• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Sukarman SMA Negeri 6 Cirebon, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Sukarman SMA Negeri 6 Cirebon, Jawa Barat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

54 IMPLEMENTASIMETODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES MATERI BUDAYA HIDUP SEHAT PADA SISWA KELAS XI CI SMA NEGERI 6 CIREBON

Oleh: Sukarman

SMA Negeri 6 Cirebon, Jawa Barat

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian pembelajaran dengan cara bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Penjasorkes siswa XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?; (2) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?; (3) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?. Penelitian tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan. Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini dinyatakan berhasil. Pembelajaran Penjasorkes pada materi Gaya Hidup Sehat dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, STAD

PENDAHULUAN

Sebagai agen pembelajaran, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan penting terhadap terciptanya proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ke arah tujuan pengPelajaran yang telah ditetapkan. Di tangan gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yaitu pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna bagi pemberdayaan kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability) peserta didik (siswa).

Tugas seorang guru salah satunya yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta dapat menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan karena mutu hasil pembelajaran dapat terwujud jika prosesnya diselenggarakan

(2)

55 secara efektif, artinya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terarah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran tentunya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Pada pelaksanaan pembelajaran guru pada dasarnya harus senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan menggunakan berbagai metode, metode, dan strategi pembelajaran agar pembelajaran benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia yang unggul.

Berbagai permasalahan di atas menuntut guru untuk dapat menyajikan mata pelajaran Penjasorkes dengan kreatif serta dapat mengolah pembelajaran menjadi lebih menarik, menantang dan menyenangkan sehingga dapat menghilangkan kebosanan siswa dan menambah minat, perhatian, dan keaktifan siswa yang pada hakekatnya memang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Seperti yang kita ketahui rendahnya kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar lebih dominan disebabkan karena kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat yang pada akhirnya dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

Selain memilih metode pembelajaran yang tepat, guru juga harus mempertimbangkan berbagai faktor yang berasal dari siswa karena di dalamproses pembelajaran siswa bertindak sebagai subjek pembelajaran. Di dalam suatu kelas kita mengenal adanya perbedaan individu. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial (seperti bakat dan intelegensi) yang berbeda antara satu dengan lainnya. Apa yang dapat dipelajari seorang siswa dengan cepat, belum tentu dapat dipelajari oleh siswa lain dengan cara yang sama. Dari perbedaan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda dari masing-masing siswa.

Salah satu cara yang efektif yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Menurut Hamid Hasan (Solihatin, 2009:4), kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Ricard M (Warsono dan Hariyanto, 2013:166) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan bersama dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi tatap muka, penerapan keterampilan kolaboratif, dan proses kelompok.

Hal yang juga dapat menjadi dasar penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah berdasarkan pernyataan U. Nugroho, dkk dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan STAD berorientasi keterampilan proses dapat meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa, hal ini ditunjukkan adanya peningkatan ketuntasan klasikal, skor rata-rata post tes dan

(3)

56 aktivitas. Disarankan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD berorientasi keterampilan proses dijadikan metode pembelajaran alternatif untuk meningkatkan pemahaman dan aktivitas siswa

Trianto (2010: 68) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu tipe dari metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.

Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis mencoba melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Implementasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Penjasorkes Materi Budaya Hidup Sehat pada Siswa Kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/ 2016.”

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Penjasorkes siswa XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?; (2) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?; (3) Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon Tahun Pelajaran 2015/2016?.

KERANGKA PENELITIAN

Penelitian tinadakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dalam penelitian tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dalam siklus yang berulang serta dalam penelitian ini ditetapkan dua siklus sebagai syarat minimal dilakukannya penelitian tindakan.

Siklus penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode John Elliott sebagai berikut.

Gambar

Desain PTK Metode John Elliott

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS 1 PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS 2 PENGAMATAN

(4)

57 METODOLOGI PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Cirebon, beralamat di Jl. Wahidin Sudirohusodo nomor 79 Cirebon. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI CI Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 6 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.

Prosedur Penelitian 1) Siklus I

Prosedur penelitian dalam diklus I ini dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan penelitian dilakukan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan materi pembelajaran, membuat dartar pertanyaan untuk evaluasi/ kuis, menyusun indikator keberhasilan tindakan, dan menyusun kisi-kisi dan lembar pengamatan aktivitas siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan dimulai dengan guru menyampaian tujuan pembelajaran danmemberikan motivasi, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen, guru menyampaikan materi pembelajaran tentang perpindahan panas melalui konveksi, radiasi dan konduksi, siswa belajar bersama dalam tim membahas materi yang disampaikan guru (kerja tim), guru bersama siswa melakukan evaluasi dengan mengadakan kuis, serta guru memberikan penghargaan kepada tim yang berprestasi.

c. Pengamatan/ observasi

Pengamat atau observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Pengamatan ini meliputi aktivitas siswa dalam pembelajaran, keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, serta mencatat kekurangan dan kelebihan pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi. d. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi dengan cara mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan pengaruh tindakan yang dilakukan dengan mengkaji hasil observasi dan catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, ferleksi juga dilakukan dengan menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta membuat daftar permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan untuk selanjutnya membuat perencanaan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

2) Siklus II

Prosedur penelitian dalam diklus I ini dijabarkan sebagai berikut: a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menyiapkan materi pembelajaran, serta membuat daftar pertanyaan untuk evaluasi/ kuis.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan langkah guru menyampaian tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi, guru membagi mempersilahkan siswa untuk kembali berkumpul bersama kelompoknya, guru mengulang kembali materi pembelajaran tentang perpindahan panas melalui konveksi, radiasi dan konduksi, siswa belajar bersama

(5)

58 dalam tim membahas materi yang disampaikan guru (kerja tim), guru bersama siswa melakukan evaluasi dengan mengadakan kuis, guru memberikan penghargaan kepada tim yang berprestasi.

c. Pengamatan/ observasi

Pengamat atau observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Pengamatan ini meliputi aktivitas siswa dalam pembelajaran, keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, serta mencatat kekurangan dan kelebihan pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi. d. Refleksi

Pada tahap ini dilakukan refleksi dengan cara mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan pengaruh tindakan yang dilakukan dengan mengkaji hasil observasi dan catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, ferleksi juga dilakukan dengan menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan serta membuat daftar permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan untuk selanjutnya membuat perencanaan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

Teknik Pengolahan Data 1) Teknik Tes

Tes dilakukan dalam proses dan akhir siklus yang berupa tes tertulis. Dalam tes tertulis, teknik pengumpul data dilakukan dengan cara memberikan soal secara tertulis setiap akhir ppembelajaran.

2) Nontes a. Observasi

Observasi dilakukan guna memperoleh informasi mengenai (1) keterampilan guru saat menerapkan metode kooperatif tipe STAD , (2) keaktivan siswa dalam pembelajaran, serta (3) pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. Observasi yang dilakukan kepada guru yang mengajar dengan lembar pengamatan terlampir.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa dokumentasi gambar yang berupa foto-foto pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian dan juga untuk melihat kembali kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan selama kegiatan berlangsung.

c. Catatan Lapangan

Catatan ditulis oleh observer sebagai pengamat dengan menuliskan kekurangan selama pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan digunakan sebagai bahan refleksi pelaksanaan tindakan yang dilakukan dan sebagai bahan perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Teknik Analisis Data 1) Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif pembelajaran IPA metode Make a Match dengan media Flashcard dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata, median, skor terendah dan skor tertinggi. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. a) Menentukan skor berdasarkan proporsi

(6)

59 Dalam menentukan skor berdasarkan proporsi, Poerwanti, (2008:6-15) mengungkapkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

B = skor yang diperoleh St = skor teoritis

b) Pengelompokan data

Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan rumus Struges (Sukestiyarno dan Wardono, 2009:26) sebagai berikut: b = 1 + 3,3 log n. Setelah ditemukan nilai b, selanjutnya adalah menentukan panjang interval kelas (p) di mana p ditentukan dengan melihat terlebih dahulu retang data sedengan rumus sebagai berikut: Rentang = Nilia tertinggi – Nilai terendah. Selanjutnya dapat dicari nilai p dengan rumus: p = 𝑹𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈

𝒃 . Panjang interval kelas diartikan sebagai selisih batas atas dan batas bawah.

c) Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

KKM merupakan batas minimal nilai ketuntasan siswa. Batas ketuntasan minimal siswa dalam skala 78. Jika siswa mendapat nilai kurang dari 78 maka siswa tersebut belum tuntas dan harus mengikuti remedial.

Tabel 1

Kriteria Ketuntasan Minimum Kriteria Ketuntasan Keterangan

≥ 78 Tuntas

< 78 Belum Tuntas

d) Menentukan ketuntasan klasikal

Ketuntasan klasikal merupakan persentase ketuntasan siswa dalam satu kelas. Penghitungan persentase ketuntasan klasikal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Aqib, 2010:41) e) Rata-rata hasil belajar

Rata-rata hasil belajar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Aqib, 2010:40) 2) Kualitatif

Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran denggunakan metode kooperatif tipe STAD. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah–pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Skor = 𝑺𝒕𝑩 x 100% (rumus bila menggunakan skala 100)

% Ketuntasan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100 %

(7)

60 Poerwanti, dkk (2008:68-69) mengemukakan langkah-langkah dalam mengolah data skor pada domain afektif, yaitu:

a. Menentukan rentang skor b. Menentukan skor terendah c. Menentukan skor tertinggi

d. Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori (sangat baik, baik, cukup, kurang). Rentang skor yang digunakan adalah 1–4 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Skor 4 jika 4 deskriptor tampak b. Skor 3 jika 3 deskriptor tampak c. Skor 2 jika 2 deskriptor tampak

d. Skor 1 jika 1 deskriptor tampak atau tak tampak

Penghitungan data skor dilakukan dengan cara sebagai berikut: R = skor terendah

T = skor tertinggi

n = banyaknya skor = (T – R) + 1

Hamid dan Herrhyanto (2008:53) mengungkapkan bahwa untuk menentukan nilai Ki (i =1, 2, 3) menggunakan rumus: Letak Ki= (n+1) = x

Nilai Ki = nilai data ke-x + angka dibelakang koma pada x (nilai data ke-(x+1) – nilai data ke-x) atau Nilai Ki = Letak Ki + (R-1)

Tabel 2 Kriteria Ketuntasan

Kriteria Ketuntasan Keterangan

K3 ≤ skor ≤ T Sangat Baik

K2 ≤ skor < K3 Baik

K1 ≤ skor < K2 Cukup

R ≤ skor < K1 Kurang

Dari perhitungan diatas, maka dapat dibuat tabel klasifikasi tingkatan nilai untuk menentukan kategori nilai pada ketrampilan guru dan aktivitas siswa.

Tabel 3

Klasifikasi Kriteria Nilai Keterampilan Guru dan Aktivitas Siswa Kriteria Ketuntasan Keterangan

26,5≤ skor ≤ 32 Sangat Baik

20 ≤ skor < 26,5 Baik

13,5 ≤ skor < 20 Cukup

8 ≤ skor < 13,5 Kurang

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Aktifitas siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan metode koopertif tipe STAD memperoleh skor (20 ≤ skor < 26,5).

b. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik atau memperoleh skor (20 ≤ skor < 26,5).

(8)

61 c. Dalam pembelajaran Penjasorkes, ≥80% siswa kelas XI SMA Negeri 6 Cirebon mampu

mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar ≥78. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil observasi dan hasil belajar siswa serta refleksi setiap siklus pada pembelajaran IPA dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD dijelaskan sebagai berikut.

1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Ditinjau dari hasil obeservasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan dengan menerapkan metode kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I jumlah skor rata-rata aktivitas siswa 23,10 termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II jumlah skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 26,35 dan termasuk kedalam kategori baik.

Hal tersebut dapat terlihat pada tabel dan diagram di bawah ini. Tabel 4

Peningkatan Jumlah Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus Jumlah Skor Rata-rata

Siklus I 23,10

Siklus II 26,35

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan sebesar 3,25. Peningkatan terjadi karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran, mampu menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, lebih serius lagi dalam memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam pembelajaran, berani mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, turut serta dalam diskusi, terlibat aktif dalam diskusi kelompok, serta mengerjakan tugas/ evaluasi yang diberikan guru.

Berikut ini gambar perbandingan peningkatan aktivitas siswa antara siklus I dan siklus II.

Adapun tabel peningkatan skor aktivitas sisa perindikator sebagai beriku

21 22 23 24 25 26 27 Siklus I Siklus II

Gambar 1: Peningkatan Jumlah Skor Rata-rata Aktivitas Siswa

Gambar:

Peningkatan Jumlah Skor Rata-rata Aktivitas Siswa

(9)

62 Tabel 5

Peningkatan Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Perindikator

No Indikator

Rata-rata Skor

Peningkatan Siklus I Siklus II

1 kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran

2,80 3,55 0,75

2 menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

3,10 3,45 0,35

3 memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang diberikan

2,85 3,10 0,25

4 keaktifan siswa dalam pembelajaran

2,90 3,15 0,25

5 berani mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompoknya

2,90 3,10 0,2

6 turut serta melakukan diskusi dengan kelompoknya 2,75 3,15 0,4 7 melaksanakan kerja kelompok dengan melakukan diskusi dengan pasangannya 2,80 3,20 0,4 8 Mengerjakan tugas/ evaluasi. 3,00 3,65 0,65 Rata-rata 2,89 3,29 0,4 Jumlah Rata-rata 23,10 26,35 3,25

Kategori Baik Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa peningkatan pada indikator kesiapan mengikuti pembelajaran sebesar 0,75, pada indikator menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diberikan guru sebesar 0,35, pada indikator memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang diberikan sebesar 0,25, pada indikator memeperhatikan media pembelajaran sebesar 0,25, pada indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar 0,2, pada indikator berani mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompoknya sebesar 0,4, pada indikator melaksanakan kerja kelompok dengan melakukan diskusi dengan kelompoknya sebesar 0,4, serta pada indikator mengerjakan tugas/ evaluasi sebesar 0,65 dengan total peningkatan secara keseluruhan sebesar 3,25.

Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator kesipan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sedangkan peningkatan terendah indikator terendah terdapat pada indikator berani mengemukakan pendapat dalam diskusinya. Peningkatan-peningkatan tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini.

(10)

63 Gambar 2

Peningkatan Skor Rata-rata Aktivitas Siswa Perindikator

Belajar sambil bekerja mendorong siswa untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan nilai. Aktivitas siwa tersebut terdiri dari: kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran (Emotional activities), menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Mental activities, oral activities), memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang diberikan (Listening activities, Visual activities), memperhatikan media pembelajaran berupa gambar (Visual activities), keaktifan siswa dalam pembelajaran (Motor activities), mengikuti permainan Make a Match dengan media Flashcard (Motor activities, oral activities), melaksanakan kerja kelompok yaitu berdiskusi dengan pasangannya (Motor activities), mengerjakan tugas/ evaluasi (Writing activities, Drawing activities).

Aktivitas siswa kelas XI CI dalam pelajaran Penjasorkes melalui penerapan metode kooperatif tipe STAD didukung oleh pendapat Dierich (Hamalik, 2011:89-91) yang menyatakan bahwa pendidikan modern lebih menitik-beratkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil bekerja.

2. Hasil Observasi Keterampilan Guru

Hasil observasi keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 29 dan termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan pada siklus II berdasarkan hasil observasi keterampilan guru diperoleh skor sebesar 30. Peningkatan skor keterampilan guru dari siklus I ke siklus II sebesar

Berikut ini adalah perbandingan skor hasil observasi keterampilan guru pada tiap sisklusnya.

Tabel 6

Peningkatan Skor Hasil Observasi Keterampilan Guru

Siklus Skor

Siklus I 29

Siklus II 30

Adapun peningkatan per-indikator dapat dilihat pada tabel berikut ini

2.8 3.1 2.85 2.9 2.9 2.75 2.8 3 3.55 3.45 3.1 3.15 3.1 3.15 3.2 3.65 0 0.51 1.52 2.53 3.54 Siklus I Siklus II

(11)

64 Gambar 3

Peningkatan Skor Keterampilan Guru Perindikator

3. Hasil Observasi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh skor rata-rata sebesar 77,58 dan termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan pada siklus II berdasarkan hasil belajar siswa diperoleh skor rata-rata sebesar 83,46. Berikut ini adalah perbandingan skor hasil observasi keterampilan guru pada tiap sisklusnya.

Tabel 7

Peningkatan Hasil belajar Siswa

No Pencapaian Jumlah Peningkatan

Siklus I Siklus II 1 Nilai rata-rata 82,35 92,25 10,10 2 Nilai terendah 75 85 10,00 3 Nilai tertinggi 100 100 0

4 Siswa yang belum tuntas 2 0 2

5 Siswa yang tuntas 18 20 2

6 Persentase ketuntasan belajar

90% 100% 0,10%

Adapun peningkatan pada hasil belajar siswa pada setiap pencapaian dapat dilihat pada gambar berikut.

4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 Siklus I Siklus II

(12)

65 Gambar 4

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pencapaian mengalamani peningkatan. Nilai meningkat sebesar 10,1 dari 82,35 menjadi 92,25. Nilai terendah mengalami peningkatan sebesar 10 yaitu dari 75 menjadi 85, sedangkan pada nilai tertinggi tidak mengalami peningkatan karena sudah mencapai nilai maksimal yaitu 100. Pada nilai tertinggi peningkatan terjadi pada jumlah siswa yang memperoleh nilai tertinggi, jika pada siklus I yang memperoleh nilai 100 hanya 1 siswa, maka pada siklus II yang siswa yang memperoleh nilai sempurna berjumlah 4 orang, naik 3 orang.

Peningkatan pula terjadi pada siswa yang mencapai KKM. Jika pada siklus I masih didapati 2 orang siswa yang belum mencapai KKM dengan persentase ketuntasan sebesar 90%, maka pada siklus II seluruh siswa sebanyak 20 orang siswa mampu mencapai KKM dengan persentase ketuntasan sebesar 100%.

Hasil belajar siswa yang telah dipaparkan diatas didapatkan dari mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2008:63).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan analisis data yang telah dilakukan melalui penerapan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan terjadi karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran, mammpu menanggapi apersepsi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, lebih serius lagi dalam memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam pembelajaran, berani mengemukakan

82.35 75 100 2 18 90 92.25 85 100 0 20 100 10.1 10 0 2 2 0.10% 0 20 40 60 80 100 120

(13)

66 pendapatnya dalam diskusi, turut serta dalam diskusi, terlibat aktif dalam diskusi kelompok, serta mengerjakan tugas/ evaluasi yang diberikan guru.

2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar. Peningkatan terjadi pada indikator keterampilan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran. Pada keterampilan menjelaskan materi, peningkatan terjadi karena guru telah menggunakan bahasa yang komunikatif, memberikan tekanan, menggunakan contoh serta ilustrasi, sehingga dapat menarik perhatian siswa.

3. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam pembelajaran Penjasorkes pada siswa kelas XI CI SMA Negeri 6 Cirebon dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini dinyatakan berhasil. Terbukti dengan terpenuhinya indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2011. Model –Model Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Rutherford and Ahlgren.1990. Science for All Americans. New York: Oxford University Press.

Mariana, I Made Alit dan Praginda Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nur Asma 2006.Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Srini Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV Maulana. Sunaryo Kartadinata, dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud. Solihatin Etin dan Raharjo, 2009. Cooperative Learning. Analisis Model Pembelajaran IPS.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Gambar

Tabel 2   Kriteria Ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

kepada apotek. Tugas akhir ini dibuat untuk membantu pasien dalam menyalurkan resep obat secara cepat kepada apotek. Tugas akhir ini bertujuan membuat suatu prototype

Dalam ilmu kekuatan bahan, akan dipelajari tentang banyak hal misalnya : jenis pembebanan yang diberikan, gaya-gaya yang bekerja didalamnya, tegangan-tegangan yang

Proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Karang Taruna Muda Karya dan Pemerintah desa jatiguwi yang diharapkan membawa perubahan membutuhkan peranan penting dari semua

Dalam pembelajaran ketrampilan menghias kain bagi anak tunagrahita ringan tingkat SMKLB kelas 1 maka penelitian ini hanya difokuskan pada permasalahan penggunaan

Keywords: Rental Flats (Rusunawa) , Urban Poor People, Social Capital, Trust, Subjective

Angka penjualan pada dealer Astra cabang Sanur ini sebenarnya bisa menjadi lebih tinggi lagi, hal ini dapat saja terjadi bila perusahaan ADM (Astra Daihatsu

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembuatan aplikasi deteksi dini kanker serviks terdiri atas 6 langkah proses setelah pengumpulan data citra yang

Bank devisa merupakan bank yang mempunyai hak dan wewenang yang diberikan oleh bank indonesia untuk melakukan transaksi valuta sing dan lalu lintas devisa serta