• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Manajemen Peserta Didik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Peserta Didik Dalam Peningkatan Mutu Lulusan Di SMPN 2 Singorojo Tahun 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Manajemen Peserta Didik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Peserta Didik Dalam Peningkatan Mutu Lulusan Di SMPN 2 Singorojo Tahun 2013/2014"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Manajemen Peserta Didik

Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, menggerakkan dan mengelola (John M. Echols dan Hassan Shadily). Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). “Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian dan pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diinginkan” (Slameto, 2009: 1). “Manajemen adalah suatu proses penataan dengan melibatkan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusia maupun yang bersifat non manusia dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien” (Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM, 2003: 4).

Dari pemikiran-pemikiran di atas dapat dipahami bahwa manajemen merupakan proses yang terdiri merencana, mengurus, mengorganisir, mengatur, menggerakkan, mengelola, memimpin dengan melibatkan sumber potensial agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien.

(2)

adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan untuk mencapai tujuan dengan melibatkan sumber-sumber potensial. Manajemen merupakan sistem kerja sama yang kooperatif dan rational. Manajemen menekankan perlunya prinsip-prinsip effeciency. Manajemen tidak dapat terlepas dari kepemimpinan atau pembimbingan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (UU SPN, 2003). Menurut Suharsimi Arikunto dalam Badrudin (2014: 20) “peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik disuatu lembaga pendidikan”.

Dari beberapa pendapat di atas penulis berpendapat peserta didik adalah seseorang yang yang terdaftar dalam jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dalam lembaga pendidikan tertentu untuk mendapatkan layanan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

2.1.1. Pengertian Manajemen Peserta Didik

Menurut Knezevich dalam Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM (2003: 52)

(3)

keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.”

Slameto (2009: 130) menyatakan bahwa

“Manajemen peserta didik adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang peserta didik agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan tertib, lancar serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen peserta didik sedikitnya memiliki tiga tugas utama yaitu, penerimaan peserta didik baru, kegiatan kemajuan belajar dan bimbingan konseling serta pembinaan disiplin.”

Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 53)

“Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari sekolah. Manjemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik akan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah.”

(4)

2.1.2. Pentingnya Manajemen Peserta Didik

Pengelolaan manajemen peserta didik sangat penting dalam lembaga pendidikan maka dalam pelaksanaannya mempunyai tujuan tertentu. Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM (2003: 53) menyatakan tujuan umum manajemen peserta didik adalah “Mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan

tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat

berjalan ancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberi kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.” Tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut: a. meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik; b. menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik; c. menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik; d. diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 54) “Manajemen peserta didik bertujuan menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.”

(5)

kurikuler maupun ekstrakurikuler agar dapat berjalan dengan tertib dan teratur dengan harapan dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.1.3. Prinsip Manajemen Peserta Didik

Prinsip merupakan pedoman untuk melaksanakan tugas. Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM (2003: 53) menyebutkan prinsip manajemen peserta didik meliputi: a. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah; b. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik para peserta didik; c. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya banyak perbedaan; d. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. e. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik. f. Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

(6)

peserta didik bukan untuk memnculkan konflik tetapi untuk saling menghormati dan menghargai, pembimbingan terhadap peserta didik diatur sedemikian rupa untuk mengembangkan kemampuan dan bakatnya, peserta didik dilatih mandiri untuk mengurangi rasa ketergantungan agar dapat bermanfaat di sekolah maupun di masyarakat dimasa yang akan dating.

2.1.4. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik

Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM (2003: 55) menyebutkan “manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan yaitu: perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik, orientasi peserta didik baru, mengatur kehadiran, pengelompokkan peserta didik , evaluasi peserta didik , mengatur kenaikan tingkat, mutasi, kode etik, disiplin, layanan peserta didik, mengatur organisasi peserta didik.”

Penjelasan dari ruang lingkup manajemen peserta didik di atas adalah

1. Perencanaan peserta didik meliputi: school census, schol size, , class size, dan effective class.

2. Penerimaan peserta didik meliputi: kebijaksanaan, penerimaan, kriteri, prosedur, pemecahan masalah.

3. Orientasi peserta didik baru berisi pengaturan tentang: hari pertama masuk sekolah, waktu pelaksanaan, pendekatan, dan teknik orientasi. 4. Mengatur kehadiran termasuk ketidakhadiran

(7)

5. Mengatur pengelompokkan peserta didik baik yang berdasarkan persamaan atau perbedaan.

6. Mengatur evaluasi peserta didik, dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar, bimbingan dan penyuluhan, promosi.

7. Mengatur kenaikan peserta didik, 8. Mengatur yang mutasi dan drop out

9. Peningkatan disiplin

10. Mengatur layanan yang meliputi: layanan BK, layanan kesehatan, layanan kantin, kopersai, perpustakaan, laboratorium,

11. Mengatur organisasi peserta didik, meliputi: OSIS, PMR, KIR.

Menurut Daryanto dan M Farid, (2013: 54) “Manajemen peserta didik meliputi beberapa kegiatan yaitu: perencanaan terhadap peserta didik, pembinaan peserta didik, evaluasi peserta didik, mutasi peserta didik.”

Dari pendapat di atas peneliti bependapat bahwa ruang lingkup manajemen peserta didik meliputi perencanaan peserta didik (analisa kebutuhan, penerimaan, seleksi, orientasi, pengelompokan, pencatatan, pelaporan), pembinaan dan pengembangan peserta didik (layanan Bk, layanan perpustakaan, layanan kantin, kegiatan ekstrakurikuler), evaluasi peserta didik (ulangan harian, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian)

(8)

2.2. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Tanpa evaluasi tidak akan diketahui bagaimana kondisi program dalam perencanaan, pelaksanaan dan hasilnya.

Pengertian evaluasi menurut Arikunto dan Cepi (2008: 2) “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam Widoyoko (2014: 3)

“Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertangungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.”

Menurut Stark & Thomas dalam Widoyoko (2014: 3)

“Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusun program selanjutnya.”

Menurut Djaali dan Pudji (2008: 1), “Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”.

(9)

kegiatan atau program, berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”.

Yusuf (2000: 3), “Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif dalam pencapaian hasil yang telah direncanakan sebelumnya”.

Menurut pendapat di atas dalam evaluasi ada proses mengukur, program, rencana, mengumpulkan, analisis, penyajian, membuat keputusan, program selanjutnya.

Dari telaah di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses menilai atau mengukur terhadap program atau kegiatan yang telah dirancang sebelumnya dengan mengumpulkan, menganalisis dan penyajian informasi yang selanjutnya digunakan untuk membuat keputusan dan program selanjutnya. Keberhasilan program dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai apakah sudah tercapai efektifitas dan efisiensinya.

Evaluasi dapat dilakukan dengan memilih pendekatan yang disesuaikan dengan informasi dan tujuan apa yang dibutuhkan, juga mempertimbangkan segi kelebihan dan kelemahannya. Menurut Arikunto dan Jabar (2008), model pendekatan yang dapat digunakan untuk evaluasi adalah Goal Oriented Evaluation Model, Goal Free Evaluation Model, Formatif Sumatif Evaluation Model, Countenance Evaluation Model, Responsive Evaluation Model, CSE-UCLA Evaluation Model, CIPP Evaluation Model, dan

(10)

Penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Proces, Product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun 1966. Model evaluasi CIPP ini awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary education act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam bahwa tujuan penting evaluasi bukan membuktikan tetapi untuk memperbaiki.

Model Evaluasi CIPP berorintasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya untuk membantu kepala sekolah dan guru dalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 181), “the CIPP approach is based on the view that the most

important purpose of evaluation is not prove but improve” Sesuai dengan nama modelnya, evaluasi ini dibagi menjadi empat jenis kegiatan yaitu: evaluasi konteks (Context evaluation), evaluasi masukan (Input evaluation), evaluasi proses (Process evaluation), dan evaluasi hasil (Product evaluation).

Evaluasi Konteks (context evaluation),

Menurut Sax dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 181) menyatakan bahwa

“…the delineation and specification of project’s environment, its unmet, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Context evaluation provides a rationale for justifying a particular type program intervention.

(11)

Menurut Suharsimi (2008: 46) “Evaluasi konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program, tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, tujuan manakah yang paling mudah dicapai.”

Dari pendapat di atas evaluasi konteks meliputi lingkungan, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel, tujuan.

Evaluasi Input (Input evaluation)

Menurut Eko Widoyoko (2014: 182),

“Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: 1. Sumber daya manusia, 2. Sarana dan peralatan pendukung, 3. Dana atau anggaran, dan 4. Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.”

Menurut Sufflebeam dalam Suharsimi Arikunto (2008), “Pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang diselenggarakannya program.”

Dari pendapat diatas evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana pendukung, dana, aturan-aturan.

Evaluasi Proses (Process evaluation)

Worthen & Sanders dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 182) bahwa evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan:

(12)

proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.”

Suharsimi Arikunto (2008) mengatakan,

“Evaluasi proses dalam CIPP menunjuk pada apa (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, siapa (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab program, kapan (when) kegiatan akan selesai.”

Dari pendapat di atas evaluasi proses meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Evaluasi hasil (Product evaluation)

Sax dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 183),

“ to allow to project director (or teacher) to make dicision of program. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan project atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program.”

Menurut Farida Yusuf Tayibnapis dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 183), “Evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.”

(13)

2.3. Mutu

Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 4) menyatakan “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu adalah “(ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb)”.

Sallis dalam Riyadi dan fathurrozi (2012: 56) “Mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan”.

Sallis (2012: 51) mengemukakan bahwa “mutu adalah konsep yang absolut dan relatif. Mutu yang absolut adalah mutu yang mempunyai idealisme tinggi dan berstandar tinggi yang harus dipenuhi, dengan sifat produk bergengsi yang tinggi. Sedangkan mutu relatif adalah sebuah alat yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi standar yang telah dibuat.”

Menurut Marus Suti dalam jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011 bahwa “mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu.”

(14)

diinginkan atau dirancang dan memenuhi harapan sesuai standar yang ada, sehingga dapat diunggulkan dari yang lainnya. Jika dikaitkan dengan mutu pendidikan berarti program pendidikan yang disusun dapat terlaksana dan hasilnya sangat memuaskan.

Didik Suhardi dalam Era Mutu SMP (2010: 20) menyatakan “Indikator mutu terwujud dalam kemampuan kecakapan hidup (life skills). Life skills

mencakup empat aspek, yakni kecakapan sosial (social skills), kecakapan akademik (akademic skills), kecakapan personal (personal skills), dan kecakapan vokasional (vocational skills)”. Kecakapan sosial antara lain sikap sopan santun, ketrampilan berkomunikasi, tenggang rasa, kerja sama, kerja keras, sportivitas, disiplin, menghargai orang lain. Kecakapan akademik bersifat kemampuan pemahaman pengetahuan (knowledge). Kecakapan personal berhubungan dengan kemampuan memahami dirinya, antara lain bakat, minat, idealisme, kelebihan-kekurangan. Kecakapan vokasional adalah ketrampilan dasar yang dimiliki untuk masuk dunia kerja.

2.4. Penelitian yang relevan

(15)

peserta didik serta monitoring sudah diterapkan oleh komponen madrasah. Terdapat faktor penghambat pelaksanaan Manajemen Peserta didik antara lain: Pengelolaan peserta didik kurang maksimal, Sumber daya manusia khususnya Tenaga administrasi pelaksana manajemen peserta didik, Tidak ada komando yang jelas dari kepala madrasah. Kurang menyerap dan mendengarkan laporan masyarakat, Monitoring hanya dilakukan oleh kepala sekolah dibantu Wakil kepala dan guru BK sedang masyarakat tidak dilibatkan.

(16)

2.4.3.Marsiti (2011). Strategi Kepala Sekolah dalam Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 untuk penerimaan peserta didik baru (Studi Multi Kasus pada SMA Islam Kepanjen Malang dan SMPK Santa Maria II Malang). Hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut. Strategi kepala sekolah dalam perencanaan penerimaan peserta didik baru untuk meningkatkan layanan peserta didik meliputi: (1) melakukan sosialisasi terhadap semua civitas di lembaga untuk perbaikan sistem, (2) proses penerimaan peserta didik baru dilaksanakan sebelum dimulainya tahun ajaran baru, (3) strategi yang di tetapkan tidak terbatas pada salah satu aspek melainkan pada semua aspek baik itu sarana prasarana, tenaga pendidik, kurikulum dan pembiayaan sekolah, dan (4) penekanan pada pemberian layanan pada peserta didik

Strategi kepala sekolah dalam implementasi penerimaan peserta didik baru untuk meningkatkan layanan peserta didik meliputi: (1) perbaikan pada sistem penerimaan peserta didik baru berdasarkan pagu, (2) tes IQ dilaksanakan untuk melihat kemempuan peserta didik dalam proses pendampingan pembelajaran yang akan dilaksanakan, terutama pelajaran IPA (3) Pengendalian dokumen penerimaan peserta didik baru.

(17)

telah ditetapkan memenuhi aturan yang direncanakan terhadap persyaratan standar internasional ISO 9001:2000, (2) meningkatkan kinerja dilembaga pendidikan terutama terhadap layanan peserta didik yang prima disekolah, dan (3) melakukan pengukuran dengan standar yang telah ditentukan, sehingga diketahui selisih antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditentukan.

(18)

Pesantren Darul A`mal Metro, kelengkapan sarana dan prasaran, kualitas SDM yang baik karena 90% guru telah Sarjana, status akreditasi B.

2.4.5.Sugeng (2012) Jurnal Evaluasi pelaksanaan manajemen peserta didik di SDN percontohan Surgi Mufti Banjarmasin. Temuan dalam penelitian ini: 1. Konteks, partisipasi dan kontribusi orang tua sudah bagus. 2. Input, kegiatan manjemen peserta didik sudah berjalan baik meliputi pelayanan konseling, sarpras, Kegiatan ekstra kurikuler, 3. Proses, sudah berjalan baik meliputi PPDB, Penilaian Lulusan. 4. Produk, prestasi akademik dan nonakademik.

Dari penelitian terdahulu ruang lingkup manajemen peserta didik meliputi kegiatan penerimaan, pengelolaan, dan kelulusan peserta didik. Sekolah perlu melakukan kegiatan perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam manajemen peserta didik. Penelitian yang saya laksanakan walaupun hampir sama dengan penelitian terdahulu tapi ingin menunjukkan perbaikan dari sisi manajemen peserta didik untuk peningkatan mutu lulusan. SMPN 2 Singorojo terkenal dengan julukan sekolah ndandani, harapan dari guru bahwa anak masih punya harga diri walaupun rendah dalam kemampuan akademis tapi unggul dalam bidang non akademis.

2.5. Kerangka berpikir

(19)

khususnya pada peserta didik yaitu manajemen peserta didik. Tanggungjawab yang dimiliki kepala sekolah yang berkaitan dengan manajemen peserta didik yaitu memberikan layanan kepada peserta didik dengan cara memenuhi berbagai kebutuhan yang mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah sebelumnya secara efektif dan efisien.

Evaluasi model CIPP sesuai namanya terdapat 4 aspek yaitu konteks, input, proses dan produk. Dalam penelitian ini aspek konteks meliputi visi, misi, tujuan sekolah, kondisi sekolah, sekolah pendukung dan kompetitor. Aspek input meliputi peserta didik, pendidik, dan sarana prasarana. Aspek proses meliputi perencanaan, pembinaan dan pengembangan peserta didik. Aspek produk meliputi prestasi akademik dan non akademik.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga grafik respon untuk kondisi dari cincin luar bantalan silinder untuk beberapa titik pengambilan data yang berbeda, kita mendapatkan bahwa puncak

Indikator etika kerja Islami yang digunakan dalam penelitian ini.. berdasarkan indikator yang dikembangkan oleh Rokhman adalah

Selain untuk mendapatkan visual style yang tepat, proses ini menjadi penting untuk membawa animasi keluar dalam dikotomi 2D-3D.Gaya coretan pensil (doodle) dipilih sebab sangat

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektivitas removal massa gas CO 2 yang dihasilkan dari lumpur tinja dari tangki septik dengan menggunakan media briket arang dan

sama secara terbuka dan objektif kepada seluruh pegawai Garuda Indonesia untuk dapat mengembangkan karir dalam upaya meningkatkan kompetensinya, sesuai dengan

Such a theology would need to make religion change its view about prostitution from an unjust one of total condemnation not only of the institution of

Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2000),

Pembelajaran IPA fisika materi gerak melalui metode nyamantik ( bernyanyi, permainan ular tangga dan melukis batik lurik) sesuai dengan situasi dan kondisi