• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 permasalahan, pertanyaan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan

1.1 Latar Belakang Masalah

Anggaran merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kegiatan organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang dinyatakan dalam ukuran keuangan untuk periode tertentu. Ukuran keuangan dari anggaran ini yang biasanya dijadikan sebagai tolak ukur efektivitas dan efesiensi kegiatan organisasi. Selain itu, anggaran juga dianggap sebagai alat perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi. Anggaran harus dapat memuat visi dan misi organisasi dan harus dapat memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan program pemerintah (Mardiasmo, 2005). Kennis (1979) menambahkan anggaran juga harus berfungsi sebagai alat koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja, dan pemotivasi pegawai (Kennis, 1979).

Kegiatan dalam penyusunan anggaran merupakan hal yang penting dan kompleks. Anggaran dapat memiliki dampak fungsional dan disfungsional terhadap sikap dan perilaku organisasi (Milani, 1975). Dampak disfungsional ini seperti kebocoran anggaran. Untuk mencegah hal tersebut, maka anggaran haruslah dapat memotivasi individu dalam organisasi, Anggaran sebaiknya bersifat menantang tapi dapat dicapai dan menuntut tapi dapat diraih sehingga

(2)

dapat memotivasi pegawai agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan yang ditetapkan (Mardiasmo, 2005).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan APBD adalah tugas dan wewenang kepala daerah (gubernur/bupati/walikota). APBD kemudian diajukan kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. Dalam penyusunan anggaran, kepala daerah mendapatkan usulan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka menjalankan program di unit kerja yang sesuai dengan peraturan daerah. Dapat disimpulkan bahwa penyusunan APBD membutuhkan partisipasi dari seluruh SKPD di masing-masing daerah. APBD yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan dijadikan sebagai landasan bagi pemerintah daerah untuk pelaksanaan kegiatannya.

Berbagai teori mengatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran yang dilakukan oleh manajer dapat meningkatkan kinerjanya. Pada sektor publik partisipasi dalam penyusunan anggaran terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislatif, dan masyarakat bekerja sama dalam pembuatan anggaran (Sardjito dan Muthaher, 2007). Kerja sama ini diharapkan dapat memotivasi para pihak untuk melaksanakan program yang tertuang dalam anggaran yang dibuat.

Tingkat partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran juga akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula dari para pihak khususnya manajer (Sord dan Welsch, 1995 dalam Sardjito dan Muthaher,

(3)

2007). Partisipasi anggaran akan membuat bawahan menjadi lebih setia dan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan atasan sehingga kinerja manajerial meningkat (Azmi, 2011). Hal ini didasarkan pada pemikiran, jika manajer diikutsertakan dalam penyusunan anggaran, tujuan dari anggaran tersebut akan terinternalisasi ke dalam diri manajer sehingga memunculkan rasa tanggung jawab (Govindarajan, 1986). Tanggung jawab ini memunculkan komitmen karena adanya pola pikir bahwa mereka memiliki pengaruh atas anggaran tersebut sehingga memotivasi mereka untuk memberikan kinerja lebih baik demi tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Mardiasmo (2005), kinerja dari manajer publik akan dinilai berdasarkan berapa yang berhasil dicapai dan dihubungkan dengan anggaran yang ditetapkan. Anggaran yang dibuat harusnya dapat memotivasi manajer untuk bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisiens guna mencapai target dan tujuan yang ditetapkan. Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, manajer tingkat atas (top manager) adalah kepala SKPD sehingga kegagalan dalam mengoptimalisasikan anggaran yang dibuat akan menjadi tanggung jawab dari kepala SKPD.

Partisipasi dalam penyusunan anggaran yang dilakukan oleh kepala SKPD di kabupaten tangerang belum dapat meningkatkan kinerjanya. Hal ini disoroti oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten Tangerang. Pemerintah daerah kabupaten Tangerang memiliki tingkat SilPa (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) yang tinggi pada tahun 2014. DPRD kabupaten Tangerang menilai tingginya SilPa diakibatkan oleh lemahnya perencanaan dan

(4)

ketidakmampuan kepala SKPD dalam menjalankan program yang menjadi tugas dan wewenangnya (www.tangerangsatu.com). Kepala SKPD dinilai belum memberikan kinerja yang optimal guna mewujudkan sasaran dari anggaran. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat terwujudnya visi dan misi kabupaten Tangerang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian empiris terhadap pengaruh partisipasi yang dilakukan oleh kepala SKPD terhadap peningkatan kinerjanya.

Penelitian terkait dengan pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial masih mengalami perdebatan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukan hasil yang tidak konsisten. Penelitian Brownell dan Mc. Innes (1986), Frucot dan White (2006), Sardjito dan Muthaher (2007), dan Azmi (2011) menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Milani (1975), Ompusunggu dan Buwono (2006), yang menemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial.

Hasil yang tidak konsisten ini dikarenakan adanya variabel kontijensi,. Penelitian yang dilakukan oleh Brownell (1982) mengkaji faktor-faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Faktor-faktor tersebut adalah budaya, organisasi, antar individual, dan individual. Budaya organisasi sebagai salah satu faktor merupakan hal yang penting ketika dilakukan upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pegawai didalamnya (Pattipawae, 2011).

Banyak yang belum menyadari bahwa budaya dalam suatu organisasi akan mempengaruhi perilaku dari pegawai termasuk manajer. Budaya organisasi

(5)

yang kuat akan mengarahkan perilaku manajer mengenai apa yang harus dilakukan dan diharapkan (Poerwanto, 2008). Budaya organisasi akan memberikan standar kepada anggotanya terkait mana yang harus atau tidak dilakukan. Budaya organisasi juga dianggap sebagai standar perilaku dalam organisasi sehingga efektifitas dari pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial akan tergantung kepada budaya organisasi yang ada.

1.2 Rumusan Permasalahan

Terkait dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang telah melaksanakan partisipasi anggaran. Manajer-manajer publik pada tingkatan tertentu, seperti kepala dinas atau kepala bagian atau kepala bidang atau kepala sub dinas dan kepala sub bagian/sub bidang/seksi telah diikutsertakan dalam penyusunan anggaran. Akan tetapi, kondisi yang terjadi saat ini, ternyata kinerja manajerial pemerintah daerah kabupaten Tangerang masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan masih lemahnya tingkat perencanaan anggaran yang dilakukan sehingga beberapa kegiatan menjadi terhambat. Salah satu kegiatan tersebut seperti belum terealisasinya kartu sehat untuk masyarakat miskin yang dicanangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang hingga tahun 2013. Terhambatnya program ini menyebabkan pelayanan publik yang belum memadai sehingga terjadi kasus penolakan pasien kurang mampu di RSUD kabupaten Tangerang dan RSUD Balaraja dengan alasan kamar penuh tanpa adanya rujukan ke rumah sakit lain (www.tangerangnews.com)

(6)

Partisipasi anggaran sebagai salah satu aspek perilaku dalam penganggaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer publik. Akan tetapi, penelitian terkait pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial masih menunjukan hasil yang tidak konsisten. Ketidakkonsistenan pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial terjadi karena bergantung pada faktor-faktor situasional. Faktor situasional ini lebih dikenal juga dengan istilah variabel kontijensi (Sardjito dan Muthaher, 2007). Salah satu faktor kontijensi yang akan mempengaruhi sistem pengendalian seperti anggaran adalah budaya organisasi (Lubis, 2011). Budaya juga dianggap sebagai perekat organisasi (Azmi, 2011). Idealnya organisasi dengan budaya yang kuat akan membuat pegawai dan organisasinya dapat berjalan selaras sehingga akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut penelitian yang menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial yang dimoderasi oleh budaya organisasi masih perlu untuk dilakukan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan pada permasalahan penelitian ini adalah:

1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial

2. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial yang dimoderasi oleh budaya organisasi

(7)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Tujuan lainnya adalah menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan dimoderasi oleh budaya organisasi. Penelitian dilakukan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.

1.5 Motivasi Penelitian

Belum optimalnya pelaksanaan program-program yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang mengindikasikan belum baiknya kinerja manajer publik seperti kepala SKPD. Partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan mampu untuk meningkatkan kinerja manajer. Hal ini perlu di teliti secara empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang. Selain itu, penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial masih menunjukan hasil yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena adanya faktor situasional atau kondisional. Mpaata dan Handoko (1998) mengemukakan budaya dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi dengan kinerja yang diharapkan. Pendapat ini harus diteliti dengan menghubungkan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial yang dimoderasi oleh budaya organisasi. Penelitian yang ada kebanyakan hanya mengarah kepada sektor swasta sehingga penelitian terhadap sektor publik khususnya pemerintah daerah masih perlu dilakukan.

(8)

1.6 Kontribusi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan diharapkan memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Kontribusi ilmiah dengan menjadi wahana yang efektif dalam menambah dan mengasah wawasan dan pemahaman mengenai pentingnya pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan dimoderasi oleh budaya organisasi.

2. Kontribusi praktik dengan memberikan sumbangan informasi yang dapat dipakai sebagai bahan evaluasi terkait pentingnya partisipasi anggaran dalam meningkatkan kinerja manajerial dengan budaya organisasi sebagai variabel moderasi.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan tesis. Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bab kerangka pembahasan sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian yang akan menjadi fokus dari penelitian yang dilakukan, tujuan dari penelitian yang dilakukan, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, proses penelitian, dan sistematika penulisan.

(9)

2. Bab 2 Tinjauan Literatur dan Hipotesis

Bab ini menjabarkan mengenai teori dan pengertian terkait dengan variabel yang diteliti dan dibahas pada tesis ini. Selain itu, penjelasan lanjutan mengenai pengembangan hipotesis penelitian.

3. Bab 3 Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan terkait dengan objek penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data menggunakan SPSS Versi 22.

4. Bab 4 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan temuan berdasarkan hasil olah data oleh SPSS Versi 22 baik validitas dan realibilitas data, uji asumsi klasik. maupun uji hipotesis, ringkasan dan pembahasan terkait hasil pengujian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

5. Bab 5 Simpulan dan Rekomendasi

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan tesis. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan dan rekomendasi bagi instansi yang terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Sekretariart Daerah Kabupaten Lingga Tahun 2016 berorientasi pada. kepentingan

Ketika saya sedang konsentrasi rnendengarkan pe1ajaran, seke1ornpok ternan yang duduk dibelakang saya rnengobrol dengan suara keras sehingga saya rnerasa terganggu,

And we need to keep reminding ourselves why companies like Apple and Walmart and Nike are assuming the responsibility for the auditing of supply chains: it is enhancing their power

bergabung dengan partai politik yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 dengan membentuk partai politik baru dengan nama dan tanda gambar baru sehingga

 Melakukan kegiatan observasi dengan teknik wawancara tentang pengetahuan produk rekayasa yang dibuat berdasarkan rangkaian pengubah besaran listrik, bahan dasar dari alam,

Jika suatu ketika dia jatuh sakit yang serius, dalam pikirannya akan timbul seperti ini: “Saya tidak pernah melakukan suatu perbuatan baik, tidak pernah melakukan suatu

Investasi pada modal bank, entitas keuangan dan asuransi diluar cakupan konsolidasi secara ketentuan, net posisi short yang diperkenankan, dimana Bank tidak memiliki lebih dari

Media tanam sebagai tempat benih/biji berkecambah harus terjamis dari segi ketersediaan nutrisinya, kelembaban dan strukturnya baik. Selain itu ketersediaan air dalam