• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Homophobia pada Mahasis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran Tingkat Homophobia pada Mahasis"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Tingkat Homophobia pada Mahasiswa S1 Universitas Indonesia Angkatan 2014

Disusun Oleh:

Kelompok Nietzsche, Kelas A

Anggota Kelompok :

Astridiah Primacita Ramadhani, 1406617326

Dimas Mahendra, 1406539974

Geraldus Tirta Pratama Kawulusan, 1406574062

Marchelita Dewi, 1406570184

Naufal Rakhaviansyah, 1406574232

Makalah penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Statistik dan Deskriptif (MPSD)

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan ridha-Nya tim penulis berhasil menyusun makalah dengan judul “Gambaran Tingkat Homophobia pada Mahasiswa S1 Universitas Indonesia Angkatan 2014”, untuk memenuhi tugas makalah penelitian mata ajar MPSD Kelas A.

Dalam penyusunan makalah penelitian ini, penulis menemukan berbagai kesulitan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menghasilkan makalah penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini:

1. Bapak Andi Supandi Suaid Koentary S.Psi., M.Si, selaku dosen MPSD Kelas A 2. Rekan-rekan di Kelas A mata kuliah MPSD Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia

3. Para partisipan penelitian, dan

4. Pihak-pihak lain yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kami berterima kasih kepada pihak-pihak di atas karena telah memberikan dukungan, masukan, saran dan kritik dalam pembuatan makalah penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa makalah penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kedepannya. Akhir kata, semoga makalah penelitian ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan dapat memenuhi tugas MPSD.

Depok, 18 Mei 2015

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat ​homophobia pada mahasiswa S1 tahun pertama di Universitas Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif menggunakan tipe pengambilan data ​probability sampling dengan teknik cluster sampling

​ . Penelitian ini dilakukan dengan cara pembagian booklet dan penyebaran tautan

kuesioner online. Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa S1 tahun 2014 di Universitas Indonesia masih bisa mentolerir homoseksual digambarkan dengan skor 42,38 dari skala 0-100 dengan 0 berarti tidak homophobic dan 100 berarti sangat homophobic.

ABSTRACT

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecenderungan masyarakat untuk memberikan stereotip tertentu kepada kelompok yang diidentifikasi berbeda daripada kelompok kebanyakan telah melahirkan berbagai dampak negatif. Kelompok LGBT (​Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender)

​ yang terlanjur diberikan stereotype

negatif dan dianggap berbeda dengan masyarakat pada umumnya telah melahirkan sebuah ketakutan yang tidak rasional terhadap kelompok tersebut. Hal yang sangat disayangkan, pemberian stereotipe tanpa pertimbangan yang matang seperti itu juga terjadi di kalangan intelektual seperti mahasiswa. Mahasiswa seharusnya memiliki kecerdasan untuk melakukan penarikan kesimpulan dari suatu kelompok, namun mereka seringkali mengalami bias dalam penarikan kesimpulan tersebut, baik bias personal maupun bias budaya. Penarikan kesimpulan yang mengandung bias terhadap kelompok LGBT seringkali berujung kepada sikap-sikap yang cenderung ​homophobic.

Data yang dilansir oleh Gay, Lesbian and Straight Education Network (GLSEN) pada tahun 2013 menyatakan bahwa akibat dari pemberian label yang terkesan homophobic,

​ 55,5%

siswa LGBT merasa tidak aman ketika berada di sekolah dikarenakan orientasi seksual mereka. Selain itu 64,5% dari siswa LGBT sering mendengar julukan-julukan yang kasar mengenai orientasi seksual mereka di sekolah yang berasal dari teman-teman mereka (Gay, Lesbian, And Straight Education Network, 2013).

Kekerasan verbal yang bersifat ​homophobic

​ tidak hanya berdampak kepada

ketidaknyamanan dari eksistensi anggota kelompok tersebut, namun juga berujung kepada tindakan bunuh diri, seperti yang terjadi di Iowa, Amerika Serikat, yang menimpa seorang siswa

di ​Southeast Polk High School.

​ ​ Ia di-​bully secara verbal oleh teman-temannya dikarenakan ia

menyatakan bahwa dirinya ​gay.Bullying

​ secara verbal ini berdampak kepada kestabilan kondisi

psikologis dan membuat dirinya memutuskan untuk bunuh diri (Huffington Post, 2013)

(5)

dan Palestina sebagai negara-negara dengan tingkat penolakan terhadap homoseksual tertinggi. 93 persen dari partisipan yang berasal dari Indonesia menolak untuk menoleransi fenomena homoseksual, sedangkan negara-negara besar seperti Korea Selatan dan Republik Rakyat Tiongkok memiliki tingkat toleransi terhadap homoseksualitas yang relatif tinggi, yaitu 59 persen dan 57 persen. Hal ini diperkirakan terjadi karena tingginya tingkat keagamaan di Indonesia. Ditunjukkan bahwa terjadi peningkatan toleransi terhadap homoseksualitas pada negara yang tidak menjadikan agama sebagai pusat kehidupan masyarakatnya (Pew Research Center, 2013)

Berbagai fenomena diskriminasi terjadi juga di Indonesia pada kaum ​Gay dan Lesbian. Hal ini terjadi karena seringkali aparat negara melakukan tindak kekerasan justru karena perbedaan orientasi seksual kelompok ini. Salah satu contoh peristiwa yang dilakukan oleh aparat negara terjadi di Surabaya pada tahun 2010. Lembaga International Lesbian, Gay, Bisexual, Trans and Intersex Association (ILGA) mengadakan konferensi LGBT yang bekerjasama dengan GAYa Nusantara namun konferensi ini diserang oleh pihak FPI dan polisi tanpa ada alasan yang jelas (Liang, 2010). ​Fenomena lain yaitu terjadi di salah satu lembaga ternama di Jakarta. Pada tahun 2012, pernyataan tegas disampaikan oleh ketua Front Pembela Islam (FPI) Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama, Habib Muhsin Ahmad Alatas yang menentang sosok ​gay yaitu Dede Oetomo masuk ke dalam Komnas HAM. Habib menyatakan bahwa apabila DPR meloloskan Dede Oetomo menjadi komisioner Komnas HAM, lebih baik dibubarkan saja lembaga tersebut (Redaksi Salam-Online, 2012). Hal yang dilakukan oleh Habib merupakan salah satu perilaku diskriminasi pada kaum LGBT karena Ia menentang Dede Oetomo akibat dari orientasi seksual Dede berbeda. Perilaku oleh Habib juga menunjukkan perilaku ​Homophobia

​ ​ . ​Homophobia didefinisikan sebagai respons afektif maupun emotional

yang didalamnya juga termasuk ketakutan, kecemasan, kemarahan, ketidaknyamanan, dan aversi yang dirasakan oleh individu ketika berinteraksi dengan seorang ​gay,

​ baik melibatkan ataupun

tidak melibatkan komponen kognitif (Adams, Wright, & Lohr, 1996). The American Heritage Dictionary (1992 edition)

​ mendefinisikan homophobia sebagai

"​aversion to gay or homosexual people or their lifestyle or culture"

dan "behavior or an act

(6)

rasional terhadap kaum homoseksual. ​

 ​ Menurut Freud (1905, dalam Herek, 1984) sikap

heteroseksual tidak hanya terjadi karena pengaruh biologis namun juga larangan yang terjadi secara sosial mengenai perilaku menyukai sesama jenis dan pengalaman yang didapat oleh cara asuh orang tua. Freud berasumsi bahwa semua pria dan wanita mempunyai ketertarikan yang tinggi kepada orang tua (yang memiliki kesamaan jenis kelamin), namun perasaan ini ditekan oleh tahapan Oedipus complex. Dalam teori Freud, Oedipus complex merupakan tahapan emosi yang didapat saat masih kecil (sekitar umur empat tahun) yang disebabkan oleh keinginan seksual secara tidak sadar pada orang tua yang berbeda kelamin dan tidak mengikutsertakan orang tua yang sesama jenis (Hergenhahn, 2009). Pada kaum​gay dan lesbian terkadang mereka tidak menyelesaikan tahap Oedipus complex secara sempurna sehingga menjadikan mereka mempunyai ketertarikan seksual dengan sesama jenis. Maka dari itu, Sandor Ferenczi (1941, dalam Herek, 1984) berpendapat bahwa perilaku ​homophobia

​ (hanya dijelaskan pada pria

heteroseksual) tentang kebencian, permusuhan, dan rasa jijik terhadap homoseksualitas laki-laki merupakan perilaku reaksi–formasi dan gejala pertahanan terhadap perasaan kasih sayang dari sesama jenis. Namun, Ferenczi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai lesbian.       

Proses identifikasi diri dari kaum LGBT bukanlah hal yang mudah dilakukan, umumnya proses identifikasi diri dan pilihan orientasi seksual merupakan proses seumur hidup dengan berbagai penolakan keluarga hingga lingkungan, bahkan penolakan diri sendiri. Penolakan lingkungan terhadap kaum LGBT dijewantahkan melalui berbagai justifikasi moral dan agama. Mulai dari kata “menyimpang” hingga “sesat” muncul menghakimi kaum ini.        

Banyaknya kasus mengenai perilaku diskriminasi yang dilakukan terhadap kaum homoseksual menjadikan penulis ingin mengetahui gambaran homophobia pada mahasiswa di Universitas Indonesia (UI). Penulis memilih UI karena ruang lingkup primer dari penulis bertempat di UI. Selain itu,  hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga yang membahas mengenai ​homophobia di lingkungan UI maupun masyarakat luas, yaitu Support Group and Resource Center for Sexuality Studies (SGRC) yang bertempat di UI. Bagi SGRC UI, penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan program-program edukasi apa saja yang dapat dijalankan terkait dengan masalah ​homophobia

​ , proses pengambilan keputusan mengenai apa yang harus

(7)

LGBT. Selain SGRC, masih banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi untuk pengambilan keputusan maupun penelitian selanjutnya, diantaranya adalah Swara Srikandi di Jakarta, LGBT GAYa Nusantara, LGBT Arus Pelangi, Lentera Sahaja dan Indonesian Gay Society di Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran homophobic pada mahasiswa S1 angkatan 2014. Untuk itu, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimanakah gambaran ​homophobia pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia angkatan 2014?”

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat homophobia pada mahasiswa S1 angkatan 2014 Universitas Indonesia. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menuntaskan tugas besar mata kuliah Metodologi Penelitian dan Statistika Deskriptif tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan di bidang Psikologi, terutama di bidang Psikologi Sosial yakni mengenai ​homophobia

​ .

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan atau acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ​homophobia.

b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk membandingkan dengan hasil penelitian lain yang memiliki konteks dan subjek penelitian yang berbeda.

(8)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian gambaran ​homophobia

​ pada mahasiswa, permasalahan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini, peneliti akan menguraikan teori yang berhubungan dengan topik dalam penelitian yakni teori yang berhubungan dengan​homophobia dan mahasiswa.

Bab 3 merupakan metode penelitian. Bab ini terdiri dari masalah dan variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, tipe dan desain penelitian, instrumen penelitian, dan prosedur penelitian.

Bab 4 merupakan bagian hasil dan interpretasi hasil penelitian. Bab ini terdiri dari gambaran karakteristik partisipan dan hasil dari penelitian beserta interpretasi hasil yang didapatkan.

Bab 5 merupakan bagian kesimpulan, diskusi, dan saran. Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang dilakukan, diskusi dari hasil penelitian yang didapat, dan juga saran dari penelitian yang telah dilakukan.

(9)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan berisi penjelasan mengenai orientasi seksual dan homoseksualitas yang akan dibutuhkan untuk membahas mengenai ​homophobia

​ ​ . ​Homophobia akan dibahas secara rinci

dalam bab ini, ditinjau dari konstruk yang paling tepat untuk menjelaskan ​homophobia

​ yaitu

prasangka.

2.1 Orientasi Seksual

Orientasi seksual adalah perasaan tertarik secara romantis, emosional maupun seksual seseorang yang mereka rasakan terhadap orang lain (American Psychiatric Association, 2011). Rasa ketertarikan ini tidak selalu muncul secara bersamaan, terkadang beberapa individu hanya merasakan ketertarikan secara romantic saja atau emosional saja atau bahkan seksual saja kepada orang lain. Ketika seseorang memiliki ketertarikan kepada sesama jenis maka ia dikatakan sebagai seorang Homoseksual, sedangkan ketika seseorang memiliki ketertarikan kepada lawan jenis ia dikatakan sebagai seorang heteroseksual. Namun, menurut American Psychiatric

Association (2011) orientasi seksual berada pada sebuah garis kontinuum, mulai dari secara eksklusif heteroseksual hingga secara eksklusif homoseksual.

American Psychological Association (2013) memberikan pengertian orientasi seksual sebagai sebuah pola ketertarikan secara emosional, romantis, dan/atau seksual secara berkesinambungan terhadap laki-laki, perempuan maupun kedua gender. Orientasi seksual juga seringkali digunakan sebagai identitas seseorang untuk memiliki perasaan keanggotaan dalam komunitas tertentu yang memiliki ketertarikan yang sama dengan dirinya.

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa orientasi seksual berada pada sebuah garis kontinuum. Selain itu, orientasi seksual juga memiliki sifat yang cair dan dapat berkembang seiring dengan perjalanan hidup seseorang (Centre for Addiction and Mental Health, 2007).

(10)

manusia terlahir sebagai biseksual, dan mulai dari masa ia lahir hingga masa pubertas ia akan memunculkan tendensi heteroseksual, nantinya ketika memasuki masa pubertas, kondisi-kondisi dan motif tertentu akan menjadikan mereka sebagai seorang monoseksual (heteroseksual atau homoseksual).

2.1.1 Homoseksual

Homoseksualitas baik ​gay maupun lesbian berarti memiliki ketertarikan baik emosional maupun seskual kepada sesama jenis kelaminnya masing masing. Homoseksual merupakan salah satu dari variasi orientasi seksual. Homoseksualitas secara sederhana adalah identitas seksual yang pembentukannya tidak diketahui secara pasti oleh siapapun, sama halnya dengan heteroseksualitas (Pharr, 1997). Orientasi dan dasar ketertarikan sosial manusia biasanya terbentuk saat manusia menginjak masa anak kecil pertengahan hingga awal pubertas dan dipengaruhi oleh perkembangan ​oedipalcomplex pada masa ​phalic (American Psychological Association, 2013)

Homoseksualitas bukanlah merupakan suatu penyakit psikis karena penelitian telah membuktikan bahwa tidak ditemukannya korelasi hubungan antara homoseksual dan psikopatologi. American Psychological Association mengemukakan bahwa homoseksual tidak lebih abnormal daripada fenomena kidal. Hal tersebut terjadi begitu saja pada presentase tertentu dari populasi. Meskipun berdasarkan catatan sejarah homoseksual baik ​gay

​ maupun lesbian

dianggap sebagai pihak yang terganggu dan bermasalah, namun ternyata orientasi seksual semacam ini telah ditemukan sejak zaman dahulu dan telah ditemukan dan direkam dalam sejarah berbagai bangsa yang ada di dunia. Kemudian berdasarkan penelitian selama beberapa dekade telah dicapai kesimpulan bahwa homoseksual baik ​gay maupun lesbian merupakan sebuah bentuk yang normal dari human bonding dan baik tindakan dan interaksi orang homoseksual dan heteroseksual merupakan suatu aspek yang normal dalam aspek interaksi antar manusia. Meskipun dahulu homoseksual telah dikesampingkan secara sosial dan telah diklasifikasikan sebagai sebuah penyakit mental.

(11)

yang hebat sehingga dapat memicu fenomena bunuh diri, adalah ​homophobia yaitu penyakit sosial yang menempatkan pesan negatif, kutukan, dan kekerasan pada kaum homoseksual (​gay dan lesbian) yang harus diperjuangkan sepanjang hidup untuk meningkatkan kepercayaan diri. Pada akhirnya tahun 1975, APA atau American Psychologycal Association telah merubah stigma penyakit mental yang telah lama diasosiasikan masyarakat berkaitan dengan lesbian, ​gay

​ , dan

bisexual orientation

​ .

2.2 ​Attitude

Menurut Eagly dan Chaiken (1993), sikap adalah kecenderungan psikologis yang diekpresikan dengan mengevaluasi hal yang unik tertentu dengan menilainya dengan mendukung atau tidak mendukung. Definisi sikap lainnya dikemukakan oleh Baron dan Branscombe. Menurut Baron dan Branscombe (2013), sikap adalah evaluasi dari berbagai aspek yang ada di dunia sosial.

Ada tiga komponen dari sikap, yang pertama komponen afektif, yaitu hal yang menyangkut perasaan terhadap sebuah objek. Yang kedua komponen tingkah laku, yaitu bagaimana sebuah sikap mempengaruhi tingkah laku. Yang ketiga komponen kognitif, yaitu keyakinan dan ​prior knowledge

​ seseorang terhadap sikap tersebut (McLeod, 2014)

Sikap homophobia ini berarti mengevaluasi hal yang berkaitan dengan homoseksual dan menilainya dengan tidak mendukung sikap homoseksual. Sikap homophobia juga dapat berarti evaluasi negatif dari homoseksual yang benar-benar terjadi di dunia sosial ini.

(12)

2.3 ​Prejudice

Menurut Baron dan Branscombe (2013)​prejudice

​ adalah komponen afektif atau perasaan

yang kita miliki terhadap kelompok tertentu. ​Prejudice

​ atau yang disebut sebagai prasangka

dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu komponen dari sikap yang mencerminkan respons negatif terhadap seseorang atas dasar keanggotaan orang tersebut dalam kelompok tertentu (Allport, 1954, dalam Baron & Branscombe, 2013). Sehingga melalui pemahaman Allport tersebut, prasangka tidak dapat dikatakan sebagai suatu perasaan yang diarahkan secara personal kepada satu orang (Turner, Hogg, Oakes, Reicher & Wetherhell, 1987, dalam Baron & Branscombe, 2013).

2.4 ​Allport’s Theory of Intergroup Contact

Allport (1954) mengungkapkan ada empat kondisi dimana ​intergroup contact

​ terjadi,

pertama adalah status grup yang sama dalam sebuah situasi. Yang kedua adalah mempunyai tujuan yang sama. Yang ketiga adalah kerjasama antarkelompok dan yang keempat adalah adanya dukungan dari pihak yang mempunyai wewenang, hukum, dan kebiasaan masyarakat.

2.5 Pengertian ​Homophobia

Banyaknya kasus diskriminasi dan perilaku yang negatif seringkali mencelakai para homoseksual sejak dulu (Berrill, 1990). Banyaknya kasus diskriminatif dan kekerasan terhadap homoseksual seringkali tidak disebabkan oleh motivasi untuk mencelakai, namun disebabkan oleh ketidaksukaan atau kebencian yang sangat tinggi (Fassinger, 1991). Weinberg (1972) mendeskripsikan perilaku dan sikap negatif terhadap orang-orang homoseksual dengan kata homophobia.

​ ​ Menurutnya, ​homophobia dapat didefinisikan sebagai ketakutan yang dirasakan

oleh orang-orang heteroseksual saat berdekatan dengan orang homoseksual dan memunculkan rasa tidak suka yang tinggi kepada mereka karena homoseksualitasnya sehingga mereka melakukan perilaku dan sikap negatif.

Definisi ​homophobia

​ mulai dikenal pada akhir tahun 1970-an dan mulai diperdebatkan

(13)

M​enurut Hudson dan Ricketts (1980), definisi dari kata ​homophobia

​ bisa bermacam-macam

akibat dari perluasan definisi di dalam literatur agar mencakup sikap negatif, kepercayaan atau tindakan terhadap homoseksualitas, tergantung dari apa yang dibahas oleh masing-masing peneliti. Hal ini didukung oleh Fyfe (1983) bahwa perluasan definisi mengenai ​homophobia menghambat pemahaman kita mengenai sikap dan perilaku yang diindikasikan sebagai homophobia.

​ Oleh karena itu, Hudson dan Ricketts (1980) mengkritik hasil penelitian mengenai

homophobia

​ karena tidak menjelaskan secara detail perbedaan antara sikap intelektual terhadap

homoseksualitas (​homonegativism

​ ) dan sikap atau respon afektif untuk individu homoseksual

(​homophobia

​ ). Sehingga untuk mengklarifikasi mengenai perbedaan ini, Hudson dan Ricketts

menjelaskan bahwa pengertian ​homonegativism

​ adalah suatu konstruk yang meliputi ​judgement

mengenai nilai moral dari homoseksualitas, keputusan, hubungan interpersonal, dan respon terhadap individu homoseksual mengenai kepercayaannya, legalitas, preferensi dan lain sebagainuya. Sedangkan pengertian dari ​homophobia

​ adalah perasaan emosional dan perilaku

afektif terhadap individu homoseksual, meliputi rasa takut, rasa cemas, marah, dan ketidaknyamanan dalam berinteraksi oleh individu homoseksual.

Definisi ​homophobia

​ apabila diberikan oleh seseorang yang heteroseksual mempunyai

pandangan yang berbeda. Menurut Pharr (1997) yang merupakan homoseksual​, homophobia adalah ​sebuah kata yang memunculkan suatu citra yang menghilangkan kebebasan, memunculkan kekerasan verbal dan fisik serta kematian​. Kata​homophobia

​ menurut Pharr (1997)

sama seperti ​racism

​ ​ dan ​anti-Semitism. Hal ini dikarenakan seseorang yang ​homophobic

cenderung membatasi kebebasan orang-orang homoseksual dan terkadang melakukan perilaku kekerasan secara verbal maupun fisik. Definisi oleh Pharr (1997) didukung oleh pengalaman yang seringkali dialami oleh para homoseksual. Data yang dilansir oleh Gay, Lesbian and Straight Education Network (GLSEN) pada tahun 2013 menyatakan bahwa akibat dari pemberian label yang terkesan homophobic,

​ 55,5% siswa LGBT merasa tidak aman ketika

(14)

2.5.1 Penyebab ​Homophobia

Michael S. Kimmel (1994) menyatakan bahwa seseorang bersikap ​homophobic

​ dan

melakukan perilaku ​homophobia

​ ​ lainnya terhadap individu homoseksual karena Ia takut akan

diberikan label negatif seperti “terlalu feminin” oleh orang di sekitarnya. Perilaku ​homophobic yang terus dilakukan dan didukung oleh orang-orang di sekitarnya akan lebih lama menetap di dalam diri seseorang. Seseorang ini lama kelamaan akan menganggap dirinya benar dengan bersikap ​homophobic

​ terhadap orang homoseksual sehingga ia menampilkan dirinya sebagai

seseorang yang ​homophobia.

Selain itu, penyebab lain yang menyebabkan munculnya ​homophobia

​ dijelaskan melalui

teori prasangka (Stephan & Stephan, 2000). Teori ini menjelaskan bagaimana ancaman yang diterima oleh sekelompok orang akan memunculkan prasangka. Ancaman secara realistis dan simbolis dalam sekelompok orang (​in group

​ ) disebabkan oleh stereotip negatif dan kecemasan

terhadap hal-hal yang terjadi di luar lingkungan mereka (​out group

​ ). Menurut LeVine dan

Campbell (1972), ancaman realistis dideskripsikan sebagai ancaman yang diberikan oleh orang-orang di luar lingkungan (​out group

​ ) terhadap keadaan sosial atau kekuatan politik dan

sumber daya ekonomi di dalam kelompok (​in group

​ ). Sedangkan definisi dari ancaman simbolis

berhubungan dengan perspektif budaya atau gaya hidup yang meliputi tradisi, sikap, norma, dan kepercayaan. Ancaman realistis dan ancaman simbolis disebabkan oleh stereotip negatif yang diberikan oleh sekelompok orang di luar lingkungan (​out group

​ ​ ) kepada kelompok (​in group)

yang menciptakan kecemasan yang dialami oleh kelompok tersebut (​in group

​ ). Teori ini

menjelaskan bahwa individu yang berada dalam lingkup tradisional dan mempunyai norma atau kepercayaan yang kuat cenderung akan lebih sering mempresepsikan ancaman simbolis oleh sekelompok orang di luar lingkupnya (​out group

​ ). Ancaman simbolis ini dapat menjelaskan

mengapa kaum homoseksual (​out group

​ ​ ) tidak dapat diterima oleh masyarakat (​in group)

sehingga beberapa orang akan menampilkan sikap dan perilaku ​homophobia terhadap kaum homoseksual.

Menurut Anna Rafferty (2013), ​homophobia

​ ​ disebabkan oleh ​sexism. Sexism menurut

Frye (1983)

​ adalah kepercayaan atau keputusan yang tidak relevan antara dua jenis kelamin.

(15)

dan diskriminasi terjadi pada wanita. Misalnya, terkadang beberapa orang akan merasa heran apabila mengetahui bahwa ada seorang pria yang menjadi bapak rumah tangga. Bapak rumah tangga terlihat aneh dan lucu bagi sebagian orang karena pekerjaan itu pada umumnya diperuntukkan oleh wanita. Secara umum, pria dipandang mempunyai kemampuan lebih untuk mencari nafkah di luar rumah sedangkan wanita mempunyai kemampuan dibawah pria sehingga umumnya menjadi ibu rumah tangga saja. Wanita dipandang belum mampu untuk melakukan pekerjaan pria karena pada umumnya wanita tidak mempunyai kewajiban untuk bekerja.​Sexism terlihat jelas pada contoh ini. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya ​sexism

​ dalam

hubungan bermasyarakat dapat menciptakan batasan berdasarkan jenis kelamin. Lalu dalam hubungannya dengan penyebab ​homophobia, sexism

​ telah menciptakan peran gender yang ketat

hubungan interpersonal. Sehingga homoseksualitas tidak diperbolehkan karena seharusnya seorang wanita hanya diperbolehkan untuk terlibat asmara dengan seorang pria dan seorang pria hanya diperbolehkan terlibat asmara dengan seorang wanita. Berbagai teori ini menyebabkan terjadinya perilaku dan sikap ​homophobia

​ pada beberapa orang dan menjadikan individu

(16)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan berisi penjelasan mengenai metodologi yang digunakan untuk meneliti gambaran ​homophobia

​ yang mencakup masalah penelitian, variabel penelitian, tipe dan desain

penelitian, partisipan dalam penelitian, instrumen yang digunakan dalam penelitian, prosedur penelitian, dan metode pengolahan data.

3.1 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah gambaran tingkat​ homophobia

​ pada mahasiswa S1 Universitas

Indonesia angkatan 2014?”

3.2 Variabel Penelitian: ​Homophobia 3.2.1 Definisi Konseptual

Definisi dari ​homophobia

​ telah sering diperdebatkan oleh para peneliti (Herek, 1984,

2004; Richmond & McKenna, 1998; Weinberg, 1972) sejak kemunculan kata ​homophobiapada awal tahun 1970-an. ​Secara konseptual, menurut ​The American Heritage Dictionary (1992 edition), homophobia didefinisikan sebagai “"​aversion to gay or homosexual people or their lifestyle or culture" and "behavior or an act based on this aversion.".

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional ​homophobia

​ adalah skor total yang didapatkan oleh individu dari

alat ukur​homophobia

​ yang disusun oleh Wright, Adams, dan Bernat (1999). Skor dari alat ukur

(17)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang aktif mengikuti perkuliahan di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa S1 angkatan 2014. Penelitian ini memilih populasi mahasiswa karena sebagai kaum berpendidikan mahasiswa diharapkan dapat menjadi ujung tombak perubahan pandangan dan sikap masyarakat terhadap kaum LGBT.

Mempertimbangkan adanya keterbatasan waktu, tempat, dan akses yang dimiliki oleh peneliti, tidak memungkinkan peneliti untuk melakukan pengambilan data pada seluruh individu dalam populasi mahasiswa yang jumlahnya cukup besar. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengambilan sampel mahasiswa S1 angkatan 2014 di Universitas Indonesia yang dianggap dapat mewakili populasi mahasiswa.

3.3.1 Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan 2014 yang masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Indonesia dari jurusan manapun yang meliputi Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora, Rumpun Ilmu Kesehatan, serta Rumpun Sains dan Teknologi.

3.3.2 Besaran Sampel Penelitian

Besaran sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini minimal 60 orang yang tersebar dari berbagai fakultas di Universitas Indonesia. Besaran tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan oleh dosen mata kuliah MPSD kelas A Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Selain itu, dengan jumlah sampel yang ditetapkan memiliki tujuan agar distribusi data yang dihasilkan dapat mendekati normal dan dapat menggambarkan populasi. Menurut hukum​law of large ​numbers,

​ semakin besar jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian maka akan

(18)

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Tipe pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe ​probability sampling

​ ​ ​ pada saat persiapan dan tipe ​non probability sampling pada saat pelaksanaan​. Tipe

probability sampling

​ digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mendapat gambaran

tingkat ​homophobia yang representatif dari sampel yang telah peneliti tetapkan sebelumnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tipe​probability sampling

​ adalah teknik

cluster sampling.

​ Sebelum peneliti mengambil sampel mahasiswa S1 angkatan 2014 yang

bersedia berpartisipasi dalam penelitian untuk diambil datanya, peneliti menentukan proporsi dari sub-sub populasi, dalam hal ini, fakultas-fakultas di Universitas Indonesia. Kemudian setiap elemen pada sub populasi tersebut peneliti jadikan anggota populasi.

Pada pelaksanaan pengambilan data sampel, peneliti selanjutnya melakukan tipe ​non probability sampling.

​ ​ Teknik yang digunakan dalam tipe​non probability samplingadalah teknik

accidental sampling

​ ​ dan ​snowball sampling yang didasari atas ketersediaan sampel. Peneliti

mengambil sampel mahasiswa yang bersedia dan mau berpartisipasi sebagai partisipan dalam penelitian untuk diambil datanya. Karena kriteria sampel adalah angkatan 2014, maka setelah melakukan ​accidental sampling,

​ peneliti menanyakan kepada partisipan apakah ada temannya

yang bersedia menjadi partisipan. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pengambilan sampel, peneliti melakukan dua teknik pengambilan sampel tipe ​non probability sampling.

3.4 Tipe dan Desain Penelitian 3.4.1 Tipe Penelitian

(19)

yaitu variabel sikap ​homophobia

​ . Berdasarkan prosesnya, penelitian ini menggunakan ​structured

approach atau pendekatan berstruktur karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap ​homophobia

​ di kalangan mahasiswa.

3.4.2 Desain Penelitian

Penggolongan jenis-jenis desain penelitian menggunakan tiga perspektif yaitu jumlah kontak (​number of contact

​ ​ ​ ​ ​ )​,periode referensi (​reference of period )​,dan sifat penelitian (​nature

of the investigation

​ ) (Kumar, 2011). Berdasarkan jumlah kontak, penelitian ini termasuk ke

dalam desain penelitian ​cross-sectional studykarena pengambilan data hanya dilakukan melalui satu kali kontak. Berdasarkan periode referensinya, penelitian ini termasuk ke dalam retrospective study karena mengukur pengalaman partisipan dalam berinteraksi sosial. Berdasarkan sifatnya, penelitian ini tergolong dalam desain penelitian non-eksperimental karena tidak ada manipulasi yang dilakukan terhadap variabel penelitian ​homophobia.

3.5 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah alat ukur Homophobia Scale

​ yang dikembangkan oleh Wright, Adams, & Bernat (1999). Wright, Adams,

& Bernat (1999) membuat alat ukur ini berdasarkan validitas yang telah ditetapkan dalam The Index of Homophobia (Hudson & Rickets, 1980 dalam Wright et. al, 1999). Alat ukur Homophobia Scale

​ yang dikembangkan oleh Wright, Adams, & Bernat (1999) terdiri dari 25

item pernyataan. Pernyataan ini menggunakan skala rating berbentuk Likert scale

​ dengan lima

pilihan jawaban yang terdiri dari “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.​Likert scale adalah skala secara berurutan dimana partisipan memilih satu pilihan atau opsi yang paling sesuai dengan kondisi partisipan (Gravetter & Forzano, 2012). Likert scale

​ didesain untuk mengukur perilaku atau opini partisipan dengan bentuk pengukuran

ordinal (Bowling, 1997; Burns, & Grove, 2007 dalam McLeod, 2008).

(20)

mainly negative affect and avoidance of homosexual individuals

, dan ​a factor that assesses

negative affect and aggression toward homosexual individuals

​ .

Terdapat 10 item yang mengukur ​negative affect

​ , 10 item untuk mengukur ​behavioral

aggression

​ ​ , dan 5 item untuk mengukur ​cognitive negativism. Secara keseluruhan, dalam alat

ukur ini terdapat 9 item yang merupakan ​favorable item

​ dan 16 item yang merupakan

unfavorable item. Berikut ini adalah tabel komponen alat ukur​Homophobia Scale

​ yang disertai

contoh item dan nomor item dalam alat ukur:

Tabel 3.1 Komponen Alat ukur ​Homophobia Scale

​ Wright, Adams, & Benart (1999)

Komponen Contoh Item Nomor Item

Factor 1​ (Behavior/Negative Affect)

3.5.1 Metode Skoring Alat Ukur Homophobic Scale Alat ukur ​Homophobia Scale

​ yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 25 item

(21)

yang bersifat​favorable dan tujuh belas item pernyataan yang bersifat​unfavorable

​ . Respon yang

diberikan oleh subjek terhadap item​favorableakan diberikan nilai 1 untuk “Sangat Setuju”, nilai 2 untuk “ Setuju”, nilai 3 untuk “Ragu-Ragu”, nilai 4 untuk “Tidak Setuju”, dan nilai 5 untuk “Sangat Tidak Setuju”. Sebaliknya, untuk respon yang diberikan pada item yang tergolong unfavorable

​ , nilai 1 akan diberikan untuk “Sangat Tidak Setuju”, nilai 2 untuk “Tidak Setuju”,

nilai 3 untuk “Ragu-Ragu”, nilai 4 untuk “Setuju”, dan nilai 5 untuk “Sangat Setuju”. Skor total akan diperoleh melalui penjumlahan seluruh respon yang diberikan oleh partisipan, yang sebelumnya telah diubah ke dalam bentuk angka.

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan pengambilan data, peneliti melakukan persiapan terlebih dahulu yaitu mencari studi literatur mengenai teori ​homophobia dan mahasiswa, serta alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur ​homophobia

​ . Setelah melakukan studi literatur dari berbagai

buku, jurnal, skripsi, dan artikel ilmiah, peneliti memutuskan untuk menggunakan alat ukur Homophobia Scaleyang dikembangkan oleh Wright, Adams, & Bernat (1999) untuk mengukur tingkat ​homophobia

​ .

Untuk menggunakan alat ukur ​Homophobia Scale yang dikembangkan oleh Wright, Adams, & Bernat (1999) peneliti perlu melakukan translasi dan adaptasi terlebih dahulu karena belum ada peneliti lain yang melakukan adaptasi ke dalam Bahasa Indonesia untuk alat ukur tersebut. Setelah alat ukur tersebut sudah ditranslasi dan diadaptasi dengan baik, peneliti membuat alat ukur tersebut dalam kuesioner yang berbentuk booklet. Peneliti kemudian mencetak booklet kuesioner tersebut untuk pengambilan data dan menyiapkan​rewardyang akan diberikan kepada partisipan. Selain mencetak alat ukur dalam bentuk booklet, peneliti juga membuat alat ukur tersebut dalam kuesioner yang berbentuk​Google Form

​ untuk memfasilitasi

partisipan dan memperbanyak jumlah partisipan agar melebihi dari target jumlah sampel yang dikehendaki.

(22)

Pengambilan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 30 April 2015. Peneliti menyebarkan kuesioner dalam bentuk booklet ke seluruh fakultas di Universitas Indonesia seperti Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Hukum. Peneliti meminta kesediaan mahasiswa S1 angkatan 2014 Universitas Indonesia yang berada di tempat tersebut untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Mahasiswa yang bersedia mengisi kuesioner diberikan penjelasan mengenai petunjuk pengisian kuesioner dan diberikan ​reward sebagai ungkapan terima kasih telah membantu jalannya penelitian.

Selain penyebaran booklet kuesioner ke seluruh fakultas di Universitas Indonesia, peneliti juga menyebarkan tautan​Google Form ke grup-grup angkatan 2014 dari fakultas terkait. Hal ini dilakukan untuk memperluas dan memperbanyak partisipan penelitian ini agar hasil yang didapatkan bisa lebih representatif dalam menggambarkan variabel yang diteliti. Dari dua metode pengambilan data ini, total partisipan yang telah didapatkan sebanyak 221 respon.

3.6.3 Tahap Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diseleksi terlebih dahulu dengan cara pengecekan kelengkapan data. Jika data sudah lengkap, maka data sudah dapat diolah. Data yang telah diseleksi kemudian diolah secara kuantitatif menggunakan program SPSS. Metode statistik yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini adalah Statistika Deskriptif.

Statistika deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai partisipan penelitian dengan menggunakan perhitungan ​mean

​ , frekuensi, dan presentase komposisi

(23)

BAB 4

HASIL DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Pada bab 4 ini, peneliti akan menjelaskan mengenai hasil pengolahan data yang dilakukan berdasarkan data yang telah didapatkan. Hasil pengolahan data yang akan dijelaskan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum partisipan dan hasil penelitian.

4.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Universitas Indonesia terbagi menjadi tiga rumpun disiplin ilmu, yaitu Rumpun Ilmu Kesehatan, Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora, dan Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi. Setiap rumpun ilmu terdiri dari beberapa fakultas. Rumpun Ilmu Kesehatan meliputi Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Farmasi. Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora terdiri dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Rumpun Sains dan Teknologi meliputi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Komputer. Oleh karena itu, partisipan penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2014 yang berstatus aktif dari tiga rumpun ilmu tersebut.

Dari 221 partisipan yang bersedia mengisi kuesioner, peneliti menyaring data yang didapatkan berdasarkan kriteria partisipan dan kelengkapan pengisian item kuesioner. Dari hasil seleksi tersebut, seluruh partisipan memenuhi kriteria dan mengisi item kuesioner secara lengkap. Data yang telah disaring kemudian diolah dan menjadi acuan dalam penarikan kesimpulan penelitian ini.

Gambaran demografis penyebaran partisipan didapatkan melalui pengisian data diri partisipan yang meliputi inisial, fakultas, jurusan, usia, agama, jenis kelamin, dan asal daerah. Sebaran data demografis partisipan penelitian yang akan digambarkan dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, dan fakultas. Berikut ini merupakan gambaran umum partisipan penelitian berdasarkan data demografis.

(24)

4.1.1 Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Tabel 4.1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Usia Total

16 17 18 19 20 21

Jenis Kelamin Perempuan 1 12 59 61 3 1 137

Laki-laki 0 3 36 39 5 1 84

Total 1 15 95 100 8 2 221

Berdasarkan tabel 4.1. mengenai gambaran umum partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden adalah perempuan dengan presentase sebesar 62% atau sebanyak 137 orang. Sedangkan untuk presentase responden laki-laki adalah sebesar 38% atau sebanyak 84 orang.

Berdasarkan data demografis penyebaran usia partisipan penelitian ini rentangnya bervariasi dari 16 hingga 21 tahun. Mayoritas partisipan dalam penelitian ini berusia 19 tahun yaitu sebesar 45,2% atau sebanyak 100 orang. Selain itu, usia yang paling sedikit presentasenya adalah usia 16 tahun yaitu sebesar 0.4% atau sebanyak 1 orang dari keseluruhan partisipan.

4.1.2 Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Asal Fakultas Tabel 4.2 Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Asal Fakultas

Asal Fakultas Frekuensi Persentase (%)

Kedokteran (FK) 9 4,1

Kedokteran Gigi (FKG) 4 1,8

Matematika dan Ilmu

(25)

Teknik (FT) 55 24,8

Hukum (FH) 22 10

Ekonomi dan Bisnis (FEB) 31 14

Ilmu Pengetahuan Budaya

(FIB) 9 4

Psikologi 30 13,6

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) 44 19,9

Kesehatan Masyarakat (FKM) 1 0,5

Ilmu Komputer (FASILKOM) 5 2,3

Ilmu Keperawatan (FIK) 6 2,7

Farmasi (FF) 4 1,8

Total 221 100%

Berdasarkan tabel 4.2., terlihat bahwa jumlah partisipan penelitian ini telah mencakup mahasiswa dari 13 fakultas di Universitas Indonesia. Terdapat perbedaan jumlah partisipan dari masing-masing fakultas. Mayoritas partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Teknik yaitu sebesar 24,8% atau sebanyak 55 orang. Sedangkan minoritas partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan masing-masing persentase 1% atau sebanyak satu partisipan.

(26)

Rumpun Ilmu Frekuensi Persentase (%)

Rumpun Ilmu Kesehatan 24 10,9

Rumpun Ilmu Sosial dan

Humaniora 136 61,5

Rumpun Ilmu Sains dan

Teknologi 61 27,6

Total 221 100%

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa partisipan penelitian telah mencakup tiga rumpun disiplin ilmu yang ada di Universitas Indonesia. Mahasiswa yang paling banyak menjadi partisipan berasal dari Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora yaitu sebanyak 136 partisipan atau sebesar 61,5% . Mahasiswa yang paling sedikit menjadi partisipan berasal dari Rumpun Ilmu Kesehatan dengan jumlah 24 partisipan atau 10,9% dari seluruh partisipan.

4.2 Hasil Penelitian

Tabel 4.4. Penyebaran Skor Rata-rata Partisipan Penelitian

Variabel Skor rata-rata (mean)

(27)

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN PENELITIAN

5.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan data yang peneliti dapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada mahasiswa S1 angkatan 2014 Universitas Indonesia secara rata-rata masih dalam kategori dapat mentolerir keberadaan kaum homoseksual karena terletak pada angka 42,38 dari skala 0-100 dengan 0 berarti tidak homophobic dan 100 berarti sangat homophobic. Dengan skor berada dibawah 50 yang menjadi pemisah dari rentang homophobia dan tidak homophobia, maka dapat disimpulsan bahwa rata rata mahasiswa S1 Universitas Indonesia tahun 2014 berada pada rentang masih mentolerir homoseksual.

5.2 Diskusi Penelitian

5.3 Saran Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan memberikan saran yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya. Saran yang diberikan adalah saran metodologis.

5.3.1 Saran Metodologis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

(28)

berbeda-beda, maka dari itu diperlukan proporsi yang sesuai dengan jumlah mahasiswa dari setiap fakultas.

2. Selain proporsi jumlah mahasiswa yang berbeda tiap fakultasnya yang harus

diperhatikan, proporsi jenis kelamin juga cukup berpengaruh pada hasil penelitian agar data yang diambil representatif, tidak hanya dalam sudut pandang salah satu jenis kelamin saja. Maka seharusnya komposisi partisipan seimbang antara laki-laki dan perempuan.

3. Penelitian sebaiknya dilakukan dengan ​random sampling

​ . Peneliti telah melakukan

penelitian dengan ​accidental sampling

​ , namun peneliti telah menemukan ​accidental

sampling

(29)

Referensi

Adams, H. E., Wright, L. W., & Lohr, B. A. (1996). Is Homophobia Associated With Homosexual Arousal? Journal of Abnormal Psychology, 440-445.

Allport GW. (1954). The Nature of Prejudice. Reading, MA: Addison-Wesley. 537 pp. American Psychiatric Association. (2011, July 22). ​Home: Sexual Orientation

​ . Retrieved from

American Psychiatric Association Website:

http://web.archive.org/web/20110722080052/http://www.healthyminds.org/More-Info-Fo r/GayLesbianBisexuals.aspx

American Psychological Association. (2013, August 8). ​Home: Psychology Help Center: Sexual orientation, homosexuality and... Retrieved from American Psychological Association Website:

http://web.archive.org/web/20130808032050/http://www.apa.org/helpcenter/sexual-orien tation.aspx

Baron, R., & Branscombe, N. (2013). ​Social Psychology: Pearson New International Edition (13th ed.). Pearson.

Berrill, K. T. (1990). Anti-gay violence and victimizationin the United States: An overview. Journal o f lnterpersonal Violence

​ , 5, 274-294.

Brown, N. (2013, October). ​Homophobia

​ . Retrieved from Palo Alto Medical Foundation:

http://www.pamf.org/teen/sex/homophobia.html

Center for Addiction and Mental Health. (2007, August 28). ​Home: Publications: Resources for professionals: Asking the right questions 2

​ . Retrieved from Center for Addiction and

Mental Health Website:

http://www.camhx.ca/Publications/Resources_for_Professionals/ARQ2/arq2_question_a2 .html

Eagly, A. H., & Chaiken, S. (1993). ​The psychology of attitudes

. Harcourt Brace Jovanovich

(30)

Fassinger, R. (1991). ​The hidden minority: Issues and challenges in working with lesbian women and gay men.

​ CounselingPsychologist 19, 157-176.

Frye, M. (n.d.). ​Sexism

​ . Retrieved from Of Freedom and Justice:

http://www.und.edu/instruct/weinstei/Frye%20-%20Sexism.pdf

Fyfe, B. (1983). ​“Homophobia” or Homosexual Bias Reconsidered.

Archives of Sexual

Behavior, 12, 549-554.

Gay, Lesbian, And Straight Education Network. (2013). ​The 2013 National School Climate Survey: Executive Summary

​ . New York: Gay, Lesbian And Straight Education Network.

Gravetter, F., & Forzano, L. (2012). ​Research Methods for the Behavioral Sciences (4th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Cenage Learning.

Herek, G. M. (1984). "Beyond 'Homophobia': A Social Psychological Perspective on Attitudes Toward Lesbians and Gay Men". ​Journal of Homosexuality

​ , 1-15.

Hergenhahn, B. R. (2009). Dalam B. R. Hergenhahn & Rachel Guzman (Eds.), ​An Introduction to the History of Psychology

​ (6​th​ ed.). USA: Cengage Learning

Hudson, W.W., & Ricketts, W. A. (1980). ​A Strategy for The Measurement of Homophobia.

Journal of Homosexuality, 5, 356-371.

Huffington Post. (2013, July 29). Gay Voices: Huffington Post. Retrieved from http://www.huffingtonpost.com/2013/07/29/gay-iowa-teen-suicide_n_3672008.html Kimmel, M. (1994). ​Masculinity as homophobia: Fear, shame, and silence in the construction of

gender identity

​ . In H. Brod, & M. Kaufman (Eds.), Research on Men and Masculinities

Series: Theorizing masculinities. (pp. 119-142). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc. doi:​http://dx.doi.org/10.4135/9781452243627.n7

Kumar, R. (2011). Research: A way of thinking In Research methodology: a step-by-step guide for beginners (3rd ed.). London, United Kingdom: SAGE.

Liang, J. (2010). Home: Topics: Article: Dancing Against Violence. Retrieved from Inside Indonesia: http://www.insideindonesia.org/homophobia-on-the-rise

Pew Research Center. (2013, June 4). Global: Pew Research Center. Retrieved from Pew

Research Center: Global Attitudes & Trends:

(31)

Pharr, S. (1997). ​Homophobia: A Weapon of Sexism (Extended Ed.)

. Berkeley, California:

Chardon Press

Redaksi Salam-Online. (2012, September 8). Retrieved from Salam Online: http://www.salam-online.com/2012/09/fpi-tokoh-gay-jadi-komisioner-bubarkan-komnas-ham.html

Richmond, J. P., & McKenna, H. R. (1998). Homophobia: an evolutionary analysis of the concept as applied to nursing.​ Journal of Advanced Nursing, 28,

​ 362-369.

Weinberg, G. (1972). ​Society and the healthy homosexual

​ . New York: St. Martin's Press.

Wright, L. W., Adams, H. E., & Bernat, J. (1999). Development and validation of the Homophobia Scale.​ Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment

Gambar

Tabel 3.1 Komponen Alat ukur ​Homophobia Scale Wright, Adams, & Benart (1999)
Tabel 4.1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Tabel 4.3 Gambaran Umum Partisipan Penelitian Berdasarkan Rumpun Ilmu di UI

Referensi

Dokumen terkait

Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Peran guru dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Subjek Penelitian

Dari hasil wawancara serta observasi yang telah dilakukan terhadap para pedagang etnis Minang di Jakarta, terbentuknya rasa saling percaya antara sesama pedagang

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Peningkatan produksi padi tahun 2013 diperkirakan disebabkan oleh peningkatan produktivitas sebesar 1,67 kuintal/hektar (3,74 persen), sedangkan luas panen diperkirakan

Hal ini terkait dengan pelajaran kita yang lain untuk menghindari kepanikan publik dan dengan demikian gejolak sosial, yaitu Bank untuk tetap terhormat sebagai bank"

Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang layu, maka pada umumnya para

Chloro acetic acid is miscible with pinene and also soluble in water, due to this two factors, this catalyst, besides the formation of the proton to form the