• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRA USIA TAHUN DABIN SD INTI KETITANGKIDUL KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRA USIA TAHUN DABIN SD INTI KETITANGKIDUL KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA

PUTRA USIA 10 – 12 TAHUN DABIN SD INTI

KETITANGKIDUL KECAMATAN BOJONG

KABUPATEN PEKALONGAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Sudarto 6101907045

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

(2)

ii SARI

Sudarto. 2009. “Survei Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Puera Usia 10–12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun 2009”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing 1. Andry Akhiruyanto, S.Pd, M.Pd. Pembimbing 2. Drs. Kriswantoro, M.Pd.

Latar belakang pemilihan judul tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009 dengan melaksanakan pengukuran. Pengukuran kesegaran jasmani dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ( TKJI ) untuk kelompok 10-12 tahun.

2. Untuk mengetahui apakah Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009 termasuk dalam kategori sangat baik, baik, sedang, kurang, dan kurang sekali.

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat kesegaran kasmani siswa putra usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10–12 tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra usia 10–12 tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009, meliputi 7 Sekolah Dasar yaitu SDN Bojongwetan sejumlah 62 siswa, SDN Ketitanglor sejumlah 62 siswa, SDN Ketitangkidul sejumlah 53 siswa, SDN 01 Menjangan sejumlah 35 siswa, SDN 02 Menjangan sejumlah 16 siswa, SDN 01 Duwet sejumlah 31 siswa dan SDN 02 Duwet sejumlah 19 siswa. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 278 siswa, sedangkan sampel yang diambil sejumlah 70 siswa dari populasi dengan tehnik Stratifield Proportional Random Sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel terikat yaitu tingkat kesegaran jasmani yang diukur dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk siswa putra usia 10-12 tahun, yang diukur dengan item tes ; lari 40 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. Metode penelitian ini menggunakan metode survei dan dalam menganalisa data menggunakan analisis statistik yaitu analisis deskriptif persentase dengan memberikan kategori baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali.

Hasil penelitian terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan bernilai rata-rata sedang dengan memperoleh angka 45,72 %. Jumlah sampel yang berkategori sedang sebanyak 32 siswa. Rincian hasil dalam tes kesegaran jasmani terhadap 70 sampel adalah kategori baik sekali 5,71 % sebanyak 4 siswa, kategori baik 37,14 % sebanyak 26 siswa, kategori kurang 11,43 % sebanyak 8 siswa, sedangkan kategori kurang sekali 0 %.

(3)

iii Kegunaan dari penelitian adalah :

1. untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2008/2009.

2. Untuk mengembangkan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 3. Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait.

Simpulan dari penelitian ini adalah tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 19-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009 bernilai rata-rata sedang dengan memperoleh angka 45,72 %. Saran-saran :

1. Untuk meningkatkan kesegaran jasmani pada anak-anak usia sekolah dasar hendaknya faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani benar-benar harus diperhatikan sehingga diharapkan dapat menunjang kemampuan belajar sekaligus prestasi belajar siswa, baik akademik maupun non akademik.

2. Diharapkan peran aktif pemerintah, guru, pembina, pelatih ataupun semua yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk memperhatikan dan berupaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa usia sekolah dasar dan memberi pembinaan bagi anak usia Sekolah Dasar di masing-masing sekolah.

(4)

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Hari : Jum’at Tanggal : 4 September 2009 Panitia Ujian Ketua Panitia Drs. M. Nasution, M. Kes. NIP. 19640423 199002 1 001 Sekretaris Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd. NIP. 19620425 198601 1 001 Dewan Penguji 1. Dr. Sugiharto, M.S ( Ketua ) NIP. 19571123 198503 1 001

2. Andry Akhiruyanto, S.Pd, M.Pd. ( Anggota ) NIP. 19810129 200312 1 001

3. Drs. Kriswantoro. M.Pd. ( Anggota ) NIP. 19670630 198703 1 003

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO

“ Manusia hanya mempunyai dua cara untuk belajar, satu dengan membaca dan satunya lagi berkumpul dengan orang-orang yang lebih pintar ” ( Will Rogers).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Istriku Lucia Prabawati Prastyaningsih

dan anakku tercinta Rio dan Deo. 2. Rekan-rekan PJKR 2008.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Selanjutnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang tersebut dibawah ini yang telah membantu tersusunnya penulisan ini, yaitu :

1. Andry Akhiruyanto, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Drs. Kriswantoro, M.Pd, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Sugiharto, MS. sebagai penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. M. Nasution, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk penelitian ini. 5. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi, atas persetujuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan beberapa masukan dan informasi yang cukup akurat dalam penulisan skripsi ini.

7. Wiro, S.Pd. Kepala UPT Pendidikan Bojong yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

8. Sutarni, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN Ketitangkidul, Harwani, S.Pd Kepala Sekolah SDN Ketitanglor, Kunaeroh, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN Bojongwetan, Sugijono, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN 01 Menjangan, Waluyo, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN 02 Menjangan, Darminah A, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN 01 Duwet, Marsiniyati, A.Ma.Pd. Kepala Sekolah SDN 02 Duwet Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

(7)

vii

9. Suyanto, S.Pd, Joni Riyanto, S.Pd, Nurbowo, S.Pd, Triatmoko, S.Pd, Dini Citra Resmi, A.Ma, Ponijo, A.Ma.Pd. Kastomo, Sudarno, dan Kimoyo yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga segala amal baik dari semua pihak mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, banyak kelamahan dan kekurangan sehingga diharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat penyempurnaan untuk kemajuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, September 2009

(8)

viii DAFTAR ISI Halaman Judul ... i Sari ... ii Halaman Pengesahan ... iv

Moto dan Persembahan ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ...viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Penegasan Istilah ... 7

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

BAB I I LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Pengertian Kesegaran Jasmani ... 10

2.2 KomponenKesegaran Jasmani. ... 11

2.3 Faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani. ... 17

2.4 Fungsi kesegaran jasmani . ... 22

2.5 Tes Kesegaran Jasmani . ... 24

2.6 Fase Perkembangan . ... 25

2.7 Daerah Binaan . ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penentuan Objek Penelitian . ... 28

3.2 Metode Pengumpulan Data . ... 38

(9)

ix

3.4 Analisis Data . ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Secara Umum . ... 43

4.2 Pembahasan. ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan . ... 52

5.2 Saran-saran . ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul

Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...31

Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...32

Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...32

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ...35

Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ...36

Formulir TKJI ...37

4.1 Analisis Deskriptif PersentaseTes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...45

4.2 Analisis Deskriptif PersentaseTes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...45

4.3 Analisis Deskriptif PersentaseTes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...46

4.4 Analisis Deskriptif PersentaseTes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...46

4.5 Hasil Penelitian Tes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...46

4.6 Hasil Penelitian Tes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...47

4.7 Hasil Penelitian Tes Kesegaran Jasmani Siswa putra usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ....47

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Daftar Nama Siswa Putra Usia 10 Tahun Dabin

SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...56

2. Daftar Nama Siswa Putra Usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...57

3. Daftar Nama Siswa Putra Usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...58

4. Daftar Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...59

5. Daftar Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...60

6. Daftar Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...61

7. Nilai Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...62

8. Nilai Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...63

9. Nilai Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...64

10. Daftar Nama Tenaga Pembantu Saat Penelitian ...65

11. Lari 40 meter...66

12. Gerakan Gantung Siku Tekuk ...67

13. Gerakan Baring Duduk 30 detik ...68

14. Loncat Tegak ...70

15. Lari 600 meter ...72

16. Surat Tugas Dosen Pembimbing ...73

17. Surat Keterangan Ijin Penelitian Dari Dekan ...74

18. Surat Rekomendasi Penelitian Pendidikan Dari UPT Pendidikan Bojong ....75

19. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari Kepala Sekolah Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan ...76

20. Surat Keterangan Sertifikat Pengujian Stop Watch ...83

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan program pengajaran yang sangat penting dalam pembentukan kebugaran/kesegaran para siswa. Pembelajaran olahraga dan kesehatan diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercipta generasi yang sehat dan kuat. Berolahraga itu menyenangkan sehingga pola pengajarannya diarahkan untuk membimbing siswa dalam melakukan aktivitas jasmani di sekolah. Selain itu siswa diajarkan pula bagaimana mempraktikkan kebiasaan hidup sehat dalam kegiatan sehari-hari (Tim Abdi Guru, 2007:V).

Menurut Aip Syarifudin dkk (2003:2.3), pendidikan jasmani dan olahraga merupakan aktivitas fisik dan dapat berupa permainan. Tujuannya tidak sama, akan tetapi dalam bagian tertentu menunjukkan kaitan satu sama lain. Adapun tujuan pendidikan jasmani diantaranya adalah meningkatkan kesenangan, dan kekayaan gerak, meningkatkan kesehatan jasmani rohani dan sosial, mensiagakan menghadapi tugas dan waktu senggang. Dengan kata lain pendidikan jasmani bertujuan untuk pertumbuhan gerak.

Menurut Edward dalam Aip Syarifudin dkk (1.5-1.6), pengertian olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games dan Sport. Karakteristik bermain (play) meliputi :

(13)

b. Aktifitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu c. Hasil dari aktifitas bermain adalah tidak direncanakan d. Tidak menghasilkan nilai yang permanent

e. Peraturan bermain tergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional

f. Kualitas bermain merupakan bagian kehidupan nyata/ sehari-hari

Games merupakan bagian dari bermain (play). Games memiliki karakteristik yang ada pada bermain, tetapi semua diatur dalam peraturan yang sengaja dibuat (disusun) yang harus ditaati bersama. Ciri utama dari Games adalah kompetisi, sehingga hanya individu atau kelompok yang mempunyai standar keterampilan yang tinggi akan berhasil, tergantung tehnik, fisik, strategi atau kesempatan.

Olahraga (sport) merupakan bagian dari permainan dalam pertandingan. Perbedaannya terletak pada prasyarat tingkat kecakapan. Olahraga merupakan permainan yang sudah dilembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan, agama dan pemerintahan.

Menurut Aip Syarifudin dkk (2003:1.11), olahraga adalah aktivitas jasmani yang berbentuk perlombaan atau pertandingan untuk memperoleh prestasi yang tinggi dan kemenangan.

Menurut Ensiklopedia Indonesia dalam Aip Syarifudin dkk (2003:1.17), menyebutkan bahwa Pendidikan Jasmani adalah olahraga yang dilakukan tidak semata-mata untuk mencapai prestasi, terutama dilakukan di sekolah yang terdiri

(14)

atas latihan tanpa alat dan dengan alat dilakukan di dalam ruangan dan di lapangan terbuka.

Menurut Menpora dalam Aip Syarifudin dkk (2003: 1.17) Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistimatik melalui berbagai kegiatan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Menurut Rusli Lutan (2002: 17-18), Pendidikan Jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa jasmani merupakan “alat” untuk membina anak muda agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Aktivitas jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Oleh karena itu para ahli sepakat bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Program dan tujuan Pendidikan Jasmani itu bersifat menyeluruh sebab menyangkut bukan hanya aspek fisik, tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral. Kelak, anak muda itu menjadi seseorang percaya diri, berdispilin, sehat, bugar, dan hidup bahagia.

Jadi, secara sederhana Pendidikan Jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

a. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial

(15)

b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani

c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kesegaran/ kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas

jasmani, baik secara kelompok maupun perorangan

e. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang

f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani mengandung potensi yang besar untuk memberikan sumbangan kepada pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

Bagan di bawah ini menunjukkan cakupan ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaannya dilandaskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.

(16)

Gambar 1.1 Pendidikan Jasmani menuju perkembangan menyeluruh (Rusli Rutan, 2002: 20)

Menurut Rusli Lutan (2002:21), kesegaran jasmani merupakan sebuah topik terpenting dari domain psikomotorik yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologik organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya, sistem peredaran darah, dan sistem pernapasan, sistem metabolisme dll).

Pembinaan dan pengembangan kesegaran jasmani merupakan bagian dari upaya mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan dan kesegaran jasmani harus dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Seiring dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap negara termasuk Indonesia menghadapi tantangan untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmani warga negaranya, terlebih bagi negara yang maju,

Pendidikan Jasmani Praktik pengajaran beorientasi pada karakteristik perkembangan

dan pertumbuhan anak Psikomotorik

Kesegaran Jasmani Gerak Perseptual

Afektif

Kognitif

Penalaran dan pembuatan keputusan

Pengetahuan tentang penjas, Olahraga dan Kesehatan

Inteligensia emosional dan watak Konsep diri

(17)

dimana manusianya dapat dikatakan sudah sangat berkurang dalam gerak jasmaninya, sehingga tidak jarang menimbulkan gangguan-gangguan dalam metabolisme tubuh, sistem otot, tulang, jantung dengan pembuluh darahnya dan juga sistem syarafnya (Erpandi,2003:2).

Penerapan pola hidup sehat ini dimulai dengan adanya pembiasaan hidup sehat yang dapat dicapai melalui proses pendidikan dan pembudayaan, sehingga peningkatan kualitas fisik yang meliputi perbaikan status gizi, peningkatan status kesehatan, dan kesegaran jasmani juga harus dilakukan melalui proses pendidikan dan pembudayaan. Ini semua ditempuh melalui pembinaan kesegaran jasmani, pendidikan jasmani, serta pengembangannya yang ditujukan kepada seluruh masyarakat (Erpandi,2003:3).

Dengan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertantang untuk mengadakan penelitian dengan judul Survei Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009.

Adapun latar belakang peneliti memilih judul tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009 dengan melaksanakan pengukuran. Pengukuran kesegaran jasmani dilakukan dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ( TKJI ) untuk usia 10-12 tahun.

2. Untuk mengetahui apakah Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten

(18)

Pekalongan tahun 2009 termasuk dalam kategori sangat baik, baik, sedang, kurang dan kurang sekali.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui status tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009.

1.4 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian maka penulis ingin menegaskan istilah yang ada dalam judul penelitian, antara lain: 1.4.1 Survei

Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (2006: 110), Survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan. Yang dimaksud survei dalam penelian ini adalah survei mengenai tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun 2009.

1.4.2 Tingkat Kesegaran Jasmani

Menurut Sabdoso Sumosarjono dalam Sugiharjo (2003:6-7), kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas

(19)

sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas kesehariannya dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang tidak akan dapat melakukannya.

1.4.3 Daerah Binaan (Dabin)

Yang dimaksud dengan daerah binaan adalah pembagian tugas dan wewenang Pengawas TK/SD diwilayah UPT Pendidikan Bojong. Pembagian tugas dan wewenang disesuaikan dengan jumlah Pengawas TK/SD di UPT Pendidikan Bojong ada 6, maka jumlah daerah binaan (Dabin) dibagi menjadi 6 wilayah.

1.4.4 Sekolah Dasar Inti Ketitangkidul

Yang dimaksud dengan SD Inti Ketitangkidul adalah Sekolah Dasar yang menjadi pusat kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang diikuti oleh 6 SD imbas. Jadi jumlah sekolah dasar di SD Inti Ketitangkidul ada 7 SD. SD Inti harus mempunyai guru kelas lengkap (kelas I-VI), guru mata pelajaran agama, guru mata pelajaran Penjas Orkes. Di samping itu harus ada ruang pertemuan khusus (aula) untuk kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG).

(20)

1.5 Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2008/2009

4. Untuk mengembangkan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya 5. Sebagai bahan informasi kepada instansi terkait

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kesegaran Jasmani

Definisi dari kesegaran jasmani menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan adalah Daya tahan tubuh terhadap serangan segala macam penyakit; kemampuan alat-alat tubuh untuk kembali dalam keadaan normal, setelah mengalami kelelahan fisik. (Save M. Dagun, 2006:492)

Menurut Moch. Moeslim (1995: 13), Kesegaran jasmani merupakan satu aspek dari kesegaran total karena kesegaran total mencakup selain kesegaran jasmani juga kesegaran mental, kesegaran sosial dan kesegaran emosional. Istilah ini mempunyai pengertian sama. Pengertian kesegaran jasmani ialah taraf kemampuan dan ketahanan kerja seseorang dalam melakukan suatu tugas dalam waktu relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Taraf kesegaran jasmani yang diperlukan bagi pegawai kantor lain dengan kesegaran jasmani bagi seseorang yang bekerja disawah (seorang petani). Taraf kesegaran jasmani yang diperlukan bagi atlet muda lebih rendah dibanding dengan kebutuhan kesegaran jasmani bagi atlet elit. Dengan demikian kesegaran jasmani selalu dikaitkan segar untuk tugas apa?

Menurut Sadoso Sumosarjono dalam Sugiharjo (2003:6-7), kesegaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk

(22)

keperluan mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas kesehariannya dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang tidak akan dapat melakukannya.

Dari uraian dan pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa “kesegaran jasmani merupakan suatu keadaan kondisi fisik seseorang dalam melakukan aktivitas dengan efisien, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki cadangan energi atau tenaga untuk melakukan aktivitas lainnya yang mendadak.

2.2 Komponen Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani mencakup pengertian yang kompleks, yakni mencakup beberapa komponen yang ada didalamnya. Agar seseorang dikatakan dalam keadaan kondisi yang baik maka orang tersebut haruslah memiliki komponen-komponen kesegaran yang baik pula.

Menurut para ahli ada 10 komponen yang mempengaruhi kesegaran jasmani seperti yang dikemukakan Larson dan Yocom yang dikutip oleh Moch. Moeslim (1995: 13-14) yaitu:

1. Kekebalan terhadap penyakit 2. Kekuatan dan daya tahan otot

3. Daya tahan kardiovaskuler respiratori 4. Kecepatan

5. Power atau kekuatan eksplosif 6. Kelincahan

(23)

7. Fleksibilitas / kelentukan 8. Koordinasi

9. Keseimbangan

10. Ketepatan (Accuracy)

2.2.1 Kekebalan Terhadap Penyakit

Unsur kekebalan terhadap penyakit berkaitan dengan aspek medik, dan merupakan faktor penting untuk kesegaran jasmani. Karena sempurnanya kesegaran jasmani berarti kebal terhadap semua penyakit keturunan maupun terjangkitnya penyakit. Kekebalan terhadap penyakit terutama ditentukan oleh faktor keturunan, disamping karena pengaruh makanan, istirahat, kebersihan, aktivitas fisik, rekreasi, pakaian (Moch. Moeslim, 1995:13).

2.2.2 Kekuatan dan daya tahan otot

Kekuatan merupakan unsure utama yang menentukan dalam penampilan gerak. Demikian pula daya tahan otot. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari kita memerlukan kekuatan dan daya tahan otot pada tahap yang memadai. Kekuatan dan daya tahan otot diartikan kemampuan seseorang menggunakan sekelompok otot-otot sesuai dengan beban atau tugas yang diberikan. Seseorang yang memiliki kekuatan dan daya tahan tinggi akan dengan mudah melakukan setiap pekerjaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Beberapa istilah tentang kekuatan:

1. Kekuatan Statik ialah daya maksimal yang dapat dikerahkan oleh seseorang secara efektif terhadap suatu obyek dengan posisi menetap. Obyeknya tidak bergerak. Kekuatan statik disebut juga kontraksi statik.

(24)

2. Kekuatan Dinamik ialah beban maksimal yang dapat dipindahkan seketika melalui ruang gerak tertentu dengan posisi badan tertentu. Kekuatan dinamik disebut juga kontraksi isotonik atau kontraksi dinamik.

3. Daya tahan otot static ialah lamanya waktu yang dapat dipertahankan otot untuk berkontraksi.

4. Daya tahan otot dinamik ialah suatu kegiatan yang bersinambung, dapat berupa gerakan untuk mengatasi suatu beban yang berat melalui ruang gerak tertentu sekurang-kurangnya dua kali ulangan atau gerakan mengatasi beban yang ringan dengan beberapa kali ulangan (Moch Moeslim, 1995:14).

Menurut Suharno (1993:27) kekuatan ialah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas. Daya tahan adalah kemampuan organ seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas olahraga dalam waktu lama.

Jadi kekuatan pada dasarnya menurut peneliti dapat disimpulkan sebagai suatu kemampuan sekelompok otot tubuh dalam menahan, mengangkat, melawan beban atau hambatan. Pada penelitian ini kekuatan sangat dominan pada item baring duduk. Sedangkan daya tahan nampak dominan sekali perannya pada item tes lari 600 meter.

2.2.3 Daya Tahan Kardiovaskuler Respiratori

Daya tahan Kardiovaskuler Respiratori ialah kemampuan kontraksi sekelompok otot yang bekerja dalam waktu dan intensitas cukup lama dengan memenuhi fungsi peredaran dan pernafasan. Efisiensi sistem Kardiovaskuler Respiratori ini penting karena:

(25)

1. Otot tidak dapat terus menerus kontraksi, kecuali terpenuhinya bahan-bahan bakar dan oksigen.

2. Bahan-bahan bakar dan oksigen dibawa ke sel-sel otot melalui sistem peredaran dan pernafasan.

Jadi daya tahan Kardiovaskuler Respiratori menurut peneliti adalah kemampuan sekelompok otot yang bekerja dalam waktu lama untuk memenuhi fungsi peredaran dan pernafasan.

Daya tahan Kardiovaskuler Respiratori sangat dominan pada item tes lari 600 meter.

2.2.4 Kecepatan

Menurut Suharno (1993:33), kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya. Macam kecepatan adalah

1. Kecepatan Sprint adalah kemampuan untuk mencapai suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

2. Kecepatan Reaksi adalah waktu antara rangsangan dan jawaban gerak pertama.

3. Kecepatan Bergerak adalah kemampuan bergerak selama mungkin dalam satu gerak yang ditandai waktu antara gerak permulaan dengan gerak akhir.

Kecepatan adalah kemampuan untuk menggerakkan tubuh dari satu tempat ketempat lainnya dalam waktu secepat mungkin (Rusli Lutan, 2002:70). Kecepatan sangat mempengaruhi penilaian pada item tes : lari 40 meter dan lari 600 meter, mengingat satuan yang diukur adalah waktu.

(26)

2.2.5 Power atau Kekuatan Eksplosif

Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1993:26). Menurut Rusli Lutan (2002:71), power adalah kemampuan untuk mengerahkan upaya eksplosif (mendadak)semaksimal mungkin. Jadi dapat disimpulkan bahwa power adalah sebagai daya ledak. Daya ledak pada penelitian digunakan pada item lari 40 meter (pada saat permulaan start).

2.2.6 Kelincahan

Menurut Suharno (1993:35) kelincahan adalah kemampuan gerak untuk mengubah posisi badan dan arah secepat mungkin sesuai dengan yang dikehendaki. Kelincahan diartikan kemampuan seseorang mengubah posisi dan atau arah dalam waktu cepat. Kecepatan merupakan unsur penting dalam kelincahan disamping adanya koordinasi yang baik (Moch Moeslim, 1995:15).

Dari uraian di atas peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadasaran akan posisi tubuhnya serta memiliki koordinasi gerak yang baik. Kelincahan mempunyai peran yang cukup besar pada item tes lari 40 meter.

2.2.7 Fleksibilitas/ Kelentukan

Fleksibilitas/ Kelentukan ialah kemampuan untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi (Suharno, 1993:37). Fleksibilitas/ Kelentukan diartikan sebagai kemampuan seseorang melakukan bermacam-macam kegiatan fisik yang ditentukan oleh seluruh anggota tubuh atau sendi-sendi tertentu. Fleksibilitas

(27)

ditentukan baik hal-hal fisiologis maupun mekanis. Dalam melakukan suatu ketangkasan seorang yang lebih fleksibel (lentuk) mengeluarkan energi lebih sedikit dibanding orang yang kurang lentuk. Kelentukan berperan pada saat pengambilan item tes baring duduk 30 detik.

2.2.8 Koordinasi

Menurut Rusli Rutan (2002:70) koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan pelaksanaan tugas gerak yang terpisah-pisah yang didukung oleh beberapa sumber pengindraan sehingga menjadi gerak yang efisien. Koordinasi memerlukan keharmonisan, irama dan urutan gerak dari beberapa anggota tubuh.

Koordinasi diartikan kemampuan seseorang melakukan berbagai gerakan menjadi satu kebulatan/ gerakan yang sempurna. Koordinasi yang baik ditunjang oleh kelincahan, kecepatan dan keseimbangan (Moch Moeslim, 1995:16). Koordinasi diperlukan di setiap item tes, yaitu koordinasi gerakan dari kepala sampai kaki.

2.2.9 Keseimbangan

Menurut Rusli Lutan (2002:71) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam kaitannya dengan daya tarik bumi baik dalam situasi diam (statis) atau bergerak (dinamis).

Keseimbangan diartikan kemampuan seseorang mengontrol alat-alat organis yang bersifat neuromusculer. Dalam keseimbangan diperlukan unsur-unsur koordinasi, ketangkasan dan kelincahan (Moch Moeslim, 1995:16).

(28)

Dari pendapat diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ syaraf otot dalam mempertahankan posisi yang dikehendaki.

Keseimbangan berperan pada proses penilaian item tes gantung siku tekuk dan pada lari 40 meter (keseimbangan mempertahankan posisi badan agar tidak jatuh kedepan setelah lari).

2.2.10 Ketepatan (Accuracy)

Ketepatan diartikan kemampuan seseorang melakukan gerakan-gerakan voluntor untuk suatu tujuan. Dengan kata lain ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat suatu jarak atau mungkin suatau obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh (Moch Moeslim, 1995:16).

Menurut kesimpulan peneliti ketepatan dapat diartikan kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sarasan ini dapat suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

Ketepatan berperan pada saat pengambilan item tes lari 40 meter dan gantung siku tekuk.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

Menurut Dangsina Moeloek dalam Erpandi (2003:19), mengingat pentingnya kesegaran jasmani pada seseorang yang berfungsi mengembangkan kemampuan, kesanggupan dan daya tahan diri sehingga mempertinggi aktivitas kerja maupun belajar, maka tak akan lepas dari faktor yang mempengaruhinya,

(29)

sehingga dimungkinkan antara orang yang satu dengan yang lain akan berbeda. Faktor tersebut adalah: makanan dan gizi, tidur dan istirahat, latihan dan olahraga, kebiasaan hidup dan lingkungan.

2.3.1 Makanan dan Gizi

Pada dasarnya pengaturan gizi untuk olahragawan adalah sama dengan pengaturan gizi untuk masyarakat biasa yang bukan olahragawan, dimana perlu diperhatikan keseimbangan antara energi yang diperoleh dari makanan dan miuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, kerja tubuh dan penyedia tenaga (energi) pada waktu istirahat, latihan dan pada waktu pertandingan. Oleh karena itu kelebihan maupun kekurangan zat-zat gizi dapat menimbulkan dampak negatif, baik untuk kesehatan apalagi di dalam menunjang prestasi (Leane Suniar, 2002:1).

Zat-zat gizi di dalam makanan dapat dikelompokkan menjadi : 1. Zat gizi sumber energi : hidrat arang, lemak dan protein.

2. Zat gizi pembangun tubuh : protein dan air. 3. Zat gizi pengatur : vitamin dan mineral. 2.3.1.1 Hidrat Arang

Fungsi utama hidrat arang adalah sebagai penghasil energi (kalori) dimana setiap 1 gram hidrat arang dalam pemecahannya akan menghasilkan 4 Kkal. Tubuh akan menggunakan hidrat arang sebagai sumber energi utama apabila kandungan hidrat arang di dalam makanan cukup. Bila makanan yang dikonsumsi kurang kandungan hidrat arangnya, maka sebagai sumber energi lain akan digunakan lemak dan protein.

(30)

Hidrat arang dapat dibagi menjadi dua yaitu hidrat arang sederhana dan hidrat arang kompleks. Hidrat arang sederhana merupakan zat gizi yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Sedangkan Hidrat arang kompleks merupakan zat gizi yang biasanya terikat dengan zat gizi lain, misalnya protein, vitamin, mineral, dan juga serat (Leane Sunear, 2002:3).

2.3.1.2 Lemak

Lemak merupakan penghasil energi kedua setelah hidrat arang. Di dalam pemecahan lemak sampai menjadi energi diperlukan oksigen yang cukup banyak sehingga kalau seseorang memerlukan energi dalam waktu cepat, maka energi yang didapat orang tersebut berasal dari hidrat arang dan bukan dari lemak. Lemak baru berperan sebagai sumber energi untuk kegiatan jasmani yang mempunyai intensitas sedang dan dalam waktu yang lama. Di dalam pemecahannya, lemak akan menghasilkan 9 Kkal. Lemak juga diperlukan sebagai pelarut vitamin A, D, E,dan K (Leane Sunear, 2002:3-4).

2.3.1.4 Protein

Protein merupakan zat gizi yang mempunyai fungsi utama sebagai zat pembangun, membentuk jaringan pada masa pertumbuhan atau pada masa pembentukan jaringan otot, membentuk sel darah, hormon, enzim, antibodi dan juga berfungsi sebagai pengganti jaringan yang rusak. Protein digunakan sebagai sumber energi bila di dalam makanan tidak terdapat hidrat arang dan lemak (Leane Sunear, 2002:4).

(31)

2.3.1.5 Air

Tubuh manusia terdiri dari 60-70 % air. Air tersebut berfungsi untuk: 1. Mengangkut oksigen dan zat-zat gizi ke seluruh tubuh agar organ-organ tubuh

dapat berfungsi dengan baik. 2. Mengatur suhu

3. Mengeluarkan Zat-zat yang tidak digunakan tubuh sebagai hasil metabolisme makanan dan minuman, terutama pemecah protein yang akan digunakan bersama urine (Leane Sunear, 2002:4).

2.3.1.6 Vitamin

Vitamin merupakan zat gizi yang harus dikomsumsi dan mutlak diperlukan setiap hari. Vitamin mempunyai fungsi:

1. Sebagai bagian dari suatu enzim atau coenzim yang penting dalam pengaturan berbagai proses metabolisme berbagai jaringan termasuk jaringan syaraf. 2. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh

3. Untuk proses pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru. Secara garis besar vitamin dapat dibagi 2 golongan:

1. Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B dan C.

2. Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E dan K (Leane Sunear, 2002:5)

2.3.1.7 Mineral

Mineral merupakan Zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit. Umumnya mineral terdapat cukup dalam makanan sehari-hari.

(32)

Fungsi mineral adalah sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim, serta sebagai Zat pengatur (Leane Sunear, 2002:6).

2.3.2 Faktor tidur dan istirahat

Setelah melakukan aktivitas tubuh merasa lelah, hal ini disebabkan oleh pemakaian tenaga untuk aktivitas yang bersangkutan. Untuk mengembalikan tenaga yang telah terpakai diperlukan istirahat. Dengan beristirahat dan tidur tubuh akan menyusun kembali tenaga yang hilang.

2.3.3 Faktor kebiasaan hidup sehat

Pola hidup sehat perlu diterapkan dalam kehidupan kesehariannya agar kesegaran jasmani tetap terjaga dengan cara :

1. Makan makanan yang bersih dan mengandung gizi (empat sehat lima sempurna)

2. Selalu menjaga kebersihan pribadi seperti: mandi, kebersihan gigi, kebersihan rambut dan lainnya.

2.3.4 Faktor lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal dalam waktu lama. Dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik serta sosial ekonomi. Mulai dari pekerjaan, dan tempat tinggalnya.

2.3.5 Faktor latihan dan olahraga

Anak-anak dan para remaja mungkin dapat menjadi lebih aktif secara jasmaniah karena dipengaruhi oleh satu atau lebih dari empat kegiatan berikut ini. Pertama, adanya kesempatan mengikuti beberapa pertandingan olahraga atau latihan-latihan fisik. Kedua, melalui bermain dan kegiatan rekreasi, seperti

(33)

olahraga sekolah selama istirahat, olahraga petualangan, dan sebagainya. Ketiga, beberapa anak dan para remaja melakukan latihan seperti dalam kelompok-kelompok fitness (kebugaran jasmani) dan senam aerobic. Keempat, kegiatan jasmani lainya secara pribadi, seperti jalan kaki atau bersepeda pulang pergi kesekolah. (Rusli Ibrahim, 2002: 11)

2.4 Fungsi Kesegaran Jasmani

Dalam kehidupan manusia, tidak lepas dari keinginan hidup aman, tentram, damai dan bahagia. Untuk mewujudkan itu semua diperlukan kesegaran jasmani yang baik, karena dengan kesegaran jasmani yang baik diharapkan dapat mengetahui kesulitan dalam hidup, seperti rasa sakit, enggan bekerja, enggan belajarn dan lainnya.

Adanya dukungan jasmani yang sehat, manusia dapat mengatasi tantangan hidup yang ada serta dapat melakukan tugas yang menjadi beban hidup. Dengan demikian keinginan-keinginan yang ada dalam hidup manusia akan terpenuhi.

Fungsi kesegaran jasmani adalah untuk mengembangkan kemampuan, kesanggupan, daya kreasi dan daya tahan dari tiap manusia yang berguna untuk mempertinggi daya kerja (Erpandi, 2003: 25).

2.4.1 Aspek Kesegaran Jasmani

Segi pandangan kesegaran jasmani dijabarkan menjadi lima aspek yang mengarah pada kesegaran jasmani yang menyeluruh atau Total fitnes (Erpandi, 2003: 25-26), lima aspek tersebut yaitu:

(34)

2.4.1.1 Kemampuan Statis

Kemampuan statis adalah ada atau tidaknya penyakit dengan berpangkal pada arti sehat tidak hanya berarti tidak sakit atau cacat, melainkan juga ada keserasian yang sempurna dari segi fisik, mental dan sosial.

2.4.1.2 Kemampuan dinamis

Kemampuan dinamis adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan jasmani yang berat yang tidak memerlukan ketangkasan khusus. Dalam hal ini daya tahan menjadi patokan penelitian. Jadi kemampuan untuk bertahan dapat dimasukkan kedalam kemampuan dinamis atau kesanggupan melakukan aktivitas fisik yang lama tanpa menimbulkan kelelahan.

2.4.1.3 Ketangkasan Jasmani

Ketangkasan jasmani adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang terkoordinir, dalam hal ini dperlukan ketrampilan tertentu dan kemampuan daya tahan.

2.4.1.4 Kemampuan mental

Kemampuan mental adalah kemampuan dalam menghadapi tantangan-tantangan dan liku-liku kehidupan. Dalam hal ini tentunya diperlukan sifat-sifat mental yang tangguh, seperti kepercayaan terhadap diri sendiri, keuletan, ketabahan hati dan tidak lekas putus asa.

2.4.1.5 Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial adalah kemampuan seseorang untuk dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan hidupnya kepada orang lain atau belas kasihan

(35)

orang lain, mempunyai cukup kakuatan dan daya tahan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan baik.

2.5 Tes Kesegaran Jasmani

Dalam suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat diketahui dengan menggunakan tes kesegaran jasmani atau physical fitness test, yaitu suatu tes yang berfungsi untuk mengetahui kesegaran jasmani seseorang dengan tes kesegaran jasmani yang sudah ada standart atau patokan dengan menilai hasil yang telah dicapai peserta.

Di dalam pelaksanaanya tes kesegaran jasmani ini ada bermacam-macam, antara lain:

1. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) usia 10-12 tahun 2. Harwad Step Test

3. Treddmill Tets 4. Test Aerobik

Dari bermacam-macam tes tersebut di atas untuk penelitian ini digunakan tes kesegaran jasmani Indonesia untuk siswa putra umur 10-12 tahun (Depdiknas, 2003: 3). Adapun rangkaian Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun adalah :

1. Lari 40 meter. 2. Gantung siku tekuk 3. Baring duduk 30 detik 4. Loncat tegak

(36)

Alasan peneliti menggunakan tes ini karena tes tersebut merupakan standart baku untuk anak usia sekolah dasar 10-12 tahun. Sedangkan norma tingkat kesegaran jasmani ini terdapat dalam buku tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak usia 10-12 tahun (Depdiknas, 2003: 3). Adapun kategorinya adalah baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali.

2.6 Fase Perkembangan

Dalam rentang kehidupannya setiap individu menjalani tahap-tahap perkembangan secara berurutan meskipun dengan kecepatan yang berbeda. Setiap tahap atau periode masing-masing ditandai oleh ciri-ciri pelaku atau perkembangan tertentu (Suparwoto dkk 2007:55). Para ahli membagi perkembangan tersebut secara berbeda antara lain :

Erikson dalam Suparwoto dkk (2007:55) membagi rentang kehidupan dalam 8 tahap sebagai berikut: Masa bayi, masa kanak-kanak, usia prasekolah, usia sekolah, masa remaja, masa awal dewasa, masa dewasa dan masa tua. Bijou dalam Suparwoto dkk (2007:55) mengusulkan 5 periode perkembangan utama dimasa kanak-kanak dimulai pada saat pembuahan dan berakhir ketika anak matang secara seksual yaitu:

1. Periode Pralahir (pembuahan sampai lahir) 2. Masa Neonatus (lahir sampai 10-14 hari) 3. Masa Bayi (2 minggu sampai 2 tahun)

4. Masa Kanak-kanak (2 tahun sampai 13/14 tahun) 5. Masa Puber (11 sampai 16 tahun)

(37)

Hurlock dalam Suparwoto dkk (2007:55-56) membagi rentang kehidupan manusia (fase-fase perkembangan) secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Periode Pranatal (konsepsi kelahiran).

2. Masa Kelahiran (kelahiran sampai akhir minggu kedua) 3. Masa Bayi (akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua) 4. Awal Masa Kanak-kanak (2 sampai 6 tahun)

5. Akhir Masa Kanak-kanak (6 sampai 10/12 tahun)

6. Masa Puber atau Pra-Remaja (10/12 tahun sampai 13/14 tahun) 7. Masa Remaja (13/14 tahun sampai 18 tahun)

8. Awal Masa Dewasa atau Dewasa Dini (18 sampai 40 tahun) 9. Masa Dewasa Madya (40 sampai 60 tahun)

10. Masa Dewasa Lanjut atau Usia Lanjut (60 tahun sampai meninggal)

Menurut Aip Syarifuddin (2003: 9.7, 9.11, 9.13), karakteristik anak usia SD dibagi menjadi tiga jenis antara lain:

1. Anak usia 5-7 tahun (Sekolah Dasar kelas I dan II) 2. Anak usia 8-10 tahun (Sekolah Dasar kelas III dan IV) 3. Anak usia 11-13 tahun (Sekolah Dasar kelas V dan VI) 2.7 Daerah Binaan (Dabin)

Yang dimaksud dengan daerah binaan adalah pembagian tugas dan wewenang Pengawas TK/SD diwilayah UPT Pendidikan Bojong. Jumlah Pengawas TK/SD di UPT Pendidikan Bojong ada 6, maka jumlah daerah binaan (Dabin) dibagi menjadi 6 wilayah.

(38)

2.7.1 SD Inti Ketitangkidul dengan SD Imbas

Yang dimaksud dengan SD Inti Ketitangkidul adalah Sekolah Dasar yang menjadi pusat kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang diikuti oleh 6 SD imbas. Jadi jumlah sekolah dasar di SD Inti Ketitangkidul ada 7 SD yang terdiri dari SDN Ketitanglor, SDN Bojongwetan, SDN 01 Menjangan, SDN 02 Menjangan, SDN 01 Duwet, SDN 02 Duwet, TK Cempaka Indah Ketitangkidul, TK Pertiwi, TK Pertiwi Menjangan, dengan Pengawas TK/ SD Bapak Drs. Suharjo.

Dabin SDN Inti Ketitangkidul terdiri dari 7 SD yang letaknya berdekatan dengan lapangan yang cukup luas sehingga bisa digunakan untuk pelajaran Penjasorkes atau kegiatan olahraga lainnya. Selain itu beberapa diantaranya mempunyai halaman cukup luas yang juga bisa digunakan untuk sarana bermain atau berolahraga. Ada beberapa SD yang mempunyai potensi dalam cabang olahraga yang bisa dikembangkan, untuk SD Ketitanglor sebagai tempat pembinaan dan latihan sepak takraw di Kecamatan Bojong, SDN Ketitangkidul yang merupakan Pusat Kegiatan KKG (Kelompok Kerja Guru) juga merupakan tempat pembinaan cabang olahraga Tenis Meja dan Lompat Tinggi. Beberapa kali siswa dari SD Ketitanglor berhasil menjadi juara Sepak Takraw dalam POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) tingkat Kabupaten dan terpilih mewakili regu Kabupaten Pekalongan dalam POPDA tingkat Karisidenan Pekalongan, bahkan pada POPDA Tahun 2009 tingkat Jawa Tengah ikut memperkuat regu Kabupaten Pekalongan meraih satu medali perak dalam nomor regu dan satu perunggu dalam nomor dobel event.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam memilih metode yang digunakan diperlukan ketelitian sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Winarno Surakhmad yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2006: 110), survei diartikan sebagai cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar. Adapun metode penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

3.1. Metode Penentuan Objek Penelitian

Dalam menentukan masalah penentuan obyek penelitian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh supaya tidak terjadi kesalahan dalam penelitian, antara lain:

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa putera usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/ 2009 sejumlah 7 SD yang terdiri dari: SDN Bojongwetan 62 siswa, SDN Ketitanglor 62 siswa, SDN Ketitangkidul 53 siswa, SDN 01 Menjangan 35 siswa, SDN 02 Menjangan 16 siswa, SDN 01 Duwet 31 siswa, dan SDN 02 Duwet 19 siswa. Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini sejumlah 278 siswa.

(40)

Adapun alasan peneliti mengambil populasi tersebut adalah: 1. Mereka adalah siswa satu jenis yaitu putra

2. Tes kesegaran jasmani yang digunakan adalah TKJI usia 10-12 tahun, maka populasi yang digunakan adalah siswa putra usia 10-12 tahun pada Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

3.1.2. Sampel

Sampel adalah Sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus reprensetatif (Suharsimi Arikunto, 2006: 133).

Teknik pengambilan sampel ini adalah stratifield proportional random sampling (Suharsimi Arikunto, 2006: 139). Teknik pengambilan sampel ini merupakan gabungan dari tiga teknik dalam pengambilan sampel yaitu berstrata, proporsi dan acak. Sampel berstrata dilakukan karena adanya perbedaan karateristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut akan mempengaruhi variabel. Dalam hal ini adalah siswa usia 10-12 tahun. Kemudian dengan sampel proporsi ditentukan besarnya proporsi yang akan diambil. Hal ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau wilayah. Adakalanya banyaknya subyek yang terdapat pada setiap strata atau wilayah tidak sama. Oleh karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau

(41)

sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah. Dalam penentuan sampel ini diambil proporsi sebesar 25 % dari masing-masing populasi (strata). Kemudian dengan proporsi 25 % diambil sejumlah sampel dari jumlah populasi dari tiap strata dengan cara random (acak).

Cara random yang digunakan dalam penelitian ini berupa undian atau untung-untungan (Suharsimi Arikunto, 2006: 136), dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Buat daftar yang berisi semua nama subyek

2. Tulis nomor masing-masing individu dalam kertas kecil 3. Gulung kertas itu baik-baik

4. Masukkan gulungan kertas tersebut dalam tempolong (tempat kocok) 5. Kocok tempolong tersebut

6. Ambil sejumlah nomor sesuai dengan prosentase (proporsi) sampel 7. Catat nama siswa yang terpilih sebagai sampel

Sesuai dengan ketentuan yang disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 134) yaitu apabila subyek penelitian jumlahnya kurang dari 100, maka dalam menentukan besarnya sampel lebih baik diambil sebagai anggota sampel, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung dari: 1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

(42)

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Usia 10 tahun, 25 % x 89 siswa = 22,25 dibulatkan menjadi 22 siswa 2. Usia 11 tahun, 25 % x 103 siswa = 25,75 dibulatkan menjadi 26 siswa 3. Usia 12 tahun, 25 % x 86 siswa = 21,50 dibulatkan menjadi 22 siswa

Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 70 siswa. Perinciannya dapat dilihat pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3 berikut ini.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 10 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

No Nama Sekolah Populasi 25 % x Populasi Sampel

1 SDN Bojongwetan 16 25 % x 16 4 2. SDN Ketitanglor 24 25 % x 24 6 3. SDN Ketitangkidul 18 25 % x 18 4 4. SDN01 Menjangan 12 25 % x 12 3 5. SDN 02 Menjangan 5 25 % x 5 1 6. SDN 01 Duwet 7 25 % x 7 2 7. SDN 02 Duwet 7 25 % x 7 2 JUMLAH 89 22

(43)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 11 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

No Nama Sekolah Populasi 25 % x Populasi Sampel

1 SDN Bojongwetan 27 25 % x 27 7 2. SDN Ketitanglor 20 25 % x 20 5 3. SDN Ketitangkidul 16 25 % x 16 4 4. SDN01 Menjangan 11 25 % x 11 3 5. SDN 02 Menjangan 8 25 % x 8 2 6. SDN 01 Duwet 16 25 % x 16 4 7. SDN 02 Duwet 5 25 % x 5 1 JUMLAH 103 26 Tabel 3.3

Jumlah Sampel Siswa Putra Usia 12 Tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

No Nama Sekolah Populasi 25 % x Populasi Sampel

1 SDN Bojongwetan 19 25 % x 19 5 2. SDN Ketitanglor 18 25 % x 18 4 3. SDN Ketitangkidul 19 25 % x 19 5 4. SDN01 Menjangan 12 25 % x 12 3 5. SDN 02 Menjangan 3 25 % x 3 1 6. SDN 01 Duwet 8 25 % x 8 2 7. SDN 02 Duwet 7 25 % x 7 2 JUMLAH 86 22

(44)

3.1.3 Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto (2006:116), variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat kesegaran jasmani. Variabel tersebut dapat diukur dengan menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia.

3.1.4. Instrumen Tes

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk anak usia 10-12 tahun (Depdiknas, 2003), yang meliputi lima item tes, antara lain: lari 40 m, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 m. Hasil yang dicatat adalah:

1. Lari 40 meter

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari dengan menempuh jarak 40 meter dalam satuan detik, pengambilan waktu dua angka dibelakang koma ( stopwatch digital). Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kecepatan, karena merupakan unsur dalam kesegaran.

2. Gantung Siku Tekuk

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai peserta dalam mempertahankan sikap gantung siku tekuk dalam satuan detik. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kekuatan serta daya tahan otot lengan dan bahu.

3. Baring duduk 30 detik

Hasil yang dicatat adalah banyaknya jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik. Peserta yang tidak

(45)

mampu melakukan tes baring duduk ini, hasilnya ditulis dengan angka nol (0). Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.

4. Loncat tegak

Hasil yang dicatat adalah selisih antara raihan loncatan dikurangi raihan tegak. Peserta melakukan 3 kali loncatan dan selisih terbesar yang diambil. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur daya ledak otot tungkai. 5. Lari 600 meter.

Hasil yang dicatat adalah waktu yang ditempuh pelari dengan jarak 600 meter dalam satuan menit dan detik. Pengambilan waktu dilakukan pada saat bendera start diangkat sampai pelari tepat melintasi garis finish. Tujuan ini adalah untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah dan paru.

Prestasi setiap butir tes yang dicapai oleh anak yang telah mengikuti tes disebut hasil kasar. Tingkat kesegaran jasmani anak tidak dapat dinilai secara langsung berdasarkan prestasi yang telah dicapai, karena satuan ukuran yang dipergunakan masing-masing butir tes tidak sama, yaitu: a. Untuk butir lari dan gantung siku tekuk dipergunakan satuan kuran

waktu.

b. Untuk butir tes baring duduk mempergunakan satuan ukuran jumlah ulangan gerak (kali).

c. Untuk butir tes loncat tegak mempergunakan satuan ukuran centimeter. Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang berbeda- beda tersebut diatas perlu diganti dengan satuan yang sama, satuan ukuran

(46)

pengganti adalah nilai. Nilai tes kesegaran jasmani peserta diperoleh dengan mengubah hasil kasar setiap butir tes menjadi nilai terlebih dahulu.

Penilaian kesegaran jasmani bagi anak yang telah melakukan tes kesegaran jasmani Indonesia dinilai dengan menggunakan tabel nilai untuk menilai prestasi dari masing-masing butir tes. Kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir tes tersebut. Hasil penjumlahan tersebut menjadi dasar untuk menentukan klasifikasi kesegaran jasmani siswa dengan menggunakan tabel norma kesegaran jasmani Indonesia untuk anak usia 10-12 tahun putra. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 3.4, 3.5 dan 3.6.

Tabel 3.4

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Usia 10 – 12 Tahun Putra

Nilai Lari 40 meter

Gantung siku tekuk ( detik ) Baring duduk 30 detik Loncat

tegak cm Lari 600 meter Nilai

5 Sd – 6,3" 51" keatas 23 keatas 46 keatas Sd 2 , 09" 5

4 6,4" – 6,9" 31" – 50" 18 – 22 38 – 45 2,10" – 2,30" 4

3 7,0" – 7,7" 15" – 30" 12 – 17 31 – 37 2,31" – 2,45" 3

2 7,8" – 8,8" 5" – 14" 4 – 11 24 – 30 2,46" – 3,44" 2

1 8,9" – dst 4" dst 0 – 3 23 dst 3,45" dst 1

(47)

Tabel 3.5

Tabel Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia

No Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 2 18 – 21 Baik ( B ) 3 14 – 17 Sedang ( S ) 4 10 – 13 Kurang ( K ) 5 5 – 9 Kurang Sekali ( KS ) ( Depdiknas , 2003 : 25 )

(48)

Tabel 3.6

FORMULIR TKJI

Nama : ………...( Putera / Puteri ) *

Umur : ….. tahun / Nama Sekolah : ………

Tanggal Tes : ………./ Tempat Tes : ………

No Jenis Tes Hasil Nilai Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. Lari 30, 40, 50, 60 m * Gantung a. Siku Tekuk b. Angkat Tubuh Baring duduk 30, 60 detik * Loncat Tegak Tinggi Raihan ….……..cm Loncatan I .…….…..cm Loncatan II …….…...cm Loncatan III ……...cm Lari 600/ 800/ 1000/ 1200 m * ……... detik …...detik ..……... kali ..……... kali …….…..cm ……m…..dt 6. Jumlah nilai 7. Klasifikasi * Coret yang tidak perlu

Petugas Tes

………

(49)

3.1.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 3.1.5.1 Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Nilai validitas ini adalah 0,884 (Depdiknas, 2003: 3).

3.1.5.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Nilai Reliabilitas ini adalah 0,911 (Depdiknas, 2003:3).

3.1.6. Alat dan Perlengkapan

Lintasan lari atau lapangan yang rata, stopwatch, papan berskala, serbuk kapur, peluit, bendera start, nomor dada, alat tulis, palang tunggal ( restok ), formulir tes, meja dan kursi.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh, untuk memperoleh data yang sesuai maka penelitian ini menggunakan metode survei dan teknik tes.

(50)

Metode ini dimaksud untuk mengumpulkan data-data mengenai tingkat kesegaran jasmani pada siswa putra usia 10-12 tahun pada Dabin SD inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2008/2009 dengan tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun.

3.2.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri dari mengajukan surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas negeri Semarang, kemudian surat tersebut disampaikan kepada Kepala UPT Pendidikan Bojong Kabupaten Pekalongan. Setelah mendapat rekomendasi dari Kepala UPT Pendidikan Bojong Kabupaten Pekalongan dan surat tembusan kemudian disampaikan kepada sekolah-sekolah yang bersangkutan maka penulis mulai mengadakan pengambilan data penelitian.

3.2.2. Cara mendapatkan sampel

Menyusun daftar siswa yang akan dijadikan subyek penelitian (populasi sebanyak 278 siswa) dan diundi untuk mendapatlan sampel sesuai dengan proporsi yang ditentukan, yaitu: 1. Usia 10 tahun, 25 % x 89 siswa = 22,25 dibulatkan menjadi 22

siswa

2. Usia 11 tahun, 25 % x 103 siswa = 25,75 dibulatkan menjadi 26 siswa

(51)

3. Usia 12 tahun, 25 % x 86 siswa = 21,50 dibulatkan menjadi 22 siswa

Jadi jumlah sampel seluruhnya 70 siswa. 3.2.3 Waktu Pelaksanaan Pengambilan Tes

Pengambilan tes dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2009. 3.2.4 Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di lapangan sepak bola Desa Rejosari Kecamatan Bojong kabupaten Pekalongan.

3.2.5 Tenaga Pembantu Saat Penelitian

Tenaga pembantu yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang.

3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian

Dalam penelitian ini telah diusahakan untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan pengambilan data, maka dibawah ini dikemukakan adanya variabel yang dikendalikan meliputi beberapa faktor dan usaha untuk menghindarinya. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

3.3.1 Faktor kesungguhan Hati

Kesungguhan dalam mengikuti tes ini akan sangat mempengaruhi hasil tes. Untuk memperkecil faktor ini maka peneliti mengambil langkah-langkah yang dirasakan cukup efektif antara lain:

(52)

1. Memberikan pengarahan tentang maksud dan tujuan bagi peneliti dan siswa

2. Memberikan pengawasan kepada peserta pada saat jalanya penelitian

3. Memberikan motivasi dengan memberikan minuman dan makanan kecil

3.3.2 Faktor Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini ada bermacam- macam, namun ada beberapa alat yang mempunyai standar ukuran yang baku yaitu stopwatch. Untuk menghindari perbedaan alat ukur ini maka peneliti menstandarisasikan/ menguji alat tersebut di Dinas Perindustrian dan Pedagangan.

3.3.3 Faktor Cuaca

Karena pelaksanaan tes di lapangan terbuka, maka faktor cuaca khusunya hujan dapat mengganggu jalannya penelitian. Bila hal tersebut terjadi, maka proses penelitian pada hari itu diganti dengan hari lain.

3.3.4 Faktor Tenaga Penguji

Faktor penguji/ pengambil data sangat menentukan hasil yang dicapai. Untuk menyamakan persepsi dalam proses pengambilan data maka peneliti mengambil langkah-langkah antara lain dengan memberikan arahan kepada penguji dan mengambil penguji dari rekan- rekan guru Penjasorkes SD dan guru Olahraga SMP.

(53)

3.4. Analisis Data

Analisi Data yang dilakukan adalah berupa analisis diskriptif presentase. Metode analisis ini adalah berupa menganalisis data dari hasil penelitian dengan cara menggambarkan hasilnya dalam jumlah persen. Dengan analisis data ini akan diperoleh berapa persentase siswa yang tergolong dalam kategori sangat baik, baik, sedang, kurang atau sangat kurang.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Secara Umum 4.1.1 Hasil Penelitian Secara Umum

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan dari tes kesegaran jasmani Indonesia untuk anak umur 10-12 tahun dan berdasarkan tabel norma tes kesegaran jasmani Indonesia, maka penelitian yang telah dilakukan juga mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut berupa item yang diujikan dan merupakan satu rangkaian tes yang dilaksanakan secara berurutan. Adapun urutan item tes tersebut adalah:

1. Lari 40 meter 2. Gantung siku tekuk 3. Baring duduk 30 detik 4. Loncat tegak

5. Lari 600 meter

Kemudian dalam menganalisa data dari hasil pengumpulan data digunakan metode analisis deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif persentase, dapat disimpulkan sebagai berikut: Tingkat kesegaran jasmani siswa putra usia 10-12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah sampel 70 siswa, rata-rata termasuk dalam kategori sedang dengan rincian sebagai berikut :

(55)

1. Kategori Baik Sekali 4 anak atau 5,71 % 2. Kategori Baik 26 anak atau 37,14 %. 3. Kategori Sedang 32 anak atau 45,72 %. 4. Kategori Kurang 8 anak atau 11,43 %. 5. Kategori Kurang Sekali 0 anak atau 0 %. 4.1.2 Pembahasan Secara Khusus

Untuk siswa putra usia 10 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah :

1. Kategori baik sekali sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %. 2. Kategori baik sebanyak 7 siswa atau jumlah persentasenya 31,82 %. 3. Kategori sedang sebanyak 14 siswa atau jumlah persentasenya 63,64 %. 4. Kategori kurang sebanyak 1 siswa atau jumlah persentasenya 4,54 %. 5. Kategori kurang sekali sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %.

Untuk siswa putra usia 11 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah :

1. Kategori baik sekali sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %. 2. Kategori baik sebanyak 10 siswa atau jumlah persentasenya 38,46 %. 3. Kategori sedang sebanyak 9 siswa atau jumlah persentasenya 34,62 %. 4. Kategori kurang sebanyak 7 siswa atau jumlah persentasenya 26,92 %. 5. Kategori kurang sekali sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %.

Untuk siswa putra usia 12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah :

(56)

2. Kategori baik sebanyak 9 siswa atau jumlah persentasenya 40,91 %. 3. Kategori sedang sebanyak 9 siswa atau jumlah persentasenya 40,91 %. 4. Kategori kurang sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %. 5. Kategori kurang sekali sebanyak 0 siswa atau jumlah persentasenya 0 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1,4.2, 4.3, dan 4.4

Tabel 4.1

Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10-12 Th Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong

Kabupaten PekalonganTahun Pelajaran 2008 / 2009

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 4 5,71 2. 18 – 21 Baik ( B ) 26 37,14 3. 14 – 17 Sedang ( S ) 32 45,72 4. 10 – 13 Kurang ( K ) 8 11,43 5. 5 – 9 Kurang Sekali ( KS ) 0 0 Σf = 70 100 % Tabel 4.2

Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10 Th Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong

Kabupaten PekalonganTahun Pelajaran 2008 / 2009

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 0 0 2. 18 – 21 Baik ( B ) 7 31,82 3. 14 – 17 Sedang ( S ) 14 63,64 4. 10 – 13 Kurang ( K ) 1 4,54 5. 5 – 9 Kurang Sekali ( KS ) 0 0 Σf = 22 100 %

(57)

Tabel 4.3

Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 11 Th Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong

Kabupaten PekalonganTahun Pelajaran 2008 / 2009

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 0 0 2. 18 – 21 Baik ( B ) 10 38,46 3. 14 – 17 Sedang ( S ) 9 34,62 4. 10 – 13 Kurang ( K ) 7 26,92 5. 5 – 9 Kurang Sekali ( KS ) 0 0 Σf = 26 100 % Tabel 4.4

Analisis Deskriptif Persentase Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 12 Th Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong

Kabupaten PekalonganTahun Pelajaran 2008 / 2009

No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )

1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 4 18,18 2. 18 – 21 Baik ( B ) 9 40,91 3. 14 – 17 Sedang ( S ) 9 40,91 4. 10 – 13 Kurang ( K ) 0 0 5. 5 – 9 Kurang Sekali ( KS ) 0 0 Σf = 22 100 %

Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk setiap item tes kesegaran jasmani yang diberikan pada siswa putra usia 10–12 tahun Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2008/2009 didapatkan skor tertinggi dan skor terendah. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5, 4.6 dan 4.7.

Tabel 4.5

Hasil Penelitian Tes Kesegaran Jasmani Siswa Putra Usia 10 Th Dabin SD Inti Ketitangkidul Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

Tahun Pelajaran 2008/2009

No Jenis Tes Skor Tertinggi Skor Terendah Rata – rata

1. Lari 40 meter 4 3 3,5

2. Gantung Siku Tekuk 5 3 4

3. Baring duduk 30 detik 5 1 3

4. Loncat Tegak 4 1 2,5

Gambar

Gambar 1.1 Pendidikan Jasmani menuju perkembangan menyeluruh   (Rusli Rutan, 2002: 20)
Tabel 3.6  FORMULIR TKJI
Gambar 1  Lari 40 meter

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bagi responden yang terlibat penelitian ini disarankan mampu menurunkan kerentanan atas pengaruh orang lain agar dapat memiliki kemandirian perilaku yang tinggi sehingga dapat

Surat pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak

Some tips for mathematics teachers for teaching and learning mathematics activities based on Gardner's multiple intelligences are: (1) each student has

Hadirnya buku ini diharapkan juga bisa m engispirasi gene- rasi m uda (khususn ya di lin gkun gan Muham m adiyah) un tuk dapat kem bali kepada n ilai-n ilai Al-Qur’an , berfikir un

sehingga diperoleh kondisi pada proses chelating yang mampu melepaskan metal ions dari dalam pulp semaksimal mungkin, agar pada proses bleaching dengan H2O2 bisa diperoleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang positif dengan diterapkannya pemberian reward dalam pembelajaran terhadap aktivitas siswa.. Hal ini dapat

Nigella sativa seed extract was able to reduce the breast cell damage and proliferation. This study indicated