• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II. Tinjauan Pustaka"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Kondisi saat ini Tindakan Tujuan/hasil Kualitas peserta didik belum memuaskan Peningkatan kinerja guru berbasis reward and punishment  Model reward and punishment Peningkatan kinerja guru Evaluasi awal Rujukan teori Teori Kinerja Teori Strategi Peningkatan Kinerja Evaluasi efek Evaluasi akhir Pengumpulan data Wawancara Angket Observasi Studi dokumentasi

Bab II

Tinjauan Pustaka

1.

Strategi dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

         Strategi menurut Stephanie K. Marrus adalah ”sebagai suatu penentuan  rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang  organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan  tersebut dapat dicapai”. Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad  ”strategi  merupakan tindakan yang bersifat  incremental  (senantiasa meningkat) dan  terus–menerus,   serta   dilakukan   berdasarkan   sudut   pandang   apa   yang  diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Menurut mereka bahwa strategi  hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa  yang terjadi.      Strategi sangat diperlukan dalam manajemen sumber daya manusia. Dalam  suatu manajemen diperlukan strategi untuk menggambarkan tindakan­tindakan  berlandaskan tujuan yang akan diambil suatu organisasi dalam mendapatkan  keunggulan  kompetitif  berkelanjutan.  Menurut   Govindarajan (2001)   dalam  Sari (2010) “Strategi merupakan suatu proses manajemen yang sistematis yang  dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan atas program­ program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber  daya yang akan dialokasikan dalam setiap program selama beberapa tahun ke  depan”.       Salah satu bagian yang penting dalam suatu organisasi adalah manajemen  sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia bertanggung jawab 

(2)

untuk mengelola semua yang berkaitan dengan manajemen karyawan dalam  sebuah organisasi. Menurut Armstrong (1990) dalam Riskiyah (2009):

“Manajemen   sumber   daya   manusia   adalah   suatu   pendekatan   terhadap  manajemen   manusia   yang   berdasarkan   empat   prinsip   dasar.   Pertama,  sumber daya manusia adalah harta paling penting yang dimiliki oleh suatu  organisasi,   sedangkan   manajemen   yang   efektif   adalah   kunci   bagi  keberhasilan organisasi tersebut. Kedua, keberhasilan ini sangat mungkin  dicapai   jika   peraturan   atau   kebijaksanaan   dan   prosedur   yang   bertalian  dengan   manusia   dari   perusahaan   tersebut   saling   berhubungan,   dan  memberikan   sumbangan   terhadap   pencapaian   tujuan   organisasi   dan  perencanaan strategis. Ketiga, kultur dan nilai organisasi, suasana organisasi  dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut akan memberikan  pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Serta yang  terakhir   adalah   manajemen   sumber   daya   manusia   berhubungan   dengan  integrasi yakni semua anggota organisasi tersebut terlibat dan bekerja sama  untuk mencapai tujuan bersama”.

         Dari definisi di atas dapat dilihat bagaimana manajemen sumber daya  manusia   mempunyai   empat   prinsip   dasar   yang   utama,   diantaranya   adalah  sumber daya manusia menjadi harta paling penting dalam sebuah organisasi,  harus dikelola dan diatur dengan baik, sehingga dapat menimbulkan peran  aktif dari pegawai sehingga manajemen organisasi yang efektif serta efisien.       Yang kedua adalah keberhasilan sangat mungkin dicapai jika kebijaksanaan  dan prosedur yang berkenaan dengan manusia dari organisasi tersebut saling  berhubungan dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan dan  perencanaan  strategis  organisasi. Dari  pernyataan tersebut  dapat  dipahami  sebagai   pentingnya   bagaimana   suatu   kebijakan   dibuat   serta   bagaimana  perlakuan yang diberikan kepada para pegawai sehingga dapat meningkatkan  kinerja   pegawai   untuk   mau   berkontribusi   secara   optimal   dalam   upaya  mencapai tujuan suatu organisasi. 

       Yang ketiga adalah kultur dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan  perilaku   manajerial   yang   berasal   dari   kultur   tersebut   akan   memberikan 

(3)

pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Dari pernyataan  tersebut dapat dipahami bahwa kultur, nilai, suasana serta perilaku manajerial  organisasi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mempengaruhi tingkat  kinerja pegawai agar sesuai dengan harapan suatu organisasi. Ketika suasana  kekeluargaan dibawa dalam sebuah sistem manajerial suatu organisasi kiranya  akan lebih efektif dibanding dengan gaya kepemimpinan yang otoriter, serta  menganggap   bahwa   pegawai   bukan   hanya   sekedar   mesin   akan   tetapi  diperlakukan sebagai sekelompok rekan kerja dalam sebuah tim. Hal tersebut  harus dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi bisa  tercapai.       Yang terakhir adalah manajemen sumber daya manusia menjadikan semua  anggota organisasi terlibat dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.  Melalui fungsi yang terakhir tersebut dapat dilihat bagaimana para pegawai  menjadi sebuah faktor penting dalam sebuah kinerja suatu organisasi dalam  mencapai tujuan suatu organisasi secara efektif serta efisien. 2.

 Kinerja Guru

2.1.

 Kinerja

     Kinerja atau performance menurut Mulyasa (2005) adalah: “hasil atau keluaran dari suatu proses. Selain itu juga diartikan sebagai  prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil­hasil kerja atau  unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang  merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan  karyawannya   berdasarkan   standar   dan   kriteria   yang   telah   ditetapkan  sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka  kinerja   sesungguhnya   merupakan   perilaku   manusia   dalam   menjalankan  perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang  telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan”. 

(4)

      Sedangkan pengertian kinerja atau performance menurut Prawirasentono  (1999):

“performance  adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau  sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan  tanggung   jawab   masing­masing,   dalam   rangka   upaya   mencapai   tujuan  organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan  sesuai dengan moral ataupun etika”. 

     Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat diketahui  bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja  atau   prestasi   kerja   merupakan   hasil   akhir   dari   suatu   aktifitas   yang   telah  dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga  sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah  ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan  standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu  mencapai prestasi yang baik.       Penilaian kinerja akan memberikan sejumlah manfaat baik bagi pegawai,  pimpinan maupun organisasi antara lain memberikan pemahaman mengenai  ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen, memberikan arah  untuk mencapai target kinerja, untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian  kinerja, sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman, sebagai  alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan.  2.2.

 Kinerja Guru

      Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat  dan   diukur   berdasarkan   spesifikasi   atau   kriteria   kompetensi   yang   harus  dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang  dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan  standar   kinerja   guru   Sahertian   sebagaimana   dikutip   Kusmianto   (1997:49) 

(5)

dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa  “Standar   kinerja   guru   itu   berhubungan   dengan   kualitas   guru   dalam  menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2)  persiapan   dan   perencanaan   pembelajaran,   (3)   pendayagunaan   media  pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan  (5) kepemimpinan yang aktif dari guru”. 

     UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat  (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas  merencanakan   dan   melaksanakan   proses   pembelajaran,   menilai   hasil  pembelajaran,   melakukan   pembimbingan   dan   pelatihan   serta   melakukan  penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada  perguruan tinggi. Keterangan lain dijelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005  Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa standar  prestasi   kerja   guru   dalam   melaksanakan   tugas   keprofesionalannya,   guru  berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran  yang   bermutu   serta   menilai   dan   mengevaluasi   hasil   pembelajaran.   Tugas  pokok   guru   tersebut   yang   diwujudkan   dalam   kegiatan   belajar   mengajar  merupakan bentuk kinerja guru. 

     Sedangkan berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar  Proses   untuk   Satuan   Pendidikan   Menengah   dijabarkan   beban   kerja   guru  mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan  pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih  peserta didik; (5) melaksanakan tugas tambahan. Kinerja guru dapat dilihat  saat   dia   melaksanakan   interaksi   belajar   mengajar   di   kelas   termasuk  persiapannya   baik   dalam   bentuk   program   semester   maupun   persiapan  mengajar. Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, 

(6)

performance   assessment   instrumen  yang   kemudian   dimodifikasi   oleh  Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian  kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran (teaching plans and  materials) atau disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2)  prosedur pembelajaran (classroom procedure); dan (3) hubungan antar pribadi  (interpersonal skill). Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang  terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam  melaksanakan   pembelajaran   yang   baik   seorang   guru   harus   mengadakan  persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah  sesuai   tujuan   pembelajaran   yang   terdapat   pada   indikator   keberhasilan  pembelajaran. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan  oleh   seorang   guru   mulai   dari   persiapan   pembelajaran,   pelaksanaan  pembelajaran   sampai   pada   tahap   akhir   pembelajaran   yaitu   pelaksanaan  evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan  evaluasi.

         Dari berbagai pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa definisi  konsep   kinerja   guru   merupakan   hasil   pekerjaan   atau   prestasi   kerja   yang  dilakukan oleh seorang guru. Hasil kinerja tersebut pastinya sesuai dengan  bidang keguruannya.  Kinerja  guru   tersebut   meliputi   semua   kegiatan  guru  mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan evaluasi  atau penilaian.       Cara yang dilakukan untuk mengetahui kinerja guru adalah berdasarkan  kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan  pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan membina  hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya. 

(7)

         Dengan mengetahui kinerja guru, maka dapat diketahui kualitas guru  tersebut apakah sudah sesuai dengan standar ketentuan kinerja guru yang telah  ditentukan.      Kinerja guru dapat dinilai dengan cara mengetahui kompetensi guru yang  telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia  Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi  Guru.   Dalam   Peraturan   Menteri   tersebut   kompetensi   guru   terdiri   dari   4  (empat)   kompetensi,  yaitu  kompetensi   pedagogik,  kepribadian,  sosial,  dan  profesional. Empat kompetensi tersebut dijabarkan menjadi 14 (empat belas)  kompetensi inti berikut ini: menguasai karakteristik peserta didik; menguasai  teori belajar dan prinsip­prinsip pembelajaran yang mendidik; pengembangan  kurikulum;   kegiatan   pembelajaran   yang   mendidik;   pengembangan   potensi  peserta   didik,   komunikasi   dengan   peserta   didik;   penilaian   dan   evaluasi;  bertindak   sesuai   dengan   norma   agama,   hukum   sosial,   dan   kebudayaan  nasional;   menunjukkan   pribadi   yang   dewasa   dan   teladan;   etos   kerja,  tanggungjawab   yang   tinggi,   rasa   bangga   menjadi   guru;   bersikap   inklusif,  bertindak   obyektif,   serta   tindak   diskriminatif;   komunikasi   dengan   sesama  guru,   tenaga   kependidikan,   orang   tua,   peserta   didik,   dan   masyarakat;  penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung  mata   pelajaran   yang   diampu;   mengembangkan   keprofesionalan   melalui  tindakan yang reflektif.

     Kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam mengajar,  sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional  dalam   menjalankan   fungsinya   sebagai   guru.   Kompetensi   guru   merupakan  standar yang semestinya dimiliki oleh guru. Sedangkan kinerja guru adalah  hasil atau capaian yang dihasilkan oleh guru. Penelitian ini membahas tentang  kinerja guru, bukan pada ranah kompetensi guru. Kinerja guru yang dinilai 

(8)

adalah perbandingan kinerja guru sebelum dan sesudah pemberian strategi  peningkatan kinerja guru berbasis reward and punishment. 2.3.

 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

         Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis dan  Jackson (2001) dalam Wikipedia “faktor­faktor yang mempengaruhi kinerja  individu tenaga kerja, yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang  diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka  dengan   organisasi”.  Sedangkan   menurut   Gibson   (1987)   masih   dalam  Wikipedia menjelaskan ada 3 (tiga) faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,  yaitu:

1. Faktor   individu   (kemampuan,   ketrampilan,   latar   belakang   keluarga,  pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).

2. Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan  kepuasan kerja).

3. Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,  sistem penghargaan atau reward system).

      Penjelasan  lain mengenai  faktor  yang  berpengaruh  terhadap kinerja  dijelaskan oleh Mulyasa (2007:227): 

“Sedikitnya terdapat 10 (sepuluh) faktor yang dapat meningkatkan kinerja  guru,   baik   faktor   internal   maupun   eksternal.   Faktor   tersebut   adalah  dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap  tugas, penghargaan terhadap tugas, peluang untuk berkembang, perhatian  dari kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan sesama guru, MGMP  dan KKG, kelompok diskusi terbimbing serta layanan perpustakaan”.  Sedangkan faktor­faktor yang mempengaruhi kinerja guru Menurut Usop,  et al (2013), sebagai berikut: “There are many factors that influence the teachers’ job performance such  as   aptitude,   attitude,   subject   mastery,   teaching   methodology,   personal  characteristics,   the   classroom   environment,   general   mental   ability, 

(9)

personality, and relations with students. For development of quality teachers  one has to understand the factors associated with it”.

         Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas, faktor­faktor yang  menentukan   tingkat   kinerja   guru   dapat   disimpulkan   antara   lain:   tingkat  kesejahteraan (reward system), lingkungan atau iklim kerja guru, desain karir  dan   jabatan   guru,   kesempatan   untuk   berkembang   dan   meningkatkan   diri,  motivasi atau semangat kerja, pengetahuan, keterampilan dan karakter pribadi  guru.

3.

 Reward and Punishment

         Munculnya  reward and punishment  tidak dapat dilepaskan dari aliran  Behaviorisme. Menurut Pawenang (2009):

“Behaviorisme Klasik diawali oleh Ivan Petrovitsh Pavlov (1913), dari  penelitian   ini   Pavlov   menemukan   adanya   Refleks   Terkondisi  (Conditioned Reflex).  Refleks terkondisi ini berkaitan dengan tiga hal,  yaitu: struktur instingtual yang bersifat genetik, organisme bereaksi yang  berwujud refleks, dan stimulus atau rangsangan. Ketiga hal ini menurut  Pavlov   dapat   dikondisikan   atau   bahkan   dikembangkan   dengan  melakukan pelatihan­pelatihan secara buatan. Tekanannya adalah untuk  memperkuat rangsangan, sehingga akan terjadi refleks alami atau insting  yang dapat dialihkan. Semua kegiatan yang berkaitan dengan hal ini  bersifat fisiologis, bukan proses batin. Kelompok ini yang kemudian  terkenal   dengan   sebutan   behaviorisme,   yang   umumnya   mengatakan  bahwa   proses   batin   tidak   diperlukan.   Yang   ada   hanyalah   stimulus­ respons atau rangsangan dan jawaban. Temuan penelitian ini ternyata 

(10)

kemudian menjadi rujukan bagi keilmuan manajemen. Bahkan setelah  diterapkan dalam kegiatan untuk meningkatkan kinerja manusia semakin  mendapatkan keabsahannya, terutama dalam militer dan manajemen”.          Dari  kutipan di atas dapat diketahui bahwa manusia dikembangkan  berdasarkan stimulus­respons, maka akan berdampak pada terjadinya manusia  yang terdeterminasi  dan seolah tidak punya kebebasan kehendak. Karena,  unsur batin diabaikan dan pengembangannya melulu penguatan pada ranah  fisiologis   semata.   Sehingga,   teori   ini   dipertanyakan   oleh   para   pemikir  beraliran psikologis tentang keakuratan teori ini. Menurut Pawenang (2009):

Behaviorisme a la Pavlov ini dikritik oleh penerusnya yaitu B.F. Skinner  (1904­1990) dalam tulisannya berjudul “beyond Freedom and Dignity”  (1961). Skinner memulai pendapatnya dengan berbasis tinjauan psikologi  yang   meneliti   hubungan   antara  organisme   dan   lingkungan.   Program  Skinner   diberi   nama  teknologi   kelakuan.   Fokusnya   adalah  melihat  hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan. Teknologi kelakuan  yang dikembangkan  Skinner ini didasarkan pada  keyakinannya bahwa  hubungan   antara  perilaku   manusia   dan   lingkungan   dapat  direkayasa  dengan   melakukan   pemerkuatan  (reinforcement)   melalui   pemberian  ganjaran   dan   hukuman,   serta  menempatkan   posisi   manusia   sebagai  sistim fisik yang berhubungan dengan  kondisi spesies manusia. Atas  pemikirannya itu Skinner perlu merasa perlu untuk membedakan antara  bahasa   batin  dengan  bahasa  behaviorisme.   Kesesuaian   teori   Skinner  dengan teori­teori lain ini semakin memperkuat  sumbangan teori ini  untuk mengadakan  rekayasa perilaku manusia dalam suatu  organisasi  agar dapat lebih efektif dan efisien. Rekayasa perilaku ini yang kemudian  menjadi inti yang banyak dikembangkan oleh keilmuan manajemen.

(11)

3.1.

Reward

      "Reward  adalah   ganjaran,   hadiah,   penghargaan   atau   imbalan   yang  bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki  atau meningkatkan kinerja yang telah dicapai” (Nugroho, 2006). Menurut  Simamora (2004): “reward adalah insentif yang mengaitkan bayaran atas dasar  untuk   dapat   meningkatkan   produktivitas   para   karyawan   guna   mencapai  keunggulan yang kompetitif”.    

         Menurut Ivancevich, dkk. (2006): “tujuan utama dari program  reward  adalah menarik orang yang memiliki  kualifikasi  untuk bergabung dengan  organisasi,   mempertahankan   karyawan   agar   terus   datang   untuk   bekerja,  mendorong karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi”.      Menurut Ivancevich, dkk. (2006) reward dibagi menjadi dua jenis yaitu:  a.Penghargaan ekstrinsik (ekstrinsic rewards) adalah suatu penghargaan  yang datang dari luar diri orang tersebut.  1) Penghargaan finansial  a) Gaji dan upah 

Gaji   adalah   balas   jasa   dalam   bentuk   uang   yang   diterima  karyawan sebagai konsekuensi dari kedudukanya sebagai seorang  karyawan   yang   memberikan   sumbangan   tenaga   dan   pikiran  dalam mencapai tujuan perusahaan. Upah adalah imbalan yang  dibayarkan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan  atau banyaknya pelayanan yang diberikan.  b) Tunjangan karyawan seperti dana pensiun, perawatan di rumah  sakit dan liburan.  c)Bonus/insentif adalah tambahan­tambahan imbalan di atas atau di  luar gaji/upah yang diberikan organisasi  2) Penghargaan non finansial:  a) Penghargaan interpersonal 

Atau   biasa   yang   disebut   dengan   penghargaan   antar   pribadi,  manajer memiliki sejumlah kekuasaan untuk mendistribusikan  penghargaan inter personal, seperti status dan pengakuan.  b) Promosi 

(12)

Manajer menjadikan penghargaan promosi sebagai usaha untuk  menempatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat.  b. Penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) adalah suatu penghargaan yang 

diatur oleh diri sendiri.  1) Penyelesaian (completion) 

Kemampuan   memulai   dan   menyelesaikan   suatu   pekerjaan   atau  proyek merupakan hal yang sangat penting bagi sebagian orang.  2) Pencapaian (achievement) 

Pencapaian   merupakan   penghargaan   yang   muncul   dalam   diri  sendiri, yang diperoleh ketika seseorang meraih suatu tujuan yang  menantang. 

3) Otonomi (autonomy) 

Sebagian   orang   menginginkan   pekerjaan   yang   memberikan   hak  untuk mengambil keputusan dan bekerja tanpa diawasi dengan ketat. 

  

3.2.

Punishment

         Menurut Mangkunegara (2000) “punishment  adalah ancaman hukuman  yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja karyawan pelanggar, memelihara  peraturan   yang   berlaku   dan   memberikan   pelajaran   kepada   pelanggar”.  Menurut Ivancevich, dkk. (2006) “punishment didefinisikan sebagai tindakan  menyajikan   konsekuensi   yang   tidak   menyenangkan   atau   tidak   diinginkan  sebagai hasil dari dilakukannya perilaku tertentu”. 

         Punishment  merupakan konsekuensi dari perilaku yang negatif, tujuan 

pemberian punishment ini bermacam­macam, salah satunya adalah teori tujuan  pemberian  punishment  yang   dikemukakan   oleh   Purwanto   (1993)   sebagai  berikut:

a. Teori Pembalasan 

        Hukuman   diadakan   sebagai   pembalasan   terhadap   kelalaian   dan  pelanggaran yang telah dilakukan seseorang (karyawan). 

(13)

b. Teori Perbaikan 

Hukuman diberikan untuk membasmi kejahatan, untuk memperbaiki si  pelanggar agar jangan berbuat kesalahan itu lagi. 

c. Teori Perlindungan 

Hukuman   diadakan   untuk   melindungi   masyarakat   dari   perbuatan­ perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat  dapat dilindungi dari kejahatan­kejahatan yang telah dilakukan oleh si  pelanggar.  d. Teori Ganti Rugi  Hukuman diadakan untuk mengganti kerugian­ kerugian yang telah  diderita akibat dari kejahatan atau pelanggaran.  e. Teori Menakut­ nakuti 

Hukuman   diadakan   untuk   menimbulkan   perasaan   takut   kepada   si  pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar itu sehingga selalu takut  melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya. 

        Menurut Veithzal (2005) jenis­jenis  punishment  dapat diuraikan seperti  berikut:  a. Hukuman ringan, dengan jenis:  1)Teguran lisan kepada karyawan  2) Teguran tertulis  3) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis  b. Hukuman sedang, dengan jenis:  1) Penundaan kenaikan gaji yang sebelumnya telah direncanakan  2)   Penurunan   gaji   yang   besarannya   disesuaikan   dengan   peraturan 

perusahaan  3) Penundaan kenaikan pangkat atau promosi  c. Hukuman berat, dengan jenis:  1) Penurunan pangkat atau demosi  2) Pembebasan dari jabatan  3)Pemberhentian kerja atas permintaan karyawan yang bersangkutan  4)Pemutusan hubungan kerja sebagai karyawan di perusahaan           Dengan adanya pendapat para ahli diatas maka dapat diketahui bahwa 

reward  adalah   suatu   penghargaan   atau   imbalan   yang   diberikan   kepada 

(14)

sebagai tindakan menyajikan konsekuensi yang tidak menyenangkan atau tidak  diinginkan sebagai hasil dari dilakukannya perilaku tertentu.        Manfaat pemberian reward and punishment adalah untuk meningkatkan  kinerja karyawan atau pegawai. Karena pada dasarnya pegawai atau karyawan  merasa senang apabila pekerjaannya dihargai, apalagi diberi imbalan. Hal  tersebut dapat memacu kinerja karyawan menjadi lebih baik lagi. Begitu pula  pemberian punishment, walaupun sifatnya negatif, punishment bisa dijadikan  sebagai suatu alat ”paksaan” agar pegawai atau karyawan tidak melanggar  peraturan yang telah diterapkan dalam suatu organisasi, sehingga untuk jangka  panjang dapat pula meningkatkan kinerja pegawai atau karyawan tersebut.      Cara pemberian reward and punishment bermacam­macam. Untuk reward  dapat   berupa   finansial   dan   non   finansial.  Reward  finansial   dapat   berupa  imbalan dalam bentuk gaji yang disesuaikan dengan kinerja, jadi   pegawai  dengan   kinerja   lebih   baik   akan   mendapatkan   gaji   lebih   tinggi   daripada  pegawai lainnya. Atau bisa juga, pegawai dengan jam kerja lebih banyak akan  mendapatkan gaji lebih tinggi pula. Selain gaji, reward finansial dapat berupa  tunjangan. Misalnya tunjangan liburan untuk pegawai berkinerja baik. Reward  finansial juga bisa berupa bonus atau insentif untuk pegawai dengan kinerja  baik. Sedangkan reward non finansial dapat berupa promosi untuk menduduki  jabatan   tertentu   atau   dapat   berupa   sanjungan   interpersonal   secara   lisan.  Dengan adanya penghargaan atau imbalan tersebut, pegawai terpacu untuk  meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerjanya. Karena pada dasarnya, setiap  orang   menyukai   jika   hasil   kerjanya   dihargai.   Pemberian  punishment  didasarkan   pada   berat   atau   ringannya   pelanggaran   yang   dilakukan   oleh  pelanggar. Punishment ringan dapat berupa teguran secara lisan atau tertulis. 

Punishment  sedang dapat berupa penundaan pemberian gaji atau tunjangan, 

(15)

tertentu. Sedangkan  punishment  berat dapat berupa penurunan jabatan atau  pangkat, bahkan bisa berupa pemberhentian kerja. Dengan adanya pemberian 

punishment  tersebut   diharapkan   pelanggar   tidak   akan   mengulangi 

kesalahannya lagi.

4.

Penelitian yang Relevan

       Menurut Susilo, dkk. (2012), pada penelitian mereka yang berjudul  “Pengaruh  Reward  dan  Punishment  Terhadap Kinerja” yang menggunakan  pendekatan   kuantitatif   dengan   metode   penelitian   survei,    Reward  dan 

Punishment secara simultan memberikan kontribusi terhadap variabel kinerja  karyawan sebesar 54,8%. Reward mempunyai kontribusi lebih besar daripada  punishment karena persepsi karyawan tentang reward adalah sesuatu yang baik  sedangkan punishment sebagai sesuatu yang buruk, oleh karena itu karyawan  akan lebih condong untuk memilih reward.        Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Susilo, dkk. tersebut dapat  diketahui bahwa strategi pemberian reward and punishment dalam manajemen  sumber   daya   manusia   memang   terbukti   mampu   meningkatkan   kinerja  karyawan. Bahkan kinerja karyawan tersebut mampu meningkat lebih dari  50%. Sehingga, dapat diketahui bahwa pemberian  reward and punishment  merupakan   suatu   langkah   efektif   dalam   meningkatkan   kinerja   karyawan.  Karena pada dasarnya, manusia menyukai hasil kerjanya dihargai.

        Hasil penelitian Susilo, dkk. tersebut  berbeda dengan hasil penelitian  yang   dilakukan   oleh   Nurmiyati.   Berdasarkan   hasil   penelitian   Nurmiyati  (2011),  reward and punishment  tidak terkait maksimal dalam meningkatkan  kinerja karyawan. Karena, peningkatan kinerja hanya dipengaruhi oleh faktor 

(16)

reward  sebesar   11,36%,   sedangkan   faktor  punishment  hanya   dapat 

meningkatkan kinerja karyawan sebesar 1,04%. 

        Berdasarkan hasil penelitian Nurmiyati, sebenarnya pemberian reward 

and punishment  mampu meningkatkan kinerja karyawan, walaupun secara 

statistik tidak sebesar peningkatkan kinerja karyawan pada penelitian Susilo,  dkk.   Kemungkinan   apabila   pemberian   strategi  reward   and   punishment  dilakukan secara kontinyu, kinerja karyawan dapat meningkat lebih optimal.           Pemberian strategi  reward and punishment dilakukan secara kontinyu  pada penelitian Harjoko yang berjudul Upaya Meningkatkan Disiplin Guru  dalam   Kehadiran   Mengajar   di   kelas   Melalui   Penerapan   Reward   and 

Punishment  di SD Negeri 3 Gombang Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten 

Semester II Tahun Ajaran 2010/2011. Menurut Harjoko (2012) kinerja guru  meningkat setelah dilakukan tindakan yang berupa penerapan  Reward and 

Punishment  selama dua siklus. Peningkatan  tersebut  meliputi  peningkatan 

dalam   menyusun   program   sekolah,   membuat   administrasi,   melaksanakan  evaluasi hingga pada kedisiplinan masuk kelas, melaksanakan pembelajaran,  menilai prestasi belajar, dan melaksanakan tindak lanjut penilaian prestasi  belajar siswa. Pada siklus kedua, kedisiplinan guru dalam kehadiran di kelas  pada proses belajar mengajar meningkat dan memenuhi indikator yang telah  ditetapkan sebesar 75%. 

      Upaya  peningkatan  kinerja  guru  dengan  menggunakan  reward  juga  dilakukan dalam penelitian Jurman yang berjudul  Budaya Organisasi dalam  Meningkatkan Kinerja Guru pada SMA Negeri 1 Simeulue Timur. Menurut  Jurman (2014) sistem pemberian motivasi terhadap guru dalam meningkatkan  kinerjanya pada SMA Negeri 1 Simeulue Timur Kabupaten Simeulue dengan  menerapkan  reward  kepada   guru   yang   berprestasi   baik   secara   langsung  maupun tidak langsung.  Reward  dalam bentuk langsung diantaranya pihak 

(17)

sekolah memberikan insentif yang sifatnya tidak mengikat, sedangkan reward  tidak langsung pihak sekolah memberikan kesempatan mengikuti pelatihan  (workshop),   promosi   jabatan,   kesempatan   untuk   melanjutkan   studi,   dan  sebagainya.

     Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa strategi pemberian 

reward  and punishment  dalam manajemen sumber daya manusia di suatu 

organisasi terbukti mampu meningkatkan kinerja karyawan/pegawai. Strategi  pemberian reward and punishment tersebut harus dilakukan secara kontinyu,  agar peningkatan kinerja karyawan/ pegawai lebih optimal. Pemberian reward  dapat berupa penghargaan langsung maupun tak langsung, dan dapat bersifat  finansial   maupun   non   finansial.   Sedangkan   pemberian  punishment  dapat  berupa hukuman tertulis maupun tidak tertulis.

         Jika dibandingkan dengan beberapa penelitian di atas, penelitian ini  mempunyai beberapa perbedaan, yaitu selama ini Kepala Sekolah SMP Negeri  2   Dempet   sudah   menerapkan   pemberian  reward   and   punishment  untuk  meningkatkan kinerja guru, tetapi belum dibuat panduannya. Sehingga, hal ini  mempermudah   dalam   penelitian   dan   pembuatan   produk,   yaitu   panduan 

reward and punishment. Pemberian reward and punishment dilakukan secara 

kontinyu sehingga lebih efektif untuk meningkatkan kinerja guru. Selain itu,  penelitian   ini   dilakukan   di   sekolah   negeri,   sehingga   lebih   mudah   dalam  penerapan pemberian reward and punishment, karena baik sekolah dan guru  terikat secara kedinasan.

(18)

Kerangka pikir penelitian digambarkan dalam bagan pada bagan dibawah  ini.

Pada bagan tersebut dijelaskan bahwa kondisi kualitas peserta didik saat  ini yang belum memuaskan jika dibandingkan dengan teori, maka dilakukan  suatu   tindakan   untuk   meningkatkan   kinerja   guru   dengan   cara   pemberian  reward   and   punishment.   sehingga   hasil   yang   diharapkan   adalah   adanya  peningkatan kualitas guru.

Referensi

Dokumen terkait

mesin, hasil penelitian yang didapat menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan daya dan torsi terbesar serta konsumsi bahan bakar yang rendah dapat dilakukan dengan

Ujian praktik dilaksanakan dengan maksud mengukur keterampilan peserta didik dalam aspek membaca dan hafalan Al-Qur’an, dan jenis-jenis praktik ibadah dalam

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Taufik, Rahmat, Inayah, serta Hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul:

Secara keseluruhan Bahan Ajar Fisika Berbasis Majalah Siswa Pintar Fisika (MSPF) Pada Pembelajaran IPA di SMP (Pokok Bahasan Gerak pada Benda) ini telah dikategorikan baik

Dalam hal ini siswa harus selalu berusaha membebaskan diri melindungi bola dan bergerak maju melakukan gerakan dan tipuan dalam mengiring bola sehubungan

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat efek interaksi hari dan dosis terapi kombinasi ekstrak etanol 80 % daun

Pada bulan Juli 2020, kondisi anomali suhu permukaan laut di perairan Indonesia pada umumnya berada pada kondisi normal dengan anomali suhu berkisar –0.5°C s/d

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan