• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dokumen"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN

MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI

Strategi Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi

PENJAMINAN MUTU DI PERGURUAN TINGGI ISLAM

PAPUA: ANTARA SEMANGAT DAN KETERBATASAN

Ismail Suardi Wekke *

*STAIN Sorong, Kepala Pusat Penjaminan Mutu

Abstract

PENDAHULUAN Perguruan tinggi dengan posisi dengan wilayah seperti di Kota Sorong, Papua Barat memiliki tantangan dan juga keuntungan sekaligus. Pertama, tantangan karena untuk urusan kolaborasi dengan mitra perguruan tinggi lain biasanya tidak mudah untuk meyakinkan mereka mau untuk berkunjung ke Papua. Sementara kepakaran (expertise) mereka diperlukan untuk berbagi dan melatih civitas akademika di tempat kami. Kedua, sebuah keuntungan berada di Papua yang kadang bersinggungan dengan wilayah politis. Untuk beberapa urusan kerap mendapatkan afirmasi, seperti pelayanan dan juga perhatian. Tetapi itu tidak bisa dijadikan sebagai patokan utama. Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan tinggi sesungguhnya bukanlah elemen yang turun dan tiba serta-merta (Ahmad & Ogunsola, 2011). Di satu sisi, tantangan bagi perguruan tingi seperti di Palestina, hanya menyediakan akses (Arar & Mustafa, 2011). Sementara dalam praktik di Mesir, lulusan dipersiapkan untuk menjadi bagian dari perubahan ekonomi masyarakat (Tyler E. Holmes, 2008). Begitu juga dengan pendidikan tinggi yang berusaha untuk mempertahankan nilai yang dianut masyarakat (Mourad & El Karanshawy, 2013). Dalam beberapa praktik, pendidikan tinggi Malaysia berusaha untuk menunjukkan kinerja melalui pengelolaan kelembagaan (Mohd Ali & Borhandden Musah, 2012). Dengan demikian, kajian-kajian pendidikan tinggi masih sebatas

pengelolaan pendidikan yang ditopang oleh sumber daya yang memadai. Sementara, pendidikan tinggi di Papua, memiliki beberapa keterbatasan untuk mewujudkan harapan masyarakat. Pendidikan tinggi Indonesia menghadapi tantangan dimana kesenjangan antara wilayah memiliki perbedaan. Sementara untuk mengakselerasi setiap perguruan tinggi juga menghadai dinamika tersendiri. Hal ini yang kemudian perlu diperhatikan bersama. Dngan segala keterbatasan yang dimiliki, setiap perguruan tinggi dituntut untuk melakukan penjaminan mutu minimal sesuai dengan standar nasional. Padahal, di satu sisi kendala teknis kadang menjadi rintangan untuk mewujudkan harapan itu semua. Sementara untuk penjaminan mutu, sebuah kewajiban dan itu sama sekali tidak bisa ditawar untuk alasan apapun. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman

lapangan dalam melaksanakan sistem penjaminan mutu internal dengan segala keterbatasan yang melingkupi. MERAWAT SEMANGAT UNTUK KETERBATASAN Satu-satunya yang membuat kepentingan penjaminan mutu bisa berjalan karena semangat untuk membangun

(2)

terbatas. Perekrutan dosen semuanya dikendalikan secara terpusat melalui kementerian. Sehingga tidak ada kebebasan untuk menerima pegawai. Walaupun, pengusulan sudah dilakukan sejak awal tetapi kendala kebijakan kadang tetap menjadi salah satu hambatan utama. Sebuah program studi seperti Komunikasi Penyiaran Islam tidak memiliki sama sekali dosen dengan kualifikasi komunikasi di tingkat magister. Sementara pendirian program studi dilakukan ketika perguruan tinggi masih berstatus lembaga swasta. Saat beralih menjadi perguruan tinggi dengan status negeri, dosen yang diterima dengan kualifikasi yang sangat umum yaitu lulusan pendidikan magister. Di sisi lain, kementerian sudah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan masukan dari

kepegawaian. Hanya saja, saat dibuka dengan formasi sesuai kebutuhan, justru pendaftar yang tidak ada. Dari 40 (empat puluh) posisi yang disediakan tidak lebih setengahnya yang terisi kemudian yang lulus dari keseluruhan pendaftar itu hanya 6 (enam). Penjaminan mutu yang dilakukan pusat penjaminan mutu berjalan dengan partisipasi seluruh program studi. Tidak dapat

mengandalkan tim yang berasal dari pusat penjaminan mutu. Walau ada kepala pusat, tidak memiliki sama sekali staf yang membantu operasional kegiatan. Walaupun saat penyusunan

akreditasi, justru beban untuk menyusun evaluasi diri diserahkan kepada penjaminan mutu. Untuk menempatkan dosen atau staf untuk membantu secara khusus tidak memunkinkan karena

keterbatasan pegawai yang ada. Sementara untuk membantu pengelolaan keuangan dan

inventarisasi barang milik negara, maka salah satu jalan yang ditempuh dengan merekrut pegawai honorer sehingga kekurangan tenaga dapat diatasi. Tetapi itu hanya untuk bagian keuangan. Untuk bagian yang lain belum dapat dilakukan. Anggaran yang tersedia untuk kepentingan pusat penjaminan mutu hanya tersedia sebesar dua puluh juta setahun dari sebelas milyar anggaran yang diterima secara keseluruhan. Dengan kendala keuangan seperti tetap saja diwajibkan untuk

memenuhi ketentuan akreditasi. Sehingga salah satu usaha yang dilakukan adalah membangun kemitraan dengan berbagai lembaga. Beberapa universitas memberikan dukungan berupa

pendampingan penyusunan borang dan juga evaluasi standar mutu. Dari dalam negeri senantiasa mendapatkan dukungan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sementara dari luar negeri memberikan fasilitas untuk akses ke database jurnal antarbangsa seperti Universiti Utara Malaysia, Universiti Kebangsaan Malaysi, dan Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia. Kemitraan dengan perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia dan Universitas

Diponegoro juga dilakukan. Khusus untuk pendampingan penulisan artikel jurnal, kedua universitas tersebut secara rutin memberikan dukungan berupa tim pelatih. Bahkan dalam satu kesempatan, mahasiswa juga dilatih untuk mengenal tentang penulisan karya ilmiah termasuk pada bagian penelusuran sumber-sumber referensi yang kredibel. Tidak saja pada tingkatan perguruan tinggi tetapi juga dari kedutaan negara sahabat dan lembaga internasional seperti kedutaan besar Amerika Serikat untuk melaksanakan pelatihan bahasa Inggris. Sementara dengan The Asia Foundation, melaksanakan pelatihan untuk memperkuat kemampuan riset. Keduanya tidak saja dilaksanakan untuk kalangan mahasiswa tetapi juga guru-guru yang ada di wilayah Sorong Raya. Sementara itu, Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Amal Ilmiyah Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS) Mawena dengan status swasta juga memiliki tantangan dan kendala. Berusaha untuk senantiasa mencapai dan menggapai standar yang diinginkan dengan segala strategi. Pertama, berusaha untuk

menggalang soliditas warga kampus untuk senantiasa mengerahkan kemitraan yang dimiliki.

Masing-masing dosen dan juga pimpinan berusaha untuk memberikan dukungan berupa tersedianya akses yang memadai. Kemudian yang kedua, posisi di tengah gunung dengan akses yang hanya dapat ditempuh dengan perjalanan darat semata menjadi keuntungan dan juga kendala tersendiri. Untuk itu, pimpinan STISIP Amal Ilmiyah senantiasa berusaha menempatkan alumninya untuk terus membantu terutama dalam kaitan penyediaan sumber daya yang akhirnya akan mengabdi sebagai dosen. Setiap alumni yang memiliki kemampuan akademik dan memiliki ketertarikan untuk berkarir sebagai dosen diusahakan untuk diterima di perguruan tinggi dengan beasiswa. Sehingga dengan kualifikasi pendidikan yang memadai, memungkinkan alumni tersebut setelah menempuh

(3)

atmosfer akademik. Stigma yang selama ini hadir bahwa warga Papua hanya mampu menjadi

konsumen termasuk dalam urusan pendidikan secara perlahan hilang. Justru, para putra daerah dan berawal dari perguruan tinggi lokal mereka juga mampu untuk menjadi bagian dari aktivitas

akademik. Berada dekat dengan Lembah Baliem, sebagai kawasan yang sangat eksotik kemudian memberikan tantangan untuk senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jikalau warga memiliki keinginan untuk mendapatkan pendidikan, tentu tidak mudah. Dengan biaya hidup yang sangat besar di kota-kota Indonesia lainnya, kemudian kemampuan untuk masuk sebagai salah satu warga belajar. Sehingga dengan kondisi seperti ini, STISIP Amal Ilmiyah menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat sekitar. Adapun identitas kelembagaan yang didirikan oleh YAPIS tidaklah menjadi masalah bagi warga. Bahkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga dosen yang turut membesarkan lembaga ini justru berasal dari agama yang berbeda. Kedua perguruan tinggi tersebut menggambarkan bahwa keberadaan perguruan tinggi tidak semata-mata sebagai lembaga

pendidikan dalam arti secara formal tetapi juga berkaitan dengan lingkungan yang didiaminya. Baik STAIN Sorong yang terletak di Papua Barat, maupun STISIP Amal Ilmiyah di Mawena, keduanya tetap berusaha untuk senantiasa memenuhi keperluan warga dengan menghadirkan jaminan

kualitas yang memenuhi ketentuan nasional. TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI Untuk menyelenggarakan pendidikan, maka penjaminan mutu sesungguhnya adalah kewajiban. Hanya saja, satu hal yang perlu dibenahi adalah standar mutu yang menjadi target bersama. Tata kelola perguruan tinggi senantiasa dikembangkan untuk memenuhi standar yang ada. Sehingga tidak dimungkinkan adanya standar ganda. Dengan berlakunya standar ganda, akan memberikan ambiguitas. Lambat laun akan menghancurkan lembaga perguruan tinggi. Transparansi menjadi kata kunci yang lain, sehingga dengan keterbukaan informasi akan memberikan kebebasan bersama dalam mewujudkan apa yang hendak dicapai. Belajar dari pengalaman Saudi Arabia, semua

universitas berusaha untuk senantiasa mendorong hadirnya partisipasi semua warga kampus (Elyas & Picard, 2013). Hanya saja, dikhawatirkan akan menjadi bagian dari neoliberalism, sehingga diperlukan seiring dengan langkah-langkah untuk membangun keterbukaan juga berusaha dengan dengan tetap menjaga nilai-nilai yang dianut masyarakat yang tercermin dengan hadirnya budaya ilmiah (Fantazy & Abdul Rahim A. Al Athmay, 2014). Etika dalam pendidikan tinggi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan sehingga mampu mempertahankan kesinambungan perguruan tinggi. Artikel ini secara khusus menyajikan betapa dengan segala keterbatasan, perguruan tinggi di Papua juga berusaha untuk memenuhi tuntutan penjaminan mutu. Ini semata-mata karena tuntutan

masyarakat. Tanpa memenuhi standar yang ditentukan, perguruan tinggi akan ditinggalkan oleh masyarakat sebagai pengguna. Semangat keberagamaan menjadi sebuah pelengkap sehingga mampu memacu untuk mengembangkan perguruan tinggi (Sari Marbun, 2013). Pilihan agama ternyata tidak menjadi masalah dan hambatan dan memberikan kesempatan belajar kepada

(4)

perguruan tinggi perlu untuk berusaha memberikan jaminan mutu sehingga alumni yang dihasilkannya dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemberi kerja. Oleh karenanya, perguruan tinggi seperti STAIN Sorong dan STISIP Amal Ilmiyah YAPIS, Mawena, berusaha untuk memenuhi segala ketentuan perundang-undangan. Di tengah keterbatasan, mereka memiliki semangat untuk senantiasa berbenah dan juga berusaha untuk melangkah dengan lebih baik dari waktu. Dukungan perguruan tinggi dan lembaga lain juga menjadi kunci dalam mencapai standar mutu yang diinginkan. Walaupun memiliki keterbatasan anggaran tetapi dengan kolaborasi yang dibangun bersama sehingga mampu memenuhi tuntutan untuk menjamina kualitas sesuai dengan yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, K., & Ogunsola, O. K. (2011). An empirical

assessment of Islamic leadership principles. International Journal of Commerce and Management, 21(3), 291 318. https://doi.org/10.1108/10569211111165325 Arar, K., & Mustafa, M. (2011). Access to higher education for Palestinians in Israel. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 4(3), 207 228. https://doi.org/10.1108/17537981111159975 Elyas, T., & Picard, M. (2013). Critiquing of higher education policy in Saudi Arabia: towards a new

neoliberalism. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 6(1), 31 41.

https://doi.org/10.1108/17537981311314709 Fantazy, K., & Abdul Rahim A. Al Athmay, A.-A. (2014). Ethics and religion in higher education. International Journal of Commerce and Management, 24(2), 180 196. https://doi.org/10.1108/IJCoMA-02-2014-0018 Inayatullah, S., & Milojevi , I. (2014). Augmented reality, the Murabbi and the democratization of higher education: alternative futures of higher education in Malaysia. On the Horizon, 22(2), 110 126.

https://doi.org/10.1108/OTH-08-2013-0029 L. Anderson, G. (2014). The reaction against conventional knowledge in higher education. On the Horizon, 22(1), 57 66.

https://doi.org/10.1108/OTH-09-2013-0032 Mohd Ali, H., & Borhandden Musah, M. (2012). Investigation of Malaysian higher education quality culture and workforce performance. Quality Assurance in Education, 20(3), 289 309. https://doi.org/10.1108/09684881211240330 Mourad, M., & El Karanshawy, H. (2013). Branding Islamic studies: exploratory study in the Middle East. Journal of Islamic Marketing, 4(2), 150 162. https://doi.org/10.1108/17590831311329287 Sari Marbun, D. (2013). Attributions and requirements of Islamic leadership. Management Research Review, 36(4), 379 387. https://doi.org/10.1108/01409171311314987 Schomaker, R. (2015). Accreditation and quality assurance in the Egyptian higher education system. Quality Assurance in Education, 23(2), 149 165. https://doi.org/10.1108/QAE-08-2013-0034 Tyler E. Holmes, M. (2008). Higher education reform in Egypt: preparing graduates for Egypt s changing political economy. Education, Business and Society: Contemporary Middle Eastern Issues, 1(3), 175 185.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini dimungkinkan mengajukan lebih dari satu teori atau data sekunder dalam bentuk tabel sintersa untuk membahas permaslahan variabel yang akan diteliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap sifat fisik dan stabilitas

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga atas izinNya penulis dapat menyelesaikan laporan Karya

kebidanan yang diberikan pada ibu hamil dengan anemia. BAB V

Mengingat pentingnya permasalahan yang terjadi pada lansia terkait dengan fleksibilitas maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh penambahan static stretching

Untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi dan untuk meraih gelar sarjana ( universitas), penduduk di desa Penanggungan harus keluar dari dari desanya baik ke

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian yang diperoleh melalui pengamatan di lapangan meskipun hasil wawancara dengan guru, pengelola kantin kejujuran maupun

Black hole (Indonesia: lubang hitam) merupakan bagian dari alam semesta yang menempati ruang Black hole (Indonesia: lubang hitam) merupakan bagian dari alam semesta yang menempati