• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA PELAJAR

INDONESIA YANG MANDIRI DAN INOVATIF

London, United Kingdom, 22-24 Oktober 2010

Oleh

DIRGAYUZA SETIAWAN

Wakil Ketua Umum PPI Australia FEBRY HENDRA JESHKIEL DIEN

Ketua Bidang Kerjasama Eksternal PPI Australia SONY KUSUMASONDJAJA

(2)

“Pada tahun 2010

perguruan tinggi di

Indonesia menambahkan

900.000 sarjana

penganggur”

PENDAHULUAN

Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah semakin meningkatnya angka pengangguran terdidik. Data dari Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pendidikan Nasional yang dimuat di Suara Merdeka Januari 2010 menyatakan bahwa pada tahun 2010 perguruan tinggi di Indonesia menambahkan 900.000 sarjana penganggur. Beberapa faktor yang diyakini banyak pihak sebagai penyebab tingginya angka pengangguran terdidik ini adalah:

1. Semakin meningkatnya jumlah lulusan perguruan tinggi justru diikuti dengan semakin menyempitnya lapangan kerja yang tersedia.

2. Kurangnya kesadaran mahasiswa dalam membekali diri dengan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja sehingga mereka lulus dalam keadaan tidak siap pakai, dan

3. Kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia tidak mempersiapkan mahasiswanya untuk memiliki kompetensi yang memadai dan tidak mempersiapkan mereka untuk berwirausaha mandiri.

Di sisi lain, muncul keluhan dari dunia usaha bahwa lulusan perguruan tinggi saat ini banyak yang memiliki kesiapan kerja yang kurang baik yang membuat mereka memiliki kinerja yang tidak memuaskan dalam pekerjaan mereka. Situasi ini didukung data komparasi internasional yang menjelaskan rendahnya kualitas lulusan pendidikan tinggi Indonesia. Dari alat ukur Human Development Index 2007/2008 yang disusun oleh United Nations Development Program, Indonesia menduduki peringkat 107 dari 155 negara.

(3)

“Pendidikan yang

berorientasi pada

pembangunan jiwa

kewirausahaan

diharapkan tidak hanya

akan menghasilkan

lulusan dengan

pemahaman konseptual

yang baik, namun juga

dilengkapi dengan

berbagai soft skills yang

dibutuhkan untuk

menciptakan lapangan

pekerjaan sendiri”

Kewirausahaan atau entrepreneurship menjadi solusi alternatif yang disarankan banyak pihak. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan jiwa kewirausahaan direkomendasikan oleh berbagai pakar pendidikan untuk mengatasi masalah pengangguran terdidik yang semakin hari semakin mencemaskan. Pendidikan yang berorientasi pada pembangunan jiwa kewirausahaan diharapkan tidak hanya akan menghasilkan lulusan dengan pemahaman konseptual yang baik, namun juga dilengkapi dengan berbagai soft skills yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi persaingan lapangan kerja agar mereka memiliki daya saing yang tinggi sekaligus memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dalam jangka panjang, pendidikan yang berorientasi pada pengembangan jiwa kewirausahaan akan mendorong peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa Indonesia.

Kegiatan Simposium Internasional 2010 ini merupakan bentuk kepedulian Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) tingkat Dunia atau Overseas Indonesian Students Association Alliance (OISAA)

untuk memperkuat pembinaan kewirausahaan di Indonesia. Dengan ketersediaan akses pada sumber-sumber informasi yang hampir tak terbatas, keberadaan para pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di luar negeri seyogyanya mampu memberikan kontribusi yang signifikan dengan mengambil peran kepemimpinan strategis, terutama dalam pengembangan strategi pendidikan Indonesia di masa depan untuk menjawab tantangan globalisasi. Keterlibatan PPI Australia dalam kegiatan ini tidak lain merupakan cerminan keinginan kuat PPI Australia untuk ikut berkontribusi pada perbaikan dunia pendidikan dan ekonomi Indonesia. Dengan didasarkan pada motivasi dan keinginan luhur inilah, PPI Australia memberangkatkan 3 orang delegasi pada acara Simposium Internasional 2010 OISAA.

(4)

“Saat ini, PPI yang

telah terdaftar

sebagai anggota

OISAA berasal dari

45 negara.”

SEKILAS TENTANG SIMPOSIUM INTERNASIONAL 2010

Simposium Internasional 2010 merupakan kegiatan tahunan OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) atau Aliansi PPI-Dunia. Awal mula kegiatan Simposium Internasional ini adalah dari Simposium Internasional 2009 yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda pada 3-5 Juli 2009 yang menjadi cikal bakal berdirinya Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Kegiatan Simposium Internasional ini memungkinkan perwakilan pelajar Indonesia dari berbagai negara untuk berkumpul dalam sebuah forum dan mendiskusikan isu-isu nasional serta memberikan rekomendasi strategis langsung kepada Pemerintah Republik Indonesia. Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia atau

Overseas Indonesian Student Association Alliance (OISAA) adalah penyelenggara kegiatan Simposium Internasional 2010. OISAA diresmikan pada bulan Oktober 2007 dalam Konferensi Internasional Pelajar Indonesia di Sydney, Australia. Peresmian tersebut dihadiri oleh perwakilan PPI dari 7 negara; yaitu Australia, Belanda, India, Jepang, Malaysia, Mesir, dan Singapura yang juga dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Saat ini, PPI yang telah terdaftar sebagai anggota OISAA berasal dari 45 negara; yaitu Australia, Austria, Arab Saudi, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Belanda, Belgia, China, Republik Ceko, Denmark, Finlandia, Hungaria, India, Inggris, Iran, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Lebanon, Libya, Malaysia, Maroko, Mesir, Kanada, New Zealand, Norwegia, Pakistan, Perancis, Philipina, Polandia, Portugal, Rusia, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, Sudan, Syiria, Taiwan, Thailand, Turki, Tunisia, dan Yemen.

Pada penyelenggaran keduanya, SI-2010 diselenggarakan oleh PPI Inggris. Tahun ini, tema yang diangkat adalah Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan Kualitas SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif. Tiga sub-tema yang disajikan dalam Simposium ini adalah:

1. Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi,

2. Membentuk Akademisi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global, dan 3. Model Kepemimpinan dalam Menjawab Krisis Multidimensi di Indonesia.

Selain membahas topik-topik tersebut, Simposium Internasional 2010 juga memiliki agenda khusus untuk membahas perkembangan keorganisasian OISAA sekaligus mendiskusikan penyelenggaraan Simposium Internasional pada tahun 2011.

(5)

PELAKSANAAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL 2010

Simposium Internasional 2010 ini diselenggarakan di London, Inggris – tepatnya dilaksanakan di Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Inggris, 38 Grosvenor Square, London. Kegiatan diawali pada hari Jumat, 22 Oktober 2010 sampai dengan hari Minggu, 24 Oktober 2010.

Para pembicara yang berpartisipasi dalam acara Simposium Internasional 2010 adalah: 1. Ibu Marie Elka Pangestu

Menteri Perdagangan RI 2. Bp. Dr Dino Patti Djalal

Duta Besar RI untuk Amerika Serikat 3. Bp. Dr (HC) Rahmat Gobel

Presiden Komisaris Gobel Group 4. Bp. Thamrin Lubis

Founder The Indonesia Overseas Network 5. Ibu Merry Maryati

Atase Perdagangan KBRI Inggris 6. Bp. Wahyu Aditya

Founder Sekolah Animasi Hellomotion.com 7. Bp. Dr Bima Arya Sugiarto

Direktur Eksekutif The Lead Institute Universitas Paramadina 8. Bp. Prof. Dr Hikmawanto Juwana

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia 9. Bp. Jaka Aminata

Peneliti dari Universitas Paul Verlaine-Metz Prancis 10.Bp. Antonius Wijaya

Presiden Ciputra University Entepreneurship Centre 11.Bp. Michael Putrawena

Climate Change Policy Strategist, Shell Corporation, Belanda 12.Bp. Turino Yulianto

Deputi Sekretaris Jenderal Gerakan Nasional Kepedulian Sosial

Perwakilan PPI Australia bersama Bp. Dr Dino Patti Djalal (kiri), Bp. Dr Bima Arya Sugiarto (tengah), Bp Dr (HC) Rachmat Gobel dan Bp. Prof. Dr Hikmawanto Juwana (kanan).

(6)

“Identifikasi produk

unggulan pada tiap-tiap

daerah menjadi sangat

penting dilakukan

karena hal itu berkaitan

dengan prioritas alokasi

sumber daya dan

perencanaan

pembangunan di daerah

tersebut.”

HASIL SIMPOSIUM INTERNASIONAL OISAA 2010

Pada penyelenggaran tahun ini, SI-2010 mengangkat tema Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan Kualitas SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif. Tiga sub-tema yang disajikan dalam Simposium ini adalah: (1) Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi, (2) Membentuk Akademisi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global, dan (3) Model Kepemimpinan dalam Menjawab Krisis Multidimensi di Indonesia. Pembahasan tiga sub-topik tersebut diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan rekomendasi kepada Pemerintah RI sehubungan dengan bagaimana pendidikan formal di Indonesia mampu menjawab tantangan perubahan di masyarakat yang membutuhkan lulusan dengan jiwa kepemimpinan yang tinggi dan semangat kewirausahaan yang unggul.

Berdasarkan isu-isu yang diangkat selama acara berlangsung, ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan; di antaranya:

1.

Identifikasi produk unggulan Indonesia yang kurang jelas

Produk unggulan masing-masing area di Indonesia masih belum jelas teridentifikasi dan belum jelas arah pengembangannya. Produk unggulan adalah produk yang diharapkan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah tertentu; terutama melalui kegiatan produksi dan penciptaan lapangan pekerjaan. Produk atau sektor unggulan menjadi andalan sebuah daerah untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan produk lainnya. Namun, identifikasi produk unggulan pada tiap-tiap daerah menjadi sangat penting dilakukan karena hal itu berkaitan dengan prioritas alokasi sumber daya dan perencanaan pembangunan di daerah tersebut. Terbatasnya informasi terkini tentang produk unggulan di Indonesia yang mudah diakses oleh banyak pihak diyakini menjadi salah satu

penghambat besar dalam pengembangan produk unggulan Indonesia.

Untuk itu, penyediaan informasi yang lebih lengkap mengenai produk-produk unggulan Indonesia di berbagai wilayah yang mudah diakses dan selalu updated – misalnya dalam bentuk basis data yang terintegrasi pada situs web Departemen Perdagangan atau Kementerian Negara Koperasi & UKM – menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan.

(7)

“Memperjelas dan

menjamin tingkatan

kualitas produk-produk

Indonesia yang

dipasarkan ke pasar

internasional adalah

strategi yang lebih

direkomendasikan.”

2.

Kurang jelasnya arah pengembangan produk unggulan

Indonesia

Kejelasan program pengembangan produk unggulan Indonesia juga menjadi hal yang perlu disoroti. Berbeda dengan di negara-negara lain seperti Thailand dan China yang menerapkan konsep “One Village One Product” untuk mengembangkan produk unggulan tiap daerah dengan pendekatan job specialization, pengembangan produk unggulan di Indonesia terkesan kurang jelas atau terarah. Paling tidak, arah pengembangannya tidak dirancang di level strategis pemerintahan supaya lebih terintegrasi, melainkan dikembangkan sesuai dengan potensi masing-masing daerah secara terpisah-pisah. Hal ini membuat program pengembangan produk unggulan di Indonesia menjadi kurang terarah. Dengan keberadaan informasi yang lengkap dan terupdate secara periodik dan terintegrasi, maka program pengembangan produk unggulan dapat diharapkan berjalan lebih terpola.

3.

Lemahnya daya saing produk unggulan Indonesia dibandingkan

produk sejenis dari negara lain

Produk unggulan Indonesia juga dinilai banyak pihak memiliki daya saing yang lemah terhadap produk-produk sejenis yang berasal dari negara lain, baik produk yang dipasarkan di dalam maupun di luar Indonesia. Kelemahan tersebut sebagian besar disebabkan karena homogenitas produk yang dihasilkan Indonesia dengan produk-produk keluaran negara lain yang kemudian membuat posisi tawar menawar Indonesia menjadi lebih rendah. Hal ini diperparah dengan banjirnya produk China yang menawarkan produk sejenis dengan harga yang jauh lebih murah. Produk China memang menjadi masalah besar bagi produk dalam negeri karena rendahnya

biaya tenaga kerja, adanya tax holiday bagi pengusaha lokal, serta dugaan adanya

undervaluation mata uang Yuan terhadap US Dollar memungkinkan China menghasilkan

produk dengan kualitas lebih bagus namun dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah.

Mengingat keunggulan China yang sulit untuk disamai, ada baiknya Pemerintah Indonesia tidak memusatkan upaya untuk menciptakan suasana yang sama dengan apa yang berlaku di China. Memperjelas dan menjamin tingkatan kualitas produk-produk Indonesia yang dipasarkan ke pasar internasional adalah strategi yang lebih direkomendasikan. Keberadaan standar kualitas produk nasional – semacam SNI – untuk produk-produk unggulan Indonesia yang acuan standar kualitasnya belum diatur di SNI menjadi satu solusi alternatif yang pantas dicoba. Keberadaan standar kualitas

(8)

“Pengembangan

kurikulum nasional

yang berorientasi pada

pembentukan soft skill

mahasiswa menjadi

sesuatu yang perlu

dipertimbangkan.”

yang berlaku secara nasional akan membuat pasar internasional memahami rerangka kualitas produk nasional Indonesia dan dapat menghargai produk Indonesia dengan lebih baik.

4.

Kurangnya koordinasi antara instansi pemerintah dalam

pengembangan pendidikan berorientasi kewirausahaan

Hasil-hasil penelitian terapan di bidang teknologi tepat guna juga nampaknya masih harus rela dipendam di sudut ruangan sebatas hanya sebagai laporan riset saja. Padahal sangat banyak hasil penelitian teranyar yang dihasilkan oleh para akademisi yang dapat diaplikasikan atau diproduksi secara komersial untuk memberikan solusi atas permasalahan sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Selain itu, banyak program yang dilaksanakan oleh Departemen Perdagangan yang sangat relevan dengan pengembangan kurikulum berorientasi kewirausahaan. Keberadaan program-program ini juga terkesan kurang tersosialisasikan dengan baik di kalangan akademisi yang bertanggung jawab pada fungsi pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Dua permasalahan ini menunjukkan kurangnya koordinasi program antara instansi pemerintah yang sebenarnya memiliki tujuan yang searah.

Menyadari kondisi ini, direkomendasikan untuk lebih meningkatkan koordinasi antara instansi yang terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program-program, terutama yang relevan dengan pendidikan berorientasi pengembangan kewirausahaan.

5.

Perlunya institusi pendidikan tinggi membekali mahasiswanya

dengan

soft skill

Proses pendidikan di tingkat pendidikan tinggi sebaiknya tidak hanya berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang mencetak dan mengukur hard skill

peserta didik, namun juga memperhatikan pembentukan soft skill. Kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan pendidikan tinggi untuk berhasil menembus persaingan pasar kerja justru lebih banyak mengandalkan soft skill yang mereka miliki. Kemampuan mengelola diri sendiri, kemampuan berpikir sistematis, kemampuan menyampaikan ide dan pemikiran secara lisan dan tertulis, kemampuan

menganalisis masalah secara terstruktur, dan keberanian mengambil risiko adalah sedikit contoh soft skill yang sangat dibutuhkan para lulusan pendidikan tinggi Indonesia baik mereka yang berniat mengawali karir sebagai karyawan sebuah perusahaan atau instansi pemerintah maupun mereka yang berniat untuk bekerja secara mandiri pada diri mereka sendiri (self-employment).

(9)

“Dengan kurikulum

yang mengedepankan

pada pembentukan soft

skill dan jiwa

kewirausahaan, dapat

diharapkan para lulusan

perguruan tinggi akan

mampu bersikap

mandiri.”

Memang sudah ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang secara intens menyelipkan pembentukan soft skill dalam kurikulum mereka, namun sebagian besar – terutama institusi pendidikan tinggi yang berada di luar Jawa – masih menerapkan sistem kurikulum dan metode pembelajaran klasikal. Dengan demikian, pengembangan kurikulum nasional yang berorientasi pada pembentukan soft skill mahasiswa menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan.

Pendidikan soft skill dapat dilakukan juga dengan bekerja sama dengan instansi pemerintah atau departemen lain di luar Departemen Pendidikan Nasional yang memiliki program-program yang relevan dengan pengembangan kurikulum berorientasi pada kewirausahaan. Dengan kurikulum yang lebih mengedepankan pada pembentukan soft skill dan jiwa kewirausahaan, dapat diharapkan para lulusan perguruan tinggi akan mampu bersikap mandiri dan menempatkan diri mereka sebagai individu yang memiliki daya saing yang tinggi di pasar tenaga kerja dan memiliki kemampuan yang cukup untuk bekerja secara mandiri.

6.

Rekomendasi pembentukan ‘Indonesian Young Entrepreneurs

Initiative (IYEI)’

Rekomendasi ini diusulkan sebagai bentuk inisiatif anak bangsa melalui kontribusi wirausahawan-wirausahawan muda Indonesia untuk bangsa dan negara Republik Indonesia. Melalui inisiatif ini, diharapkan dapat lebih memberikan kesempatan bagi para wirausahawan muda untuk berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan di Indonesia. Sekaligus diharapkan pembentukan IYEI ini dapat memotivasi munculnya wirausahawan-wirausahawan muda di Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan.

(10)

“Penetapan PPI Australia

sebagai Koordinator OISAA

merupakan suatu pencapaian

yang sangat strategis dan

sangat bernilai dalam

penetapan posisi tawar PPI

Australia dalam kancah

organisasi PPI di tingkat dunia.”

KONGRES ALIANSI PERHIMPUNAN PELAJAR

INDONESIA SEDUNIA 2010

Kongres Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia atau OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) berlangsung selama tiga hari sejak 22 Oktober 2010. Agenda utama Kongres adalah penetapan bentuk organisasi PPI Dunia yang sudah menjadi topik hangat di mailing list OISAA beberapa saat sebelum pertemuan Simposium Internasional 2010. Agenda penting lainnya adalah penetapan pimpinan atau koordinator PPI Dunia yang akan menjalankan fungsi koordinasi dalam kegiatan PPI Dunia periode 2010-2011. Selain itu, Kongres ini juga membahas mengenai penyelenggaraan Simposium Internasional tahun 2011.

Kongres ini dihadiri oleh perwakilan PPI yang berasal dari 17 negara; yaitu Australia, Austria, Belgia, Rusia, Libya, Jepang, Jerman, Spanyol, Mesir, Perancis, Philipina, Swedia, Inggris, Korea Selatan, Thailand, Iran, dan Turki. Dalam Kongres ini, ditetapkan bahwa perwakilan dari Australia, Austria, Libya, Rusia, Inggris, dan Jepang menjadi tim formatur yang juga berfungsi sebagai pemimpin sidang Kongres.

Setelah melalui proses diskusi yang panjang, dinamis dan komprehensif, diputuskan bersama bahwa bentuk aliansi antar Perhimpunan Pelajar Indonesia Sedunia ini adalah:

Forum Komunikasi Aliansi Perhimpunan Pelajar Indonesia Internasional atau Overseas Indonesian Student Association Alliance (OISAA). Keberadaan Forum Komunikasi Aliansi PPI Internasional atau OISAA ini merupakan fungsi koordinasi dan komunikasi antar PPI sedunia sebagai satu kesatuan yang utuh yang beranggotakan PPI-PPI di seluruh dunia.

Kongres ini juga menetapkan

PPI Australia sebagai Koordinator dan

PPI Perancis sebagai Wakil Koordinator OISAA periode 2010-2011 yang berfungsi sebagai koordinator dalam berbagai kegiatan dan komunikasi antara PPI yang ada di seluruh dunia. Hasil ini merupakan suatu pencapaian yang sangat strategis dan sangat bernilai dalam penetapan posisi tawar PPI Australia dalam kancah organisasi PPI di tingkat dunia.

(11)

“Lingkar Ide PPIA sudah

berhasil direplikasi oleh

PPI Korea Selatan

(PERPIKA), Perhimpunan

Alumni Beasiswa Erasmus

Mundus, dan dijalankan

oleh PPI Jepang.”

Dalam kongres ini, PPI Australia juga berkesempatan menyampaikan ‘sharing’ tentang salah satu program unggulannya yaitu Lingkar Ide PPIA, program film dokumenter pendek garapan PPI Australia yang telah terbukti dapat membantu mewadahi kontribusi ide dan pemikiran akademis pelajar Indonesia di luar negeri bagi bangsa dan negara. Sampai dengan laporan ini ditulis, konsep dasar program Lingkar Ide PPIA sudah berhasil direplikasi oleh PPI Korea Selatan (PERPIKA), Perhimpunan

Alumni Beasiswa Erasmus Mundus, dan dijalankan oleh PPI Jepang. Replikasi program Lingkar Ide di negara-negara lain adalah salah satu prioritas kepengurusan PPI Australia 2010-2011.

Banyak harapan yang disampaikan dalam beberapa kesempatan agar dibawah koordinasi PPI Australia dan PPI Perancis akan keberadaan Forum Komunikasi Aliansi PPI Internasional (OISAA) ini akan semakin solid dan dapat berkembang serta selanjutnya dapat berkontribusi bagi bangsa dan negara Republik Indonesia.

Berkaitan dengan rencana penyelenggaraan Simposium Internasional 2011, sampai saat laporan ini ditulis telah muncul tiga negara yang mengajukan diri sebagai kandidat penyelenggara Simposium Internasional 2011 yaitu Amerika Serikat, Iran, dan Jepang.

Kiri: Dirgayuza Setiawan mempresentasikan Lingkar Ide PPIA di hadapan seluruh hadirin Simposium Internasional OISAA 2010. Kanan: Febry HJ Dien memandu jalannya kongres OISAA.

(12)

“Kehadiran dan

keterlibatan PPI Australia

pada acara Simposium

Internasional 2010

merupakan bukti nyata

kebersamaan KBRI

Australia melalui Atase

Pendidikan Nasional dan

PPI Australia.”

MANFAAT KEGIATAN SIMPOSIUM INTERNASIONAL

2010 BAGI AUSTRALIA

Sejak semula, keikutsertaan PPI Australia dalam kegiatan ini telah direncanakan untuk dapat berkontribusi secara maksimal. Dalam artian, keikutsertaan PPI Australia kali ini bukan hanya sekedar ikut hadir saja, melainkan dapat berkontribusi secara nyata dalam setiap Panel Diskusi yang diadakan selama acara symposium.

Melalui Koordinator Bidang Kerjasama Eksternal PPIA Pusat yang disetujui oleh Ketua Umum PPIA Pusat, telah dilaksanakan pendaftaran terbuka untuk berpartisipasi di Simposium Internasional untuk semua pengurus dan anggota PPIA dari seluruh Australia. Dari penjaringan ini pada awalnya ditetapkan 4 (empat) orang peserta yang akan mendampingi perwakilan pengurus PPI Australia (2 orang) untuk SI 2010 di London. Namun karena tidak diperolehnya dukungan dana dari masing-masing universitas dimana calon peserta belajar (sebagaimana diharapkan sejak semula) akhirnya hanya 1 orang yang memastikan ikut serta, dengan demikian Tim PPI Australia untuk SI 2010 di London ini total berjumlah 3 (tiga orang) saja.

Kehadiran dan keterlibatan PPI Australia pada acara Simposium Internasional 2010 merupakan bukti nyata kebersamaan KBRI Australia melalui Atase Pendidikan Nasional dan PPI Australia terhadap perubahan sosial yang ditunjukkan oleh para cendekiawan muda Indonesia yang tengah menempuh studi di berbagai penjuru dunia. Berkumpulnya para cendekiawan muda Indonesia tersebut dalam suatu forum ilmiah diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran yang signifikan yang membawa perubahan nasional ke arah yang lebih baik.

Lebih lanjut lagi, dengan mempertimbangkan jumlah pelajar Indonesia yang menempuh studi di Australia jauh lebih besar dibandingkan di negara lainnya di seluruh dunia (selain Indonesia tentunya), partisipasi dan kontribusi PPI Australia dalam proses dialekta intelektual dan keorganisasian di tingkat dunia menjadi perihal yang sudah seharusnya dilakukan. Dengan demikian, keterlibatan PPI Australia dalam kegiatan-kegiatan dan organisasi bertaraf internasional seperti Simposium Internasional 2010 dan Kongres OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) diharapkan akan mampu memperjelas peran pelajar Indonesia di Australia dalam menyumbangkan pemikiran bagi perbaikan situasi dan kondisi bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, keterlibatan PPI Australia dalam kegiatan-kegiatan berskala internasional seperti ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas hubungan kerjasama antara PPI

(13)

“Partisipasi PPI Australia

pada acara ini membuka

kesempatan lebih besar

kepada seluruh pelajar

Indonesia di Australia

untuk berkontribusi lebih

aktif dalam dinamika

intelektual dan sosial

pelajar Indonesia di luar

negeri.”

Australia dengan PPI di negara-negara lainnya serta antara lembaga pemerintah Indonesia di Australia dengan lembaga serupa di negara lainnya di dunia.

Khusus bagi PPI-Australia sendiri, kehadiran pada acara Simposium Internasional 2010 di London lalu memberikan manfaat yang sangat strategis bagi PPI Australia secara kelembagaan. Keterlibatan PPI Australia pada acara ini telah mampu meningkatkan kualitas hubungan antara PPI Australia dengan PPI dari negara lain serta membuka komunikasi dan peluang kerjasama dengan organisasi lainnya. Manfaat lain yang jauh lebih berharga adalah meningkatnya posisi tawar PPI Australia di antara PPI di seluruh dunia setelah PPI Australia dipercaya sebagai koordinator PPI Dunia atau OISAA. Menguatnya posisi tawar tersebut akan memberikan kesempatan lebih besar kepada PPI Australia untuk berkontribusi lebih penuh dalam dinamika intelektual dan sosial pelajar Indonesia di luar negeri.

Seluruh peserta Simposium Internasional OISAA 2010 yang datang dari lebih dari 20 negara berfoto bersama setelah acara ditutup oleh Andrew Sutedja dari PPI Inggris.

(14)

PENUTUP

Melalui laporan ini, mewakili PPI Australia kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak – terutama kepada Atase Pendidikan Nasional KBRI Australia di Canberra – yang telah mendukung partisipasi kami dalam kegiatan ini. Demikian juga kepada rekan-rekan di kepengurusan PPIA Pusat 2010-2011 yang turut memberikan dukungan bagi kami dalalam melaksanakan kegiatan ini dengan baik.

Keberhasilan yang dicapai pada acara Simposium Internasional 2010 dan Kongres OISAA 2010 bukan hanya keberhasilan bagi kami melainkan adalah juga keberhasilan kita semua. Semoga catatan ini dapat memotivasi peran serta masing-masing kita dalam pembangunan bangsa dan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ditulis di Brisbane, Perth dan Melbourne, Australia pada tanggal 10 November 2010. Delegasi PPI Australia untuk Simposium Internasional 2010,

DIRGAYUZA SETIAWAN

Wakil Ketua Umum PPI Australia

FEBRY HENDRA JESHKIEL DIEN

Ketua Bidang Kerjasama Eksternal PPI Australia

SONY KUSUMASONDJAJA

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya perjanjian kredit nasabah akan lebih taat membayar kewajibannya, sehingga LPD Lebu bisa memenuhi kewajiban dengan pihak lain baik kewajiban yang bersifat

[r]

S: Pasien mengatakan masih Pasien mengatakan masih mual, tidak nafsu makan, mual, tidak nafsu makan,

Data input yang digunakan adalah data tahun 2012 pada Stasiun Tandun dan Stasiun Pantai Cermin untuk meramalkan tinggi muka air Stasiun Pantai Cermin tahun 2012

Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat

Definisi ROV (Remotely Operated Vehicle) menurut Marine Technology Society ROV Committee's dalam "Operational Guidelines for ROVs" (1984) dan The National

Background image-I B Perhitungan NSSD dilakukan pada setiap frame video yang ditampilkan, sehingga jumlah data yang didapat sesuai dengan jumlah frame yang ditampilkan.. Mislanya

Maka dari itu, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana metode ekstraksi zat warna yang tepat untuk meningkatkan stabilitas zat warna setelah proses