan dicampur aduk dan bila perlu digunakan tanda pada peralatan sesuai fungsinya, karena peralatan yang digunakan bercampur baur akan menimbulkan kontaminasi makanan.

4. Letak

Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing (rak penyimpanan peralatan) sehingga memudahkan waktu mempergunakannya/mengambil.

2.3.3.4 Peralatan Makanan dan Minuman

Peralatan Makanan dan Minuman dapat dipergunakan seperti : piring, gelas, mangkuk, sendok atau garpu harus dalam keadaan bersih. Beberapa hal yang harus diperhatikan (Depkes, 2004) adalah :

1. Bentuk peralatan utuh, tidak rusak, cacat, retak atau berlekuk-lekuk tidak rata.

(12)

3. Peralatan yang sudah retak, gompel atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan) juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dicuci sempurna.

4. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai.

2.3.3.5 Wadah Penyimpanan Makanan dan Minuman

Wadah penyimpanan baskom, panci, harus dalam keadaan bersih, wadah penyimpanan perlu diperhatikan cara pemisahan yang benar dan teliti untuk setiap jenis makanan yang berada di dalam ruangan tempat penyimpanan. Makanan kering dan bahan makanan basah serta makanan matang dan makanan mentah.

2.3.4 Prinsip 4 : Penyimpanan Makanan Masak

Menyimpanan makanan dan minuman yang sudah masak perlu diperhatikan (Depkes, 2004) yaitu :

a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup

b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air

d. Apabila disimpan di ruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lain

(13)

2.3.4.1 Waktu Tunggu (Holding Time)

1. Makanan masak disajikan panas harus tetap berada dalam keadaan di atas 600C.

2. Makanan yang disajikan dingin disimpan dalam keadaan dingin pada suhu di bawah 100C

3. Makanan yang disimpan pada suhu di bawah 100C harus dipanaskan kembali (Reheating).

2.3.4.2 Suhu

1. Makanan kering disimpan dalam suhu kamar (250C – 300C) 2. Makanan basah harus segera disajikan pada suhu di atas 600C

3. Makanan basah yang masih lama disajikan disimpan pada suhu 100C. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada pada suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu di bawah 100C atau di atas 600C. Suhu 100C -600C sangat berbahaya, maka disebut danger zone.

2.3.5 Prinsip 5 : Pengangkutan Makanan

(14)

2.3.5.1 Pengangkutan Bahan Makanan

Pencemaran makanan selama dalam pengangkutan dapat berupa pencemaran fisik, mikroba maupun kimia. Untuk mencegahnya adalah membuang atau setidaknya mengurangi sumber yang akan menyebabkan pencemaran dengan cara :

1. Mengangkut bahan makanan tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti pupuk, obat hama atau bahan berbahaya lainnya. 2. Kendaraan pengangkutan makanan tidak dipergunakan untuk mengangkut

bahan lain seperti untuk mengangkut orang, hewan, atau barang-barang. 3. Kendaraan yang digunakan harus diperhatikan kebersihannya agar setiap

akan digunakan untuk makanan selalu dalam keadaan bersih.

4. Hindari pemakaian kendaraan yang telah mengangkut bahan kimia atau pestisida walaupun telah dicuci masih akan terjadi pencemaran.

5. Hindari perlakuan manusia yang menangani makanan selama pengangkutan, seperti perlakuan makanan yang ditumpuk, diinjak dan dibanting.

(15)

2.3.5.2 Pengangkutan Makanan Siap Santap

Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu yang ekstra hati-hati. Oleh karena itu dalam prinsip penggangkutan makanan siap santap perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing.

2. Wadah yang digunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan yang ditempatkan dan terbuat dari bahan anti karat atau bocor. 3. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya agar tetap

panas 600C atau tetap dingin 40C.

4. Wadah selama dalam perjalanan tidak boleh selalu dibuka dan tetap dalam keadaan tertutup sampai di tempat penyaji.

5. Kendaraan pengangkutan disediakan khusus dan tidak digunakan untuk keperluan mengangkut bahan lain.

2.3.6 Prinsip 6 : Penyajian Makanan

Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara asalkan memperhatikan kaidah higiene sanitasi yang baik. Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau kotak plastik harus dalam keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan racun.

(16)

menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Kusmayadi, 2008).

2.4 Jus Buah

Jus buah merupakan bentuk minuman sari buah yang diperoleh dari proses pemerasan (mesin juicer) tanpa ampas yang merupakan satu cara olahan buah yang dilakukan agar penampilan dan cita rasanya menjadi lebih menarik dan menggugah selera (Anonimus, 2010).

Sangat disarankan memperbanyak dan mengkonsumsi jus buah karena di dalam jus kita bisa memperoleh sumber cairan, sumber vitamin, sumber mineral, dan sumber senyawa fitokimia. Jus juga menjadi sumber serat yang bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan, mengikat racun dalam tubuh dan memberikan rasa kenyang, hal ini juga sangat baik bagi orang yang sedang menjalankan diet. Jus buah dan sayuran juga mengandung beragam mineral, seperti kalsium, magnesium, fosfor, besi dan potassium. Walaupun diperkuat dalam jumlah kecil, mineral ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh.

2.5 Proses Pembuatan Jus Buah

Jus buah dikreasikan dari buah-buahan yang disajikan dengan menggambil sari-sari buah dengan proses sebagai berikut (Anonimous, 2010):

1. Pemilihan

(17)

2. Pemotongan

Sebelum buah di kupas, buah dicuci terlebih dahulu dan dikupas dengan pisau yang bersih, lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah penghalusan buah.

3. Penghalusan

Buah dihaluskan dengan blender atau juicer dengan menambahkan air yang matang dan gula sebagai pemanis secukupnya.

4. Penyajian

Buah yang sudah halus disaring, ampas dan sarinya di pisahkan. Lalu disajikan dalam gelas yang bersih.

2.6 HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) 2.6.1 Konsep dan Pengertian Metode HACCP

Konsep HACCP (Hazard Analisys Critical Control Point) atau Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis (ABTPK) sudah sangat lama dikembangkan sebagai suatu sistem untuk menyakinkan keamanan produk pangan. Prinsip dasar melandasi konsep ini adalah pengendalian pencegahan aspek-aspek kritis produksi pangan.

(18)

HACCP dan titik pengendalian kritis terdiri dari 7 (tujuh) elemen, sebagai berikut:

1. Identifikasi bahaya dan penilaian tingkat bahaya dan resiko (analisis bahaya)

2. Penentuan titik pengendalian kritis (CCP: Critical Control Point) yang dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya.

3. Spesifikasi batas kritis yang dapat menunjukkan bahaya suat proses dapat dikendalikan pada titik pengendalian kritis (CCP) tertentu.

4. Penyusunan dan penetapan sistem pemantauan.

5. Pelaksanaan tindakan perbaikan ketika batas kritis tidak tercapai.

6. Verifikasi suatu sistem, dilakukan untuk menguji kearifan suatu sistem.

7. Pengujian data atau dokumen, dilakukan agar informasi yang diperoleh dari studi analisis bahaya atau titik pengendalian (HACCP).

Analisis bahaya pada jus buah, yaitu terdiri dari :

1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti E.Coli, Salmonella. spp, dan bakteri lainnya.

2. Bahaya Kimia yang berasal dari penggunaan pestisida, desinfektan, bahan tambahan makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia sukar dihilangkan dan kadarnya harus di bawah batas yang ditentukan.

2.6.2 Penentuan CCP (Critical Control Point) Pada Jus Buah

(19)

untuk menentukan apakah terdapat suatu titik pengendalian bersifat kritis atau bahaya dapat dikendalikan.

Bagan keputusan/ Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari Thaheer, (2005) yaitu :

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/ bahan mentah Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku jus buah mengandung bahaya pada

tingkat yang tidak dapat diterima? Ya

Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan minuman jus buah termasuk cara penggunaan oleh konsumen dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang dapat diterima?

Tidak bukan titik pengendalian kritis

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk setiap tahap pengolahan Pertanyaan 3 : Apakah formulasi/ komposisi atau struktur produk jadi penting untuk

mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak diterima?

Ya

Pertanyaan 4 : Apakah pada tahap pengupasan dan pengirisan buah bahaya dapat muncul atau bertambah sampai tingkat yang tidak diterima?

Tidak

(20)

Ya CCP= titik pengendalian kritis

Pertanyaan 6 : Apakah penyaringan/ pemisahan ampas buah bertujuan untuk menghilangkan bahaya sampai tingkat yang dapat diterima?

Tidak

Gambar 2.1 Diagram HACCP pada pengolahan Jus Buah

Keterangan :

= CCP1 (Titik Kendali Kritis 1) Jus Buah

Buah

Pengupasan dan Pengirisan

Penyaringan/ pemisahan

Penyajian Air Pencampuran Gula

Air Pencucian buah

(21)

Tabel 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)

E.coli Mencuci buah Jus Buah E.coli Penyajian

menguna-2.7 Persyaratan Kualitas Air Minuman

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air minum memenuhi persyaratan kuantitas apabila mencukupi kebutuhan keluarga.

(22)

1. Syarat fisik

Air minum yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna (15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksinal ± 3oC dari udara sekitar.

2. Syarat kimia

Air minum yang dikomsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimun dan minimum (6,5-8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat bakteriologis

Air minum yang digunakan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E.coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100ml air minum.

4. Zat radioaktif

Air minum harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi radiasi radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan.

2.8 Peranan Air Terhadap Kesehatan

(23)

tergantung kualitas air tersebut. Air mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit adalah disebabkan keadaan air sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikrobiologis.

Air dapat bertindak sebagai tempat berkembangbiak mikrobiologis dan juga sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis berpindah kepada manusia (Soemirat, 2002).

2.9 Penyakit yang Ditularkan Melalui Makanan dan Minuman

Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman disebut sebagai food-and milk-borne desease (penyakit bawaan makanan dan susu). Penyakit-penyakit tersebut dapat disebabkan oleh (Chandra, 2006) :

1. Parasit, misalnya Taenia saginata, Taenia solium, dan sebagainya. Parasit tersebut masuk ke dalam tubuh melalui daging sapi, daging babi, atau ikan yang terinfeksi yang dikomsumsi manusia.

2. Mikroorganisme, misalnya Salmonella typhii, Richettsia, dan virus hepatitis yang menggunakan makanan sebagai media perantaranya.

3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokus memproduksi enterotiksin. Di sini makanan berfungsi sebagai media pembiakan.

(24)

5. Penggunaan makanan yang sudah beracun, misalnya jamur, singkong, tempe, bongkrek dan jengkol.

2.10 Indikator Pencemaran Air

Pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia adalah pemeriksaan bakteriologis. Mikroorganisme yang paling sering diperiksa sebagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain :

1. Organisme koliform

Contoh tipikal koliform tinja adalah E. coli. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terjadi di saluran pencernaan, antara lain :

a. Jumlah mikroorganisme koliform cukup banyak dalam usus manusia.

b. Organisme ini lebih mudah dideteksi dibanding tipe kuman patogen lainnya. c. Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman atau patogen

lainnya.

2. Streptokokus tinja

Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan Escherichia coli. Streptokokus tinja dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktian adanya kontaminasi tinja manusia.

3. Clostridium perfringens dan Clostridium welchii.

(25)

2.11 Escherichia coli

Eschericia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Bakteri koliform lainnya berasal dari hewan dan tanaman - tanaman mati disebut koliform non fekal. Escherichia coli adalah bakteri bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora (Fardiaz, 1992).

Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0 – 6,0, tersusun tunggal, berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu udara 100C – 400C, dengan suhu optimum 370C, pH optimum pertumbuhannya adalah 7,0 – 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas (Supardi, 1999). Bakteri yang secara tipikal mesofilik ini juga dapat tumbuh pada suhu sekitar 70C – 100C. Jika disimpan dibawah 100C maka bakteri tipe mesofilik juga akan tumbuh sangat lambat (Adams, 2004).

Keberadaan Escherichia coli dalam air atau makanan dianggap memiliki korelasi tinggi dengan ditemukannya bibit penyakit (patogen) pada pangan. Dengan ditemukannya Escherichia coli pada badan air, maka dapat dikatakan adanya pencemaran air oleh feces. Jika di dalam 100 ml air minum terdapat 500 sel bakteri Escherichia coli maka dimungkinkan akan terjadi gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam typhusEscherichia coli yang pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga selanjutnya Escherichia coli dapat menyebabkan diare ataupun penyakit lainnya (Rahayu, 2007).

(26)

manusia. Golongan pertama di sebut Entero Toxigenic Escherichia Coli (ETEC) yang mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit dengan gejala diare, muntah-muntah, dehidrasi serupa dengan kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8– 24 jam (Nurwantoro, 1997).

Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) merupakan penyebab umum diare pada wisatawan dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di negara berkembang. Beberapa strain Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) memproduksi sebuah eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas thermolabil (LT) dan stabil terhadap panas thermostabil (ST) (Brooks dkk, 2001).

(27)

Tabel 2.3 Ciri-ciri infeksi yang disebabkan oleh Escherichia Tinggi pada anak

5 – 6 %,

(28)

2.12 Kerangka Konsep

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak Ada E. Coli Permenkes RI No.

492/Menkes/Per/IV/2010

Ada E. Coli 1. Air Pencucian

Buah

2. Air Pencampuran Buah

3. Jus buah Siap saji

Memenuhi Syarat Higiene sanitasi

berdasarkan 6 prinsip: 1. Pemilihan bahan baku

jus buah

2. Penyimpanan bahan jus buah

3. Pengolahan jus buah 4. Penyimpanan jus buah 5. Pengangkutan jus buah 6. Penyajian jus buah

Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003

Gambar

Tabel 2.1Penyimpanan Bahan Makanan Mentah
Gambar 2.1 Diagram HACCP pada pengolahan Jus Buah
Tabel 2.2 Lembar ABTPK (Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis)
Tabel  2.3 Ciri-ciri infeksi yang disebabkan oleh Escherichia

Referensi

Dokumen terkait

Intikusuma berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990 yang diubah dengan Akta No.249 tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20

Kasus yang dilaporkan oleh Fukumoto et al pada pasien wanita dengan adeno karsinoma paru tanpa metastasis kelenjar limfa mediastinum dengan HPO dan kadar CEA dan IAP yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Padang Nomor

[r]

Penulisan ilmiah ini membahas tentang bagaimana membuat aplikasi untuk Test Try-Out Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, yang dapat mempermudah penilaian dan pemeriksaan

Analysis of Pumice Thickness Layers As a Result of Rinjani Volcano Eruption in Lombok Island Based on Resistivity Data ..... Investigation of Subsurface Structure With Integrated

Saran : Responden mendukung dan melakukan hal-hal yang dapat membantu peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Kokap II dalam memberikan pelayanan yang bermutu

maka pada penelitian ini dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl - lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan uji kwalitatif dengan