DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL
SKRIPSI SARJANA
O L E H
NAMA: RISKA PRISILA NIM : 100707008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL
SKRIPSI SARJANA
NAMA: RISKA PRISILA NIM : 100707008
Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Fadlin, M.A Arifninetrirosa, SST.M.A
NIP. 196102201989031003 NIP. 196502191994032002
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D ( )
2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd ( )
3. Drs. Fadlin, M.A ( )
4. Arifninetrirosa, SST. M.A ( )
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,
i
ABSTRAK
Munalo dalam bahasa Gayo adalah penyambutan. Tari Munalo adalah suatu tarian yang disajikan dalam penyambutan upacara perkawinan (mungerje) dan
penyambutan tamu-tamu penting. Dalam pembahasan ini penulis lebih memfokuskan kepada proses berlangsungnya pertunjukan Munalo yang disajikan.
Pada Tari Munalo gerakan yang dilakukan terdapat ragam gerak dan juga mempunyai arti tersendiri. Tari Munalo ditarikan minimal oleh 2 orang penari
perempuan dan 1 orang penari laki-laki yang di sebut juga dengan penari Guel. Tari
Munalo pada saat sekarang sudah menjadi tari yang dikreasikan sesuai dengan perkembangan jaman.
Gerakan yang terdapat di dalam Tari Munalo tidak terlepas dengan musik sebagai pengiring tarian tersebut. Iringan musik pada Tari Munalo sangat berperan penting terhadap penari sebagai pengatur tempo gerakan di dalam tarian dan
memperindah tarian. Bukan hanya penting bagi penari tetapi juga untuk menambah kemeriahan pada acara penyambutan. Adapun alat musik yang digunakan sebagai pengiring Tari Munalo yaitu gegedem, canang dan gong.
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif untuk mendapatkan
data yang akurat tentang kesenian Tari Munalo yang ditampilkan dengan tahap pengerjaan lapangan, pendeskripsian data, dan penulisan laporan. Pengumpulam data terkait dengan metode wawancara, studi kepustakaan, obeservasi dan dokumentasi.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan serta rahmat dan karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikann skirpsi ini yang berjudul DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL.
Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir yang diselesaikan ini merupakan salah satu tahap untuk dapat belajar lagi karena belajar bukanlah hal yang memiliki batas.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada kedua orang tua saya yaitu Ibunda saya Hj. Nurainun dan ayahanda saya H. Amris Chalid serta kepada abang saya Anzalik S.T, kakak-kakak saya Mula
Sarana A.md, Mila Rohanti A.md dan Tety Adriyani S.E.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. Muhammad Takari M.Hum, Ph.D selaku ketua Departemen Etnomusikologi. Begitu
iii
kasih kepada segenap dosen dan pegawai Departemen Etnomusikologi, tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada informan Bapak H. Ibrahim Kadir dan
informan lainnya yang telah bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya untuk berbagi dalam pengumpulan data penulis.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada orang-orang terdekat saya Muhammad Rizky Firmansyah, Ayu Triana Putri Matondang, Kezia Ulimarina
Purba, Deby Sartika Gea, Falyas Tathi Yunis, Yurika Miraza S.Mn, Jackry Octora Tobing yang telah membantu saya dan memberikan dukungan serta semangat sampai penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya saya berterima kasih kepada teman-teman seperjuangan yaitu Etno Sepuluh yang sudah menjadi teman buat saya selama masa
perkuliahan. Tidak lupa juga saya berterima kasih kepada Evi Nenta Sipahutar S.Sn yang telah membantu saya dalam proses gerak pertunjukan dalam tari yang saya bahas ini dan kepada Mario King Sianipar yang sudah juga membantu saya dalam pentranskripsian.
Penulis telah berusaha memberikan yang terbaik dalam menyelesaikan tulisan ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan-masukan dan saran yang bersifat membangun dalam mengembangkan tulisan ini.
Medan, … Oktober 2014 Penulis
iv
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Konsep dan Teori... 7
1.4.1 Konsep ... 7
1.4.2 Teori ... 9
1.5 Metode Penelitian ... 11
1.5.1 Studi Kepustakaan ... 12
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan ... 12
1.5.2.1 Observasi ... 12
1.5.2.2 Wawancara... 13
1.6 Kerja Laboratorium ... 13
1.7 Lokasi Penelitian ... 14
BAB II: GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GAYO DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ... 15 2.1 Asal Usul Masyarakat Gayo... 15
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Gayo Di Medan ... 17
2.3 Letak Geografis Dan Pemerintahan Kecamatan Medan Sunggal ... 19 2.4 Sistem Kepercayaan Dan Agama ... 21
2.5 Sistem Kekerabatan ... 22
2.6 Mata Pencaharian ... 26
2.7 Kesenian ... 27
BAB III: DESKRIPSI PERTUNJUKKAN TARI MUNALO PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO di MEDAN SUNGGAL ... 30 3.1 Asal Usul Munalo ... 30 3.2 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Pada Masyarakat
Gayo.
v
3.3 Tahapan Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo di Medan Sunggal ...
33 3.4 Deskripsi Pertunjukkan Tari Munalo Pada Upacara Medan
Gayo di Medan Sunggal ... 36
3.5 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Pertunjukkan .... 40
3.5.1 Lapangan ... 41
3.6 Pendukung Pertunjukkan ... 41
3.6.1 Penari ... 42
3.6.2 Pemusik ... 43
3.6.3 Penonton ... 44
3.7 Perlengkapan Pertunjukkan ... 44
3.7.1 Alat Musik ... 44
3.7.1.1 Gegedem ... 44
3.7.1.2 Canang ... 45
3.7.1.3 Gong ... 46
BAB IV: PENDESKRIPSIAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN ...
4.5 Analisis Musik Iringan ... 87
4.5.1 Pola Ritme Musik Pengiring Tari Munalo ... 88
4.6 Model Nilai Notasi ... 89
4.6.1 Ritme Musik Munalo ... 90
4.6.2 Teks Nyanyian Pengiring Tari Munalo ... 95
vi
Gambar 3.1 Pengantin Perempuan Menunggu Kedatangan Pengantin Laki-Laki ...
37 Gambar 3.2 Pengantin Perempuan Diantar Ke Tempat Pengantin
Laki-Laki Berdiri ... 38
Gambar 3.3 Posisi Pengantin Saat Dilaksanakan Tari Munalo... 39
Gambar 3.4 Penari Munalo Dan Penari Guel ... 42
Gambar 4.13(a) Ragam Transisi... 67
Gambar 4.13(b) Ragam Transisi... 68
Gambar 4.14 Ragam Transisi... 69
Gambar 4.15 Ragam Transisi... 70
Gambar 4.16(a) Ragam Transisi... 71
Gambar 4.16(b) Ragam Transisi... 72
Gambar 4.17 Ragam Transisi... 73
Gambar 4.18(a) Ragam Transisi... 74
Gambar 4.18(b) Ragam Transisi... 75
Gambar 4.19 Ragam Transisi... 76
Gambar 4.20(a) Ragam Transisi... 77
Gambar 4.20(b) Ragam Transisi... 78
Gambar 4.20(c) Ragam Transisi... 79
Gambar 4.21(a) Ragam Transisi... 80
vii
DAFTAR TABEL
Gambar 4.22 Ragam Transisi... 82
Gambar 4.23(a) Iulesi Kerawang …... 83
Gambar 4.23(b) Iulesi Kerawang ... 83
Gambar 4.24 Ragam Cincang Nangka ... 84
Gambar 4.25 Penari Munalo Perempuan ... 85
viii
Tabel 2.1 Data Pns di Kecamatan Medan Sunggal ... 20 Tabel 2.2 Perincian Nama Kelurahan, Luas Wilayah, Dan Jumlah
Penduduk ... 22 Tabel 2.3 Penduduk Kecamatn Medan Sunggal Dan Sebaran
1
DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT GAYO di MEDAN SUNGGAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kesenian pada etnik Gayo sudah mulai banyak di ketahui oleh masyarakat lain di
luar etnis Gayo itu sendiri. Banyak orang yang mengetahui bahwa Gayo identik dengan kesenian Didong1. Sesungguhnya masih banyak lagi kesenian lainnya yang terdapat di dalamnya terutama pada tari penyambutan yang di kenal dengan sebutan
Tari Munalo. Tari Munalo sendiri digunakan untuk menyambut pengantin maupun penyambutan tamu-tamu penting.
Setiap upacara perkawinan pada masyarakat Gayo khususnya di Aceh Tengah selalu mengadakan riah-rie (pesta bersuka cita) yaitu sebuah pertunjukan seni budaya yang sudah dilakukan secara turun temurun yaitu berupa pertunjukan didong, bunyi
musik yang dihasilkan oleh alat musik canang, syair dan lain sebagainya yang bertujuan untuk meramaikan dan memeriahkan suasana perkawinan. Masyarakat Gayo sendiri sangat mecintai dan menghargai kesenian yang tumbuh dan berkembang
di daerahnya. Adat istiadat serta kecintaan pada tanah kelahiran menumbuhkan berbagai ragam seni budaya dalam kehidupan mereka. Apalagi dalam suatu upacara
1
2
perkawinan masyarakat Gayo sendiri tidak merasa puas apabila tidak menampilkan salah satu atau beberapa dari kebudayaan mereka sendiri.
Pada masa lampau untuk memeriahkan upacara-upacara para penyelenggara
(sukut bersinte) mengadakan tari penyambutan dengan Tari Guel. Tari Guel sendiri hanya ditarikan oleh 2 orang penari laki-laki diantaranya adalah guru didong dan gajah putih (Bener Meria). Tari Guel sendiri dahulunya tidak dipertontonkan oleh
rakyat ramai dan ini hanya bersifat khusus seperti penjemputan raja dan penjemputan pejabat penting lainnya. Sedangkan untuk menyambut tamu dalam perkawinan masyarakat Gayo, perempuan ikut serta dalam penyambutan kepada pihak tamu dari
aman mayak (pengantin laki-laki). Maka para seniman tari menata dan menciptakan Tari Munalo dalam perkawinan dengan mengikut sertakan dan menggabungkan penari laki-laki dan perempuan. Namun akar tari dari Tari Munalo tetap di ambil dari Tari Guel kemudian dikembangkan. Ciri khas dari Tari Guel adalah berupa gerak,
lagu, dan musik serta kesenian yang ada di daerah Takengon. Tari Munalo dalam penyambutan perkawinan ini adalah sebuah hasil karya tari yang sudah dikreasikan dan bersumber dari tari tardisional yang berkembang dalam lingkup masyarakat
Gayo, kabupaten Aceh Tengah.2
Tari Munalo adalah salah satu kesenian yang terdapat di dataran tinggi tanah Gayo terutama pada kabupaten Aceh Tengah. Tari Munalo merupakan gabungan dari beberapa sastra yang berupa seni sastra, seni musik, dan seni gerak (tari). Jumlah
minimal dalam Tari Munalo adalah 3, diantaranya 2 penari perempuan dan 1 penari
2
3
laki-laki dan maksimal ditarikan 11 orang penari diantaranya 10 penari perempuan dan 1 penari laki-laki. Tari Munalo dipersembahkan untuk menyambut tamu
mempelai laki-laki (aman mayak) dan pengantin wanita (inen mayak) serta tamu-tamu pengiring/rombongan lainnya dimana sebelumnya sudah dilaksanakan akad nikah.
Setelah akad nikah mempelai pengantin laki-laki kembali ke rumah persinggahan
mereka yang biasanya tidak jauh dari rumah mempelai perempuan untuk berganti pakaian dan mempersiapkan kembali tamu pengiring dari pihak laki-laki dan sedangkan mempelai pengantin perempuan berada di rumahnya untuk berganti
pakaian sembari menunggu mempelai pengantin laki-laki datang. Adapun waktu yang diberikan untuk bertukar pakaian adalah kesepakatan dari kedua belah pihak antara 15-20 menit. Setelah ada pemberitahuan bahwa pihak mempelai laki-laki akan datang pihak perempuan pun mulai bersiap-siap untuk menunggu di depan pagar rumah.
Sesampai pihak mempelai laki-laki datang bersama rombongan, pihak perempuan di antar orang tuanya untuk bersanding dengan pihak mempelai laki-laki dan didampingi dengan kedua orang tua pihak mempelai wanita dan laki-laki serta
rombongan yang mengikuti pengantin dari belakang. Setelah keduanya siap barulah mereka di sambut dengan Tari Munalo.
Munalo adalah suatu rangkaian prosesi menyambut, menjemput, dan mengarak pada upacara perkawinan masyarakat Gayo. Kegunaan tarian ini untuk memuliakan
4
silaturahim diantara kedua belah pihak sehingga menjadi akrab serta memeriahkan suasana perkawinan.
Pada saat sekarang tidak semua masyarakat Gayo yang ada di kota Medan
menggunakan Tari Munalo sebagai penyambutan pengantin. Ada beberapa alasan tersendiri mengapa tarian ini jarang ditampilkan dalam upacara perkawinan diantaranya adalah masih sedikitnya sanggar di Medan yang bisa menampilkan tarian
ini serta tidak semua masyarakat Gayo yang ada di Medan mengetahui keberadaan Tari Munalo sendiri.3
Dalam etnik Gayo untuk menghormati tamu serta melambangkan suatu kegembiraan dalam upacara perkawinan mereka juga menggunakan beberapa alat
musik pukul seperti gegedem4, canang5, dan gong6 sambil mendendangkan beberapa lagu. Musik iringan tentunya sangat berpengaruh dalam sebuah gerakan tarian yaitu untuk memperindah gerakan tarian dan pola gerak yang ada dalam Tari Munalo
sangat bergantung kepada ritmik musik. Jadi apabila Tari Munalo tidak menggunakan
musik pengiring makanya tari ini di anggap cacat dan tidak bisa mengatur keharmonisan dalam gerak tari itu sendiri sehingga tarian itu menjadi tidak sempurna. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi modern Tari Munalo juga ada
yang menggunakan alat musik modern seperti keyboard sebagai tambahan pengiring
3
Hasil w aw ancara oleh Rizka Jannatan, 2 Juni 2014. 4
Gegedem / repana adalah sejenis gendang sepert i rebana yang berbentuk lingkaran dan pipih sepert i gendang m elayu.
5
Canang merupakan sebuah alat musik seperti gong kecil yang di pukul dengan st ick yang t erbuat dari kuningan.
6
5
tapi tanpa menghilangkan penyajian keaslian budaya itu sendiri. Akan tetapi pada upacara perkawinan adat Gayo yang penulis teliti tetap memakai alat musik
traditional Gayo tanpa menambahkan alat musik modern. Hampir semua kegiatan kehidupan masyarakat Gayo menggunakan musik baik itu sebagai media komunikasi mereka ataupun hiburan pada masyarakat Gayo. Selain alat musik sebagai pengiring
tari Munalo, vocal juga sangat berperan penting dalam Tari Munalo yang berperan untuk melantunkan lagu seiring musik berjalan.
Adapun konteks sebuah pengiring dalam tari memimliki bentuk beberapa aspek yaitu dari segi bentuk, gaya, ritem, suasana maupun penggabungan dari aspek-aspek
tersebut. Maka dari uraian-uraian yang telah disebutkan diatas penulis tertarik untuk menuliskan judul “Deskripsi Pertunjukan Tari Munalo Dan Musik Iringan Pada Upacara Perkawinan Adat Gayo di Medan Sunggal”.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka penulis menemukan beberapa pokok masalah yang ingin di bahas, yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana penyajian pertunjukan Tari Munalo yang diadakan di Medan Sunggal ?
2. Bagaimana bentuk musik serta alat yang digunakan sebagai pengiring Tari
6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sebuah tujuan penelitian pasti mengarah kepada apa yang ingin dituliskan yang
pada akhirnya dapat dirumuskan untuk mendapat gambaran ataupun hasil yang akan di dapat. Adapun tujuan dari penulisan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui penyajian pertunjukan Tari Munalo.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk iringan musik dan alat yang di pakai sebagai pengiring Tari Munalo dalam upacara adat perkawinan Gayo di Medan
Sunggal.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dituangkan melalui tulisan hendaknya dapat
memberikan dampak positif kepada pembaca. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk menambah referensi tentang Tari Munalo sebagai salah satu kebudayaan tradisional Gayo di Indonesia dan khususnya buat masyarakat Gayo yang ada di kota Medan.
2. Sebagai pendokumentasian tertulis agar kebudayaan suku Gayo tidak punah dan dapat lebih mengembangkan Tari Munalo serta alat musik tradisionalnya. 3. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di departemen
7
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau
gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita lingkar untuk menentukan hubungan empiris (Mely G. Tan (1992:21). Tari merupakan sebuah karya yang di bentuk dari gabungan beberapa seni seperti seni sastra, seni musik, seni rupa, dan seni drama. Corrie
Hartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh dan ruang.7 Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah.”
Munalo yang berarti tarian penyambutan yang terdapat dalam kesenian masyarakat Gayo, terbagi atas 2 fungsi dalam penjemputan yaitu penjemputan kepada tamu-tamu penting seperti raja serta para pejabat lainnya dan penjemputan pengantin.
Yang di bahas dalam tulisan ini adalah Munalo dalam perkawinan yang artinya penjemputan pengantin.
Tari Munalo adalah tari untuk penyambutan pengantin. Tari yang dipersembahkan oleh pihak keluarga perempuan untuk menyambut kedatangan pihak
pengantin laki-laki serta tamu rombongan. Setelah akad nikah selesai dilaksanakan pihak pengantin laki-laki ditempatkan di sebuah rumah singgah (umah selangan) yang letaknya tidak jauh dari rumah pengantin perempuan untuk berganti pakaian.
7
8
Pada saat itu telah ada kesepakatan waktu dari pihak kedua keluarga mempelai pengantin antara 15-20 menit. Setelah ada pemberitahuan kedua mempelai pengantin
selesai berganti pakaian, pihak laki-laki datang bersama rombongan menuju rumah pengantin perempuan dan pengantin perempuan sudah bersiap-siap menunggu di depan pagar rumahnya. Pihak pengantin laki-laki beserta rombongan berhenti dengan
jarak 5-10 meter dari tempat pengantin perempuan berdiri. Lalu pengantin perempuan di antar kedua orang tuanya ketempat pengantin laki-laki berdiri serta masing-masing pengantin didampingi orang tua mereka dan rombongan yang lain mengikut di
belakangnya. Setelah semua siap barulah musik dimainkan dan Tari Munalo mulai ditarikan dengan penari yang berjumlah 7 diantaranya adalah 6 penari perempuan dan 1 penari laki-laki dimana penari laki-laki (guru didong) menghampiri pasangan
pengantin yang didampingi dengan penari perempuan untuk memberi hormat serta mengajak kedua mempelai pengantin untuk ikut bersama mereka dengan iulesi kerawang (diselimuti kerawang gayo)8 kepada kedua mempelai pengantin dan mengaraknya sampai ke pelaminan.
Deskrispi adalah segala sesuatu yang kita lihat maupun kita dengar dalam
suatu penelitian dan ditulis kedalam sebuah tulisan. Yang dimaksudkan bentuk iringan musik dalam penulisan ini adalah setiap babak atau tahapan-tahapan dari pola gerak dan musik yang dilakukan mulai dari pola ritem, alat musik yang dimainkan,
8
9
tangga nada, melodi, harmoni, nyanyian yang dihubungkan dengan tari, dan lain sebagainya.
Upacara perkawinan adat Gayo di Medan yang dimaksudkan dalam tulisan ini
adalah masyarakat etnik Gayo yang sudah berpindah dan menetap di kota Medan. Adat yang berarti budaya yang merupakan tradisi yang dilakukan dari waktu ke waktu secara turun temurun. Di dalam adat Gayo pada tulisan ini dimaksudkan
kepada pemakaian adat Gayo yang di pakai oleh masyarakat Gayo itu sendiri walaupun mereka sudah berpindah ataupun menetap di Medan. Yang di maksud masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (1993:106-107), yaitu
sebagai asosiasi manusia yang ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terbatas sifatnya, sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu. Dan Soerjono Soekanto juga menambahkan bahwa istilah masyarakat sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kepentingan-kepentingan, dan lain
sebagainya.
1.4.2 Teori
Teori adalah sebagai kerangka penulisan dalam suatu penelitian. Adapun
teori-teori yang dituliskan dalam penulisan ini adalah melalui kajian dan studi kepustakaan berupa dari buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan (relevan) serta mendukung masalah penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai acuan atau
10
Sumantri (1993:143) mengatakan, teori juga merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
Menurut Murgiyanto (1996:156) kata seni pertunjukan secara umum memiliki
arti tontonan yang bernilai seni seperti drama, tari, musik yang ditarikan secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan Tari Munalo penulis juga menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa
pertunjukan selalu memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya.
Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari, ditambah
dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).
Musik dan tari adalah salah satu perpaduan yang sempurna untuk menghasilkan suatu tarian ataupun pertunjukan yang harmonis. Apalagi di dalam Tari Munalo sendiri musik dan gerak tari sangat saling berkaitan satu sama lain dimana
ritem pada musik merupakan hitungan gerak dalam tari.
Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio
11
(Sachs,1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan antara keduanya adalah
waktu, yaitu berupa gerak ritmis (musik dan tari) serta tempo.
Untuk mengetahui ritme yang dimainkan oleh musik pengiring Tari Munalo
penulis menggunakan pendekatan yang di kemukakan oleh Nettl (1963 : 98) yaitu :
“kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan
apa yang kita lihat”.9
1.5 Metode Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode yang bersifat kualitatif
dimana peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya baik itu dari referensi buku, wawancara dengan beberapa nara sumber bahkan terjun langsung ke lapangan sehingga mendapatkan hasil yang deskriptif untuk menghasilkan data-data yang di
kumpulkan baik berupa gambar, lisan maupun tulisan. Seperti yang di kemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (1988), metode kualitatif dijadikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.
Penelitian ini juga mengacu pada disiplin etnomusikologi seperti yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Nettl (1964:62) yaitu penelitian etnomuiskologi di bagi adalah dua jenis perkerjaan yakni kerja lapangan (field work) dan kerja
9
12
laboratorium (desk work). Metode peneliatian analisis yang digunakan dalam ritme musik iringan Tari Munalo mengacu kepada skirpsi sarjana Bapak Fadlin 1988
tentang Studi Deskriptif Konstruksi dan Dasar-Dasar Pola Ritem Gendang Melayu Sumatera Timur.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Untuk melengkapi pengumpulan data penulis mencari informasi melalui literatur-literatur ysng dapat membantu proses pemecahan masalah dalam penulisan
skripsi ini. Literatur ini dapat berupa buku-buku, skripsi, jurnal maupun bacaan yang berhubungan dengan penulisan judul skripsi ini.
Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan teori-teori,
konsep dan lainnya. Selanjutnya hasil yang di dapat dalam studi kepustakaan ini akan dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi.
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
1.5.2.1 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang termasuk dalam pengumpulan data di lapangan. Obeservasi dilakukan untuk melihat langsung acara yang akan di
13
Kemudian pendapat ini di perkuat lagi dengan pendapat Muhammad Ali (1987:25) yang mengatakan bahwa: “Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak menggunakan teknik yang disebut dengan pengamatan.”
Berdasarkan teori yang penulis kutip di atas, penulis mengumpulkan informasi yang diperlukan dengan cara mengamati subjek penelitian, misalnya proses
berjalannya Tari Munalo, sarana dan prasana yang diperlukan dan masalah yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan pengamatan.
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara juga merupakan sebuah proses untuk melengkapi sebuah data yang akan dituangkan dalam tulisan. Wawancara di lakukan dengan 2 tahapan yang pertama adalah wawancara yang dilakukan dengan format dalam arti sudah
mempersiapkan data-data pertanyaan yang akan diajukan kepada informan dan yang kedua wawancara sambil lalu yang artinya perbincangan antara penulis kepada informan dengan tidak terfokus kepada penelitian tetapi masih mengarah kepada
penelitian yang di tuju.
1.6 Kerja Laboratorium
14
transkripsi pada ritem musik. Hal ini dilakukan sebagai pendokumentasian tertulis dari sebuah penelitian.
Terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) dalam mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, yaitu (1) kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu mendeskripsikan apa
yang kita lihat. Dari kedua pendekataan di atas penulis lebih mengacu kepada pendekatan kedua. Penulis juga akan melakukan transkripsi untuk menuliskan musik iringan yang digunakan dalam proses pertunjukan tari Munalo. Transkripsi adalah proses pemindahan bunyi yang di dengar dan menuliskannya di atas kertas dalam
betntuk notasi.
1.7 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Amal Gg. Keding Karang no. 84f kecamatan Medan Sunggal dengan penyajian tari dari sanggar renggali. Penelitian ini di lakukan di lokasi tersebut karena disana terdapat cakupan lingkup penduduk
15
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GAYO DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL
2.1 Asal Usul Masyarakat Gayo
Gayo berasal dari kata “Pegayon” yang artinya tempat mata air yang jernih
dimana tempat ikan suci (bersih) dan kepiting. Kebudayaan Gayo telah ada sejak orang Gayo bermukim diwilayah dataran tinggi Gayo dan mulai berkembang pada masa Kerajaan Linge pertama abad X M (abad IV).
Dalam sejarah, penduduk yang mendiami kampung Kebayakan dan Bebesen merupakan kampung inti di Gayo Lut (laut), dimana mempunyai satu anggapan
bahwa asal usul mereka berbeda. Masyarakat yang mendiami kampung Kebayakan beranggapan bahwa mereka adalah suku asli Gayo sedangkan masyarakat yang mendiami kampung Bebesen mereka berkata bahwa mereka berasal dari Batak, salah
satu diantaranya berasal dari Tanah Karo yang lebih terkenal disebut dengan Batak 27 (disebut dengan batak 27 dikarenakan dalam sejarah dahulunya ada 27 orang masyarakat Batak yang datang ke Tanah Gayo). Dan masih belum jelas kapan peristiwa itu terjadi.
(alhafizniselianymailcom.blogspot.com.es/2012/02/asal-usul-masayarakat-gayo.html?m=1)
Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah Al Kahar, pada abad ke 16M pernah tujuh pemuda dari tanah Karo bertamasya ke Tanah Gayo,
16
(H. AR. LAtief, 1995:81). Sedangkan menurut Dr. C. Snouck Hougronje, kedatangan Batak 27 adalah pada masa kejuruan (raja) bukit telah memeluk Islam. Kejuruan
bukit adalah salah satu bagain dari para raja yang ada di Gayo dan memiliki hubungan baik dengan kerjaan yang lainnya. Kedatangan orang-orang dari Tanah Karo yang dikenal dengan istilah “Batak 27” ini melahirkan nama-nama Belah atau
Klan di Gayo dengan nama yang hampir sama dengan marga yang ada di Tanah Karo sendiri. Seperti klan Munthe, Cibero, Melala, Lingga, Tebe dan yang di Karo disebut Munthe, Sibero, Meliala dan sebagainya.
Sebagian pendapat masyarakat bahwa orang Gayo adalah berasal dari
orang-orang yang lari dari daerah Peureulak, Aceh Timur ke daerah pedalaman karena tidak mau masuk Islam. Kata-kata Gayo yang artinya dengan kata-kata dalam bahasa Aceh, yaitu “Ka-Yo” yang berarti “sudah takut”. Meskipun tidak ada penjelasan ilmiah mengenai hal ini, namun jika di lihat dari letak daerah Gayo dalam peta Aceh, tidak
mustahil jika orang-orang Gayo pada zaman dahulu berasal dari penduduk daerah Peureulak, Aceh Timur atau daerah Pasee, Aceh Utara melalui sungai-sungai yang hulunya berada di daerah Gayo pedalaman. Hal yang lebih dekat lagi mengingat
kedua daerah Peureulak dan Pasee berada di pinggir pantai Aceh yang menghadap ke Selat Melaka, yaitu daerah hubungan lalu lintas antar bangsa yang ramai dalam kawasan Asia Tenggara.
Hingga saat ini penduduk Gayo ini dibagi menurut daerah kediamannya. Suku
17
serba jadi sembung-lukup (sekarang Kabupaten Gayo Lues-red). Suku bangsa Gayo mendiami daerah dataran tinggi Gayo atau sering disebut Tanoh Gayo, komunitas
masyarakatnya untuk saat ini yang banyak mendiami 5 kabupaten di Aceh yaitu Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Tamiang dan Gayo Lues. Pada dasarnya suku bangsa Gayo terdiri dari tiga bagian atau kelompok, Gayo laut
mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah, Gayo Lues mendiami daerah Gayo Lues dan Aceh Tenggara serta Gayo Blang mendiami sebagian kecamatan di Aceh Tamiang.
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Gayo di Medan
Sebagai sekelompok masyarakat yang membatasi identitas budayanya, etnik
Gayo juga memiliki cara hidup yang berbeda dengan etnik yang lainnya. Secara individual kebudayaan berarti segenap logika, etika, maupun estetika dalam pembangunan kepribadian setiap manusia antara hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan penciptanya.
Medan merupakan sebagain dari salah satu kota yang memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang dan kompleks. Sekelompok etnis Gayo berasal dari
provinsi Daerah Istimewa aceh pada bagian tengah. Wilayah asli orang Gayo sendiri biasanya disebut dengan Dataran Tinggi Tanoh Gayo yang merupakan bagian dari seputaran bukit barisan yang berada di pulau Sumatera.
Sekitar tahun 1950 para pendatang etnis Gayo mulai memasuki wilayah
18
yang perantauan yaitu seperti bapak Usup Rakawali yang sekarang sebagai pensiunan Dosen UNIMED dan bapak alm. H. Daut SH. Setelah tahun 1960-an barulah terlihat
penambahan pendatang etnis Gayo di Medan, terutama pada akhir 1960-an dan seterusnya. Dan pada tahun 1970 terjadi peningkatan yang signifikan.
Menurut informan bapak Hasan, dari tamat SLTA melanjutkan kuliah di Medan pada tahun 1973. Pada tahun 1973 itu di Takengon tidak ada universitas
disana, karena ingin menlanjutkan pendidikan yang lebih tinggi beliau harus merantau ke Medan. Pada umumnya perantau orang Gayo yang datang ke Medan ingin melanjutkan pendidikan pasti menginginkan pekerjaan sebagai guru atau
pegawai negeri. Setelah mendapatkan pekerjaan tetap barulah beliau merasa nyaman tinggal di kota Medan. Dahulu orang-orang di Takengon apabilah sudah merantau ke Medan pasti tidak ingin kembali ke Takengon, mereka lebih baik melanjutkan pendidikan di Medan dari pada harus balik ke Takengon dan menjadi petani. Pada
waktu itu bukan hanya Medan yang jadi tujuan untuk melanjutkan pendidikan, tapi sebagian besar juga ada yang melanjutkan pendidikan ke Banda Aceh. Sebelum 1970-an untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi hanya berkisar 70%
dikarenakan tingkat perekonomian yang masih sulit pada masa itu.
Menurut informan bapak Mansuriah, datang ke Medan pertama sekali bukan untuk melanjutkan pendidikan tetapi melanjutkan usaha dan menjadi wirausaha pada tahun 1980 serta mengembangkan usahanya. Perputaran di kabupaten sangat berbeda
19
seperti bidang jasa, agen mobil, perkebunan coklat, perkebunan kopi dan lain sebagainya. Walaupun prospek usaha di Medan tetap saja ada naik dan turun tetapi
tetap menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dibandungkan di Aceh Tengah. Setelah beliau berhasil akhirnya beliau mempunyai keluarga di Medan dan tinggal sampai sekarang di Medan. Sesekali beliau kembali ke Takengon untuk melihat
keluarga yang lain disana. (skripsi sarjana Gusmiari 2009).
2.3 Letak Geografis dan Pemerintahan Kecamatan Medan Sunggal
Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu diantara 21 kecamatan di kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang terdiri dari 6 Desa ataupun keluarahan. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang
seperti Aceh, Minang, Batak, Tionghoa dan Jawa. Sedangkan suku asli suku Melayu Deli sekitar 40% saja.
Di kecamatan ini terdapat sebuah lembaga pendidikan yang beralamat di Jl.
Medan Sunggal yang cukup terkenal bernama Yayasan Budi Bersubsidi Sunggal. Lembaga pendidikan ini menghasilkann cukup banyak menghasilkan banyak lulusan yang telah berhasil di dunia pendidikan dan dunia bisnis.
Dari sisi pemerintahan, kecamatan Medan Sunggal ini dipimpin oleh seorang
20
Tabel 2.1
Data PNS di kecamatan Medan Sunggal
No. Nama NIP Jabatan
1. Syahrul Efendi Rame, S.Sos 196903221990091001 Camat
2. Rudy Asriandy, S.STP 197612251995111001 Sekcam
3. Yusreina I.Lubis SP 197005091998032005 Kasubag Umum
4. Ardi Sani Manulang S.E 197703132006111001 Kasubabag Keuangan
5. Elfianti Pohan S.E 197806232002122002 Kasi Pemerintahan
6. Drs. Suharto P.Hasibuan 196881001990091001 Kasi Trantip
7. Drs. Ruslan Isra Pulungan 196610311993021001 Kasi Kesos
8. Hobbiner 196303161986031007 Lurah Simpang Tanjung
9. Subhan fajri Harahap, STTB 198412222003121001 Lurah Lalang
10. Abu Kosim S.Sos 196908211993031007 Lurah Tanjung Rejo
11. H. Kasrin S.E 19700925208011002 Lurah Babura
12. Derliana 196112311985032035 Lurah Sei Sikambing B
13. Jalaluddin Nasir Pohan S.E 1967100519900910021 Lurah Sunggal
Sumber: Kantor Kecamatan Medan Sunggal (2014)
Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah 13,9 km2 dan mempunyai 6 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 112.744 jiwa. Adapun batas wilayah kecamatan Medan Sunggal adalah sebagai berikut :
21
Sebelah Timur berbatasan dengan kecamaran Medan Polonia.
Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Medan Johor.
Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Petisah.
Perincian jumlah penduduk dan luas wilayah tiap kelurahan di medan sunggal ini dapat kita lihat pada tabel 2.2 berikut
Tabel 2.2 Perincian nama Kelurahan, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
No. Kelurahan Luas (km2) Persentase Luas Wilayah (%) Jumlah Penduduk
1. Sunggal 4,93 34,90 30.599
2. Tanjung Rejo 3,50 25,00 31.094
3. Babura 1,06 5,70 9.214
4. Simpang Tanjung 0,32 2,30 863
5. Sei Sikambing B 2,84 23,20 23.146
6. Lalang 1,25 8,90 18.051
Sumber: Kantor Camat Medan Sunggal (2014)
2.4 Sistem Kepercayaan dan Agama
Pada umumnya masyarakat gayo beragama Islam. Oleh karena itu sistem
22
dengan sederhana sekedar memperingati hari bersejarah umat Islam dan juga dengan upacara keagamaan yang lainnya.
Pada zaman dahulu masyarakat gayo juga memiliki sistem kepercayaan
kepada kekuautan gaib dan kekuatan sakti. Kepercayaan pada kekuatan gaib masih dapat kita temui dalam kegiatan tolak bala. Kegiatan tolak bala ini dilakukan jika terjadi suatu musibah seperti suatu penyakit yang menyerang secara masal. Upacara
ini dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti di bawah pohon atau tempat yang di anggap masyarakat memiliki kekuatan gaib. Upacara ini dilakukan dengan disertai saji-sajian berupa makanan.
2.5 Sistem Kekerabatan
Sebagaimana masyarakat Aceh lainnya masyarakat Gayo juga menganut sistem keluarga batih, dimana sebuah rumah tangga terdiri atas keluarga kecil yaitu ayah, ibu, dan anak yang belum menikah. Jika seorang anak sudah menikah ia juga
akan membangun rumah tangga sendiri sebagai keluarga batih. Dalam suatu keluarga batih semua kegiatan merupakan tanggung jawab bersama sekeluarga.
Hal yang paling mendasar dalam etnis gayo adalah tutur bahasa, apabila tutur ini tidak diterapkan baik dalam keluarga maupun masyarakat maka yang
bersangkutan termasuk golongan orang yang tidak berakhlak baik. Dalam bahasa gayo panggilan bapak atau ibu harus dikembalikan kepada tutur bahasa gayo yaitu
23
“pun” karena kedudukannya menurut tutur entis gayo sangat mulia dan dihormati. Adapun 63 tutur bahasa dalam etnis gayo, adalah:
1. Rekel : Generasi paling tua
2. Entah : Turunan dari rekel
3. Muyang : Moyang, di bawah entah
4. Datu : Para datu yang berada di bawah moyang (1 sampai dengan 4
sudah termasuk leluhur)
11.Uwe : Kakak tertua dari ibu kandung
12.Ama Kul : Bapak Wo (saudara laki-laki sulung dari bapak)
13.Ine Kul : Mal wo (istri dari Pak Wo atau istri abang tertua dari bapak)
14.Ama : Bapak 15.Ine : Ibu
16.Ama Engah : Bapak Engah (tengah) adik dari bapak
17.Ine Engah : Ibu Engah (tengah) adik dari ibu
24
20.Encu Rawan : Ucu (terbungsu) laki-laki 21.Encu Banan : Ucu (terngusu) perempuan
22.Ibi : Bibi (adik atau kakak kandung dari bapak) 23.Kil : Suami dari Bibi, apabila bibi ikut suami
24.Ngah/Encu : Perubahan Kil menjadi Engah atau Encu apabila ikut
30.Empurah : Mertua (orang tua dari istri) 31.Tuen : Mertua (bapak dari istri)
32.Inen Tue : Mertua (ibu dari istri) 33.Lakun : Sebutan sesame ipar
34.Inen Duwe : Istria bang dengan istri adiknya abang
35.Kawe : Istri abang dengan dengan saudara perempuan dari suaminya 36.Era : Adik laki-laki dari abang dengan istri abang yang bersangkutan 37.Temude : Abang dari istri
38.Impel : Anak bibi yang menikah dengan anak dari saudara laki-lakinya (anak saudara perempuan dari ibu)
39.Kumpu : Cucu
25
41.Ungel : Anak semata wayang (tunggal)
42.Aman Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk bapak)
43.Inen Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk ibu) 44.Aman Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk bapak) 45.Inen Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk ibu)
46.Aman Mayak : Remaja (laki-laki yang telah menikah dan belum memiliki keturunan)
47.Inen Mayak : Remaja (putrid yang telah menikah dan belum
memiliki keturunan)
48.Empun : perubahan panggilan dari posisi kakek (awan) menjadi Empun dengan memanfaatkan salah satu nama cucu
49.Win : Panggilan untuk anak laki-laki 50.Ipak : Panggilan untuk anak perempuan
51.Periben : Untuk nama yang bersamaan atau sesama suami dari istri yang bersaudara kandung
52.Uti, Mok, Item, Ecek, Ucak, Onot : Panggilan kesayangan. Yang
dimaksudkan panggilan tersebut boleh jadi karena warna kulit, raut wajah maupun bentuk badan.
53.Serinen : Satu saudara kandung laki-laki maupun perempuan
54.Biak : Kenalan yang sudah di anggap seperti suadara
55.Dengan : Saudara laki-laki dengan saudara perempuan kandung 56.Pun : Saudara laki-laki dari ibu
26
58.Pun Kul : Abang kandung sulung dari ibu
59.Pun Lah : Abanfg kandung ibu antara sulung dengan yang bungsu
60.Pun Ucak : Abang kandung ibu yang bungsu 61.Kile : Menantu laki-laki
62.Pemen : Menantu perempuan
63.Until : Anak saudara kandung perempuan
Dari 63 tutur bahasa Gayo di atas sekiranya sudah cukup untuk mewakili dari semua tutur yang ada maupun yang tidak tertera. Tutur di atas sudah cukup menjelaskan dan mengetahui siapa kita di dalam kekeluargaan.
2.6 Mata Pencaharian
Menurut data yang penulis dapat di lapangan, secara umum masyarakat di kecamatan medan sunggal memilik berbagai macam profesi mata pencaharian seperti abri, PNS, pedagang dan lain-lain. Namun potensi utama masyarakat Medan Sunggal
adalah PNS. Berikut ini adalah data yang penulis peroleh di lapangan:
No. Mata
Sei Sikambing B Lalang
1. Petani 750 988 517 5 689 397
2. PNS 2.552 2.680 1.256 66 2.574 1.988
27
Sumber: Kantor Lurah Sekecamatan Medan Sunggal
2.7 Kesenian
Kebudayaan tidak pernah terlepas dari kata kesenian. Setiap kebudayaan pasti mempunyai ciri khas kesenian yang berbeda-beda. Pada etnik Gayo sendiri salah satu
unsur budaya yang paling mengikat yaitu keseniannya. Kesenian yang terjadi ini terus berkembang. Kesenian merupakan ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif
(Koenjtaraningrat,1982:395-397).
Adapun beberapa keberagaman kesenian pada kebudayaan Gayo, yaitu :
1. Didong
Didong adalah salah satu kesenian masyarakat Gayo yang menggabungkan
28
Dan para pendapat lain mengatakan bahwa didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti agama dan “dong” berarti dakwah. Didong merupakan seni
berdendang yang ditampilkan oleh 2 kelompok dengan masing-masing grup terdiri dari 25-30 orang yang duduk melingkar selama semalam suntuk. Didong ada sejak zaman Reje Linge XIII dan sampai sekarang. (id.wikipedia..org/wiki/didong)
2. Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo. Guel yang diartikan
membunyikan. Tarian ini merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik, dan seni tari itu sendiri. Tarian ini sepenuhnya terinspirasi dari perwujudan alam, lingkungan dan kemudian dirangkai dengan sedemikian rupa melalui gerakan-gerakan simbolis
dan hentakan irama. Tari Guel biasanya disajikan pada saat penyambutan tamu-tamu penting ataupun terhormat.
3. Tari Munalo
Tari Munalo merupakan tari kreasi yang berasal dari Tari Guel. Munalo yang artinya menjemput. Tarian ini berproses seperti memanggil, menjemput serta mengajak. Tarian ini khusus ditarikan untuk menyambut pengantin ataupun tamu-tamu penting lainnya.
4. Melengkan
29
Gayo. Biasanya juga ini dilakukan dalam acara kepemerintahan Aceh Tengah maupun pernikahan masyarakat Gayo.
5. Tari Resam Berume
Tarian ini merupakan suatu gambaran kehidupan masyarakat Gayo yang saling bergotong royong dalam pekerjaan berume (bersawah). Ragam gerak dalam tarian ini di ambil dari aktifitas masyarakat Gayo yang sedang bersawah setiap harinya.
6. Tari Bines
Tari bines disebut sebagai “belahan jiwa” dari tari saman. Tarian ini hanya
ditarikan oleh perempuan saja. Tari Bines muncul dikarenakan pada dahulu perempuan tidak boleh menarikan Tari Saman yang keras dan kencang serta diikuti
dengan memukul-mukul dada. Tari ini diawali dengan lantunan syair yang dinyanyikan beralun dan dinyanyikan lebih dahulu oleh seorang dari penari yang terdepan.
7. Sebuku (Pepongoten)
30
BAB III
DESKRIPSI PERTUNJUKAN TARI MUNALO PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO di MEDAN
3.1 Asal-Usul Tari Munalo
Tari Munalo merupakan salah satu kesenian etnis Gayo yang terdapat di
Dataran Tinggi Tanah Gayo. Tari Munalo biasanya di pakai untuk penyambutan tamu-tamu penting. Tari Munalo sendiri berasal dari Tari Guel yang dikembangkan. Tari Munalo berasal dari beberapa gabungan seni seperti seni sastra, seni musik, seni
gerak. Pada awalnya untuk menyambut tamu-tamu penting tari yang di pakai adalah Tari Guel. Biasanya tarian ini digunakan untuk menjemput raja-raja, gubernur, dan
tamu penting lainnya. Tari Guel juga tidak untuk diperlihatkan orang banyak. Untuk lebih memperindah dan meramaikan penyambutan para pakar seniman menciptakan Tari Munalo.
Tari Munalo adalah suatu bentuk kesenian yang merupakan hasil dari kreasi masyarakat Gayo yang didasarkan atas alam atau lingkungan dan situasi tata kehidupan masyarakat yang dapat diibaratkan berupa gerak-gerak simbolis serta hentakan anggota tubuh yang berirama, serta bermakna menyambut tamu dalam suatu
upacara perkawinan.
Tari Munalo ditarikan dengan penari perempuan sebagai penari Munalo dan penari laki-laki sebagai penari Guel. Penari Munalo diposisikan sebagai pengiring
31
Setiap upacara perkawinan di beberapa daerah diadakan tari penyambutan demikian pula dengan daerah Gayo di Aceh Tengah, Tari Munalo ini dikreasikan
berdasarkan Tari Guel yang memiliki tujuan sebagai penyambutan tamu. Tari Munalo
ini dianggap cukup penting dalam upacara perkawinan masyarakat Gayo. Hal ini dikarenakan Tari Munalo adalah merupakan salah satu simbol pernghormatan untuk
menyambut tamu agung, contohnya kedua mempelai pengantin beserta tamu rombongan.
Begitu juga masyarakat Gayo di kota Medan mereka juga membawa kesenian khas Tari Munalo ini ke kota Medan sebagai salah satu kota perantauan mereka.
Gerakan yang ditarikanpun sama dengan yang ditarikan di Aceh Tengah. Pada dasarnya ragam gerak Tari Munalo disebut dengan beberapa istilah, yaitu: salam semah, gerak kipes,puter tali, kepur nunguk, dan cincang nangka.
3.2 Gambaran Umum Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Gayo
Perkawinan (mungerje) tentunya menjadi salah satu upacara tradisional yang berkaitan dengan daur hidup bagi masyarakat Gayo itu sendiri. Aturan-aturan serta adat yang dilakukan telah lama hadir dan hingga sampai sekarang tetap dilaksanakan.
Proses perkawinan tentunya harus ada ikatan janji diantara kedua belah pihak pengantin serta keluarga kedua mempelai pengantin.
Dalam pasal undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang pernikahan, yang mendefenisikan bahwa pernikahan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
32
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangakan menurut Bachtiar (2004) pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua
hati yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang
kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup berhgaul guna memelihara kelangsungan hidup manusia di bumi.
(http://smktpi99.blogspot.com/2013)
Dalam adat perkawinan (mungerje) masyarakat di Gayo apabila sudah sampai
umur 18 hingga 20 tahun sudah diwajibkan kawin baik laki-laki maupun perempuan. Adapun sistem adat etnis Gayo dalam perkawinan yaitu :
1. Apabila laki-laki ataupun perempuan sedang menjalin hubungan dengan orang lain maka hendak di kenalkan kepada orang tua dan langsung dikawinkan.
2. Apabila laki-laki ataupun perempuan tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain maka orang tua yang akan mencarikan pasangan anaknya.
Di dalam perkawinan masyarakat Gayo terkhususnya di Medan biasanya berlangsung dengan konseptual dan praktis mulai dari proses perkenalan, persetujuan kedua belah pihak, meminang dan perkawinan. Di kota Medan terkhususnya pada
33
Gayo yang artinya sudah terdapat percampuran dalam proses perkawinan. Hal ini dapat kita lihat adanya penyajian seperti marhaban dan keyboard dalam upacara
perkawinan. Walaupun demikian pada dasarnya pelaksanaan upacara perkawinan ini masih berupaya menunjukkan identitas bahwasanya mereka adalah masyarakat Gayo.
Menurut adat istiadat masyararakat Gayo di Takengon harus mempunyai tanggal baik dan hari baik menurut mereka yaitu pada tanggal
2-4-6-8-10-12-24-16-18-20 dan bulan yang tidak baik yaitu terapit dengan bulan muharram walaupun terdapat tanggal baik bulan tersebut tidak dapat pesta apapun.
3.3 Tahapan Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo Di Medan Sunggal
Rangkaian upacara dan adat istiadat perkawinan pada upacara perkawinan
masyarakat Gayo tentunya juga mempunyai beberapa tahapan hingga sampai kepada proses perkawinan. Segala persiapan dilakukan jauh hari agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik hingga maksimal.
Pelaksanaan tata cara perkawinan pada masyarakat Gayo khususnya di Medan Sunggal tidaklah jauh berbeda dengan yang ada di Aceh Tengah, Takengon. Hanya saja proses yang dilakukan di Medan lebih memiliki waktu yang singkat mengingat bahwa akan ada juga tamu lain yang hadir yang terdiri dari berbagai suku lainnya.
(Wawancara oleh Ipak Gayo, 08-09-2014).
34
1. Risik Kono (Perekenalan Keluarga)
Pada acara ini dimaksudkan untuk lebih mengenal diantara kedua belah pihak keluarga. Biasanya pihak keluarga mempelai wanita juga sudah menyiapkan
hidangan untuk menyambut kedatangan pihak keluarga laki-laki sebagai rasa hormat kepada tamu yang datang. Maksud dan tujuan kedatangan kedua orang tua pihak laki-laki ke rumah orang tua wanita adalah menyampaikan kepada kedua orang wanita
bahwasanya mereka ingin mengajak pihak kedua orang tua wanita untuk berbesanan dan sambil meperkenalkan lebih dalam bagaimana kedua anak mereka.
2. Munginte (Meminang/Melamar)
Pelaksanaan pada acara munginte (meminang) ini dilakukan setelah ada kesepakatan sebelumnya dari orang tua kedua belah pihak. Pada proses peminangan ini biasanya pihak keluarga laki-laki diwakilkan dengan pihak saudaranya seperti adik, kakak atau abang sebagai juru bicara dari pembuka hingga akhir. Proses yang
dilakukan pada acara ini pun beragam. Adanya pertukaran cincin diantara kedua belah pihak yang mana cincin tersebut telah dibeli oleh calon pengantin laki-laki. Dan beberapa barang bawaan sebagai barang hantaran disaat meminang seperti seperangkat alat sholat, kebaya, dan perlengkapan lain yang disepakati oleh kedua
35
3. Segenap dan Begenap (Musyawarah dan Keluarga)
Dalam acara musyawarah keluarga ini biasanya di sebut sebagai pembukaan panita yang dimaksudkan disini adalah untuk membentuk serta membagikan tugas
sebagai persiapan pada saat pesta perkawinan nanti berlangsung. Biasanya tamu yang datang pada acara ini adalah saudara, tetangga, dan kerabat dekat. Acara ini dilakukan pada malam hari sehabis sholat Maghrib.
4. Beguru (Pemberian Nasihat)
Beguru yang biasanya di kenal dengan “malam beguru” dilakukan sebelum hari akad nikah pada malam hari sehabis sholat Maghrib dan pihak calon pengantin wanita duduk di tengah-tengah saudara yang hadir. Pada saat malam beguru calon
pengantin wanita akan di beri berbagai nasihat dari pihak saudara-saudara yang telah berumah tangga. Nasihat yang diberikan yaitu tentang arahan bagaimana nantinya berperilaku serta bersikap setelah berumah tangga.
Dalam acara ini juga dilakukan doa bersama untuk mendoakan agar pihak kedua pengantin nantinya menjadi keluarga yang sakinnah mawaddah warrahmah.
Setelah selesai pemberian nasihat kepada pihak pengantin wanita pihak keluarga juga melakukan tepung tawar kepada calon pengantin wanita dan salam kepada seluruh tamu undangan yang hadir pada saat acara. Sebagai penghujung acara pihak keluarga
36
5. Mungerje (Menikah)
Menikah adalah proses dimana kedua mempelai pegantin duduk dihadapan tuan kadi untuk disahkan menurut agama Islam yang biasanya disebut ijab kabul. Hal
yang di sahkan dalam proses akad nikah yaitu ijab kabul, para saksi, pernyataan tentang uang mahar oleh pengantin laki-laki serta persetujuan ucapan persetujuan diantara kedua belah pihak beserta di sahkannya oleh para saksi.
6. Munalo
Munalo artinya adalah menyambut, menjemput, dan mengarak. Kegunaan tarian ini untuk memuliakan tamu yang datang dengan segala hormat serta mengucap syukur atas terjalinnya silaturahim diantara kedua belah pihak sehingga menjadi
akrab serta memeriahkan suasana perkawinan. Pada proses acara ini para penari dan pemusik sudah bersiap-siap untuk menunggu kedatangan pihak mempelai pengantin laki-laki berserta rombongan sedangkan mempelai pengantin wanita sedang
bersiap-siap di dalam rumah sambil didandani oleh penata rias.
3.4 Deskripsi Pertunjukan Tari Munalo Pada Upacara Adat Gayo di Medan Sunggal
37
wanita untuk sementara. Sebelum pihak pengantin laki-laki kembali lagi ke rumah penganti wanita mereka berserta rombongan terlebih dahulu berhenti dan ditempatkan
di rumah persinggahan yang disebut dengan umah selangan selama 15-20 menit dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan diantara dua belah pihak. Tempat persinggahan tersebut tidak jauh dari kediaman pengantin wanita. Selama waktu
senggang yang di berikan pada saat itulah pengantin wanita dan laki-laki berganti pakaian dan berhias. Setelah ada pemberian kabar dari pihak keluarga pengantin wanita, pengantin laki-laki kembali menuju rumah pengantin wanita beserta
rombongannya. Para penari dan pemusik juga bersiap-siap untuk menyambut kedatangan pengantin laki-laki. Di dalam perjalanan menuju rumah pengantin wanita, pengantin wanita sudah menunggu kedatangan pihak mempelai laki di depan pagar.
Gambar 3.1:
38
Setelah pengantin laki-laki berserta rombongan sampai di halaman rumah pengantin wanita dengan saling berhadapan yang berjarak berkisar 5 meter pihak
perempuan diantarkan kedua orang tuanya untuk bersanding disebelah pengantin laki-laki dengan didampingi oleh masing-masing orang tua kedua belah pihak.
Gambar 3.2
39
Gambar 3.3:
Posisi pengantin saat dilaksanakan Tari Munalo (Dokumentasi Riska Prisila)
Kemudian barulah para pemusik memainkan alat musik dan penari mulai menjemput kedatangan kedua mempelai beserta rombongan yang ikut di belakang pengantin. Posisi penari perempuan dibariskan menjadi 2 bagian barisan di samping kanan dan kiri saling bersebarangan dan posisi penari laki-laki berada di pertengahan jalan untuk menjemput pihak pengantin.
Para penari Munalo menarikan tarian ini dengan mengikuti ritem sesuai yang dimainkan pemusik. Musik pengiring pada tarian Muanlo ini sangat berperan aktif sebagai tempo atau hitungan bagi penari untuk menjaga keharmonisasian tari yang mereka tarikan. Pada saat penjemputan para penari perempuan diposisikan di belakang penari laki-laki atau yang di sebut dengan penari Guel. Penari Guel
40
menyambut pengantin. Setelah penari Guel selesai kemudian barulah di sambut oleh penari Munalo.Dengan secara bertahap Tari Guel ditarikan hingga sampai ke tempat
kedua pengantin berdiri sambil mengibas-ibaskan “Kerawang Gayo” yang di pakai di pundaknya seperti burung mengepakkan sayap. Sesampai penari Guel di tempat kedua pengantin lalu kerawang diletakkan di kedua pundak pengantin untuk
mengajak pengantin duduk ke pelaminan. Pada saat “Kerawang Gayo” diletakkan, orang yang mengajak atau menarik pengantin yaitu ibu dari pihak mempelai wanita hingga sampai kepelaminan. Penari Munalo tetap menari yang dilambangkan sebagai
rasa hormat dan gembira saat melakukan Tari Munalo tersebut.
3.5 Tempat dan Waktu Pelaksaan Pertunjukan
Pada umumnya acara akad nikah beserta resepsi bisa di lakukan dimana saja seperti rumah, masjid, gedung dan di tempat lainnya yang mendukung. Namun
upacara perkawinan masyarakat gayo yang sedang di bahas kali ini diadakan di rumah. Menurut tanggapan dari beberapa masyarakat Gayo sekitar pelaksanaan perkawinan yang dilakukan di rumah dengan membawakan Tari Munalo di anggap
lebih kekeluargaan dan lebih dapat menyatukan silaturahmi kepada semua tamu yang hadir lebih utama. Mereka menganggap dapat diibaratkan seperti berada di kampung halaman sendiri.
41
yang diikuti dengan musik iringan. Tari Munalo adalah sebuah tarian penghormatan serta hiburan kepada kedua pengantin beserta tamu rombongan yang datang.
Tari Munalo ini biasanya dilakukan pada pagi hari setelah akad nikah dilaksanakan. Tari Munalo dilakukan pada pukul 10.00-11.00. Waktu pelaksanaan tidak terfokuskan pada waktu yang ada. Semua pemilihan waktu tergantung yang mempunyai acara tersebut. Biasanya tarian ini dilaksanakan sebelum pukul 12.00
agar tidak mengganggu waktu sholat dzuhur.
3.5.1 Lapangan
Lapangan pertunjukkan Tari Munalo ini biasanya berupa jalan yang dikosongan yang terletak di depan rumah inen mayak dan selalu dilakukan di luar
ruangan. Hal ini berhubungan dengan tujuan tari munalo ini sendiri.
Luas area yang digunakan tergantung dari luas jalan yang ada tetapi harus bisa mencukupi untuk penari dan pemusik selama proses tarian berlangsung dan jalan yang sudah mendapat ijin dari pihak yang bersangkutan. Di sepanjang jalan itu juga biasanya dipenuhi warga setempat yang ingin menyaksikan tarian ini.
3.6 Pendukung Pertunjukan
Sebuah pertunjukan selalu mempunyai beberapa pendukung agar terlihat lebih maksimal. Tari Munalo sendiri dalam penyajiannya termasuk ke dalam tari
42
3.6.1 Penari
Penari adalah salah satu elemen penting dalam tarian Munalo ini, dalam tarian ini penari berperan sebagai penyambut tamu sebagaimana tujuan awal dari tarian
Munalo ini adalah sebagai penyambutan tamu. Para penari juga sebagai pusat perhatian dalam tarian itu. Maka dari itu kemampuan dan keahlian penari dalam menari sangat diperlukan.
Dalam petunjukkan Tari Munalo ini biasa ditarikan oleh penari yang berjumlah minimal 3 penari dan jumlah maksimal 11 dengan komposisi minimal 2
penari perempuan dan 1 penari pria sebagai penari Guel. Sedangkan yang penulis teliti di daerah medan sunggal, pertunjukkan tari munalo ini ditampilkan dengan penari yang berjumlah 7 orang penari yang terdiri dari 6 penari perempuan dan 1 penari laki-laki.
Gambar 3.4:
Penari Munalo dan penari Guel
43
3.6.2 Pemusik
Pada acara pernikahan yang di adakan di medan sunggal ini, Tari Munalo ini diiringi oleh pemusik yang menggunakan alat musik tradisional. Pemusik ini sendiri
berjumlah 6 orang, yang terdiri dari 2 orang pemain gegedem, 2 orang pemain canang
dan 1 orang pemain gong serta juga 1 orang vokalis. Pemain musik pengiring tari
Munalo ini biasanya laki-laki.
Pada saat menari, musik adalah elemen yang penting karena penari mengikuti alunan musik. Untuk itu keahlian dan kecakapan pemusik juga diperlukan agar tarian
dan musik berkesinambungan dengan apik.
Gambar 3.5: Pemusik
44
3.6.3 Penonton
penonton dalam setiap pertunjukkan tarian Munalo adalah tamu undangan yang hadir di acara perkawinan tersebut. Tari Munalo ini biasanya di pertunjukkan di
depan tempat resepsi pernikahan berlangsung, dan juga berfungsi sebagai penyambut kedua belah pihak pengantin beserta rombongannya.
3.7 Perlengkapan Pertunjukan
Sebelum dimulai pertunjukkan tari munalo ini ada beberapa hal yang perlu di persiapkan untuk mendukung jalannya pertunjukkan, serta dapat meningkatkan daya tarik dari tarian ini sendiri. Persiapan ini sendiri juga harus direncanakan dengan baik agar mendapatkan hasil yang baik. Maka dari itu persiapan ini sebaiknya dilakukan
jauh hari sebelum hari pertunjukkan atau pernikahan.
3.7.1 Alat Musik
Musik pengiring tarian ini terdiri atas vokal dan instrumen. Vokal ada yang dilakukan secara solo oleh guru didong, dan ada juga yang dilakukan secara bersama-sama oleh penari dan pemusik.
3.7.1.1 Gegedem
Gegedem adalah sejenis alat musik membranophone10 yang berperan penting sebagai pembawa tempo dalam tari dan memiliki bentuk menyerupai rebana dengan diameter 50 cm pada bagian atas yang berkulit dan 40 cm pada bagian bawah yang
10
45
tidak berkulit dan memiliki ketebalan sekitar 2 cm. Gegedem terbuat dari bahan kayu dan memiliki membran yang biasanya terbuat dari kulit kambing.
Gegedem berfungsi sebagai hitungan dan pengatur tempo dalam tarian
Munalo. Alat musik ini biasanya dimainkan oleh satu orang laki-laki dengan posisi di kepit di antara kedua kaki dan di pukul menggunakan kedua tangan. Gegedem yang digunakan dalam tarian Munalo ini berjumlah 2 buah.
Gambar 3.6 Gegedem 3.7.1.2 Canang
46
Gambar 3.7 Canang 3.7.1.3 Gong
Gong adalah sebuah alat musik yang di pukul dan terbuat dari kuningan dengan memiliki satu buah pencu di tengah. Secara bentuk canang dan gong mempunyai ciri yang sama hanya saja gong memiliki ukuran yang relatif lebih besar dari pada ukuran canang. Gong yang digunakan dalam Tari Munalo ini berjumlah 1
buah yang dimainkan oleh satu orang laki-laki. Alat musik ini sendiri berfungsi sebagai acuan tempo bagi pemusik.
47
BAB IV
PENDESKRIPSIAN TARI MUNALO DAN MUSIK IRINGAN
Tari merupakan rangkaian gerak tubuh seseorang yang dilakukan pada tempat
dan waktu tertenu. Corrie Hartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh dan ruang. Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah.”
Tarian ini juga mempunyai nilai tersendiri untuk dilihat dan dinikmati oleh para penontonnya sehingga terdapat juga penambahan koreo dari sisi tempat
pertunjukan untuk terlihat lebih baik. Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari, ditambah dengan penyesuaian dengan ruang, sinar, warna, dan
seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).
4.1 Ragam dan Pola Gerak
Dalam Tarian munalo ini terdapat beberapa ragam dan pola gerakan dan
mempunyai istilah yang berbeda. Tidak semua ragam tari mempunyai nama ragam yang sesuai dengan gerakan tari. Ada juga nama bagian dari ragam gerak tari diambil dari ritem yang dimainkan.
48
Munalo ini bukan tari yang bersifat tertutup. Adapun ragam pada Tari Munalo ini yaitu salam semah/munatap, kepur nunguk, sining lintah, semer kalang, gerdak (dak).
Pola gerak yang akan ditarikan bisa dapat kita lihat pada tabel berikut.
4.2 Pertunjukan Tari Munalo
Tabel 4.1 Ragam Gerak
No. Ragam Gerak Hitungan Deskripsi
1. Unguk-Punyuk. Maknanya adalah melambangkan burung unguk-punyuk
terbang. Tari ini di awali dengan penari Guel.
1 menit 7 detik Penari laki-laki berlari menghampiri kedua pengantin sambil mengepak-kepakkan kerawang.
49
2. Ragam Merenung Penari perempuan melakukan
gerak merenung dengan mengepalkan tangan kanan dan diletakkan di depan dahi sedangkan tangan kiri berada di belakang pinggang. Sedangkan penari laki-laki duduk bersilang sambil menundukkan kepalanya.
Gambar 4.2 Ragam Merenung
3. Ragam Kipes Ritem Musik Penari perempuan
50
sementara tangan kanan melakukan gerakan melambai dari depan dada hingga kebelakang. Pada gerakan selanjutnya dilakukan gerakan pengulangan dengan posisi tangan bergantian.
51
4. Di ulang kembali ragam merenung.
5× 8 + 1 Penari melakukan
gerak merenung dengan
mengepalkan tangan kanan dan diletakkan di depan dahi, sementara tangan kiri berada di belakang pinggang dengan bergerak
kesamping kanan dan kiri. Pada hitungan 1 terakhir kedua tangan berada di belakang pinggang.
52