Implementasi Sistem ERP
Sistem ERP merupakan sistem yang besar
dan kompleks
Berpengaruh pada sebagian besar departemen
Volume data sangat besar
Investasi tidak sedikit
Keberhasilan implementasi dipengaruhi banyak aspek
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Infrastructure, manufacturing, IT maturity, goverment, business size, regional, BPR experience
Isu Manajemen Proyek
ERP merupakan hal yang sangat kritis bagi
efisiensi organisasi, oleh karena itu diperlukan
perencanaan proyek yang cermat.
Berbagai isu manajemen proyek yang harus
diperhatikan :
◦
Estimasi waktu : penentuan skala prioritas,
fleksibilitas jadwal, harus ditentetukan dengan
cermat.
◦
Jenis sistem ERP yang akan diadopsi : Sistem
yang diadopsi utuh dari vendor biasanya
dengan modifikasi minimal. Tujuan utama
adalah implementasi ERP yang tepat untuk
organisasi.
Faktor Keberhasilan
Critical success factor keberhasilan
implementasi sistem ERP [OLS-2004]:
◦
Pemahaman yang jelas atas sasaran strategis
◦
Komitmen dari seluruh jajaran manajemen
◦
Implementasi manajemen proyek yang baik
◦
Tim implementasi yang baik
◦
Rekayasa ulang proses bisnis
◦
Komitmen organisasi untuk berubah
◦
Pendidikan dan pelatihan yang intensif
◦
Data yang akurat
◦
Sosialisasi dan komunikasi yang intensif
◦
Pengukuran kinerja yang jelas dan fokus
◦
Dapat mengatasi isu secara bertahap
Langkah-langkah Implementasi
Secara garis besar terdapat tiga pendekatan umum
[OLS-2004] :
Penggunaan satu paket utuh (vendor tunggal)
Kombinasi dari berbagai vendor (multi vendor) Kostumisasi atau membuat sendiri sistem ERP
Biasanya dipilih pendekatan yang sesuai dengan
kemampuan perusahaan serta skenario implementasi
jangka panjang.
Langkah-langkah umum implementasi ERP tidak jauh
berbeda dengan tahapan sistem informasi lainya :
1) Membangun organisasi tim proyek
2) Menentukan pendekatan implementasi 3) Membangun rencana implementasi
Struktur Organisasi
Implementasi ERP harus dikelola oleh sekelompok
tim yang dibentuk khusus untuk implementasi
Komite Pengarah : terdiri atas perwakilan klien dan para
eksekutive unit bisnis. Anggota tim ini harus diwakili oleh semua area yang dipengaruhi ERP.
Staf Teknologi Informasi Internal : Manajer, Programmer, Analis, dan Dukungan Teknik
User Utama Internal
Bentuk Umum Struktur Organisasi Tim Implementasi ERP
[SAT-2000]
Komite Pengarah
Tim Proyek
Dukungan Administratif
Pokja Logistik PengembanganPokja Tim Pokja SDM
Pokja Akunting
Siklus Hidup Pengembangan ERP
1)
Perencanaan
Langkah awal : membentu komite pengarah
Tugas utama komite ini adalah mengidentifikasi tujuan
utama dan ruang lingkup proyek ERP, menentukan
manajer proyek dan tim lainya.
Tugas tim proyek pada fase ini :
Mendefinisikan masalah yang akan diselesaikan ERP dan Ruang lingkupnya
Mengevaluasi alternatif pendekatan pada ERP
2) Analisis
◦ Komite pengarah telah sepakat menjalankan sistem ERP dan mungkin telah menentukan pendekatan yang akan dilakukan.
◦ Mengumpulkan informasi dan mendefinisikan kebutuhan dari berbagai fungsi di organisasi.
◦ Memilih vendor ERP dan mengevaluasi vendor yang dapat
memenuhi kebutuhan dan merekomendasi kepada tim pengarah.
◦ Tanggung jawab utama tim pada fase ini adalah
mengeidentifikasi rekayasa ulan proses bisnis yang diperlukan berdasarkan paket software.
◦ Jika vendor dipilih perwakilan vendor atau pihak konsultan dapat dilibatkan dalam proses analisis.
◦ Pada akhir analisis idalnya dihasilkan prototipe sistem ERP diberbagai area untuk disimulasi dan diinterasikan.
3) Desain
Tingkat desain tergantung pada pendekatan ERP.
Jika dipilih satu paket maka antarmuka sebagian besar telah ditentukan, kostumisasi hanya dibagian minor.
Jika dipilih kostumisasi paket, desain antarmuka menjadi lebih lama. Aspek desain lainya yang cukup penting adalah hardware,
karena semua fungsi bisnis akan menggunakan sumber daya yang sama
Pada fase ini pengguna akhir (end user) harus mendapatkan pelatihan intensif atas paket ERP.
Pada fase ini kemungkinan akan terjadi beberapa rekayasa ulang proses bisnis.
4) Implementasi
Untuk pendekatan kesatuan paket, program sudah dirancang dan diterapkan permodul.
Beberapa modul harus dikonfigurasicmenjadi sistem yang terpadu.
Setelah modul selesai dikonfigurasi selanjutnya dilakukan validasi dengan beberapa kali iterasi dan beberapa kali revisi hingga sistem siap dijalankan.
Membuat dokumentasi seluruh sistem dan memberikan pelatihan
pengguna sistem.
5) Dukungan Teknis
Tujuan pada fase ini untuk menjamin keberhasilan sistem jangka pendek dan jangka panjang.
Meski pelatihan telah diberikan tetap masih diperlukan dukungan teknis.
Elemen penting lain adalah pemeliharaan sistem ERP.
Pemeliharaan adaptif diperlukan jika mengupgrade versi paket dan modul atau terjadi kostumisasi.
Pemeliharaan perspektif diperlukan untuk memilihara kinerja sistem agar tetap optimal.
Pendistribusian Data Base
Pendistribusian Data Base
Dalam sebuah database terdistribusi, database disimpan pada beberapa komputer. Komputer-komputer dalam sebuah sistem terdistribusi berhubungan satu sama lain melalui bermacam-macam media komunikasi seperti high-speed buses atau telephone line.
Sebuah sistem database terdistribusi berisikan sekumpulan site, di mana tiap-tiap site dapat berpartisipasi dalam pengeksekusian transaksi-transaksi yang mengakses data pada satu site atau beberapa site. Tiap-tiap site dapat memproses transaksi lokal yaitu sebuah transaksi yang mengakses data pada satu site di mana transaksi telah ditentukan.
Sebuah site juga dapat mengambil bagian dalam mengeksekusi transaksi global yaitu transaksi yang mengakses data pada site yang berbeda di mana transaksi telah ditentukan, atau transaksi yang mengakses data pada beberapa site yang berbeda.
Ada 2 aspek penting dari DDB :
Distribusi : data tidak disimpan pada tempat (prosesor) yang sama, sehingga DDB dapat dibedakan dari database tunggal, sentralisasi
Korelasi logika : data memiliki property yang berhubungan sehingga DDB dapat dibedakan dari sekumpulan database local atau file yang disimpan pada tempat yang berbeda pada jaringan komputer.
DB1 DB2 C 1 C2 T T .com .net DB3 C3 T
Site-site dalam database terdistribusi dihubungkan secara fisik dengan berbagai cara. Beberapa topologi digambarkan sebagai sebuah graph yang simpulsimpulnya bersesuaian dengan site. Sebuah edge dari simpul A ke simpul B bersesuaian dengan sebuah hubungan langsung antara dua site. Beberapa konfigurasi (bentuk) digambarkan sebagai berikut:
Fully Connected network :
Keuntungan : kalau salah satu node rusak, yang lainnya masih dapat berjalan (tetapi biaya mahal).
Kerugian : control management tidak terjamin
Fully connected network
A B
C
D E
Partially connected network :
Keuntungan : reliability rendah, biaya dapat ditekan
Kerugian : control management tidak terjamin
Partially connected network
A
B C
D E
Structured Network
Ring network
Star network
Gambar 2. Topologi network
A B C D E F A B C D E F
Lampiran
Konfigurasi Access Point
Untuk memulai konfigurasi access point ini, lakukan langkah-langkah berikut secara sistematis :
1. Sama seperti mengkonfigurasikan access point lainnya, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyamakan address antara access point dengan sebuah laptop sehingga alamatnya berada pada satu network. Secara default, IP yang tertera pada label access point jenis ini adalah 192.168.1.1 dan netmask 255.255.255.0.
2. Setelah itu, nyalakan access point. Perhatikan adaptor yang digunakan, apakah voltage-nya sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada label access point atau tidak. Jika tidak, maka sebaiknya jangan menyalakan access point tersebut dengan adaptor yang tidak sesuai.
3. Setelah itu koneksikan access point dengan laptop dengan menggunakan kabel straight.
4. Buka sebuah web browser pada laptop, kemudian ketikkan alamat IP default dari access point tersebut. Sebelumnya saya telah menjelaskan bahwa IP default access point jenis ini adalah 192.168.1.1, namun pada praktek ini saya menggunakan access point yang IP address-nya diubah yaitu 10.10.7.1 Maka ketikkan IP 10.10.7.1 pada address bar, lalu tekan Enter pada keyboard.
5. Setelah itu akan muncul sebuah kotak dialog Authentication Required. Isikan username dengan admin dan isikan password dengan admin. Kemudian klik OK.
Contoh Tampilan (lanjut...)
7. Klik teks "Network" pada jendela sebelah kiri untuk mengatur tipe jaringan (Static IP / DHCP), main IP dari access point (IP local), dan subnet mask. Jika IP access point diubah dari IP default-nya, maka halaman web akan menghilang. Untuk menampilkannya kembali, ubah IP laptop sehingga menjadi se-network dengan IP access point yang baru. Setelah semua pengaturan selesai, klik Save. Contoh :
8. Setelah itu lakukan pengaturan wireless dengan meng-klik teks Wireless pada jendela sebelah kiri kemudian pilihWireless Setting.
9. Pengaturan yang perlu dilakukan adalah pengaturan SSID(nama jaringan), Region, Channel (untuk informasi mengenai channel wireless, dan Mode. Yang lainnya adalah pengaturan opsional (tergantung kebutuhan). Dalam hal ini saya membuat nama jaringan (SSID) yaitu tujuh. Setelah semua pengaturan selesai, klik Save. Contoh :
10. Setelah itu lakukan pengaturan untuk DHCP agar device yang terkoneksi akan mendapatkan IP secara otomatis dari access point. Klik teks DHCP pada jendela sebelah kiri, kemudian pilih DHCP Settings. Dalam hal ini saya melakukan pengaturan range user sebanyak 10 client dari 10.10.7.10 - 10.10.7.20. Setelah semua pengaturan selesai, klik Save. Contoh :
11. Setelah semua pengaturan selesai diberikan, reboot access point dengan meng-klik teks System Tools kemudian pilih Reboot.
12. Sistem access point akan restart dalam beberapa saat yang diindikasikan oleh persentasi seperti gambar berikut :
Setelah proses restarting selesai, maka selanjutnya adalah lakukan pengetesan jaringan access point yang baru dibuat. Gunakan sebuah laptop lain untuk mengakses jaringan wireless dengan nama tujuh. Kemudian lihatlah IP DHCP yang diperoleh laptop tersebut selama terkoneksi dengan jaringan tujuh. Tentunya IP yang didapatkan akan berada pada range 10.10.7.10 sampai 10.10.7.20.