• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25 TAHUN 2007 A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25 TAHUN 2007 A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal - Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL PATUNGAN (JOINT VENTURE

COMPANY) BERDASARKAN UU NOMOR 25

TAHUN 2007

A. Bentuk-Bentuk Penanaman Modal

Terciptanya suatu kegiatan investasi disuatu negara sangat berkolerasi

dengan adanya suatu sifat keterbukaan dari negara tersebut dengan

masyarakatnya sendiri atau dengan negara lain karena dari hal tersebut akan

terjalin suatu kerja sama yang sifatnya sama-sama ingin mengejar keuntungan

dari masing-masing pihak. Dalam kegiatan terjadinya suatu aktifitas dari

kegiatan penanamanmodal dapat dilakukan oleh siapa saja pada era globalisasi

saat ini, sehingga dalam hal ini peluang dalam melakukan kegiatan investasi

sangat luas dan dapat dilakukan oleh pihak manapun yang notabennya sebagai

pemilik modal.

Kegiatan dari penanaman modal dikenal dengan 2 bentuk yaitu

penanaman modal yang dilakukan secara langsung atau yang sering dikenal

dengan istilah (direct investment) yang dilakukan oleh investor dalam negeri

maupun investor asing(foreign indirect investment) maupun penanaman modal

yang dilakukan secara tidak langsung (indirect investment) yang dilakukan oleh

investor asing.

Modal merupakan suatu alat penggerak dalam melakukan pembagunan

dalam suatu negara dan modal tersebut dapat diperoleh dari investor dalam

negeri maupun dari investor asing dalam melakukan berbai kegiataan ekonomi

yang berdampak untuk kedua belah pihak yang sama-sama tujuannya untuk

(2)

1. Penanaman modal dalam negeri

Modal merupakan suatu hal yang mendasari investasi ataupun

penanaman modal, karena modal lah yang akan menjadi alat penggerak

terbentuknya investasi tersebut. Seberapa besarnya modal yang ditanamkan akan

menetukan besarnya keuntungan yang didapat, kedudukan besarnya saham yang

ditanam,sampai pada kekuatan pengambilan keputusan atas suatu kebijakan yang

hendak dibentuk. Modal dalam negeri diartikan sebagai sumber produktif dari

masyarakat Indonesia yang dapat dipergunakan bagi pembanguan ekonomi pada

umumnya. Istilah modal dalam negeri berasal dari terjemahan bahasa Inggris,

yaitu domestic capital. Pengertian modal dalam negeri dalam Pasal 1 ayat 9

UUPM memberikan pengertian yaitu modal yang dimiliki oleh negara Indonesia,

atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Pengertian atas PMDN tersebut secara jelas telah dinyatakan

bahwa“PMDN adalah suatu kegiatan menanam modal untuk melakukan kegiatan

usaha diwilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam

modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri”.17

17

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 2.

Garis besar

dari pengertian penanaman modal adalah terbentuknya suatu kegiatan yang

dilakukan oleh badan usaha diwilayah Republik Indonesia. Sedangkan

pengertian modal dalam negeri dijelaskan dalam Pasal 1 angka 9, modal dalam

negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, baik

perseorangan warga negara Indonesia, maupun suatu badan usaha yang

berbentuk badan hukum atau pun yang non-badan hukum. Indonesia yang saat

(3)

dari investor dalam negerinya sendiri, karena penanaman modal dalam negeri

merupakan salah satu kunci utama dalam melakukan penggerakaan pertumbuhan

ekonomi nasional serta dapat membawa kearah kemajuan teknologi. PMDN

menghasilkankenaikan output nasional dan pendapatan nasional sehingga

membawa beberapa dampak positif yaitu dapat menyelesaikan permasalahan

Inflasi, dapat dijadikan sebagai alat pembayaran utang negara dalam melunasi

utang-utang luar negeri, juga dapat dijadikan sebagai neraca pembayaran.

Mengenai ketentuan suatu badan usaha yang dapat didirikan oleh

penanam modal dalam negeri tidak memiliki batasan-batasan tertentu artinya

badan usaha tersebut dapat berbentuk badan hukum maupun non-badan hukum

atau bahkan suatu perusahaan perseorangan. Berbeda dengan ketentuan yang

diberikan atas perusahaan penanaman modal asing yang wajib berbentuk badan

hukum yaitu berdasarkan badan hukum Indonesia.18

Wujud dari bentuk badan usaha yang dimaksud dijabarkan dalam Pasal 5

ayat (1) UUPM Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk

badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbentuk badan hukum atau

usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam ayat (2) Penanaman modal asing wajib berbentuk

perseroaan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan diwilayah

negara Republik Indonesia, kecuali lain ditentukan oleh undang-undang.19

Sesuai dengan apa yang dijabarkan dalam ketentuan diatas,tampaknya

pembentuk undang-undang dapat menangkap kenyataan dalam masyarakat. Hal

ini terlihat bahwa untuk badan usaha yang berstatus sebagai penanam modal

18

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung: CV.Nuansa Aulia, 2010), hlm. 134.

19

(4)

dalam negeri bentuk usahanya tidak harus berbentuk badan hukum. Seperti

diketahui berbagai wadah kegiatan bisnis yang dilakukan oleh masyarakat tidak

semuanya berbadan hukum dan bahkan hanya dikelola oleh perorangan. Dengan

demikian, berbagi potensi badan usaha yang ada mendapatkan kesempatan dalam

menjalankan kegiatan usaha lewat pranata hukum penanaman modal.

Diberikannya suatu kebebasan mengenai bentuk badan usaha yang akan

dibentuk oleh penanam modal dalam negeri merupakan suatu kelonggaran buat

PMDN untuk lebih mudah ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan ekonomi

nasional yang tujuannya untuk mempertinggi kemakmuran rakyat,modal dalam

negeri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan perlu

diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatanmodal dalam negeri dengan

rehabilitasi,pembaharuan,perluasan,pembagunan dalam bidang produksi barang

dan jasa. Perlunya diciptakan iklim yang baik,dan ditetapkan

ketentuan-ketentuan yang mendorong investor dalam negeri untuk mau menanamkan

modalnya diIndonesia. Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada

kemampuan rakyat Indonesia sendiri, untuk memanfaatkan modal dalam negeri

yang dimiliki oleh asing.20

Penanaman modal asing memiliki dua istilah yang sering muncul yaitu:

penanaman modal asing dan modal asing. Pengertian modal asing ialah 2. Penanaman modal asing

21

20

Lihat:

(diakses tanggal 20 Oktober 2015 pukul 09.00 Wib).

21

C.S.T.Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1995),

(5)

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan

devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk

pembiayaan perusahaan diIndonesia.

b. Alat-alat perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan

bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar kedalam wilayah

Indonesia,selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa

Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini

diperkenankan ditransfer,tetapi dipergunakan untuk membiayayi

perusahaan diIndonesia.

Bentuk atas modal asing tidak hanya berbentuk valuta asing,tetapi meliputi

pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan

diIndonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan

dalam perusahaan diIndonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer keluar

negeri tetapi dipergunakan kembali diIndonesia.22

Pengertian yang dilakukan secara langsung adalah investor secara langsung

akan menanggung semua resiko yang akan terjadi dikemudian hari dari pada

kegiatan penanaman modal tersebut. Maka dilakukan menurut undang-undang

adalah bahwa modal asing yang akan diinvestasikan diIndonesia oleh investor

asing harus didasarkan pada substansi,prosedur dan syarat-syarat yang telah

ditentukan dalam peraturan perundang-undanga yang berlaku dan ditetapkan

oleh pemerintah Indonesia. Semua investor harus tunduk dan patuh terhadap

berbagai perundang-undangan yang berlaku. Misalnya disyaratkan bahwa

22

(6)

pemilik modal domestik,terutama pada bidang usaha yang memerlukan kerja

sama antara investor asing dan pemilik modal domestik. Pada hakikatnya modal

yang ditanamkan oleh investor asing digunakan untuk menjalankan perusahaan

diIndonesia. Dengan status sebagai badanhukum,perusahaan asing atau

gabungan antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik haruslah

menjalankan usahanya diIndonesia. Pada prinsipnya tidak semua bidang usaha

yang dapat dijalankan oleh investor asing diIndonesia, namun hanya bidang

usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah.23

Pengertian tentang PMA menurut M.Sornarajah adalah “transfer of

tangible or intangible assets from one country to another for the purpose of use

in the country to generate wealth under the total oe partial control of the owner

of assets” yang artinya: penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik

yang nyata maupun tidak nyata dari suatu negara kenegara lain, tujuannya untuk

digunakan negara tersebut agar menghasilkan keuntungan dibawah pengawasan

dari pemilik modal, baik secara total maupun sebagian.24

23

H.Salim, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),

hlm. 147-148.

24

Ibid., hlm. 149.

Secara umum bentuk kerangka penanaman modal asing dikenal dengan 2

konsep yaitudirect investment atau investasi secara langsung dan portofolio

investment atau investasi portofolio. Dalam direct investment sering diartikan

sebagai kegiatan penanaman modal yang melibatkan

a. pengalihan dana (transfer fund);

b. proyek yang memiliki jangka waktu panjang (long term project);

(7)

d. partisipasi dari para pihak yang melakukan pengalihan dana (the

(participation of the person transferring the funds);dan

e. Suatu resiko usaha (business risk).

Portofolio investmentsering dikaitkan dengan investasi melalui pasar

modal atau bursa dengan cara pembelian efek (securities), sehingga tidak

melibatkan pengalihan dana untuk proyek yang bersifat jangka panjang dan

karenanya pendapatan yang diharapkan juga lebih bersifat jangka pendek dalam

bentuk capital gain yang diperoleh pada saat penjualan efek tersebut dan bukan

pendapatan yang bersifat regular disini investor tidak terlibat dalam manajemen

perusahaan sehingga tidak terkait langsung dengan resiko kegiatan usaha yang

dijalankan perusahaan target atau perusahaan dimana investasi tersebut

dilakukan,melainkan lebih dikaitkan dengan resiko pasar dari efek yang dibeli.25

25

David kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia(Jakarta:

kencana, 2013), hlm. 19.

Kegiatan penanaman modal merupakan kegiatan untuk memasukkan

sejumlah modal yang diinvestasikan dengan melakukan kegiatan kegiatan

ekonomi. Kegiatan penanaman modal asing ini dapat digolongkan berdasarkan

besarnya modal yang ditanamkan oleh asing tersebut yaitu modal asing

sepenuhnya dan modal asing yang bekerjasama dengan modal dalam negeri.

3. Penanaman modal patungan

Mendirikan perusahaan penanaman modal patungan merupakan suatu

bentuk kerjasama modal international antara modal dalam negeri dengan modal

asing. Adapun bentuk-bentuk dari kerjsama modal patungan ini:

(8)

Kerjasama yang terjadi antara pemilik modal dalam negeri dengan modal

asing dimana didasarkan atas adanya suatu unsur perjanjian atau bersifat

kontraktual. Dalam melakukan joint venture ini tidak membentuk adanya suatu

perusahaan baru sehingga salah satu perusahaan tersebut bergabung dengan

perusahaan yang lainnya dan membentuk suatu perusahaan bersama.

b. Joint enterprise

Kerjasama antara modal nasional dan asing dalam joint enterprise

memiliki sedikit perbedaan dengan kerja sama joint venture diatas. Karena

bentuk kerjasama ini akan membentuk suatu perusahaan yang baru diIndonesia

dan wajib berbentuk PT(badan hukum Indonesia), yang mana pengelolaan atas

perusahaannya akan ditangani secara langsung oleh kedua perusahaan tersebut

dan mengenai penanganan resiko akan ditanggung pula bersama-sama antara

perusahaan tersebut sesuai dengan kesepakatan perjan jian yang telah dibuat

sebelumnya.26

1)Setiap usaha di Indonesia memerlukan uang rupiah,untuk pembayaran

barang-barang yang lebih murah dan mudah didapat diIndonesia.

Disamping itu juga untuk pembayaran gaji pegawainnya dan pengeluaran Bentuk kerjasama ini juga mengguntukan bagi para pihak karena dapat

menggunakan nilai mata uangnya sendiri yang biasa juga ditukar dengan rupiah.

alasan mengapa bentuk dari joint enterprise ini lebih disenangi oleh pemerintah

maupun PMA yaitu :

26

Soedjona Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal

(9)

yang lainnya, dimana penanam modal asing perlu uang dengan nilai

rupiah;

2) penanam modal asing tidak perlu menanamkan modalnya dalam bentuk

valuta asing, tetapi modal asing tersebut dapat berbentuk mesin-mesin atau

hasil produksi yang lainnya;

3)kerjasama yang dilakukan dengan pengusaha nasional apalagi yang telah

berpengalaman lama, akan mengecilkan resiko bagi penanam modal asing.

Sehingga penanaman modalnya diIndonesia lebih merupakan pemberian

kredit daripada penanaman modal asing secara langsung. Akan tetapi

kemungkinan dalam melakukan kerjasama joint enterprise ini sangat

terbatas karena seperti hal yang telah diketahui bahwa para pengusaha

diIndonesia sangat lah jarang memiliki suatu modal yang besar;

4) setiap usaha di Indonesia memerlukan uang rupiah,untuk pembayaran

barang-barang yang lebih murah dan mudah didapat diIndonesia.

Disamping itu juga untuk pembayaran gaji pegawainnya dan pengeluaran

yang lainnya,dimana penanam modal asing perlu uang dengan nilai rupiah;

5) penanam modal asing tidak perlu menanamkan modalnya dalam bentuk

valuta asing, tetapi modal asing tersebut dapat berbentuk mesin-mesin atau

hasil produksi yang lainnya.

6) kerjasama yang dilakukan dengan pengusaha nasional apalagi yang telah

berpengalaman lama, akan mengecilkan resiko bagi penanam modal

asing.Sehingga penanaman modalnya diIndonesia lebih merupakan

pemberian kredit daripada penanaman modal asing secara langsung. Akan

(10)

terbatas karena seperti hal yang telah diketahui bahwa minimnya para

pengusaha diIndonesia memiliki suatu modal yang besar.

c. Kontrak karya atau working contract.

Kerjasama dalam bentuk kontrak karya ini merupakan kerjasama dimana

pihak asing menanamkan modalnya diIndonesia yang juga akan membentuk

badan hukum Indonesia. Dalam kerjasama ini akanada terbentuknya persatuan

modal antara modal asing dengan modal nasional dengan jangka batas waktu

tertentu untuk beberapa tahun. Dalam bentuk kerjasama ini sering terjadi antara

pemerintah dengan asing, sedangkan untuk swasta nasional tidak diperbolehkan.

B. Manfaat Penanaman Modal Patungan Terhadap Host Country

Kegiatan atas penerimaan modal asing kedalam suatu negara memiliki

berbagai macam dampak baik itu dampak positif yang diterima negara host

county atau pun dampak negatifnya yang diterima.Alasan pertama suatu negara

mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

(economic growth). Banyak yang diharapkan oleh host country dengan

terbentuknya penanaman modal patungan. Dengan banyak para investor asing

melakukan penanaman modal dinegara tersebut maka semakin besar peluang

negara tersebut mendapatkan dana segar dari investor asing.

Beberapa manfaat yang dirasakan oleh host country dalam terlaksananya

investasi asing yaitu:27

27

Erman Radjagukguk, Hukum Investasi di Indonesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 2005), hlm. 20-21.

(11)

Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997 yang kemudian

berkembang menjadi krisis ekonomi,penggaguran mengalami peningkatan yang

sangat besar. Adabeberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya

penggaguran di Indonesia selain karena terjadinya krisis ekonomi faktor lain

disebabkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena utang

dalam negeri atau utang luar negeri membesar akibat melemahnya nilai tukar

rupiah. Maka dari itu untuk dapat menyelesaikan tingkat penganguran yang

semakin bertambah maka dibutuhkan investasi asing karena hal tersebut jelas

akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya akan menurunkan

tingkat jumlah pengangguran. Jika tidak ada perkembangan ekonomi yang

optimal akan memicu terjadinya ledakan pengangguran yang akan menciptakan

permasalahan sosial dan memperburuk stabilitas keamanan maupun politik.

Gejolak sosial politik pada gilirannya menganggu pertumbuhan ekonomi itu

sendiri.

2. Mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa.

Kembalinya modal asing ke Indonesia dengan lahirnya Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (selanjutnya disebut

UUPMA)pemerintah mengembangkan industri substitusi impor, untuk

menghemat devisa. Perusahaan-perusahaan asing diIndonesia dengan demikian

memproduksi barang-barang yang sebelumnya diimpor. Dengan berkurangnya

impor, maka Indonesia akan menciptakan barang-barang jadi yang dapat dijual

dan digunakan dengan begitu akan menghemat devisa negara.

(12)

Krisis ekonomi ekspor nasional nonmigas,terus mengalami penurunan.

Padahal dari ekspor inilah,Indonesia memperoleh devisa dengan cepat sehingga

dapat digunakan untuk melakukan recover ekonomi. Penurunan ini juga

dirasakan oleh industri tekstil dan produksi tekstil. Untuk itulah, Indonesia harus

memperbaiki berbagai hambatan hambatan dalam ekspor dan mencari pasar

alternatif untuk memasarkan produk ekspor. Untuk melakukan hal tersebut maka

salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk mendorong kinerja ekspor dapat

dilakukan dengan memberikan paket stimulus pada sektor elektronik dan

sektor-sektor lainnya. Selain itu juga pemerintah harus mampu menciptakan usaha yang

sehat dan menciptakan mekanisme yang efektif serta iklim yang kompetitif.

Meningkatnya nilai ekspor baik migas maupun non-migas diperlukan

adanya investasi asing. Dengan peningkatan nilai ekspor diharapkan akan

mampu meningkatkan devisa atau valuta asing yang dicadangkan dan dikuasi

oleh bank.Selain mendorong datangnya investasi asing, untuk meningkatkan

ekspor memerlukan adanya perbaikan iklim usaha.

4. Pembagunan daerah-daerah tertinggal.

Investasi asing diharapkan sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam

pembagunan yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur,

sepertipelabuhan, telekomunikasi,perhubungan udara, air minum, listrik, air

bersih, jalan, rel kereta api.Pembagunan infrastruktur ini diperlukan dalam

rangka membangun daerah-daerah tertinggal atau rusak akibat terjadinya

berbagai konflik.Infrastruktur yang terpenting adalah pembagunan jalan-jalan,

jembatan, dermaga dan setiap pelabuhan udara disetiap kabupaten dan

(13)

5. Alih teknologi.

Penanaman modal asing diharapkan dapat mewujudkan alih teknologi

dan peningkatan ilmu pengetahuan. Kelemahan negara berkembang akan sangat

mempengaruhi proses transformasi dari agraris menuju industrialisasi.Untuk

itulah diperlukan adanya dana yang cukup untuk dialokasikan dalam

pengembangan teknologi. Bagi Indonesia investasi asing memiliki peran yang

sangat penting dalam proses industrialisasi dan alih teknologi.

Masing-masing negara pasti memiliki suatu keunggulan dan juga

memiliki kekurangan atas kemampuan dari negaranya. Termasuk Indonesia yang

notabennya masih sebagai negara berkembang memiliki keunggulan dari segi

sumber daya alam (selanjutnya disingkat dengan SDA) yang sebenarnya sangat

lah efektif untuk dikembangkan agar menghasilkan keuntungan-keuntungan,

namun tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai (host country)memiliki

kendala dalam mengembangkanSDAdan sumber daya manusia (selanjutnya

disingkat dengan SDM) nya dari segi modal serta teknologi untuk dapat

membudidayakan apa yang dimiliki oleh negara tersebut. Sehingga dengan

masuknya investor-investor asing yang memiliki modal yang besar Indonesia

mampu menggali keunggulan dari sumber daya alamnya dengan memanfaatkan

modal asing yang ditanamkan dinegaranya.

JohnW.Head mengemukakan 7 keuntungan dari investasi asing,

keuntungan dari investasi asing tersebut meliputi:28

28

(14)

1. menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah (host

country) sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standard

hidup mereka;

2. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan

rumah (host county) sehingga mereka dapat berbagi dari

pendapatan-pendapatan perusahaan baru;

3. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah (host country), mendatangkan

penghasilan tambahan dari luar yang dipergunakan untuk berbagai keperluan

bagi kepentingan penduduknya;

4. menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat

digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri

lain ;

5. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah (host country)

dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;

6. menghasilkan pendapatan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk

berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah (host

country;

7. membuat sumber daya negara tuan rumah (host country) baik sumber daya

alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya dari

yang sebelumnya.

C. Perusahaan Penanaman Modal Patungan (Joint Venture Company) berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007dan peraturan pelaksanaanya

(15)

Kerja sama antara modal asing dan modal nasional sebagai kesatuan

perusahaan harus berbentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan

diIndonesia .29

29

Budiman Ginting, Op.Cit., hlm. 15.

Saat ini telah banyak peraturan yang mengatur tentang perusahaan

patungan (joint venture company) seperti yang diatur dalam UUPM pada Pasal 1

huruf c yang memberikan defenisi dari joint venture atau usaha patungan itu

sendiri. Sedangkan dalam UUPT pada Pasal 52 mengatur tentang kepemilikan

saham. Jika melihat ketentuan dalam UUPT setiap pemegang saham untuk

perjanjian joint venture harus didasarkan pada sebuah perjanjian dari para pihak

yang pada nantinya akan dituangkan dalam anggaran dasar perusahaan tersebut.

Selain UUPM dan UUPT pengaturan tentang joint venture yang menjadi dasar

terbentuknya yaitu konsesual atau kesepakatan atas suatu perjanjian yang

mengikat, defenisi perjanjian juga terdapat dalam Pasal 1313

KitabUndang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata) yang juga

dapat menjadi dasar hukum terbentuknya perusahaan patungan (joint venture

company), dan keabsahaannya didasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata tentang

kebebasan berkontrak. Dan sebagai batasan dalam asas kebebasan berkontrak

adalah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu

perjanjian, yaitu:

a. adanya kesepakatan dari para pihak;

b. kecakapan bertindak dalam hukum;

c. adanya hal tertentu;

(16)

2. Perizinan dalam joint venture company

Pengertian atas perizinan berkaitan atas hal boleh atau tidaknya suatu

permohonan itu untuk dilakukan. Dalam hal ini pemerintah memiliki

kewenangan untuk memberi atau menolak atas permohonan dilakukannya

kerjasama perusahaan penanaman modal patungan. Secara garis besar hukum

perizinan merupakan salah satu dari sekian banyaknya perangkat hukum yang

mengatur setiap hubungan-hubungan yang terjadi antara masyarakat dengan

negaranya dalam hal permintaan atas suatu izin tertentu.

Pengertian perizinan diuraikan oleh beberapa pakar ahli, seperti

pengertian izin menurut Bagirmanan yaitu merupakan suatu persetujuan dari

penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperuraikan

tindakan atau perbuatan tertentu yang dilarang secara umum.30

Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha

wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dari instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam

undang-undang,dimana para penanam modal memperoleh izin yang dimaksud melalui

jalur pelayanan terpadu satu pintu.31

Pelayanan terpadu satu pintu (selanjutnya disingkat dengan PTSP) di

bidang penanaman modal bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para

penanam modal dibidang pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai

penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan, dan

30

Liha pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul 07.00Wib).

31

(17)

meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan

nonperizinan.32

Kewenangan Badan Kordinasi Penanaman Modal (selanjutnya disingkat

dengan BKPM) diperkuat dengan adanya UUPM tepatnya pada Pasal 27 sampai

dengan Pasal 30 ditentukan bahwa koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman

modal dilakukan oleh BPKM. Koordinasi kebijakan penanaman modal meliputi

koordinasi:33

Tugas dan fungsi dari BKPM yaitu: a. antar instansi pemerintah;

b. antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia;

c. antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah; dan

d. koordinasi antar pemerintah daerah.

34

32

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Pasal 3.

33

Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 230.

34

Ibid., hlm. 230-231.

a. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang

penanaman modal;

b. mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal;

c. menetapkan norma, standardan prosedur pelaksanaan kegiatan dan

pelayanan penanaman modal;

d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dan

memberdayakan badan usaha;

e. menyusun peta penanaman modal di Indonesia;

(18)

g. mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan

penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan

daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan

informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan

penanaman modal;

h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan

yang dihadapi penanaman modal dalam menjalankan kegiatan

penanaman modal;

i. mengordinasi penanaman modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan

penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia;

j. mengordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu; dan

k. melaksanakan pelayanan penanaman modal berdasarkanketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan PTSP di bidang penanaman modal oleh pemerintah daerah

dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Urusan

pemerintah provinsi tentang PTSP I ini meliputi :35

35

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu ,Pasal 10-11.

a. urusan pemerintah provinsi di bidang penanaman modal yang ruang

lingkupnya lintas kabupaten/kota berdasarkan peraturan

perundang-undangan mengenai pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah

dan pemerintah daerah provinsi; dan

b. urusan pemerintah di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang PTSP yang

(19)

Jenis perizinan penanaman modal, antara lain:36

Izin prinsip penanaman modal (yang selanjutnya disebut izin prinsip)

adalah izin untuk memulai kegiatan penanaman modal dibidang usaha yang

dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya

memerlukan fasilitas fiskal.

a. pendaftaran penanaman modal;

b. izin prinsip penanaman modal;

c. izin prinsip perluasan penanaman modal;

d. izin prinsip perubahan penanaman modal;

e. izin usaha, izin usaha perluasan, izin usaha penggabungan perusahaan

penanaman modal (merger) dan izin usaha perubahan;

f. izin lokasi;

g. persetujuan pemanfaatan ruang;

h. izin mendirikan Bangunan (IMB);

i tanda daftar perusahaan (TDP);

j hak atas tanah;

k. izin-izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal.

37

Atas pengajuan permohonan penanaman modal, diterbitkan izin prinsip

dengan tembusan kepada:38

36

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

37

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Pasal 1 angka 14.

38

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Pasal 34 ayat (3).

a Menteri Dalam Negeri.

(20)

c. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

d. Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang

bersangkutan.

e. Menteri Negara Lingkungan Hidup (bagi perusahaan yang diwajibkan

AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)/ Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL).

f. Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menegah (bagi

bidang usaha yang diwajibkan bermitra).

g. Gubernur Bank Indonesia.

h. Kepala Badan Pertanahan Nasional (bagi penanaman modal yang akan

memiliki lahan).

i. Duta Besar Republik Indonesia di negara asal penanaman modal asing.

j. Direktur Jenderal Pajak.

k. Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

l. Direktur Jenderal Teknis yang bersangkutan.

m. Gubernur yang bersangkutan.

n. Bupati/walikota yang bersangkutan.

o. Kepala PDPPM.

p. Kepala PDKPM.

Kebijakan dari pemerintah untuk mengatur tentang batasan-batasan dalam

bidang usaha yang dilarang dan diperbolehkan oleh para penanam modal baik

modal asing maupun dalam negeri telah diatur melalui pranata hukum

(21)

mengenai bidang usaha yang tidak dapat dimasuki oleh penanam modal terdapat

dalam Pasal 12 UUPM sebagai berikut:

a. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanam

modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup

dan terbuka dengan persyaratan.

b. Dengan tegas mengemukakan tentang bidang usaha yang tertutup bagi

penanaman modal asing yakni

1) produksi senjata,mesiu, alat peledak dan peralatan perang;

2) bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan

undang-undang.

c. Pemerintah berdasarkan peraturan presiden menetapkan bidang usaha

yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing ataupun dalam negeri,

dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan

hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional

lainnya.

d. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka

dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang

terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan peraturan

presiden.

e. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber

daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah,

(22)

teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan

usaha yang ditunjuk pemerintah.

Terlihat adanya pembatasan yang secara jelas yang dinyatakan oleh

undang-undang. Sedang untuk bidang tertentu ditentukan oleh pemerintah. Hal

ini ditegaskan dalam ayat (3) pemerintah berdasarkan peraturan president

menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal,baik asing

maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral,

kebudayaan,lingkungan hidup, pertahanan, dan keamanan nasional, serta

kepentingan nasional lainnya.

3. Komposisi kepemilikan asing

Negara tuan rumah atau yang disebut host country yang menerima

masuknya investasi asing kedalam negaranya akan membuat batasan-batasan

maksimum maupun minimum modal yang akan ditanamkan dalam negaranya

oleh para investor asing. 39

Pembatasan yang dilakukan atas masuknya investasi asing ke Indonesia

dapat dilakukan dalam 2 bentuk yaitu pertama dengan membuat pengaturan

daftar bidang-bidang usaha yang tertutup dan bidang-bidang usaha yang terbuka Pengaturan termasuk pembatasan-pembatasan

dibidang penanaman modal asing oleh negara tuan rumah pada dasarnya

merupakan kewenangan negara tersebut yang berasal dari kedaulatannya

(sovereignty). Namun demikian kedaulatan negara tuan rumah tersebut juga

dibatasi oleh hukum International termasuk konvensi-konvensi internasional

dimana negara tersebut menjadi pesertanya, seperti dalam halnya kesepakatan

world trade organization dibidang trade related investment measures.

39

(23)

dengan persyaratan atau yang sering disebut sebagai investment negative list atau

Daftar Negatif Investasi (selanjutnya disingkat dengan DNI) dan yang kedua

dengan melakukan pembatasan penanaman modal asing tersebut pada saat

masuknya investasi asing tersebut.Kepemilikan komposisi saham warga

negara/badan hukum asing memiliki variasi antara 49% sampai 100% dengan

adanya ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tergantung kepada bidang usaha,

sektor maupun lokasi dilakukanya kegiatan penanaman modal.

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang DNI terkait

kepemilikan modal atas perusahaan patungan diatur batasan-batasan kepemilikan

modal asing dalam daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

penanam modal asing bisa menanamkan modalnya maksimal 49% setelah

mendapat rekomendasi langsung dari mentri yang terkait dibidang nya

masing-masing,sedangkan dalam bidang perkebunan PMA bisa menanamkan modalnya

95%, dalam bidang energi seperti migas dari 49% hingga maksimal 75% , di

bidang pertahanan dan keamanan 49% mendapat rekomendasi dari Menteri

Pertahanan, untuk jasa konstruksi 67%, dalam bidang pariwisata PMA bisa

menanamkan modal dalam perusahaan patungan sebesar 49% hingga 51% dan

bermitra dengan usaha mikro kecil menegah koperasi (selanjutnya disingkat

dengan UMKMK). Mengenai batasan pengaturan kepemilikan modal yang dapat

ditanamkan oleh PMA atas perusahaan patungan (joint venture company) diatur

dalam lampiran II Pepres Nomor 39 Tahun 2014 tentang DNI.40

40

(24)

Pasal 6 Pepres Nomor 39 Tahun 2014 menyatakan bahwa Dalam hal

terjadinya perubahan kepemilikan modal akibat adanyan penggabungan,

pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang

bergerak dibidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan

penanam modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang

tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut. Batasan

kepemilikan PMA diatur dalam lampiran II Pepres Nomor 39 Tahun

2014.

b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan

penanam modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum

dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

c. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru

hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat

terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan yang dimaksud.

Selanjutnya dalam Pasal 7 juga menyatakan bahwa :

a. Penanaman modal asing yang melakukan perluasan kegiatan usaha dalam

bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut

membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak

memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan penanam modal dalam

negeri tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka

berlaku ketentuan mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

(25)

b. Penambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan

jumlah kepemilikan modal asing melebihi batasa maksimum yang

tercantum dalam surat persetujuan, maka dalam jang waktu 2 (dua) tahun,

kelebihan jumlah kepemilikan modal asing tersebut harus disesuaikan

dengan batasan maksimum yang tercantum dalam surat persetujuan,

melalui cara :

1). penanam modal asing menjual kelebihan saham yang dimilikinya

kepada penanam modal dalam negeri;

2). penanam modal asing menjual kelebihan sahamnya melalui

penawaran umum yang dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya

dimiliki oleh penanam modal asing tersebut pada pasar modal

dalam negeri; atau

3). perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b membeli

kelebihan jumlah saham yang dimiliki penanam modal asing

tersebut dan diperlakukan sebagai treasury stocks, dengan

memperhatikan Pasal 37 UUPT.

Peraturan PresidenNomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham

dalam Perusahaan yang didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing

menetapkan hal-hal yang terkait dalam penanaman modal asing sebagai berikut:

a Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:41

41

Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 2.

1) patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga

(26)

2) langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara

dan atau badan hukum asing.

b Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing

ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonomi usahanya.

Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan

Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal

Asing bahwa:

a Saham peserta Indonesia dalam perusahaan yang didirikan sebagai mana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya 5 % (lima

per seratus) dari seluruh modal disetor perusahaan pada waktu pendirian.

b. Penjualan lebih lanjut saham perusahaan diatas jumlah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan kepada warga negara Indonesia

atau badan hukum Indonesia yang modal sahamnya dimiliki warga

negara Indonesia melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para

pihak dan atau pasar modal dalam negeri.

Bentuk atas investasi asing dapat berupa 100 % kepemilikan saham pada

perusahaan asing, namun bila tidak beroperasi lebih dari 15 tahun, kepemilikan

sahamnya harus dijual kepada perusahaan Indonesia atau dengan merger bisnis

dengan pertukaran saham domestik secara langsung atau tidak langsung.42

Mengatur mengenai ketentuan hal yang diatas pada dasarnya tetap harus

memperhatikan keterkaitannya dengan peraturan lain yang terkait. UUD 1945

pada Pasal 33 ayat (2) dan (3) merupakan dasar pembatasan penguasaan saham

pihak asing. Oleh karena itu terhadap sektor-sektor usaha yang penting bagi

42

(27)

negeara dan yang mengusai hajat hidup orang banyak tetap harus dikuasai oleh

negara. Ketentuan mengenai ini, diatur dalam Pasal 12 ayat (2) UU No 25 Tahun

2007 UUPM, yaitu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dengan penguasaan

penuh. Mengijinkan pihak asing pada sektor usaha ini dengan pengusaan penuh,

dengan mempergunakan alasan perlakuan sama adalah tindakan melawan

konstitusi.43

Tujuan dari dibentuknya pelayanan terpadu satu pintu (selanjutnya

disingkat dengan PTSP) tertera dalam Pasal 26 ayat (1) UUPM yaitu membantu

penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal serta

informasi mengenai kegiatan penanaman modal. Dalam Pasal 26 ayat (2) PTSP

dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang dibidang penanaman

modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga

atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non-perizinan ditingkat

pusat atau lembaga atau instansiyang berwenang mengeluarkan perizinan dan 4. Pengurusan perusahaan penanaman modal patungan

Meningkatkan pelayanan kepada para investor, dalam Pasal 25 ayat (5)

UUPM secara tegas dikemukakan, pelayanan dilakukan secara terpadu dalam

satu pintu. Apa yang diinginkan oleh pembentuk undang-undang tersebut cukum

ideal yakni untuk memberikan berbagai kemudahan dalam hal perizinan dalam

melakukan kegiatan-kegiatan penanaman modal. Salah satu kemudahaan yang

diperoleh oleh para calon investor yaitu para calon penanam modal perusahaan

patungan tersebut tidak perlu datang keberbagai instansi-instansi yang terkait

untuk memperoleh izin pendirian perusahaan patungan tersebut.

43

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal (Medan: 2005),

(28)

non-perizinan diprovinsi atau kabupaten/kota.44

Cara penyelesaian sengketa yang digunakan apabila terjadi sengketa

dibidang penanaman modal dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara dapat

dilakukan sebagai berikut:

Penjabaran lebih lanjut mengenai

PTSP diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun

2009 tentang PTSP di bidang penanaman modal.Dalam Pasal 1 butir 4 dijelaskan

pelayanan terpadu satu pintu(PTSP) adalah kegiatan penyelenggaran suatu

perizinan dan non-perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap

permohonan sampai dengan terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu

tempat.

5. Penyelesaian Sengketa

45

c. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah

dengan penanaman modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan

sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak. Jika a. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah

dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikannya

dengan cara musyawarah dan mufakat.

b. Dalam hal penyelesaikan sengketa secara musyawarah dan mufakat tidak

tercapai, penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase atau alternatif

penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

44

Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 146-147.

45

Dhaniswara K.Harjono,Hukum penanaman modal, tinjauan terhadap pemberlakukan

(29)

penyelesaian secara arbitrase tidak disepakati, penyelesaian secara tersebut

akan dilakukan dipengadilan.

d. Dalam hal terjadi sengketa dibidang penanaman modal antara pemerintah

dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa

tersebut melalui arbitrase Internasional yang harus disepakati oleh para

pihak.

Ketentuan dari Pasal 32 UUPM tersebut, dapat diketahui bahwa

penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dilakukan

dengan cara :

a. musyawarah dan mufakat;

b. arbitrase;

c. pengadilan;

d. ADR;

e. khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal dalam

negeri, sengketa diselesaikan melalui arbitrase atau melalui

pengadilan;dan

f. khusus untuk sengketa antara pemerintah dengan penanam modal asing

sengketa diselesaikan melalui arbitrase internasional yang telah

disepakati.

Pasal 32 ayat (1) dan ayat (3) UUPM telah ditentukan 2 cara penyelesaian

sengketa antara pemerintah Indonesia dengan investor asing yaitu musyawarah

dan mufakat dan arbitrase Internasional.46

46

(30)

Pelanggaran-pelanggaran dari perjanjian kontrak investasi dari suatu

pemerintah atau negara dapat menyeret pemerintah atau suatu negara karena

adanya legal action ke badan arbitrase internasional atau ke badan peradilan

internasional seperti theInternasional Court of Justice. Sehingga untuk

memperkuat keberadaan lembaga arbitrase sebagai alternatif penyelesaian

sengketa khususnya didalam penanaman modal, pemerintah Indonesia

meratifikasi Convention on the Settlement of Investment Dispute between States

and National of Others States dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968.

Sebagai tindak lanjut dari konvensi ini maka dibentuk lembaga penyelesaian

sengketa antara penanam modal (investor) dengan penerima modal (host

country) yang lebih dikenal dengan istilah The International Center for the

Settlement of Investment Disputes (selanjutnya disingkat denganICSID).47

Tujuan agar ICSID dapat berlaku, para pihak harus sepakat mangajukan

sengketa mereka ke dewan arbitrase ICSID, sengketa haruslah antara peserta

konvensi atau agen/organisasi-organisasi negara tersebut dan warga negara dari

negara peserta konvensi lainnya,dan sengketa berkaitan dengan masalah

investasi. Dalam konvensi tersebut diatur masalah penyelesaian sengketa antara

investor asing dengan negara penerima modal dilakukan lewat lembaga arbitrase.

Yang menarik disini adalah sekalipun pemerintah Indonesia yang meratifikasi

konvensi ICSID, tidak berarti secara otomatis setiap sengketa antara investor

asing dengan pemerintah Republik Indonesia harus diselesaikan oleh dewan

arbitrase ICSID. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5

tahun 1968:” Pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan

47

(31)

bahwa sesuatu perselisihan tentang penanaman modal antara republic Indonesia

dan warga negara asing diputuskan menurut konvensi dan untuk mewakili

Indonesia dalam perselisihan tersebut dengan hak substitusi”.48

Terdapat 2 pola penyelesaian sengketa yang diatur dalam ICSID,

yaitupenyelesaian sengketa melalui konsiliasi,danpenyelesaian dengan

mengunakan arbitrase.49Menurut Oppenheim,konsiliasi adalah” suatu proses

penyelesaian sengketa dengan menyerahkan kepada suatu komisi orang-orang

yang bertugas menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan (biasanya setelah

mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai sesuatu

kesepakatan), membuat usulan-usulan suatu penyelesaian namun keputusan

tersebut tidak mengikat.50

48Ibid

., hlm. 180-181.

49

Salim HS, Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 360.

50

Referensi

Dokumen terkait

Proses ini akan mendeteksi sawah dengan warna padi yang menguning kemudian langkah selanjutnya thresholding dan filtering yang kemudian citra hasil akan dihitung

Article 12 (Self-inspection by the Importers) Food importers shall establish the system for reviewing overseas exporters and overseas producers, urging the overseas exporters

In artificially inseminated herds, the proportion of cows returning for insemination after an interval longer than a normal oestrous cycle has been used as an estimate of

(1) Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan perlindungan sosial berbasis keluarga dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, untuk

The Fabry-Perot Interferometer (FPI) spectral camera is used to provide spectral reflectance data. Each spectral band is obtained with a small time delay when using

In this paper, a dense matching algorithm based on Self-Adaptive Patch in view of urban scene have been accomplished and mesh simplification is achieved using

[r]

Web Sistem Pakar Analisa Gizi merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan informasi mengenai kesehatannya. Sehingga masyarakat