• Tidak ada hasil yang ditemukan

MP P HSE 006 PELAPORAN DAN investigasi K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MP P HSE 006 PELAPORAN DAN investigasi K"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MP-P-HSE-006

Dibuat Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Ing Kurnia S. dr. Irwan B. Hasyim, MSc dr. Thomas Tabalujan, MSc Staff HSE Senior Manager Operations

& HSE

(2)

No. Revisi Tanggal Uraian Perubahan Halaman

DAFTAR ISI

Halaman

(3)

SEJARAH PERUBAHAN 2

DAFTAR ISI 3

TUJUAN 4

RUANG LINGKUP 4

REFERENSI 4

PENANGGUNG JAWAB 4

DETAIL PROSEDUR 4

FORMULIR YANG DIGUNAKAN 8

1. TUJUAN

(4)

2. RUANG LINGKUP

Prosedur ini dibuat untuk dilaksanakan pada kegiatan di Unit Usaha PT. Kartika Bina Medikatama

3. REFERENSI

3.1. Manual QHSE PT. Bina Kartika Medikatama 3.2. OHSAS 18001:2007 klausul 4.5.3.

4. PENANGGUNG JAWAB

4.1. Management Representative 4.2. QHSE Manager

4.3. HRD Manager

5. DETAIL PROSEDUR

5.1. Pelaporan kecelakaan, hampir celaka dan ketidaksesuaian.

5.1.1. Pelaporan awal dapat dilakukan secara verbal, melalui komunikasi langsung, atau pesawat telepon. Dilakukan segera setelah mene-mui kecelakaan atau kondisi hampir celaka.

5.1.2. Pelaporan secara tertulis untuk kasus kecelakaan dan hampir cela-ka dilakucela-kan dengan menggunacela-kan form.

(5)

No Jenis Kejadian

1 Ketidaksesuaian dan hampir celaka 2 X 24 jam  Supervisor 2 FAC (First Aid Case), adalah cidera

yang terkait dengan pekerjaan yang

mana hanya memerlukan mengakibatkan waktu yang hilang dari bekerja diluar lebih dari 2 hari yang dibuktikan dengan surat dokter

1 X 24 jam Manajer Departemen

 Supervisor

5.1.4. Laporan secara tertulis bisa dilakukan oleh karyawan yang menge-tahui kejadian tersebut atau dibantu oleh HSE Officer atau Super-visor.

(6)

MTC, LTI, dan FTL, wajib dilaporkan kepada PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan Dinas Tenaga Kerja (DIS-NAKER) tingkat II setempat paling lambat 2 X 24 jam.

5.1.7. Untuk pelaporan awal ke JAMSOSTEK dapat dilakukan melalui telepon.

5.1.8. Untuk kecelakaan yang berdampak pada kerusakan lingkungan di-laporkan kepada unsur pemerintahan setempat yakni kepada Kepala Kecamatan dan Kepolisian.

5.2. Pelaporan Penyakit Akibat kerja

5.2.1. Apabila diketemukan indikasi terjadinya Penyakit Akibat Kerja pada ka-ryawan sewaktu berobat sendiri / pribadi akibat adanya keluhan sakit yang diderita maka karyawan harus melaporkan sakit beserta hasil dia-gnosa dokter RS yang mendukung ke HRD

5.2.2. Apabila diketemukan indikasi terjadinya Penyakit Akibat kerja pada ka-ryawan sewaktu dilakukan MCU, maka dokter pemeriksa MCU harus memberitahukan pihak HRD, dan HRD harus menginformasikan kejaan PAK kepada QHSE, paling lambat dalam waktu 1 x 24 jam setelah di-terimanya laporan

5.2.3. QHSE akan mereview hasil laporan dan membandingkan dengan jenis Penyakit Akibat Kerja yang wajib dilaporkan sesuai dengan Lampiran Pe-raturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: Per01/Men/1981 mengenai Daftar Penyakit-penyakit Akibat Kerja Yang Harus Dilaporkan. 5.2.4. QHSE akan kemudian mengisikan kedalam form standar Laporan PAK

sesuai dengan Lampiran 1 dan 2 Keputusan Menteri tenaga Kerja RI No. KEPTS.333/MEN/1989 mengenai diagnosis dan Pelaporan Akibat Kerja 5.2.5. Penyakit Akibat Kerja yang ditemukan harus dilaporkan oleh pengurus

tempat kerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam kepada Kepala Kantor Wi-layah Departemen Tenaga Kerja melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat

(7)

5.3.1. Penanganan awal yang bersifat perbaikan atas setiap temuan ke-celakaan, hampir celaka dan ketidaksesuaian wajib dilakukan oleh setiap karyawan yang mengetahui kejadian tersebut.

5.3.2. Manajer Departemen wajib menentukan tindakan awal dan atau lanjutan yang harus dilakukan begitu mendapat laporan awal ten-tang terjadinya suatu kecelakaan, hampir celaka atau ketidak-sesuaian.

5.3.3. Penanganan insiden harus dilakukan dengan baik dan aman sehingga tidak menimbulkan bahaya baru, memperparah keadaan korban atau menimbulkan insiden susulan

5.3.4. Penanganan terhadap korban insiden harus mengikuti prinsip-prinsip pertolongan pertama pada gawat darurat. Hanya orang yang telah mendapatkan pelatihan Dasar-Dasar P3K yang dapat membantu menangani korban.

5.4. Investigasi Kecalakaan Kerja

5.4.1. Investigasi yang dilakukan harus mencakup hal – hal sebagai berikut :

a. Pengumpulan data, melalui pemeriksaan tempat kejadian dan menggali informasi melalui korban (jika memungkinkan) dan saksi.

b. Review hasil penilaian resiko sebelumnya atas aktifitas terkait yang telah dilakukan sebelumnya

c. Analisa data yang dapat mendeteksi penyebab langsung (tindakan atau kondisi tidak aman), penyebab dasar (factor personel atau pekerjaan) dan pengendalian manajemen. d. Rekomendasi tindakan perbaikan yang bersifat pencegahan. e. Pemantauan terhadap rekomendasi hasil investigasi.

5.4.2. Investigasi dilakukan oleh suatu tim dan jumlah anggotanya tergantung dengan tingkatan kecelakaan, insiden atau ketidak-sesuaian yang terjadi.

5.4.3. Investigasi harus dilaksanakan secepat mungkin untuk mence-gah hilangnya barang bukti.

5.4.4. Batas waktu investigasi diusahakan sudah selesai dalam waktu tidak lebih dari 1 bulan sejak ketidaksesuaian atau kecelakaan terjadi.

(8)

wakilan dari kontraktor harus dilibatkan dalam tim investigasi yang dibentuk.

5.4.7. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang diberikan oleh tim investigasi harus dilakukan penilaian resiko guna mengetahui bahwa tindakan tersebut tidak menimbulkan resiki baru yang lebih tinggi.

5.5. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Penyakit Akibat Kerja dapat diketemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya, untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya;

5.6. Penilaian resiko dilakukan oleh Manajer Departemen terkait.

5.6.1. Rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan tertuang dalam laporan ketidaksesuaian.

5.6.2. Hasil investigasi yang telah disahkan harus dikomunikasikan kepada pihak terkait.

5.6.3. Batas waktu maksimal pemantauan terhadap pencapaian pel-aksanaan rekomendasi dari hasil investigasi kecelakaan dan / atau rencana tidakan dan pencegahan yang telah ditetapkan adalah 7 (tujuh) hari setelah laporan terkait dikeluarkan.

I. FORMULIR YANG DIGUNAKAN 5.7. FM-HSE-006-01: Accident Report

5.8. FM-HSE-006-02 : Traffic Accident Report-Form

5.9. Lampiran 1 Keputusan Menteri tenaga Kerja RI No. KEPTS.333/MEN/1989 mengenai diagnosis

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan telah menetapkan prosedur pelaporan dan investigasi kecelakaan kerja SOP/HRGA/135, termasuk penentuan tim yang membuat membuat laporan dan investigasi

prosedur kerja sesuai dengan program memasuki ruang terbatas dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Permasalahan yang bisa diangkat pada kondisi ini adalah bagaimana telaah pembelajaran akuntansi dengan dasar keseimbangan pendekatan rasionalisme dan spiritual

Dilihat dari peran penting pembiayaan yang mendominasi pendapatan bank syariah maka penulis akan melakukan penelitian lanjutan dengan menganalisis Pembiayaan

Model yang menggambarkan struktur statis dari suatu objek dalam sistem dan relasinya adalah.. tidak ada

Saya Rosiani. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian mengenai Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik dan Tingkat Stress Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Gunung

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan disiplin shalat berjamaah peserta didik di MA Al- Khairaat Kota

Spesies ikan yang ditemukan di Batang Bungo Desa Rantau Pandan tergolong rendah dibandingkan dengan jenis-jenis ikan yang ditemukan di Sungai Tabir Kecamatan Tabir Kabupaten