BAB II
PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE
COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25
TAHUN 2007
A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal
Terciptanya suatu kegiatan investasi disuatu negara sangat berkolerasi
dengan adanya suatu sifat keterbukaan dari negara tersebut dengan
masyarakatnya sendiri atau dengan negara lain karena dari hal tersebut akan
terjalin suatu kerja sama yang sifatnya sama-sama ingin mengejar keuntungan
dari masing-masing pihak. Dalam kegiatan terjadinya suatu aktifitas dari
kegiatan penanamanmodal dapat dilakukan oleh siapa saja pada era globalisasi
saat ini, sehingga dalam hal ini peluang dalam melakukan kegiatan investasi
sangat luas dan dapat dilakukan oleh pihak manapun yang notabennya sebagai
pemilik modal.
Kegiatan dari penanaman modal dikenal dengan 2 bentuk yaitu
penanaman modal yang dilakukan secara langsung atau yang sering dikenal
dengan istilah (direct investment) yang dilakukan oleh investor dalam negeri
maupun investor asing(foreign indirect investment) maupun penanaman modal
yang dilakukan secara tidak langsung (indirect investment) yang dilakukan oleh
investor asing.
Modal merupakan suatu alat penggerak dalam melakukan pembagunan
dalam suatu negara dan modal tersebut dapat diperoleh dari investor dalam
negeri maupun dari investor asing dalam melakukan berbai kegiataan ekonomi
yang berdampak untuk kedua belah pihak yang sama-sama tujuannya untuk
1. Penanaman modal dalam negeri
Modal merupakan suatu hal yang mendasari investasi ataupun
penanaman modal, karena modal lah yang akan menjadi alat penggerak
terbentuknya investasi tersebut. Seberapa besarnya modal yang ditanamkan akan
menetukan besarnya keuntungan yang didapat, kedudukan besarnya saham yang
ditanam,sampai pada kekuatan pengambilan keputusan atas suatu kebijakan yang
hendak dibentuk. Modal dalam negeri diartikan sebagai sumber produktif dari
masyarakat Indonesia yang dapat dipergunakan bagi pembanguan ekonomi pada
umumnya. Istilah modal dalam negeri berasal dari terjemahan bahasa Inggris,
yaitu domestic capital. Pengertian modal dalam negeri dalam Pasal 1 ayat 9
UUPM memberikan pengertian yaitu modal yang dimiliki oleh negara Indonesia,
atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Pengertian atas PMDN tersebut secara jelas telah dinyatakan
bahwa“PMDN adalah suatu kegiatan menanam modal untuk melakukan kegiatan
usaha diwilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri”.17
17
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 2.
Garis besar
dari pengertian penanaman modal adalah terbentuknya suatu kegiatan yang
dilakukan oleh badan usaha diwilayah Republik Indonesia. Sedangkan
pengertian modal dalam negeri dijelaskan dalam Pasal 1 angka 9, modal dalam
negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, baik
perseorangan warga negara Indonesia, maupun suatu badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau pun yang non-badan hukum. Indonesia yang saat
dari investor dalam negerinya sendiri, karena penanaman modal dalam negeri
merupakan salah satu kunci utama dalam melakukan penggerakaan pertumbuhan
ekonomi nasional serta dapat membawa kearah kemajuan teknologi. PMDN
menghasilkankenaikan output nasional dan pendapatan nasional sehingga
membawa beberapa dampak positif yaitu dapat menyelesaikan permasalahan
Inflasi, dapat dijadikan sebagai alat pembayaran utang negara dalam melunasi
utang-utang luar negeri, juga dapat dijadikan sebagai neraca pembayaran.
Mengenai ketentuan suatu badan usaha yang dapat didirikan oleh
penanam modal dalam negeri tidak memiliki batasan-batasan tertentu artinya
badan usaha tersebut dapat berbentuk badan hukum maupun non-badan hukum
atau bahkan suatu perusahaan perseorangan. Berbeda dengan ketentuan yang
diberikan atas perusahaan penanaman modal asing yang wajib berbentuk badan
hukum yaitu berdasarkan badan hukum Indonesia.18
Wujud dari bentuk badan usaha yang dimaksud dijabarkan dalam Pasal 5
ayat (1) UUPM Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk
badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbentuk badan hukum atau
usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam ayat (2) Penanaman modal asing wajib berbentuk
perseroaan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan diwilayah
negara Republik Indonesia, kecuali lain ditentukan oleh undang-undang.19
Sesuai dengan apa yang dijabarkan dalam ketentuan diatas,tampaknya
pembentuk undang-undang dapat menangkap kenyataan dalam masyarakat. Hal
ini terlihat bahwa untuk badan usaha yang berstatus sebagai penanam modal
18
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2010), hlm. 134.
19
dalam negeri bentuk usahanya tidak harus berbentuk badan hukum. Seperti
diketahui berbagai wadah kegiatan bisnis yang dilakukan oleh masyarakat tidak
semuanya berbadan hukum dan bahkan hanya dikelola oleh perorangan. Dengan
demikian, berbagi potensi badan usaha yang ada mendapatkan kesempatan dalam
menjalankan kegiatan usaha lewat pranata hukum penanaman modal.
Diberikannya suatu kebebasan mengenai bentuk badan usaha yang akan
dibentuk oleh penanam modal dalam negeri merupakan suatu kelonggaran buat
PMDN untuk lebih mudah ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan ekonomi
nasional yang tujuannya untuk mempertinggi kemakmuran rakyat,modal dalam
negeri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan perlu
diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatanmodal dalam negeri dengan
rehabilitasi,pembaharuan,perluasan,pembagunan dalam bidang produksi barang
dan jasa. Perlunya diciptakan iklim yang baik,dan ditetapkan
ketentuan-ketentuan yang mendorong investor dalam negeri untuk mau menanamkan
modalnya diIndonesia. Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada
kemampuan rakyat Indonesia sendiri, untuk memanfaatkan modal dalam negeri
yang dimiliki oleh asing.20
Penanaman modal asing memiliki dua istilah yang sering muncul yaitu:
penanaman modal asing dan modal asing. Pengertian modal asing ialah 2. Penanaman modal asing
21
20
Lihat:
(diakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 09.00 Wib).
21
C.S.T.Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1995),
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan diIndonesia.
b. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan
bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar kedalam wilayah
Indonesia,selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa
Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan ditransfer,tetapi dipergunakan untuk membiayayi
perusahaan diIndonesia.
Bentuk atas modal asing tidak hanya berbentuk valuta asing,tetapi meliputi
pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan
diIndonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan
dalam perusahaan diIndonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer keluar
negeri tetapi dipergunakan kembali diIndonesia.22
Pengertian yang dilakukan secara langsung adalah investor secara langsung
akan menanggung semua resiko yang akan terjadi dikemudian hari dari pada
kegiatan penanaman modal tersebut. Maka dilakukan menurut undang-undang
adalah bahwa modal asing yang akan diinvestasikan diIndonesia oleh investor
asing harus didasarkan pada substansi,prosedur dan syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undanga yang berlaku dan ditetapkan
oleh pemerintah Indonesia. Semua investor harus tunduk dan patuh terhadap
berbagai perundang-undangan yang berlaku. Misalnya disyaratkan bahwa
22
pemilik modal domestik,terutama pada bidang usaha yang memerlukan kerja
sama antara investor asing dan pemilik modal domestik. Pada hakikatnya modal
yang ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk menjalankan perusahaan
diIndonesia. Dengan status sebagai badanhukum,perusahaan asing atau
gabungan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik haruslah
menjalankan usahanya diIndonesia. Pada prinsipnya tidak semua bidang usaha
yang dapat dijalankan oleh investor asing diIndonesia, namun hanya bidang
usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah.23
Pengertian tentang PMA menurut M.Sornarajah adalah “transfer of
tangible or intangible assets from one country to another for the purpose of use
in the country to generate wealth under the total oe partial control of the owner
of assets” yang artinya: penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik
yang nyata maupun tidak nyata dari suatu negara kenegara lain, tujuannya untuk
digunakan negara tersebut agar menghasilkan keuntungan dibawah pengawasan
dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian.24
23
H.Salim, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 147-148.
24
Ibid., hlm. 149.
Secara umum bentuk kerangka penanaman modal asing dikenal dengan 2
konsep yaitudirect investment atau investasi secara langsung dan portofolio
investment atau investasi portofolio. Dalam direct investment sering diartikan
sebagai kegiatan penanaman modal yang melibatkan
a. pengalihan dana (transfer fund);
b. proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long term project);
d. partisipasi dari para pihak yang melakukan pengalihan dana (the
(participation of the person transferring the funds);dan
e. Suatu resiko usaha (business risk).
Portofolio investmentsering dikaitkan dengan investasi melalui pasar
modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities), sehingga tidak
melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka panjang dan
karenanya pendapatan yang diharapkan juga lebih bersifat jangka pendek dalam
bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan efek tersebut dan bukan
pendapatan yang bersifat regular disini investor tidak terlibat dalam manajemen
perusahaan sehingga tidak terkait langsung dengan resiko kegiatan usaha yang
dijalankan perusahaan target atau perusahaan dimana investasi tersebut
dilakukan,melainkan lebih dikaitkan dengan resiko pasar dari efek yang dibeli.25
25
David kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia(Jakarta:
kencana, 2013), hlm. 19.
Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan untuk memasukkan
sejumlah modal yang diinvestasikan dengan melakukan kegiatan kegiatan
ekonomi. Kegiatan penanaman modal asing ini dapat digolongkan berdasarkan
besarnya modal yang ditanamkan oleh asing tersebut yaitu modal asing
sepenuhnya dan modal asing yang bekerjasama dengan modal dalam negeri.
3. Penanaman modal patungan
Mendirikan perusahaan penanaman modal patungan merupakan suatu
bentuk kerjasama modal international antara modal dalam negeri dengan modal
asing. Adapun bentuk-bentuk dari kerjsama modal patungan ini:
Kerjasama yang terjadi antara pemilik modal dalam negeri dengan modal
asing dimana didasarkan atas adanya suatu unsur perjanjian atau bersifat
kontraktual. Dalam melakukan joint venture ini tidak membentuk adanya suatu
perusahaan baru sehingga salah satu perusahaan tersebut bergabung dengan
perusahaan yang lainnya dan membentuk suatu perusahaan bersama.
b. Joint enterprise
Kerjasama antara modal nasional dan asing dalam joint enterprise
memiliki sedikit perbedaan dengan kerja sama joint venture diatas. Karena
bentuk kerjasama ini akan membentuk suatu perusahaan yang baru diIndonesia
dan wajib berbentuk PT(badan hukum Indonesia), yang mana pengelolaan atas
perusahaannya akan ditangani secara langsung oleh kedua perusahaan tersebut
dan mengenai penanganan resiko akan ditanggung pula bersama-sama antara
perusahaan tersebut sesuai dengan kesepakatan perjan jian yang telah dibuat
sebelumnya.26
1)Setiap usaha di Indonesia memerlukan uang rupiah,untuk pembayaran
barang-barang yang lebih murah dan mudah didapat diIndonesia.
Disamping itu juga untuk pembayaran gaji pegawainnya dan pengeluaran Bentuk kerjasama ini juga mengguntukan bagi para pihak karena dapat
menggunakan nilai mata uangnya sendiri yang biasa juga ditukar dengan rupiah.
alasan mengapa bentuk dari joint enterprise ini lebih disenangi oleh pemerintah
maupun PMA yaitu :
26
Soedjona Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal
yang lainnya, dimana penanam modal asing perlu uang dengan nilai
rupiah;
2) penanam modal asing tidak perlu menanamkan modalnya dalam bentuk
valuta asing, tetapi modal asing tersebut dapat berbentuk mesin-mesin atau
hasil produksi yang lainnya;
3)kerjasama yang dilakukan dengan pengusaha nasional apalagi yang telah
berpengalaman lama, akan mengecilkan resiko bagi penanam modal asing.
Sehingga penanaman modalnya diIndonesia lebih merupakan pemberian
kredit daripada penanaman modal asing secara langsung. Akan tetapi
kemungkinan dalam melakukan kerjasama joint enterprise ini sangat
terbatas karena seperti hal yang telah diketahui bahwa para pengusaha
diIndonesia sangat lah jarang memiliki suatu modal yang besar;
4) setiap usaha di Indonesia memerlukan uang rupiah,untuk pembayaran
barang-barang yang lebih murah dan mudah didapat diIndonesia.
Disamping itu juga untuk pembayaran gaji pegawainnya dan pengeluaran
yang lainnya,dimana penanam modal asing perlu uang dengan nilai rupiah;
5) penanam modal asing tidak perlu menanamkan modalnya dalam bentuk
valuta asing, tetapi modal asing tersebut dapat berbentuk mesin-mesin atau
hasil produksi yang lainnya.
6) kerjasama yang dilakukan dengan pengusaha nasional apalagi yang telah
berpengalaman lama, akan mengecilkan resiko bagi penanam modal
asing.Sehingga penanaman modalnya diIndonesia lebih merupakan
pemberian kredit daripada penanaman modal asing secara langsung. Akan
terbatas karena seperti hal yang telah diketahui bahwa minimnya para
pengusaha diIndonesia memiliki suatu modal yang besar.
c. Kontrak karya atau working contract.
Kerjasama dalam bentuk kontrak karya ini merupakan kerjasama dimana
pihak asing menanamkan modalnya diIndonesia yang juga akan membentuk
badan hukum Indonesia. Dalam kerjasama ini akanada terbentuknya persatuan
modal antara modal asing dengan modal nasional dengan jangka batas waktu
tertentu untuk beberapa tahun. Dalam bentuk kerjasama ini sering terjadi antara
pemerintah dengan asing, sedangkan untuk swasta nasional tidak diperbolehkan.
B. Manfaat Penanaman Modal Patungan Terhadap Host Country
Kegiatan atas penerimaan modal asing kedalam suatu negara memiliki
berbagai macam dampak baik itu dampak positif yang diterima negara host
county atau pun dampak negatifnya yang diterima.Alasan pertama suatu negara
mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Banyak yang diharapkan oleh host country dengan
terbentuknya penanaman modal patungan. Dengan banyak para investor asing
melakukan penanaman modal dinegara tersebut maka semakin besar peluang
negara tersebut mendapatkan dana segar dari investor asing.
Beberapa manfaat yang dirasakan oleh host country dalam terlaksananya
investasi asing yaitu:27
27
Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), hlm. 20-21.
Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 yang kemudian
berkembang menjadi krisis ekonomi,penggaguran mengalami peningkatan yang
sangat besar. Adabeberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya
penggaguran di Indonesia selain karena terjadinya krisis ekonomi faktor lain
disebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena utang
dalam negeri atau utang luar negeri membesar akibat melemahnya nilai tukar
rupiah. Maka dari itu untuk dapat menyelesaikan tingkat penganguran yang
semakin bertambah maka dibutuhkan investasi asing karena hal tersebut jelas
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya akan menurunkan
tingkat jumlah pengangguran. Jika tidak ada perkembangan ekonomi yang
optimal akan memicu terjadinya ledakan pengangguran yang akan menciptakan
permasalahan sosial dan memperburuk stabilitas keamanan maupun politik.
Gejolak sosial politik pada gilirannya menganggu pertumbuhan ekonomi itu
sendiri.
2. Mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa.
Kembalinya modal asing ke Indonesia dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (selanjutnya disebut
UUPMA)pemerintah mengembangkan industri substitusi impor, untuk
menghemat devisa. Perusahaan-perusahaan asing diIndonesia dengan demikian
memproduksi barang-barang yang sebelumnya diimpor. Dengan berkurangnya
impor, maka Indonesia akan menciptakan barang-barang jadi yang dapat dijual
dan digunakan dengan begitu akan menghemat devisa negara.
Krisis ekonomi ekspor nasional nonmigas,terus mengalami penurunan.
Padahal dari ekspor inilah,Indonesia memperoleh devisa dengan cepat sehingga
dapat digunakan untuk melakukan recover ekonomi. Penurunan ini juga
dirasakan oleh industri tekstil dan produksi tekstil. Untuk itulah, Indonesia harus
memperbaiki berbagai hambatan hambatan dalam ekspor dan mencari pasar
alternatif untuk memasarkan produk ekspor. Untuk melakukan hal tersebut maka
salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk mendorong kinerja ekspor dapat
dilakukan dengan memberikan paket stimulus pada sektor elektronik dan
sektor-sektor lainnya. Selain itu juga pemerintah harus mampu menciptakan usaha yang
sehat dan menciptakan mekanisme yang efektif serta iklim yang kompetitif.
Meningkatnya nilai ekspor baik migas maupun non-migas diperlukan
adanya investasi asing. Dengan peningkatan nilai ekspor diharapkan akan
mampu meningkatkan devisa atau valuta asing yang dicadangkan dan dikuasi
oleh bank.Selain mendorong datangnya investasi asing, untuk meningkatkan
ekspor memerlukan adanya perbaikan iklim usaha.
4. Pembagunan daerah-daerah tertinggal.
Investasi asing diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam
pembagunan yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur,
sepertipelabuhan, telekomunikasi,perhubungan udara, air minum, listrik, air
bersih, jalan, rel kereta api.Pembagunan infrastruktur ini diperlukan dalam
rangka membangun daerah-daerah tertinggal atau rusak akibat terjadinya
berbagai konflik.Infrastruktur yang terpenting adalah pembagunan jalan-jalan,
jembatan, dermaga dan setiap pelabuhan udara disetiap kabupaten dan
5. Alih teknologi.
Penanaman modal asing diharapkan dapat mewujudkan alih teknologi
dan peningkatan ilmu pengetahuan. Kelemahan negara berkembang akan sangat
mempengaruhi proses transformasi dari agraris menuju industrialisasi.Untuk
itulah diperlukan adanya dana yang cukup untuk dialokasikan dalam
pengembangan teknologi. Bagi Indonesia investasi asing memiliki peran yang
sangat penting dalam proses industrialisasi dan alih teknologi.
Masing-masing negara pasti memiliki suatu keunggulan dan juga
memiliki kekurangan atas kemampuan dari negaranya. Termasuk Indonesia yang
notabennya masih sebagai negara berkembang memiliki keunggulan dari segi
sumber daya alam (selanjutnya disingkat dengan SDA) yang sebenarnya sangat
lah efektif untuk dikembangkan agar menghasilkan keuntungan-keuntungan,
namun tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai (host country)memiliki
kendala dalam mengembangkanSDAdan sumber daya manusia (selanjutnya
disingkat dengan SDM) nya dari segi modal serta teknologi untuk dapat
membudidayakan apa yang dimiliki oleh negara tersebut. Sehingga dengan
masuknya investor-investor asing yang memiliki modal yang besar Indonesia
mampu menggali keunggulan dari sumber daya alamnya dengan memanfaatkan
modal asing yang ditanamkan dinegaranya.
JohnW.Head mengemukakan 7 keuntungan dari investasi asing,
keuntungan dari investasi asing tersebut meliputi:28
28
1. menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah (host
country) sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standard
hidup mereka;
2. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan
rumah (host county) sehingga mereka dapat berbagi dari
pendapatan-pendapatan perusahaan baru;
3. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah (host country), mendatangkan
penghasilan tambahan dari luar yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
bagi kepentingan penduduknya;
4. menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat
digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri
lain ;
5. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah (host country)
dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;
6. menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah (host
country;
7. membuat sumber daya negara tuan rumah (host country) baik sumber daya
alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya dari
yang sebelumnya.
C. Perusahaan Penanaman Modal Patungan (Joint Venture Company) berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007dan peraturan pelaksanaanya
Kerja sama antara modal asing dan modal nasional sebagai kesatuan
perusahaan harus berbentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan
diIndonesia .29
29
Budiman Ginting, Op.Cit., hlm. 15.
Saat ini telah banyak peraturan yang mengatur tentang perusahaan
patungan (joint venture company) seperti yang diatur dalam UUPM pada Pasal 1
huruf c yang memberikan defenisi dari joint venture atau usaha patungan itu
sendiri. Sedangkan dalam UUPT pada Pasal 52 mengatur tentang kepemilikan
saham. Jika melihat ketentuan dalam UUPT setiap pemegang saham untuk
perjanjian joint venture harus didasarkan pada sebuah perjanjian dari para pihak
yang pada nantinya akan dituangkan dalam anggaran dasar perusahaan tersebut.
Selain UUPM dan UUPT pengaturan tentang joint venture yang menjadi dasar
terbentuknya yaitu konsesual atau kesepakatan atas suatu perjanjian yang
mengikat, defenisi perjanjian juga terdapat dalam Pasal 1313
KitabUndang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata) yang juga
dapat menjadi dasar hukum terbentuknya perusahaan patungan (joint venture
company), dan keabsahaannya didasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata tentang
kebebasan berkontrak. Dan sebagai batasan dalam asas kebebasan berkontrak
adalah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu
perjanjian, yaitu:
a. adanya kesepakatan dari para pihak;
b. kecakapan bertindak dalam hukum;
c. adanya hal tertentu;
2. Perizinan dalam joint venture company
Pengertian atas perizinan berkaitan atas hal boleh atau tidaknya suatu
permohonan itu untuk dilakukan. Dalam hal ini pemerintah memiliki
kewenangan untuk memberi atau menolak atas permohonan dilakukannya
kerjasama perusahaan penanaman modal patungan. Secara garis besar hukum
perizinan merupakan salah satu dari sekian banyaknya perangkat hukum yang
mengatur setiap hubungan-hubungan yang terjadi antara masyarakat dengan
negaranya dalam hal permintaan atas suatu izin tertentu.
Pengertian perizinan diuraikan oleh beberapa pakar ahli, seperti
pengertian izin menurut Bagirmanan yaitu merupakan suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperuraikan
tindakan atau perbuatan tertentu yang dilarang secara umum.30
Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha
wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undang,dimana para penanam modal memperoleh izin yang dimaksud melalui
jalur pelayanan terpadu satu pintu.31
Pelayanan terpadu satu pintu (selanjutnya disingkat dengan PTSP) di
bidang penanaman modal bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para
penanam modal dibidang pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai
penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan, dan
30
Liha pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul 07.00Wib).
31
meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan
nonperizinan.32
Kewenangan Badan Kordinasi Penanaman Modal (selanjutnya disingkat
dengan BKPM) diperkuat dengan adanya UUPM tepatnya pada Pasal 27 sampai
dengan Pasal 30 ditentukan bahwa koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman
modal dilakukan oleh BPKM. Koordinasi kebijakan penanaman modal meliputi
koordinasi:33
Tugas dan fungsi dari BKPM yaitu: a. antar instansi pemerintah;
b. antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia;
c. antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan
d. koordinasi antar pemerintah daerah.
34
32
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Pasal 3.
33
Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 230.
34
Ibid., hlm. 230-231.
a. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang
penanaman modal;
b. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;
c. menetapkan norma, standardan prosedur pelaksanaan kegiatan dan
pelayanan penanaman modal;
d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dan
memberdayakan badan usaha;
e. menyusun peta penanaman modal di Indonesia;
g. mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan
penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan
daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan
informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan
penanaman modal;
h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan
yang dihadapi penanaman modal dalam menjalankan kegiatan
penanaman modal;
i. mengordinasi penanaman modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan
penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia;
j. mengordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan
k. melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkanketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah daerah
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Urusan
pemerintah provinsi tentang PTSP I ini meliputi :35
35
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu ,Pasal 10-11.
a. urusan pemerintah provinsi di bidang penanaman modal yang ruang
lingkupnya lintas kabupaten/kota berdasarkan peraturan
perundang-undangan mengenai pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah
dan pemerintah daerah provinsi; dan
b. urusan pemerintah di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang PTSP yang
Jenis perizinan penanaman modal, antara lain:36
Izin prinsip penanaman modal (yang selanjutnya disebut izin prinsip)
adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal dibidang usaha yang
dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya
memerlukan fasilitas fiskal.
a. pendaftaran penanaman modal;
b. izin prinsip penanaman modal;
c. izin prinsip perluasan penanaman modal;
d. izin prinsip perubahan penanaman modal;
e. izin usaha, izin usaha perluasan, izin usaha penggabungan perusahaan
penanaman modal (merger) dan izin usaha perubahan;
f. izin lokasi;
g. persetujuan pemanfaatan ruang;
h. izin mendirikan Bangunan (IMB);
i tanda daftar perusahaan (TDP);
j hak atas tanah;
k. izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal.
37
Atas pengajuan permohonan penanaman modal, diterbitkan izin prinsip
dengan tembusan kepada:38
36
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.
37
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Pasal 1 angka 14.
38
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Pasal 34 ayat (3).
a Menteri Dalam Negeri.
c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
d. Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang
bersangkutan.
e. Menteri Negara Lingkungan Hidup (bagi perusahaan yang diwajibkan
AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/ Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
f. Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menegah (bagi
bidang usaha yang diwajibkan bermitra).
g. Gubernur Bank Indonesia.
h. Kepala Badan Pertanahan Nasional (bagi penanaman modal yang akan
memiliki lahan).
i. Duta Besar Republik Indonesia di negara asal penanaman modal asing.
j. Direktur Jenderal Pajak.
k. Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
l. Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan.
m. Gubernur yang bersangkutan.
n. Bupati/walikota yang bersangkutan.
o. Kepala PDPPM.
p. Kepala PDKPM.
Kebijakan dari pemerintah untuk mengatur tentang batasan-batasan dalam
bidang usaha yang dilarang dan diperbolehkan oleh para penanam modal baik
modal asing maupun dalam negeri telah diatur melalui pranata hukum
mengenai bidang usaha yang tidak dapat dimasuki oleh penanam modal terdapat
dalam Pasal 12 UUPM sebagai berikut:
a. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanam
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup
dan terbuka dengan persyaratan.
b. Dengan tegas mengemukakan tentang bidang usaha yang tertutup bagi
penanaman modal asing yakni
1) produksi senjata,mesiu, alat peledak dan peralatan perang;
2) bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang.
c. Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha
yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing ataupun dalam negeri,
dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan
hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya.
d. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka
dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan peraturan
presiden.
e. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber
daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah,
teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan
usaha yang ditunjuk pemerintah.
Terlihat adanya pembatasan yang secara jelas yang dinyatakan oleh
undang-undang. Sedang untuk bidang tertentu ditentukan oleh pemerintah. Hal
ini ditegaskan dalam ayat (3) pemerintah berdasarkan peraturan president
menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal,baik asing
maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral,
kebudayaan,lingkungan hidup, pertahanan, dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.
3. Komposisi kepemilikan asing
Negara tuan rumah atau yang disebut host country yang menerima
masuknya investasi asing kedalam negaranya akan membuat batasan-batasan
maksimum maupun minimum modal yang akan ditanamkan dalam negaranya
oleh para investor asing. 39
Pembatasan yang dilakukan atas masuknya investasi asing ke Indonesia
dapat dilakukan dalam 2 bentuk yaitu pertama dengan membuat pengaturan
daftar bidang-bidang usaha yang tertutup dan bidang-bidang usaha yang terbuka Pengaturan termasuk pembatasan-pembatasan
dibidang penanaman modal asing oleh negara tuan rumah pada dasarnya
merupakan kewenangan negara tersebut yang berasal dari kedaulatannya
(sovereignty). Namun demikian kedaulatan negara tuan rumah tersebut juga
dibatasi oleh hukum International termasuk konvensi-konvensi internasional
dimana negara tersebut menjadi pesertanya, seperti dalam halnya kesepakatan
world trade organization dibidang trade related investment measures.
39
dengan persyaratan atau yang sering disebut sebagai investment negative list atau
Daftar Negatif Investasi (selanjutnya disingkat dengan DNI) dan yang kedua
dengan melakukan pembatasan penanaman modal asing tersebut pada saat
masuknya investasi asing tersebut.Kepemilikan komposisi saham warga
negara/badan hukum asing memiliki variasi antara 49% sampai 100% dengan
adanya ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tergantung kepada bidang usaha,
sektor maupun lokasi dilakukanya kegiatan penanaman modal.
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang DNI terkait
kepemilikan modal atas perusahaan patungan diatur batasan-batasan kepemilikan
modal asing dalam daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
penanam modal asing bisa menanamkan modalnya maksimal 49% setelah
mendapat rekomendasi langsung dari mentri yang terkait dibidang nya
masing-masing,sedangkan dalam bidang perkebunan PMA bisa menanamkan modalnya
95%, dalam bidang energi seperti migas dari 49% hingga maksimal 75% , di
bidang pertahanan dan keamanan 49% mendapat rekomendasi dari Menteri
Pertahanan, untuk jasa konstruksi 67%, dalam bidang pariwisata PMA bisa
menanamkan modal dalam perusahaan patungan sebesar 49% hingga 51% dan
bermitra dengan usaha mikro kecil menegah koperasi (selanjutnya disingkat
dengan UMKMK). Mengenai batasan pengaturan kepemilikan modal yang dapat
ditanamkan oleh PMA atas perusahaan patungan (joint venture company) diatur
dalam lampiran II Pepres Nomor 39 Tahun 2014 tentang DNI.40
40
Pasal 6 Pepres Nomor 39 Tahun 2014 menyatakan bahwa Dalam hal
terjadinya perubahan kepemilikan modal akibat adanyan penggabungan,
pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang
bergerak dibidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanam modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang
tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut. Batasan
kepemilikan PMA diatur dalam lampiran II Pepres Nomor 39 Tahun
2014.
b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanam modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum
dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
c. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru
hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat
terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan yang dimaksud.
Selanjutnya dalam Pasal 7 juga menyatakan bahwa :
a. Penanaman modal asing yang melakukan perluasan kegiatan usaha dalam
bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut
membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak
memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan penanam modal dalam
negeri tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka
berlaku ketentuan mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
b. Penambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
jumlah kepemilikan modal asing melebihi batasa maksimum yang
tercantum dalam surat persetujuan, maka dalam jang waktu 2 (dua) tahun,
kelebihan jumlah kepemilikan modal asing tersebut harus disesuaikan
dengan batasan maksimum yang tercantum dalam surat persetujuan,
melalui cara :
1). penanam modal asing menjual kelebihan saham yang dimilikinya
kepada penanam modal dalam negeri;
2). penanam modal asing menjual kelebihan sahamnya melalui
penawaran umum yang dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya
dimiliki oleh penanam modal asing tersebut pada pasar modal
dalam negeri; atau
3). perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b membeli
kelebihan jumlah saham yang dimiliki penanam modal asing
tersebut dan diperlakukan sebagai treasury stocks, dengan
memperhatikan Pasal 37 UUPT.
Peraturan PresidenNomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham
dalam Perusahaan yang didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing
menetapkan hal-hal yang terkait dalam penanaman modal asing sebagai berikut:
a Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:41
41
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 2.
1) patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga
2) langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara
dan atau badan hukum asing.
b Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing
ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonomi usahanya.
Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Asing bahwa:
a Saham peserta Indonesia dalam perusahaan yang didirikan sebagai mana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya 5 % (lima
per seratus) dari seluruh modal disetor perusahaan pada waktu pendirian.
b. Penjualan lebih lanjut saham perusahaan diatas jumlah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan kepada warga negara Indonesia
atau badan hukum Indonesia yang modal sahamnya dimiliki warga
negara Indonesia melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para
pihak dan atau pasar modal dalam negeri.
Bentuk atas investasi asing dapat berupa 100 % kepemilikan saham pada
perusahaan asing, namun bila tidak beroperasi lebih dari 15 tahun, kepemilikan
sahamnya harus dijual kepada perusahaan Indonesia atau dengan merger bisnis
dengan pertukaran saham domestik secara langsung atau tidak langsung.42
Mengatur mengenai ketentuan hal yang diatas pada dasarnya tetap harus
memperhatikan keterkaitannya dengan peraturan lain yang terkait. UUD 1945
pada Pasal 33 ayat (2) dan (3) merupakan dasar pembatasan penguasaan saham
pihak asing. Oleh karena itu terhadap sektor-sektor usaha yang penting bagi
42
negeara dan yang mengusai hajat hidup orang banyak tetap harus dikuasai oleh
negara. Ketentuan mengenai ini, diatur dalam Pasal 12 ayat (2) UU No 25 Tahun
2007 UUPM, yaitu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dengan penguasaan
penuh. Mengijinkan pihak asing pada sektor usaha ini dengan pengusaan penuh,
dengan mempergunakan alasan perlakuan sama adalah tindakan melawan
konstitusi.43
Tujuan dari dibentuknya pelayanan terpadu satu pintu (selanjutnya
disingkat dengan PTSP) tertera dalam Pasal 26 ayat (1) UUPM yaitu membantu
penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal serta
informasi mengenai kegiatan penanaman modal. Dalam Pasal 26 ayat (2) PTSP
dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang dibidang penanaman
modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga
atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan ditingkat
pusat atau lembaga atau instansiyang berwenang mengeluarkan perizinan dan 4. Pengurusan perusahaan penanaman modal patungan
Meningkatkan pelayanan kepada para investor, dalam Pasal 25 ayat (5)
UUPM secara tegas dikemukakan, pelayanan dilakukan secara terpadu dalam
satu pintu. Apa yang diinginkan oleh pembentuk undang-undang tersebut cukum
ideal yakni untuk memberikan berbagai kemudahan dalam hal perizinan dalam
melakukan kegiatan-kegiatan penanaman modal. Salah satu kemudahaan yang
diperoleh oleh para calon investor yaitu para calon penanam modal perusahaan
patungan tersebut tidak perlu datang keberbagai instansi-instansi yang terkait
untuk memperoleh izin pendirian perusahaan patungan tersebut.
43
Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal (Medan: 2005),
non-perizinan diprovinsi atau kabupaten/kota.44
Cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa
dibidang penanaman modal dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara dapat
dilakukan sebagai berikut:
Penjabaran lebih lanjut mengenai
PTSP diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2009 tentang PTSP di bidang penanaman modal.Dalam Pasal 1 butir 4 dijelaskan
pelayanan terpadu satu pintu(PTSP) adalah kegiatan penyelenggaran suatu
perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap
permohonan sampai dengan terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu
tempat.
5. Penyelesaian Sengketa
45
c. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah
dengan penanaman modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak. Jika a. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah
dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikannya
dengan cara musyawarah dan mufakat.
b. Dalam hal penyelesaikan sengketa secara musyawarah dan mufakat tidak
tercapai, penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
44
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 146-147.
45
Dhaniswara K.Harjono,Hukum penanaman modal, tinjauan terhadap pemberlakukan
penyelesaian secara arbitrase tidak disepakati, penyelesaian secara tersebut
akan dilakukan dipengadilan.
d. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah
dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa
tersebut melalui arbitrase Internasional yang harus disepakati oleh para
pihak.
Ketentuan dari Pasal 32 UUPM tersebut, dapat diketahui bahwa
penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dilakukan
dengan cara :
a. musyawarah dan mufakat;
b. arbitrase;
c. pengadilan;
d. ADR;
e. khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam
negeri, sengketa diselesaikan melalui arbitrase atau melalui
pengadilan;dan
f. khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing
sengketa diselesaikan melalui arbitrase internasional yang telah
disepakati.
Pasal 32 ayat (1) dan ayat (3) UUPM telah ditentukan 2 cara penyelesaian
sengketa antara pemerintah Indonesia dengan investor asing yaitu musyawarah
dan mufakat dan arbitrase Internasional.46
46
Pelanggaran-pelanggaran dari perjanjian kontrak investasi dari suatu
pemerintah atau negara dapat menyeret pemerintah atau suatu negara karena
adanya legal action ke badan arbitrase internasional atau ke badan peradilan
internasional seperti theInternasional Court of Justice. Sehingga untuk
memperkuat keberadaan lembaga arbitrase sebagai alternatif penyelesaian
sengketa khususnya didalam penanaman modal, pemerintah Indonesia
meratifikasi Convention on the Settlement of Investment Dispute between States
and National of Others States dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968.
Sebagai tindak lanjut dari konvensi ini maka dibentuk lembaga penyelesaian
sengketa antara penanam modal (investor) dengan penerima modal (host
country) yang lebih dikenal dengan istilah The International Center for the
Settlement of Investment Disputes (selanjutnya disingkat denganICSID).47
Tujuan agar ICSID dapat berlaku, para pihak harus sepakat mangajukan
sengketa mereka ke dewan arbitrase ICSID, sengketa haruslah antara peserta
konvensi atau agen/organisasi-organisasi negara tersebut dan warga negara dari
negara peserta konvensi lainnya,dan sengketa berkaitan dengan masalah
investasi. Dalam konvensi tersebut diatur masalah penyelesaian sengketa antara
investor asing dengan negara penerima modal dilakukan lewat lembaga arbitrase.
Yang menarik disini adalah sekalipun pemerintah Indonesia yang meratifikasi
konvensi ICSID, tidak berarti secara otomatis setiap sengketa antara investor
asing dengan pemerintah Republik Indonesia harus diselesaikan oleh dewan
arbitrase ICSID. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5
tahun 1968:” Pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan
47
bahwa sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara republic Indonesia
dan warga negara asing diputuskan menurut konvensi dan untuk mewakili
Indonesia dalam perselisihan tersebut dengan hak substitusi”.48
Terdapat 2 pola penyelesaian sengketa yang diatur dalam ICSID,
yaitupenyelesaian sengketa melalui konsiliasi,danpenyelesaian dengan
mengunakan arbitrase.49Menurut Oppenheim,konsiliasi adalah” suatu proses
penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang
yang bertugas menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah
mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai sesuatu
kesepakatan), membuat usulan-usulan suatu penyelesaian namun keputusan
tersebut tidak mengikat.50
48Ibid
., hlm. 180-181.
49
Salim HS, Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 360.
50