• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

1

SMP NEGERI 3 BARRU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh NUR’AFIA 10536510315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2020

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Hasbunalla Wa ni’mal wakil Ni’mal maula wa ni’mal nashir…

Karya ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu, terimakasih karena selalu memberikan keyakinan bahwa setiap proses yang dilalui akan sampai pada tujuan. Alhamdulilla salah satu proses penting ini sudah terlewati. Terima kasih atas segala kasih sayang serta dukungan dan doa yang tulus kalian. Dan untuk sahabat-sahabatku terima kasih karena selalu ada dalam suka maupun duka

(5)

ABSTRAK

NUR’AFIA. 2019. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Operasi Aljabar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Barru. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembingbing 1 Irwan Akib dan Pembingbing 2 Ikhbariaty Kautsar Qadry. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang valid, efektif dan praktis untuk pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Barru dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrument yaitu Rencana Proses Pembelajaran (RPP), lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Tes Hasil Belajar (THB). Data yang diperoleh setelah melakukan penelitian dan validitas perangkat pembelajaran dapat disimpulkan bahwa perangkat-perangkat terebut sudah termasuk dalam kategori valid dan layak diuji cobakan dengan revisi kecil.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasisi Contextual

Teaching and Learning (CTL) Materi Operasi Aljabar Pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 Barru.” Salawat serta salam juga semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam. kepada sahabat, keluarga, serta umat yang istiqamah di jalannya.

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapan terima kasih kepada kedua orang tua Ibunda Daswati yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada saudaraku Novianti selaku kakak saya dan Noviandi selaku adik saya yang selalu memberi dukungan baik berupa materi maupun motivasi.

Terima kasih penulis ucapkan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kepada Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. pembimbing I dan Ikhbariaty Kautsar

(7)

Qadry, S.Pd., M.Pd. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesaianya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Mukhlis, S.Pd., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala SMP Negeri 3 Barru beserta pada guru dan staf yang berada di sekolah tersebut yang telah memberi izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuanganku yang aku sayangi karena Allah Subhana Wata’ala, serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidika Matematika angkatan 2015 atas kebersamaan, motivasi, saran dan batuannya kepada penulis yang telah membari warna dalam hidupku.

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain pengembangan perangkat pembelajaraan dengan uji coba terbatas

Tabel 3.2 Kriteria penilaian kepraktisa perangkat pembelajaran32 Tabel 4.1 Hasil penilaian terhadap RPP oleh para ahli41

Tabel 4.2 Hasil penilaian terhadap LKPD oleh para ahli Tabel 4.3 Hasil penilaian terhadap THB oleh para ahli Tabel 4.4 Rangkuman hasil validasi perangkat pembelajaran Tabel 4.5 Jadwal kegiatan uji coba terbatas

Tabel 4.6 Statistik skor hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Rencana Proses Pembelajaran (RPP) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Tes Hasil Belajar (THB)

LAMPIRAN B

Hasil Validasi Instrumen

LAMPIRAN C Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Validasi Instrumen

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

LAMPIRAN D Dokumentasi

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINGBING SURAT PERNYATAAN

SURAT PERJANJIAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Maslah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Belajar ... 7

B. Hakekat Matematika ... 8

C. Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu pendekatan ... 9

D. Perangkat Pembelajaran ... 12

E. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 15

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

C. Ptosedur Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian... 29

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ... 53

BAB V PENUTUP ... 55 A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling menentukan perkembangan dan kemajuan manusia baik secara individu, masyarakat ataupun suatu bangsa. Namun, dalam pembangunan dewasa ini, sangat menentukan adanya sumber daya manusia (SDM) yang handal dan tangguh. Dalam tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi “ Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuahn Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Agar tujuan pendidikan tersebut tercapai maka perlu adanya penyempurnaan sistem pendidikan yang terpadu, dan serasi, maka dengan demikian tujuan pendidikan akan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Selain daripada itu, dalam mewujudkan tujuan pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan matematik. Pendidikan yang bermutu diharapkan Indonesia adalah yang menghasilkan seorang yang tinggi kemampuannya untuk belajar (learning to learning), untuk memecahkan masalah (learning to solve problem), dan untuk hidup (learning to live).

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam meningkatkan kemampuan intelektual siswa. Dengan belajar matematika, maka

(13)

siswa dapat berpikir kritis, terampil berhitung, memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dasar matematika pada pelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri dan dalam kehidupannya sehari-hari.

Namun di sisi lain, dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia pendidikan matematika di Indonesia masih memprihatinkan. Pendidikan matematika di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana siswa berada. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini (Soedjadi, 2000). Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai seperangkat fakta- fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran matematika di kelas, guru hendaknya memfokuskan kepada pelajaran matematika yang bermakna dalam kehidupan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Contextual Teaching and Learning, yang selanjutnya disebut CTL. Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat

(14)

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.

Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman sendiri. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Setelah melakukan observasi langsung di SMP Negeri 3 Barru pada tanggal 10 Desember 2018 dan melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, peneliti memperoleh beberapa informasi, siswa kelas VIII terbiasa belajar pasif. Hal ini terjadi karena selama pembelajaran berlangsung, guru lebih banyak mengajar di depan kelas, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Begitu pula ketika siswa diberikan tugas atau soal latihan. Siswa akan meniru cara penyelesaian seperti yang dilakukan oleh guru. Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi pasif dalam kegiatan

(15)

pembelajaran, tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka sangat tergantung pada guru.

Salah satu materi yang diajarkan di SMP Kelas VIII adalah materi “Operasi Aljabar”. Materi Operasi Aljabar merupakan materi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya berdasrkan Kompotensi Dsar pada K13 Kompotensi minimal yang harus dikuasai adalah “Menerapkan operasi aljabar yang melibatkan bilangan rasional dan Menyajikan masalah nyata menggunakan operasi aljabar”. Sayangnya materi operasi aljabar masih dinggap sulit oleh siswa, padahal apabila penguasan materi operasi aljabar masih kurang siswa akan mengalami kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya. Maka dar itu, pembelajaran pada materi operasi aljabar perlu menjadi perhatian agar siswa dapat memahami dan memperoleh makna dengan mengkonstruksi pengetahuann menurut dirinya sendiri melalui pengalam nyata dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan pembelajaran berbasis CTL dalam pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut, karena pembelajaran berbasis CTL dirancang berawal dari pemecahan masalah yang berada di sekitar siswa dan berbasis pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Untuk menunjang proses pembelajaran berbasis CTL berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan maka diperlukan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar

(16)

mengajar di kelas. Oleh karena itu, untuk melaksanakan pembelajaran berbasis CTL ini, diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai, dalam hal ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Namun, di sisi lain pada umumnya masih kurang perangkat pembelajaran matematika yang sesuai untuk digunakan dalam suatu pembelajaran, khususnya yang menggunakan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terinspirasi dan termotivasi untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika dengan melakukan penyusunan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual. Untuk itu, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Materi Operasi Aljabar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk pokok bahasan Operasi Aljabar yang valid, efektif, dan praktis?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran untuk menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang valid, efektif dan praktis untuk pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa: melalui pembelajaran matematika yang berbasis pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar matematika sehingga dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru: hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kemampuan keprofesionalannya dalam mengajar, khususnya dalam mengajarkan matematika yang berbasis Contextual Teaching and Learning. Selain itu, perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

3. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam usaha memperbaiki sistem pembelajaran yang ada di sekolah.

(18)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan yang bersifat konstan atau menetap.

Istilah belajar berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, dan merubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman

Menurut Slameto, (Hadis, 2006), belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Skinder (Dimiyanti, 1994) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Masih menurut pandangan Skinder, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha

(19)

yang dilakukan oleh seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk

merubah perilakunya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses belajar ditandai dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Contoh perubahan itu, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dan lain-lain. Perubahan sebagai hasil belajar itu dapat berupa perubahan dari aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

Berdasarkan pengertian belajar diatas, dapat disimpulkan tentang pengertian belajar , yaitu : 1) belajar itu merupakan suatu kegiatan yang disadari dan mempunyai tujuan, 2) proses belajar itu mengakibatkan perubahan tingkah laku, dan perubahan itu disebabkan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan, seperti dari proses tidak tahu menjadi tahu, dan 3) perubahan tingkah laku dalam belajar sifatnya menetap.

B. Hakekat Matematika

Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Hal ini terbukti dengan adanya puluhan defenisi matematika yang belum mendapat kesepakatan di antara para matematikawan.

Suherman, dkk (2003) mengemukakan bahwa istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis, Elea Tinggih mengemukakan bahwa matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar” (Suherman, dkk,

2003). Sedangkan Ruseffendi mengemukakan bahwa matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran (Suherman, dkk, 2003).

(20)

Kemudian Kline mengatakan pula bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Suherman, dkk,

2003). Lalu Reys, dkk. mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat (Suherman, dkk, 2003). Jadi matematika adalah suatu pola berpikir, suatu bahasa atau suatu alat untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami permasalahan yang terjadi di alam.

C. Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu pendekatan Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (kontekx)”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Kesuma dkk, 2010). Secara umum contextual mengandung arti : yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2007). Dengan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari maka mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengaharapkan agar siswa hanya menerima

(21)

pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas (Jumriati : 2006), yaitu :

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme (Constructivism) merupakan landasan berpikir pendekatan CTL, yaitu pengetahuan dibangun tahap demi tahap, sedikit demi sedikit, melalui proses atau konteks yang terbatas (sempit).

b. Penemuan (Inquiry)

Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri.

(22)

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir, karena dengan bertanya bisa melakukan bimbingan, dorongan, evaluasi atau konfirmasi. Selain itu pula bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah.

e. Pemodelan (Modeling)

Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Pemodelan dalam matematika yaitu misalnya mempelajari contoh penyelesaian soal, penggunaan alat peraga. Dengan adanya model untuk di contoh biasanya konsep akan lebih mudah dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya

(23)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Authentic Assessment adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif berkenaan dengan seluruh usaha siswa yang telah dilakukannya mendapat penghargaan.

Pembelajaran kontekstual ini menekankan pada kemampuan menyajikan materi dengan mengambil pendekatan dunia nyata siswa, dengan demikian bagaimanapun sulitnya sebuah pembelajaran dapat diatasi dengan mengkontekstualkan permasalahan dan mentransfernya ke dalam dunia nyata siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengkontekstualkan pelajaran harus dimiliki oleh seorang guru atau orang tua dalam upaya merangsang daya ingat siswa. D. Perangkat Pembelajaran

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber atau alat belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Tersedianya perangkat pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menunjang proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Perangkat pembelajaran memberikan kemudahan dan dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam penerapannya, perangkat pembelajaran terdiri dari berbagai komponen bergantung kepada kebutuhan masing-masing guru.

Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik

(24)

(LKPD). Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan pada penelitian ini dapat jelaskan sebagai berikut:

1) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan lembaran kerja bagi peserrta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam buku siswa dan diberikan oleh guru pada setiap pertemuan. LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Keberadaan LKPD ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pada guru dalam mengakomodir tingkat kemampuan peserta didik dan diharapkan dapat mengembangkan serta memperkuat konsep-konsep yang disajikan.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rancangan skenario pembelajaran yang akan dilakukan guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rancangan skenario pembelajaran yang akan dilakukan guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Di dalam RPP secara rinci harus memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator , Tujuan Pembelajaran, yang berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, yaitu materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan

(25)

mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus, Metode Pembelajaran yang dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih, Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran, untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah- langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan /pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan , sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan. Sumber Belajar, sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, nara sumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu, dan Penilaian, penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Penyusunan RPP dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada guru tentang bagaimana siswa diajar dan bagaimana siswa belajar dengan menggunakan model berbasis CTL.

(26)

E. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2007).

Menurut Subaer (Rusli, 2008), Research and Development adalah kerja kreatif yang dilakukan secara sistematis untuk menambah khasanah pengetahuan dan memanfaatkannya untuk merancang berbagai aplikasi.

Menurut Sudjana ( Trianto, 2010) Untuk melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran diperlukan model–model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan perangkat yang disarankan oleh Thiagarajan dan Sammel yang disebut model 4-D (four D Models). Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model 4-D ( Thiagarajan ). Hal ini karena model pengembangan Thiagarajan, dan Sammel lebih cocok digunakan. Model pengembangan perangkat ini tampak lebih rerperinci tahapan-tahapannya dan sistematis. Ini terlihat dari masing-masing tahap jelas apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu memudahkan untuk melakukan proses pengembangan perangkat pembelajaran Model 4–D ( Model Thiagarajan ) ini meliputi empat tahap pengengembangan, yaitu Define, Design, Develop, Dessaminate atau diadaptasikan menjadi 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran

(27)

a. Tahap I : Define (pendefinisian)

Tujuan tahap ini untuk menetapkan dan menentukan syarat–syarat pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran dan pendefinisian materi pembelajaran. Tahap ini mencakup lima langkah, yaitu analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas dan spesifikasi tujuan pembelajaran.

b. Tahap II : Design (Perancangan)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan prototipe pembelajaran yang meliputi soal tes dan pengembangan materi pembelajaran. Tahap ini mencakup empat langkah, yaitu penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format, dan perencanaan awal.

c. Tahap III : Develope (Pengembangan)

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada tahap perencanaan dan untuk mendapatkan umpan balik melalui evaluasi formatif. Tahap ini mencakup dua langkah, yaitu penilaian ahli dan ujicoba.

d. Tahap IV : Disseminate (Penyebaran)

Tujuan tahap ini adalah untuk melakukan tes validitas dan pemilihan secara kooperatif terhadap perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan dan direvisi, kemudian disebarkan ke lapangan. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah penyebaran perangkat pembelajaran untuk digunakan di sekolah- sekolah, ( Trianto, 2010).

(28)

Model 4 – D penulis hanya menggunakan sampai tahap ke III : Develove (Pengembangan), penulis tidak menggunakan tahap ke IV: Disseminate (Penyebaran) karena mengingat keterbatasan waktu penelitian yang tersedia dan tahap ini membutuhkan langkah, biaya dan waktu yang lebih banyak.

Proses kegiatan Research and Development berlangsung secara bersiklus melalui tahapan-tahapan: (1) pengkajian atau penelusuran awal topik-topik yang akan dikonstruksi atau direkonstruksi, (2) pengembangan produk model dari hasil temuan yang telah dicapai, (3) pengujicobaan model yang telah dikembangkan pada lokasi, dimana produk tersebut akan digunakan, dan (4) perbaikan model sesuai dengan temuan dalam studi pendahuluan di lapangan.

F. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran pada penelitian pengembangan ini adalah pokok bahasan Operasi Alajabar . Berikut penjelasannya secara singkat:

1. Pengertian dan unsur-unsur operasi aljabar

Operasi aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajjiannya memuat huruf-huruf yang mewakili bilangan yang belum diketahhui. Bentuk alajabar terdapat unsur-unsur aljabar yaitu:

a. Variabel

Variabel merupakan salah satu bagian dari aljabar dimana variabel merupakan lambang pengganti untuk suatu bilangan yang nilainya belum diketahui dengan jelas,biasanya dilambangkan dengan huruf kecil yaitu: a,b,c,...,z

(29)

Contoh:

Variabel dari 8x+5y adalah x dan y b. Konstanta

Konstanta atau tetapan merupakan suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan serta tidak memuat variabel,untuk konstanta sendiri dapat berupa angka seperti 1,4,6,7 dan lain-lain.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.

Contoh:

a) Konstanta pada 8x²+2xy+4x-y+7 adalah 7. b) Konstanta pada 9x²-x+2 adalah 2.

c. Koefisien

Koefisien pada suatu bentuk aljabar merupakan bilangan yang melekat dengan variabel dari suatu suku pada bentuk aljabar.

Contoh:

a) Koefisien x yang ada pada 5x²y+4x adalah 4. b) Koefisien x yang ada pada 8x²+7x−5 adalah 7. c) Koefisien y yang ada pada 7x+8y+5 adalah 8. d. Suku

Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk suatu aljabar yang dipisahkan dengan operasi jumlah atau selisih,utuk suku,terdapat suku-suku sejenis,suku-suku tak sejenis,kemudian suku satu,suku dua,dan suku tiga.

(30)

Contoh : Misalkan beberapa siswa ke kantin dan membeli beberapa jenis makanan seperti berikut: Permen (P),Donat (D),chocolatos (c) dan Minuman(m)

Ingat bahwa beberapa jenis makanan sama, maka untuk mempermudah perhitungan kasir akan mengelompokkan menjadi beberapa kelompok makanan (Kita menyebutnya suku sejenis).

Jika bentuk aljabar tersebut kita tulis panjang dan membingungkan : p + p + d + c + d + m + c + d + m + c.

Maka bentuk aljabar tersebut dari kelompok diatas dapat kita sederhanakan : ( p + p ) +( d + d + d )+ (c + c + c ) + ( m + m )

= 2p + 3d + 3c + 2m 2. Operasi hitung aljabar

a. Penjumlahan

Untuk operasi penjumlahan dilakukan dengan menggabungkan semua benda-benda yang mewakili soal dan memasangkan sesuai dengan pasangan yang telah ditentukan.

Contoh: a) 5p+2p

Berarti benda yang bernilai 5p digabungkan dengan benda yang bernilai 2p

(31)

Kemudian disimpulkan bahwa dalam terdapat 2 kotak pensil dimana kotak 1 berisi 5pensil dan kotak ke 2 berisi 2 pensil kemudian kita gabungkan menjadi 5p+2p=7p

b) 3x + (-2x)

berarti benda benilai 3x digabung dengan yang bernilai -2x

Kemudian dipasang-pasangkan dan diperoleh sisanya sebagai hasil operasi

Maka disimpulkan 3x + (-2x) = x b. Pengurangan

a. Misal 3x2 - x2

berarti ada benda-benda bernilai 3x2

kemudian dikurangi sebanyak satu x2 sehingga yang tersisa adalah

(32)

maka disimpulkan bahwa kita kumpulkan sesame jenis variabelnya emudian kita kurangkan 3x2 - x2 = 2x2

b. Sebuah lapangan basket disekolah berbentuk Persegi panjang dengan panjang 2x + 3 dan lebarnya x – 2.

Jika Keliling lapangan basket = 86 m, berpakah ukuran lapangan basket disekolah?.

1. Buat bentuk aljabar keadaan diatas.

2. Tentukan ukuran lapangan basket disekolah

Penyelesaian :

Dik : Paanjang lapangan 2x + 3 Lebar lapangan x – 2 Dit :

1. Buat bentuk aljabar keadaan diatas

2. Tentukan ukuran lapangan basket disekolah Peny :

1. Panjang lapangan basket = ( 2x + 3) m,dan lebar = (x – 2 ) m Bentuk Aljabar Keliling = 2 (p + l )

= 2 (2x + 3 + x - 2 ) = 2 ( 3x + 1 ) = (6x + 2 )m

2. Ukuran lapangan basket K = 6x + 2 = 86 meter ⟺ 6x = 86 – 2

(33)

⟺ 6x = 84 ⟺ x = 14 m

Jadi ukuran lapangan basket disekolah adalah panjang = 2. 14 + 3 = 31 meter dan lebar = 14 - 2 = 12 meter.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development) meliputi pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Barru dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020, dengan tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :

Menelaah kurikulum SMP kelas VIII semester ganjil untuk mata pelajaran matematika. Mengembangkan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaa Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, aktivitas guru, dan pengelolaan pembelajaran di kelas Membuat angket untuk mengetahui respons siswa dan guru tentang perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).

(35)

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. b. Melaksanakan pembelajaran berbasis CTL

c. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan aktivitas siswa dan guru serta kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dilakukan oleh satu orang pengamat.

3. Tahap analisis data

Kegiatan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan. Data-data yang akan dianalisis adalah data hasil belajar siswa, data hasil pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru, dan data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika yang digunakan mengacu pada model 4–D Thiagarajan (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Model ini terdiri dari 4 tahap, yaitu pembatasan, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Berikut ini adalah uraian secara rinci tahap– tahap pengembangan model 4 – D yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap Pembatasan (Define)

Tujuannya adalah menetapkan dan menentukan syarat-syarat pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran dan pembatasan materi pembelajaran.

(36)

i. Analisis Kurikulum 2013 Matematika SMP

Kurikulum 2013 (K13) yang digunakan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memuat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di suatu SMP dan dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya.

ii. Analisis Siswa

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menelaah karakteristik siswa yang meliputi latar belakang pengetahuan siswa, bahasa yang digunakan dan perkembangan kognitif siswa.

iii. Analisis Konsep

Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep utama yang akan dipelajari siswa. iv. Analisis Tugas

Analisis tugas ini dilakukan setelah mengetahui konsep yang akan diajarkan sehingga dapat diketahui tugas–tugas yang harus diselesaikan siswa selama pembelajaran dilaksanakan.

v. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Dari analisis konsep dan analisis tugas yang telah dilakukan, diharapkan dapat dihasilkan tujuan pembelajaran khusus yang merupakan dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran.

(37)

b. Tahap Rancangan (Design)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan bahan pembelajaran yang dikembangkan, mencakup penyusunan tes dan pengembangan bahan pembelajaran. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

i. Penyusunan Tes

Berdasarkan analisis konsep dan analisis tugas, disusunlah suatu tes untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

ii. Pemilihan Media

Pemilihan media dalam penelitian ini disesuaikan dengan hasil analisis tugas dan analisis konsep. Selain itu, media yang dipilih harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan fasilitas yang ada di sekolah.

iii. Pemilihan Format

Pemilihan format perangkat pembelajaran dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi materi, pemilihan strategi pembelajaran dan sumber belajar. iv. Rancangan Awal Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh kegiatan yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Rancangan tersebut meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Semua perangkat pembelajaran yang dihasilkan pada tahap ini disebut dengan perangkat pembelajaran Draft I.

(38)

c. Tahap Pengembangan (Develop)

Pada tahap ini dihasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para validator/ahli dan data hasil ujicoba. Langkah- langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: i. Penilaian para ahli

Perangkat pembelajaran Draft I yang telah dihasilkan pada tahap perancangan selanjutnya dilakukan penilaian oleh para ahli (validator) yang berkompeten untuk menilai perangkat pembelajaran dan memberikan masukan atau saran,sebagai bahan pertimbangan guna penyempurnaan Draft I. Validator adalah dosen. Validasi ini secara umum mencakup validasi isi dan validasi bahasa. Perangkat pembelajaran yang telah direvisi berdasarkan hasil validasi para ahli disebut Draft II.

ii. Ujicoba terbatas

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi tersebut untuk selanjutnya diujicobakan di Kelas VIII SMP Negeri 3 Barru. Ujicoba hanya dilakukan pada satu kelas saja. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sarandari siswa dan guru di lapangan dalam rangka untuk merevisi perangkat pembelajaran Draft II. Perangkat pembelajaran yang didapat pada revisi ini adalah perangkat

pembelajaran yang disebut Draft III.

Hasil uji coba terbatas yang telah direvisi, selanjutnya divalidasi kembali oleh validator untuk mendapatkan perangkat pembelajaran akhir yang disebut Draft IV sebagai draft akhir.

(39)

d. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap penyebaran belum dapat dilaksanakan karena pelaksanaannya hanya berupa ujicoba terbatas saja.

(40)

Desain Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Ujicoba Terbatas Desain pengembangan perangkat pembelajaran dengan ujicoba terbatas digambarkan dengan diagram alir sebagai berikut :

Diagram 3.1 Desain Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Ujicoba Terbatas

(41)

D. Instrumen penelitian

Informasi tentang kevalidan, dan keefektifan perangkat pembelajaran RPP dan LKPD yang berbasis contextual teaching and learning, maka digunakan instrument-instrument sebagai berikut :

1. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran

Lembar validasi perangkat pembelajaran digunakan untuk memperoleh informasi tentang kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian para ahli. Informasi yang diperolah melalui instrument ini digunakan sebagai masukan dalam merevisi semua perangkat pembelajaran.

Pada masing-masing lembar validasi perangkat pembelajaran untuk pokok bahasan fungsi dan relasi validator menuliskan penilaian terhadap masing-masing perangkat yang terdiri dari RPP, buku siswa dan LKPD. Penilaian terdiri dari 5 kategori, yakni 1(tidak valid), 2(kurang valid), 3(cukup valid), 4(valid), 5(sangat valid).

2. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar (THB) digunakan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan peserta didik terhadap materi fungsi dan relasi setelah pembelajaran berlangsung. Informasi yang diperoleh melalui instrument ini digunakan untuk merevisi perangkat tes itu sendiri. Pemberian skor pada hasil tes ini menggunakan skala berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen pendidikan dan kebudayaan yaitu:

(42)

1) Kemampuan 90% - 100% atau skor 90 – 100 dikategorikan sangat tinggi.

2) Kemampuan 80% - 89% atau skor 80 – 89 dikategorikan tinggi. 3) Kemampuan 65% - 79% atau skor 65 – 79 dikategorikan sedang. 4) Kemampuan 55% - 64% atau skor 55 – 64 dikategorikan rendah. 5) Kemampuan 0% - 54% atau skor 0 – 54 dikategorikan sangat

rendah.

Data yang terkumpul tentang hasil pengamatan dan respon peserta didik dianalisis secara kualitatif. Data tentang hasil belajar di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-rata dan standar deviasi, median, frekuensi, persentase, nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai peserta didik.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan diarahkan untuk menjelaskan kevalidan, keefektifan dan kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis CTL yang tengah dikembangkan.

Berikut ini dikemukakan tentang analisis data kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

(43)

1. Analisis Data Kevalidan Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL

Kriteria validitas suatu produk ditinjau berdasarkan dua hal yaitu relevansi/validitas isi (content validity) dan konsistensi/validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi menunujukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan didasarkan atas rasional teoritik. Hal ini berarti dalam pengembangannya didasarkan atas teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam merumuskan dan menyusun perangkat pembelajaran. Berdasarkan data hasil penilaian kevalidan perangkat pembelajaran berbasis CTL oleh dua validator/ahli, yaitu orang yang dipandang ahli dalam bidang pendidikan matematika, dihitung nilai rata-rata V dari V1 dan V2 dengan V1 = nilai

rata-rata yang diperoleh dari validator pertama dan V2 = nilai rata-rata yang diperoleh

dari validator kedua. Nilai V ini selanjutnya dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori validitas perangkat pembelajaran berbasis CTL (Darwis, 2007) , yaitu:

1. 3,5 V 4 berarti SV (Sangat Valid) 2. 2,5 V 3,5 berarti V (Valid)

3. 1,5 V 2,5 berarti CV (Cukup Valid) 4. V 1,5 berarti TV (Tidak Valid)

Keterangan: V adalah validitas perangkat pembelajaran berbasis CTL 2. Analisis Data Keefektifan Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL

Keefektifan suatu produk diketahui dari tercapainya tujuan yang

ditetapkan setelah menerapkan produk tersebut. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran matematika berbasis kebudayaan Indonesia dikatakan efektif jika

(44)

pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektifitas pembelajaran.

3. Analisis Data Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL

Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi (validator) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi.

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Kode Nilai Keterangan

A Dapat digunakan tanpa revisi B Dapat digunakan dengan sedikit revisi C Dapat digunakan dengan banyak revisi

D Tidak dapat digunakan

Data kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis CTL terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Analisis Data Hasil Penilaian Kelayakan Penggunaan Perangkat Pembelajaran Berbasis CTL

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat pembelajaran berbasis CTL memiliki derajat kelayakan yang memadai adalah nilai V untuk keseluruhan perangkat pembelajaran berbasis CTL yang tengah dikembangkan minimal berada dalam kategori “cukup valid”, berarti perangkat tidak direvisi. Apabila nilai V berada di dalam kategori lainnya, maka perlu dilakukan revisi berdasarkan saran para validator atau dengan melihat kembali aspek-aspek yang nilainya kurang. Selanjutnya dilakukan validasi ulang

(45)

lalu dianalisis kembali. Demikian seterusnya sampai memenuhi nilai V minimal berada di dalam kategori valid.

b.Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis CTL

Analisis data keterlaksanaan pembelajaran berbasis CTL yang dimaksud disini adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran berbasis CTL. Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran berbasis CTL memadai adalah nilai Kemampuan Guru (KG) minimal berada dalam kategori “tinggi”, berarti penampilan guru dapat dipertahankan. Apabila Kemampuan Guru (KG) berada di dalam kategori lainnya, maka guru harus meningkatkan kemampuannya dengan melihat kembali aspek- aspek yang nilainya kurang. Selanjutnya dilakukan kembali pengamatan terhadap kemampuan guru mengelola pembelajaran berbasis CTL, lalu dianalisis kembali. Demikian seterusnya sampai memenuhi nilai KG minimal berada di dalam kategori tinggi.

(46)

35 A. Hasil Penelitian

Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Dan Tes Hasil Belajar (THB). Model Pengembangan tersebut mengacu pada model 4-D yang telah dimodifikasi menjadi 3-D, yaitu: tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan tahap pengembangan (development). Dalam tiap tahapan tersebut terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan, sesuai gambar 3.1 desain pengembangan perangkat pembelajaran pada bab III.

1. Tahap Pendefinisian

Tujuan tahap pendefinisian adalah menentukan dan menetapkan syarat- syarat pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Tahapan pendefinisian terdiri dari lima langkah yaitu: analisis awal-akhir, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan spesifikasi tujuan pembelajaran.

a. Analisis Awal-Akhir

Analisis awal-akhir ini dilakukan untuk menetapkan masalah dasar yang menjadi latar belakang perlu tidaknya dikembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning.

(47)

Setelah melakukan observasi langsung di SMP Negeri 3 Barru dan melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran, peneliti memperoleh beberapa informasi, siswa kelas VIII terbiasa belajar pasif. Hal ini terjadi karena selama pembelajaran berlangsung, guru lebih banyak mengajar di depan kelas, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Begitu pula ketika siswa diberikan tugas atau soal latihan. Siswa akan meniru cara penyelesaian seperti yang dilakukan oleh guru. Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran, tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka sangat tergantung pada guru.

Berdasarkan kajian terhadap kurikulum 13 (K13) dan telaah terhadap teori-teori belajar, maka peneliti memilih pendekatan contextual teaching and learning sebagai cara untuk membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran matematika. Dalam contextual teaching and learning, proses belajar ditekankan kepada proses dan mental siswa secara maksimal. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal. Tetapi mereka berperan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu dan dapat mengaitkannya dengan dunia nyata. Oleh karena itu peneliti memilih pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan lingkaran sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

(48)

Untuk menerapkan pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan prinsip pendekatan contextual teaching and learning. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. dengan pendekatan contextual teaching and learning pada pokok bahasan lingkaran pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).

b. Analisis Siswa

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan bahan pembelajaran serta sesuai dengan subyek penelitian, yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru. Karakteristik siswa tersebut meliputi latar belakang pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa.

1) Analisis Latar Belakang Pengetahuan Siswa

Pokok bahasan lingkaran yang dipelajari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru bukanlah materi yang baru mereka pelajari. Siswa telah mendapatkan pengantar materi ini pada saat mereka di SD. 2) Analisis Perkembangan Kognitif Siswa

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa VIII SMP Negeri 3 Barru yang rata-rata berusia 13-14 tahun. Menurut Piaget, pada usia ini

(49)

kemampuan berpikir anak telah memasuki stadium operasional formal. Ketika menyelesaikan suatu masalah, anak dalam stadium ini akan memikirkan dulu secara teoritis. Analisis teoritis tersebut dapat dilakukan secara verbal. Ia menganalisis masalahnya dengan menyelesaikan berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisisnya ini, ia lalu membuat suatu strategi penyelesaian.

Namun pada kenyataannya, banyak siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Barru yang kemampuan berpikir dan bernalarnya masih dalam stadium operasional konkrit. Mereka belum mampu berfikir secara verbal atau abstrak. Jika menyelesaikan suatu permasalahan, mereka mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan hanya melihat akibat langsung usaha-usahanya untuk menyelesaikan masalah itu. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut masih mengalami tahap transisi dari stadium operasional konkrit ke stadium operasional formal. Tentu saja, siswa yang berada dalam tahap transisi ini masih memerlukan bantuan dari orang terdekat, terutama guru, untuk membiasakan mereka berpikir secara abstrak.

c. Analisis Konsep

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir.

(50)

d. Analisis Tugas

Analisis tugas berdasarkan pokok bahasan Operasi Aljabar diperoleh beberapa tugas yang mengarahkan kemampuan siswa untuk menjawab tugas-tugas yang diberikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapa.

e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Analisis ini dilakukan untuk merumuskan hasil analisis tugas dan analisis konsep di atas menjadi indikator pencapaian hasil belajar. Indikator pencapaian hasil belajar tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Menjelaskan pengertian Operasi Aljabar

2. Mampu menyebutkan unsur-unsur Operasi Aljabar

3. Memahami penjumlahan dan pengurangan Operasi Alajabar

2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari tahap perancangan adalah merancang perangkat pembelajaran, sehingga diperoleh prototype (contoh perangkat pembelajaran) yang selanjutnya disebut perangkat pembelajaran draft I. Tahap perancangan terdiri dari empat langkah pokok, yaitu penyusunan tes, pemilihan media, pemilihan format, dan perancangan awal (desain awal).

a. Penyusunan Tes

Pada langkah ini peneliti menyusun tes yang akan digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui pencapaian keberhasilan kegiatan pembelajaran. Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan analisis

(51)

konsep yang dirumuskan dalam spesifikasi tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti tidak menyusun tes awal, hanya menyusun tes akhir (termasuk instrumen) yang akan diberikan pada siswa. Untuk merancang tes hasil belajar siswa, dibuat terlebih dahulu kisi-kisi soal dan pedoman penskoran. Penskoran yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan alasan PAP berorientasi pada tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang diteskan sehingga skor yang diperoleh mencerminkan persentase kemampuannya.

b. Pemilihan Media

Pada langkah ini peneliti memilih dan menentukan media yang tepat untuk penyajian materi pelajaran yang disesuaikan dengan analisis tugas, analisis konsep, karakteristik siswa, dan adanya fasilitas sekolah.

Berdasarkan analisis tugas, analisis konsep, analisis karakteristik siswa dan sarana yang tersedia di sekolah maka media yang dipilih adalah papan, spidol, LKPD, dan referensi lainnya.

c. Pemilihan Format

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran meliputi: isi materi adalah lingkaran, model pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan contextual teaching and learning, dengan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Disik (LKPD), dan Tes Hasil Belajar yang mengacu pada K13.

(52)

d. Rancangan Awal

Pada tahap ini dihasilkan perangkat pembelajaran, antara lain sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). 3. Tes Hasil Belajar (THB)

3. Tahap Pengembangan

a. Penilaian Para Ahli (Analisis Data Kevalidan Perangkat Pembelajaran Melalui Pendekatan (Contextual Teaching and

Learning)

Penilaian para ahli berarti validator menelaah semua perangkat yang telah dihasilkan (draft 1). Penilaian meliputi validasi isi, bahasa, dan kesesuaian perangkat pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku. Hasil validasi dari para ahli digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi perangkat pembelajaran. Jadi, dalam melakukan revisi penulis mengacu kepada saran-saran serta petunjuk dari para ahli. Hasil penilaian ini pula yang digunakan untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan penggunaan perangkat pembelajaran melalui pendekatan contextual teaching and learning

Berdasarkan hasil validasi para ahli, beberapa revisi yang dilakukan terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Ddidik (LKPD), dan Tes Hasil Belajar (THB) berturut-turut dapat dilihat pada tabel berikut:

(53)

A. Hasil Penilaian Terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh Para Ahli

Tabel 4.1 Hasil Penilaian terhadap RPP oleh Para Ahli

Aspek yang dinilai Penilaian V Ket Val.1 Val.2

1. Identitas RPP a. Judul

b. Satuan tingkat pendidikan c. Bidang keahlian (khusus

SMK) d. Mata pelajaran e. Kelas/Semester f. Alokasi waktu 4 4 - 4 4 4 4 4 - 4 4 3 4 4 - 4 4 3,5 V V - V V V 2. Standar Kompotensi

Kesesuaian rumusan standar kompotensi dengan silabus

3 4 3,5 V

3. Kompotensi Dasar dan Indikator

a. Kesesuaian indikator dengan rumusan kompotensi dasar b. Kesesuain indikator

dengan alokasi waktu pembelajaran yang direncanakan 3 3 4 4 3,5 3,5 V V 4. Tujuan Pembelajaran a. Ketepatan penjabaran

indikator hasil belajar kedalam tujuan

(54)

pembelajaran (proses dan produk)

b. Keterukuran tujuan pembelajaran (proses dan produk) mencakup aspek audience, behavior, condition, and degree c. Kesesuaian tujuan

pembelajaran (proses dan produk) dengan perkembangan kognitif siswa 4 4 4 4 4 4 V V 5. Kelengkapan a. Materi pembelajaran b. Sumber, bahan, dan

metode

c. Model, pendekatan, dan metode pembelajaran yang digunakan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 V V V 6. Materi Pembelajaran

a. Kebenaran subtansi materi pembelajaran

b. Kesesuaian isi materi pembelajaran dengan indikator 4 4 4 4 4 4 V V 7. Skenario Pembelajaran a. Kesesuaian sintaks dengan

model pembelajaran yang dipilih b. Penggunaan pendekatan 4 4 4 4 4 4 V V

(55)

dan metode diuraiakan dengan jelas dalam proses pembelajaran

c. Tahap pembelajaran untuk setiap fase diuraiakan dengan jelas

d. Sistematika tahap

pembelajaran untuk setiap fase diuraiakan dengan jelas

e. Kegiatan guru diumuskan secara operasional untuk setiap fase

f. Kegiatan siswa dirumuskan secara operasional untuk setiap fase

g. Kesesuaian lokasi waktu yang digunakan dengan tahap pembelajaran 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3,5 V V V V V 8. Assemen

Kesesuaian teknik dan bentuk penilaian dengan ketercapaian tujuan pembelajaran

4 4 4 V

9. Bahasa

a. Penggunaan bahasa ditinjau dari penggunaan kaidah bahasa Indonesia b. Bahasa yang digunakan

bersifat komunikatif 4 4 4 4 4 4 V V

(56)

c. Kesederhanaa struktur kalimat

4 4 4 V

RATA-RATA TOTAL 4 V

Ket. SV (Sangat Valid) = 4,5 V 5 V (Valid) = 3,5 V 4,5 CV (Cukup Valid) = 2,5 V 3,5 KV (Kurang Valid) = 1,5 V 2,5 TV (Tidak Valid) = 1,5

Hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata total kevalidan RPP diperoleh adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau keseluruhan aspek RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

2. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek kompetensi dasar adalah V = 3,5, dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ).Jadi, ditinjau dari aspek kompetensi dasar RPP ini

dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

3. Nilai rata-rata kevalidan untuk tujuan pembelajaran adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek indikator pencapaian kompetensi dasar RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

(57)

4. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek kelengkapan adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari kelengkapan RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan

5. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek materi pemnelajaran V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek materi pembelajaran RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

6. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek skenario pembelajaran V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek skenario pembelajaran RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

7. Nilai kevalidan untuk aspek assemen adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5). Jadi, ditinjau dari aspek assemen RPP ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

B. Hasil penilaian terhadap Lembara Kerja Peserta Didik (LKPD) oleh Para Ahli

Table 4.2 Hasil Penilaian Terhadap LKPD oleh Para Ahli

Aspek yang dinilai penilaian V Ket

Val.1 Val.2 1. Format (sistem penomoran,

petunjuk

penyelesaian LKPD, tata ruang,

(58)

layout) 2. Isi

a. Kesesuaian LKS dengan pendekatan dan metode yang digunakan

b. Memperhatikan pengetahuan awal siswa dan pengetahuan prasyarat

c. Memperhatikan tingkat kognitif siswa

d. Menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang berbasis pada aktivitas siswa e. Mengembangkan keterampilan

proses/inquiri/pemecahan masalah/berfikir tingkatt tinggi f. Penetapan aspek isi sesuai

dengan tujuan pembelajarn

3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3,5 3,5 4 4 4 4 V V V V V V 3. A s p e k Bahasa

a. Penggunaan bahasa ditinjau dari penggunaan kaedah bahasa Indonesia

b. Kesederhanaan struktur kalimat c. Bahasa yang digunakan bersifat komunikatif, tidak mengandung arti ganda dan mudah dipahami oleh siswa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 V V V RATA-RATA TOTAL 4 V

(59)

Ket. SV (Sangat Valid) = 4,5 V 5 V (Valid) = 3,5 V 4,5 CV (Cukup Valid) = 2,5 V 3,5 KV (Kurang Valid) = 1,5 V 2,5 TV (Tidak Valid) = 1,5

Hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata total kevalidan LKPD diperoleh adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau keseluruhan aspek, LKPD ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

2. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek format adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek format LKPD ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

3. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek isi adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid”

( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek bahasa LKPD ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

4. Nilai rata-rata kevalidan untuk aspek bahasa adalah V = 4 dapat disimpulkan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori “Valid” ( 3,5 V 4,5 ). Jadi, ditinjau dari aspek isi LKPD ini dinyatakan memenuhi kriteria kevalidan.

Gambar

Tabel 3.1 Desain pengembangan perangkat pembelajaraan dengan uji coba  terbatas
Diagram 3.1    Desain  Pengembangan  Perangkat  Pembelajaran  dengan  Ujicoba Terbatas
Tabel 4.1 Hasil Penilaian terhadap RPP oleh Para Ahli
Table 4.2 Hasil Penilaian Terhadap LKPD oleh Para Ahli
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

memberi manfaat dan untuk diambil manfaatnya oleh anak tersebut, bukan kemudian nafkah oleh ayah yang diberikan kepada anak menjadi hak kepemilikan yang sepenuhnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian konseling dan leaflet terhadap tingkat kepatuhan melalui penurunan nilai tekanan darah sistole

よれば、余暇の限界効 用の切片項 を対数正規 分布 とす る特定化の クロスセ クシ ョ ンデータに対 する適合 度が よいと考 えられ る。しか

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kecamatan Ngaglik merupakan bagian penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Sleman Yogyakarta yang tidak terpisahkan. SKPD Kecamatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pencemaran sampah di TPA Supit Urang Malang serta pengelolaan sampah di TPST TPA Supit Urang Malang masih belum bisa dilakukan

Variabel Koefisien Regresi Std.. variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebasnya. Dengan demikian maka hipotesis pertama yang

[r]

16 Gambar 3.2 Alur proses dekripsi yakni dengan menginputan citra, dengan menginputkan nama file dan ektensi file dalam aplikasi dekripsi, Citra akan dirotasi sesuai key