BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang Masalah
Arus globalisasi akan menyentuh seluruh bidang kehidupan
sebagai akibat lancarnya arus transportasi, perkembangan teknologi,
perdagangan internasional, arus informasi dan canggihnya alat-alat
komunikasi. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kebudayaan dan kepribadiannya.
Oleh sebab itu segala usaha guna mempertinggi kualitas bangsa
Indonesia harus dipersiapkan.Salah satu wahana untuk meningkatkan
kualitas bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan, karena
melalui pendidikanlah kualitas sumber daya manusia dapat dibina dan
ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi kualitas manusia Indonesia yang mampu bersaing
pada era globalisasi.Dalam Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999
dan Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Secara rinci pada
pasal 4 Undang-undang R.I. No 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan GBHN dan UUSPN di atas, pendidikan yang diselenggarakan di sekolah memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dimana keberhasilan pendidikan di sekolah dasar diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya bahkan kualitas pendidikan sekolah dasar akan sangat mempengaruhi terhadap pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan yang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Karenanya diperlukan pengelolaan yang mantap dan
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada
dasarnya mencakup kegiatan: " perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan" (Engkoswara, 2001:2, Dachnel Kamars, 1985).
Ketiga kegiatan itu merupakan fungsi pokok administrasi pendidikan, di mana sebagai suatu sistem satu sama lain tidak
dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan dan pengelolalan
Bidang Garapan administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan, yaitu: "Sumber daya manusia (guru dan siswa), sumber fasilitas, dana dan sumber belajar (kurikulum)" ( Engkoswara,2001:3).
Pengawasan sebagai salah satu fungsi administrasi pendidikan, bertujuan: "untuk menjaga dan mendorong agar pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah dapat berjalan lancar,
berhasil guna, dan tepat guna sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku" (Depdikbud, 1987). Fungsi
pengawasan mengandung unsur pembinaan yang dapat dimaknai
sebagai supervisi, M. Rifa'i (1982:11) mengemukakan :
Pengawasan mempunyai arti luas, tidak hanya dalam arti melihat/memperhati apa yang terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi mengandung juga mengendalikan yaitu
mengusahakan agar kegiatan benar-benar sesuai dengan
rencana dan tertuju kepada pencapaian hasil yang telah ditentukan. Karena itu pengawasan ini diartikan kontrol. Kontrol dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mengusahakan agar kegiatan suatu organisasi terbimbing dan terarahkan kepada
tujuan yang telah direncanakan.
Bertolakdari tujuan pelaksanaan pengawasan pendidikan di atas, maka dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
khususnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, perlu diadakan
pengawasan pendidikan dalam arti pembinaan ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Pihak-pihak yang diberi wewenang melakukan pengawasan pendidikan dalam arti pembinaan, hams lebih menitik
gurulah sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar. Bahkan "kualitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sangat
dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru-guru" (Castetter 1981, Oteng Sutisna, 1987), oleh karena itu pengawasan terhadap
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar hendaknya menaruh perhatian yang utama kepada peningkatan kemampuan profesional
guru yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas kinerja guru
(Alfonso, 1981).
Dengan demikian keberhasilan atau kualitas pendidikan sangat
bergantung pada faktor kualitas kinerja guru. Berbicara mengenai
kualitas pendidikan di Indonesia pada semua jenjang persekolahan,
Nurtain (1989:75-76) mengemukakan bahwa:
Semua kita sudah mengetahui bahwa mutu pendidikan kita
masih mengalami penurunan kualitas yang memprihatinkan,
bukan saja di tingkat Sekolah Dasartetapi juga sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, bahkan sudah menjalar
sampai Tingkat Perguruan Tinggi.
Menurunnya kualitas pendidikan pada semua jenjang persekolahan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan
tantangan dan masalah yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang
terlibat langsung dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
di sekolah, terutama guru sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah sangat penting
Salah satu indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan
kegiatan belajar mengajar di sekolah digambarkan oleh
pencapaian nilai evaluasi belajar tahap akhir. Berdasarkan
statistika rata-rata (dalam klasifikasi SD Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis) menginformasikan NEM SD Tahun 2000/2001
diklasifikasikan dengan; baik sekali (kode A, rentang rata-rata <8,00);
baik (kode B, rentang 7,00 > rata-rata < 7,99); sedang (kode C, rentang 6,00 > rata-rata < 6,99); kurang (kode D, rentang 5,00 > rata-rata < 5,99); dan kurang sekali (kode E, rata-rata < 4,99).
Adapun gambaran nyata itu dapat ditunjukan pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Klasifikasi SD Berdasarkan Rata Rata NEM Tahun 2000/2001
Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis
NO KRITERIA JUMLAH SD % 1 BAIK SEKALI 0 0 % 2 BAIK 320 27,49 % 3 SEDANG 807 69,32 % 4 KURANG 37 3,19% 5 KURANG SEKALI 0 0 % J UM LAH 1.164 100 %
Sumber: Diadaptasi dari Dokumen Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis
(2002)
Kabupaten Ciamis pada tahun 2000/2001 tampak pada kisaran, baik
sekali (0,%); baik (27,49%); sedang (69,32 %); kurang (3,19%);
dan kurang sekali (0%). Tabel tersebut memberikan gambaran
bahwa hasil belajar mengajar berdasarkan NEM SD di Kabupaten
Ciamis masih belum mencapai angka yang memadai sesuai harapan. Pencapaian hasil pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Ciamis sebagaimana pada gambar di atas tentu tidak bisa lepas dari kualitas kinerja guru sekolah dasar. Mulai Tahun Pelajaran 2001/2002 EBTANAS di Sekolah Dasar diganti dengan UAS (Ujian Akhir Sekolah), program ini akan berhasil apabila ditunjang oleh guru-guru yang berkualitas, yaitu guru-guru yang mampu mandiri dalam menghadapi inovasi pendidikan. Karena guru merupakan agen perubahan atau garda depan pendidikan. Masalah kualitas kinerja guru apabila tidak segera diantisipasi akan berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Kenyataan ini merupakan tantangan yang dihadapkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembinaan guru sebagai pelaksana langsung kegiatan belajar mengajar.
Apabila masalah kualitas kinerja guru sekolah dasar tersebut dibiarkan, maka akan mempunyai dampak negatif bagi kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Ciamis apalagi pada era otonomi daerah dan era globalisasi.
7
Begitu pentingnya kualitas kinerja guru bagi keberhasilan
pendidikan, maka peningkatan kualitas kinerja guru harus menjadi
skala prioritas dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, pembinaan yang diberikan kepada guru harus dapat meningkatkan kemampuan guru yang meliputi pengetahuan,
wawasan, kreativitas, komitmen, serta disiplin sehingga kegiatan
belajar mengajar di sekolahh dapat berlangsung baik, berdaya guna
dan berhasil guna.
Para teoritis kepemimpinan telah banyak menegaskan bahwa
seseorang akan bekerja secara profesional dan memiliki kualitas kinerja yang baik apabila seseorang tersebut memiliki kemampuan
{ability), dan motivasi {motivation), dalam spesifikasinya dapat dilihat
dari kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, mengelola
proses belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan metoda pengajaran, penguasaan dalam menggunakan teknik evaluasi,
komitmen guru dalam melaksanakan tugas.kreativitas.disiplin kerja dan kemampuan guru berhubungan dengan orang lain. Apabila dikelompokan maka ada tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap setiap guru yaitu (1) Kemampuan Profesional
{Profesional Competency), (2) Kemampuan Pribadi {Personal Competency) dan, (3) Kemampuan Sosial {Social Competency). Hal
itu hanya bisa terwujud melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan
Untuk meiihat, menilai dan membina agar guru melaksan
tugas dan fungsinya dengan maksimal, maka perlu
diiaksanakannya pengawasan pendidikan yang efektif. Ruang
lingkup pengawasan pendidikan meliputi kegiatan yang bertujuan
untuk: " mengidentifikasi, memantau, menilai dan melakukan
diagnosa terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan mulai
dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro)"
(Dedi Supriadi: 1997).
Pengawasan dalam arti pembinaan termasuk "kegiatan
administrasi personil yang merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan" (Castetter, 1981). Pihak yang seharusnya berperan dalam pengawasan dalam arti pembinaan guru dalam mengajar
atau melaksanakan fungsi supervisi pengajaran adalah ada dua kelompok yang diidentifikasi sebagai pelaksana pengawasan
pendidikan, yaitu: (1) pimpinan organisasi atau lembaga satuan pendidikan, yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
pengawasan melekat (waskat), serta (2) aparat pengawasan
fungsional, yaitu orang-orang yang berdasarkan fungsi dan
jabatannya memiliki tugas melakukan pengawasan.
Meiihat uraian di atas maka pelaksana pengawasan
pendidikan di sekolah dasar adalah kepala sekolah sebagai pimpinan
organisasi atau lembaga sekolah dasar dan pengawas sekolah TK,
pengawas sekolah dituntut mampu melaksanakan pengawasan
pendidikan yang baik. Tadi sudah dijelaskan pengawasan dalam arti
pembinaan guru dimaknai supervisi pengajaran.
Sekarang yang menjadi persoalan ialah apakah pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran telah
dilaksanakan secara efektif oleh pengawas dan kepala sekolah?.Pengawasan
pendidikan
melalui
supervisi pengajaran dapat
dikatakan baik dan efektif jika pengawas dan kepala sekolah
sebagai pembina pengajaran mampu meningkatkan kualitas kinerja
guru melalui supervisi pengajaran.
Hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dari pemahaman atau persepsi pengawas dan kepala
sekolah tentang hakekat dan fungsi supervisi pengajaran. Sebabtanpa pemahaman dan persepsi yang jelas tentang hakekat dan
fungsi
supervisi
pengajaran
oleh pengawas dan
kepala
sekolah, mustahil mereka dapat melaksanakan supervisi pengajaran
secara efektif.
"Supervisi pengajaran merupakan salah satu fungsi
pengawasan yang sangat khusus merupakan layanan dan bantuan
yang diberikan kepada guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara lebih baik (Oteng Sutisna, 1987)". Lebih jauh Oteng Sutisna (1987) mengemukakan bahwa:
supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di dalam kelompok, membangun program
atau membantu guru meningkatkan kemampuanmb
hasil pekerjaannya. V
Glickman (dalam Ibrahim Bafadal, 1992:2) mengem
" supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola kegiatan belajar
mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran ".
Meiihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi pengajaran bisa dilaksanakan pengawas dan kepala sekolah untuk
membantu guru semakin profesional dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar.
Pengawas dan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pengajaran pengajaran agar efektif mencapai sasarannya diperlukan langkah-langkah dalam pelaksanaannya yaitu: (1) perencanaan/ persiapan supervisi, (2) pelaksanaan program supervisi, dan (3)
evaluasiatau tindak lanjut. Dalam hal ini Oteng Sutisna (1987:237) mengemukakan:
Kegiatan supervisi harus disusun dalam bentuk program yang merupakan kesatuan yang direncanakan dengan teliti dan ditujukan kepada perbaikan situasi belajar mengajar. Hanya dengan begitu maksud-maksud, pelaksanaan pelaksanaan dan
koordinasi bisa tercapai.
Berdasarkan isu strategis berkenaan dengan
pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dan kepala sekolah sekarang ini masih banyak kasus,
dimana pengawas dan kepala sekolah yang melaksanakan supervisi
11
dan administrasi dari pada substansi kependidikan, melaksanakan
supervisi pengajaran sambil ialu, tidak direncanakan
teriebih
dahulu, dan tidak diikuti dengan tindak lanjut.
Kondisi pelaksanaan supervisi pengajaran seperti disinyalir
tersebut di atas, merupakan pembinaan profesional gum oleh para
pembina dalam hal ini pengawas sekolah dan kepala sekolah masih
merupakan kegiatan pengawasan dan bimbingan rutin, yaitu kegiatan
yang
dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan administrasi
sekolah, tugas rutin
oleh guru-guru, ketertiban, disiplin dan
kebersihan sekolah serta menasehati guru agar selalu siap
menerima
dan melaksanakan setiap kebijakan dari atas sesuai
dengan kemampuannya. Kegiatan supervisi pengajaran seperti itu
tentu saja kurang efektif untuk mengatasi kesulitan profesional
yang dihadapi guru.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan mengadakan
studi mengenai'pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui
pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas dan
kepala sekolah terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar di
Kabupaten Ciamis.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pengawasan merupakan
salah
satu
fungsi
pokok
administrasi dalam suatu organisasi. Dalam organisasi
fungsi
12
pengawasan pendidikan harus dilaksanakan, karena apabila tidak
dilaksanakan maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan danatau pemborosan-pemborosan, sehingga cepat atau lambat akan
mengakibatkan
hancurnya
organisasi.
Dalam
organisasi
persekolahan pengawasan bukan untuk mencari siapa yang
melakukan kesalahan, tetapi lebih dititikberatkan pada usaha atau
kegiatan untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan tugas
atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak
(Soejatmo, 1986).
Pengawasan merupakan suatu proses yang mana seorang
atasan atau pembina perlu mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,
perintah,
tujuan
atau
kebijakan
yang telah ditentukan
(Handayaningrat, 1994). Begitu pula terhadap proses pembelajaran
pada sekolah dasar di Kabupaten Ciamis pengawasan itu telah
dilaksanakan oleh pengawas dan kepala sekolah melalui
pelaksanaan supervisi pengajaran. Telah dikemukakan juga dalam
proses pembelajaran yang paling menentukan adalah faktor guru.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kinerja guru baik melalui penataran, pelatihan, maupun
pemberdayaan KKG, namun tetap kualitas kinerja guru yang
diharapkan belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan
13
kemampuan, motivasi juga faktor lingkungan yang kondusif, yaitu
dengan diadakannya pengawasan pendidikan berupa bimbingan,
pembinaan dan dorongan secara terus menerus agar guru dapat
meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan dan pelayanan. Hal ini perlu diupayakan secara
terus
menerus untuk meningkatkan kualitas pelaksanaannya, oleh karena
itu pengawasan pendidikan melalui supervisi pengajaran harus mengutamakan efektivitas dalam pelaksanaannya.
Sistem pengawasan pendidikan terdiri dari sub-sub sistem
yang satu sama lain saling menunjang dan tidak bisa
dipisah-pisahkan. Sub sistem pengawasan itu dapat berupa pengawasan
langsung, pengawasan tidak langsung, pengawasan atasan
langsung/pengawasan melekat, dan pengawasan fungsional.
Masing-masing sub sistem itu dapat berkedudukan sebagai pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Dalam penelitian inipengawasan
dilakukan oleh kepala sekolah sebagai atasan
langsung/pengawasan
melekat dan pengawasan oleh aparat fungsional yaitu pengawas
TK.SD. Pengawasan pendidikan baik yang dilakukan kepala sekolah maupun pengawas dilaksanakan melalui supervisi
pengajaran. Supervisi pengajaran, adalah pembinaan dan bimbingan
kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan
mengajarnya dalam upaya memperbaiki pengajaran.14
Efektivitas supervisi pengajaran sangat dipengaruhi oleh
langkah-langkah dalam pelaksanaannya yaitu: (1) Perencanaan/
persiapan diantaranya,
membuat program, menetapkan tujuan
dengan tidak melupakan latar belakang guru.kesulitan yang dihadapi
guru, (2) Proses pelaksanaan supervisi pengajaran dengan
menggunakan teknik-teknik supervisi yang dianggap cocok dengan kebutuhan guru, orientasi pada teknis edukatif dengan perilaku
yang kondusif dan dilanjutkan dengan (3) Evaluasi atau kegiatan
tindak lanjut berupa pembicaraan individual, diskusi antara
supervisor dengan yang disupervisi terhadap masalah-masalah ke
arah peningkatan kemampuan guru.
Sedangkan kualitas kinerja guru adalah unjuk kerja atau hasil
kerja yang diperlihatkan guru, dimaksudkan disini berkaitan erat
dengan konsep kemampuan guru yakni, kemampuan dasar yang
harus dimiliki, dikuasai dan dijalankan guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Pada Rumusan P3G Depdikbud Jakarta 1980, dikenal
dengan istilah 10 (sepuluh) Kompetensi Dasar yang harus dikuasai
guru yaitu :
1. Menguasai bahan ajar;
2. Mengelola proses belajar mengajar; 3. Mengelola kelas;
4. Menggunakan media/sumber belajar;
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan; 6 Mengelola interaksi belajar mengajar;
7 Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan dan bimbingan
15
9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; dan 10' Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Hubungannya dengan kompetensi guru Cooper (dalam Atty Resmiati,1998: 11) mengemukakan empat kompetensi guru yaitu: "(1)
mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (4)
mempunyai ketrampilan teknik mengajar".
Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan guru dapat
dibagi ke dalam tiga bidang yaitu: (1) Kemampuan Profesional
{Profesional Competency), (2) Kemampuan
Pribadi
{Personal
Competency) dan (3) Kemampuan Sosial {Social Competency). Oleh karena itu pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran, baik yang dilakukan pengawas maupun kepala sekolah harus mengarah pada hal-hal tersebut.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dikemukakan di
atas, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian ini adalah
bagaimana "Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui
Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas dan
Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Ciamis".
16
ini adalah berkisar tentang bagaimana pelaksanaan supervisi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kinerja guru.
Supervisi sebagai salah satu fungsi manajemen pendidikan di lingkungan persekolahan dapat memberikan kontribusi terhadap pengendalian mutu kegiatan pembelajaran melalui bimbingan profesional
yang diberikan pada guru.
Bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah pemberian kesempatan yang luas kepada guru untuk tumbuh dan berkembang dalam memperbaiki kinerjanya yaitu menyempumakan proses belajar para
siswanya.
Mingingat luasnya permasalahan penelitian ini, maka untuk
memudahkan dalam pengkajiannya penulis membatasi permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan Pengawas TK.SD terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar pada
Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan
Padaherang Kabupaten Ciamis?
2. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui
pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan kepala sekolah
terhadap kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan
Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis?
17
3. Bagaimana pengaruh sistem pengawasan pendidikan melalui
pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas
TK,SD dan kepala sekolah terhadap kualitas kinberja guru sekolah
dasar di Kabupaten Ciamis?C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pegangan atau
pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya,
sehubungan dengan hal ini suharsimi Arikunto (1997:4) menyatakan
bahwa :" Tujuan penelitian yaitu rumusan kalimat yang menunjukkan
adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan
selesai".Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan secara
empirik tentang pengaruh pelaksanaan sistem pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang
dilakukan Pengawas TK,SD dan Kepala Sekolah terhadap kualitas
kinerja guru.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini lebih mempokuskan kepada:
a. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan pendidikan
18
Pengawas TK,SD terhadap Kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.
b. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan Kepala Sekolah Dasar terhadap Kualitas kinerja
guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan
Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis. c. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengawasan pendidikan
melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan
Pengawas TK,SD dan Kepala Sekolah Dasar terhadap
Kualitas kinerja guru sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis,
Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang Kabupaten
Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bersifat analitis deskriptif dengan sasaran pengaruh
sietm pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh Pengawas TK.SD dan Kepala Sekolah Dasar terhadap kualitas kinrja guru sekolah dasar di Kabupaten Ciamis
Dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
19
pelaksanaan supervisi pengajaran mutlak dilaksanakan sebagai
upaya agar tujuan pendidikan seperti yang diharapkan dapat tercapai,
oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian dengan
menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari dua aspek yaitu
1. Aspek Teoritis
Dalam penelitian ini dikaji dan dikembangkan makna dan hakekat pengawasan pendidikan melalui kegiatan supervisi
pengajaran yang diharapkan ada manfaatnya terhadap
pengembangan teori supervisi pengajaran sebagai bagian dari
ilmu Administrasi Pendidikan.
Dari penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya wawasan berpikir dan khasanah keilmuan terutama dalam memperdalam dan memperluas kajian terhadap pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan melalui supervisi pengajaran,
sehingga terlaksana secara efektif dan akan mewarnai
terhadap kualitas kinerja guru.
Secara praktis penelitian ini untuk mengetahui kondisi
kualitas kinerja guru sekolah dasar dilihat dari (1) kemampuan
profesional guru,(2) kemampuan pribadi guru.dan (3) kemampuan sosial guru. Selain itu penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem
pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran di
sekolah dasar. Pelaksanaan supervisi pengajaran dimaksud melalui
20
tindak lanjut supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas dan
kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kualitas kinerja guru
sekolah dasar pada Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang di Kabupaten Ciamis.
2. Aspek Praktis Operasional
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran terhadap perbaikan pelaksanaan supervisi pengajaran
sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kinerja
guru di sekolah dasar.
Selain itu jawaban atas pertanyaan
penelitian ini dapat dijadikan landasan yang kokoh bagi
para
supervisor pendidikan dalam menentukan kebijaksanaan yang menyangkut pelaksanaan supervisi pengajaran dalam upayapembinaan kualitas kinerja guru sekolah dasar.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan pengembangan sumber daya Kepala
Sekolah Dasar dan Pengawas Sekolah di masa yang akan datang
selain itu penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi
lapangan yang sebenarnya, sehingga mengungkapkan berbagai
masalah secara objektif dan memberikan alternatif solusi masalahyang berkenaan dengan efektivitas pelaksanaan sistem pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran dan berbagai
upaya yang berkenaan dengan kualitas kinerja guru.
21
otonomi daerah merupakan harapan bagi dunia pendidikan di
Kabupaten Ciamis, dimana daerah bisa menetapkan berbagai
kebijakan sehingga pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan di
Kabupaten Ciamis dapat berjalan secara efektif, baik melalui
pembinaan terhadap para
pelaksana
pengawasan,
aspek
pengawasan maupun teknis pengawasan. Juga berbagai upaya
kebijakan untuk meningkatkan kualitas kinerja guru sekolah dasar.
E. Asumsi-asumsi
Beberapa asumsi yang menjadi landasan daiam penelitian ini adalah :
1. Supervisi pendidikan yang dilakukan secara profesional dapat
menciptakan kultur organisasi yang profesional dan jaminan mutu
yang diinginkan (Moh. Fakry Gaffar, 1994: 5).
2. Tingkat keberhasilan
pendidikan di sekolah dalam memberi
pelayanan-pelayanan dengan
penggunaan berbagai sumber
secara efisien sebagian besar akan bergantung kepada kualitaskinerja personil yang
menjalankan proses pendidikan (Oteng
Sutisna, 1987: 122).
3. Pelaksanaan supervisi yang efektif mempunyai pengaruh yang besar dalam membangkitkan dan memelihara gairah kerja
pegawai untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi (Oteng
22
F. Hipotesis
Atas dasar masalah yang diteliti, penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan
Pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang
dilakukan pengawas TK,SD terhadap kualitas kinerja guru.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang
dilakukan kepala sekolah terhadap kualitas kinerja guru.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem pengawasan
pendidikan melalui pelaksanaan supervisi pengajaran yang dilakukan pengawas TK.SD dan kepala sekolah terhadap kualitas
kinerja guru.
G. Kerangka Berpikir
Dalam penjelasan pasal 52 UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakankan bahwa Pemerintah berkewajiban membina perkembangan pendidikan nasional dan oleh sebab itu wajib mengetahui keadaan satuan dan kegiatan
pendidikan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah sendiri
maupun oleh masyarakat. Lebih jauh dalam UUSPN dijelaskan bahwa
23
binaan, dorongan, dan
diharapkan
terus
menerus dapat
meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya.
Dalam Instruksi Presiden Rl No 1 Tahun 1989 tentang
pedoman pelaksanaan pengawasan melekat dijelaskan bahwa
pengawasan melekat, adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif dan
represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan
secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan danatau peraturan perundang-undangan yang beriaku.
Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan secara fungsional. Pelaksanaan
pengawasan pendidikan diatur dalam Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118/1996 tanggal 30
Oktober 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya. Dalam keputusan itu dinyatakan bahwa
pengawas pendidikan pada jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah dilakukan oleh pengawas sekolah berdasarkan empat
bidang
pengawasan
yang
terdiri atas :
(1) TK/RA/BA,
SD/MI/MD, SDLB; (2) Rumpun Mata Pelajaran / Mata Pelajaran; (3) Pendidikan Luar Biasa; dan (4) Bimbingan dan Konseling.Pengawasan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD dan
SLTP) dilakukan oleh dua
jenis pengawas sekolah, yaitu
24
Pengawas Sekolah TK.SD untuk jenjang sekolah dasar dan
Pengawas Sekolah Rumpun Mala Pelajaran untuk jenjang
sekolah lanjutan tingkat pertama.
Fungsi pengawasan mengandung unsur pembinaan, dalam
Pengawasan termasuk bidang garapannya adalah pembinaan
profesional guru (supewisi pengajaran) untuk meningkatkan kualitas
Pe.aksanaan proses belajar menga,ar di sekolah (Oteng Sutisna,
1987:103). Maka untuk melaksanakan pembinaan agar kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, bisa dilaksanakan dengan supervisi pengajaran.
Produktivitas pendidikan yang optimal harus diwujudkan, maka
baik langsung maupun tidak langsung hal ini memiliki implikasi
terhadap kualitas kinerja guru. Berdasarkan hal tersebut, efektivitas
pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan melalui pelaksanaan
supervisi
pengajaran menjadi bagian penting dalam upaya
meningkatkan kualitas kinerja guru sekolah dasar.
Efektivitas pelaksanaan sistem pengawasan pendidikan
melalui pelaksanaan supervisi pengajaran, yakni menunjuk pendapat
Oteng Sutisna (1987) yang mengemukakan bahwa: " kegiatan
supervisi harus disusun dalam bentuk program yang merupakan
kesatuan yang direncanakan dengan te.it, dan ditujukan kepada
perbaikan situasi belajar mengajar. Lebih lanjut Oteng Sutisna
supervisi
bisa
tercapai. Adapun langkah-langkah pel
supervisi
pengajaran
adalah
(1)
Perencanaan/persl
(2)Pelaksanaan; dan (3) Evaluasi atau tindak lanjut.
Kualitas kinerja guru menunjuk pada (1) Kemampuan Profesional Guru, (2) Kemampuan Pribadi Guru, dan (3) Kemampuan
Sosial Guru. Berdasarkan pemikiran di atas, maka secara sederhana
kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana
tercantum pada bagan 1.1 berikut ini:
BAGAN1.1 KERANGKA BERPIKIR * PENGAWAS SEKOLAH * KEPALA SEKOLAH PENGAWASANPENDIDIKAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN :
⢠Pemahaman sebagai supervisor
⢠Perencanaan/persiapan Supervisi
» Pelaksanaan Supervisi ⢠Evaluasi dan Tindak Lanjut
⢠Hambatan-hambatan dan usaha usaha untuk mengatasinya
fj&g?
GURU
KUALITAS KINERJA
GURU
Kemampuan Profesional Guru
{Profesional Competency)
Kemampuan Pribadi Guru
{Personal Competency)
Kemampuan Sosial Guru
26
H. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Artinya bahwa pengungkapan
data menunjukkan penggambaran situasi dan kondisi yang terjadi pada
saat sekarang atau bersifat aktual mengenai gejala dan peristiwa yang
harus dipecahkan sesegera mungkin.
I. Lokasi dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis , yang terdiri dari
34 Kecamatan. Karena keterbatasan waktu, kemampuan dan biaya,
maka sebagaimana tertulis pada judul tesis, penelitian ini merupakan
studi analisis pada tiga kecamatan yang ada di kabupaten Ciamis,
yaitu (1) Kecamatan Ciamis, terletak di ibu kota kabupaten, mewakili
daerah perkotaan, (2) Kecamatan Padaherang, terletak jauh dari
ibukota kabupaten, mewakili daerah pedesaan, dan (3) Kecamatan
Cisaga, terletak tidak jauh dari ibukota kabupaten, mewakili daerah
antara perkotaan dan pedesaan.