• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Budi Surya Permana B77211113

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)
(3)
(4)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hubungan brand image dengan keputusan pembelian. Penelitian ini dilakukan di konsumen D’Cost Seafood Outlet Margomulyo dengan jumlah populasi 200 orang, dari jumlah tersebut dipilih 40 responden sebagai sampel penelitian dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Untuk pengumpulan data menggunakan ,model skala likert, yaitu skala brand image dan skala keputusan pembelian. Skala brand image memiliki 27 aitem setelah uji coba dengan nilai reliabilitas 0,745, sedangkan skala memiliki 31 aitem valid setelah uji coba dengan reliabilitas 0,874, penghitungan validitas dan reliabilitas dengan bantuan program SPSS 16,0 Hasil penelitian ini diperoleh nilai korelasi (0,588) > r tabel 0,244 sehingga hipotesis alternatif (ha) diterima. yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara brand image dengan keputusan pembelian.

(5)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the corrlation between brand image and the purchasing decision of D’Cost Seafood Outlet Margomulyo. This research was done to D’Cost Seafood Outlet Margomulyo consumers by having 200 populations. This research takes 40 respondents as the research sample by using purposive sampling technique. This research uses quantitative approach by correlation method. It uses likert of scale model which is as a scale of brand image and scale of scale of purchasing decision to collect the data. Scale of brand image has 27 items after being tested by reliable score 0.745 whereas likert of scale model has 31 valid items after being tested by having reliability 0.874. The calculation of validity and reliability uses a program of SPSS v.16,0. The result of this research is by having the correlation score (0,588) > r table 0,244 with the result that alternative hypothesis (ha) is achieved. It means that there are significant correlation between brand image and the purchasing decision.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

E. Keaslian Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

C. Hubungan Antara Brand Image Dengan Keputusan Pembelian ... 35

D. Landasan Teoritis ... 37

E. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Variabel dan Definisi Operasional ... 40

1. Identifikasi Variabel ... 40

(7)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 42

D. Validitas dan Reliabilitas ... 47

E. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Subjek ... 54

2. Penguji Hipotesis ... 58

B. Pembahasan ... 63

BAB V PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue print Skala Brand Image Try Out ... 45

Tabel 2 Blue print Skala Keputusan Pembelian Try Out ... 46

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Brand Image ... 47

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Pembelian ... 50

Tabel 5 Deskripsi Statistik ... 58

Tabel 6 Reliabilitas Brand Image ... 59

Tabel 7 Uji Normalitas ... 60

Tabel 8 Uji Linieritas ... 61

Tabel 9 Hasil Korelasi Product Moment ... 62

Tabel 10 Blueprint Skala Brand Image Try Out ... 78

Tabel 11 Blueprint Skala Keputusan Pembelian Try Out ... 71

Tabel 12 Blueprint Skala Brand Image Setelah Try Out ... 72

Tabel 11 Blueprint Skala Keputusan Pembelian Setelah Try Out ... 73

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blueprint Skala Brand Image dan Keputusan Pembelian

Tryout ... 70

Lampiran 2 Blueprint Skala Brand Image dan Keputusan Pembelian Setelah Tryout ... 72

Lampiran 3 Angket Brand Image Dan Keputusan Pembelian Tryout ... 74

Lampiran 4 Angket Brand Image Dan Keputusan Pembelian Setelah Tryout ... 81

Lampiran 5 Data Mentah Try Out Brand Image dan Keputusan Pembelian ... 85

Lampiran 6 Data Skoring Try Out Brand Image dan Keputusan Pembelian ... 89

Lampiran 7 Data Mentah Setelah Try Out Brand Image dan Keputusan Pembelian ... 93

Lampiran 8 Data Skoring Setelah Try Out Brand Image dan Keputusan Pembelian ... 95

Lampiran 9 Distribusi R tabel ... 97

Lampiran 9 Distribusi R tabel ... 97

Lampiran 10 Reliabilitas Skala Penelitian ... 98

Lampiran 11 Uji Normalitas Skala Penelitian ... 99

Lampiran 12 Uji Linieritasl ... 100

Lampiran 13 Uji Korelasi Product Moment ... 101

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Penelitian Skripsi ... 248

Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian ... 248

Lampiran 16 Kartu Konsultasi Bimbingan ... 249

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keputusan pembeli akan dialami setiap konsumen untuk menentukan

tentang merek mana yang ingin dibeli. Keputusan seorang pembeli juga

dipengaruhi oleh ciri – ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan

ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan

keputusan dalam melakukan pembelian. Konsumen dapat membentuk niat

untuk membeli merek yang paling disukai. Keputusan pembelian merupakan

suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup

penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian.

Ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk

sebenarnya mereka memiliki alasan – alasan tertentu dalam memilih sebuah

produk, misalnya merasa puas dengan kualitas dan pelayanan yang

ditawarkan produk tersebut. Ada pula konsumen yang membeli barang

berdasarkan kebutuhan akan suatu barang dan tidak sedikit konsumen yang

membeli suatu produk secara spontanitas, maksudnya konsumen membeli

produk tersebut tanpa ada rencana untuk membeli sebelumnya atau tanpa

adanya pertimbangan – pertimbangan khusus ketika memutuskan untuk

membeli. Konsumen yang merasakan kepuasan akan suatu brand image

(12)

2

untuk terus melakukan pembelian terhadap suatu produk atau jasa tersebut

(Nany, 2006).

Perilaku konsumen adalah perilaku yang erat kaitannnya dengan

proses pengambilan keputusan pembelian, apabila suatu produk atau merek

dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen maka konsumen

tersebut akan melakukan pembelian ulang terhadap produk atau merek dari

perusahaan tersebut. Dalam melakukan pembelian ulang konsumen

mendapatkan informasi tentang preferensi atau keinginan mereka untuk

membuat keputusan akhir, apakah akan membeli atau tidak dan apakah

membeli secara berulang atau tidak.

D’Cost adalah salah satu restoran seafood yang memiliki target

market menengah kebawah, dengan tagline yang unik, “mutu bintang lima,

harga kaki lima”. Perkembangan D’Cost dapat dinilai cukup mengagumkan,

sejak awal dibukanya pada tahun 2007 hingga saat ini, sudah lebih dari 60

cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu keunikan

D’Cost ialah merupakan satu – satunya restoran seafood di Surabaya yang

tidak memiliki pesaing dengan segmentation, targeting, dan positioning yang

sama, ungkap Ibu Johan selaku Restoran Manajer D’Cost Margomulyo

Surabaya. Harga yang ditawarkan D’Cost dapat dikategorikan murah untuk

kelompok makanan seafood. Menurut survei, rata – rata restoran yang

menyediakan makanan seafood di Surabaya memberi harga 10% - 20% lebih

tinggi daripada D’Cost. Kisaran harga D’Cost cukup luas, dimulai dari Sayur

(13)

3

80.000,-. Masih ada promosi – promosi yang memberi diskon sehingga harga

makanan menjadi jauh lebih murah. Harga yang ditawarkan, D’Cost mampu

memberikan produk yang mengutamakan kepuasan konsumen. D’Cost

mempunyai standar dalam penyajian produk, sehingga kualitasnya tetap

terjamin. Salah satu cara yang D’Cost lakukan adanya batasan waktu selama

9 menit untuk menyajikan makanan sejak makanan tersebut dipesan. Hal ini

juga bertujuan untuk menjaga kualitas makanan supaya tetap hangat pada saat

sampai di meja konsumen. Selain itu setiap bahan makanan di proses

langsung dari keadaan segar, misalnya untuk ikan di proses dari keadaan

hidup, hal ini diungkapkan oleh salah satu supervisor D’Cost Margomulyo

Surabaya. Keunggulan lain dari produk D’Cost adalah tampilannya yang

menarik dan rasa makanan yang standar dari waktu ke waktu. Beberapa

contoh promosi D’Cost antara lain :

a. Nasi, sambal dan teh gratis sepuasnya

b. Up to You Pricebagi pemegang katu kredit minimal Gold

c. Diskon sesuai umur yang tertera di KTP

d. Diskon 50% bagi hari-hari keagamaan dengan cara menuliskan doa untuk

D’Cost

e. Diskon Grombolan ( maksimum 30%)

f. Pay by SMS

g. Promo Hamil baru bayar ( Sabtu- Minggu)

Dapat dilihat dari beberapa promosi di atas bahwa D’cost mengambil

(14)

4

melaksanakan wawancara singkat dengan kepala cabang D’Cost

Margomulyo, penulis memahami filosofi yang digunakan D’Cost dalam

strategi promosinya.

Berdasarkan wawancara, penggunaan promosi melalui media seperti

koran, banner, spanduk, dan lain lain, dinilai sudah umum dan memakan

biaya yang cukup tinggi. Selain itu tingkat efektivitasnya belum terjamin

seratus persen. Sehingga D’Cost menggunakan promosi Tercetuside untuk

konsumen karena di nilai lebih efektivitas sebab dilakukan langsung kepada

konsumen. Promosi – promosi yang dilakukan D’Cost tidak dilakukan

serentak di seluruh outlet D’Cost.

Beberapa promosi yang diberlakukan seperti Up to You Price, diskon

sesuai umur, diadakan secara bergantian atau bergilir antara satu outlet

dengan yang lainnya yang dilaksanakan setipa hari sabtu dan minggu.

Sedangkan untuk promosi diskon 50% untuk hari – hari keagamaan tertentu

dengan cara menuliskan doa diadakan hanya di beberapa outlet yang telah

ditentukan manajemen D’Cost pada hari – hari keagamaan tersebut.

Contohnya pada hari raya Nyepi, promosi tersebut diadakan hanya di cabang

D’Cost Denpasar, Bali. Selain itu, terdapat promosi D’cost yaitu nasi, sambal,

dan teh gratis sepuasnya berjalan di seluruh outlet D’Cost. Promosi yang

sedang berlaku ketika dilakukan penelitian di outlet D’Cost cabang

Margomulyo Surabaya ialah promosi gratis nasi, sambal, dan teh sepuasnya,

dan promosi pay by SMS. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 547)

(15)

5

keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan,

haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.

Tidak hanya mengadakan diskon, D’Cost juga membuat fans page

pada media sosial seperti Facebook sebagai tools, sehingga komunitas online

pada Facebook ini dapat membantu dalam aktivitas penyebaran WoMM. Alat

ini kemudian dapat berperan dalam komunikasi dan memberi kemudahan

untuk saling berbagi informasi dengan cepat dan tanpa batas, dan

memungkinkan siapa saja dapat memberikan dan berbagi informasi. Pihak

D’Cost juga terlibat didalamnya. Untuk menunjang hal tersebut promo atau

diskon – diskon tertentu, bagi setiap konsumen hanya cukup memberikan

“like” dan begitu pula yang menjadi fans pada Facebook page-nya.

Membentuk suatu komunitas juga merupakan salah satu strategi

WoMM yang dilakukan D’Cost. Komunitas akan menjadi semacam inkubasi

para customer agar mau berdiskusi dengan sesamanya dan komunitas

diperlukan sebagai wadah untuk menggoda pelanggan yang tak tahu apa –

apa agar menjadi pembeli, menjadi pelanggan loyal, bahkan menjadi

advocator dan tenaga penjualan perusahaan. Anggota komunitas diharapkan

dapat saling curhat dan berinteraksi untuk merekomendasikan produk

(http://swa.co.id). Di samping promo unik D’Cost juga menyertakan harga,

layanan dan kualitas masakan dalam upaya memicu WoMM positif

konsumen. Ini menjadi krusial dalam WoMM, karena hanya dengan harga

yang murah dan promosi yang unik tanpa disertai layanan maupun kualitas

(16)

6

D’Cost juga menyediakan daftar harga-harga makanan seafood kelas

resto dengan harga yang relatif terjangkau serta memanfaatkan TI (ipod)

untuk efisiensi pelayanan. Disamping itu, D’Cost juga sangat mengutamakan

kepuasan pelanggan dengan menyediakan layanan konsumen via sms, dimana

sistem akan meneruskan pesan tersebut ke manajer outlet yang bersangkutan

untuk kemudian ditindak lanjuti pada saat itu juga.

Berdasarkan uraian diatas bahwa D’Cost dalam prakteknya tersebut

sebenarnya tergabung ke dalam sifat WoMM dalam membuat dan

mempengaruhi konsumen untuk membicarakan mereknya. Hal ini

menerangkan bahwa upaya tersebut dilakukan agar konsumen senang

sehingga mendorong mereka agar mau membicarakan dan juga

mempermudah mereka dalam mempromosikan D’Cost kepada konsumen

lainnya. Karena dengan informasi yang bersifat WoMM ini lebih diyakini dan

lebih dipercaya sebagai sumber informasi dan memberikan keyakinan

tersendiri secara nyata dan jujur, sehingga dinilai mampu mempengaruhi dan

membuat calon konsumen lainnya berkeinginan memutuskan untuk

melakukan pembelian di D’Cost.

Brand adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk yang

penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas. Keahlian paling unik dari

pemasar adalah kemampuannya menciptakan, memelihara, melindungi dan

meningkatkan brand. Para pemasar mengatakan bahwa pemberian brand

(17)

7

membantu perusahaan memperluas lini produk serta mengembangkan posisi

pasar yang spesifik bagi suatu produk.

Menanggapi hal tersebut, perusahaan dihadapkan pada bagaimana

membangun brand image. Brand image adalah sekumpulan keyakinan, ide,

kesan, dan persepsi dari seseorang, suatu komunitas, atau masyarakat tentang

suatu brand. Konsumen memandang brand image sebagai bagian yang

terpenting dari suatu produk, karena brand image mencerminkan tentang

suatu produk.

Dengan kata lain, brand image merupakan salah satu unsur penting

yang dapat mendorong konsumen untuk membeli produk. Semakin baik

brand image yang melekat pada produk maka konsumen akan semakin

tertarik untuk membeli produk tersebut.

Sebagai aset perusahaan yang tak ternilai harganya, pengelolaan

brand merupakan suatu permasalahan yang sangat serius bagi produsen.

Pengelolaan ini dilakukan sebaik mungkin sehingga konsumen bisa

mengidentifikasi sebuah produk, agar terjalin suatu hubungan antara

konsumen dengan produk yang dipasarkan. Salah satu yang menjadi

pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan membeli adalah brand.

Melihat kenyataan dunia bisnis yang terus berkembang, maka tuntutan

akan produk semakin beragam dan terus-menerus berkembang sesuai dengan

perubahan zaman. Di dalam hidupnya manusia tidak lepas dari berbagai

macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar sampai pada tingkat

(18)

8

mewah, percaya diri dan nyaman. Selama ini kita mengenal seafood sebagai

masakan mahal oleh karena itu menjadi keharusan bagi perusahaan untuk

melaksanakan promosi dengan strategi yang tepat agar dapat memenuhi

sasaran yang efektif. Promosi yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan

perusahaan. Dimana harus diperhitungkan jumlah dana yang tersedia dengan

besarnya manfaat yang diperoleh kegiatan promosi yang dijalankan

perusahaan.

Sebagaimana diketahui bahwa keadaan dunia usaha bersifat

dinamis, yang selalu mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan

adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, strategi

pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan

perusahaan umumnya dan pada bidang pemasaran khususnya. Disamping itu

strategi pemasaran yang diterapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai

dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Dengan demikian

strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah

tentang apa yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap

kesempatan pada beberapa sasaran pasar.

Belakangan perkembangan bisnis di Indonesia menunjukkan

keberhasilannya yang pesat dalam meraih laba serta menanamkan citra merek

(brand image) ke dalam benak konsumen. Semakin besarnya keberhasilan

suatu citra merek yang tertanam dalam benak konsumen, menjadikan

(19)

9

para market share yang ada, hal ini berdampak positif terhadap laba yang

didapatkan perusahaan yang memiliki brand image terhadap produk tersebut.

Pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya mampu mengakrabkan

konsumen dengan produk dan nama – nama merek perusahaan yang

ditawarkan. Salah satu keputusan pemasaran yang penting dalam strategi

produk adalah keputusan tentang merek. Hal ini dikarenakan pada saat ini

aspek pemasaran tidak hanya mengarah pada fungsi produk saja, tapi akan

lebih fokus pada pertempuran merek (Edris, 2009). Jika suatu merek mampu

memenuhi harapan konsumen atau bahkan melebihi harapan konsumen dan

memberikan jaminan kualitas pada setiap kesempatan penggunaannya, serta

merek tersebut diproduksi oleh perusahaan yang memiliki reputasi, maka

konsumen akan semakin yakin dengan pilihannya dan konsumen akan

memiliki kepercayaan pada merek, menyukai merek, serta menganggap

merek tersebut sebagai bagian dari dirinya.

Dengan demikian, kesetiaan merek akan lebih mudah untuk dibentuk

dan perusahaan akan memiliki nama merek yang memiliki kesetiaan

konsumen yang kuat karena menurut Morgan & Hunt (1994) yang dikutip

oleh Halim (2003) dalam Edris (2009), kepercayaan merek (brand trus ) akan

menentukan kesetiaan konsumen terhadap merek dan kepercayaan akan

berpotensi menciptakan hubungan – hubungan yang bernilai tinggi.

Munculnya berbagai macam produk dalam satu kategori dengan kualitas

produk yang sudah menjadi standar dan dapat dengan mudah ditiru dan

(20)

10

mempertahankan dirinya sebagai pemimpin pasar. Untuk mengatasi penetrasi

yang dilakukan oleh kompetitor, maka perusahaan akan tetap menjaga pangsa

pasarnya, salah satunya dengan membentuk citra merek yang kuat oleh

perusahaan. Tanpa citra merek yang kuat dan positif, sangatlah sulit bagi

perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah

ada (Ismani, 2008: 18).

Dalam Peter dan Olson (2000:162) keputusan pembelian adalah

proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu

diantaranya. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk,

mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal

(Schiffman dan Kanuk 2008: 173). Alasan inilah yang mendorong perusahaan

untuk memperkuat posisi mereknya agar tercipta brand image yang positif

dan menancap kuat di benak konsumen karena melalui citra merek (brand

image), konsumen mampu mengenali sebuah produk, mengevaluasi kualitas ,

mengurangi resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan

dari diferensiasi produk tertentu (Lin dkk, 2007: 122).

Dari berbagai hal yang telah dijelaskan di atas, peneliti melakukan

penelitian keputusan pembelian konsumen terhadap sebuah produk

berdasarkan brand image D’cost seafood di outlet Margomulyo. Dari sini akan

diketahui apakah terdapat hubungan brand image sebuah produk terhadap

keputusan pembelian konsumen, maka peneliti mengambil judul “Hubungan

(21)

11

B. RUMUSAN MASALAH

Atas dasar pemikiran di atas serta gambaran latar belakang masalah,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah terdapat

hubungan brand image dengan keputusan pembelian produk D’Cost Seafood

Outlet Margomulyo?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan brand image terhadap keputusan pembelian produk

D’Cost Seafood Outlet Margomulyo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat secara

teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

konstribusi atas temuan-temuan yang diteliti baik bagi peneliti maupun

progam studi, berguna dalam ilmu psikologi khususnya psikologi

industri dan organisasi.

b. Dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan yang berhubungan

tentang dunia wirausaha atau pelaku usaha untuk mengembangkan dan

(22)

12

dengan brand image dan keputusan pembelian yang diterapkan di

lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Perusahaan

Diharapkan dari penelitian ini perusahaan semakin

meningkatkan kualitas pelayanan dan produk yang layak guna demi

mendapatkan jaminan mutu yang baik. Strategi produk yang dapat

dilakukan oleh perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan

hal yang inovatif sehingga produk menjadi salah satu perhatian dan

pertimbangan konsumen dalam memutuskan membeli produk

perusahaan. Pilihan konsumen pada suatu produk tergantung pada

rangsangan pemasar dan lingkungan untuk menghasilkan keputusan

pembelian konsumen.

b. Manfaat Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi peneliti

dalam megembangkan penelitian tentang pengetahuan dibidang brand

image suatu produk terhadap keputusan pembelian bagi konsumen.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Terdapat penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini untuk

dikaji diantaranya adalahpenelitian terdahulu terhadap penilaian brand image,

(23)

13

dilakukan oleh Nela Evelina, Handoyo DW, Sari Listyorini (2012)

menyatakan variabel citra merek (brand image), harga, kualitas produk dan

promosi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk kartu perdana telkomflexi.

Selanjutnya adalah penelitian Nurlisa, Fivi Rahmatus Sofiyah

(2010) variabel citra merek (brand image), dan kualitas produk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel

harga dalam penelitiannya dinyatakan berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap keputusan pembelian produknya.

Lebih lanjut adalah penelitian yang berjudul Study the Effects of

Customer Service and Product Quality on Customer Satisfaction and Loyalty

oleh Jahanshahi, dkk (2011) menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif

antara kualitas produkterhadap kepuasan konsumen, hal ini menunjukkan

bahwa konsumen akan merasapuas terhadap suatu produk yang dibeli atau

digunakannya apabila produk yangmempunyai kualitas baik.

Fransisca Paramitasari Musay (2011) dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah variabel Brand Image (X) yang terdiri dari Citra

Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2) dan Citra Produk (X3) memiliki

pengaruh secara bersama-sama terhadap Keputusan Pembelian (Y).

Berdasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diketahui nilai F

hitung pada tabel 16 adalah 25,495 ≥ 2,686 (F table) dengan nilai

signifikan sebesar 0,000 ≤ 0,05 yang berarti bahwa ketiga variabel bebas

(24)

14

secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

pembelian produk-produk KFC Kawi. Setiap perusahaan memiliki

strategi-strategi khusus yang diterapkan guna menarik pelanggan untuk membeli

produk-produknya, seperti yang dilakukan KFC Kawi Malang. Dengan

bermodal nama besar KFC yang telah menjadi salah satu brand populer di

dunia, KFC Kawi terus berusaha untuk mempertahankan citra mereknya

dengan berbagai cara, seperti pelayanan yang ramah dan kecepatan kasir

dalam melayani konsumen, suasana restoran yang menyenangkan dengan

desain gerai yang modern dan iringan musik, serta jaminan kualiatas terhadap

produk-produk yang dihasilkan. Strategi-strategi ini terbukti mampu

membuat citra KFC Kawi dapat diterima secara positif oleh konsumen yang

selanjutnya dapat menjadi salah satu acuan bagi konsumen dalam

memutuskan membeli produk-produk KFC Kawi Malang.

Jati Tirto.P (2010) tentang Pengaruh Promosi dan Atribut Produk serta

Citra Merek terhadap Pembelian Ulang Sepeda Motor Yamaha Mio pada

DealerMataram Sakti Semarang. Penelitian inimenunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yangsignifikan antara variabel promosi, atribut produk dan citra

merek terhadap keputusanpembelian ulang. Penelitian yang dilakukan oleh

Puspita (2010) tentang pengaruh kualitas produk danharga terhadap minat

beli ulang Ponsel Samsung.Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas

produk dan harga berpengaruh signifikanterhadap minat beli ulang.

Penelitian Yusiyana Sari (2012) Pada dimensi viabilitas, sebanyak

(25)

15

menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

konsumen kurang meyakini jika merek Teh Botol Sosro lebih unggul

daripada teh dalam kemasan siap minum merek lain. oleh karena itu

sebaiknya Teh Botol Sosro harus bisa lebih meyakinkan konsumennya agar

mereka yakin bahwa Teh Botol Sosro bisa lebih memenuhi kebutuhan

mereka dibandingkan dengan merek lain dengan cara mempromosikan bahwa

Teh Botol Sosro merupakan teh dalam kemasan siap minum yang bukan

hanya memenuhi rasa dahaga tetapi juga sehat untuk dikonsumsi.Pada

dimensi intensionalitas, sebanyak 57% responden menjawab setuju dan 21%

lainnya menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan

mayoritas konsumen terhadap merek Teh Botol Sosro begitu tinggi. Mereka

percaya bahwa Teh Botol Sosro merupakan teh siap minum yang terpercaya

dan aman untuk dikonsumsi serta memiliki kualitas yang terjaga. Hal ini

sangat baik bagi Teh Botol Sosro. Oleh karena itu, Teh Botol Sosro harus

mampu mempertahankan kepercayaan konsumennya dengan terus menjaga

kestabilan keamanan, kualitas, dan kuantitas dari Teh Botol Sosro itu

sendiri.Dari hasil yang diterima oleh peneliti sesuai dengan jawaban

responden, didapat bahwa cukup banyak responden yang cenderung kurang

memiliki perilaku yang positif terhadap merek Teh Botol Sosro. Konsumen

juga kurang memiliki kesetiaan dan komitmen yang kuat terhadap Teh Botol

Sosro sehingga jika dibiarkan saja, dikhawatirkan cepat atau lambat

(26)

16

Penelitian – penelitian sebelumnya dapat menjadi rujukan atau

tambahan referensi bagi peneliti dalam melengkapi data-data yang peneliti

perlukan. Hal yang membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti adalah varibel brand image dan mengkaitkannya dengan keputusan

pembelian. Selain itu terdapat perbedaan lokasi penelitiaan yaitu D’cost

seafood di outlet Margomulyo dan customer D’cost seafood di outlet

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KEPUTUSAN PEMBELIAN

Para pemasar harus mendalami berbagai pengaruh mengenai

pembelian konsumen dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana

sebenarnya para konsumen membuat keputusan pembelian mereka.

Konsumen tidak langsung memutuskan membeli suatu produk, akan tetapi

konsumen memiliki banyak pertimbangan – pertimbangan yang pada

akhirnya akan memutuskan membeli atau tidak produk tersebut.

1. Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian itu sendiri menurut Kotler (2002: 204)

adalah suatu tindakan konsumen untuk membentuk referensi diantara

merek -merek dalam kelompok pilihan dan membeli produk yang paling

disukai.

Sedangkan menurut Saladin (2003: 13), ada tiga faktor penyebab

timbulnya keputusan pembelian yaitu :

a. Sikap orang lain, keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh

teman – teman, tetangga atau siapa yang ia percaya.

b. Faktor – faktor situasi yang tidak terdugas, seperti faktor harga,

pendapatan keluarga dan manfaat yang diharapkan dari produk tersebut.

c. Faktor – faktor yang dapat diduga, faktor situasional yang dapat

(28)

18

Jadi dapat disimpulkan, keputusan pembelian itu sendiri adalah

hasil evaluasi alternatif dari berbagai merek yang ada untuk dijadikan

referensi dalam proses pengambilan keputusan.

2. Tahapan – Tahapan Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian

suatu produk atau jasa diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan

kebutuhan dan keinginan.Untuk dapat mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen perusahaan harus memahami tahap-tahap yang

dilalui oleh seorang konsumen dalam melakukan pembelian. Tahapan –

tahapan dari suatu pembelian menurut Kotler (2005 : 224) adalah sebagai

berikut :

a. Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai saat pembeli mengenai

masalah dan kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh

rangsangan internal atau eksternal.

b. Pencarian informasi, proses pengambilan keputusan pembeli dimana

konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen

mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari

informasi secara aktif.Sumber informasi konsumen terbagi ke dalam

empat kelompok yaitu :

a) Sumber pribadi : Keluarga,teman-teman, tetangga, kenalan.

b) Sumber niaga : Periklanan, petugas penjual, kemasan.

(29)

19

d) Sumber pengalaman : Pernah menangani, menggunakan produk.

c. Evaluasi alternatif, proses keputusan pembeli dimana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif

di dalam sejumlah pilihan. Tahap ini konsumen akan memperhatikan

ciri – ciri atau sifat yang berkaitan langusng dengan kebutuhan mereka

dan juga akan menggali kembali ingatannya pada suatu brand, mereka

mencoba menyeleksi persepsinya sendiri mengenai image suatu brand

tersebut akan menciptakan minat untuk membeli.

d. Keputusan pembelian, tahap ketika konsumen benar – benar membeli

produk tersebut. Keputusan pembelian konsumen adalah membeli

atribut yang paling disukai, tetapi dua faktor yang dapat muncul antara

niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama

adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah situasi yang tidak

diharapkan. Konsumen mungkin niat untuk membeli berdasarkan

faktor-faktor seperti pendapatan, harga yang diharapkan dan manfaat

produk yang diharapkan.

e. Perilaku pasca pembelian, proses keputusan pembelian dimana

konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah melakukan

pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka

(30)

20

Ada beberapa hal yang harus pemasar perhatikan setelah produk

terjual :

a. Keputusan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen merasa

puas dengan produk yang dibelinya. Kepuasan pembeli merupakan

suatu fungsi kedekatan antara harapan pembeli terhadap suatu kinerja

produk yang dirasakan. Apabila kinerja produk kurang dari apa yang

diharapkan maka pelanggan akan kecewa, tetapi bila kinerja produknya

sesuai dengan yang diharapkan maka pelanggan akan puas.

b. Tindakan pasca pembelian, yaitu tindakan yang akan diambil konsumen

setelah melakukan pembelian. Apabila konsumen merasa puas maka

kemungkinan besar mereka akan membeli produk itu dan juga akan

mengatakan hal-hal yang baik mengenai brand tersebut pada orang lain.

Sebaliknya, jika konsumen tidak puas maka akan meninggalkan atau

mengembalikan produk tersebut. Bahkan konsumen akan mengadukan

keluhan pada perusahaan tersebut.

c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian, yaitu keadaan dimana

konsumen menggunakan / menghabiskan suatu produk. Jika konsumen

menggunakan kegunaan baru produk tersebut, pemasar harus

mengiklankan kugunaan - kegunaan ini. Jika konsumen membuang

produk, pemasar harus mengetahui bagaimana mereka membuangnya,

(31)

21

Tingkat kepuasan konsumen merupakan suatu fungsi dari keadaan

produk yang sebenarnya dengan keadaan produk yang diharapkan

konsumen. Kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi aktivitas

konsumen untuk melakukan pembelian berikutnya, tetapi jika konsumen

merasa tidak puas, maka konsumen akan beralih ke merek lain.

3. Pihak – Pihak Yang Berperan Dalam Proses Pembelian

Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang

membuat keputusan pembelian, jenis – jenis keputusan pembelian, dan

langkah-langkah dalam proses pembelian, jenis – jenis keputusan

pembelian, dan langkah – langkah dalam proses pembelian. Peran

pembelian adalah sesuatu yang mudah untuk mengidentifikasi dari banyak

produk. Lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian

menurut Kotler (2005: 220) adalah sebagai berikut :

1. Pencetus yaitu orang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk

membeli produk atau jasa.

2. Pemberi Pengaruh yaitu orang dengan pandangan atau sarannya

mempengaruhi keputusan.

3. Pengambilan keputusan yaitu orang yang mengambil keputusan

mengenai setiap komponen keputusan pembelian, apakah membeli,

tidak membeli, bagaimana cara membeli, dan dimana akan membeli.

(32)

22

5. Pemakai yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan

produk atau jasa tertentu.

4. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terpusat pada ciri individu mengambil

keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang sudah tersedia

seperti waktu, uang, dan usaha guna memperoleh barang – barang yang

berhubungan dengan konsumsi. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh

ilmu pengetahuan seperti psikologi, sosiologi, sosial, antropologi, dan juga

ilmu ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kosumen

merupakan gabungan dari semua bidang ilmu.

Menurut Lamb Jr, et all diterjemahkan oleh Octaveria (2001: 188)

menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan

pembelian barang dan jasa. Sedangkan menurut Kotler diterjemahkan oleh

Molan (2005: 201) perilaku konsumen adalah mempelajari cara individu,

kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan

barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan

kebutuhan dan hasrat mereka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku

konsumen adalah suatu proses pengambilan keputusan seseorang untuk

melakukan pembelian dan menggunakan barang atau jasa dengan

melakukan tindakan yang langsung terlibat untuk memperoleh barang atau

(33)

23

5. Perilaku Konsumen

Menganalisa perilaku konsumen berarti memahami sebagian

kebiasaan dari kehidupan manusia. Perilaku konsumen dalam melakukan

pembelian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya, sosial,

pribadi, dan psikologi.

Produsen menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki

kepentingan tersendiri bagi mereka, karena jika perusahaan dapat

memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen maka

mereka akan loyal terhadap produk yang perusahaan tawarkan.

Pemahaman atas perilaku konsumen menjadi sangat penting bagi

keberhasilan strategi pemasaran suatu perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan bukan hanya harus dapat memenuhi dan memuaskan keinginan

ekonomi saja, melainkan juga kebutuhan sosial dan motivasi lain yang

diharapkan konsumen.

6. Jenis – Jenis Perilaku Pembelian Konsumen

Kotler yang diterjemahkan oleh Molan (2005: 221) membagi

empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan

pembeli dan tingkat perbedaan antara brand, yaitu :

a. Complex Buying Behaviour (perilaku pembeli yang kompleks) dalam

perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a) Pembelian mengembangkan keyakinan mengenai produk tertentu.

(34)

24

c) Membuat pilihan yang penuh pemikiran.

Konsumen termasuk ke dalam Complex Buying Behaviour ketika

mereka sangat dilibatkan dalam pembelian dan sadar akan perbedaan

signifikan di antara brand.

b. Dissonance – Reducing Buyer Behaviour (perilaku pembelian yang

mengurangi ketidakefisienan). Kadang – kadang konsumen sangat

terlibat dalam pembelian tetapi melihat sedikit perbedaan di antara

brand. Keterlibatan tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian mahal,

jarang dilakukan, dan berisiko.

c. Habitual Buying Behaviour (perilaku pembelian karena kebiasaan)

Banyak produk dibeli di bawah kondisi keterlibatan konsumen rendah

dan tidak ada perbedaan nyata di antara berbagai brand Variety

Seeking Buying Behaviour (perilaku pembeli mencari keragaman).

Beberapa situasi pembelian dikarakteristikan oleh keterlibatan rendah,

tetapi perbedaan brand yang signifikan. Konsumen banyak melakukan

pertukaran brand, hal ini terjadi karena alasan variasi bukan karena

ketidakpuasan.

B. BRAND IMAGE 1. Pengertian Brand

Brand merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

(35)

25

terbaik memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai pengertian brand. Berikut ini pengertian brand

menurut para ahli, menurut Bilson Simamora (2001: 149) brand adalah

nama, tanda, istilah, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan

untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau

layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain.

Lamb, Hair, McDaniel (2001: 421) berpendapat bahwa pengertian

brand adalah suatu nama, istilah, simbol, desain, atau gabungan

keempatnya, yang mengidentifikasi produk para penjual dan

membedakannya dari produk pesaing.Sedangkan pengertian brand

menurut Kotler, Amstrong (2003: 349) brand adalah suatu nama, kata,

tanda, symbol, atau desain atau kombinasi dari semuanya yang

mengidentifikasikan pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu. Dari

pengertian – pengertian di atas simbol, tanda mengidentifikasi produk dan

membedakan perusahaan dengan produk asing.

2. Pengertian Image

Image merupakan suatu komponen pendukung bagi sebuah brand,

dimana ia mewakili “wajah” dan juga mutu suatu produk. Jika brand ibarat

mengenal manusia dari namanya, maka image bagaikan kesan yang kita

lihat dari manusianya. Image merupakan suatu hal yang penting bagi

produsen, sebab image adalah salah satu kriteria yang digunakan

(36)

26

membangun image yang baik di mata konsumen dengan usaha yang keras,

karena belum tentu apa yang diproyeksikan sama dengan apa yang

dipersepsikan oleh konsumen.

Pengertian image menurut Kotler (2000: 338) adalah persepsi

masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Pengertian image secara

umum, merupakan sekumpulan keyakinan, ide, kesan, dan persepsi dari

seseorang, suatu komunitas, atau masyarakat terhadap suatu produk,

merek, figur, organisasi, perusahaan bahkan Negara yang dibentuk melalui

suatu proses informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Menurut Kotler (2000: 296) image yang positif mempunyai 3

fungsi yaitu :

a. Membentuk karakter produk atau perusahaan.

b. Image membentuk karakter tersebut dengan cara tersendiri, sehingga

tidak keliru dengan pesaing.

c. Image menyalurkan kekuatan emosional.

Image lahir dari suatu persepsi dan setiap orang akan memiliki

persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena ada tiga proses

pembentukan persepsi, yaitu :

a. Selective Attention, dimana individu tidak dapat merawat seluruh

stimuli atau rangsangan yang diterima karena kapasitas untuk

memperoleh stimuli tersebut terbatas, maka rangsangan-rangsangan

(37)

27

b. Selective Distortion, kecenderungan untuk merubah informasi yang

didapat menjadi sesuai dengan yang diduga olehnya.

c. Selective Retention, individu mempunyai kecenderungan untuk

merubah informasi tetapi mereka akan tetap menyimpan informasi yang

mendukung sikap dan kepercayaan mereka.

3. Pengertian Brand Image

Brand image merupakan hasil dari pandangan atau penelitian

konsumen terhadap suatu brand baik atau buruk. Hal ini berdasarkan

pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang

terdapat pada beberapa brand. Sehingga brand yang penawarannya sesuai

dengan kebutuhan akan terpilih.Image yang kuat dan positif menjadi salah

satu hal yang penting. Tanpa image yang kuat dan positif , sangatlah sulit

bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang

sudah ada.

Dengan menciptakan brand image yang tepat dari suatu produk

tentu akan sangat berguna bagi para konsumen, karena brand image akan

mempengaruhi penilaian konsumen atas alternatif brand yang dihadapinya.

Dalam sebuah Brand Image terkandung beberapa hal yang

menjelaskan tentang merek sebagai produk, merek sebagai organisasi

merek sebagai simbol. Brand Image bisa juga tercipta dari faktor-faktor

(38)

28

juga dengan waktu yang singkat. Hal ini tergantung dengan perusahaan itu

sendiri bagaimana cara membangun Brand Image dan memeliharanya.

Menurut Freddy Rangkuty (2002: 43) brand image adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Sedangkan

menurut Philip Kotler (2002: 63) brand image adalah sejumlah keyakinan

tentang merek.Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih & Didit

Darmawan (2004: 41 – 49) variabel Brand Image adalah :

a. Citra Pembuat (Corporate Image), citra yang ada dalam perusahaan itu

sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun imagenya

dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan

mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh

perusahaan.

b. Citra Pemakai (User Image), dapat dibentuk langsung dari pengalaman

dan kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai

pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau

layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari

produk atau layanan tersebut.

c. Citra Produk (Produk Image), citra konsumen terhadap suatu produk

yang dapat berdampak positif maupun negative yang berkaitan dengan

(39)

29

Sedangkan menurut Sutisna (2001: 80), brand image memiliki 3

variabel pendukung, yaitu :

a. Citra Pembuat (Corporate Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu

produk atau jasa.

b. Citra Pemakai (User Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu

barang atau jasa.

c. Citra Produk (Product Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

4. Manfaat Brand

Belakangan ini, hampir semua produk diberi brand bahkan produk

– produk yang sebelumnya tidak memerlukan brand. Brand sangat

diperlukan oleh suatu produk, karena selain brand memiliki nilai yang

kuat brand juga bermanfaat bagi konsumen, produsen, public, seperti yang

dikemukakan oleh Bilson Simamora (2001: 153), yaitu :

a. Bagi konsumen, manfaat brand adalah :

1) Brand dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu.

2) Brand membantu menarik perhatian pembeli terhadap

(40)

30

b.Bagi produsen, manfaat brand adalah :

1) Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri

masalah-masalah yang timbul.

2) Brand memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau cirri

khas produk.

3) Brand memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan

menguntungkan.

4) Brand membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

c. Bagi publik, brand bermanfaat dalam hal :

1) Pemberian brand memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan

lebih konsisten.

2) Brand meningkatkan efisiensi pembeli karena brand dapat

menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya.

3) Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong

untuk menciptakan keunikan baru guna mencegah peniruan dari

pesaing.

Pandangan konsumen terhadap suatu brand merupakan hal yang

sangat penting dalam strategi pemasaran. Suatu image dapat membantu

perusahaan untuk mengetahui apakah strategi pemasaran yang dijalankan

sudah tepat atau belum. Menurut Sutisna (2001: 83), ada beberapa manfaat

dari brand image yang positif, yaitu :

a. Konsumen dengan image yang positif terhadap suatu brand, lebih

(41)

31

b. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan

image positif yang telah terbentuk terhadap brand produk lama.

c. Kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika

brand image produk yang telah ada positif.

5. Tingkatan Brand

Pada hakikatnya, brand mengidentifikasi penjual dan pembeli.

Brand dapat berupa nama, merek dagang, logo atau symbol lain. Brand

memiliki enam level pengertian menurut Philip Kotler (2000: 460)

a. Atribut, brand pertama – tama mengingatkan orang pada atribut-atribut

tertentu. Atribut tersebut mencirikan produk sehingga menjadi hal

pertama yang diingat oleh konsumen.

b. Manfaat, pelanggan tidak hanya membeli atribut, mereka juga membeli

manfaat. Oleh karena itu, atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional.

c. Nilai, brand juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai oleh

pembeli. Yang dinilai oleh pembeli adalah prestasi, keamanan dan

persentase tinggi. Pemasar harus mengetahui nilai yang sesuai dengan

paket manfaat yang diinginkan oleh konsumen.

d. Budaya, brand mencerminkan budaya tertentu.

e. Kepribadian, brand juga menggambarkan kepribadian. Konsumen

(42)

32

f. Pemakai, brand yang menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk.

Jika suatu perusahaan memperlakukanbrand hanya sebagai nama,

maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan perusahaan yang

sebenarnya. Tantangandalam pemberian brand adalah mengembangkan

satu kumpulan makna yang mendalam untuk brand tersebut.

6. Karakteristik Brand

Setelah diputuskan untuk member brand pada produk, selanjutnya

perlu diputuskan brand apa yang digunakan. Brand apapun yang

digunakan semestinya mengandung sifat berikut ini seperti yang

dikemukakan oleh Bilson Simamora (2001: 154 ) yaitu :

a. Mencerminkan manfaat dan kualitas

b. Singkat dan sederhana

c. Mudah diucapkan, didengar, dibaca, dan diingat

d. Memiliki kesan berbeda dari merek-merek yang sudah ada

e. Mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan tidak mengandung

konotasi negatif dalam bahasa asing

f. Dapat didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagai hak

paten.

Setiap perusahaan dalam menentukan brand bagi produknya harus

(43)

33

mempunyai dan memenuhi karakteristik tersebut, maka brand itu dapat

diterima konsumen.

7. Keputusan Pemberian Brand

Keputusan dalam pemberian brand untuk suatu produk adalah

langkah pertama yang harus diambil perusahaan tentang apakah pada

produknya atau akan memasarkan produknya tanpa brand. Kotler,

Amstrong (2003: 350).

a. Keputusan Sponsor Merek (Branding Sponsor Decision)

Menurut Kotler, Amstrong (2003: 351), perusahaan memiliki

empat pilihan sponsor merek, yaitu :

1) Merek Produsen (Manufactured Brand), produk yang diberi merek

berdasarkan nama perusahaannya.

2) Merek Pribadi (Private Brand), merek yang diciptakan dan dimiliki

oleh pengecer suatu produk jasa.

3) Pelisensian (Licensing), perusahaan menggunakan lisensi nama

atau simbol yang telah diciptakan sebelumnya untuk perusahaan

lain, dengan membayar sejumlah uang.

4) Merek Bersama (Co – Branding), adalah praktek penggunaan nama

merek yang mapan oleh dua perusahaan yang berbeda pada produk

(44)

34

b. Keputusan Nama Merek (Brand Name Decisions)

Produsen yang memutuskan untuk member merek pada

produknya harus memilih nama merek yang akan digunakan. Menurut

Philip Kotler (2000: 469) terdapat empat strategi dalam pemberian

nama merek, yaitu :

1) Nama Merek Individu (Individual Brand Name), perusahaan

mencari nama terbaik untuk masing-masing produk baru. Contoh:

Indofood (Indomie, Supermie, Sarimie).

2) Nama Merek Kelompok Untuk Semua Produk, perusahaan

memberikan merek pada semua produk dengan menggunakan

nama kelompok. Contoh: Kijang, Corolla (Toyota) Nama Merek

Kelompok Untuk Produk Yang Berbeda, perusahaan memproduksi

produk – produk yang agak berbeda, tidak menggunakan nama

kelompok keseluruhan. Contoh: Indofood (kecap Indofood, saus

Indofood).

3) Nama Dagang Perusahaan Dikombinasikan dengan Nama

Perusahaan, produsen mengikat nama – nama perusahaan mereka

pada satu nama merek individual untuk masing – masing produk.

Contoh: Lippo (Bank Lippo, Asuransi Lippo)

Keputusan Strategi Merek (Brand Strategy Decisions) menurut

Kotler, Amstrong (2003: 357), perusahaan mempunyai empat pilihan

(45)

35

1) Perluasan Lini (Line Extention), penggunaan nama merek yang

sukses untuk memperkenalkan hal – hal baru ke kategori produk

tertentu dengan menggunakan merek yang sama. Contoh: Coke

(New, Classic, Cheryy)

2) Perluasan Merek (Brand Extention), penggunaan merek yang telah

berhasil untuk meluncurkan produk baru atau hasil modifikasi ke

kategori baru. Contoh: Samsung (Peralatan rumah tangga,

Elektronik, Handphone)

C. HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DENGAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN

Pada bagian ini menjelaskan dinamika psikologis atau dinamika

keterhubungan atau perbedaan psikologis antara variabel yang diteliti.

Mengapa variabel y memiliki hubungan dengan variable x. Dinamika

psikologis didukung dengan hasil penelitian sebelumnya dan teori yang telah

disusun di bagian kajian pustaka.

Keputusan pembelian itu sendiri menurut Kotler (2002: 204) adalah

suatu tindakan konsumen untuk membentuk referensi diantara merek – merek

dalam kelompok pilihan dan membeli produk yang paling disukai.

Hubungan brand imagemenurut Schiffman, Kanuk (2004), keputusan

pembelian adalah sebagai hubungan yang erat yang terjadi pemilihan dari dua

atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, dan brand image artinya

(46)

36

pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses

dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Menurut Fandy

Tjiptono (2002) perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara

langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa,

termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti

tindakan – tindakan tersebut.

Selain itu, adanya hubungan brand image dapat terbentuk karena

adanya faktor diantaranya daya tarik dan juga kesamaan atau kemiripan

personal. Hal ini selaras dengan faktor kenapa konsumen mengambil

keputusan pembelian, yaitu hasil evaluasi alternatif dari berbagai merek yang

ada untuk dijadikan referensi dalam proses pengambilan keputusan.

Terbukti penelitian lapangan yang dilakukan Fransisca Paramitasari

Musay (2011 ) dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel

Brand Image (X) yang terdiri dari Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2)

dan Citra Produk (X3) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap

Keputusan Pembelian (Y). Yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2)

dan Citra Produk (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian produk-produk KFC Kawi. Setiap

perusahaan memiliki strategi – strategi khusus yang diterapkan guna menarik

pelanggan untuk membeli produk – produknya, seperti yang dilakukan KFC

Kawi Malang. Dengan bermodal nama besar KFC yang telah menjadi salah

satu brand populer di dunia, KFC Kawi terus berusaha untuk

(47)

37

yang ramah dan kecepatan kasir dalam melayani konsumen, suasana restoran

yang menyenangkan dengan desain gerai yang modern dan iringan musik,

serta jaminan kualiatas terhadap produk – produk yang dihasilkan.

Strategi-strategi ini terbukti mampu membuat citra KFC Kawi dapat diterima secara

positif oleh konsumen yang selanjutnya dapat menjadi salah satu acuan bagi

konsumen dalam memutuskan membeli produk-produk KFC Kawi Malang.

Dari uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa keputusan pembelian

memiliki hubungan dengan brand image. Semakin kuat hubungan brand

image maka semakin tinggi melakukan keputusan pembelian.

D. LANDASAN TEORITIS

Menurut Schiffman, Kanuk (2004), keputusan pembelian adalah

pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya

bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif

pilihan.Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses

dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Menurut Fandy

Tjiptono (2002) perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara

langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa,

termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti

tindakan – tindakan tersebut.

Untuk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

perusahaan harus memahami tahap – tahap yang dilalui oleh seorang

(48)

38

pembelian menurut Kotler (2005: 224) adalah pengenalan masalah, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca

pembelian.

Brand image merupakan hasil dari pandangan atau penelitian

konsumen terhadap suatu brand baik atau buruk. Hal ini berdasarkan

pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang

terdapat pada beberapa brand, sehingga brand yang penawarannya sesuai

dengan kebutuhan akan terpilih. Image yang kuat dan positif menjadi salah

satu hal yang penting. Tanpa image yang kuat dan positif , sangatlah sulit

bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang

sudah ada. Sehingga beberapa strategi perusahan sagatlah penting untuk

mendukung terjadinya keputusan pembelian.

Berdasarkan teori yang digunakan untuk menjelaskan dinamika

variabel yang diteliti. Dalam landasan teoritis ini harus ada teori psikologis

yang menguraikan dinamika perilaku berdasarkan teori tersebut, didukung

dengan hasil penelitian sebelumnya untuk menguatkan logika teoritis

tersebut. Dari logika teoritis tersebut dapat memunculkan hipotesis sebagai

(49)

39

Gambar 1. Kerangka Teoritis

E. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha : “Terdapat hubungan antara brand image dengan keputusan pembelian”. Brand Image:

 Atribut

 Manfaat

 Nilai

 Budaya

 Kepriibadian

 Pemakai

Keputusan Pembelian:

 Pengenalan Masalah

 Pencarian Informasi

 Evaluasi Alternatif

 Keputusan Pembelian

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL

1. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah

Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

Pembelian.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional kedua variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Keputusan Pembelian

Suatu tindakan konsumen untuk membentuk referensi diantara

merek – merek dalam kelompok pilihan dan membeli produk yang paling

disukai berdasarkan hasil evaluasi alternatif dari berbagai merek yang ada

untuk dijadikan referensi dalam proses pengambilan keputusan.

Berikut merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur

Keputusan Pembelian: (1) Pengenalan masalah, (2) Pencarian Informasi,

(3) Evaluasi Alternatif, (4) Keputusan Pembelian, (5) Perilaku Pasca

Pembelian.

(51)

41

b. Brand Image

Merupakan hasil dari pandangan atau penelitian konsumen

terhadap suatu citra D’cost seafood yang baik atau buruk berdasarkan

pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang

terdapat pada beberapa merek, sehingga suatu merek yang penawarannya

sesuai dengan kebutuhan akan terpilih.

Indikator – indikator yang digunakan mengukur Brand image

yaitu : (1) Atribut, (2) Manfaat, (3) Nilai, (4) Budaya, (5) Kepribadian, (6)

Pemakai.

B. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Populasi merupakan sejumlah objek tertentu yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu, di dalamnya terdiri dari orang-orang yang memiliki

informasi tertentu yang dibutuhkan oleh peneliti (Malhotra, 2010). Populasi

penelitian ini adalah konsumen D’Cost Seafood Margomulyo kurang lebih

sebanyak 200 konsumen. Perusahaan ini bergerak dibidang restoran olahan

makanan laut dan beralamat jalan Margomuryo no.9 blok AA No. 2 Surabaya.

Menurut Arikunto (2008) ”penentuan pengambilan sample sebagai

berikut: apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya kebih besar dari 100 dapat

(52)

42

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana.

3. Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti yang resikonya besar,

tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.

Dari jumlah populasi D’Cost Seafood kurang lebih sebanyak 200

konsumen maka jumlah responden yang digunakan sebagai sampel pada

penelitian ini adalah sebanyak 20% dari populasi yaitu 40 orang dengan

menggunakan teknik pengambilan sampling non probability sampling design

yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Pengertian purposive sampling

menurut Sugiyono (2010) yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu”. Adapun pertimbangan untuk menjadi sampel sebagai

berikut: (1) Konsumen D’Cost Seafood aktif (masa kunjungan dalam seminggu 1

kali) dan konsumen pasif (masa kunjungan dalam sebulan 1 kali ), (2) Minimal

berkunjung sekurang – kurangnya 6 bulan.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini adalah dengan

menggunakan angket yang telah diuji coba . Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa kuesioner memiliki beberapa kelebihan yaitu

(53)

43

obyektif dari data yang dikumpulkan pembuatannya lebih mudah, mencegah

potensi bias dari interview dalam pengambilan data.

Pada penelitian ini menggunakan skala pengukuran Likert (Sugiyono

2010) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini

menggunakan respon yang dikategorikan dalam empat macam kategori jawaban

yaitu: (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat tidak

setuju. Skala likert ini meniadakan kategori jawaban di tengah (R) berdasarkan

tiga alasan :

a. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat

memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep asli bisa diartikan netral,

setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu – ragu).

b. Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan jawaban ke

tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu atas arah

jawabannya ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

c. Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS adalah terutama untuk melihat

kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.

d. Oleh karena itu peniliti menghilangkan jawaban R (ragu ragu). Di

khawatirkan responden yang belum bisa memutuskan untuk memberikan

jawaban netral akan menimbulkan kecenderungan jawaban ke tengah. Selain

(54)

44

untuk favorable memiliki skor yang bergerak dar 1 – 5, sedangkan

Unfavorable bergerak dari 5 – 1. Kedua skala telah dilakukan try out pada

konsumen D’cost Seafood Outlet Margomulyo Surabaya dengan mengambil

(55)

45

Tabel 1. Blue Print Skala Brand Image Try Out

Aspek Indikator Favorabel Unfavorabel Jumlah

(56)

46

Tabel. 2 Blue Print Skala Keputusan Pembelian Try Out

Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

(57)

47

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Uji Validitas

Alat ukur brand image dengan keputusan pembelian diuji validitasnya

dengan menggunakan Software SPSS (Statistical Package for Social Science)

for Windows release 16,0. Validitas menyatakan derajat kesesuaian antara

kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dengan kondisi di lapangan.

Penilaian kevalidan masing – masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai

corrected item-total correlation masing-masing butir pertanyaan (Azwar,

2005). Biasanya digunakan batasan corrected item-total correlation > 0.30.

Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya bedanya

dianggap memuaskan, item yang memiliki harga corrected item-total

correlation kurang dari 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang

memiliki daya beda rendah. Validitas suatu instrument dapat dilihat dari hasil

SPSS 16.00 for windows dengan korelasi product moment.

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Variabel Brand Image

No aitem

Total Item

Corelatted Standard Norma Keterangan

(58)

Gambar

Gambar 1.   Kerangka Teoritis ...................................................................
Gambar 1. Kerangka Teoritis
Tabel 1. Blue Print Skala Brand Image Try Out
Tabel. 2 Blue Print Skala Keputusan Pembelian Try Out
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan membahas tentang bagaimana pengaruh brand image yang meliputi corporate image, user image, dan product image terhadap keputusan pembelian konsumen sepeda

Brand Image terdiri dari 6 aspek yaitu product attributes, product benefits, brand.. personality, user imagery, organizational associations, dan brand

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang didapat yaitu ada hubungan yang cukup berarti antara Brand Image Kawasaki Ninja dengan Proses Keputusan Pembelian pada Komunitas

Artinya motivasi konsumen, persepsi kualitas, sikap konsumen, dan brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap produk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang mantap antara persepsi brand image dengan keputusan pembelian ulang oleh subscribers Majalah Kawanku Kata Kunci

Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu kegunaan utama dari iklan diantaranya adalah

Artinya motivasi konsumen, persepsi kualitas, sikap konsumen, dan brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap produk

Berikut rekapitulasi tanggapan konsumen terhadap keputusan konsumen pada harga, brand image, atribut produk, dan keputusan pembelian : Tabel 11 Rekapitulasi Tanggapan Konsumen