BAB III
OBJEK DAN SISTEM EVALUASI
PENDIDIKAN ISLAM
A.OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Objek evaluasi Pendidikan Islam dalam arti yang umum adalah peserta didik. Sementara dalam arti khusus adalah aspek-aspek tertentu yang terdapat pada peserta didik. Peserta didik disini sebenarnya bukan hanya sebagai objek evaluasi semata, tetapi juga sebagai subjek evaluasi. Oleh karena itu,
evaluasi pendidikan Islam dilakukan dengan dua cara yaitu : pertama, evaluasi atas diri sendiri (self
evaluation /muhasabah), kedua, evaluasi terhadap
peserta didik. (Ramayulis, 2009 : 237).
1. Evaluasi atas diri sendiri (self evaluation
/muhasabah)
Seorang muslim termasuk peserta didik yang sadar dan baik adalah mereka yang sering
mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai kelebihan yang harus dipertahankan maupun kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi, karena evaluasi diri sendiri bersifat lebih objektif. Hal ini ditegaskan dalam
Alquran surat Adz-Dzariat (51) ayat 21 : نَورُصِ بْتُ لَفَأَ مْكُسِ فُنْأَ يفِوَ
“ Dan pada diri kamu kamu sendiri maka mengapa kamu tidak mau melihat dan memikirkannya.”?
Umar ibn Khattab pernah mengatakan hasibu
anfusakum qabla an tuhasabu (evaluasilah diri kamu
sendiri sebelum kamu mengevaluasi orang lain). Manusia dituntut untuk waspada dalam melakukan berbagai perbuatan karena semua perbuatan manusia tidak lepas dari evaluasi Allah serta dua malaikat sebagai supervisor dan evaluator yaitu Raqib dan ‘Atid berdasarkan surat Albaqarah (2) ayat 115 :
مٌيلِعَ عٌسِ اوَ لَّ ا نّإِ لِّ ا هُجْوَ مّثَفَ اولّوَتُ امَنَيْأَفَ بُ رِغْمَلْاوَ قُ رِشْ مَلْا لِِّ وَ “ Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat maka
dimanapun kamu menghadap maka disanalah wajah Allah sesungguhnya Allah Maha luas limpahan
Rahmat dan Karunianya lagi Maha Mengetahui.”
Dan juga terdapat pada surat Qaf (50) ayat 18 : دٌيتِعَ بٌ يقِرَ هِيْدَلَ لّإِ لٍوْقَ نْمِ ظُفِلْيَ امَ
“ Tidak ada satu perkataan yang dilafazkan melainkan disisinya terdapat malaikat Raqib dan ‘Atid yang siap menuliskan segala perbuatannya.”
Hasil penilaian yang baik mendapatkan surga sedangkan hasil penilaian buruk mendapatkan neraka.
2. Evaluasi terhadap peserta didik
Evaluasi ini harus disertai niat “ Amar Ma’ruf
Nahi Munkar” yang bertujuan memperbaiki (ishlah)
bagi tindakan orang lain, serta untuk terlaksananya suatu tujuan pendidikan Islam sesuai dengan
tuntunan Alquran dalam surat Al’Ashr (103): ayat 3 : رِبْصّ لابِ اوْصَ اوَتَوَ قّ حَلْابِ اوْصَ اوَتَوَ تِ احَلِاصّ لا اولُمِعَوَ اونُمَآَ نَيذِلّا لّإِ “ Kecuali orang-orang yang beriman dan ber’amal
shalih saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Ada satu asumsi bahwa dalam kondisi tertentu, seseorang terkadang lepas kendali, sehingga ia
melakukan tindakan tidak dalam kesadarannya yang hakiki, karena terpengaruh oleh emosi dan sifat subjektivitasnya. Pada saat inilah, orang lain mudah menilai dan mengevaluasi kegiatan tersebut,
sedangkan pelaku sendiri tidak mengerti apakah
orang lain (pendidik) dalam hal ini lebih bersifat komparabel, menilai anak didik secara jelas dan jawaban yang salah segera dibenarkan bukan dibiarkan berlarut-larut, sehingga anak didik tetap tenggelam dalam kebimbangan, kebodohan dan tidak dapat melangkah yang lebih maju. (Muhaimin, 1993 : 280).
B. ASPEK-ASPEK EVALUASI PENDIDIKAN Aspek-aspek khusus yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan Islam adalah perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu;
1. Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam Tujuan umum pendidikan Islam adalah adanya
taqarrub dan penyerahan mutlak peserta didik kepada
Allah Swt. Evaluasi disini meliputi aspek: a.Perkembangan ibadah peserta didik
b.Perkembangan pelaksanaan menjadi khalifah Allah di muka bumi
c.Perkembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
d.Perkembangan pemenuhan kewajiban hidup berupa kewajiban yang bersifat duniawi dan
ukhrawi.
2. Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam Fungsi pendidikan adalah pengembangan potensi peserta didik, transinternalisasi nilai-nilai Islam, dan mempersiapkan segala kebutuhan masa depan peserta didik. Evaluasi disini meliputi aspek-aspek:
a.Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta didik, misalnya potensi ijtihad, jihad,
tajdid, emosi, kognisi (cipta) dan konasi (karsa)
b.Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Islam
c.Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. 3. Dilihat dari sudut-sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam pendidikan Islam.
Dimensi-dimensi kebutuhan hidup manusia meliputi :
a.Berdasarkan kebutuhan asasi hidup manusia seperti kebutuhan primer(hajjah), sekunder (dharuriyah), pelengkap/tersier (tahsiniyyah). b.Berdasarkan segi-segi yang terdapat pada
psikopisik manusia, seperti segi jasmaniyyah (fisik), aqliyyah (akal),
akhlaqiyyah(adab/perilaku),ijtimai’yyah(kemasy
arakatan atau sosial), dan fannaniyyah (artistik/seni).
Sementara itu aspek-aspek evaluasi meliputi : a.Perkembangan peserta didik dalam
memperoleh dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Perolehan dan pemenuhan kebutuhan ini didasarkan atas hirarkinya, misalnya perkembangan pemenuhan
kebutuhan agama (li hifdz ad- din), jiwa (li hifdz
an-nafs), akal (li hifdz al-‘aqal), keturunan (li hifdz an-nasl), harta dan kehormatan (li hifdz al-amwal wa’irdh) bermuamalah dan sebagainya.
b.Perkembangan pendayagunaandan optimalisasi potensi jasmani, intelegensi dan emosi agar peserta didik mampu memiliki kepribadian mulia, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, alam dan kepada pencipta alam semesta raya Allah Swt.
4. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik
Taksonomi Bloom yang telah merakyat meliputi kognitif, afektif dan psikomotor hampir mendekati taksonomi dalam pendidikan Islam. Kedekatan tersebut dapat dilihat dari beberapa ciri, yaitu: a. Aspek kognitif : berupa pengembangan
pengetahuan agama termasuk di dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan. Di samping pembinaan sikap dan pertumbuhan keterampilan beragama, maka perlu sekali diketahui oleh pendidik adalah pemberian pelajaran agama kepada peserta didik. Pelajaran agama yang diberikannya kepada peserta didik tersebut hendaklah yang dapat dikuasai, dipatuhi, dianalisa dan dapat digunakan oleh peserta didik dalam situasi konkrit yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
b. Aspek afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama termasuk di dalmnya fungsi perasaan dan sikap. Tujuan utama dan pertama dalam pendidikan agama adalah pertumbuhan dan pengembangan sikap positif dan cinta kepada agama. Tujuan utama ini nantinya yang akan membuat anak menjadi orang
dewasa yang hidup sesuai dengan ajaran agama, berakhlak dan beraktivitas sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Sikap ini nantinya yang akan dapat menjauhkan peserta didik dari berbagai godaan duniawi yang bertentangan dengan agama. Bahkan peserta didik akan menjadi pribadi tangguh dalam menghadapi segala persoalan dan kesukaran hidup dan bertahan dalam kondisi moral yang diridhoi oleh Allah Swt.
c. Aspek psikomotor berupa menumbuhkan
keterampilan beragama, termasuk di dalamnya fungsi kehendak, kemauan dan tingkah laku. Keterampilan beragama harus ditumbuhkan dan dibina pada
peserta didik meliputi keterampilan beragama dalam menghubungkannya dengan Tuhan dalam ibadah. Perlu diperhatikan penanaman keterampilan
melakukan ibadah harus pula disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, dilakukan dengan latihan dan pembinaan secara berangsur-angsur. Demikian pula terhadap keterampilan dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitar. C. SISTEM EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Swt dan Rasul-Nya yang berimplikasi pedagogis sebagai berikut:
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialami sesuai dengan Alquran surat Albaqarah ayat 155 :
رِشّ بَوَ تِ ارَمَثّلاوَ سِ فُنْلَْاوَ لِاوَمْلَْا نَمِ صٍ قْنَوَ عِوجُلْاوَ فِ وْخَلْا نَمِ ءٍيْ شَ بِ مْكُنّوَلُبْنَلَوَ نَيرِبِاصّ لا
“ Dan benar-benar Kami uji kamu manusia dengan sesuatu berupa rasa takut, rasa lapar dan kekurangan harta serta hilangnya jiwa berupa kematian serta kekurangan buah-buahan semacam paceklik namun demikian berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
b. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya sesuai dengan Alquran surat an-Naml ayat 27 :
رَكَشَ نْمَوَ رُفُكْأَ مْأَ رُكُشْ أَأَ ينِوَلُبْيَلِ يبّرَ لِضْ فَ نْمِ اذَهَ “ … Ini adalah limpahan Karunia Tuhanku untuk
menguji apakah aku adalah orang yang bersyukur atau tidak atas nikmat pemberianNya.”
keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap Nabi Ibrahim yang meyembelih Ismail putera yang dicintainya.
d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti
pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan kepadanya dihadapan para Malaikat.
e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan
semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.