• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN VITERNA PLUS DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN VITERNA PLUS DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENGARUH PEMBERIAN VITERNA PLUS DENGAN DOSIS YANG BERBEDA

PADA PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG

(Clarias gariepinus)

1.2Robi Hendrasaputro, 2Rully, dan 2Mulis 1E-Mail : robihendra40@gmail.com

2Jurusan Budidaya Perairan , Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan , Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini dilakuakan untuk mengetahui pengaruh pemberian viterna plus dengan dosis yang

berbeda pada pakan terhadap pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Metode

penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.

Parameter utama yang digunakan adalah pertumbuhan mutlak, harian, kelulushidupan (SR),

sedangkan parameter penunjang kualitas air media pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengaruh pemberian viterna plus dengan dosis yang berbeda pada pakan memberikan pengaruh

(berbeda nyata) terhadap pertumbuhan berat benih ikan lele sangkuriang pada taraf kepercayaan 95%.

Nilai pertumbuhan berat mutlak tertinggi adalah pada perlakuan C (dosis 15 ml/kg) 3,14 gram, B (dosis

10 ml/kg) 2,96 gram, D (dosis 20 ml/kg) 2,95 gram dan yang terendah pada perlakuan A (dosis viterna

0 ml/kg) 3,73 gram. Rata-rata Kualitas air selama penelititan masih dalam kisaran normal untuk

pemeliharaan benih ikan lele yaitu DO 2,7-4,2 mg/l, suhu 280C, dan pH 7

Kata Kunci: Benih Lele Sangkuriang, Viterna Plus, Pertumbuhan.

(3)

3

I PENDAHULUAN

Perkembangan perikan budidaya di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

pertumbuhan penduduk, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan berbagai makanan yang

berasal dari ikan. Hal ini berdampak pada terjadinya ketidakseimbangan permintaan jumlah kebutuhan,

diantaranya yaitu kebutuhan berupa daging ikan yang merupakan sumber protein hewani. Protein

sangat dibutuhkan bagi kesehatan tubuh, yang harus dapat terpenuhi secara maksimal agar dapat

menjalankan fungsinya. Salah satunya yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan tersebut perlu adanya suatu usaha yang harus dilakukan, salah satunya adalah

pembudidayaan ikan konsumsi.

Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus), merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki

prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha budidaya. Permintaan ikan lele terus

meningkat setiap tahunnya. Ikan lele banyak disukai masyarakat karena rasa dagingnya yang khas.

Melihat peluang yang begitu besar, maka selama kurun waktu 2013-2014, Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan peningkatan produksi

ikan lele yaitu dari 758,455 ton tahun 2013 menjadi 840.000 ton pada tahun 2014 (KKP, 2013).

Seiring dengan perkembangn teknologi dalam pembudidayaan ikan lele pakan yang diberikan

untuk memenuhi kebutuhan energi dan pertumbuhan harus cukup agar mendapatkan hasil panen

yang maksimal. Kebutuhan pakan selama budidaya dapat mencapai sekitar 60-70%, dari biaya

operasional budidaya (Hadadi, dkk., 2009). Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya

dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang

terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya (NRC, 1993

dalam Megawati .R dkk 2012).

Kualitas pakan yang digunakan sangat mempengaruhi pertumbuhan benih lele sangkuriang,

hal ini berhubungan dengan kebutuhan nutrisi ikan lele yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat,

vitamin dan mineral. Protein merupakan komponen pertama untuk pertumbuhan ikan yaitu sebagai

sumber energi dan untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak. Sugih (2005) dalam Ahmadi H. dkk

(2012), menyatakan bahwa pertumbuhan ikan meningkat jika pakan yang diberikan dapat dicerna

dengan baik oleh ikan sehingga energi yang diperoleh ikan dari pakan dapat dimanfaatkan secara

optimum. Adanya enzim pencernaan dalam tubuh ikan dapat meningkatkan daya cerna ikan terhadap

(4)

4

Pakan yang diproduksi dengan harga mahal pun belum tentu memiliki kualitas yang baik oleh

karena itu, perlu dicari alternatif bahan pakan yang dapat membantu dalam proses pencernaan pakan.

Salah satu alternatif yang dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan adalah viterna. Viterna

merupakan suplememn pakan yang diolah dari berbagai macam bahan (hewan dan tumbuhan),

manfaat yang terdapat yaitu dapat meningkatkan nafsu makan hewan, meningkatkan daya tahan

tubuh, memacu enzim-enzim pencernaan serta mempercepat pertumbuhan. Viterna plus

diformulasikan dengan basis teknologi asam amino yang berfungsi menambah dan melengkapi nutrisi

ternak karena viterna merupakan suplemen atau penambah nutrisi murni yang siap dicerna serta

mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencernaan ternak.

Penggunaan viterna yaitu dengan cara dicampurkan kedalam pakan (pellet) yang akan

diberikan pada ikan. Menurut (Mufidah et al., 2009), Viterna adalah suplemen yang berasal dari

berbagai macam bahan alami yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan

mempercepat partumbuhan.

II METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2014 bertempat

di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ember plastik sebagai wadah pemeliharaan, alat pengukur kualitas ar, timbangan analitik,

mistar, semprotan, gelas ukur, suntikan dan 1 unit komponen intalasi untuk menghasilkan oksigen

terlarut. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan lele sangkuriang sebagai hewan uji

dan pakan untuk makanan ikan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan

sehingga jumlah satuan percobaan adalah 12 unit. Penelitian dilakukan dalam lingkungan yang

terkontrol. Perlakuan yang diberikan adalah: Perlakuan A (tanpa viterna), Perlakuan B (Dosis viterna 10

ml/kg pakan), Perlakuan C (Dosis 15 ml/kg pakan ) dan perlakuan D (Dosis viterna 20 ml/kg pakan).

Adapun tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Diisi air kedalam wadah yang sebelumya telah disiapkan dan dibersihkan, masing-masing wadah

diisi air sebanyak 10 liter.

3. Dilakukan pemasangan Blower dengan cara membuat intalasi yang dirangkaikan dengan selang

aerasi dan batu aerasi sebagai penghasil oksigen terlarut.

4. Wadah yang telah disiapkan diaerasi kuat selama 24 jam.

(5)

5

6. Ikan diberikan pakan pellet yang sebelumnya telah dicampur viterna plus, sebanyak 3 kali dalam

sehari, yakni pagi, sore dan malam hari.

7. Dilakukan pengukuran berat benih sekali dalam setiap minggu yakni pada pagi hari.

8. Dilakukan Pengukuran kualitas air mulai dari Suhu, pH dan DO sekali dalam seminggu dan

dilakukan pada pagi hari

Variable yang Diamati

Penelitian yang akan dilakukan yaitu pengaruh pemberian viterna plus dengan dosis yang

berbeda pada pakan terhadap pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus), penelitian

dilakukan empat kali perlakuan, dan tiga kali ulangan.

Petumbuhan berat benih ikan lele sangkuriang menurut Cholik et al., (2005) :

Keterangan:

Wt = Berat akhir penelitian waktu minggu ke-t

Wo= Berat awal ikan lele sangkuriang

1. Pertumbuhan Harian

Perhitungan Pertambahan Berat Harian Rata-rata atau Average Daily Growth (ADG) menurut

Cholik (2005) dalam Erlansyah (2014), adalah:

Keterangan:

Wt = Berat akhir (g)

Wo= Berat awal (g)

H = Lama pemeliharaan (hari)

2. Sintasan

1.

Kelulusan Hidup

Kelulusan hidup (SR) adalah persentase jumlah biota yang hidup pada akhir waktu tertentu

menurut Cholik (2005) dalam Erlansyah (2014) adalah:

Keterangan:

W = Wt

Wo

ADG

=

𝑾𝒕−𝑾𝒐

𝑯

SR =

𝑵𝒕

(6)

6

Nt = Jumlah benih ikan lele sangkuriang akhir penelitian ke-t

No = Jumlah awal benih ikan lele sangkuriang

Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan ANOVA (Analisis of Varian) untuk

mengetahui pengaruh dari semua perlakuan. Apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji

lanjut beda nyata terkecil (BNT)

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Berat Mutlak

Benih ikan lele sangkuriang yang dipelihara selama penelitian mengalami pertumbuhan berat

mutlak pada setiap perlakuan, namun terjadi peningkatan pertumbuhan yang signifikan pada perlakuan

C sebesar 3,14 gram, kemudian perlakuan B sebesar 2,96 gram, pertumbuhan ketiga ditunjukan pada

perlakuan D yaitu 2,95 gram. Sedangkan perlakuan A memiliki pertumbuhan berat mutlak terendah

yakni 2,73 gram. terjadi hubungan pertambahan berat antara pakan yang diberi penambahan viterna

dan yang tidak diberi tambahan viterna.

Gambar 1. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Lele Sangkuriang

Berdasarkan hasil analisis ragam pertumbuhan berat mutlak benih ikan lele sangkuriang

menunjukan Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa

pemberian viterna plus dengan dosis yang berbeda pada pakan memberikan pengaruh nyata terhadap

pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang.

Viterna yang telah dicampurkan kedalam pakan mempunyai kandungan seperti protein dan

lemak yang akan dicerna oleh ikan untuk kebutuhan energi dan pertumbuhan. Subandiyono (2009),

(7)

7

menjadi energi yang bermanfaat. Nutrien yang dikonsumsi oleh ikan dicerna di dalam saluran

pencernaan, diserap oleh dinding saluran pencernaan, dan muncul dalam aliran darah sebagai

molekul-molekul komponennya. Protein dihidrolisis menjadi berbagai jenis asam amino, dan lemak

akan diurai menjadi berbagai jenis asam lemak dan berbagai komponen penyusun lainnya.

Molekul-molekul tersebut mengalir dalam tubuh dan diambil oleh berbagai jenis jaringan untuk selanjutnya

mengalami berbagai reaksi kimia, baik pemecahan molekul atau katabolisme maupun sintesis molekul

atau anabolisme. Hasil akhir dari reaksi tersebut adalah degradasi untuk melepaskan energi yang

terkandung di dalam molekul tersebut atau pertumbuhan dari organisme.

Selain protein dan lemak viterna juga mengandung vitamin A, D, E, K, B kompleks, C, dan

mineral. selanjutnya vitamin dan mineral akan dicerna didalam rongga saluran pencernaan kemudian

akan digunakan untuk energi dan aktivitas pertumbuhan.

Pertumbuhan Berat Harian

Pertumbuhan berat harian benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) selama 28 hari

dengan menggunakan empat perlakuan yakni perlakuan A (dosis viterna 0 ml/kg pakan), perlakuan B

(dosis viterna 10 ml/kg pakan), dan perlakuan C ( dosis viterna 15 ml/kg pakan) dan perlakuan D (dosis

viterna 20 ml/kg pakan) dapat dilihat pada Gambar grafik berikut:

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Berat Harian

Berdasarkan Gambar 2, grafik di atas pertumbuhan berat harian benih ikan lele sangkuriang

(Clarias gariepinus), sesuai dengan pemberian viterna plus dengan dosis yang berbeda pada pakan

Menunjukkan pertumbuhan berat rata–rata harian yang berbeda pula. Pertumbuhan berat harian benih

ikan lele sangkuriang yang tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 0.11 gram, dilanjutkan dengan

(8)

8

selanjutya yang terendah pada perlakuan A yakni 0.098 gram. Kenaikan bobot harian ikan pada setiap

perlakuan selama penelitian menunjukan bahwa seluruh ikan uji mengalami pertumbuhan.

Pertumbuhan ikan lele sangkuriang terjadi karena adanya pasokan energi yang terkandung

dalam pakan. Energi dalam pakan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk

pemeliharaan tubuh dan aktifitas tubuh lainya. Sehingga kelebihan energi tersebut dimanfaatkan untuk

pertumbuhan. Zonneveld et al (1991) dalam mulyadi (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi

karena adanya kelebihan energi yang berasal dari pakan setelah dikurangi oleh energi hasil

metabolisme dan energi yang terkandung dalam feses.

Kelangsungan Hidup (SR)

Hasil penelitian menunjukkan kelangsungan hidup benih lele sangkuriang pada setiap

perlakuan selama penelitian memiliki rata-rata 73% sampai 87%, tingkat kelangsungan hidup benih

ikan lele sangkuriang selama penelititan dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:

Gambar 3. Grafik Kelangsungan Hidup

Kematian pada ikan selama penelitian diduga ikan stres sehingga mempengaruhi tingkat

metabolisme dan pakan yang ada tidak termanfaatkan dengan baik menyebabkan ikan mati. Menurut

Hendrawati, R (2011), bahwa angka mortalitas yang mencapai 30-50% masih dianggap normal.

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan lele sangkuriang (Clarias

gariepinus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas yang baik bagi

kehidupan benih ikan sele sangkuriang

0 20 40 60 80 100

A (0ml) B (10ml) C (15ml) D (20ml)

PERLAKUAN

73 87 77 73

(9)

9

Tabel 1. Rata-rataParameter Kualitas Air selama penelitian

No Parameter Hasil Pengukuran

1 Suhu 28

2 pH 7

3 DO 3,3

Pengukuran kualitas air dilakukan sekali dalam setiap minggu dengan menggunakan alat ukur

suhu, pH dan DO. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. Berdasarkan tabel pengukuran kualitas air di

atas bahwa suhu selama penelitian relatif stabil pada skala 28 0C. Suhu yang ideal untuk

pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah 25–30 0C Hendrawati, R. (2011). Diatas suhu tersebut

nafsu makan lele akan berkurang. Selain itu, tingginya suhu air akan menyebabkan meningkatnya

aktivitas metabolisme dari organisme yang ada. Selain itu selama penelitian nilai pH 7. pH tersebut

baik untuk petumbuhan benih ikan lele sangkuriang, sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI, 2000)

bahwa pH yang produktif untuk pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang berkisar antara 6.5 – 8.6.

Kandungan oksigen terlarut (DO) berkisar 3.3 mg/L. Menurut Ghufran dan Tancung (2010) dalam

Alnanda, R et al (2013), menyatakan bahwa ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan seperti lele

lebih cepat tumbuh pada oksigen optimum tidak kurang dari 3 ppm. Ini diduga pada kondisi oksigen

rendah, ikan selalu muncul di permukaan untuk menghirup oksigen yang tentunya menguras energi

(yang berasal dari pakan) sehingga proses pertumbuhannya terhambat.

IV KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian viterna plus pada pakan terhadap

pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian viterna plus dengan dosis yang berbeda pada pakan memberikan pengaruh yang nyata

terhadap pertumbuhan benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).

2. Pemberian viterna plus dengan dosis 15 ml/kg pakan memberikan pertumbuhan berat mutlak dan

harian tertinggi pada benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Iskandar, dan Kurniawati. 2012. pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan

lele sangkuriang (Clarias gariepinus) pada pendederan II. Jurnal perikanan dan kelautan,

(10)

10

Alnanda, R. Yunasfi dan Ezraneti R. 2013 Pengaruh frekuensi pemberian pakan pada kondisi gelap

terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih ikan lele dumbo (clarias gariepinus). Jurnal.

Universitas Sumatera Utara

Eko P, W. 2009. Tingkah Laku Makan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Terhadap Beberapa

Jenis Anak Ikan. Tesis. Program Studi Biologi. Proram Pscasarjana. Falkultas Matematika

dan Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.

Erlansyah, 2014. Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan

Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Balai Pengembangan Benih Ikan Laut

dan Payau (BPBILP) Lamu Kabupaten Boalemo. (Skripsi). Program Studi Budidaya

Perairan. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo.

Nur, F,F. 2013. Pasti Panen Lele. Klaten: Sahabat

Gunawan, RGB dan Harianto Bagus. 2011. Dongkrak Produksi Lele Dengan Probiotik Organik.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Hendrawati, Rina. 2011. Pemanfaaatan Limbah Produksi Pangan dan Keong Emas (Pomacea

canaliculata) Sebagai Pakan Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus). Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Irmawati, Ade. 2013. /Pengaruh Tepung Azolla Microphylla Sebagai Pakan Tambahan Terhadap

Kandungan Protein Dan Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus). (Skripsi).

IKIP PGRI Semarang. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam .

Program Studi Pendidikan Biologi. Semarang

Jaja, Suryani, A, Sumantadinata, K. 2013. Usaha Pembesaran dan Pemasaran Ikan Lele Serta Strategi

Pengembanganya di UD Sumber Rezeki Parung Jawa Barat. Jurnal Departemen Budidaya

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Krisnawan, Andre. Sukses beternak lele dumbo dan lele local. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Madinawati, Serdiati N dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan

Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Media Litbang Sulteng.

IV (2) : 83 – 87, (Diakses Agustus 2014)

Mahyuddin, Kholish. 2013. Belajar Dari Kegagalan Bisnis Lele. Jakarta : Penebar Swadaya

Naila Budiatin Wahyu Mufidah, Boedi Setya Rahardja, dan Woro Hastuti Satyantini. 2009. Pengkayaan

(11)

11

Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol 1 No.1. Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Pariyanti, F. 2007. Pengaruh Penambahan Suplemen Viterna Dalam Pakan Terhadap Laju

Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Lobster Air Tawar (cherax quadricarinatus).

Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Peternakan – Perikanan. Universitas Muhammadiyah

Malang

Shafrudin,Yurniawati dan M Setiawati. 2006. Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Dumbo (clarias sp.)

Terhadap Produksi pada Sistem Budidaya dengan Pengendalian Nitrogen Melalui

Penambahan Tepung Terigu . Jurnal akuakultur indonesia. Departemen Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Subandiyono.2009. Bahan Ajar Nutrisi Ikan (Karbohidrat, Mikro-Nutrien ,Non-Nutrien dan Anti-Nutrien).

Program Studi. Budidaya perairan, jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Diponegoro

Supriyanto, 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam Peleet Terhadap Prtumbuhan Lele

Sangkuriang. FMIPA Universitas Negeri Semarang.

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sainteknol/article/download/333/318 (Diakses

Tanggal 27 Juni 2014).

Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang. Balai Budidaya Air Tawar

Sukabumi. Jawa Barat.

Sumpeno. 2005 Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo (Clarias sp). pada padat

penebaran 15, 20, 25, dan 30 ekor/liter dalam pendederan secara indoor dengan sistem

resirkulasi. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Yunus, T. 2014. Pengaruh Padat Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele

Sangkuriang (Clarias gariepinus), Di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo. (Skripsi).

Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian. Universitas Negeri

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Lele Sangkuriang
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Berat Harian
Gambar 3. Grafik Kelangsungan Hidup
Tabel 1.  Rata-rata Parameter Kualitas Air selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) sampai 1% dalam air minum masih tetap menjaga stabilitas profil lemak darah ayam

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Kemudian guru meminta siswa membaca wacana yang terdapat dalam

Jadwal waktu salat edaran Kementerian Agama dengan Di9ital Prayer Time memiliki kesamaan yakni jadwal waktu salat sepanjang masa. Selain itu, Kementerian Agama juga

Model produktivitas yang diperoleh dari regresi dikalikan luas area tanam dan pola tanam yang berdasarkan pola indeks vegetasi dari data penginderaan jauh dalam satu tahun

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fifik sediaan masker gel berbahan aktif ekstrak kulit jeruk manis dengan konsentrasi gelling agent 2%

Pada pengamatan histopatologi pankreas mencit kelompok perlakuan terapi ekstrak etanol daun sambiloto ( Andrographis paniculata Nees) dosis 2,2 mg/kg BB, tampak