• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN

KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT

Ganoderma boninense

DENGAN SISTEM MOUNDING

1 1 2

M. Yusuf Dibisono,SP , Guntoro,SP , Joko Sumantri

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat serangan penyakitGanoderma boninensedan mekanisme dari pada sistem mounding di PT. Perkebunan Nusantara III, Asahan, kebun Sei Silau. Penelitian dilaksanakan pada bulan april sampai Juni 2012, dengan metode deskriptif kejadian penyakit pada tahun tanam 2003 sebesar 69,79 % dengan jumlah tanaman sebanyak 610 pohon dari 874 titik, pada tahun tanam 2004 sebesar 55,97 % dengan jumlah tanaman sebanyak 436 pohon dari 779 titik, dan pada tahun tanam 2005 sebesar 26,56 % dengan jumlah tanaman sebanyak 786 pohon dari 2959 titik tanam yang diamati. Dengan tingkat serangan dan efektifitas sistem mounding. Pelaksanan sistem mounding yang cukup baik dalam pencegahan penularan penyakit jamurGanoderma boninense.

Kata kunci :Ganoderma boninense,mounding, penyakit

A. PENDAHULUAN

Pertanaman kelapa sawit di Indonesia

tengah menghadapi ancaman penyakit

yang mematikan. Penyakit tersebut

dinamakan Busuk Pangkal Batang (BPB)

yang disebabkan oleh jamur

Ganoderma

boninense

(Semangun, 1988).

Penyakit

Ganoderma boninense

pertama kali diidentifikasi oleh Karsten

pada tahun 1818 dengan

G. lucidum

sebagai satu-satunya spesies. Setelah

K a r s t e n ,

G a n o d e r m a b o n i n e n s e

dideskripsikan oleh Patouillard, Boudier,

& Fisher, Boudier dan Murril.

Penyakit busuk pangkal batang

pada perkebunan kelapa sawit khususnya

di wilayah Sumatera Utara sudah berada

pada kondisi mengkhawatirkan. Darmono

menjelaskan bahwa berdasarkan contoh

kasus hasil sensus yang dilakukannya pada

salah satu perkebunan kelapa sawit di

wilayah Sumatera, dalam satu hektar

tanaman kelapa sawit umur 14 tahun

generasi ke 2, ke 3 dan ke 4 serangan

penyakit busuk pangkal batang mencapai

50%.

Jika tanaman kelapa sawit sudah

terserang busuk pangkal batang

maka

cepat atau lambat tanaman akan

mengalami kematiannya. Penyakit

Ganoderma boninense

yang ditemukan di

Indonesia juga mempunyai perbedaan

secara molekuler. Hasil beberapa

penelitian menunjukan bahwa

Ganoderma

boninense

dari beberapa daerah di

Indonesia tidak menunjukan hubungan

yang sangat dekat. Meskipun sama-sama

Ganoderma boninense

tetapi yang berasal

(2)

dari Lampung berbeda dengan yang

berasal dari Kalimatan Selatan.

Berdasarkan data serangan OPT

yang diperoleh dari Direktorat Jenderal

Perkebunan serangan penyakit busuk

pangkal batang terjadi di Sumatera Utara;

2.691 ha, Bengkulu 678 ha, dan Aceh 135

ha. Diduga serangan penyakit BPB ini

sudah banyak terjadi di luar ke tiga

provinsi ini namun belum dilaporkan.

Penyakit

Ganoderma boninense

adalah

jamur patogenik tular tanah (

soil borne

)

yang banyak ditemukan di hutan-hutan

primer dan menyerang berbagai jenis

tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan di

dalam tanah dalam jangka waktu yang

lama.

Kejadian penyakit meningkat

sejalan dengan generasi kebun kelapa

sawit. Gejala penyakit akan lebih cepat

muncul dan serangannya lebih berat pada

tanaman generasi ke 2, ke 3, dan ke 4 dan

jarang atau hampir tidak di jumpai pada

generasi pertama kelapa sawit, banyak

kebun yang harus mempercepat tanam

ulang meskipun tanaman baru berumur 17

tahun yang seharusnya dapat mencapai

umur produktif 25-30 tahun. Penyakit

Ganoderma boninense

juga muncul secara

merata baik di daerah pantai maupun

daerah pedalaman (Semangun, 1988).

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyebaran Perkebunan Kelapa

Sawit

Kelapa sawit (

Elaeis guineensis

Jacq) adalah tanaman yang berasal dari

hutan tropis di Afrika Barat, pada awalnya,

produksi utama kelapa sawit adalah inti

sawit.

Kelapa sawit masuk ke Indonesia

pada tahun 1884, empat benih kelapa sawit

dua dari Bourbon dan dua dari Amsterdam

di tanam dan tumbuh baik di Kebun Raya

Bogor. Pada 1858, 146 benih dari Kebun

Raya Bogor didistribusikan ke Jawa,

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Nusa Tenggara. Pada 1875 percobaan

perkembangan telah didirikan di Deli pada

tahun 1878 di Bogor. Pada 1911

perkebunan pertama didirikan di Pulau

Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh).

Pada awal pengembangan, kelapa sawit

yang di tanam adalah jenis Dura yang

induknya berasal dari Bogor dan di

kembangkan di daerah Deli sehingga

dengan nama Deli Dura. Sejak tahun

1920-an diintroduksik1920-an plasma nutfah dari

jenis tenera, pisifera dan juga oleifera serta

Dumpy yaitu mutan dari Deli Dura

(Wahyuni, 2007).

Penyebaran perkebunan kelapa

sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi

dengan luas areal tanaman pada tahun

2004 sebesar 5,45 juta ha. Provinsi yang

mempunyai luas areal terbesar adalah Riau

yaitu 1,37 juta ha atau merupakan 25,15 %

dari total areal kelapa sawit nasional

peringkat kedua dan ketiga yaitu provinsi

Sumatera Utara (17,53) dan Sumatera

Selatan (9,46).

Pulau yang paling luas perkebunan

kelapa sawitnya yaitu pulau Sumatera

76,93% dari luas perkebunan kelapa sawit

Indonesia. Daerah yang menjanjikan

perkebunan pesat di masa yang akan

datang yaitu pulau Kalimantan dan Papua

(Paham, 2006).

(3)

dari pohon-pohon di sekitar tempat yang

kosong. Karena adanya kompensasi ini,

produksi kebun hanya akan sedikit

terpengaruh bila 10-20% dari pohonnya

mati (Semangun, 1988).

3. Gejala Penyakit Busuk Pangkal

Batang

Penyakit busuk pangkal batang

dapat di ketahui dari tajuk pohon. Pohon

yang sakit mempunyai janur (daun yang

belum membuka,

spear leaves

) lebih

banyak dari pada biasa. Daun berwarna

hijau pucat, daun-daun tua layu, patah

pada pelepahnya, dan menggantung

disekitar batang.

Meskipun mudah dilihat, namun

sebenarnya gejala tersebut bukan gejala

yang khas dari penyakit busuk pangkal

batang, karena gejala seperti ini dapat juga

d i s e b a b k a n o l e h g a n g g u a n l a i n

m e n y e b a b k a n

t e r h a m b a t n y a

pengangkutan air dan hara tanaman ke

tajuk.

G e j a l a y a n g k h a s , s e b e l u m

terbentuknya tubuh buah jamur, adalah

adanya pembusukan pada pangkal batang.

Penyakit menyebabkan busuk kering pada

jaringan dalam. Pada penampangnya

bagian batang yang terserah ini berwarna

coklat muda dengan dengan jalur-jalur

tidak teratur yang berwarna lebih gelap.

Jalur-jalur gelap ini yang di sebut

zona-zona reaksi, Reaksi adalah tempat

tertimbunannya blendok (gom, gum). Di

tepi daerah yang terinfeksi terdapat zona

yang berbau seperti minyak sawit yang

mengalami fermentasi ini ternyata adalah

akibat dari mekanisme perlawanan

tanaman.

2. Penyakit Busuk Pangkal Batang

Klasfikasi Penyebab Busuk Pangkal

Batang adalah sebagai berikut:

Divisi

: Eumycophyta

Klas

: Basidiomycetes

Ordo

: Polypolaceace

Genus

: Ganoderma

Spesies :

Ganoderma. boninense

P a d a

u m u m n y a

f a m i l y

polypolaceae

memiliki tubuh buah

berbentuk seperti kipas dan keras. Tubuh

buah jamur ini dapat berumur sampai

beberapa tahun. Tubuh buah

Ganoderma

boninense

dapat di temukan di bagian

pangkal kelapa sawit, merupakan jamur

tular tanah (Susanto dan Prasetyo, 2008).

Kawasan Asia bagian timur

termasuk Indonesia, busuk pangkal batang

(

basal stem rot)

adalah penyakit yang

terpenting dalam perkebunan kelapa sawit

dewasa ini. Penyakit ini semakin lama

semakin meningkat. Pertama karena

adanya usaha besar-besaran untuk

m e m p e r l u a s k e b u n k e l a p a s a w i t

Indonesia. Kelapa sawit yang di tanam

setelah replanting akan mendapat

serangan yang lebih berat dari busuk

pangkal batang.

Kalau dulu dianggap

sebagai penyakit kebun tua, sekarang

penyakit ini terdapat juga di kebun yang

masih muda.

Di Sumatera Utara, di kebun

kelapa sawit yang setengah umur (lebih

kurang berumur 15 tahun) kadang

setengah dari pohonnya mati. Memang

dalam hal ini kerugian hasil tidak sampai

50 %, Karena adanya peningkatan hasil

(4)

Pada waktu gejala pada daun mulai

tampak, biasanya lebih dari setengah dari

penampang pangkal batang sudah

membusuk. Dalam keadaan demikian

tanaman sudah tidak dapat di sembuhkan

lagi. Lambat atau cepat

Ganoderma

boninense

penyebab penyakit ini

membentuk tubuh buah (

sporophore

) atau

basidioma (

basidiokarp

), pada pangkal

batang atau kadang-kadang pada akar sakit

didekat batang. Tubuh buah hanya

dibentuk setelah penyakit berkembang

cukup lanjut, sudah tampaknya gejala pada

daun. Tubuh buah yang paling muda

dibentuk di dekat tepi bagian yang

membusuk, yang berkembang keatas.

Pohon yang sakit sering rebah, walapun

ada kalahnya tetap tegak meskipun sudah

mati (Semangun, 1988).

4. Pengendalian Busuk Pangkal Batang

a. Secara Teknis ( mounding )

Ÿ

Cara ini efektif pada tanaman

tua hingga 2-4 tahun sebelum

di remajakan, dimaksudkan

untuk memperpanjang umur

ekonomis tanaman yang

t e r s e r a n g

G a n o d e r m a

boninense

.

Ÿ

Penaburan

Trichoderma spp

t e r h a d a p t a n a m a n y a n g

terserang, keliling mengikuti

piringan

Ÿ

Pangkal batang tanaman yang

terserang dengan gejala awal

dibumbun dengan tanah

setinggi 70-100 cm dengan

radius 100 cm ( keliling

mengikuti piringan pokok )

Ÿ

Tanah untuk mounding di

ambil dari luar piringan, dari

gawangan mati .

Ÿ

Mounding tanah dipadatkan

dengan alat pemadat yang

terbuat dari potongan kayu

atau papan yang panjangnya 70

cm.

Ÿ

Penaburan pupuk RP setelah di

mounding agar akar lebih cepat

tumbuh.

Ÿ

Dengan cara ini tanaman

menghasilkan akar-akar baru

sehingga tidak mudah tumbang

dan berat tandan 40% lebih

tinggi dibandingkan dengan

tidak diberi perlakuan (Purba,

2003).

b. Secara Hayati

1). Penggunaan jamur antagonistik

Ÿ

Beberapa genera jamur tanah

yang antagonistik terhadap

Ganoderma boninense

sudah di

kenal, antara lain

Trichoderma,

Gliocladium, Penicillium

dan

Aspergillus,

tetapi yang paling

potensial adalah

Trichoderma.

Ÿ

M e k a n i s m e

d a r i

antagonismenya bisa berupa

kompetisi, mikoparasitisme dan

antibiosis yang menyebabkan

lisis pada hifa

Ganoderma

b o n i n e n s e

s e h i n g g a

pertumbuhan patogen tersebut

terhambat atau terhenti sama

sekali .

(5)

tepat waktu dan berkelanjutan.

Ÿ

c. Secara kimiawi

Ÿ

Uji efektivitas in vitro dari

berbagai fungisida sistemik

terhadap

Ganoderma boninense

menujukkan hasil yang baik

terutama fungisida dari kelompok

t r i a z a l , s e p e r t i t r i d e m o r f ,

triadimenol, dan triadimefon.

Ÿ

Penggunaan lebih dianjurkan

sebagai tindakan preventif

terhadap tanaman sehat di areal

bekas

Ganoderma boninense

,

dapat digunakan secara curahan

ke tanah di sekeliling pangkal

batang dengan konsentrasi 0,25%

sebanyak 3-4 liter/pohon dengan

rotasi 4 bulan, atau secara injeksi

batang sebanyak

20 ml/pohon

tiap 6 bulan .

Ÿ

Untuk pengobatan tanaman sakit

dengan gejala awal dapat di

gunakan dazomet (fumigan)

sebanyak 400 g per pohon melalui

8 lubang pada pangkal batang, di

beri air 25 ml/lubang .

Ÿ

Pemupukan hara makro lengkap

(N, P, K, dan Mg) dapat meningkat

ketahanan tanaman terhadap

Ganoderma

(13,88%), tanpa

p u p u k l e n g k a p k e t a h a n a n

menurun (21,74%), dan serangan

tertinggi terdapat pada perlakuan

tanpa N dan Mg (32,24%).

Ÿ

Jamur antagonis membutuhkan

suasana asam dengan kisaran pH

3,5-5,5 untuk pertumbuhan,

perkembangan dan aktivitasnya.

Ÿ

Mudah dibiakkan pada media

buatan seperti tepung sekam

padi + pasir atau sekam saja .

Ÿ

Penyaluran limbah cair pabrik

kelapa sawit di areal tanaman,

d a p a t

m e n d o r o n g

perkembangan dan aktivitas

jamur-jamur antagonis di tanah.

Ÿ

Biofungisida Marfu-P dan

Marfu Combi dengan bahan

aktif jamur

Trichoderma

dan

jamur-jamur antagonis lainnya.

6

Ÿ

Marfu P mengandung 5x10

konidia dan klamidospora

T.

koningii

diutamakan untuk

aplikasi pada bibit di polibeg

lubang tanam dan piringan

TBM, dan Marfu combi juga

mengandung jumlah yang sama

konidia dan klamidiospora

campuran dari

T. koningii, T.

viride

dan

T. harzianum

serta

Gliocladium virens

dengan

p r o p o r s i

y a n g

s a m a ,

diperuntukkan bagi aplikasi

pada rumpukan batang-batang

t u a u n t u k m e m p e r c e p a t

pelapukan bahan-bahan organis

tersebut dan penghancuran

propagul

Ganoderma boninense

yang ada di situ.

Ÿ

Untuk mencapai hasil yang

maksimal dari penggunaan

marfu maka aplikasinya harus

secara sistematis, tepat dosis,

(6)

C. METODE PENELITIAN

1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT

PERKEBUNAN NUSANTARA III

Kebun Sei Silau Afdeling IV di Kabupaten

Asahan, dengan luas areal 763.17 Ha,

ketinggian tempat 52 meter di atas

permukaan laut, mulai tanggal 30 April

sampai dengan 29 Juni 2012

2. Metode Penelitian

M e t o d e

p e n e l i t i a n

y a n g

digunakan adalah metode deskriptif yaitu

pengambilan data selama 3 bulan dengan

dua kali pengamatan (pada bulan pertama

dan bulan ke tiga ) pada kebun generasi ke

dua dengan jumlah blok sampel tiga blok

yang memiliki kejadian penyakit dan

mounding.

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksaan penelitian yang di lakukan

sebagai berikut :

1. Seluruh pohon di sensus/diamati

untuk melihat tingkat gejala

serangan penyakit.

2. Pohon yang menunjukkan tanda

penyakit di beri tanda/simbol B

dengan cat biru pada pohon sesuai

dengan ciri-ciri yang di tunjukkan

yaitu :

- B0 : Untuk tanaman sehat (tidak

di berikan tanda cat)

- B1 : Untuk lebih dari dua daun

tombak tidak membuka dan

terdapat badan buah (

fruiting

b o d y

) j a m u r

G a n o d e r m a

boninense.

- B2 : Untuk lebih dari dua daun

tombak tidak membuka dan

pangkal batang sudah keropos

- B3 : Untuk tanaman yang sudah di

mounding dan bertahan lama

- B4 : Untuk tanaman mati (untuk

tanaman yang tidak di mounding).

3. Pada kertas kerja sensus penyakit

Ganoderma boninense

diberi tanda

sesuai gejala yang ditunjukan.

4. Pengamatan Penelitian

Pengamatan penyakit

Ganoderma

boninense

dilakukan dengan melihat

gejala yang khas yaitu daun menguning,

akumulasi daun tombak, pelepah

menggantung, muncul tubuh buah

Ganoderma boninense

dan pangkal batang

yang keropos.

Pengamatan dilakukan pada seluruh

pohon pada blok.

Kejadian penyakit dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Oka, 1993) :

Tabel 1.Luas dan Jumlah Blok Pertahun

Tanam di Afdeling IV.

Tahun

Tanam

Jumlah Blok

Luas (Ha)

2003

4

48,90

2004

24

389,89

2005

26

324,38

(7)

mengurangi kontak akar tanaman sakit dan

sehat. Mounding pada tanaman yang

terserang penyakit jamur

Ganoderma

boninense

dapat memperpanjang umur

produksi selama 2 tahun.

Parit isolasi untuk mencegah

penularan juga memberikan pengaruh

terhadap penyebaran penyakit. Hal ini

disebabkan kesulitan kita menentukan

daerah penyebaran jam

Ganoderma

boninense

menunjukkan pohon tumbang

terserang penyakit

G. boninense

dan

pohon yang telah di mounding.

Kebun Sei Silau memiliki

jenis tanah

yang di dominasi oleh Typic Dystropept

Pod Soild Coklat Kemerahan, dengan

kesuburan fisik tanah tergolong baik

dengan tekstur tanah lempung liat berpasir

dan kedalaman efektif tanah > 120 cm.

yang saat ini masih menggunakan sistem

mounding untuk mencegah penyebaran

dari jamur Ganoderma. Hal ini di lakukan

dengan tujuan menghindari infeksi

basidiospora ke batang kelapa sawit, serta

menopang secara fisik batang tanaman

kelapa sawit. Pembuatan parit di sekeliling

tanaman sakit dimaksudkan untuk

Gambar 1. Tanaman terserang jamur Ganoderma boninense yang tidak di lakukan mounding dan Tanaman yang di mounding tahun.

p e n y a k i t G

a n o d e r m a b o n i n e n s e

,

pertambahan jumlah pohon dan upaya

memperpanjang umur dengan sistem

mounding.

2. Kejadian Penyakit

Ta b e l 2 m e r u p a k a n h a s i l

pengamatan kejadian penyakit selama tiga

bulan di lahan mineral, dengan berbagai

tingkat gejala tanaman yang terserang

(8)

Tahun Tanam Blok Luas (Ha) Inventaris Pokok Awal Tingkat Gejala Pengamatan Pertama Januari/Maret 2012 % Kejadian Penyakit 2012 Pengaman Kedua April/ Juni 2012 % Kejadian Penyakit 2012 Peningkatan / Penurunan Inventaris Pokok % 2003 275 5,9 874 B0 446 51,03 264 30,21 -182 20,82 B1 139 15,90 255 29,18 116 B2 99 11,33 148 16,93 49 B3 92 10,53 98 11,21 6 B4 98 11,21 109 12,47 11 Jumlah 874 874 Awal II Bo = Sehat 446 51,01 % 264 30,21 % B1-B4 = Terserang 428 48,97 % 610 59,79 % Total 874 874 2004 280 5,45 779 B0 415 (53,30) 343 44,03 -72 2,53 B1 160 20,54 175 22,46 15 B2 105 13,48 124 15,92 19 B3 40 5,13 65 8,34 25 B4 59 7,57 72 9,24 13 Jumlah 779 779 Awal II Bo = Sehat 415 53,3% 343 44,03% B1-B4 = Terserang 364 46,7% 436 55,97% Total 779 779 2005 258 20,8 2959 B0 2329 (78,71) 2173 73,44 -156 5,27 B1 235 7,94 259 8,75 24 B2 191 6,45 251 8,48 60 B3 40 1,35 85 2,87 45 B4 164 5,54 191 6,45 27 Jumlah 2959 2959 Bo = Sehat 2329 78,71% 2173 73,44% B1-B4 = Terserang 630 21,29% 786 26,56% Total 2959 2959

Tabel 2. Persentase kejadian penyakit, serta peningkatan dan penurunan jumlah pohon

yang terserang penyakit

Ganoderma boninense

.

Kejadian peningkatan dan kenurunan jumlah pohon yang terserang

Ganoderma

boninense, s

esudah di mounding dapat di lihat pada Gambar grafik di bawah ini:

Gambar 2. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam 2003.

(9)

sebab pada keadaan normal tanaman akan

membentuk 1-2 pupus setiap bulannya

yang akan membuka. Tidak membukanya

daun tombak mungkin diakibatkan oleh

infeksi awal jamur Ganoderma. boninense

(LPP, 1986).

H a l i n i k a r e n a s e m a k i n

meningkatnya sumber infeksi jamur

Ganoderma boninense

di lapangan

terutama melalui kontak akar sehat dengan

akar dari tanaman yang terinfeksi,

mengindikasikan bahwa tanaman yang

sudah menujukkan gejala terinfeksi jamur

Ganoderma boninense

sangat lemah dan

r e n t a n

u n t u k

t u m b a n g ,

d a n

Berdasarkan pegamatan di lapangan dapat

dilihat pada tabel 2 maupun grafik 1, 2, dan

3 kejadian penyakit pada tahun tanam

2003, terjadi penurunan jumlah tanam

sehat (B0) lebih tinggi di bandingkan dua

tahun tanam sebanyak 182 pada awal

pengamatan sebesar 51,03% dan

pengamatan kedua sebesar 30,21% pohon

dari jumlah pohon 874 pohon yang

diamati. Dengan demikian jumlah pohon

sehat berubah menjadi tanaman yang

menujukkan gejala awal yaitu akumulasi

daun tombak yang tidak membuka ini

dapat diakibatkan oleh terhambatnya

p r o s e s f i s i o l o g i t a n a m a n u n t u k

mengangkut nutrisi unsur hara maupun air,

Gambar 3. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam 2004.

Gambar 4. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam 2005.

(10)

penanggulangan kejadian penyakit kelapa

sawit yang terserang

Ganoderma

boninense

, dari awal serangan sampai

menjadi 69,79 % dengan jumlah pohon

terinfeksi sebanyak 610 pohon.

Ÿ

Pada pengamatan pertama untuk tahun

tanam 2004 sebesar 46,73 % dengan

jumlah pohon yang terinfeksi jamur

Ganoderma. boninense sebanyak 364

pohon, sedangkan pengamatan kedua

menjadi 55,97 % dengan jumlahh pohon

Pada lahan tersebut nampak kita lihat dari

tabel dengan kejadian penyakit dari gejala

B1+B2+B3 dan B4 adalah :

Ÿ

Pada pengamatan pertama untuk tahun

tanam 2003 sebesar 48,97 % dengan

jumlah pohonn terinfeksi jamur

Ganoderma. boninense sebanyak 428

pohon, sedangkan pengamatan kedua

pohon kelapa sawit mati dapat di lihat pada

gambar 5.

Gambar 5. Gejala Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang di sebabkan Ganoderma boninense

yang telah di mounding (kiri) dan yang tidak di mounding (kanan).

3. Kejadian Penyakit Dengan Gejala Serangan B1, B2, B3, dan B4.

Tabel 3. Kejadian penyakit dari gejala B1+B2+B3+B4.

Kejadian penyakit dari gejala B1+B2+B3+B4

Tahun

Tanam

Pengamatan

Awal (phn)

Kejadian

Penyakit

Kejadian

Penyakit

Pengamatan

Ke2 (phn)

Peningkatan

(phn)

2003

428

48,97%

610

69,79%

182

2004

364

46,73%

436

55,97%

72

2005

630

21,29%

786

26,56%

156

(11)

banyak terjadi di tahun tanam 2003. Hal

ini karena gejala akumulasi daun tombak

lebih banyak terjadi pada tahun tanam

tersebut.

4. Kejadian Penyakit Dengan Gejala

Serangan B2, B3, B4.

Gejala B2, B3, dan B4 merupakan

gejala lanjut yang di akibatkan oleh jamur

Ganoderma. boninense karena pada gejala

ini sporophore jamur/ badan buah sudah

muncul, sehingga pohon yang terserang

jamur mengakibatkan batang keropos dan

kematian pada pohon kelapa sawit.

yang terinfeksi sebanyak 436 pohon.

Ÿ

Pada pengamatan pertama untuk tahun

tanam 2005 sebesar 21,29 % dengan

jumlah pohon terinfeksi jamur

Ganoderma. boninense sebanyak 630

pohon, sedangkan pengamatan kedua

26,56 % dengan jumlah pohon

terinfeksi sebanyak 786 pohon.

Dengan demikian selama tiga

bulan terjadi pertambahan pohon yang

terserang jamur Ganoderma. boninense

pada ketiga tahun tanam sebanyak untuk

tahun tanam 2003 sebanyak

182, 2004

sebanyak 72, dan 2005 sebanyak 156

dengan demikian kejadian penyakit

dengan gejala B1+B2+B3+B4 lebih

Kejadian penyakit dari gejala B2+B3+B4

Tahun

Tanam

Pengamatan

Pertama (phn)

Kejadian

Penyakit

Pengamatan

Kedua (phn)

Kejadian

Penyakit

-/+

(phn)

2003

285

33,07%

355

40,61%

70

2004

204

26,18%

261

33,5%

57

2005

395

13,34%

527

17,8%

132

Tabel 4. Kejadian penyakit dari gejala B2+B3+B4

peningkatan menjadi 40,61 % dengan

jumlah pohon yang terserang sebanyak

355 pohon.

Pada pengamatan pertama untuk

tahun tanam 2004 sebesar 26,18 % dengan

jumlah pohon yang menujukan gejala yang

terinfeksi jamur

Ganoderma boninense

sebanyak 204 pohon sedangkan pada

p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i

Kejadian penyakit pada lahan dengan

akumulasi dari gejala B2, B3, dan B4

adalah.

Pada pengamatan pertama untuk

tahun tanam 2003 sebesar 33,07 % dengan

jumlah pohon yang menujukan gejala yang

terinfeksi jamur

Ganoderma boninense

sebanyak 285 pohon sedangkan pada

p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i

(12)

peningkatan menjadi 33,5 % dengan

jumlah pohon yang terserang sebanyak

261 pohon

Pada pengamatan pertama untuk

tahun tanam 2005 sebesar 13,34 % dengan

jumlah pohon yang menujukan gejala yang

terinfeksi jamur

Ganoderma boninense

sebanyak 395 pohon sedangkan pada

p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i

peningkatan menjadi 17,8 % dengan

jumlah pohon yang terserang sebanyak

527 pohon.

(13)

Hasil pengamatan dilapangan dan

pemetaan gejala serangan menujukan

bahwa kejadian penyakit

Ganoderma

boninense

pada tanaman kelapa sawit

berkembang mengikuti sumber inokulum

penyakit awal. Penghitungan ini

berdasarkan pada status gejala penyakit.

Pada gambar 7 memperlihatkan bahwa

pola penyebaran penyakit

Ganoderma

boninense

di lahan mineral pada kebun Sei

Silau Afdeling IV hampir merata lebih

cepat.

Penyakit jamur

Ganoderma

boninense

merupakan salah satu penyakit

tular tanah (

soil borne disease

) sehingga

pada umumnya penyakit ini berkembang

sangat cepat. Umumnya gejala yang nyata

serangan penyakit ini adalah munculnya

badan buah jamur dan membusuknya

pangkal batang.

Berdasarkan penelitian di Kebun

Sei Silau Afdeling IV ini diketahui bahwa

seluruh kebun adalah tanaman kelapa

sawit dari umur tanaman yang berumur 9

tahun (tahun tanam 2003) dan 7 tahun

(tahun tanam 2005) dan tanaman generasi

ke-dua cenderung merata peyebarannya

karena pada areal yang tidak tergenang

miselium lebih agresif dan diduga karena

tingginya jumlah patogen di dalam tanah

serta sumber infeksi diareal pertanaman.

Turner, (1981). berpendapat, infeksi dari

penyakit melalui kontak akar tanaman

sehat dengan sumber infeksi tanah.

Memberi petunjuk bahwa infeksi terutama

disebabkan oleh miselium jamur.

6. Pencegahan Penyebaran

Usaha yang dapat dilakukan untuk

p e n c e g a h a n p e n y e b a r a n j a m u r

Dari gambar di atas dapat kita lihat

kejadian penyakit tanaman kelapa sawit

yang terserang jamur

Ganoderma

boninense

bahwa tanaman yang ada di

sekeliling tanaman mati cenderung

menujukan gejala penyakit.

Karena

Ganoderma boninense

menular ketanaman sehat bila akar

tanaman ini bersinggungan dengan

tunggul-tunggul pohon yang sakit.

Akar-akar tanaman kelapa sawit muda tertarik

pada tunggul-tunggul yang membusuk

karena kaya akan hara dan mempunyai

kelembaban tinggi. Akar kelapa sawit

banyak yang ditemukan di dalam tunggul

dan akar-akar kelapa sawit yang

terdekomposisi (Semangun, 1988).

5

.

Pola Penyebaran

Gambar 8. Pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense.

Keterangan:

Warna hitam: untuk areal yang terserang jamur

Ganoderma boninense

Warna putih : untuk areal yang terbebas serangan jamur Ganoderma boninense

(14)

Ganoderma boninense

adalah secara

teknis dapat di lakukan dengan sistem

mounding dan membuat parit isolasi untuk

mencegah penyebaran jamur

Ganoderma

boninense

melalui akar. Disamping itu

juga untuk tetap mempertahankan buah,

menambah produksi dan mempertahankan

jumlah pohon perhektarnya dan dengan

upaya sistem mounding ini tanaman dapat

hidup lebih lama. Tabel 5 merupakan hasil

pengamatan tentang keberhasilan dan

kematian pada tanaman yang memiliki

kejadian penyakit jamur

Ganoderma

boninense

dengan sistem mounding.

Tabel 5. Persentasi keberhasilan dan kematian pada tanaman yang terserang penyakit

jamur

Ganoderma boninense

dengan sistem mounding.

Tahun Tanam 2009 2010 2011 2012 Pokok Mounding Pokok Mounding Pokok Mounding Pokok Mounding Pokok (mati) Mounding Pokok (mati) Mounding Pokok (mati) Mounding Pokok (mati) Mounding 2003 27 2 53 4 72 7 98 9 2004 12 1 25 3 48 5 65 7 2005 19 3 32 5 52 8 85 12 Total 58 6 110 12 172 20 248 28 % mati 10,3 10,9 11,6 11,2

Pada tabel di atas dapat dilihat angka

kematian tanaman yang telah di mounding

tidak begitu besar, dengan demikian sistem

mounding ini dapat memperpanjang umur

tanaman kelapa sawit yang terserang

Ganoderma boninense

dengan tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi

.

Selain tindakan secara teknis

tindakan pencegahan areal dari hewan

ternak juga perlu dilihat pada saat

pengamatan blok yang aktifitas hewan

ternaknya tinggi lebih banyak yang

t e r s e r a n g

G a n o d e r m a

,

i n i

mengindikasikan bahwa hewan ternak

juga termasuk agen penyebaran jamur

Ganoderma boninense

pada perkebunan,

karena ini dimungkinkan akibat kaki

ternak bersentuhan dengan akar yang

terinfeksi jamur

Ganoderma boninense

dan bersentuhan dengan akar tanaman

sehat.

E. PENUTUP

Dari penelitian ini dapat

disimpulkan ;

1. Jumlah kejadian penyakit busuk

p a n g k a l

b a t a n g

m e n g a l a m i

peningkatan pada tahun 3003, 2004 dan

2005 masing-masing sebesar 10,82%;

12, 27 %dan 5,27%.

2. Efektifitas mounding terhadap

kematian pada tanaman adalah antara

10,3 sampai 11,6%.

(15)

Sulistyo B. DH dkk. 2010. Budidaya

Kelapa Sawi, -cet.1. Balai Pustaka.

Jakarta.

Susanto, Agus dan Yasin Hartono. 2002.

Teknik Replanting Kelapa Sawit

Yang Aman Terhadap

Ganoderma

Dan

Orytes rhinoceros.

Warta

PPKS.

Turner, P. D. 1981. Oil Palm Deasease And

Disorders. Univ. Press kuala

lumpur.

Unit PBP. 1997. Peta Genetik Tanaman

Kelapa Sawit Tahan Terhadap

S e r a n g a n

G a n o d e r m a

. U n i t

P e n e l i t i a n

B i o t e k n o l o g i

Perkebunan. Balai Pustaka. Jakarta.

Unit PBPB. 1997. Peta, Genetik Tanaman

Kelapa Sawit

Elaeis guineensi Jacg

Ta h a n Te r h a d a p S e r a n g a n

Ganoderma Boninense.

Unit

P e n e l i t i a n

B i o t e k n o l o g i

Perkebunan Bogor.

Wahyuni, M. 2007. Botani Dan Morfologi

Kelapa Sawit. STIPAP. Medan.

F. DAFTAR PUSTAKA

Chan Jer Jing. 2007. Kepatogenan

Ganoderma boninense

pada Kelapa

Sawit dan Hubungan Biologinya

dengan

Ganoderma

spp. Dari pada

perumah palma lain. Skripsi.

LPP. 1986. Manajemen Proteksi Tanaman.

LPP. Medan.

Oka, I. N. 1993. Pengantar Epidemologi

Penyakit Tanaman. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa

Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta

Purba, R. Y. 2003. Pengenalan dan

Pengendalian Utama pada Tanaman

Kelapa Sawit. Pusat Penelitian

Kelapa Sawit. Medan.

PTPN IX. 1993. Budidaya Kelapa Sawit

Dan Karet. Vademecum PTP.

Nusantara IX. Lampung .

Semangun,H. 1988. Penyakit-Penyakit

Tanaman Perkebunan DiIndonesia.

Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sianturi, H. S. D. 1991. Budidaya kelapa

sawit. Fakultas Pertanian. Medan.

Gambar

Gambar 1. Tanaman terserang jamur Ganoderma boninense yang tidak di lakukan mounding dan Tanaman                   yang di mounding tahun.
Tabel 2. Persentase kejadian penyakit, serta peningkatan dan penurunan jumlah pohon                yang terserang penyakit Ganoderma boninense.
Gambar 4. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma                  boninense pada tahun tanam 2005.
Gambar 5.  Gejala Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang di sebabkan Ganoderma boninense  yang telah di mounding (kiri) dan yang tidak di mounding (kanan).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukan bahwa pada shift malam lebih banyak melakukan pengiriman dibandingkan dengan shift pagi, serta kurangnya tidur yang semakin mempengaruhi kelelahan para

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas ( credibility ). Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskripkan untuk

Dan juga perancangan di perusahaan, biasanya dari kabel jaringannya sudah diberi kode namun masih banyak juga kabel jaringan dari client lain yang masih blank atau tidak diberi

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan ketentuan, inventarisasi

Nata dalam kemasan adalah produk makanan berupa gel selulosa hasil fermentasi air kelapa, air tahu atau bahan lainnya oleh bakteri asam cuka (Acetobacter

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem tentang

Untuk menghitung harga konduktivitas elektrik dari lapisan tipis dengan sistem STM, perlu untuk melakukan pengukuran arus tunnel antara ujung jarum ukur dan

Dengan menggunakan persamaan (8) maka setiap data hasil normalisasi mempunyai interval antara 1 dan 0, hal ini mengakibatkan bahwa nilai terbesar di setiap data adalah