• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEADERSHIP 3.0 KETERAMPILAN KEPALA PERPU (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEADERSHIP 3.0 KETERAMPILAN KEPALA PERPU (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEADERSHIP 3.0 : KRITERIA KEPALA PERPUSTAKAAN DI

ERA INFORMASI GLOBAL

By Dian Kristyanto / dian.kristyanto@gmail.com

1. Latar belakang

Era informasi yang semakin terbuka, memberikan banyak perubahan pada masyarakat. Kebutuhan menjadi bertambah dengan adanya informasi, serta menjadikan masyarakat lebih konsumtif terhadap sesuatu hal yang baru. Informasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Salah satu yang terlihat adalah masyarakat telah terbuka dengan sosial media di internet, penggunaan gadget yang tidak lagi untuk kirim pesan maupun telepon, dan masih banyak lagi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indonesia mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Sementara Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) menjelaskan bahwa Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. Lebih jauh lagi Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia mengemukakan ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya1.

Data tersebut sangat jelas menggambarkan kondisi masyarakat indonesia yang sangat terbuka dengan masukkan teknologi informasi. Media informasi memberikan penawaran menarik bagi masyarakat yang menjadikannya lebih konsumtif. Keterbukaan informasi telah memunculkan banyak istilah baru dimasyarakat seperti netizen, sosmed, fesbukers, dan lain sebagainya.

1

Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam

http://kominfo.go.id/index.php /content/detail/3415/Kominfo+

(2)

Dengan adanya perubahan kebiasaan di masyarakat akibat dari perkembangan teknologi informasi, bagaimana kontribusi lembaga penyedia informasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat ? apalagi masyarakat mulai berpaling dengan lebih memilih menggunakan gadget daripada harus datang ke pusat informasi seperti perpustakaan.

Pusat informasi seperti perpustakaan yang notabene merupakan pemeran utama dalam hal penyedia informasi terakhurat, mulai terusik dengan perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan seakan menjadi lebih tenggelam diantara ribuan gadget yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gadget menjadi pusat informasi bergerak

(Mobile Information Centre) yang memberikan kemudahan akses kepada masyarakat, selain itu memiliki fitur lain yang memiliki nilai guna yang bermanfaat bagi pemakainya. Sedangkan perpustakaan masih sibuk dengan transisi fungsi akibat adanya teknologi informasi.

Banyak isu muncul di perpustakaan akibat pergantian peran dari pelayanan manual ke arah teknologi informasi. Isu yang berkembang mencakup masalah kompetensi pustakawan terhadap penggunaan teknologi informasi, kurang memadainya fasilitas yang ada, beban kerja yang bertambah sementara kesejahteraan kurang dan sampai dengan pemilihan kepala perpustakaan yang tidak memiliki pengetahuan perpustakaan. Isu tersebut terus bergulir dan selalu menjadi kerikil yang menghambat kinerja perpustakaan sebagai penyedia informasi.

Isu tentang pemilihan kepala perpustakaan menjadi masalah yang sangat menarik untuk diulas. Selama ini yang menjadi fokus kajian hanya berputar pada pelayanan dan kompetensi pustakawan, sehingga masalah kepemimpinan menjadi sedikit terpinggirkan. Kepala perpustakaan sering didominasi oleh orang-orang yang tidak memilih pendidikan perpustakaan, kebanyakan isu yang berkembang bahwa kepala perpustakaan banyak yang berasal dari pejabat mutasi seperti yang terjadi pada perpustakaan umum daerah, sedangkan level perguruan tinggi banyak yang berasal dari lingkungan dosen maupun pejabat setingkat diatasnya. Dari masalah tersebut muncul pertanyaan bahwa apakah salah jika perpustakaan di pimpin oleh orang non pustakawan ? terlebih masih kurangnya pustakawan yang memunculkan diri untuk jadi pemimpin perpustakaan.

(3)

semakin ketat, yang dibutuhkan perpustakaan adalah pemimpin yang kompeten untuk menghadapi tantangan yang muncul dari dalam organisasi maupun dari masyarakat penggunanya. Perpustakaan membutuhkan seorang leadership yang tidak hanya mengerti secara teknis masalah perpustakaan, namun harus memahami konsep pemimpin dengan baik. Sebagai contoh adalah sosok Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran terpilih dengan mayoritas suara 61% tersebut merupakan salah satu Presiden pemberani yang selalu diolok-olok oleh Barat ini juga diketahui hanya mengambil seperempat gajinya. Disetiap rapat bersama para menterinya ia selalu berpesan untuk menjalani hidup penuh kesederhanaan2. Di sisi lain ada pula Jack Lowe yang adalah pendiri TD Industries, sebuah perusahaan kontraktor yang berdomisili di Dallas, Texas yang mewajibkan semua pegawai yang bekerja sebagai supervisor ke atas harus melalui program pelatihan di bidang servant leadership dan kepada para pegawai baru diberikan satu kopi dari tulisan Greenleaf itu (The Servant as Leader).3 Pustakawan yang memiliki jiwa leardership tinggi masih belum muncul selain itu pustakawan masih disibukan dengan masalah profesi, kompetensi, profesionalisme kerja dan sebagainya.

Diperlukan terobosan baru dalam memimpin perpustakaan, dimana pada perkembangannya perpustakaan harus mengalami transformasi akibat masukkan teknologi informasi. Seorang kepala perpustakaan di era teknologi informasi harus memiliki latar belakang yang sesuai sehingga dapat membawa perpustakaan bersaing di era teknologi informasi. Seperti halnya para pemimpin perusahaan yang mulai mengembangkan konsep leadership 3.0 untuk menghadapi tantangan perkembangan era teknologi informasi, maka perpustakaan harus dapat mengadopsi konsep kepemimpinan tersebut supaya memiliki kepala perpustakaan yang kredibel. Dengan begitu diharapkan perpustakaan dapat kembali menjadi pusat informasi yang populer dimata masyarakat, serta memberikan pelayanan terbaik untuk kepada masyarakat.

2

10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam

http://www.satuislam.org/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/.

Diakses tanggal 11 Desember 2014

3

Indrapradja, Frans. Pemimpin yang Melayani (Servant Leader). Dalam

(4)

Untuk itu makalah ini dibuat guna membahas sejauh mana penerapan konsep leadership 3.0 dapat dikembangkan dalam menentukan kriteria kepala perpustakaan yang ideal di era keterbukaan informasi.

2. Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas tentang kepemimpinan di era sekarang ini, maka untuk rumusan masalah dalam makalah ini adalah tentang “ Bagaimana penerapan Leadership 3.0 sebagai konsep kepemimpinan perpustakaan di era teknologi informasi “.

3. Kajian Pustaka 1. Perpustakaan

Menurut International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) yang dikutip Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang di susun secara sistematis untuk digunakan oleh pemustaka4. Sementara itu secara umum perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai5.

Lebih lanjut Longman dalam Fadleli (2007) mendefinisikan perpustakaan sebagai berikut :

a. a building or part of a building which contains books that may be borrowed by the public (public library) or by members of a special group

b. a collection of books.

c. a room or other place where books are kept and may be looked at, usually with tables at which to study.

d. a set of books looking alike, usually on related subjects6.

Sementara itu fungsi perpustakaan menurut beberapa sumber pada umumnya memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Penyimpanan

4 Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993. 5 Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013. Hlm 2.

(5)

Perpustakaan bertugas untuk menyimpan koleksi (Informasi) yang diterimanya.

b. Pendidikan

Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih mereka yang sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah atau putus sekolah. c. Penelitian

Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam koleksi (informasi) untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai.

d. Informasi

Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemustaka yang disesuaikan dengan jenis perpustakaan.

e. Rekreasi Kultural

Perpustakaan berfungsi menyimpan khasanah budaya bangsa7. 2. Teknologi Informasi

Sebelum lebih jauh mendefinisikan tentang teknologi informasi, terlebih dahulu melihat pengertian tentang teknologi. Menurut Goetch8 teknologi adalah "upaya" untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusia dengan memanfaatkan peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources). Sedangkan Pengertian Informasi Menurut Davis9, “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”.

Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi10. Dalam lingkup perpustakaan, Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa Teknologi Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah, menghasilkan, dan menyebar- luaskan informasi11

7Ibid Hlm 4

8 Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and you. New York: Delmar Publishers,

1987.

9 Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta: PT

Pustaka Binamas Pressindo, 1991, Hal 28.

10 Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrow’s Advantage Today. New York :

McGraw-Hill, 1996

(6)

3. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya12. Sementara itu pendapat lain datang dari Kaith Davis dalam Arifin (2013) yang menjelaskan tentang definisi kepemimpinan adalah kemampuan mempersuasi orang-orang untuk mencapai tujuan yang tegas dengan gairah13. Dalam kepemimpinan dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat untuk menunjukkan karakteristik dari seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya. Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi14. Pada dasarnya karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Pemimpin adalah seorang yang belajar seumur hidup

Pemimpin tidak hanya memiliki pendidikan formal, akan tetapi juga memiliki pendidikan yang ditempuh dari jalur non formal seperti pengalaman, pelatihan, observasi.

2. Pemimpin harus berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama

3. Pemimpin dapat membawa energi yang positif

Pemimpin harus mempunyai energi dan semangat yang didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain15.

4. Pembahasan

1. Pustakawan dan kemampuan memimpin perpustakaan

Perpustakaan yang notabene merupakan lembaga penyedia informasi yang sistematis dan memiliki standard baku dalam mengelolah informasi tidak akan lepas dari seorang pustakawan. Dua elemen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena sifatnya yang saling membutuhkan. Pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki

12 Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta:Graha Ilmu, 2004. 13 Arifn, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra aacana Media, 2012. Hlm 4.

(7)

pendidikan perpustakaan secara formal. Pustakawan merupakan sebuah profesi yang dapat disejajarkan dengan profesi lain seperti dokter dan pengacara, namun pada kenyataannya pustakawan masih kurang percaya diri terhadap profesi yang disandangnya.

Menurut Abraham Flyner dalam Purwono (2013) menyatakan bahwa suatu profesi minimal harus memenuhi syarat :

a. Merupakan pekerja intelektual, yakni melakukan kegiatan itu merupakan intelegensia yang bebas pada suatu masalah dengan tujuan untuk menguasai dan memahaminya.

b. Merupakan pekerja praktek, tugas-tugas itu tidak hanya berupa teori-teori akademis akan tetapi dapat diterapkan

c. Merupkan pekerja keilmuan, didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berasal dari suatu cabang ilmu pengetahuan

d. Terorganisir sistematis, memiliki standar dan prosedur pelaksanaan serta memiliki parameter hasilnya

e. Merupakan pekerja altruisme, jenis kegiatan yang menitik beratkan pada kepuasan masyarakat yang dilayaninya dan bukan sekedar mencari kepuasan diri16.

Pustakawan sangat jelas sebuah profesi, jika melihat dari penjelasan tentang syarat sebuah profesi yang ada diatas. Semua syarat prefesi pustakawan terpenuhi karena pada dasarnya profesi tersebut telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Pustakawan sangat mampu dalam memimpin perpustakaan, hal itu dikarenakan pustakawan adalah seorang profesional yang didapatkan dari pendidikan serta pengalaman di bidangnya. Peluang pustakawan untuk menjadi kepala perpustakaan sangat terbuka, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya Perpu No 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007, dimana pada pasal 40 ayat 1(a) dijelaskan bahwa kepala perpustakaan harus berpendidikan minimal S2 perpustakaan atau S1 perpustakaan untuk level dibawah perpustakaan nasional dan perguruan tinggi.

Untuk jadi seorang kepala perpustakaan dan mengemban tugas memimpin manajemen perpustakaan, maka secara pengalaman dan pendidikan seorang pustakawan sudah dikatakan mampu untuk dijadikan kandidat kepala

(8)

perpustakaan. Akan tetapi, dalam profesi pemimpin dalam suatu organisasi terutama dalam skala besar seperti perpustakaan, maka seorang pustakawan harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge)

b. Aplikasi yang kompeten (competent application) c. Tanggung jawab sosial (social responsibility) d. Pengontrol diri (self control)

e. Sanksi Masyarakat (community Sanction)17

Pustakawan hendaknya memiliki kriteria profesi pemimpin sebelum maju menjadi kepala perpustakaan. Hal tersebut sangat beralasan, karena perpustakaan adalah penyedia jasa informasi dimana tugas pokok adalah melayani masyarakat. Apabila seorang kepala perpustakaan tidak memiliki salah satu dari kriteria pemimpin maka sudah selayaknya dikatakan kurang berhasil dalam menjalankan manajemen perpustakaan dengan baik.

2. Leadership 3.0 sebagai dasar kepemimpinan perpustakaan di era teknologi informasi

Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, menuntut manajemen organisasi dalam melakukan perombakan dengan menyesuaikan teknologi informasi yang ada. Salah satu yang menjadi penting adalah bagaimana kriteria pemimpin yang ideal dalam menghadapi perkembangan seperti sekarang ini. Dalam organisasi perpustakaan juga memerlukan sosok pemimpin yang dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan baik serta memiliki produktifitas serta karakteristik yang cukup dalam memimpin organisasinya.

Dalam leadership 3.0 merupakan kepemimpinan yang didasarkan kepada kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain di sekitarnya, secara sukarela tanpa paksaaan orang-orang tersebut taat dan patuh dalam mengikuti setiap kebijakan atau kehendak sang pemimpin. Ketiga unsur yang terdapat dalam leadership 3.0 harus dapat dimiliki oleh seorang pemimpin di dalam perkembangan yang didominasi oleh informasi seperti saat sekarang ini. Seorang pemimpin harus mengerti informasi dan mengelolahnya dengan baik, selain itu pemimpin juga harus mampu menggerakkan organisasinya dengan informasi yang

(9)

di milikinya. Pada era seperti sekarang ini, seorang pemimpin yang tidak memiliki kekuatan dalam mengolah informasi, maka belum dapat dikatakan berhasil dalam memimpin organisasinya.

Stephen J. Samson dalam Ridwansyah (2012) seorang psikolog dan pionir Social Intelligence Skills, menjelaskan bahwa terdapat enam aspek yang mendukung kehadiran seorang Leadership 3.0, yaitu aspek physicality, intellectuality, emotionality, sociability, personability, dan moralability18.

a. Aspek physicality terkait dengan hal-hal fisik yang akan mempengaruhi persepsi orang lain tentang kemampuan kepemimpinan seseorang

b. Aspek intellectuality terkait dengan kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola cara pikir sehingga bisa memberikan pengaruh yang lebih efektif kepada orang lain.

c. Aspek emotionality berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi, baik emosi pribadi maupun orang lain sehingga dapat lebih mengoptimalkan pengaruh kepada orang lain.

d. Aspek sociability berhubungan dengan kemampuan untuk membangun jaringan social sebagai modal dasar dalam melebarkan pengaruh yang dimilikinya.

e. Aspek personability, merupakan salah satu aspek yang menjadi pondasi sebuah kepemimpinan yang berkaitan dengan kesadaran tentang hakikat diri serta visi-misi pribadi yang akan diemban, diperjuangkan dan disebarluaskan kepada orang lain.

f. Aspek morability, aspek ini menjadi pondasi sebuah kepemimpinan yang paling penting karena berkaitan dengan kesadaran kemampuan untuk menjaga integritas moral untuk dapat memberikan pengaruh kepada orang lain secara lebih berkelanjutan dan berjangka panjang.

Beberapa aspek dalam leadership 3.0 ini merupakan perbaruan dari konsep kepemimpinan lama, dan sangat mencerminkan cara kepemimpinan di era teknologi informasi. Pemimpin perpustakaan yang modern harus memperhatikan keenam aspek tersebut. Harus ada perubahan dalam tubuh perpustakaan dan haruslah dimulai dari manajemen atas (pemimpin) yang kemudian diberlakukan pula kepada staff dibawanya. Sisi karismatik harus dimunculkan dengan

(10)

memperlihatkan konsistensi dalam berpakaian dan cara mengambil keputusan, sehingga akan dengan mudah bagi kepala perpustakaan dalam mengontrol organisasinya. Leadership 3.0 juga dapat diterapkan pada pustakawan atau biasanya dikenal juga dengan istilah Librarian 3.0. Kedua konsep tersebut hampir sama karena memiliki orientasi yang berbasis melayani.

5. Kesimpulan

Pemimpin merupakan seorang penggerak yang berfungsi untuk menggerakkan sebuah kelompok untuk dapat menjalankan organisasi dengan baik. Jika pemimpinnya tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, maka akan membuat suatu organisasi menjadi tidak berjalan maksimal terutama organisasi yang bergerak dalam bidang jasa seperti perpustakaan. Dalam dunia marketing dan bisnis sering terdengar istilah Leadership 1.0, 2.0 dan yang terbaru leardership 3.0 dimana konsep ini membahas tentang kepemimpinan di era sekarang. Hampir sama dengan di dunia bisnis, perpustakaan juga mengenal istilah .0 (one point zero) mulai dari library 1.0 , 2.0, 3.0 dan librarian 1.0 , 2.0 dan 3.0, konsep tersebut berkembang dan disesuaikan dengan fungsi perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi yang terus berkembang.

Dalam konteks kepemimpinan perpustakaan, ditawarkan konsep leadership 3.0 guna membantu menentukan pemimpin yang kredibel dan profesional. Dalam penerapannya sebagai konsep kepemimpinan perpustakaan mala aspek-aspek leadership 3.0 seperti physicality, intellectuality, emotionality, sociability, personability, dan moralability dapat digunakan dan dikembangkan.

(11)

dimata pegawai. Untuk itu penting bagi seorang kepala perpustakaan untuk mempelajari manajemen emosi agar tekanan yang dihadapi tidak mempengaruhi kondisi psikisnya. Dalam aspek Sociability seorang pemimpin harus memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kepala perpustakaan harus mempunyai respon sosial terhadap masyarakat yang ada di lingkungan perpustakaan. Kemampuan bersosial akan memberikan pengaruh besar bagi perpustakaan, terutama dengan adanya kegiatan bersosial seorang pemimpin sehingga menjadi manuver dalam upaya mengajak masyarakat datang ke perpustakaan. Aspek personability, bahwa seorang kepala perpustakaan harus paham tentang visi dan misinya sebagai seorang pemimpin. Kepala perpustakaan harus memiliki kesadaran dari awal tentang proses yang dijalani untuk menjadi seorang pemimpin, dan harus paham tentang tugas dan tanggung jawabnya dalam mengelolah perpustakaan. Aspek morability, dimana seorang kepala perpustakaan harus menjadikan dirinya sebagai contoh bagi bawahannya terkait dengan aspek moralitas, kepribadian dan motivasi diri untuk berkembang dan dalam upaya meningkatkan kinerja perpustakaan secara optimal.

Seorang kepala perpustakaan di era teknologi informasi sangat penting untuk memahani konsep leadership 3.0. Hal itu dikarenakan tugas dan peran perpustakaan dalam melayani pengguna memerlukan sosok pemimpin yang memiliki high integrity

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012.

Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997.

Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta : PT Pustaka Binamas Pressindo, 1991.

Fadleli, Odo. Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress). dipresentasikan dalam seminar Perpustakaan di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007.

Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and You. New York : Delmar Publishers, 1987.

Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrow’s Advantage Today. New York : McGraw-Hill, 1996.

Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013.

Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang. Jakarta : Markplus Institute, 2012

Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta : Graha Ilmu, 2004.

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993.

Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan Informasi. Makalah disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi Propinsi Jateng 2003.

WEB

(13)

%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/

berita_satker#.VIiZeCznHpM. Diakses pada tanggal 11 Desember 2014

10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org

/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal 11 Desember 2014

Referensi

Dokumen terkait

enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi dengan maksud

Sejauh pengamatan peneliti, penelitian mengenai perbedaan adversity quotient pada mahasiswa yang mengikuti Objective Structured Clinical Skills (OSCE) berdasarkan motivasi

Dalam tulisan ini akan membahas mengenai automasi perpustakaan dengan beberapa tahapan kegiatan diantaranya membuat lembar kerja, memasukkan data terbitan berkala ke dalam

Bayur, Sengon, Tekik, Bambu, Pasang, Pinus, Benuang, Melur, Mahoni 459,7 Kritis 2 Benuang, Jabon, Kapuk Randu, Kenari, Ki Acret, Pulai, Jati Putih, Nangka, Nyawai, Sukun,.

Perspektif keuangan, pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4

Untuk membantu seseorang berjuang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan diperlukan self-efficacy, dengan keyakinan diri yang kuat akan membuat mereka melakukan

Memang bukan hal yang mudah bagi ibu dalam melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik pada anak dalam melakukan segala aktivitasnya sendiri terutama pada anak usia