• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INVIGORASI BENIH UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) PADA CEKAMAN SALINITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INVIGORASI BENIH UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) PADA CEKAMAN SALINITAS"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INVIGORASI BENIH

UNTUK MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN

KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask)

PADA CEKAMAN SALINITAS

Oleh :

Erinnovita

A34403050

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

ERINNOVITA. Pengaruh Invigorasi benih untuk memperbaiki perkecambahan kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) pada cekaman salinitas. Dibawah bimbingan MARYATI SARI dan DWI GUNTORO

Pemanfaatan lahan-lahan marginal antara lain tanah dengan kadar salinitas tinggi, dapat menjadi alternatif bagi para petani untuk menyiasati semakin berkurangnya lahan subur yang dapat digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa perlakuan invigorasi untuk ketahanan kacang panjang terhadap cekaman salinitas. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama untuk menentukan titik kritikal cekaman salinitas terhadap benih kacang panjang. Percobaan kedua mengenai pengaruh perlakuan invigorasi benih kacang panjang terhadap viabilitas pada kondisi cekaman salinitas.

Percobaan pertama dilakukan pada varietas 777 dan Landung Super pada sembilan tingkat salinitas yaitu 0%, 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, 1.25%, 1.50%, 1.75% dan 2.0%. Hasil percobaan pertama menunjukkan persentase kecambah normal pada 0.75% NaCl sebesar 63.3%, sedangkan pada 1% NaCl sebesar 44,0%. Persentase kecambah normal yang dikecambahkan pada substrat yang diberi 1% NaCl kurang dari 50% dan berbeda nyata dengan kontrol (95.3%) sehingga kondisi demikian ditetapkan sebagai titik cekaman salinitas yang selanjutnya digunakan sebagai media pada percobaan kedua.

Percobaan kedua dilakukan pada varietas 777 dan Landung Super dengan delapan macam perlakuan invigorasi yaitu kontrol, soaking (perendaman dengan air), matriconditioning dengan pasir, matriconditioning dengan serbuk gergaji, osmoconditioning dengan CaCl2, osmoconditioning dengan NaCl,

osmoconditioning dengan KCl dan osmoconditioning dengan KNO3.

Matriconditioning dan osmoconditioning dilakukan dengan tekanan -1.25 MPa.

Berdasarkan beberapa tolok ukur yang diamati, perlakuan perendaman dengan air, matriconditioning dengan pasir, matriconditioning dengan serbuk gergaji dan osmoconditioning dengan CaCl2 mampu memperbaiki perkecambahan benih pada cekaman salinitas. Matriconditioning dengan pasir dan perendaman dengan air memberikan hasil terbaik. Nilai persentase kecambah normal, KCT,

(3)

BKKN dan panjang akar pada perlakuan matriconditioning dengan pasir masing 52%, 2.65%/etmal, 0.65g dan 5.72cm, perlakuan perendaman air masing-masing 47.33%, 2. 44%/etmal, 0.66g dan 6.67cm berbeda nyata dengan kontrol masing-masing mempunyai nilai 18.67%, 0.93%/etmal, 0.46g, dan 4.77cm.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Invigorasi Benih untuk Memperbaiki Perkecambahan Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) pada Cekaman Salinitas

Nama : Erinnovita

NRP : A34403050

Program Studi : Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih

Menyetujui,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Maryati Sari, SP. MSi Dwi Guntoro, SP. MSi

NIP. 132 258 035 NIP. 132 176 851

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 091

(5)

PENGARUH INVIGORASI BENIH UNTUK

MEMPERBAIKI PERKECAMBAHAN KACANG

PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) PADA

CEKAMAN SALINITAS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Erinnovita

A34403050

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ketapang, Kalimantan Barat pada tanggal 31 Januari 1985 sebagai anak pertama dari empat bersaudara dengan ayah (alm) Boirin dan ibu Elvia Machmud.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Tugu X Depok pada tahun 1996. Pendidikan menengah pertama di SLTPN 2 Cimanggis Depok pada tahun 2000 kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Depok yang diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003 di Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah menjabat sebagai pengurus HIMAGRON pada tahun 2004/2005. Penulis juga pernah berpartisipasi sebagai panitia pada FESTA (Festival Tanaman) pada tahun 2005 dan menjadi asisten praktikum pada Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih pada tahun 2006/2007.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelrsaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Invigorasi Benih untuk Memperbaiki Perkecambahan Kacang Panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) pada Cekaman Salinitas yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertranian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Maryati Sari, SP. MSi. dan Dwi Guntoro SP. MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bantuan, dukungan serta nasehat yang telah diberikan. Ucapan terimakasih juga kepada Dr. Ir. Endang Murniati, MS sebagai dosen penguji atas masukan dan nasehatnya, serta kepada Dr. Ir. Yudiwanti, MS sebagai dosen pembimbing akademik atas saran dan nasehatnya. Ucapan terimakasih penulis ucapkan juga kepada :

1. Mama dan (alm) Papa. Terimakasih untuk kasih sayang dan nasehatnya

selama ini. Khusus untuk mama, terimakasih untuk doa, dukungan, semangat dan nasehatnya selama proses pengerjaan penelitian ini sampai dengan selesai. Aku sayang mama.

2. Adik-adikku (Dila, Tanti dan Rori) terimakasih untuk kesabaran dan

pengertiannya selama pengerjaan skripsi ini.

3. Orang-orang terdekatku yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

Terimakasih untuk semangat, doa dan kepercayaan untuk mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Sobat-sobatku (Anto, Ema, Adinda, Ika, Gilang, Ita, Qq, Nanda, Prima,

Fatin, Ipul dan Amay). Thanks untuk semua keceriaan dan semangat persahabatan kalian semua.

5. Frederika, Sita, mas Didik, mas Adit, Nica, Amie, dan semua anak-anak

PMTB 40. Makasih untuk kebersamaan kalian selama ini. 6. Ibu Yetti, maaf sudah merepotkan dan buat lab berantakan.

7. Desi dan Ida serta anak-anak PMTB 41, makasih untuk bantuannya.

(8)

8. Semua pihak yang telah mambantu dalam kelancaran penelitian ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Januari 2008

(9)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Kacang Panjang ... 4 Viabilitas Benih ... 5

Pengaruh Berbagai Perlakuan Invigorasi Benih ... 6

Ketahanan Tanaman Terhadap Salinitas ... 8

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Percobaan Pertama ... 10 Rancangan Percobaan ... 10 Pelaksanaan percobaan ... 11 Pengamatan ……….…... 13 Percobaan Kedua ... 13 Rancangan Percobaan ... 13 Pelaksanaan percobaan ... 14 Pengamatan ………...……… 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ………...… 18

Percobaan Pertama ………...…… 18

Percobaan Kedua ………..…....… 20

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... Saran ……….…..…... 27 27 DAFTAR PUSTAKA ………...……. 28

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Hal

1. Rekapitulasi Analisis Ragam Konsentrasi NaCl dan Varietas

terhadap Berbagai Peubah Pengamatan ……… 18

2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Daya Berkecambah,

Kecepatan Tumbuh dan Indeks Vigor ...……….. 19 3. Rekapitulasi Analisis Ragam Perlakuan Invigorasi dan

Varietas terhadap Berbagai Peubah Pengamatan ...………... 21 4. Pengaruh Varietas Kacang Panjang terhadap Persentase

Kecambah Normal, Kecepatan Tumbuh, Berat Kering

Kecambah Normal dan Panjang Akar ... 22 5. Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Daya Berkecambah,

Kecepatan Tumbuh, Berat Kering Kecambah Normal dan

Panjang Akar ... 23

Lampiran

1. Hasil Penentuan Kadar Air, Berat Media dan Berat Air

yang Ditambahkan sebagai Media Matriconditioning ... 32 2. Kadar Air Benih Setelah Perlakuan Invigorasi ... 32 3. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas

terhadap Persentase Kecambah Normal ... 33 4. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas

terhadap Kecepatan Tumbuh ... 33 5. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas

terhadap Indeks Vigor ... 33 6. Analisis Ragam Perlakuan Invigorasi dan Varietas terhadap

Persentase Kecambah Normal ... 34 7. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas

terhadap Kecepatan Tumbuh ... 34 8. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas

terhadap BKKN ... 34 9. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Lampiran Hal

1. Kecambah Normal Benih Kacang Panjang ... 36 2. Pengaruh NaCl terhadap Perkecambahan Benih Kacang

Panjang Varietas Landung Super ... 36 3. Pengaruh NaCl terhadap Perkecambahan Benih Kacang

Panjang Varietas 777 ... 36 4. Pengaruh Invigorasi terhadap Perkecambahan Benih Kacang

Panjang Varietas Landung Super pada 3 HST ... 37 5. Pengaruh Invigorasi terhadap Perkecambahan Benih Kacang

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayur maupun lalapan. Kacang panjang merupakan famili Leguminoseae yang termasuk ke dalam golongan sayur-sayuran. Kacang panjang dibudidayakan untuk dimanfaatkan polong mudanya atau kadang-kadang daunnya sebagai lalapan. Kacang panjang diperbanyak menggunakan benih (Sunaryono dan Ismunandar, 1981).

Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang panjang pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 2.66 kg/kapita/tahun yang berarti diperlukan kacang panjang sebanyak 492 000 ton/tahun (BPS, 2007). Akan tetapi, berdasarkan data BPS (2007) produktivitas kacang panjang baru mencapai sekitar 354 000 ton/tahun .

Peningkatan produktivitas kacang panjang dapat dilakukan melalui usaha intensifikasi pertanian dan usaha ekstensifikasi pertanian. Usaha intensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan cara merakit varietas-verietas unggul yang mampu meningkatkan produksi per tahun. Sedangkan usaha ekstensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan memperluas areal pertanaman kacang panjang. Pemanfaatan lahan-lahan marginal dapat menjadi alternatif bagi para petani untuk menyiasati semakin berkurangnya lahan subur yang dapat digunakan. Salah satu lahan marginal yang dapat dimanfaatkan adalah tanah yang memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi. Subagyo et al. (1996) menyatakan bahwa tanah salin atau lahan rawa pasang surut air payau banyak terdapat di pantai timur pulau Sumatera, pantai barat dan selatan pulau Kalimantan dan pantai selatan dan utara pulau Papua dengan luasan sekitar 3.5–4 juta ha. Menurut Sunarto (2001) upaya untuk mengatasi kondisi tanah salin dapat ditempuh melalui

(13)

perakitan varietas yang toleran terhadap salinitas atau mengadaptasikan varietas-varietas unggul yang sudah ada pada kondisi salin.

Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam NaCl terlarut dalam jumlah banyak sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Larutan garam tanah biasanya tersusun dari ion Na+, Ca++, Mg++, Cl-, CO

4- -, dan Co3- - (Donahue

et al. dalam Sunarto, 2001), sehingga pengikatan NaCl akan menurunkan kadar

Kalium (Suwarno dalam Sunarto, 2001). Menurut Soepardi (1979) kelebihan atau akumulasi garam dapat terjadi melalui : 1) evaporasi yang tinggi di beberapa daerah seperti rawa dan daerah pasang surut, 2) intrusi air laut melalui sungai yang sering terjadi di daerah muara sebagai akibat naik turunnya air laut karena peristiwa pasang surut.

Pengadaptasian varietas-varietas unggul yang sudah ada pada tanah salin adalah dengan memberikan perlakuan sebelum tanam. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan perlakuan invigorasi untuk meningkatkan vigor benih sehingga mampu tumbuh dengan baik pada kondisi sub optimum. Sadjad (1994) mendefinisikan invigorasi sebagai suatu proses bertambahnya vigor benih. Pengaruh invigorasi dapat ditunjukkan oleh indikasi fisiologi dan biokimia. Perlakuan invigorasi untuk meningkatkan performansi benih dapat dilakukan antara lain dengan cara perendaman, pembasahan-pengeringan dan conditioning atau priming.

Menurut Khan (1992) perlakuan conditioning ada dua macam yaitu

osmoconditioning dan matriconditioning. Osmoconditioning adalah penambahan

air secara terkontrol dengan menggunakan larutan garam yang memilki potensial osmotik rendah dan potensial matrik yang dapat diabaikan. Sedangkan perlakuan

matriconditionig adalah penambahan air secara teratur selama penghambatan

perkecambahan pada media padatan yang memiliki potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan.

Penelitian Shalahuddin dan Ilyas (1994) menunjukkan bahwa

matriconditioning dengan menggunakan serbuk gergaji mampu memperbaiki

perkecambahan benih kacang panjang. Sedangkan Demir dan Van de Venter (1999) melaporkan bahwa penggunaan osmoconditioning KNO3 2% dengan suhu

(14)

150C pada semangka mampu meningkatkan perkecambahan sebesar 95% dan pada suhu 380C mampu meningkatkan panjang akar sebesar 147.8±52.8 mm.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa perlakuan invigorasi benih dan ketahanan kacang panjang pada cekaman salinitas.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan ketahanan varietas kacang panjang pada kondisi

cekaman salinitas.

2. Terdapat perlakuan invigorasi benih yang dapat meningkatkan viabilitas

benih pada kondisi cekaman salinitas.

3. Terdapat interaksi antara varietas dan perlakuan invigorasi benih pada

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Panjang

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask) adalah tanaman sayuran yang termasuk sub famili Papilionaceae, famili Leguminocea dan dari sub kelas Dicotyledone. Kacang panjang batangnya ada yang pendek dan ada juga yang panjang merambat (Ashari, 1995). Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) kacang panjang diperkirakan berasal dari Timur atau Asia Tenggara, kemungkinan dari Cina Selatan. Kacang panjang merupakan salah satu dari 10 jenis sayuran yang penting di wilayah Asia Tenggara, Taiwan, Cina Selatan dan Banglades.

Menurut Haryanto et al. (1995) kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Daunnya majemuk, tersusun atas tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat nitrogen (N) bebas dari udara.

Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Setiap tangkai bunga mempunyai 3 - 5 bunga. Warna bunganya ada yang putih, biru dan ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan kemungkinan 10%. Buah kacang panjang berbentuk bulat panjang, ramping, dan panjangnya antara 10 – 80 cm. Warna buah pada waktu muda berwarna hijau, hijau keputih-putihan dan setelah tua berwarna putih kekuningan dan kering. Buah muda mudah patah dan sesudah tua menjadi liat (Haryanto et al., 1995).

Komposisi per 100 g kacang panjang mengandung air 89 g, protein 3.0 g, lemak 0.5 g, karbohidrat 5.2 g, serat 1.3 g, ash 0.6 g, Kalsium 64 mg, fosfor 54 g, zat besi 1.3 mg, Vitamin A 167 IU, Vitamin B1 0,07 mg, Vitamin C 28.9 mg dan Energi 125 kJ/100 g (Siemonsma dan Piluek, 1994).

Agrawal dalam Suryawati (1984) mengemukakan bahwa dalam satu polong kacang panjang berisi 8 – 20 biji dan benih dapat dipanen setelah polong kering. Shalahuddin (1995) menyatakan bahwa biji kacang panjang sangat bervariasi baik dalam warna, bentuk maupun ukurannya. Warna mulai dari putih,

(16)

krem, kuning sampai merah kecoklatan atau kehitaman. Permukaan mulai dari yang halus, berkerut sampai berbintik-bintik.

Menurut Haryanto et al. (1995) pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak terlepas dari pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi iklim dan jenis tanah. Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari dan curah hujan. Kacang panjang dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan ketinggian antara 0-1500 m diatas permukaan laut (dpl). Kacang panjang dapat ditanam sepanjang musim, baik musim kemarau maupun musim hujan.

Benih kacang panjang dapat berkecambah dalam 3-5 hari setelah tanam (HST) pada suhu perkecambahan diatas 220C. Pertumbuhan akan berlangsung sangat cepat setelah perkecambahan. Tanaman akan berbunga ± 5 minggu setelah tanam (MST) dan polong dapat dipanen ± 2 minggu setelah berbunga. Kemasakan polong dimulai ± 6-8 MST dan tanaman mati setelah 3-4 bulan setelah tanam, hal ini bergantung pada kesehatan tanaman dan intensitas panen (Siemonsma dan Piluek, 1994).

Kondisi masak fisiologi (MF) benih kacang panjang dicapai pada umur 20-22 hari setelah kuncup bunga muncul, sedangkan viabilitas maksimum dicapai pada umur 22 hari setelah kuncup bunga muncul. Kondisi polong pada saat MF berwarna kuning kehijauan dan sebagian sudah berwarna coklat. Kulit polong liat, tipis dan layu (Suryawati, 1984).

Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan oleh gejala pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya (Sadjad, 1993). Viabilitas benih merupakan salah satu komponen mutu fisiologi yang terdiri dari viabilitas potensial dan vigor. Viabilitas potensial ditentukan oleh daya berkecambah yang mencerminkan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi optimum. Sedangkan untuk menjabarkan viabilitas dalam keadaan pertanaman di lapang atau penyimpanan yang suboptimum disebut vigor benih (Sadjad, 1994)

(17)

Viabilitas potensial dapat diamati berdasarkan tolok ukur daya berkecambah, berat kering kecambah normal dan berbagai tolok ukur lainnya. Vigor benih umunya dibagi ke dalam vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan vigor daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh dapat ditunjukkan oleh kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, spontanitas tumbuh pertumbuhan bibit di lapang atau berbagai uji vigor kekuatan tumbuh yang spesifik (Sadjad, 1994).

Sadjad (1980) menyatakan bahwa benih yang vigor akan memiliki daya simpan yang tinggi dan mampu tumbuh menjadi tanaman yang kuat pada kondisi lingkungan yang suboptimum.

Pengaruh Berbagai Perlakuan Invigorasi Benih

Sadjad (1994) mendefinisikan invigorasi sebagai suatu proses bertambahnya vigor benih. Hasil proses invigorasi dapat ditunjukkan oleh indikasi fisiologi maupun biokimiawi. Perlakuan invigorasi untuk meningkatkan performansi benih dan dapat dilakukan antara lain dengan cara perendaman, pembasahan-pengeringan dan conditioning atau priming.

Priming atau conditioning merupakan salah satu cara memperlakukan benih sebelum ditanam untuk merangsang kegiatan metabolisme di dalam benih sehingga benih siap berkecambah tetapi struktur penting dari embrio belum muncul. Selama proses perkecambahan terjadi peningkatan kecepatan dan keserempakan perkecambahan serta dapat mengurangi tekanan lingkungan yang kurang menguntungkan ( Hardegree dan Emmerich, 1992).

Menurut Khan (1992) conditioning adalah peningkatan proses-proses fisiologi dan biokimia selama penundaan perkecambahan dengan penambahan air secara terkontrol. Conditioning dimulai saat benih mengimbibisi pada media imbibisi yang berpotensial air rendah. Setelah keseimbangan air tercapai selanjutnya kandungan air dalam benih dipertahankan. Conditioning dapat meningkatkan potensial perkecambahan, kemampuan tumbuh dan produksi di lapang.

Perlakuan conditioning ada dua macam yaitu osmoconditioning dan

matriconditioning. Osmoconditioning adalah penambahan air secara terkontrol

(18)

potensial matrik yang dapat diabaikan. Sedangkan perlakuan matriconditionig adalah penambahan air secara teratur selama penghambatan perkecambahan pada media padatan yang memiliki potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan (Khan, 1992).

Bahan atau media padatan yang dapat digunakan sebagai media

matriconditioning secara ideal memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) memiliki

potensial matrik rendah dan potensial osmotik yang dapat diabaikan; 2) daya larut dalam air rendah dan tetap utuh selama conditioning; 3) merupakan bahan kimia inert, tidak beracun; 4) kapasitas daya pegang air tinggi; 5) kemampuan mengalirkan air tinggi; 6) bermacam-macam ukuran partikel, struktur dan daya serap; 7) luas permukaan besar; 8) kerapatan massa rendah (low bulk density); 9) memiliki kemampuan melekat pada kulit benih (Khan et al., 1990).

Penelitian Shalahuddin dan Ilyas (1994) menunjukkan bahwa

matriconditioning dengan menggunakan serbuk gergaji mampu memperbaiki

perkecambahan benih kacang panjang yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai pemunculan kecambah, daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh serta penurunan waktu yang dibutuhkan untuk 50% total perkecambahan.

Tujuan dari osmoconditioning adalah mengurangi waktu perkecambahan, menyerempakan waktu perkecambahan, dan memperbaiki persentase perkecambahan dan penampakan tanaman di lapang. Haig dan Barlo dalam Hartini (1997) mengatakan bahwa osmoconditioning adalah perlakuan pada benih dengan larutan osmotik untuk memperbaiki kecepatan dan ketidakseragaman perkecambahan. Beberapa jenis osmotik yang dapat digunakan sebagai larutan

osmoconditioning antara lain PEG, KNO3, K3PO4, MgSO4, NaCl, dan mannitol. Menurut Khan (1992) presoaking adalah perendaman benih dalam sejumlah air pada suhu rendah sampai sedang (suhu 30C-200C). Hasil percobaan menunjukkan bahwa presoaking pada waktu singkat dapat menghasilkan efek yang cukup baik terhadap peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah.

(19)

Ketahanan Tanaman terhadap Salinitas

Tanah salin adalah tanah yang mengandung persentase larutan garam yang tinggi dan biasanya terdiri atas satu atau lebih komponen garam. Garam yang sangat mengganggu pertanaman adalah NaCl dan Na2SO4 yang kadang ditambah oleh ion Mg2+. Vegetasi pada lingkungan salin disebut halofit, sedangkan vegetasi yang berasal dari lingkungan non salin disebut glikofit (Mayber dan Lerner, 1999).

Menurut Michael (1978) tanah salin juga memiliki daya hantar listrik yang lebih besar dari 4 mmhos/cm, kapasitas tukar kation (KTK) Na kurang dari 15%, kandungan ion Na dalam larutan kurang dari setengah kandungan garam yang terlarut dan pH tanah kurang dari 8.5.

Cekaman salinitas berpengaruh pada perkecambahan melalui pencegahan pengambilan air dengan tekanan osmotik dan masuknya ion beracun bagi perkembangan embrio atau kecambah (Desai et al., 1997).

Maas dan Nieman (1978) Menyatakan bahwa mekanisme toleransi tanaman terhadap tanah salin meliputi dua mekanisme yaitu mekanisme morfologi dan fisiologi. Mekanisme morfologi dilakukan dengan cara pengurangan jumlah dan luas daun untuk memperkecil kehilangan air dari tanaman dan melakukan pengubahan struktur khusus, yaitu penebalan dinding sel untuk mempertahankan keseimbangan air tanaman. Sedangkan mekanisme fisiologi meliputi pengaturan potensial osmotik larutan sel (osmo regulator), sistem kompartensi dan ekskresi, serta integritas membran akar. Perubahan-perubahan tersebut lazim disebut sebagai adaptasi tanaman untuk menahan stres air yang disebabkan oleh salinitas tanah.

Menurut Sunarto (2001) percobaan penyiraman larutan garam NaCl sebesar 0.2% sangat menurunkan semua peubah pengamatan seperti tinggi tanaman, luas daun, bobot biji, bobot kering akar dan tajuk, dan panjang akar pada tanaman kedelai.

Menurut Ghoulam dan Fares (2001) pengaruh salinitas pada bit gula menunjukkan penurunan persentase perkecambahan dan berat basah kecambah seiring meningkatnya konsentrasi NaCl.

(20)

Menurut Khan dan Ungar (2001) NaCl dapat menyebabkan

salinity-enforced dormancy pada benih Sporobolus arabicus yang tidak dapat dipatahkan

dengan pemberian kinetin, GA3 dan etephon, tetapi dengan pemberian fusicosin, nitrat dan thiourea perkecambahan dapat ditingkatkan.

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September hingga Desember 2007. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB Darmaga.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: dua varietas kacang panjang yaitu varietas 777, varietas Landung Super; NaCl; CaCl2; KNO3; KCl; aquades; pasir; serbuk gergaji; plastik dan kertas merang.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain germinator APB IPB 72-I, saringan, plastik, penggaris, wadah plastik, gelas ukur,, pipet mohr,

pressure plate extractor, oven dan timbangan analitik.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama tentang penentuan titik kritikal cekaman salinitas pada dua varietas benih kacang panjang. Percobaan kedua tentang pengaruh perlakuan invigorasi benih kacang panjang terhadap viabilitas pada cekaman salinitas.

Percobaan Pertama Rancangan Percobaan

Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas kacang panjang yaitu :

1. varietas 777

(22)

Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl pada media tanam yaitu : 1. 0 % NaCl atau kontrol

2. 0.25 % NaCl 3. 0.5 % NaCl 4. 0.75 % NaCl 5. 1.0 % NaCl 6. 1.25 % NaCl 7. 1.5 % NaCl 8. 1.75 % NaCl 9. 2.0 % NaCl

Percobaan ini dilakukan dengan tiga ulangan sehingga terdapat 54 satuan percobaan. Model rancangan percobaan yang digunakan untuk percobaan tersebut adalah sebagai berikut:

Yijk = + i + j + ( )ij + ij Keterangan:

Yij = Respon pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i dan tingkat salinitas ke-j

= Rataan umum

i = Pengaruh pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i j = Pengaruh persentase NaCl ke-j

( )ij = Pengaruh interaksi varietas benih kacang panjang ke-i dan tingkat salinitas ke-j

ij = Pengaruh galat percobaan pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i dan tingkat salinitas ke-j

Apabila hasil pengujian dengan F hitung berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan media

Larutan garam yang digunakan untuk melembabkan media kertas dibuat terlebih dahulu. Bubuk NaCl ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang

(23)

digunakan kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 ml untuk setiap perlakuan.

2. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp), menggunakan 5 lembar kertas merang ukuran folio yang dilembabkan dengan 50 ml larutan garam dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Tiga lembar kertas merang yang telah dilembabkan dihamparkan di atas selembar plastik dengan ukuran yang sama. Selanjutnya benih diatur dalam lima baris secara berseling di atas kertas dengan posisi hillum menghadap ke bawah sedangkan dua lembar sisanya di tutupkan diatasnya dan digulung bersama. Gulungan diletakkan secara tegak dalam germinator IPB 72-1. Kemudian benih diamati persentase kecambah normal, indeks vigor dan kecepatan tumbuhnya.

Setelah itu, dilihat persentase NaCl yang memberikan cekaman pada dua varietas kacang panjang untuk dapat digunakan sebagai media tanam cekaman salinitas pada percobaan kedua.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses perkecambahan berlangsung. Pada percobaan pertama diamati persentase kecambah normal, indeks vigor dan kecepatan tumbuh.

1. Persentase Kecambah Normal (% KN)

Persentase kecambah normal benih diukur berdasarkan jumlah kecambah normal pada hitungan hari ke-1 yaitu 3 hari setelah tanam (HST) dan hitungan hari ke-2 yaitu 5 HST, dengan rumus:

KN (%) = Jumlah kecambah normal (hit. ke-1 dan hit. ke-2) x 100% Total benih ditanam

Kecambah normal pada benih kacang panjang varietas 777 dan varietas Landung Super dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1.

(24)

2. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Tolok ukur kecepatan tumbuh (KCT) mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh (VKT). KCT di ukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari/etmal pada kurun waktu perkecambahan. Unit tolak ukur KCT adalah % per hari atau % per etmal.

t KCT= d

0 KCT = Kecepatan Tumbuh Benih t = Kurun waktu perkecambahan

d = Tambahan persentase kecambah normal per etmal

3. Indeks Vigor

Indeks vigor diukur berdasarkan jumlah kecambah normal pada hitungan hari ke-1 yaitu 3 HST, yaitu:

Indeks Vigor (%) = Jumlah benih yang tumbuh pada hitungan ke-1 x 100% Total Benih Ditanam

Percobaan Kedua Rancangan Percobaan

Percobaan kedua menggunakan Rancangan Acak lengkap secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas kacang panjang yaitu :

1. varietas 777

(25)

Sedangkan faktor kedua adalah perlakuan invigorasi benih yaitru : 1. kontrol

2. soaking atau perendaman dengan air

3. matriconditioning dengan pasir

4. matriconditioning dengan serbuk gergaji

5. osmoconditioning dengan CaCl2 6. osmoconditioning dengan NaCl

7. osmoconditioning dengan KCl

8. osmoconditioning dengan KNO3

Percobaan ini dilakukan dengan tiga ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan.

Model rancangan percobaan yang digunakan untuk percobaan tersebut adalah sebagai berikut:

Yijk = + i + j + ( )ij + ij Keterangan:

Yij = Respon pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i dan perlakuan invigorasi benih ke-j

= Rataan umum

i = Pengaruh pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i j = Pengaruh perlakuan invigorasi benih ke-j

( )ij = Pengaruh interaksi varietas benih kacang panjang ke-i dan perlakuan invigorasi benih ke-j

ij = Pengaruh galat percobaan pengamatan varietas benih kacang panjang ke-i dan perlakuan invigorasi benih ke-j

Apabila hasil pengujian dengan F hitung berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan media matriconditioning

Serbuk gergaji dihaluskan atau digrinder terlebih dahulu, selanjutnya serbuk gergaji dan pasir diayak dengan saringan 0.2 mm. Media

(26)

matriconditioning yaitu pasir dan serbuk gergaji di oven pada suhu 1050C selama tiga jam untuk sterilisasi, kemudian didinginkan dan dibiarkan hingga mencapai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan pada suhu kamar 250C dan RH 80-90 %.

Matriconditioning dilakukan pada tekanan -1.25 MPa. Untuk

mengkondisikan media pada -1.25 MPa, media matriconditioning dicetak ke dalam ring berdiameter 2 cm dan tinggi 0.5 cm sebanyak 9 ring untuk media serbuk gergaji dan 6 ring untuk media pasir. Media tersebut dijenuhkan dengan air selama 24 jam kemudian dimasukkan ke dalam alat pressure plate

extractor dan ditekan dengan tekanan -12.5 Bar selama 48 jam. Setelah 48 jam

media dikeluarkan dari pressure plate extractor untuk di ukur kadar airnya. Pengukuran kadar air media matriconditioning dilakukan pada dua kondisi yaitu pada kondisi -1.25 MPa (M1) dan pada kondisi kering udara (M2) dengan metode penguapan kandungan air pada oven suhu 1050C selama tiga jam.

Untuk mengetahui jumlah air yang harus ditambahkan dalam media

matriconditioning dan berat media yang dipakai, digunakan rumus sebagai

berikut:

A = W × M1-M2 100 %-M2 Keterangan:

A = jumlah air yang ditambahkan (g) W = berat media pada -1.25 MPa (g) M1 = kadar air pada -1.25 MPa (%) M2 = kadar air kering udara (%)

Hasil perhitungan kadar air dan berat media serta air yang ditambahkan pada percobaan ini ditampilkan pada Tabel Lampiran 1.

2. Persiapan media osmoconditioning

Larutan osmoconditioning dibuat dengan melarutkan garam untuk mendapatkan tekanan osmotic -1.25 MPa yang diperoleh dengan konsentrasi 2.22 g/ 100 ml CaCl2, 1.64 g/ 100 ml NaCl, 2.07 g/ 100 ml KCl dan 3 g/ 100 ml KNO3 (Farooq et al., 2006).

(27)

3. Perlakuan Invigorasi

Benih dua varietas kacang panjang diberi perlakuan kontrol, soaking,

matriconditioning dan osmoconditioning. Perlakuan ini dilaksanakan pada

suhu kamar (25-280C). Pada perlakuan soaking benih direndam dengan aquades selama 15 jam. Matriconditioning dan osmoconditioning dilakukan pada tekanan osmotik -1.25 MPa selama 20 jam. Setelah perlakuan soaking,

matriconditioning dan osmoconditioning benih dicuci dan dikeringanginkan

hingga mendekati kadar air awal yaitu ± 8 %. Rasio perbandingan antar benih dengan media matriconditioning adalah sebagai berikut : rasio benih dengan media pasir adalah 1:10 (w/w), rasio benih dengan media serbuk gergaji adalah 1:2 (w/w), sedangkan rasio benih dengan osmoconditining dan air adalah 1:5 (w/v). Setiap satu satuan percobaan digunakan 75 butir yang memiliki berat ± 12 g.

Hasil pengukuran kadar air benih setelah perlakuan invigorasi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.

4. Penanaman

Benih kacang panjang tersebut ditanam dengan metode UKDdp pada cekaman salinitas, yaitu dilembabkan dengan larutan NaCl berdasarkan persentase yang di dapat pada percobaan 1. Setiap gulung berisi 25 butir benih. Pada percobaan ini satu satuan percobaan ditanam dengan dua gulung, dimana gulungan pertama digunakan untuk pengamatan persentase kecambah normal, indeks vigor dan kecepatan tumbuh dan gulungan kedua untuk pengamatan panjang akar dan BKKN. Setelah itu, gulungan diletakkan di dalam germinator APB IPB 72-1, dan diamati.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses perkecambahan berlangsung. Pada percobaan kedua diamati persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, panjang akar dan berat kering kecambah normal.

1. Persentase Kecambah Normal (% KN)

(28)

2. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh diamati seperti pada percobaan pertama. 3. Panjang Akar

Panjang akar diukur pada 5 HST. 5. Berat Kering Kecambah Normal

BKKN diukur pada 5 HST. Kecambah normal dibuang kotiledonnya kemudian di oven pada suhu 600C selama 3 x 24 jam. Setelah itu ditimbang berat keringnya.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Pertama

Percobaan pertama bertujuan untuk menentukan titik kritis cekaman salinitas pada benih kacang panjang. Penentuan titik kritis cekaman salinitas yang digunakan pada percobaan ini menggunakan beberapa konsentrasi NaCl yaitu 0%, 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1.0%, 1.25%, 1.5%, 1.75% dan 2.0% NaCl. Pada percobaan ini digunakan dua varietas kacang panjang yang beredar di pasaran. Rekapitulasi analisis ragam berbagai peubah pengamatan (Tabel 1) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tingkat salinitas dan varietas terhadap peubah-peubah yang diamati. Faktor tunggal tingkat salinitas menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap peubah persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh dan indeks vigor. Faktor tunggal varietas menunjukkan tidak ada pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas terhadap Berbagai Peubah Pengamatan

Peubah Pengaruh

NaCl Varietas NaCl x Varietas KK Persentase Kecambah normal (KN) ** tn tn 16.44 Kecepatan Tumbuh(KCT) ** tn tn 12.59 Indeks Vigor (IV) ** tn tn 21.29

Keterangan:

KK : Koefisien keragaman

tn : tidak berpengaruh nyata

** : berpengaruh nyata pada = 0.01

Pengujian dilakukan setelah transformasi (x + 0.5)

Tabel 2 memperlihatkan persentase kecambah normal pada perlakuan 0.75% NaCl sebesar 66.33% sudah menunjukkan beda nyata dengan kontrol 95.33%. Akan tetapi, konsentrasi NaCl yang digunakan pada percobaan kedua sebagai media cekaman NaCl adalah perlakuan 1% NaCl dengan persentase kecambah normal sebesar 44%. Penentuan 1% NaCl pada substrat media cekaman salinitas untuk percobaan kedua karena pada kondisi tersebut persentase

(30)

kecambah normal kurang dari 50% (Basoeki, 1986) dan berbeda nyata dengan kontrol (media optimum) (Hu et al., 2006) sehingga dapat dilihat adanya peningkatan persentase perkecambahan pada perlakuan invigorasi. Selain persentase kecambah normal juga diamati peubah kecepatan tumbuh dan indeks vigor pada 1% NaCl masing-masing 1.9 %/etmal dan 0 % juga berbeda nyata dengan kontrol ( 6.65 %/etmal dan 52 %). Perbedaan perkecambahan benih kacang panjang varietas Landung Super dan varietas 777 pada 0% NaCl dan 1% NaCl dapat dilihat pada Gambar Lampiran 2 dan Gambar Lampiran 3.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh dan Indeks Vigor

Perlakuan KN(%) KCT(/etmal) IV(%) Konsentrasi NaCl

0% 95.33a 6.65a 52.00a

(9.79) (2.67) (7.24) 0.25% 96.00a 5.87a 28.00b (9.82) (2.52) (5.28) 0.5% 85.33a 4.39b 9.33c (9.25) (2.20) (3.02) 0.75% 63.33b 2.83c 0.00d (7.85) (1.80) (0.71) 1% 44.00c 1.90d 0.00d (6.62) (1.52) (0.71) 1.25% 10.00d 0.43e 0.00d (2.83) (0.94) (0.71) 1.5% 0.00e 0.00e 0.00d (0.71) (0.71) (0.71) 1.75% 0.00e 0.00e 0.00d (0.71) (0.71) (0.71) 2% 0.00e 0.00e 0.00d (0.71) (0.71) (0.71)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%;angka dalam kurung adalah hasil transformasi (x + 0.5).

Perkecambahan secara langsung dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi NaCl. Persentase kecambah normal secara nyata mulai turun pada 0.75% NaCl, KCT turun secara nyata mulai 0.5% NaCl dan indeks vigor sudah mulai mengalami penurunan secara nyata pada 0.25% NaCl. Persentase kecambah normal, KCT dan indeks vigor semakin turun seiring dengan peningkatan konsentrasi NaCl dan tidak ada satupun benih yang mampu berkecambah normal

(31)

pada 1.5% NaCl. Ghoulam dan Fares (2001) juga melaporkan pengaruh salinitas pada bit gula yang menunjukkan penurunan persentase perkecambahan dan berat basah kecambah seiring meningkatnya konsentrasi NaCl.

Kandungan garam kurang dari 300 mM NaCl dikatakan sebagai level salinitas sangat rendah, nilai antara 300 mM dan 400 mM dikenal sebagai level salinitas rendah, nilai antara 400 mM dan 450 mM NaCl sebagai level salinitas sedang, sedangkan nilai lebih dari 450 mM NaCl sebagai level salinitas tinggi (Marschner, 1986). Sedangkan menurut Hu et al. (2006) pada lapisan tanah 0-20 cm, kandungan garam antara 0.1%-0.3% dikatakan sebagai tanah salin-alkali rendah, nilai antara 0.3% dan 0.6% dikenal dengan tanah salin-alkali sedang dan dari 0.6% ke 1% sebagai tanah salin-alkali tinggi.

Cekaman salinitas berpengaruh pada perkecambahan melalui mencegah pengambilan air karena tekanan osmotik dan masuknya ion beracun bagi perkembangan embrio atau kecambah (Desai et al., 1997). Salinitas menyebabkan beberapa kelainan pada benih dan propagula selama perkecambahan (Wahid et

al., 1999).

Penghambatan pertumbuhan tanaman oleh salinitas dapat terjadi melalui dua cara, yaitu dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh dan pembatasan suplai hasil-hasil metabolisme esensial (Maas dan Nieman, 1978).

Pengaruh NaCl pada proses perkecambahan antara lain mengurangi hidrasi dari embrio dan kotiledon, menghambat dan mengurangi pemunculan radikula dan plumula, dan mengurangi pertumbuhan kecambah (Wahid et al., 1999). Pada penelitian ini dapat dilihat adanya struktur kecambah abnormal. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada benih Artemisia ordosica yang diberi perlakuan NaCl pada potensial air kurang dari -0.4 MPa, menunjukkan adanya struktur benih yang abnormal (Tobe et al. 1999).

Percobaan Kedua

Pengaruh varietas dan invigorasi terhadap berbagai tolok ukur perkecambahan untuk melihat toleransi cekaman salinitas pada percobaan kedua

(32)

diuji pada konsentrasi 1% NaCl. Menurut Hu et al. (2006) 1% NaCl termasuk salinitas tinggi.

Menurut Xu et al. dalam Hu et al. (2006) benih sangat rentan terhadap cekaman selama penanaman dan perkembangan awal, sehingga perlakuan untuk mempercepat periode perkecambahan mungkin dapat meningkatkan penampilan benih.

Perlakuan invigorasi yang digunakan dalam percobaan ini berupa soaking atau perendaman air, matriconditioning dan osmoconditioning. Matriconditioning yang digunakan yaitu pasir dan serbuk gergaji, sedangkan perlakuan

osmoconditioning menggunakan larutan CaCl2, NaCl, KCl dan KNO3.

Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan invigorasi dan varietas terhadap berbagai peubah pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor tunggal perlakuan invigorasi dan varietas berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah pengamatan yaitu: persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, panjang akar, dan BKKN. Namun demikian interaksi antara perlakuan invigorasi dan varietas kacang panjang tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Ragam Perlakuan Invigorasi dan Varietas Kacang Panjang terhadap Berbagai Peubah Pengamatan

Peubah Pengaruh

Invigorasi Varietas InvigorasixVarietas KK Persentase Kecambah normal (KN) ** ** tn 22.90 Kecepatan Tumbuh(KCT) ** ** tn 15.73

Panjang Akar ** ** tn 9.11 BKKN ** ** tn 4.27

Keterangan:

KK : Koefisien keragaman

tn : tidak berpengaruh nyata

** : berpengaruh nyata pada = 0.01

Pengujian dilakukan setelah transformasi (x + 0.5)

Berdasarkan Tabel 4 varietas Landung Super menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas 777. Persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, BKKN dan panjang akar pada varietas Landung Super masing-masing 38%, 1.96 %/etmal, 0.48 g dan 5.31 cm lebih tinggi dibandingkan varietas 777 yaitu 17.5 %, 0.87 %/etmal, 0.31 g dan 4.13 cm. Kedua varietas memiliki respon

(33)

yang sama terhadap perlakuan invigorasi karena tidak ada interaksi antara varietas dengan perlakuan invigorasi.

Tabel 4. Pengaruh Varietas Kacang Panjang terhadap Persentase Kecambah Normal, Kecepatan Tumbuh, Berat Kering Kecambah Normal dan Panjang Akar

Perlakuan KN(%) KCT(/etmal) BKKN(g) P. akar(cm) Varietas

777 17.5b 0.87b 0.31b 4.13b (3.75) (1.13) (0.89) (2.13) Landung Super 38a 1.96a 0.48a 5.31a (5.89) (1.52) (0.98) (2.39)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Angka dalam kurung adalah hasil transformasi (x + 0.5)

Perlakuan invigorasi dengan perendaman air, matriconditioning pasir dan serbuk gergaji, dan osmoconditioning CaCl2 menunjukkan peningkatan persentase kecambah normal dibandingkan perlakuan kontrol pada cekaman salinitas (Tabel 5). Perlakuan invigorasi dengan matriconditioning pasir, perendaman air,

matriconditioning serbuk gergaji dan osmoconditioning CaCl2 mampu meningkatkan persentase kecambah normal, masing–masing memiliki persentase KN sebesar 52 %, 47.33 %, 36.67 % dan 34.67 % dibandingkan perlakuan kontrol sebesar 18.67 %. Perlakuan invigorasi dengan osmoconditioning KNO3 tidak berbeda nyata dengan kontrol, sebaliknya osmoconditioning dengan NaCl dan KCl menurunkan persentase kecambah normal secara nyata.

Beberapa perlakuan invigorasi mempengaruhi kecepatan tumbuh benih kacang panjang pada cekaman salinitas (Tabel 5). Benih dengan perlakuan perendaman air, matriconditioning dengan pasir dan serbuk gergaji, dan

osmoconditioning CaCl2 memperlihatkan kecepatan tumbuh yang berbeda dengan kontrol. Kecepatan tumbuh pada perlakuan perendaman air sebesar 2.44 %/etmal,

matriconditioning dengan serbuk gergaji sebesar 1.9 %/etmal, dan osmoconditioning CaCl2 sebesar 1.79 %/etmal, nyata lebih tinggi daripada kecepatan tumbuh pada kontrol (0.93 %/etmal). Perlakuan invigorasi pada

matriconditioning pasir mampu meningkatkan kecepatan tumbuh tertinggi sebesar

2.65 %/etmal. Pada perlakuan osmoconditioning KNO3 dan NaCl kecepatan tumbuhnya tidak berbeda nyata dengan kontrol, sedangkan pada perlakuan

(34)

osmoconditioning KCl menunjukkan kecepatan tumbuh 0.27%/etmal yang nyata

lebih rendah daripada kontrol.

Bobot kering kecambah normal pada semua perlakuan invigorasi

osmoconditioning (Tabel 5) nyata lebih rendah dari kontrol (0.46 g). Pada

perlakuan osmoconditioning CaCl2 memiliki BKKN sebesar 0.37 g, perlakuan

osmoconditioning NaCl sebesar 0.11 g, perlakuan osmoconditioning KCl sebesar

0.13 g, dan perlakuan osmoconditioning KNO3 sebesar 0.24 g. Pada perlakuan

matriconditioning serbuk gergaji berat kering kecambah normal menunjukkan

tidak beda nyata dengan kontrol walaupun nilainya lebih tinggi (0.53 g). Perlakuan perendaman dengan air dan matriconditioning pasir berbeda nyata dengan kontrol dan mampu meningkatkan BKKN masing-masing sebesar 0.20 g dan 0.19 g.

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Invigorasi terhadap Daya Berkecambah, Kecepatan Tumbuh, Berat Kering Kecambah Normal dan Panjang Akar

Perlakuan KN(%) KCT(%/etmal) BKKN(g) P. akar(cm) Invigorasi

Kontrol 18.67c 0.93c 0.46b 4.77bc (4.29) (1.19) (0.98) (2.28) Perendaman 47.33ab 2.44ab 0.66a 6.67a dengan air (6.81) (1.69) (1.08) (2.67)

Matriconditioning 52.00a 2.65a 0.65a 5.72ab

dengan pasir (7.11) (1.75) (1.06) (2.49)

Matriconditioning 36.67ab 1.90ab 0.53b 5.69ab

dengan s.gergaji (5.84) (1.50) (1.02) (2.47)

Osmoconditioning 34.67b 1.79b 0.37c 4.22cd

dengan CaCl2 (5.66) (1.47) (0.93) (2.17)

Osmoconditioning 8.67de 0.43cd 0.11e 3.08e

dengan NaCl (2.77) (0.95) (0.77) (1.88)

Osmoconditioning 5.33e 0.27d 0.13e 3.43de

dengan KCl (2.15) (0.87) (0.78) (1.94)

Osmoconditioning 18.67cd 0.93c 0.24d 4.29cd

dengan KNO3 (3.97) (1.61) (0.86) (2.17)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; angka dalam kurung adalah hasil transformasi (x + 0.5).

(35)

Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang akar tertinggi adalah pada perlakuan perendaman air (6.67 cm), berbeda nyata dengan kontrol (4.77 cm).

Matriconditioning pasir (5.72 cm) dan matriconditioning serbuk gergaji (5.69 cm)

tidak berbeda nyata dengan panjang akar pada perlakuan perendaman dengan air maupun kontrol. Sedangkan perlakuan osmoconditioning NaCl dan KCl menunjukkan nyata lebih rendah daripada kontrol masing-masing memiliki nilai sebesar 3.08 cm dan 3.43 cm. Pengaruh perlakuan invigorasi pada perkecambahan benih kacang panjang varietas Landung Super dan varietas 777 dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4 dan Gambar Lampiran 5.

Osmoconditioning dengan NaCl, KCl, dan KNO3 tidak memberi pengaruh positif terhadap perkecambahan, bahkan memberikan pengaruh negatif pada beberapa tolok ukur yang diamati. Hanya osmoconditioning dengan CaCl2 yang memberikan pengaruh positif pada tolok ukur persentase kecambah normal dan kecepatan tumbuh. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh penelitian Farooq et al. (2006) bahwa padi sawah perlakuan osmoconditioning CaCl2 menunjukkan peningkatan persentase daya berkecambah, panjang akar dan panjang plumula.

KNO3 sebagai salah satu jenis garam dapat digunakan sebagai media

osmoconditioning dan terbukti mampu meningkatkan persentase pemunculan bibit

kacang tanah di atas 90 % atau 13 % lebih tinggi dari benih yang tidak mendapatkan perlakuan tersebut (Widajati et al., 1990). Penggunaan

osmoconditioning KNO3 2 % dengan suhu 150C pada semangka juga mampu meningkatkan perkecambahan sebesar 95 % dan pada suhu 380C mampu meningkatkan panjang akar sebesar 147.8±52.8 mm (Demir dan Van de Venter, 1999). Perlakuan osmoconditioning dengan KNO3 pada tekanan -7.5 Bar mampu meningkatkan daya berkecambah, sedangkan pada tekanan -10 Bar perlakuan osmoconditioning dengan KNO3 mampu meningkatkan keserempakan tumbuh benih terong (Agustin et al., 1991).

Pemggunaan KNO3 dalam perlakuan osmoconditioning tidak selalu berpengaruh positif. Penggunaan osmoconditioning KNO3 -0.5 dan -1.0 MPa pada benih Gmelina berpengaruh negatif terhadap daya berkecambah dan vigor kekuatan tumbuh serta nyata lebih rendah dari kontrol (Syamsudin, 1998). Demikian pula pada percobaan ini, penggunaan KNO3 dalam perlakuan

(36)

osmoconditioning tidak dapat memperbaiki perkecambahan pada media 1% NaCl,

bahkan memiliki nilai nyata lebih rendah daripada kontrol pada tolok ukur BKKN.

Perlakuan pelembaban dengan 11 600 ppm NaCl selama 12 jam lalu dilanjutkan kembali dengan perendaman 17 400 ppm NaCl selama 12 jam mampu meningkatkan daya berkecambah dan BKKN benih kedelai yang ditanam pada media salin dibandingkan dengan perlakuan tanpa pelembaban (Suharsi et al., 1991). Akan tetapi, pada penelitian ini penggunaan osmoconditioning NaCl -1.25MPa yang mempunyai konsentrasi 1.64% tidak mampu memperbaiki perkecambahan kacang panjang pada cekaman salinitas 1%.

Heydecker dan Coolbear (1977) mengemukakan bahwa perlakuan

osmoconditioning menggunakan larutan kimia yang bersifat osmotik rendah

efektif memperbaiki sel-sel embrio benih yang bervigor rendah dan sedang. Selain vigor benih, efektivitas perlakuan osmoconditioning ditentukan pula oleh potensial osmotik, jenis larutan yang digunakan, suhu dan lama inkubasi.

Basu dan Rudrapal (1982) menyatakan bahwa perlakuan

osmoconditioning sangat tidak efektif dan dapat memberikan pengaruh yang tidak

menguntungkan terhadap benih padi, kapas, sorghum dan kacang panjang berviabilitas tinggi karena hidrasi yang diberikan tidak menyebabkan adanya perbaikan atau pemulihan membran seluler. Selain itu, perlakuan

osmoconditioning yang diberikan juga dapat menimbulkan pengaruh negatif

karena adanya kerusakan akibat imbibisi air selama hidrasi dan kerusakan selama dehidrasi.

Secara umum keuntungan beberapa larutan garam dalam

osmoconditioning dapat mensuplai benih dengan nitrogen dan nutrient esensial

lain bagi sintesis protein selama perkecambahan, tetapi kerugiannya adalah dapat menyebabkan keracunan pada kecambah selama perkecambahan (Copeland dan McDonald, 1995). Keberhasilan osmoconditioning tergantung pada banyak faktor, antar lain cara osmoconditioning (direndam atau dilembabkan), jenis larutan osmotik, lama dan suhu imbibisi, tekanan osmotik larutan, jenis spesies dan varietas benih (Nursandi et al.,1990).

(37)

Saat ini PEG lebih disukai sebagai osmotikum karena ukuran molekulnya yang besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam benih dan juga bebas dari efek samping racun. Namun demikian ketersediaan oksigen semakin rendah dengan semakin meningkatnya konsentrasi PEG sehingga dalam penggunannya memerlukan aerator untuk mensuplai oksigen (Copeland dan Mc Donald, 1995). Micro-Cel E juga merupakan media matriconditioning yang baik. Pada benih buncis, perlakuan matriconditioning dengan Micro-Cel E memperbaiki pemunculan kecambah dan meningkatkan bobot basah dan bobot kering akar (Ptasznik dan Khan dalam Hasan, 1998). Namun demikian Micro-Cel E serta PEG cukup mahal dan sulit untuk diperoleh sehingga penggunaan bahan yang lebih murah dan mudah diperoleh seperti pasir, arang sekam dan serbuk gergaji sebagai media matriconditioning dapat menjadi alternatif bagi petani.

Matriconditioning dengan arang sekam pada benih tomat bervigor rendah mampu

meningkatkan perbaikan perkecambahan (Candranegara, 1998). Perlakuan

matriconditioning juga mampu meningkatkan vigor benih dan pertumbuhan

tanaman pada terung (Khusniyati, 1999).

Perendaman dengan air dan penggunaan pasir dan serbuk gergaji sebagai media matriconditioning memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan vigor benih pada kondisi cekaman salinitas (Tabel 5). Perlakuan perendaman air,

matriconditioning pasir dan serbuk gergaji memperlihatkan adanya perbaikan

persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, BKKN dan panjang akar. Beberapa hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan hal yang sama. Menurut Sutariati (1998) perlakuan matriconditioning serbuk gergaji + GA3 mampu meningkatkan bobot kering kecambah normal, daya berkecambah, indeks vigor, dan kecepatan perkecambahan. Menurut Hu et al. dalam Hu et al. (2006) metode matriconditioning pada produksi benih padi jelas memberikan hasil yang positif. Hu et al. (2006) menyatakan matriconditioning pasir secara nyata meningkatkan daya berkecambah pada dua varietas alfalfa, yaitu Victoria dan Golden Empress pada perlakuan cekaman 0.8% NaCl.

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan invigorasi dengan matriconditioning pasir dan perendaman dengan air mampu meningkatkan kualitas perkecambahan (persentase kecambah normal, kecepatan tumbuh, panjang akar dan BKKN) benih kacang panjang pada cekaman salinitas. Perlakuan invigorasi matriconditioning serbuk gergaji dan

osmoconditioning CaCl2 juga mampu meningkatkan perkecambahan. Sedangkan perlakuan osmoconditioning NaCl, KCl dan KNO3 tidak mampu memperbaiki perkecambahan benih pada cekaman salinitas.

Penanaman pada media cekaman salinitas 1% NaCl menunjukkan bahwa varietas Landung Super berkecambah lebih baik dibandingkan varietas 777.

Tidak terdapat interaksi antara varietas dan perlakuan invigorasi pada semua peubah yang di amati.

Saran

Perlakuan invigorasi dengan matriconditioning pasir dan perendaman dengan air baik digunakan untuk meningkatkan kualitas perkecambahan kacang panjang pada cekaman salinitas.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang perlakuan invigorasi

matriconditioning pasir dan perendaman dengan air pada cekaman salinitas di

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, K., E. Murniati dan T. Budiarti. 1991. Kemungkinan perlakuan priming untuk pematahan dormansi pada benih terong (Solanum melongena L.). Keluarga Benih II (2): 9-14.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. VI. Jakarta. 485 hal. Badan Pusat Statistik. 2007. http://www.bps.go.id. [1 Oktober 2007]

Basoeki, T. J. 1986. Studi pengujian vigor benih jagung, kedelai, sorghum dan padi gogo terhadap tingkat kekeringan media tumbuh. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Faperta. IPB. 111 hal.

Basu, R. N., and A. B. Rudrapal. 1982. Post harvest seed physiology and seed invigoration treatment. Seed Sci. and Technol. 8 :151-160.

Candranegara, E. 1998. Pengaruh matriconditioning dan tingkat vigor benih terhadap viabilitas dan hasil produksi tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 42 hal. Copeland, L. O. And M. B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and

Technology. Third edition. Chapman and Hall, New York. 369 p.

Demir, I and H. A. Van de Venter. 1999. The effect of priming treatments on the performance of watermelon (Citrulus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai) seeds under temperature and osmotic stress. Seed Sci. and Technol. 27: 871-875.

Desai, B. B., P. M. Kotecha, and D. K. Salunkhe.1997. Seed Handbook : Biology, Production, Processing and Storage. Marcel Dekker Inc. New York. USA. 627 p.

Farooq, M., S. M. A. Basra, and K. Hafeez. 2006. Seed invigoration by osmohardening in coarse and fine rice. Seed Sci. and Technol. 34 : 181-187. Ghoulam, C. and K. Fares. 2001. Effect of salinity on seed germination and early seedling growth of sugar beet (Beta vulgaris L.). Seed Sci. and Technol. 29: 357-364.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. UI Press. Jakarta. 698 hal.

Hardegree, S. P., and W. E. Emmerich. 1992. Seed germination response of four southwestern range grasses to equilibration at subgermination matric- potensials. Agron. J. 84 : 994-998.

Hartini, R. 1997. Pengaruh kondisi simpan, perlakuan invigorasi benih terhadap viabilitas dan vigor benih kedelai (Glycine max (L.) Merrill) pada beberapa periode simpan. Skripsi. Faperta, IPB. Bogor.

Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu. 1995. Budi daya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. 69 hal.

(40)

Hasan, A. 1998. Pengaruh perlakuan invigorasi pada tingkat vigor benih yang berbeda terhadap perubahan fisiologis dan biokimiawi benih kacang panjang (Vigna unguiculata (L.) Walp.). Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 74 hal.

Heydecker, W and P. Coolbear. 1977. Seed treatment for improved performance-survey and attempted prognosis. Seed Sci. and Technol. 5 : 353-425. Hu, J., X. J. Xie, and W. J. Song. 2006. Sand priming improves alfalfa

germination under high-salt concentration stress. Seed Sci. and Technol. 34:199-204.

Khan, A. A. 1992. Preplant physiological seed conditioning, p. 131-181. In J. Janick (Ed.). Horticultural Review. Wiley and Sans, Inc. New York.

Khan, A. A., H. Miura, J.Purusinki and S. Ilyas. 1990. Matriconditioning of seed to improve emergence, p. 19 – 40. Proceeding of the Symphosium on Stand Establishment of Horticultural Crops. Minneapolis.

Khan, M. A. and L. A. Ungar. 2001. Effect of germination promoting compound on the release of primary and salt-enforced seed dormancy in the halophyte

Sporobolus arabicus Boiss. Seed Sci. and Technol. 24: 299-306.

Khusniyati, H. 1999. Pengaruh perlakuan invigorasi terhadap viabilitas dan vigor benih dan pertumbuhan tanaman terung (Solanum melongena L.) Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 57 hal.

Maas, E. V., and R. H. Nieman. 1978. Physiology of plant tolerance to salinity. p.277-299. In: G. A. Jung (Ed.). Crop Tolerance to Suboptimal Land Condition. Amer. Soc. Agric., Madison, Wisconsin.

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press Inc. London. UK. 674 p.

Mayber, A. P. and H.R Lerner. 1999. Plant in saline environment, p. 125-152. In: M. Pessarakli (Ed.). Handbook of Plant and Crop Stress.2nd ed. Marcel Dekker Inc. New York. USA. 627 p.

Michael, A. M. 1978. Irrigation Theory and Practice. Villas Publ. House PVT Ltd., New Delhi. 801p.

Nursandi, F., E. Murniati dan Suwarto. 1990. Pengaruh priming pada benih kedelai (Glycine max (L.) Merr.) terhadap nilai vigor kecambah dan vigor tanaman. Keluarga Benih I (2) :11-21.

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. IPB. Bogor. 301 hal.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 144 hal.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 149 hal.

(41)

Shalahuddin, A dan S. Ilyas. 1994. Studi conditioning pada benih kacang panjang (Vigna sinensis (L.) Savi ex Hask). Keluarga Benih V (2) : 1-8.

Shalahuddin, A. 1995. Studi Conditioning pada Benih Kacang Panjang (Vigna

sinensis (L.) Savi ex Hask). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas

Pertanian. IPB. Bogor. 45 hal.

Siemonsma, J. S. And K. Piluek. 1994. PROSEA: Plant Resources of South-East Asia (Vegetables). Prosea Foundation. Bogor. Indonesia

Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah I. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Subagyo, Marsoedi dan Karama, S., 1996. Prospek Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian dalam Seminar Pengembangan Teknologi Berwawasan Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut, 26 September 1996. Bogor.

Suharsi, T. K., J. Karema dan N. Niarmauli. 1991. Pengaruh pelembaban benih kedelai (Glycine max Merr.) dengan larutan NaCl terhadap kemampuan beradaptasi pada tanah salin. Keluarga Benih II (2) : 15-20.

Sunarto. 2001. Toleransi kedelai terhadap tanah salin. Bul. Agron. 29 (1): 27–30. Sunaryono, H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran

Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung. 154 hal.

Suryawati, A. 1984. Studi Fenologi, Penentuan Masak Fisiologi dan Pengaruh Pengeringan Buatan Terhadap Viabilitas Benih Kacang Panjang no. 1019. Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Sutariati, G. A. K. 1998. Pengaruh perlakuan invigorasi pada tingkat vigor benih

yang berbeda terhadap perubahan fisiologi dan biokimiawi benih cabai (Capsicum annuum L.). Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. 67 hal.

Syamsudin. 1998. Pengaruh kondisi simpan dan perlakuan osmoconditioning terhadap viabilitas benih gmelina (Gmelina arborea Roxb). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. 77 hal.

Tobe, K., L. Zhang and K. Omasa. (1999). Effect of NaCl on seed germination of five nonhalophytic species from a Chinese desert environment. Seed Sci. and Technol., 27: 851-863

Wahid, A., E. Rasul, and A. R. Rao. 1999. Germination of seeds and propagules under salinity stress, page 153-167. In: M. Pessarakli (Ed.). Handbook of Plant and Crop Stress.2nd ed. Marcel Dekker Inc. New York. USA. 627 p. Widajati, E., F. C. Suwarno, dan E. Murniati. 1990. Pengaruh perlakuan priming

(42)
(43)

Tabel Lampiran 1. Hasil Penentuan Kadar Air, Berat Media dan Berat Air yang Ditambahkan sebagai Media Matriconditioning

Perlakuan Pasir Serbuk Gergaji

Kadar air media pada -1.25 MPa (%) 1.7 65.7

Kadar air media kering udara (%) 0.2 11.6

Berat media pada -1.25 MPa untuk

setiap satuan percobaan (g) 120 24

Berat media kering udara (g) 118.05 9.13

Jumlah air yang ditambahkan (g) 1.95 14.87

Tabel Lampiran 2. Kadar Air Benih Setelah Perlakuan Invigorasi Kadar Air (%) Perlakuan

Varietas 777 Varietas Landung Super

Kontrol 7.98 8.31

Perendaman dengan air

atau soaking 31.74 33.98

Matriconditioning

dengan pasir 8.49 9.73

Matriconditioning

dengan serbuk gergaji 14.33 16.53

Osmoconditioning dengan CaCl2 29.35 31.96 Osmoconditioning dengan NaCl 28.99 31.92 Osmoconditioning dengan KCl 30.10 30.28 Osmoconditioning dengan KNO3 29.91 31.25

(44)

Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas terhadap Persentase Kecambah Normal

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F NaCl 8 802.619 100.327 128.96 ** 0.0001 Varietas 1 1.491 1.491 1.92 0.1747 NaCl x Varietas 8 5.542 0.034 0.89 0.5343 Galat 36 28.007 0.778 Total 53 837.659 15.805

Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas terhadap Kecepatan Tumbuh

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F NaCl 8 31.243 3.905 105.18** 0.0001 Varietas 1 0.062 0.062 1.68 0.2025 NaCl x Varietas 8 0.258 0.032 0.87 0.5575 Galat 36 1.337 0.037 Total 53 32.9 0.621

Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Pengaruh Konsentrasi NaCl dan Varietas terhadap Indeks Vigor

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F NaCl 8 293.542 36.693 167.54** 0.0001 Varietas 1 0.2 0.2 0.91 0.3453 NaCl x Varietas 8 0.405 0.051 0.23 0.9824 Galat 36 7.884 0.219 Total 53 302.032 5.699

(45)

Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Perlakuan Invigorasi dan Varietas terhadap Persentase Kecambah Normal

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F Invigorasi 7 139.684 19.948 16.35** 0.0001 Varietas 1 55.296 55.296 45.33** 0.0001 Invigorasi x Varietas 7 5.769 0.824 0.68 0.6911 Galat 32 39.036 1.220 Total 47 239.749 5.101

Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas terhadap Kecepatan Tumbuh

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F Invigorasi 7 4.596 0.656 15.16** 0.0001 Varietas 1 1.83 1.83 42.26** 0.0001 Invigorasi x Varietas 7 0.259 0.037 0.85 0.5518 Galat 32 1.386 0.043 Total 47 8.072 0.172

Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas terhadap BKKN Peubah db JK KT F-hitung Pr > F Invigorasi 7 0.596 0.085 53.19** 0.0001 Varietas 1 0.098 0.098 61.7** 0.0001 Invigorasi x Varietas 7 0.022 0.003 1.96 0.0929 Galat 32 0.051 0.01 Total 47 0.765 0.016

(46)

Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Invigorasi dan Varietas terhadap Panjang Akar

Peubah db JK KT F-hitung Pr > F Invigorasi 7 3.193 0.4456 10.75** 0.0001 Varietas 1 0.804 0.804 18.95** 0.0001 Invigorasi x Varietas 7 0.199 0.028 0.67 0.6961 Galat 32 1.358 0.042 Total 47 5.554 0.118

(47)

(a) (b)

Gambar Lampiran 1. Kecambah Normal Benih Kacang Panjang (a) varietas Landung Super dan (b) varietas 777

(a) (b)

Gambar Lampiran 2. Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap Perkecambahan Benih Kacang Panjang Varietas Landung Super pada (a) 0% NaCl dan 1% NaCl.

(a) (b)

Gambar Lampiran 3. Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap Perkecambahan Benih Kacang Panjang Varietas 777 pada (a) 0% NaCl dan 1% NaCl.

Gambar

Tabel  1.  Rekapitulasi  Analisis  Ragam  Pengaruh  Konsentrasi  NaCl  dan  Varietas terhadap Berbagai Peubah Pengamatan
Tabel  2.  Pengaruh  Konsentrasi  NaCl  terhadap  Daya  Berkecambah,  Kecepatan Tumbuh dan Indeks Vigor
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Ragam Perlakuan Invigorasi dan Varietas  Kacang Panjang terhadap Berbagai Peubah Pengamatan
Tabel  4.  Pengaruh  Varietas  Kacang  Panjang  terhadap  Persentase  Kecambah  Normal,  Kecepatan  Tumbuh,  Berat  Kering  Kecambah Normal dan Panjang Akar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai radiative forcing CO 2 dan CH 4 di atmosfer memiliki koefisien determinasi (R2) yang relatif lebih kecil, dibandingkan dengan faktor anomali suhu permukaan laut

Manusia menjadi sumber infeksi bagi “sand fly” untuk masa yang lama, agen penyebab dapat muncul dalam darah beberapa minggu hingga hitungan tahun setelah muncul gejala klinis..

Untuk mengetahui pengertian anastesi rawat jalan, keuntungan operasi rawat jalan, beberapa tindakan rawat jalan, hasil yang diharapkan pada penatalaksanaan anastesi, pemilihan

Peningkatan kemampuan mengkonstruksi bukti yang diperoleh oleh kelas dengan pendekatan M-APOS (0,58) termasuk kategori sedang sedangkan untuk kelas konvensional (0,42)

Pada dasarnya PPL adalah mata kuliah praktik yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengimplementasikan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian

Uji coba instrumen yang telah dilakukan terhadap 50 item pernyataan yang ada di dalam skala self-regulated learning menghasilkan 39 item memenuhi syarat dengan nilai r

Pemberian Vitamin E diberikan sebelum menstruasi pada siklus kedua dapat mengurangi nyeri haid, melalui hambatan terhadap biosintesis prostaglandin di mana Vitamin E akan

Hasil uji beda tingkat masalah dari ada /tidaknya masalah yang tidak bisa diceritakan pada orang lain dapat dilihat pada tabel 16 dan 17 dimana nilai rata-rata tingkat masalah