• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ROLLED DIPOLE UNTUK KEPERLUAN GPR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FDTD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ROLLED DIPOLE UNTUK KEPERLUAN GPR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FDTD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA ROLLED DIPOLE UNTUK

KEPERLUAN GPR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FDTD

Gerry Roy M.S.(13204228)

Jalur Pilihan Teknik Telekomunikasi

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Institut Teknologi Bandung

Abstrak

Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu pengembangan aplikasi radar untuk gelombang tanah. Dimana seperti sistem radar umumnnya, antena adalah salah satu bagian yang sangat penting pada GPR. Antena yang dirancang untuk GPR pada Tugas Akhir ini adalah antena yang diharapkan memiliki dimensi yang lebih kecil dibandingkan antena-antena GPR yang sudah ada sebelumnnya. Dimensi antena yang kecil ini akan memudahkan dalam proses pengukuran, efisiensi tempat dan biaya perealisasian antena yang murah.

Dalam Tugas Akhir ini penulis mengembangkan sebuah antena yang dapat digunakan secara optimal untuk transmisi durasi pulsa 1.6 ns. Durasi pulsa ini masuk dalam kategori range frekuensi menengah yang banyak digunakan untuk keperluan arkeologi dan inspeksi beton

Antena GPR yang dirancang adalah antena Rolled dipole. Antena rolled dipole adalah sebuah antena dipole yang dibuat melingkar yang diberi pembebanan resistif. Untuk keperluan analisis penulis menggunakan metode Finite Difference Time Domain (FDTD) dengan software FDTD3D untuk menganailisa sistem antenna. Software FDTD3D akan secara langsung akan menghasilkan bentuk dan amplitudo sinyal transmisi antena rolled dipole. Simulasi impedansi input, VSWR, dan footprint memerlukan pengolahan data dengan MatLab. Dalam pengukuran penulis menggunakan network analyzer (VNA). VNA digunakan untuk melakukan pengukuran scattering parameter S21 untuk mengamati bentuk gelombang yang ditransmisikan dan parameter S11 untuk mengukur impedansi input, VSWR, dan footprint antena. Hasil pengukuran scatterring paramater S11 diproses dengan MatLab. Setelah itu dilakukan perbandingan antara antena hasil simulasi FDTD3D dan pengukuran pada realisasi antena.

Hasil pengukuran menunjukkan desain antena dioptimasi terhadap durasi pulsa 1.6 ns.

Hal ini sesuai dengan harapan desain antena awal. Pengukuran impedansi input, VSWR, footprint memberikan hasil yang berbeda antara simulasi dan realisasi. Hal ini disebabkan gejala staircasing yang terjadi dalam mendesain geometri antena.

Kata kunci : antena GPR, antena rolled dipole, FDTD, scattering parameter, Matlab, network analyzer

1. Pendahuluan

Ground Penetrating Radar (GPR) adalah sistem yang saat ini marak dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun segi bisnis. GPR adalah sistem radar yang digunakan untuk pendeteksian benda-benda tertentu yang berada di dalam permukaan tanah. Dengan GPR, kita dapat melakukan pendeteksian benda-benda di bawah permukaan tanah tanpa proses penggalian.Hal ini akan membuat proses pendeteksian menjadi lebih efektif dan efisien.Ada parameter penting dalam GPR ini yaitu penggunaan pulsa. Dalam pelaksanaanya, GPR akan memancarkan pulsa sempit. Pulsa yang sempit ini mempunyai lebar bidang frekuensi yang besar. Jika pulsa dipersempit lagi akan didapatkan lebar bidang frekuensi yang semakin besar. Hal inilah yang meletarbelakangi dibutuhkannya suatu antena yang dapat mengatasi masalah tersebut. Dimana diharapkan akan diapatkan suatu antena yang dapat mempertahankan pola radiasi yang konstan dalam range frekuensi yang besar. Hal inilah yang melatarbelakngi penggunaan antena ultra wideband untuk aplikasi GPR.

Antena adalah salah satu elemen terpenting dalam GPR. Kemampuan GPR dalam pendeteksian amat bergantung pada kemampuan antena yang digunakan. Hal ini disebabkan, antena adalah bagian yang meradiasikan pulsa sempit tersebut ke tanah. Radiasi antena yang diharapkan memiliki tingkat loss dan distorsi yang kecil. Jika frekuensi rendah dalam GPR tidak diradiasikan secara maksimal, akan

(2)

terdapat refleksi internal yang mengakibatkan

osilasi. Selanjutnya osilasi ini akan

mengakibatkan gejala late time ringing dan

osilasi juga dapat mengaburkan sinyal

pendeteksian yang mengakibatkan analisis benda menjadi sulit [3]. Refleksi internal dapat diatasi dengan penggunaan pembebanan resistif (resistif

loading). Adapun, Antena ultra wideband yang

umum digunakan pada GPR adalah antena dipole setengah lamda. Antena dipole yang memilki resistor yang dipasang tergulung di ujungnya disebut dengan antena rolled dipole.

Antena dalam GPR juga diharapkan harus memiliki kopling yang baik terhadap tanah. Antena ini digunakan untuk mentransfer energi yang lebih banyak ke dalam tanah dan mengurangi radiasi ke udara, sedangkan tanah sendiri memiliki sifat elektrik tanah yang berbeda-beda (konstanta dielektrik dan konduktivitas). Hal akan dapat mengakibatkan kesusahan dalam menjaga kondisi yang match antara antena dan tanah (sistem jadi tidak efisien jika tidak match). Hal ini tentu saja mengakibatkan sistem menjadi tidak efisien jika dilihat dari segi rugi-rugi ketidaksesuaian

(mismatch losses) yang mengakibatkan kesulitan

dalam penempatan antena agar radiasi energi maksimal untuk berbagai jenis tanah.

Antena GPR umumnya bekerja hanya pada durasi pulsa tertentu. Jika ingin mendeteksi suatu jenis tanah yang berbeda digunakan antena yang berbeda. Sebenarnya, antena yang sama dapat digunakan untuk permukaan yang berbeda, namun tidak akan menghasilkan pendeteksian yang maksimal jika digunakan pada permukaan yang berbeda (konstanta dielektrik dan konduktivitas). Pada perancangan antena kali ini penulis akan membatasi pada penggunaan permukaan berupa udara dan pasir kering.

Pembuatan antena itu sendiri dapat dilakukan dengan mengatur panjang antena yang bergantung pada durasi pulsa yang dibangkitkan. Dimana panjang antena GPR untuk radiasi maksimum bergantung pada substrat dielektrik bahan dan durasi pulsa yang digunakan.

Teknik inilah yang digunakan oleh penulis untuk merancang dan merealisasikan antena GPR tersebut. Penulis akan membuat antena GPR yang dioptimasi terhadap pulsa 1.6 ns dengan bantuan software FDTD 3D.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan mensimulasikan antena rolled dipole dioptimasi terhadap pulsa 1.6 ns untuk keperluan GPR

2. Perancangan dan Simulasi Antena

untuk GPR

Pulsa yang dipilih dalam perancangan antena GPR yang diusulkan ini adalah pulsa monocycle dengan durasi 1.6 ns . Dalam spektrum frekuensi terlihat durasi ini memiliki frekuensi center pada 600 MHz.

Simulasi antena adalah hal yang terlebih dahulu dilakukan sebelum perealisasian antena dilakukan. Simulasi antena dilakukan dengan software FDTD 3D. Selain itu, juga diperlukan software lainya, yaitu : Corel Draw, Microsoft Visual Studio (c++) v.6.0, dan MatLab v.7.04 .

Tahapan kerja dalam simulasi ini adalah sebagai berikut :

1. Perancangan antena yang akan disimulasikan. Penulis merancang antena dengan menggunakan software Corel Draw, dimana perancangan antena ini berdasarkan teori dasar yang telah ada.

2. Pembuatan scipt untuk software FDTD3D. Hal ini dilakukan dengan software Microsoft Visual Studio (c++) v.6.0. Antena yang telah dirancang dalam software Corel Draw kemudian dibuat dalam script Microsoft Visual Studio (c++) v.. Selanjutnya script ini disimpan dalam dengan ekstension “*.dat”.

3. Pengeditan case yang ada dalam software FDTD3D. Hal ini dilakukan dengan software Microsoft Visual Studio (c++) v.6.0. Pengeditan yang dilakukan dalam simualasi ini pada material list.cpp. Pengeditan yang dilakukan dalam simulasii berupa nilai konduktivitas case dan nilai dielektrik material FR-4

4. Proses Running FDTD. Proses running ini dilakukan setelah script untuk FDTD dan pengeditan case telah selesai dilakukan.

5. Hasil simulasi dan pengolahan data hasil simulasi. Hasil simulasi berbentuk output file dalam bentuk Matlab. Hasil simulasi ini dapat dilihat dalam Matlab v.7.04. Pengolahan data pada simulasi ini juga menggunakan software Matlab v.7.04. Pengolahan data ini meliputi simulasi : impedansi input, VSWR dan footprint antena.

(3)

2.1 Hasil Simulasi

2.1.1 Hasil Simulasi Mat3d Antena

Rolled dipole

Gambar 2-1. Hasil simulasi mat3d antena rolled dipole pasir

Dalam hasil simulasi terlihat bentuk pendeskripsian yang sesuai dengan yang diharapkan. Dimana hal ini berarti antena yang kita desain telah sesuai dengan rancangan awal dan selanjutnya kita dapat melihat karakteristik sinyal transmisi dari antena yang telah kita dideskripsikan diawal.

2.1.2 Bentuk Gelombang yang

ditransmisikan

(a)

(b)

Gambar 2-2. Bentuk gelombang yang ditransmisikan oleh antena rolled dipole yang dikesitasi oleh pulsa monocycle 1.6 ns dengan titik pengamatan (a)5cm (b) 10cm pada arah

broadside antena dipol di pasir

Tabel 2-1. Nilai amplitudo peak to peak dan ringing bentuk gelombang yang ditransmisikan

oleh antena rolled dipole yang dikesitasi oleh pulsa monocycle 1.6 ns dengan titik pengamatan

(a)5cm (b) 10cm pada arah broadside antena dipol di pasir

Dimanatabel 2-1 terlihat nilai ringing yang kecil dibandingkan amplitudo sinyal pulsa utama. Hal ini berarti antena rolled dipole baik untuk transmisi sinyal dengan pulsa lebar

Jarak

Sinyal

Transmisi

(cm)

Amplitudo

puncak

(V/m)

Amplitudo

ringing

(V/m)

Level

ringing

(dB)

5

665

39

-24,6

10

436

25

-24,88

2.1.3 Impedansi Input

(4)

(a)

(b)

Gambar 2-3. Impedansi input antena rolled dipole saat simulasi (a)udara (b)pasir

Salah satu parameter impedansi input dari antena ultrawideband adalah ia memiliki impedansi input dengan nilai resistansi yang

flat atau konstan pada range frekuensi tertentu

dan nilai reaktansi nol [11]. Impedansi input antena dipol pendek tidak menunjukkan nilai resistansi yang tidak flat dan reaktansi yang jauh dari nol. Impedansi input antena rolled dipole pada gambar 2-3 menunjukkan nilai resistansi yang lebih flat dan reaktansi yang mendekati nol (kecil).

Pada gambar 2-3 terlihat bahwa terlihat karakteristik impedansi input yang mirip antara udara dan pasir. Hal ini membuktikan antena ini adaptif pada permukaan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan rancangan awal antena. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa impedansi input dalam medium pasir memberikan nilai yang lebih flat dibandingkan dengan udara. Dimana hal ini terjadi sebab pasir adalah

absorber yang mengakibatkan perubahan

karakteristik antena. Pasir ini akan menyerap daya yang ditransmisikan antena. Pada bagian antara dua medium pasir dan udara akan terjadi juga efek kopling, dimana efek kopling yang ada berupa pemantulan daya. Efek ini sering juga disebut clutter untuk sisyem GPR. Efek kopling ini dapat diatasi dengan mendekatkan antena dengan pasir. Pada simulasi ini antena dibuat menempel ke tanah.

Dalam pengukuran impedansi input pada gambar gambar 2-3 masih terlihat adanya nilai resistenasi impedansi input yang tinggi pada frekeunsi tertentu, hal ini tejadi sebab masih adanya gejala refleksi internal yang terdapat pada antena tersebut. Antena yang baik sebenarnya memiliki panjang elemen resistif

yang tidak terhingga. Dimana hal ini berarti arus tidak kembali ke feed, sehingga refleksi internal berkurang. Namun hal ini tidak mungkin dilakukan dalam perealisasian antena sebab tidak efisien dalam tempat dan memerlukan biaya realisasi yang cukup besar.

2.1.4 VSWR

(a)

(b)

Gambar 2-4. VSWR antena rolled dipole saat simulasi (a)udara (b)pasir

Pada gambar 2-4 (a) dan (b) terlihat bahwa antena rolled dipole memiliki nilai VSWR yang cukup baik (rendah) terhadap frekuensi . Hal ini sesuai dengan karakteristik VSWR yang diharapkan dalam mendesain sebuah antena GPR dimana antena GPR harus memiliki nilai yang baik (renda) untuk range frekuensi yang besar.

Pada gambar 2-4 (a) dan (b) terdapat sedikit perbedaan dalam nilai VSWR. VSWR yang rendah pada gambar 2-4 (a) didapat pada frekuensi 825 Mhz dengan nilai VSWR 1,2 sedangkan pada 600 MHz didapat VSWR 2,8. Pada gambar 2-4 (b) didapat VSWR yang rendah pada 667 MHz sebesar 1,5 sedangkan pada 600 MHz didapat VSWR 1,9. Sesuai dengan desain awal, diharapkan didapatkan sebuah antena yang memiliki VSWR yang rendah pada 600MHz, hal ini dapat terbukti dari data diatas. Hal ini membuktikan antena ini layak digunakan untuk transmisi pulsa dengan frekuensi center 600 MHz.

(5)

2.1.5 Footprint Antena Rolled Dipole

Gambar 2-5. Footprint antenna Rolled dipole disimulasikan pada kedalaman 10 cm di pasir dalam desibel berdasarkan amplitude peak to

peak

Tabel 2-2. Nilai footprint antenna rolled dipole pada simulasi 10 cm dibawah pasir

(dalam dB)

Pada gambar 3-20 terlihat footprint

antena rolled dipole pada permukaan

tanah. Footprint yang digunakan

pada percobaan ini menggunakan

peak to peak amplitudo. Tabel 2-2

menunjukkan besar daerah -3 dB dan

-10 dB footprint antena. Nilai

penurunan -3dB dan -10 dB adalah

nilai yang paling banyak digunakan

dalam aplikasi GPR.

3. Pengukuran dan Analisis Antena

Rolled Dipole

3.1 Bentuk Gelombang Yang

Ditransmisikan

Gambar 3-1. Sinyal transmisi antena GPR Rolled dipole

Pada gambar 3-1 terlihat bahwa antena meimiliki ringing yang rendah sebear -18dB. Gejala ringing yang rendah menunjukkan antena GPR yang kita desain yaitu antena rolled dipole dapat digunakan untuk keperluan GPR. Durasi sinyal pulsa utama pada gambar 3-1 sebesar 1,6 ns. Hal ini sesuai dengan durasi pulsa yang ditransmisikan pada percobaan ini.

Bentuk gelombang yang ditransmisikan pada gambar 3-1 menunjukkan hasil yang menyerupai dengan simulasi. Nilai ringing pada simulasi 10 cm pada tabel sebesar 17,8. Hal ini menunjukkan realisasi antena berhasil. Terdapat perbedaan hasil simulasi dan pengukuran, Hal ini antara lain disebabkan oleh : gejala staircasing pada geometri antena simulasi, perbedaan jarak spasi resistor dan celah pengisian resistor dalam simulasi dan realisasi, perbedaan nilai resistor simulasi dan realisasi, material pasir yang tidak sama antara simulasi dan realisasi, dan faktor pembulatan perhitungan.

3.2 Impedansi Input Antena Rolled

Dipole

(6)

(b)

Gambar 3-2. Impedansi input antena Rolled dipol pada perhitungan (a)udara (b) pasir

Pada gambar 3-2 terdapat hasil impedansi input dalam medium pasir yang lebih flat dibandingkan udara. Hal ini terjadi sebab pasir merupakan medium absorber, sehingga terjadi bentuk yang lebih flat. Dalam perhitungan terdapat masih adanya impedansi input yang tinggi, hal ini disebabkan refleksi antena yang terjadi. Hal ini terjadi sebab tidak mungkin membuat pembebanan dengan panjang yang tak terbatas.

Dalam perhitungan pada gambar 3-2 terdapat pola impedansi input yang mirip antara impedansi input di udara dengan di pasir, Hal ini menunjukkan antena yang didesain sudah adaptif untuk pemakaian di udara maupun pasir dan dapat digunakan untuk keperluan GPR. Impedansi input di pasir lebih flat dari udara, hal ini terjadi sebab pasir adalah absorber yang mengakibatkan perubahan karakteristik antena. Pasir ini akan menyerap daya yang ditransmisikan antena. Pada bagian antara dua medium pasir dan udara akan terjadi juga efek

kopling, dimana efek kopling yang ada berupa

efek yang diakibatkan pemantulan daya. Efek ini sering juga disebut clutter untuk sisyem GPR. Efek kopling ini dapat diatasi dengan

mendekatkan antena dengan pasir.

Perbedaan perkiraan nilai impedansi input hasil simulasi (gambar 2-3) dan hasil realisasi (gambar 3-2) disebabkan oleh perbedaan nilai permitivitas dan ketebalan substrat yang digunakan dalam perealisasian antena dan dalam simulasi. Perbedaan ini juga disebabkan gejala staircasing dalam simulasi antena rolled dipole dengan metode FDTD. Perbedaan nilai permitivitas akan mempengaruhi scattering parameter antena yang selanjutnya mempengaruhi karakteristik impedansi input antena.

3.3 VSWR Antena Rolled Dipole

(a)

(b)

Gambar 3-3. VSWR antena rolled dipole pada pengukuran di pasir (a) frekuensi center (b)

umum

Pada gambar 3-3 terlihat antena rolled dipole ini memilki karakteristik VSWR yang baik pada frekuensi 600 MHz. pada pengukuran di pasir gambar 3-3 didapat nilai VSWR 1,55. Nilai VSWR maksimal pada pasir (5,5). Hal ini sesuai dengan desain awal antena, dimana pulsa yang dikirimkan menggunakan center frekuensi 600MHz. Dimana VSWR rendah, berarti antena ini dapat digunakan untuk transmisi pulsa 1.6 ns yang memiliki spektrum frekuensi 600 MHz. VSWR antena rolled dipole baik pada medium udara dan pasir memberikan hasil yang mirip, hal ini membuktikan antena ini adaptif pada pengukuran udara dan pasir.

Terdapat perbedaan antara VSWR hasil simulasi (gambar 2-4) dan pengukuran realisasi (3-3). Perbedaan ini terutama disebabkan oleh perbedaan nilai substrat material FR-4 pada simulasi dan realisasi. Dalam proses realisasi ini penulis menggunakan medium dilektrik FR-4 dengan permitivitas relatif 4,4 . Hal ini berbeda dengan simulasi yang menggunakan permitivitas relatif sebesar 3,55. Hal ini akan menggeser nilai

(7)

frekuensi center. Nilai frekunsi center yang didaptkan dari hasil perhitungan dengan permitivitas relatif 4,4 menjadi 538 MHz. Pergeseran yang dicapai mencapai 62 MHz.

3.4 Footprint Antena Rolled Dipole

-3 0 -3 0 -30 -30 -30 -30 -30 -3 0 -2 0 -2 0 -20 -2 0 -2 0 -20 -20 -1 0 -10 -10 -10 -1 0 X (cm) Y ( c m )

Normalised peak to peak voltage in dB

-60 -40 -20 0 20 40 60 -60 -40 -20 0 20 40 60

Gambar 3-4. Footprint antena Roll Dipole berdasarkan peak to peak amplitudo diukur pada

pasir (real eps = 4)

Tabel 3-1. Ukuran footprint antenna rolled dipole pada pengukuran di pasir

Level (dB) X(cm) Y(cm)

0 30 60

-3 34 48

-10 48 80

Tabel 3-1 menunjukkan level 0 dB pada antena rolled dipole memberikan ukuran x = 30cm dan y = 60cm [13] . Secara umum dalam praktek di lapangan digunakan perhitungan untuk -3dB dan -10 dB. Pengukuran -3dB adalah yang umum terdapat dalam display layer GPR dan -10 dB digunakan untuk postprocessing di computer yang digunakan untuk pengolahan lebih lanjut dalam sistem GPR.

Gambar 3-5. Footprint antena rolled dipole berdasarkan spektrum magnitude diukur pada

pasir (real eps =4) dalam dB

Dari gambar 3-5 terlihat footprint spektrum frekuensi dari antena saat digunakan pada frekuensi yang berbeda-beda. Frekuensi yang digunakan pada antena ini, yaitu : 400MHz, 600 MHz, 1 GHz, 2 GHz, 3GHz dan 4 GHz. Dari gambar terlihat intensitas spektrum yang terbaik didapat saat digunakan pulsa 600 MHZ. Dimana saat penggunaan 600 MHZ, didapat spektrum yang terbesar dengan magnitude yang tinggi. Hal ini menunjukkan antena ini dapat digunakan untuk pulsa dengan frekuensi center 600 MHz.

Dari hasil pengukuran gambar 3-4 dan gambar 3-5, terlihat pemberian transmisi durasi pulsa 1.6 ns pada antena rolled dipole ini memberikan gambaran footprint yang luas dengan amplitudo yang baik jika dibandingkan dengan pemberian durasi lain pada antena ini. Footprint yang baik haruslah mempunyai size yang sama dengan benda yang ingin dideteksi. Footprint yang terlalu lebar akan terjadi ground clutter yang tinggi. Sebalikya footprint yang kecil akan memungkinkan kesulitan dalam identifikasi maupun pendeteksian target.

Gambar footprint hasil simulasi (gambar 2-5) menunjukkan hasil yang berbeda dengan footprint hasil pengukuran realisasi antena (gambar 3-4). Hal ini terutama disebabkan penggunaan medium pasir yang berbeda dalam simulasi dan realisasi dan perbedaan dalam geometri simulasi dan realisasi antena. Perbedaan pasir ini akan mengakibatkan perbedaan absorbing dan pemantulan pasir

(faktor kopling) yang selanjutnya juga

mengakibatkan perbedaan hasil simulasi dan pengukuran. Perbedaan footprint ini juga disebabkan kedalaman Tx loop yang berbeda antara simulasi dan realisasi. Tx loop dalam realisasi tak dapt ditentukan secara pasti. Perbedaan kedalaman Tx loop ini mengakibatkan perbedaan footprint simulasi dan pengukuran. Hal ini disebabkan adanya penurunan medan listrik pada kedalaman yang berbeda secara

(8)

eksponensial dan redaman yang berbeda untuk jenis pasir yang berbeda.

4.Kesimpulan dan Studi Lanjutan

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan semua proses perancangan, simulasi, realisasi, dan pengukuran antena GPR rolled dipole yang dioptimasi terhadap pulsa 1.6 ns dapat disimpulkan bahwa

1. Antena rolled dipole dapat memperkecil dimensi dengan penggunaan elemen resistor yang dipasang tergulung.

2. Panjang antena optimum yang dapat digunakan untuk menghasilkan radiasi maksimum bergantung pada substat bahan dielektrik dan frekuensi center dari pulsa yang ditransmisikan

3. Penggunaan pembebanan resistif pada lengan yang dipasang di sepanjang antena dapat menguransi ringing dan memperbesar bandwidth dari antena tersebut

4. Antena rolled dipole memilki karakteristik impedansi input selayaknya karakteristik antena ultrawideband yang baik, yaitu : memiliki nilai impedansi yang konstan dan reaktansi yang rendah (nol)

.

5. Antena rolled dipole memiliki footprint dengan puncak spectrum dengan resolusi paling tinggi pada ukuran x= 30 cm dan y=60 cm yang bekerja pada frekuensi 600 MHz sesuai dengan perancangan.

4.2 Studi Lanjutan

Studi lanjutan yang dapat penulis kemukakan dalam tugas akhir ini , yaitu:

1. Penyesuaian antara parameter simulasi dan realisasi adalah hal yang mutlak diperlukan dalam perancangan antena ini. Hal ini menackup penggunaan substrat bahan, pemakaian nilai resistensi yang sesuai dengan simulasi, spasi antar resistor, dan celah untuk pengisian resistor.

2. Teknik pembebanan resistif dalam sebuah antena masih dapat dikembangkan, dimana Wu-King profile adalah salah satunya.

Daftar Pustaka

[1]. A.A. Lestari, Antennas For Improved

Ground Penetratimg Radar: Modeling, Tools, Analisys And Design,

Ph.D.Dissertation, ISBN 90-76928-05-3, Delft University of Technology, The Netherlands, 2003.

[2]. T.T.Wu, R.W.P.King,”The cylindrical antenna with non reflecting resistiv loading”, IEE Trans.Antennas Propagat., vol.AP-13, no.5,

pp.369-373, May 1965.

[3]. J.G.Maloney, G.S.Smith, “A study of transient radiation fron the Wu-King resistif monopole-FDTD analisys and experimental measurements’, IEE

Trans.Antennas Propagat., vol.41, no.5,

pp.668-679, May 1993.

[4]. Iskander, Magdy F., Electromagnetic

Fields and Waves, Prentice Hall, 1992.

[5]. A.A Lestari, E. Bharata, A.B. Suksmono, “Extection of the Cooperative IRCTR-ITB Research Project on GPR Antennas”

[6]. A.A. Lestari, A.G. Yarovoy, L.P. Ligthart, “RC loaded bow-tie antenna

for improved pulse radiation,” IEEE Trans. An-tennas Propagat., vol. 52, no.

10, pp. 2555-2563, Oct. 2004..

[7]. A.A. Lestari, A.B. Suksmono, E. Bharata, A.G. Yarovoy,and L.P. Ligthart, “Small UWB antenna with

improved efficiency for pulse radiation,” Proc. 2005 IEEE Int. WorkshopAntenna Technology (IWAT 2005), pp. 295-298, Singapore, Mar.

2005.

[8]. Warent L.Slutzman, Gary A.Thiele,”Antenna Theory and Design”, John Wiley & Sons, New York, 1981.

[9]. TP.Montoya, G.S.Smith,”A study of pulse radiation from several broad-band loaded monopoles”, IEE

Trans.Antennas Propagat.,

vol.44,no.8,pp.1172-1182,Aug.1996-a. [10]. Denny Yulian, Perancangan dan

Realisasi Sistem Antena GPR Yang dioptimasi Terhadap Beberapa Durasi Pulsa dengan Menggunakan Metode FDTD. Tugas Akhir, ITB, 2006

(9)

[11]. Wawan Saprudin, Optimasi Geometri

Metalic Shielding pada Antena Bowtie yang Dimodifikasi untuk Aplikasi GPR dengan Metode FDTD, Tugas Akhir,

ITB, 2004.

[12]. A. Yarovoy, R. De Jongh, L. Lighart, “Ultra-wideband sensor for elektromagnetic field measurement in time-domain”, Elect.Lett, vol. 36, no 20, pp.1679-1680, sep. 2000.

[13]. Judawisastra, Herman, Catatan Kuliah:

Antena dan Propagasi, Penerbit ITB.

[14]. Yuyu Wahyu ,Yudi Yuliyus Maulana, Folin Oktafiani, A.A. Lestari,

“Footprint Antena GPR untuk Ground

Penetratting Radar (GPR)”,International Research Centre

for Telecommunications and Radar – Indonesian Branch (IRCTR-ITB), 2008

Gambar

Gambar 2-1. Hasil simulasi mat3d antena rolled  dipole pasir
Gambar 2-4. VSWR antena rolled dipole saat  simulasi (a)udara (b)pasir
Gambar 2-5. Footprint antenna Rolled dipole  disimulasikan pada kedalaman 10 cm di pasir  dalam desibel berdasarkan amplitude peak to
Gambar 3-3. VSWR antena rolled dipole pada  pengukuran di pasir (a) frekuensi center (b)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam asam lemak digliserida tidak berwarna.Warna orange atau kuning

Berdasarkan hasil perhitungan panjang fetch pada Tabel 3.3 dapat dilakukan perhitungan tinggi dan periode gelombang yang terjadi di laut dalam dengan menggunakan

Bitt dengan ukuran yang lebih besar disebut dengan bollart (corner mooring post) yang diletakkan pada kedua ujung dermaga.Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi

Bagi Menu Akademik, terdapat maklumat berkaitan urusan akademik pelajar yang boleh dimuat turun untuk dijadikan sebagai rujukan antaranya adalah: -.. Rajah 4:

(2) Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan anggaran yang memiliki kontribusi terbesar terhadap belanja modal pada pemerintah Kota Manado, sedangkan Pendapatan Asli

Setelah pembekalan tersebut, para Guru Pemandu juga dapat melatih dalam kelompok kerja sesuai dengan materi yang telah mereka peroleh antara lain penyusunan Garis-garis

Dengan banyak sumber penerimaan yang berasal dari pajak daerah, maka diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri memiliki peluang untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Diharapkan dari penelitian ini dapat membuktikan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture terhadap keaktifan dan hasil belajar