LAMPIRAN
Tabel I. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Untuk Penanaman Modal
NO BIDANG BIDANG USAHA
1 Pertanian Budidaya Ganja
2 Kehutanan 1. Penangkapan Spesies ikan yang tercantum
2. Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bagunan/kapur/kalsium dan perhiasan, serta koral hidup atau mati dari alam
3 Perindustrian 1. Industri kimia yang dapat merusak lingkungan:
- Industri pembuat Chlor Alkali dengan proses merkuri
- Industri bahan aktif pestisida : DiphenyTricloroethanel(DDT),aldrin, ednrin, diedrin, mirex .
- Industri bahan perusak lapisan ozon (BPO)
2. Industri bahan kimia yang terdaftar dalam daftar -1 konvensi senjata kimia dalam lampiran Undang-undang Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pengunaan Bahan Kimia Sebagai Senjata Kimia
3. Industri minuman mengandung alkohol : - Minuman keras
- Anggur
- Minuman mengandung malt
4 Perhubungan 1. Penyelenggaraan dan pengoperasian terminal penumpang angkutan Darat.
2. Penyelenggaraan dan pengoperasian penimbangan kendaraan bermotor.
3. Telekomunikasi/sarana bantuan navigasi pelayaran. 4. Penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan 5. Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan
bermotor. 5 Komunikasi
dan
informatika
Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spectrum frekuensi
Radio dan orbit satelit 6 Pendidikan dan
kebudayaan
1. Museum pemerintah
Tabel II. Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
a. Bidang Kehutanan
No Bidang Usaha Uraian Persyaratan
Keterangan
1 Penangkapan dan peredaran dan satwa liar (TSL) dari habitat alam kecuali reptile (ular, biawak, kura-kura dan buaya)
a. dicadangkan untuk usaha mikro,kecil,menegah,koperasi b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100% g. Perizinan khusus dan
kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri 100%
dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penanaman modal dari ASEAN
2 Pengusahaan hutan tanaman lainnya (aren, kayu manis) 3 Pengusahaan
sarang burung wallet dari alam 4 Industri kayu
gergajian (kapa-sitas produksi sampai 2000M3) 5 Industirian primer
pengelolaan rotan 6 Pengusahaan
perburuan
Maksimal 49 %
7 Pengusahaan rotan 8 Pengusahaan
pariwisata alam berupa
pengusahaan
sarana, kegiatan dan jasa ekowisata di dalam kawasan hutan
b. Bidang Pertanian
No Bidang Usaha Uraian
Persyaratan
Keterangan
1 Usaha pembibitan tanaman pokok pangan yang luasnya lebih dari 25 Ha: -Padi
- Jagung - Kedelai - Kacang tanah - Kacang hijau
a. dicadangkan untuk usaha mikro,kecil,menegah, koperasi
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100%
g. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri
100% dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penana-man modal dari ASEAN 2 Usaha budidaya
tanaman pangan yang kurang dari 25 Ha:
-Padi - Jagung - Kedelai - Kacang tanah - Kacang hijau 3 Usaha perkebunan
dengan luas 25 Ha sesuai dengan peraturan per-undang-undangan:
- Pekebunan tebu - Perkebunan
tembakau - Perkebunan
bahan Baku tekstil dan tana man kapas - Perkebunan
jambu mete. 4 Industri pengolahan
hasil perkebunan di bawah kapasitas tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan:
- Industri minyak Mentah ( minyak makan) dari nabati dan hewani
- Industri minyak kelapa.
- Industri minyak kelapa sawit. - Industri serat
kapas
- Industri biji kapas - Industri gula
pasir
- Industri daun tembakau kering - Industri karet
c. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
No Bidang Usaha Uraian Persyaratan
Keterangan
1 Jasa konstruksi migas:
- Platform - Tangki
speherical
- Instalasi produksi hulu minyak dan gas bumi di darat - Instalansi pipa penyalur di darat - Instalansi pipa penyalur di laut - Instalansi peyimpanan dan pemasaran minyak dan gas bumi di darat.
Maksimal 75 % Maksimal 49 %
Maksimal 49 %
a. Dicadangkan untuk usaha mikro,kecil,menegah, koperasi
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100% g. Perizinan khusus dan
kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri 100%
dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penana-man modal dari ASEAN
2 Jasa survei: - Migas
- Geologi dan geofisika - Panas bumi.
Maksimal 49 % Maksimal 49 %
Maksimal 95 % 3 Jasa pemboran:
-Migas di darat - Migas di laut - Panas bumi
- Maksimal 75 % Maksimal 95 % 4 Pembangkit tenaga
listrik:
- Pembangkit listrik <1MW
- Pembangkit listrik
skala kecil (1-10 MW)
- Pembangkit listrik
Maksimal 49 %
> 10MW swasta selama masa konsesi) 5 Pembangunan dan
pemasangan instalansi tenaga listrik:
- Instalansi penyediaan tenaga listrik - Instalansi
pemanfaatan tenaga listrik
Maksimal 95 %
-
6 Pemeriksaan dan pengujian instalansi listrik
-
7 Industri penghasil biomassa untuk energi
d. Bidang Perindustrian
No Bidang Usaha Uraian
Persyaratan
Keterangan
1 Industri penggaraman/ pengeringan ikan dan biota perairan lainnya
a. Dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menegah, koperasi
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100%
g. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri
100% dan perizinan khusus.
2 Industri kerajinan
3 Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor
4 Industri makanan olahan
5 Industri
pengolahan susu bubuk dan susu kental manis
6 Industri rokok Rekomendasi dari Kementrian Perindustrian 7 Industri barang
dari tanah liat untuk bahan bagunandan dari semen
8 Industri tinta khusus
- Izin operasional dari BOTASU - Rekomendasi
dari Kementrian Perindustrian 9 Industri peleburan
timah hitam
e. Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
No Bidang Usaha Uraian
Persyaratan
Keterangan
1 Biro perjalanan wisata
Maksimal 49 % (jika 51 % bermitra dengan UMKMK)
a. Dicadangkan untuk usaha mikro,kecil,menegah, koperasi
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100% g. Perizinan khusus dan
kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri 100%
dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penana-man modal dari ASEAN 2 - Restoran
- Bar
- café
- Maksimal 51% - Maksimal
49% (jika 51 % bermitra dengan UMKMK) - Maksimal
49%
3 Jasa akomodasi - Maksimal 51 %
4 Usaha rekreasi, seni dan hiburan
f. Bidang Kelautan dan Perikanan
No Bidang Usaha Uraian Persyaratan
Keterangan
1 Perikanan tangkap dengan mengguna-kan kapan penagkap ikan berukuran sampai dengan 30 GT, di wilayah perairan sampai dengan 12Mil
a. Dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menegah, koperasi
b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100%
g. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri
100% dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penana-man modal dari ASEAN 2 Usaha pengolahan
hasil perikanan yang dilakukan secara terpadu dengan penangkapan ikan di perairan umum 3 Pembesaran ikan:
- Ikan laut - Ikan air payau - Ikan air tawar 4 Pembenihan ikan 5 Usaha Pengolahan
hasil perikanan 6 Usaha pemasaran,
distribusi,
perdagangan besar, dan ekspor hasil perikanan
g. Bidang Pekerjaan Umum
No Bidang Usaha Uraian Persyaratan
Keterangan
1 Jasa konstruksi yang menggunakan teknologi sederhaan dan/atau resiko rendah dan/ atau nilai pekerjaan sampai dengan Rp. 1.000.000.000,00
a. Dicadangkan untuk usaha mikro,kecil,menegah,
koperasi b. Kemitraan
c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu
e. Perizinan khusus
f. Modal dalam negeri 100% g. Perizinan khusus dan
kepemilikan modal asing h. Modal dalam negeri 100%
dan perizinan khusus.
i. Persyaratan kepemilikan modal asing/bagi penana-man modal dari ASEAN 2 Pengusahaan air
minum
Maksimal 95%
3 Pengusahaan jalan tol
Maksimal 95%
4 Jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi 5 Pengelolaan dan
pembuangan sampah yang tidak berbahaya
6 Jasa konstruksi yang menggunakan teknologi tinggi dan/ atau nilai pekerjaan lebih dari Rp.
1.000.000.000,00
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Dirdjosisworo, Soedjona. Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman modal di Indonesia. Bandung: CV.Mandar Maju. 1999.
Erwin, Muhammad. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2008.
Ginting, Budiman. Hukum Investasi Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas DalamPerusahaan Penanaman Modal Asing. Medan: Pustaka Bangsa Press. 2007.
Hardjasoemantri, Koesnadi. Hukum Tata Lingkungan. Jogjakarta: Gadjah Mada UniversityPress. 2002.
Harjono, Dhaniswara. Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007.
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sinar Grafika. 2013.
Husni, Sukandi. Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.
Kairupan, David. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2013.
Kansil, C.S.T. Hukum Perusahaan di Indonesia. Jakarta: PT.Pradnya Paramita. 1995.
Mott, Graha. Menilai dan Merencanakan Penanaman Modal. Jakarta: PT.Pustaka BinamasPressindo. 1985.
Nasution, Asmin. Transparansi Penanaman Modal di Indonesia. Medan: Pustaka Press. 2008.
Radjagukguk, Erman. Hukum Investasi di Indonesia.Jakarta: Universitas Indonesia. 2005.
Rahmadi, Takdir. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011.
Siahaan, N.H.T. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembagunan. Jakarta: Erlangga. 2004.
Sinulingga, Sukaria. Analisi Llingkungan Usaha. Medan: USU Press. 2010.
Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi. Bandung: CV. Nuansa Aulia. 2010.
Siregar, Mahmul. Perdagangan International dan Penanaman Modal Studi Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral. Medan. 2005.
Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997.
Supramono, Gatot. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Indonesia. Jakarta: PT. RinekaCipta. 2013.
Supriadi. Hukum Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2008.
Susanto, A.B. Reputation Driven Corporate Social Responsibility Pendekatan StrategiManagement dalam CSR. Jakarta: Erlangga. 2009.
Syahrin, Alvi. Ketentuan Pidana dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang UUPPLH.Jakarta: Sinar Grafika. 2013.
Topan, Muhammad. Kejahatan Korporasi di Bidang Lingkungan Hidup. Bandung: Nusa Media. 2009.
Untung, Hendrik Budi.Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika. 2010.
Widjaja, Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama. Resiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR.Jakarta: Forum Sahabat. 2008.
B. Peraturan
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan LingkunganHidup.
Republik Indonesia Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di BidangPenanaman Modal.
Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dalam Bidang Penanaman Modal.
102
Republik Indonesia. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009tentang Pedoman danTata Cara Permohonan Penanaman Modal.
C. Website
Angelina Sinaga. http:// Wordpress.com/../Penanaman Modal Asing.html (diakses tanggal 20Oktober 2015).
tanggal 22 Oktober 2015).
D. Jurnal
BAB III
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Pengertian Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan sebagai suatu sumber daya yang sangat
penting dan dapat dijadikan sebagai suatu aset untukmenyejahterakan kehidupan
masyarakat disekitarnya. Sesuai dengan bunyi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kekayaan akan
sumber daya lingkungan itu dapat digunakan untuk berbagai macam
peruntukannya dan fungsinya tanpa menimbulkan gangguan bahkan kerusakaan
akan fungsi sumber daya tersebut.
Lingkungan hidup diIndonesiasebagai konsep ekologi, yang
pengertiannya dibakukan dalam Pasal 1 angka1UUPPLH sebagai
berikut“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua termasuk benda,
daya, keadaan, dan mahkluk hidup, mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.”
Kesejahteraaan rakyat dapat tersebut dapat terwujud melalui hukum
lingkungan merupakan salah satu instrument administrasi negara dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hukum lingkungan menjadi
perdoman dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
tersebut.Upaya atas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan
55
dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup dapat
tetap menjadi sumber penunjang bagi rakyat serta mahkluk hidupyang lain.51
Menurut Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 UUPPLH, perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaraan dan/ atau kerusakaan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan pengerakan
hukum.52
Pengelolaan lingkungan hidup selama ini hanya cenderung hanya pada
pemanfaatan lingkungan hidup sebagai objek pembagunan, sehingga pada
UUPPLH perlu penambahan kata ”perlindungan” yang diharapkan dapat
memberikan keseimbangan dalam rangka upaya untuk mempertahankan fungsi
lingkungan hidup sebagai sebuah ekosistem. Pengelolaan lingkungan hidup
berarti manajemen terhadap lingkungan hidup atau lingkungan dapat dikelola
dengan melakukan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen lingkungan
mengutamakan kemampuan manusia didalam mengelola lingkungan, sehingga
pandangan yang lazim disebut dengan “ ramah lingkungan”. Ramah lingkungan
menurut Otto Soemarwoto, haruslah juga bersifat mendukung pembagunan
ekonomi.53
Pendapat dari hal diatas memberikan suatu makna bahwa dalam
perlindunggan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memiliki suatu
kesimbangan antara semua pemilik kepentingan ekonomi dan penjagaan
51 Alvi syahrin, Ketentuan Pidana Dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: PT. Sofmedia, 2011), hlm. 1.
52 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.44. 53
terhadap kelestarian lingkungan hidup. Karena pada dasarnya terdapat
sinkronisasi antara pertumbuhan ekonomi disuatu negara dengan keutuhaan akan
kelestarian terhadap lingkungan disekitarnya. Dari sinilah peran serta fungsi
pemerintah harus mampu menjadi suatu tonggak yang kuat untuk menjaga
lingkungannya tersebut. Karena dapat dilihat pada akhir-akhir ini justru
pemerintah lah dan kalangan swasta yang dipandang sebagai pihak yang lebih
mengutamakan kepentingan ekonominya sendiri tanpa mengutamakan
kepentingan pelestarian lingkungan.
Tindakan atas suatu kepedulian atau partisipasi atas perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dapat dikaji dari peraturan-peraturan hukum yang
dijadikan sebagai batasan atas segala tindakan yang dilakukan oleh para pihak
yang memiliki kepentingan ekonomi terhadap lingkungan sekitarnya. Karena
pada akhirnya jika peraturan yang dijadikan sebagai payung hukum dapat
dijalankaan dengan baik oleh para pihak yang memiliki berbagai kepentingan
maka pertumbuhan ekonomi disuatu negara juga akan mengalami progress yang
baik pula tanpa merusak lingkungan alam sekitar terlebih lagi tanpa merusak
kehidupan masyarakat dan alamnya.
Pasal 2 UUPPLH menentukan bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilaksanakan atas asas-asas sebagai berikut54
1. Asas tanggung jawab negara, maksudnya pertama negara menjamin
pemanfaatan sumber data alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa
kini maupun generasi yang akan datang. Kedua, negara menjamin baik :
54
57
warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ketiga negara
mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang
menimbulkan adanyan pencemaraan dan / atau kerusakaan lingkungan
hidup.
2. Asas kelestarian dan keberlanjutan adalah bahwa setiap orang memikul
kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan
terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya
pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan
hidup.
3. Asas keserasian dan keseimbangan adalah pemanfaatan lingkungan
hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi,
sosial, budaya, dan perlindungan, serta pelestarian ekosistem.
4. Asas keterpaduan adalah: bahwa perlindungan dan penggelolaan
lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau
menyinergikan berbagai kompenen terkait.
5 Asas manfaat adalah bahwa segala usaha dan/ atau kegiatan pembagunan
yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat
manusia selaras dengan lingkungannya.
6 Asas kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu
usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasaan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alas an untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap
7. Asas keadilan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga
negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.
8. Asas ekoregion bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus memperhatikan karateristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi
geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
9. Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk
mempertahankan keberadaan, keberagamaan, dan keberlanjutan sumber
daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber
daya alam hewani yang bersama dengan unsur non-hayati disekitarnya
secara keseluruhan untuk membentuk suatu ekosistem.
10.Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab yang
usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaraan dan/ atau
kerusakaan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan
lingkungan.
11.Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk
dapat berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
12.Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku
59
13.Asas tata kelola pemerintah yang baik adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efesiensi, dan keadilan.
14.Asas otonomi daerah adalah bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dibidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan
kekhususan dan keragamaan daerah dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
B. Dasar Hukum Perlindungan Dan Penglolaan Lingkungan Hidup
Kekayaan atas suatu negara dapat diukur dari sumber daya alam yang
dimiliki oleh suatu negara yang berlimpah-limpah dan ditata kelola dengan baik
karena dari sumber daya alam tersebut akan memberikan banyak manfaat bagi
manusia dan akan terciptanya kesejahteraan masyarakatnya.Untuk
mempertahankan kemakmuraan atas sumber daya alam suatu negara diperlukan
tindakan dan antisipasi dari masyarakat tersebut yang notabennya sebagai
penikmat dari hasil sumber daya alam yang dimiliki.
Tujuan lingkungan hidup yang terdapat pada UUPPLH adalah adanya
kata-kata pembangunan berwawasan lingkungan. Maksud pembangunan
berwawasan lingkungan adalah melaksanakan pembangunan dengan
memperhatikan kepentingan lingkungan atau dengan kata lain pembangunan
tanpa merusak lingkungan, sehingga akan berguna bagi generasi kini dan
generasi mendatang. Pembangunan adalah upaya-upaya untuk memperoleh
dimanapun berada khusunya dinegara-negara berkembang, pembangunan
merupakan pilihan penting dilakukan guna terciptanya kesejahteraan
penduduknya. Namun demikian, setiap pembangunan tidak terlepas dari adanya
dampak yang merugikan terutama kepada lingkungan.55
Lingkungan menjadi semakin rusak berupa adanya pencemaran dan
kerusakan sumber-sumber hayati seperti penipisan cadangan hutan
(deforestization). Punahnya bermacam-macam biota, baik spesies hewan maupun
tumbuh-tumbuhan. Selain itu terjadi pula berbagai penakit sebagai akibat dari
pencemaran akibat aktifitas kegiatan industri.56
Antisipasi atas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat
dilihat dari ketentuan-ketentuan dari berbagai bentuk peraturan
perundang-undangan yang sekaligus juga menjadi dasar hukum atas perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam suatu negara. Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup(selanjutnya disingkat dengan UULH 1982) memang peraturan tersebut
tidak berlaku lagi karena telah digantikan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 dan kemudian UU No. 23 Tahun 1997 (UULH 1997) juga dinyatakan tidak
berlaku lagi oleh UU No 32 tahun 2009 tentang UUPPLH .
Maka untuk mempertahankan
ketersediaan sumber daya alam tersebut perlu dilakukan perlindungan atas
lingkungan hidup tersebut dan dilakukan secara terus-menerus dengan
melakukan pengelolaan atas lingkungan hidup tersebut .
57
55
N.H.T.Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 18.
56Ibid.,hlm. 19.
57 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo
61
Perkembangan terbaru adalah pemerintah mengundangkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang UUPPLH (LN Tahun 2009 No. 140)
yang menggantikan UULH 1997. Berbeda dari dua undang-undang
pendahulunnya hanya menggunakan istilah pengelolaan lingkungan hidup pada
penamaanya, UU Nomor 32 Tahun 2009 diberi nama Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup agar lebih memberikan makna tentang
pentingnya lingkungan hidup untuk memperoleh perlindungan58
Dasar hukum atas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak
hanya terdapat dalam UUPPLH melainkan diatur dalam peraturan lainnya seperti
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang
Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan
Surat Pernyataan Kesaggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup.
.
59
58Ibid., hlm. 53.
Pasal 3 UUPPLH memuat beberapa tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, yaitu
1. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. menjamin kesehatan dan keselamatan kehidupan manusia;
3. menjamin kelangsungan kehidupan mahkluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
4. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
5. mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup;
59
6. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
yang akan datang;
7. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
8 mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
9. mewujudkan pembagunan berkelanjutan;
10. mengantisipasi isu lingkungan global.
Tujuan dari dibentuknya peraturan mengenai pegelolaan lingkungan hidup
adalah sebagai berikut :60
60
Takdir Rahmadi, Op.Cit., hlm.55.
1. tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;
2. terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
3. terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup;
4. terlaksananya pembagunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang;
5. terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara
yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
Pemaparan atas tujuan dari ketiga undang-undang tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup diatas dapat lah kita simpulkan bahwa hampir
tidak ada perbedaan yang mencolok antara undang-undang tersebut yang
menjadi dasar rumusan atas dasar hukum perlindungan dan pengelolaan
63
C. Instrument Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Peran Masyarakat atas Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Upaya yang dapat dilakukan dalam melakukan bentuk dari pengelolaan
lingkungan hidup dimana salah satunya adalah Rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (selanjutnya disingkat dengan RRPLH). RRPLH
ini merupakan suatu susunan mengenai perncanaan-perencanaan dalam bentuk
tertulis yang didalam perencanaan tersebut mengantisipasi bahkan
menyelesaikan kasus-kasus permasalahan mengenai permasalahan lingkungan
hidup serta mengkaji tentang upaya-upaya perlindungan yang dilakukan serta
pengelolaanya yang kaitannya dengan lingkungan hidup.
Berkaitan dengan lingkungan hidup yang dimana masyarakat selaku
subjek dari lingkungan hidup itu sendiri memiliki peran yang sangat penting atas
kelangsungan hidup. UUPPLH telah memberikan peran kepada manusia untuk
memberikan perannya dalam pengelolaan lingkungan. Tindakan atas ikut
sertanya masyarakat dalam menjaga pengelolaan lingkungan hidup
diwilayahnya.Dengan adanya pengaturan yang tegas dalam Pasal 6 UUPPLH di
atas memberikan suatu keharusan bagi semua pelaku kepentingan dalam
melakukan usaha atau parapelaku ekonomi yang mendirikan perusahaanya
dinegara ini wajib untuk meberikan data-data atas perusahaan yang lengkap serta
memberikan informasi atas kegiatan yang dilakukannya selama dinegara
Indonesia tersebut.
Bentuk perlindungan atas lingkungan hidup yang dilakukan masyarakat
selaku masyarakat tersebut sebagai subjek dari lingkungan hidup itu sendiri
pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam UUPPLH menyatakan
bahwa:61
Upaya yang dapat dijadikan sebagai bentuk perlindungan dan
pengelolaan atas lingkungan hidup suatu negara yaitu dengan menentukan atau
menetapkan baku mutu lingkungan hidup. Dengan melihat banyaknya aktivitas
yang dilakukan baik oleh para pelaku kegitan perusahaan-perusahaan yang
didirikan dinegara ini yang mana proses berjalannya kegiatan perusahaan a. Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
b. Peran masyarakat berupa:
1) Pengawasan sosial;
2) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan
3) Penyampaian informasi dan/atau laporan.
c. Peran masyarakat dilakukan untuk:
1) Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
2) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
3) Menumbuh kembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
4) Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial;dan
5) Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Baku Mutu Lingkungan Hidup (Environmental Quality Standard)
61 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Dan Perlindungan
65
tersebut serta aktifitas yang dilakukannya tidaklah menutup
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perusakaan lingkungan hidup yang dapat terjadi yang
pada akhirnya akan merugikan banyak pihak.
Terdapat suatu hubungan yang sinkron atas pembangunan yang hendak
dicapai dengan lingkungan hidup. Dimana tidak dapat dipungkri Indonesia yang
sampai saat ini masih membutuhkan pembangunan ekonomi guna
menyejahterakan masyarakatnya namun disisi lain negara maupun pemerintah
serta pihak-pihak lainnya juga harus mampu menjaga kelestarian lingkungan
hidup dinegaranya. Untuk itu timbul lah suatu pola pemikiran untuk membuat
suatu standar yang dapat dijadikan sebagai patokan besar untuk menentukan
apakah suatu aktivitas pembangunan termasuk dalam kategori pencemaraan atau
perusakaan lingkungan yang saat ini sangat familiar disebut sebagai baku mutu
lingkungan hidup.
Menelusuri seberapa pentingnya penetapan baku mutu lingkungan
diIndonesia, telah diangkat kepermukaan oleh Mochtar Kusumaatmadja
sebagaimana yang dikutip oleh M. Daud Silalahi, bahwa gagasan tentang
pentingnya menetapkan suatu patokan atau baku mutu lingkungan hidup
diIndonesia untuk pertama kalinya dikemukaan oleh Mochtar Kusumaatmadja
pada seminar nasional tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembagunan
antara lain sebagai berikut:
” mengingat bahwa negara kita sebagaimana juga kebanyakan negara
yang sedang berkembang, memiliki toleransi yang lebih besar terhadap
pencemaran lingkungan, suatu cara yang baik untuk mengkonkretkan atau
lingkungan dalam rencana-rencana pembangunan adalah menetapkan atau
merumuskan ukuran-ukuran minimum yang bertalian dengan lingkungan
(minimum environment standards) untuk setiap sektor kehidupan dan usaha
pembangunan kita. Selain untuk tujuan pengintegrasian faktor Membantu orang
untuk memikirkan distribusi yang lebih merata dari hasil guna pembangunan dan
tidak terlalu terpesona oleh sasaran pertumbungan GNP, dalam arti
aggregate-growth, minimum environmental standards itu diharapkan mempunyai efek
sebagai “ pedoman” bagi usaha nasional secara menyeluruh.62
Dasar dari fungsi atau kegunaaan dari baku mutu lingkungan tersebut :63
Ketentuan tentang AMDAL ini merupakan sebuah ketentuam yang
sangat penting dalam UULH, khususnya dalam melakukan penerapa asas
pembagunan yang berkelanjutan (suistainabledevelopment).Ketentuan ini
tercantum didalam Pasal 18 UULH mengenai dampak lingkungan bagi usaha a. sebagai alat evaluasi bagi badan-badan yang berwenang atas mutu
lingkungan suatu daerah atau kompartemen,
b. berguna sebagai alat penataan Hukum Administratif bagi pihak-pihak
yang berkaitan dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup, seperti
perusahaan dan Industri,
c dapat berguna bagi pelaksana Analisis Dampak Lingkungan (selanjutnya
disingkat dengan AMDAL) yang merupakan konsep pengedalian
lingkungan sejak dini (preventive).
3. Analisis mengenai dampak lingkungan
62Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia (Jakarta: PT Soft Media, 2012), hlm. 78
63
67
dan/atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak besar dan penting
terhadap lingkungan.
Kegiatan proyek pembangunan dalam negara perusahaan-perusahaan
tersebut dalam melaksanakan proyek pembangunannya harus memiliki AMDAL.
AMDAL merupakan bentuk dari salah satu uji dari kelayakan atas lingkungan
yang mana diitujukan untuk memperoleh suatu izin atas berlangsungnya
pembagunan proyek atas suatu perusahaan yang mendirikan perusahaannya
diIndonesia
Proyek yang hendak dibuat sangatlah dibutuhkan karena hal tersebut
akan menjadi sebuah gambaran yang kompleks atas perkiraan atau
dugaan-dugaan yang akan muncul atas dampak dibangunya proyek tersebut dalam suatu
wilayah dan dampak tersebut sangat lah berkaitan dengan lingkungan hidup atas
masyarakat sekitar. Karena atas dilakukannya analisi atas proyek tersebut akan
berkaitan secara relatif terhadap besar kecilnya atas rencana kegiatan yang dibuat
atau mungkin dimana kegitan itu telah berjalan , juga akan terlihat hasil guna dan
daya guna bila rencana kegitan tersebut terlaksana. Mengenai pembentukan
proyek-proyek tersebut juga akan berkaitan dengan keuntungan yang diperoleh
yang mana ditujukan untuk melaksanakan pembangunan ekonomi Indonesia dan
juga dampak negatif ataupun kerugian yang diderita berupa terjadinya
kerusakaan lingkungan hidup.
Dampak lingkungan ditimbulkan sebagai akibat dari kegiatan yang
sedang/sudah berjalan sangat berpengaruh pada kelangsungan kehidupan,
mengapa demikian, karena pada dasarnya kehidupan itu sangat ditentukan oleh
lingkungantersebut. Untuk menjaga dan menghindari timbulnya dampak
lingkungan maka setiap kegiatan perlu dilakukan evaluasi.
4. Perizinan lingkungan
Setiap orang yang akan melakukan setiap usaha yang ada diwilayah
Indonesia atau kegiatan yang didasari adanya wajib AMDAL dalam rangka
melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus melakukan
izin lingkungan. Mengenai perizinan lingkungan diatur dalam Pasal 36 UUPPLH
yang menyatakan bahwa :
a. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal wajib pula
memiliki izin lingkungan,
b. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 ,
c. Izin lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup,
d. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, guberbur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Izin lingkungan merupakan instrumen hukum administrasi yang dapat
digunakan oleh pejabat pemerintah yang berwenang untuk mengatur cara-cara
pengusaha menjalankan usahanya. Dalam sebuah izin pejabat yang berwenang
menuangkan syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan berpa perintah-perintah
ataupun larangan-larangan yang wajib dipatuhi oleh perusahaan. Dengan
69
sudah dikaitkan dengan subjek hukum tertentu. Perizinan memiliki fungsi
preventif dalam arti instrumen untuk pencegahan terjadinya masalah-masalah
akibat kegiatan usaha.64
d. Penyelenggaraan izin lingkungan merupakan upaya pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Pengelolaan sumber daya lingkungan hidup
memperhitungkan kemampuan daya tamping dan daya dukung
lingkungan hidup itu sendiri. Di sisi lain, penyelengaaran izin lingkungan
justru dianggap mempersulit aktifitas investasi diIndonesia. Izin
lingkungan merupaka suatu hambatan bagi pengusaha melakukan
aktifitas sementara oleh beberapa instansi pemerintah, izin lingkungan
hidup dianggap pemyelengaraan kewenangan untuk mendapatkan
pemasukan pendapatan bagi keuangan negara, sehingga pembentukan
UUPPLH yang mengintegrasikan beberapa izin lingkungan menjadi satu Pemohon izin lingkungan yang telah mendapat izin lingkungan, maka
para pemegang izin lingkungan tersebut memiliki beberapa kewajiban:
a. Menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam izin lingkungan
tersebut.
b. Membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan
dan kewajiban dalam izin lingkungan kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota, dan
c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
64
sistem izin lingkungan terpadu memunculkan pertentangan antara
institusi di pemerintahan.65
Ketentuan dalam UUPPLH mengamanatkan peraturan pemerintah
tentang adanya suatu ketentuan mengenai izin lingkungan. Pada tahun 2010,
Kementrian Lingkungan Hidup menyusun adanya sebuah rancangan peraturan
pemerintah mengenai izin lingkungan seperti diamanatkan dalam UUPPLH. Izin
lingkungan sebagai syarat pemberian izin usaha atau kegiatan dan bukan
merupakan suatu ancamn bagi para pembisinis maupun bagi para pelaku
investasi, namun ditujukan untuk memberikan suatu kepastian hukum bagi para
perusahaan yang ada diwilayah Negara Republik Indonesia.66
65Helmi, Op.Cit., hlm. 199. 66
Takdir Rahmadi, Op.Cit., hlm. 110.
Pengertian perizinan lingkungan tidak hanya izin-izin yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan lingkungan, tetapi juga diatur dalam peraturan
perundang-undangan sektoral dan peraturan daerah sepanjang izin-izin berfungsi
sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup.
5.Audit Lingkungan
Audit lingkungan merupakan salah satu dari banyaknya instrument
hukum yang dapat dijadikan sebagai alat yang efektif dan efisien untuk
mengurangi terjadinya kerusakan dan pencemaraan lingkungan hidup.
Pemberlakukan audit lingkungan ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang
melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi. Audit lingkungan yang ditujukan kepada
perusahaan memiliki alasan yang kuat karena pada dasarnya terjadinya
perusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi mayoritas hal itu disebabkan
71
Alasan yang lebih mendasar dibutuhkanya audit lingkungan tersebut
karena adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan upaya pembangunan yang
dimana seiring terjadinya proses peningkatan upaya tersebut akan meningkat
pula dampak-dampak atas lingkungan hidup. Keadan ini semakin mendorong
diperlukan audit lingkungan sebagai upaya pengendalian dampak lingkungan
agar resiko atas pembangunan ekonomi tersebut yang memiliki dampak atas
lingkungan hidup dapat ditekan seminimal mungkin .
Akibat dari pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana serta
bertanggung jawab maka akan terjadi kerusakaan dalam lingkungan hidup
tersebut.diIndonesia penerapan audit lingkungan mula-mula diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep 42/MenLH/11/94
tentang pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan, dimana defenisi dari
audit lingkungan menurut Kep Men LH No. 42/11/94 adalah suatu alat
manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik,terdokumentasi, periodik
dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistematis manajemen
dan peralatan dengan tujuan memafasilitasi kontrol manajemen terhadap
pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan dan pengkajian penataan terhadap
peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.67
Bentuk dari perbuatan seseorang yang merugikan orang lain ialah
pencemaran lingkungan yang dalam istilah lain disebut juga sebagai kerusakan
D Tanggung Jawab atas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
67
lingkungan jadi pencemaran lingkungan atau perusakan lingkungan, maupun apa
saja yang dikategorikan merugikan orang/pihak dalam kepentingan lingkungan
hidupnya, termasuk sebagai perbuatan melawan hukum (onrechmatigedaad).68
Pada UUPPLH menetapkan beberapa kewajiban-kewajiban yang harus
dipatuhi oleh setiap pemilik usaha atas segala kegiatan usahannya yang memiliki
dampak atas lingkungan hidup:
Terjadinya kerusakaan lingkungan yang terjadi pada suatu negara akibat
dari berbagai kegiatan yang dilakukan atas lingkungan tersebut dapat diterapkan
tanggung jawab mutlak atau disebut (strict liability). Dimana pengertian dari
asas tanggung jawab mutlak atau strict liability yaitu adanya suatu proses dan
sifat dari suatu kegiatan yang masih didalam batas-batas kelaziman atau masih
bersifat normal atau telah berada diluar batas-batas kelaziman. Sehingga dalam
hal dilakukannya penerapan tanggung jawab mutlak tersebut sangat lah
bergantung atas kegiatan yang dilakukan.
69
2 Penanggung jawab usaha dan/atau dapat dibebaskan dari kewajiban
membayar ganti kerugian sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat (1) 1 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan usaha dan kegiatannya
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah
bahan beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang
ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan
seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup
68 N.H.T.Siahaan, Op.Cit., hlm. 307.
69Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
73
jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan dibawah ini:
a. adanya bencana alam atau peperangan; atau
b. adanya keadaan terpaksa diluar kemampuan manusia;
c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya
pencemarasan dan/atau perusakaan lingkungan hidup.
3 Terjadinya kerugian yang disebabkan ooleh pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, pihak ketiga bertanggung jawab membayar
ganti rugi’’.
Pengertian terhadap ketentuan dalam Pasal 35 UUPPLH diatas
menyatakan bahwa asas tanggung jawab mutlak tersebut kesalahan yang dibuat
tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggungat sebagai dasar pembayaran ganti
kerugian. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan terhadap
perbuatan melanggar hukum pada umumnya, dan besarnya jumlah nilai ganti
kerugian yang dibebankan atas perbuatan pencemaran atau perusakan lingkungan
hidup menurut pasal diatas ditetapkan sampai batas tertentu.70
Asas tanggung jawab mutlak yang mengakibatkan adanya bentuk ganti
kerugian ketentuan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum atas penerapan
tanggung jawab mutlak yaitu Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa: “ Tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang kena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”. Prinsip yang digunakan
dalam pasal diatas adalah: liability based on fault dengan beban pembuktian
yang memberatkan penderita. Ia baru akan memperoleh ganti kerugian bila ia
berhasil membuktikan adanya unsure kesalahan pada pihak tergugat. Kesalahan
disini merupakan unsur yang menentukan pertanggungjawaban, yang berarti bila
tidak terbukti adanya kesalahan, tidak ada kewajiban member ganti kerugian.71
James E.Krier mengemukakan bahwa doktrin tanggung jawab mutlak
dapat merupakan bantuan yang sangat besar dalam peradilan mengenai
kasus-kasus lingkungan, karena banyak kegiatan-kegiatan yang menurut pengalaman
menimbulkan kerugianterhadap lingkungan merupakan tindakan-tindakan yang
berbahaya, untuk mana dapat diberlakukan ketentuan tangggung jawab tanpa
kesalahan.
Penerapan atas asas tanggung jawab mutlak berbeda dengan penerapan
Pasal 1365 KUHPdt yang mana harus menunjukan adanya unsur kesalahan atau
pelanggaran yang telah dibuat sedangkan dalam konsep tanggung jawab mutlak
diartikan sebagai suatu bentuk kewajiban yang bersifat mutlak sebagai akibat
dari adanya suatu konsekuensi atas terjadinya suatu kerusakan dimana tidak
adanya suatu persyaratan tentang perlu adanya kesalahan.
72
Salah satu ketentuan lainnya yang menjadi hal penting atas penerapan
asas tanggung jawab mutlak yaitu beban pembuktian sehingga jika terjadinya
suatu sengketa yang berkaitan dengan lingkungan seseorang wajib bertanggung
jawab atas perbuatan yang dibuatnya dan membayar kerugian yang ditimbulkan
kecuali ia dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah sehingga bebas dari
tuntutan.
71 Koesjono Soemantri, Op.Cit., hlm. 390.
72 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
BAB IV
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN PATUNGAN (JOINT
VENTURE COMPANY) DALAM PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
A. Tanggung Jawab Administrasi Perusahaan Patungan (Joint Venture
Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Banyaknya kasus mengenai permasalahan lingkungan saat ini yang mulai
bermunculan seiring dengan maraknya aktivitas masyarakat itu sendiri seperti
dalam bidang industri, bisnis agrikultur (pertanian, perkebunan, perikanan),
agrofrestry (bisnis komoditi kehutanan), properti, konstruksi, dan sebagainya.
Kasus-kasus lingkungan,tidak hanya terjadi antara pelaku usaha dengan pihak
masyarakat, tetapi juga antara sesama pelaku usaha dalam hal ini interaksi usaha
yang berakses lingkungan dan sumber daya, antara pelaku usaha dengan
pemerintah/pengelola kebijakan, dan antara masyarakat dengan pemerintah pula.
Bahkan antara sesama masyarakat sendiri bisa terjadi sengketa menyangkut
lingkungan.73
Lingkungan hidup saat ini menjadi sebuah aset bagi suatu negara dalam
melaksanakan pembagunan. Oleh karena itu, sangat wajar kalau pemerintah
melakukan perlindungan terhadapnya. Sebab kalau terjadi perusakan atau
pencemaran lingkungan hidup, maka pemerintah dapat mengambil
langkah-langkah pencegahan dan tindakan represif. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
tersedianya 3 wadah atau sarana yang dijadikan dalam menuntut pelanggaran
terhadap lingkungan hidup, yaitu sarana hukum administrasi, sarana hukum
73
perdata,dan sarana hukum pidana. Ketiga sarana hukum ini memegang peranan
yang sangat penting dalam penegakan hukum lingkungan hidup.74
Dampak atas kerusakan lingkungan hidup dapat bersifat tidak terpulihkan
(irreversible), maka dari itu sebaiknya pengelolaan lingkungan hidup itu
seharusnya lebih ditekankan kepada upaya yang bersifat pencegahaan
dibandingkan pemulihan. Kajian dari hukum lingkungan itu sendiri memiliki
fungsi yang sangat penting karena salah satu dari bidang hukum lingkungan , Menyelesaikan sengketa yang muncul dalam cakupan lingkungan hidup
para pihak yang terkait memiliki berbagai pilihan dalam menyelesaikan masalah
lingkungan hidup tersebut yakni dapat melalui jalur pengadilan atau disebut
sebagai jalur litigasi, dan dapat pula dengan melalui jalur luar pengadilan yang
sifatnya alternatif atau sering disebut sebagai penyelesaian sengketa alternatif.
Namun terdapat beberapa pengecualian dimana para pihak tidak dapat
menyelesaikan sengekta tersebut melalui jalur non-litigasi jika hal-hal tersebut
menyangkut tindakan kriminal(environmental crime),karena jikalau tindakan
atas kerusakaan lingkungan hidup tersebut telah mencakup unsur tindakan
criminal maka harus diselesaikan oleh jalur pengadilan.
Pelaksanaan terhadap penegakan hukum lingkungan dapat diartikan
sebagai penggunaan atau penerapan instrumen-instrumen serta sanksi-sanksi
dalam lapangan hukum administrasi dengan dasar sebagai suatu alat pemaksa
bagi setiap subjek hukum untuk mematuhi setiap aturan yang telah dibuat dan
akan dikenakan sanksi-sanksi jika subjek hukum itu sendiri melanggar aturan
yang telah dibuat.
74
77
yaitu hukum lingkungan administrasi memiliki fungsi preventif atau
pencegahaan serta fungsi korektif terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak
memenuhi ketentuan persyaratan-persyaratan.75
Sanksi yang dapat dikenakan atas perusahaan patungan (joint venture
company) tersebut terdiri atas terguran tertulis yang diberikan kepada perusahaan
patungan tersebut, paksaan pemerintah dalam bentuk tindakan pencegahaan dan
penghentian pelanggaran yang dilakukan perusahaan patungan tersebut (joint
venture company) misalnya perusahaan patungan yang sedang beroperasi
tersebut sedang melakukan pembangunan tempat usaha tanpa mengatur tempat
pembuangan limbah perusahaan patungan tersebut maka pejabat yang berwenang
setelah melalui pemeriksaaan mengetahui bahwa perusahaan patungan tersebut
tidak memiliki izin pembuangan limbah perusahaan patungan tersebut, maka
dapat melakukan tindakan paksa atas perusahaan patungan (joint venture
company) guna menghentikan mesin peralatan yang digunakan oleh kegiatan
usahanya sampai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan patungan itu
memenuhi ketentuan ketentuan hukum administrasi, pembekuan izin lingkungan
atas perusahaan patungan (joint venture company) tersebut,dan sangsi Perusahaan patungan atau joint venture company yang aktivitas atas
berjalanya perusahaan patungan tersebut menimbulkan dampak-dampak yang
merugikan bagi negara dalam UUPPLH diatur ketentuan tentang sangsi
administrasi yang dikenakan atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
perusahan patungan(joint venture company) tersebut.
75
adminitrasi yang terakhir yaitu pencabutan izin lingkungan perusahaan
tersebut.76
Tindakan paksaan yang dapat dilakukan pemerintah atas aturan yang
tidak dipatuhi oleh pemilik usaha juga diatur dalam UUPPLH , tindakan paksaan
tersebut meliputi77
76 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 76.
77Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 80. :
1. penghentian sementara kegiatan produksi;
2 pemindahan sarana produksi;
3. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
4. pembongkaran;
5. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
6. penghentian sementara seluruh kegiatan atau
7. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan
memulihkan fungsi lingkungan hidup.
Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan :
1. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
2. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya;dan/atau
3. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
79
Terkait tindakan paksa pemerintah atas perusahaan patungan (joint
venture company) tersebut dapat dilaksanakan secara langsung tanpa adanya
terguran terlebih dahulu yang diberikan pemerintah kepada perusahaan patungan
(joint venture company) tersebut, hal ini dikarenakan kerugian yang dibuat oleh
perusahaan patungan (joint venture company) tersebut menimbulkan dampak
yang besar dan kerusakaan lingkungan yang sangat serius.
Contoh kasus terkait perusahaan patungan yang dilakukan oleh Australia
dengan Indonesia dalam bidang pertambangan batu bara di Kalimantan selatan,
dimana perusahaan besar pertambangan tersebut mendapat sanksi administrasi
dari pemerintah namun awalnya perusahaan pertambangan tersebut mendapat
peringatan keras dan bila terulang kasus pencemaran lagi maka akan berhadapan
dengan hukum. Akibat tercemarnya Sungai Balangan, ikan-ikan budidaya oleh
masyarakat Kabupaten Balangan mati dan menimbulkan kerugian materi
mencapai miliaran rupiah, dimana kerugian yang diderita masyarakat sampai 2.7
miliyar. Pembekuan izin serta pencabutan izin usaha atas perusahaan patungan
(joint venture company) merupakan jalan terakhir yang dapat diambil oleh
pemerintah atas dilakukannya penegakan hukum adiministrasi dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup jika perusahaan patungan
tersebut tidak melaksanakan semua ketentuan yang disyaratkan.
Subjek hukum yang bersengketa didalam persoalan mengenai lingkungan
hidup yaitu perusahaan-perusahaan dalam hal ini perusahan patungan (joint
venture company)ataupun yang dapat berbentuk perseorangan ataupun subjek
hukum lain yaitu badan hukum serta pejabat pemerintah yang member keputusan
sengketa karena dikeluarkanya putusan terkait pemberian izin lingkungan yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang tersebut.
B Tanggung Jawab Perdata Perusahaan Penanaman Modal Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Menyelesaikan sengketa lingkungan hidup dalam ruang lingkup tanggung
jawab perdata para pihak yang terkait baik itu individu maupun perusahaan dapat
mengambil jalur melalui pengadilan ataupun disebut jalur litigasi atau sebaliknya
melalui jalur diluar pengadilan atau non-litigasi. Namun jika jalur yang ditempuh
diluar pengadilan tersebut tidak mencapai kata sepakat atau tidak berhasil maka
oleh salah satu pihak yang tidak mencapai kata sepakat tersebut dapat
membawanya melalui jalur litigasi.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan bermula dari
adanya gugatan dari masyarakat atas kerugian yang dirasakan atas berdirinya
perusahaan patungan tersebut (joint venture company) di sekitar lingkungan
masyarakat tersebut. UUPPLH menyediakan dua bentuk tuntutan yang dapat
diajukan oleh masyarakat atau pihak yang merasa dirugikan yaitu meminta ganti
kerugian dan meminta perusahaan patungan tersebut melakukan tindakan
tertentu, sebagaimana yang dalam Pasal 87 ayat (1) UUPPLH. Agar pihak
perusahaan dijatuhi hukuman seperti yang dituntut oleh masyarakat, maka harus
ditentukan terlebih dahulu,bahwa tergugat benar-benar dapat dituntut
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul tersebut. Di dalam ilmu hukum
terdapat dua jenis tanggungan gugat, yaitu tanggung gugat berdasarkan
81
kesalahan (liability without fault) atau yang sering juga disebut dengan strict
liability.78
Tanggung gugat berdasarkan kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan
patungan (joint venture company) didasarkan atas akibat atau dampak dari
aktivitas-aktivitas perusahaan patungan terhadap lingkungan hidup masyarakat
sekitar, sedangkan tanggung gugat tanpa kesalahan yaitu kegiatan-kegiatan yang
“ menggunakan bahan-bahan berbahaya dan beracun atau menghasilkan dan/atau
mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun dan/ atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup.79
Rumusan atas ketentuan di atas secara jelas telah menunjukan
unsur-unsurnya menunjuk kepada hal atau syarat yang khusus yang mengandung unsur,
yaitu
Pasal 88 UUPPLH menyatakan bahwa “ setiap otang yang tindakannya,
usahanya, dan/atau kegiatanya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau
mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa
perlu pembuktian unsur kesalahan.
80
78
Takdir Rahmadi, Op.Cit., hlm. 268-269. 79Ibid., hlm. 270.
80
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 88.
:
1. setiap orang (perseorangan atau badan usaha), dalam hal ini dikaitkan
kedalam perusahaan patungan (joint venture company) selaku pihak yang
aktivitas atas perusahaannya menimbulkan kerusakan bagi lingkungan hidup
2. adanya suatu tindakan, usaha atau kegiatan dari perusahaan patungan (joint
venture company ) yang menimbulkan dampak yang buruk.
3. Menggunakan B3.
4. Perusahaan patungan tersebut (joint venture company)menghasilkandan/
atau mengelola limbah B3,
5. aktivitas perusahaan patungan tersebut menimbulkan ancaman yang serius
terhadap lingkungan hidup yang berada disekitar tempat perusahaan itu
berdiri.
6. Tanggung jawab timbul secara mutlak atas kerugian yang terjadi.
Dasar dari prinsip pertanggung jawaban perdata terhadap kerusakan
lingkungan hidup dibebankan kepada perusahaan patungan tersebut karena
sebagian besar kerusakan lingkungan hidup disebabkan ulah dari perusahaan
patungan (joint venture company) itu sendiri dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Tujuannya agar jangan sampai sistem bisnis lebih mengutamakan
perolehaan keuntungan yang besar tanpa memperdulikan lingkungan hidup itu
sendiri sehingga akan mengalahkan sistem lingkungan dengan asas keserasian
dan keseimbangan bertujuan untuk menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia demi melindungi wilayah negara Indonesia.81
Pemaparan tentang adanya prinsip pertanggung jawaban perdata
ditegaskan dalam Pasal 87 UUPPLH pada ayat (1) “ setiap penanggung jawab
usaha dan/ atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
81Gatoto Supramono, Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Indonesia (Jakarta:
83
pada orang lain atau lingkungan hidup wajib melakukan pembayaran ganti rugi
dan/atau melakukan tindakan tertentu’’.
Tanggung gugat berdasarkan kesalahan ditemukan dalam rumusan Pasal
1365 KUHPerdata. Bahwa ketentuan dalam Pasal 1365 KUHPerdata ini
menganut tanggung gugat berdasarkan kesalahan dapat dilihat unsur-unsur
rumusan pasal tersebut, yaitu :
1. perbuatan perusahan patungan (joint venture company) tersebut harus
bersifat melawan hukum;
2. tindakan perusahaan tersebut harus termasuk dalam kategori perbuatan yang
salah ;
3. adanya kerugian yang dirasakan oleh salah satu pihak atau masyarakat
akibat dari perbuatan perusahaan tersebut atau pihak lain;
4. adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan perusahaan tersebut dengan
kerugian yang dihasilkan oleh perusahaan patungan tersebut .
Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 87 UUPPLH pada ayat (1)
tersebut sejalan pula dengan ketentuan pada Pasal 1365 KUHPdt yang berbunyi
sebagai berikut“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang tersebut karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
Pengertian dalam tindakan perbuatan melawan hukum terdapat dalam
beberapa makna, yaitu:
1. berlawanan atautidak sesuai dengan ketentuan hukum si pelaku tersebut,
2. melanggar hak-hak milik orang lain,
4. memiliki pertentangan dengan asas-asas kepatutan.
Mengenai kerugian yang ditimbulkan maka para pihak yang merasakan
dampak kerugian tersebut harus dapat membuktikan unsur hubungan sebab
akibat antara perbuatan dengan kerugian yang dialami penderita. Misalnya kasus
pencemaran lingkungan hidup, maka si penggungat harus dapat membuktikan
bahwa kerugian yang dideritanya disebabkan oleh karena aktivitas pabrik atau
industri dari perusahaan patungan (joint venture company).Pembuktian hal ini
sangat sulit karena kompleknya sifat-sifat zat kimiawi dan reaksinya satu sama
lain maupun reaksinya dengan komponen abiotik dan biotik didalam suatu
ekosistem yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan masyarakat disekitar
pabrik perusahaan tersebut.82
Penyelesaian sengketa lingkungan yang bersifat perdata, tetap mengacu
kepada sistem pembuktian yang terdapat dalam Hukum Acara Perdata. Oleh
karena itu,untuk membuktikan apakah telah terjadi tindakan pelanggaran hukum
terhadap lingkungan tersebut, titik tumpuannya terletak pada unsur-unsur yang
terdapat pada Pasal 1365 KUHPdt . Cakupan pada unsurnya terdapat pada Pasal
1365 BW, yaitu (a) unsur kesalahan; (b) unsur hubungan kausal.83
Penerapan tanggung jawab pidana kepada pelaku pencemar dan perusak
dari lingkungan hidup merupakan ultimum remedium atau upaya hukum terakhir
C. Tanggung Jawab Pidana Perusahaan Penanaman Modal Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Penggelolaan Lingkungan Hidup
82
Takdir Rahmadi, Op.Cit., hlm. 270.
83
85
yang diambil karena upaya-upaya hukum lainnya tidak memberikan efek jera
kepada para pelaku. Sehingga tanggung jawab hukum pidana itu bukan
merupakan suatu upaya pencegahan ataupun upaya pemulihan lingkungan hidup,
melainkan suatu efek penjera kepada para pelaku. yang mungkin saat ini masih
dapat dikatakan sebagai dampak sanksi yang cukup efektif.
Pengaturan atas penerapan tanggung jawab pidana lingkungan hidup
dalam ketentuan perundang-undangan tidak lain karena maraknya permasalahan
dibidang lingkungan hidup. Dimana pihak-pihak yang menjadi korban
(victim)dari perusahaan patungan (joint venture company)dari kejahatan pidana
dibidang lingkungan hidup tersebut pastinya sangat membutuhkan adanya
perlindungan dari kerugian yang dideritanya.
Tindak pidana yang dilakukan oleh perusahaan patungan (joint venture
company) atau korporasi diatur dalam Pasal 98 dan 99 UUPPLH. Berdasarkan
kriteria yang dapat dikatakan bahwa tindak pidana tersebut merupakan tindak
pidana yang dilakukan oleh perusahaan patungan di bidang lingkungan hidup
(environmental corporate crime) adalah sebagai berikut:84
84 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang UUPPLH, Pasal 117.
1. Tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas nama perusahaan joint venture
company tersebut. Sanksi pidana yang dijatuhkan selain kepada perusahaan
tersebut, juga kepada mereka yang memberi perintah melakukan tindak
pidana, atau yang bertindak sebagai pemimpin atas perusahaan patungan
tersebut (joint venture company) atau kedua-duanya. Menurut Pasal 117
2. Tindak pidana yang dilakukan atas nama perusahaan patungan (joint venture
company) dan dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja
maupun berdasarkan hubungan lain, yang bertindak dalam perusahaan
patungan (joint venture company) tersebut.
Rumusan tentang pertanggung jawaban pidana korporasi sebagai subjek
hukum pidana diatur dalam Pasal 47 sampai 53 rancangan KUHP(RKUHP).
Sedangkan rumusan tentang tindak pidana lingkungan hidup diatur dalam pasal
384-389 RKUHP. Pasal 47 RKUHP menyatakan secara tegas bahwa “ Korporasi
merupakan subjek tindak pidana”. Adanya ketentuan yang menyatakan secara
tegas bahwa “ korporasi merupakan subjek tindak pidana”, menunjukkan adanya
jangkauan pertanggung jawaban pidana korporasi dan telah menunjukan adanya
akses perlindungan terhadap korban kejahatan korporasi untuk memperoleh
keadilan, yakni penerapan perlindungan hak-hak korban kejahatan sebagai akibat
dari terlanggarnya hak asasi yang bersangkutan.85
Perusahaan patungan (joint venture company) dapat dipertanggung
jawabkan secara pidana harus dikaitkan dengan strict liability, karena suatu
perusahaan patungan sulit dilihat dari hal “mampu bertanggung jawab” atau
melihat perusahaan patungan (joint venture company) melakukan tindak pidana
dengan kesalahan berupa kesengajaan atau kelalaian, sehingga lebih baik melihat
perusahaan patungan yang telah melakukan tindak pidana maka hukuman pidana
merupakan suatu konsekuensi. Dalam hal ini yang dimaksud dengan strict
liability adalah suatu bentuk pertanggungjawaban tanpa kesalahan (liability
without fault), yang dalam hal ini pembuat sudah dapat dipidana jika telah
85 Muhammad Topan, Kejahatan Korporasi di Bidang Lingkungan Hidup (Bandung:
87
melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana yang telah dirumuskan dalam
undang-undang.
Terdapat 2 macam tindak pidana yang diperkenalkan dalam UUPPLH,
yaitu delik materil (generic crimes) dan delik formil (specific crimes). Generic
Crimes merupakan perbuatan melawan hukum yang menyebabkan pencemaran
atau perusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh perusahaan patungan
(joint venture company) tersebut, sehingga akibat dari kerusakan lingkungan
tersebut masyarakat menjadi resah karena alam lingkunganya menjadi rusak dan
tercemar ,dan tentunya perbuatan perusahaan tersebut relatiif berat. Generic
crime yang dilakukan secara sengaja diancam pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda setinggi-tingginya Rp.500.000.000,00. Jika perbuatan seperti itu
menimbulkan kematian, ancaman hukumannya adalah 15 tahun penjara dan
denda sebesar Rp.750.000.000,00. Untuk generic crimes yang dilakukan karena
kelalaian, ancaman hukumanya adalah tiga tahun penjara dan denda
setinggi-tingginya Rp.100.000.000,00. Apabila perbuatan ini menimbukan kematian,
pelakunya dapat diancam pidana penjara selama-lamanya 5 tahun dan denda
setinggi-tingginya Rp.150.000.000,00.86
Delik formil (specific crimes) diartikan sebagai perbuatan atau tindakan
membuang limbah di atas baku mutu lingkungan yang telah ditentukan itu bukan
telah berakibat tercemar atau rusaknya lingkungan. Hanya saja perusahaan
patungan (joint venture company)sebagai pelaklu telah melanggar ketentuan
hukum administrasi (ketentuan pembuangan limbah atas berdirinya perusahaan
tersebut). Tentunya perbuatan perusahaan patungan (joint venture company)
86 Sukandi Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
bukan termasuk kategori perbuatan yang relatif berat, belum berakibat berat bagi
lingkungan hidup masyarakat sekitar. Oleh karena itu delik formil dikenal juga
dengan sebutan Admininstrative Dependent Crimes(ADC). Specific crime diatur
dalam Pasal 43 dan 44. Specific crimes yang dilakukan secara sengaja diancam
pidana penjara selama-lamanya 6 tahun dan denda maksimum sebesar
Rp.300.000.000,00.Specific crimes yang dilakukan karena kelalaian diancam
pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda terti nggi sebesar
Rp.100.000.000,00. Delik formil (specific crimes) yang terdapat dalam Pasal 43
dan 44 UUPLH kedua pasal tersebut menginsyaratkan adanya pelanggaran”
aturan-aturan hukum administrasi” seperti halnya pelanggaran terhadap izin87
Tindak pidana yang dilakukan oleh perusahaan patungan (joint venture
company) maka ancaman ketentuan hukuman pidanya ditambah sepertiga.
Disamping adanya pidana denda maka korporasi tersebut yang melakukan tindak
pidana bisa dijatuhkan hukuman pokok berupa denda dan hukuman tambahan
lainnya berupa tindakan tata tertib terhadap perusahaan patungan (joint venture
company) sebagai berikut:
.
88
87Ibid., hlm. 123.
88
Ibid, hlm. 124.
1. Perampasan keuntungan perusahaan patungan(joint venture company)yang
diperoleh dari tindak pidana tersebut (fruit of crime)