• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stoma

2.1.1 Defenisi stoma

Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membrane mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika darah yang keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak (Melville & Baker, 2010). Perlengkapan stoma terdiri atas satu lapisan dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani. Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma. Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (wong, 2009 dalam Sodikin, 2011).

2.1.2 Komplikasi Stoma

Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah pembedahan kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun pertama pasca pembedahan (Truven Health Analytics, 2012). Beberapa komplikasi akan dijelaskan sebagai berikut:

(2)

a) Retraksi Stoma

Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah terjadi retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari batas permukaan abdomen (Eucomed, 2012).

b) Hernia Peristomal

Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan tampak semakin jelas ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun mendesak abdomen (peningkatan tekanan intra abdomen). Beberapa pasien membutuhkan penggunaan sabuk khusus, ataupun rekomendasi untuk operasi guna memperbaiki kondisi hernia tersebut (Eucomed, 2012).

c) Prolaps

Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak adekuat ataupun akibat peningkatan tekanan intra abdomen. Prolaps yang disertai dengan iskemia atau obstruksi bowel, ataupun prolaps yang berulang dapat direkomendasikan untuk pembedahan ulang (Eucomed, 2012).

(3)

d) Perdarahan

Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain yang mungkin mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit penyerta hipertensi portal, trauma oleh ujung tube saat irigasi atau pencukuran area sekitar abdomen atau cedera. Perdarahan ringan kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau hanya penekanan langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan penanganan factor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi portal memerluka n sclerotheraphy atau portosystemic shunting (Eucomed, 2012).

e) Iskemik dan Nekrosis Stoma

Iskemik dan nekrosis stoma dapat terjadi akibat adanya penekanan pada pembuluh darah sekitar stoma. Stoma yang baru dibuat melalui operasi harus di observasi setiap 4 jam sekali untuk mengkaji kondisi stoma, apakah suplai darah ke stoma adekuat atau tidak. Stoma yang tersuplai darah yang baik berwarna merah ataupun pink. Stoma yang berwarna ungu, coklat atau hitam menunjukkan adanya suplai darah yang inadekuat. Stoma yang sudah nekrotik membutuhkan operasi sebagai intervensi utama (Eucomed, 2012).

f) Stenosis

Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung stoma. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan scar di sekitar stoma yang menyebabkan stoma berangsur terhimpit dan menyempit (Eucomed, 2012).

(4)

2.1.3 Pengertian Perawatan Stoma

Perawatan stoma adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan (Suratun & Lusianah, 2010). Perawatan stoma yang rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver baik di rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong kolostomi dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi adalah wadah untuk menampung feses yang keluar dari stoma. Kantong kolostomi dibuat dari material disposable atau digunakan hanya sekali, lalu dibuang. Jenis kantong kolostomi saat ini cukup beragam. Kantong kolostomi yang biasa digunakan ialah kantong kolostomi one-piece tertutup yang jika terisi harus segera dibuang dan diganti. Kantong kolostomi one-piece drainable memungkinkan pasien untuk membuang feses yang ada dalam kantong dengan membuka lubang yang ada di bawah kantong (Gutman, 2011).

2.1.4 Tujuan Perawatan Stoma

Ada beberapa tujuan perawatan stoma (Menurut Suratun & Lusianah, 2010) antara lain : (a) Menjaga kebersihan klien, (b) Mencegah terjadinya infeksi, (c) Mencegah iritasi kulit disekitar stoma, (d) Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya.

2.1.5 Cara Merawat Stoma

Perawatan kolostomi yang pertama ialah cara mengganti kantong kolostomi dan membersihkan area stoma. Kantong kolostomi sebaiknya dikosongkan atau diganti ketika kantong sudah terisi 1/3 bagian agar pasien tetap nyaman dengan kantong kolostominya. Kantong kolostomi yang dapat

(5)

dikosongkan, dibersihkan dan digunakan kembali adalah jenis kantong kolostomi two-piece system atau kantong yang memiliki lubang drainase di bawahnya. (Truven Health Analytics Inc, 2012) memaparkan kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh. Kantong kolostomi yang penuh akan menjadi berat dan dapat merusak perlengketan kantong kolostomi dengan kulit abdomen, selain itu kantong akan beresiko untuk robek atau rusak karena beban dalam kantong meningkat. Kantong kolostomi yang penuh juga akan membuat benjolan di balik pakaian dan dapat mengganggu penampilan.

Kantong kolostomi drainable dapat dikosongkan dengan menekan bagian bawah kantong, kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet. Kemudian kantong dapat dibersihkan atau dibilas meskipun (Truven Health Analytics Inc, 2012) mengatakan hal ini tidak begitu penting untuk dilakukan. Burch (2008 dalam Burch, 2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata penggantian kolostomi secara rutin selama satu hari sekali. Ketika akan mengganti dengan kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang kantong kolostomi.

Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan stoma, beri kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm (Canada Care Medical, n.d). Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit abdomen yang menempel dengan kantong, kemudian bersihkan stoma. Stoma dibersihkan dengan air, jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak

(6)

mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven Health Analytics Inc, 2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap kering. Perawatan kolostomi erat kaitannya dengan perawatan kulit. Perawatan kulit di sekitar stoma dilakukan bersamaan dengan penggantian kantong kolostomi. Beberapa orang menggunakan air hangat saat melepaskan kantong stoma dari kulit abdomen, agar lebih mudah dan nyaman pada kulit. Terkadang kulit akan terlihat kemerahan atau lebih gelap segera setelah perekat kantong kolostomi dilepaskan, namun akan segera normal beberapa menit beberapa menit (WOCN Society, 2008). Hal ini dimungkinkan karena terjadi penekanan pada area kulit selama kantong terpasang, atau kantong kolostomi dilepaskan secara cepat dari kulit abdomen.

Irigasi memungkinkan pasien untuk menjadwalkan pengeluaran feses dari stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal ataupun komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011). Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer atau wadah air, tube (selang untuk mengalirkan cairan),cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Plastic sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.

Setelah irigasi selesai dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas, meskipun selama 30-45 menit akan tetap ada pengeluaran baik feses, cairan ataupun flatus. Setelah bersih, kantong kolostomi dapat diganti kembali seperti

(7)

biasa. Readding (2006 dalam Burch, 2013) mengatakan ketika irigasi selesai dilakukan, small cap untuk stoma dapat digunakan untuk memungkinkan pasien terbebas dari pengeluaran feses dan flatus hingga irigasi selanjutnya.

Ada beberapa persiapan pasien untuk perawatan kolostomi yaitu : (a) Memberi penjelasan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan, (b) Mengatur posisi tidur klien (supinasi), (c) Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan (menutup gorde jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar, kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi (Menurut Suratun & Lusianah, 2010).

2.1.6 Pendidikan Kesehatan Cara Perawatan Stoma

Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada klien mengenai cara perawatan stoma yaitu (Menurut Suratun & Lusianah, 2010) :

(a) Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan alkohol dalam membersihkan daerah stoma. Alkohol mendilatasi kapiler dan dapat menyebabkan perdarahan pada batas-batas stoma.

(b) Mendemonstrasikan cara membersihkan daerah sekeliling stoma dengan air dan sabun yang lembut atau dengan set peralatan komersial. Keringkan kulit dengan menekan-menekan kulit dengan kasa dan bukan dengan menggosok kulit.

(c) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan krim dingin pada kulit karena hal itu akan mencegah kantung atau barier kulit menempel pada kulit.

(d) Jelaskan pada klien bahwa perioksida merupakan suatu bahan yang bersifat mengiritasi dan sebaiknya tidak digunakan.

(8)

(e) Anjurkan klien bahwa jika terjadi infeksi jamur, biasanya dapat ditangani dengan membersihkan keseluruhan kulit, kemudian menepuk-nepuk daerah tersebut sampai kering lalu semprotkan kenalog atau mycostatin ke dareah tersebut.

(f) Tunjukan klien cara menginpeksi stoma setiap hari dan cara mengobservasi stoma yang lembab, mengkilat dan berwarna merah muda gelap sampai merah.

(g) Ajarkan klien cara menyeleksi dan memasang kantung ostomi serta barier kulit yang berukuran tepat.

(h) Ajarkan klien cara mengosongkan kantung stoma.

(i) Jelaskan pada klien cara mengurangi bau feses, seperti meningkatkan makanan dari yogurt, mentega susu, dan membatasi makan ikan, kacang-kacangan, dll. 2.2 Kolostomi

2.2.1 Definisi Kolostomi

Kolostomi adalah prosedur pembedahan untuk memindahkan usus besar ke dinding abdomen, sehingga feses dapat keluar melalui saluran usus ke kantong yang menempel pada abdomen. Kolostomi juga didefinisikan sebagai suatu lubang pada usus besar dan aperture (lubang) pada kulit, sehingga menciptakan anus buatan (Sodikin, 2011). Franz & Wright (2004 dalam Sodikin, 2011) juga berpendapat serupa, kolostomi adalah prosedur pembedahan yang membawa sebagian dari usus besar ke dinding abdomen untuk mengeluarkan feses ke luar dari tubuh.

(9)

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi anus (Suratun & Lusianah, 2010).

Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar ke dinding abdomen anterior.

2.2.2 Tujuan Pemasangan Kolostomi

Kolostomi adalah sarana untuk merawat berbagai kelainan pada usus besar seperti kanker, obstruksi, penyakit radang usus, divertikulum yang ruptur, iskemia, atau cidera/trauma (Franz & Wright, 2004 dalam Sodikin, 2011). Menurut Seratun dan Lusianah (2010) tujuan pemasangan kolostomi yaitu: a) Untuk mengatasi proses patologis pada kolon distal, b) Untuk proses dekompresi karena sumbatan usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen. Tujuan pemasangan kolostomi yaitu : a) Menampung pengeluaran feses dari stoma, b) Melindungi kulit terhadap hasil pengeluaran dari stoma, c) Mencegah terjadinya infeksi, d) Mempertahankan posisi dan fiksasi kantong kolostomi, e) Menjaga kebutuhan eliminasi klien (Nuari, 2015).

2.2.3 Tipe Kolostomi

Secara umum kolostomi dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu tipe kolostomi terminal (akhir) dan kolostomi loop. Pada kolostomi terminal (akhir), usus dipisahkan dan ujungnya dikeluarkan melalui dinding abdomen (sebagai

(10)

kolostomi akhir), sedangkan pada kolostomi loop, suatu loop usus dikeluarkan dari abdomen, dalam hal ini dua apertura yaitu bagian proksimal dan distal. Kolostomi transversal umumnya merupakan kolostomi loop (Sodikin, 2011).

Potter & Perry (2005) menyatakan ada 3 jenis kolostomi yaitu :

(a) kolostomi loop atau loop colostomy merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan mengangkat usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus bagian anterior untuk memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada loop colostomy selama 7 hingga 10 hari pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar mencegah stoma masuk kembali ke dalam rongga abdomen, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat. (b) End colostomy, terdiri dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal. (c) Doubel- barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian proksimal dan stoma bagian distal.

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan klien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara menurut (Suratun & Lusiana, 2010).

a) Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila klien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan (adhesi), atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang).

(11)

b) Kolostomi Temporer / Sementara

Pembuatan kolostomi temporer biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang di keluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi doubel barrel.

2.2.4 Indikasi Kolostomi

Ada beberapa alasan dilakukannya kolostomi antara lain: (a) infeksi intraabdomen, seperti pervorasi divertikulitis, (b) cedera trauma pada kolon atau rektum, misalnya luka tembak, (c) kanker rektum, (d) luka perineum / fistula (Campbell, 2005 dalam Sodikin, 2011).

Dilakukannya kolostomi sesuai dengan kasus (Menurut Suratun & Lusiana, 2010) meliputi:

a) Pada kasus keganasan meliputi : kanker kolon distal, kanker extrakolon yang menyebabkan kolon distal tersumbat/ tidak berfungsi (kanker pada pelvis), perforasi kolon karena kanker.

b) Pada kasus non keganasan meliputi : sumbatan di lumen rektum, anus karena infeksi berat lama, fibrosis pasca infeksi, sumbatan diluar lumen (proses infeksi pada pelvis), trauma anus rektum.

2.2.5 Risiko Kolostomi

Campbell (2005 dalam Sodikin, 2011) menjelaskan beberapa risiko yang timbul dari kolostomi, antara lain: (a) risiko karena anestesi (reaksi terhadap obat, gangguan pernapasan). (b) risiko karena pembedahan (perdarahan, infeksi).

(12)

(c) risiko tambahan lainnya (penyempitan atau obstruksi stoma, terjadinya hernia pada lokasi insisi, serta iritasi kulit).

2.2.6 Komplikasi Kolostomi

Ada beberapa komplikasi kolostomi(Menurut Suratun dan Lusianah 2010), antara lain yaitu:

a) Obstruksi/Penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, klien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada klien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar klien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

b) Infeksi

Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan stoma secara terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan kantong stoma sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

c) Retraksi Stoma/Mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

d) Prolaps Pada Stoma

Prolaps terjadi karena otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat.

(13)

e) Perdarahan Stoma

Perdarahan kemungkinan terjadi karena jahitan luka yang kurang baik atau terjadi proses infeksi.

f) Stenosis Stoma

Terjadinya penyempitan pada stoma, hal ini dapat pula sebagai akibat retraksi stoma.

2.2.7 Diet Nutrisi

Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada pasien agar terhindar dari gangguan odor ataupun konsistensi feses yang tidak normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi ialah (Gutman, 2011) :

a) Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu kubis, kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete.

b) Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan dengan mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke dalam sistem pencernaan.

c) Menambah makanan yang mengandung potassium seperti pisang, daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu.

d) Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi serat.

(14)

e) Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus dan mencegah produksi gas.

f) Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional, stress, atau kurangnya aktivitas fisik.

2.2.8 Support Sosial

Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan bertanya, bagaimana mereka dapat hidup dengan stoma pada tubuhnya, apakah mereka masih dapat menjalin hubungan dengan keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan terjadi bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang robek (Burch, 2013). Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan adanya kehadiran perawat spesialis ataupun support group (Ferrer et al, 2010 dalam Burch, 2013).

2.2.9 10 Hak Ostomate

Ostomate adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan para penyandang stoma. Sejauh ini ternyata para ostomate banyak yang belum mengetahui tentang haknya sehingga seringkali para ostomate berhadapan masalah-masalah yang semestinya tidak terjadi jika 10 hak-hak mereka terpenuhi seperti: dikucilkan dari lingkungan, dikeluarkan dari pekerjaan, tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang stoma (pre/post operasi), atau mempunyai stoma yang kurang pas dengan postur tubuh, dll (InOA, 2009).

Berikut adalah 10 hak para ostomate memurut InOA, 2009:

1. Mendapatkan konseling sebelum dilakukannya pembedahan stoma. 2. Mendapatkan konseling tentang letak stoma (stoma sitting) yang tepat.

(15)

3. Memiliki stoma dengan bentuk yang baik.

4. Mendapatkan perawatan setelah pembedahan atau rehabilitasi pasca pembedahan.

5. Mendapatkan dukungan emosional

6. Mendapatkan bimbingan baik secara individu atau bersama keluarga. 7. Mendapatkan informasi tentang penggunaan peralatan kantong stoma yang

diperlukan sesuai dengan indikasi.

8. Adanya informasi di masyarakat tentang perkumpulan bagi para Ostomate dan mendapatkan informasi mengenai hal tersebut.

9. Mendapatkan tindak lanjut dan pengawasan dari perawat Enterostomal Theraphy (ET) atau perawat stoma tentang perawatan terhadap stomanya. 10.Mendapatkan manfaat dari upaya tim kesehatan yang professional.

Dengan demikian diharapkan banyak orang yang tahu dan faham hak-hak ostomate, sebagai salah satu bentuk kepedulian kita terhadap mereka, tidak hanya ostomate saja yang tahu tapi kita semua, baik tenaga kesehatan : dokter, perawat, keluarga bahkan masyarakat umum diharapkan mengetahui sehingga dapat menjadi pengawal untuk para ostomate sehingga mendapatkan hak-haknya tersebut. Dan yang mesti diingat oleh kita semua bahwasanya ostomate juga adalah manusia biasa namun mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh manusia lain yaitu memiliki stoma dan itu adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa sehingga kita harus menjaga dan merawat pemberiannya (InOA, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi yang terjadi diantara ketiga obat utama gagal jantung kongestif berdasarkan level signifikansinya adalah digoksin- furosemid (level signifikansi 1) sebanyak

Perencanaan proses mencakup perancangan dan implementasi suatu sistem kerja untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan jumlah yang diinginkan pada waktu yang sesuai dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan aspek anatomi daun pada tiga varietas kedelai yang diuji yaitu: kerapatan stomata, indeks stomata, lebar celah

Selain itu, ada manfaat lain dari sharing economy yakni untuk menurunkan apa yang menjadi dampak lingkungan dikarenakan konsumsi yang tak terbendung, dalam hal

Setelah diketahui volume titran yang digunakan pada percobaan maka akan didapat suatu kurva hubungan absorbans terhadap volume titran yang digunakan untuk menentukan konsentrasi

Terbiasa mengembalikan benda/barang yang bukan haknya 2.14 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun kepada orang tua, pendidik, dan teman.. Terbiasa menyapa

Selam audit keamanan sebuah badan pemerintah Amerika serikat, para auditor menggunakan terminal-terminal badan tersebut untuk mendapatkan akses secara tidak sah kesistem

Jurusan Teknik Elektro FT UM PROPOSAL-TE Halaman 1 dari 11 Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Elektro FT UM dan bersifat rahasia.. Dilarang