• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, Irama, dan menggunakan garasi rumahnya untuk merekam album. sedemikian pesat berikut dengan segala problematikanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, Irama, dan menggunakan garasi rumahnya untuk merekam album. sedemikian pesat berikut dengan segala problematikanya."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri musik di Indonesia memasuki periode terburuk sejak bisnis ini dimulai pada tahun 1954. Ketika Suyoso Karsono mendirikan label rekaman pertama di Indonesia, Irama, dan menggunakan garasi rumahnya untuk merekam album beberapa grup musik pasti ia tidak menyangka bahwa industri ini akan berkembang sedemikian pesat berikut dengan segala problematikanya.

Problematika yang terjadi saat ini adalah pembajakan musik di Indonesia peredarannya mencapai 95,7% dari produk aslinya. Hanya 4,3% saja produk rekaman asli yang beredar dipasaran (data ASIRI per tahun 2000). Problematika ini mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya, perkembangan teknologi telah menyulap piringan hitam yang dulu di produksi menjadi kaset, CD, dan kemudian digital yang tidak bebas-bajak. Kondisi yang buruk inilah yang membuat bangkrut 117 label rekaman lokal dan menurunnya angka penjualan album rekaman legal secara drastis yang saat ini menyentuh angka 20% tiap tahunnya.

Industri rekaman sebagai salah satu elemen terpenting industri musik Indonesia mengalami pukulan yang cukup berat sepanjang 2006 silam. Menurut data terbaru yang diberikan ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia) sebagai pemegang 80% pasar musik, total penjualan rekaman fiskal tahun lalu mengalami penurunan 21% jika dibandingkan dengan 2005. Total penjualan unit kaset, CD, dan

(2)

2

VCD tahun lalu tercatat sebesar 23.736.355 keping diseluruh Indonesia. Angka ini belum termasuk penjualan musik digital yang belakangan sempat menjadi fenomena dengan merebaknya bisnis ring back tone (RBT) dan full track download di tanah air.

Sebagai perbandingan, pada 1996, sebelum krisis moneter melanda tanah air, industri rekaman Indonesia bisa menjual 8-10 juta keping per bulannya atau sekitar 120 juta keping dalam setahun. Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri pun telah mengalami penurunan akibat naiknya tren men-download musik via layanan P2P (peer-to-peer). Walau begitu, penyebab utamanya di Indonesia hingga kini masih pembajakan rekaman fisikal.

Penyebab lainnya adalah perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang demikian pesat sehingga pola konsumsi orang menjadi berubah. Awalnya, penikmat musik rajin membeli kaset kini beralih membeli pulsa ponsel. Selain itu, film bajakan dalam bentuk DVD yang sangat murah dan mudah dibeli di mana-mana juga ikut mengalihkan perhatian pembeli musik. Faktanya sepanjang tahun 2006 tidak ada satu pun label rekaman yang penjualan album rekaman artis-artis besarnya menembus angka 1 juta keping. Berikut adalah daftar penjualan album fisikal dari band-band lokal:

(3)

3

Tabel 1.1: Daftar Penjualan Fisikal Perusahaan Label Tahun 2006 (Music Bizz, Rolling Stones Magazines)

Label Band/Artis Nama Album

Angka Penjualan Album Fisikal (Keping) Trinity Optima Production Ungu Melayang 800.000 SurgaMu 600.000 Universal Music

Studio Samsons Naluri Lelaki

700.000

Musica Studio

Nidji Breakthru’ 350.000

Letto Truth, Cry, and Lie 300.000

Agnes Monica Whaddup A? 300.000

Aquarius

Musikindo Ari Lasso Selalu Ada

300.000

Sony BMG Bunga Citra

Lestari Cinta Pertama

120.000

Perusahaan rekaman besar di Indonesia secara perlahan namun pasti akan meninggalkan tradisi bisnis mereka dengan menjadi perusahaan hiburan (entertainment company) jika tidak ingin bangkrut. Ini artinya label rekaman kini tidak hanya sekedar menjual album rekaman fisik semata. Namun mencari sumber pendapatan baru bagi label setelah album penjualan per unit kini tidak bisa lagi diandalkan.

Di Amerika Serikat selama setahun belakangan ini model bisnis terobosan baru bagi major label adalah metode kerja sama ”360 Deals” atau disebut juga “Multiple Rights Deal”. Dengan 360 Deals, label rekaman berhak menerima komisi

(4)

4

yang berasal dari profit konser, penjualan merchandise, sponsorship, endorsement komersial, dan sebagainya. Sebagai kompensasinya label berjanji akan fokus sekuat tenaga mempromosikan sang artis dalam jangka panjang dan tidak hanya sekedar menjual album rekaman semata.

Di Indonesia sendiri, Sony BMG Music Entertainment Indonesia adalah major label internasional yang pertama kali mempraktekkan manajemen artis didalam divisi usaha mereka pada 2004. Belakangan hampir seluruh major label internasional atau lokal yang ada di Indonesia mengadopsi model bisnis ini, misalnya Trinity Optima Production, EMI, Warner Music Indonesia hingga Musica Studio’s. Beberapa artis yang tergabung dalam manajemen artis antara lain The Changcuters, Vagetoz (Sony BMG), Nidji, Letto, D’masiv (Musica), Repvblik (EMI), Ungu, Naff (Trinity Optima Production).

Perusahaan label musik, dalam pengelolaan manajemennya dibedakan menjadi tiga metode yaitu major label, indipendent label (Indie label), dan netlabel. Perbedaan dari masing-masing tiga metode pengelolaan label tersebut terletak dari struktur modal, jalur distribusi, dll. Produk fisikal yang hampir dipastikan ‘punah’ dalam beberapa tahun kedepan, para pebisnis label musik harus mencari strategi alternatif dengan tidak mengandalkan penjualan produk fisikal semata jika tidak ingin bisnisnya bangkrut.

Dalam hal ini, PT. Offbeat Music Indonesia adalah salah satu label rekaman dengan pola manajemen independent (indie label) yang tetap bertahan dan terus berusaha mengembangkan bisnisnya. Dengan kondisi industri terkini, PT. Offbeat

(5)

5

Music Indonesia perlu melakukan perubahan strategi bisnis. Penulis tertarik untuk membahas perubahan-perubahan strategi-strategi yang akan diambil dan diterapkan agar bisnis tidak hanya terus berjalanan, namun juga berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam karya ilmiah ini, peneliti ingin memfokuskan penelitian pada perusahaan label yang dikelola secara independent atau indie label. Peneliti berusaha menganalisis strategi manajemen PT. Offbeat Music Indonesia yang merupakan perusahaan yang dikelola dengan pola manajemen independent atau masuk kedalam kategori indie label. Bergejolaknya industri musik tanah air berdampak langsung terhadap pendapatan para label dan artis, juga keberlangsungan bisnis para label secara keseluruhan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, terdapat pertanyaan penelitian diantaranya adalah:

1. Perlukah PT. Offbeat Music Indonesia melakukan perubahan Strategi bisnis? Dan strategi apakah yang tepat untuk menjaga keberlangsungan bisnis? 2. Produk atau jasa alternatif apakah yang cocok untuk dikembangkan dalam

(6)

6 1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perlu atau tidaknya PT. Offbeat Music Indonesia melakukan perubahan strategi bisnis? Dan strategi bisnis apa yang tepat untuk di implementasikan agar usaha label tetap berlangsung?

2. Untuk mengetahui Produk atau jasa alternatif apakah yang cocok untuk dikembangkan dalam rangka implementasi strategi bisnis baru di PT. Offbeat Music Indonesia?

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat akademis kepada dunia ilmu pengetahuan maupun manfaat praktis kepada para pelaku usaha:

1. Manfaat akademisnya, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah studi ilmiah dibidang bisnis serta sistim manajemen perusahaan label musik terutama ditinjau dari strategi yang diterapkan dan efektifitasnya dalam menjaga keberlangsungan perusahaan.

2. Manfaat praktisnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyikapi situasi dunia bisnis musik Indonesia yang sedang jatuh, sehingga dapat memberikan alternatif pilihan strategi yang tepat untuk dijalankan.

(7)

7 1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer: pengumpulan data primer akan dilakukan dengan metode dokumentasi, wawancara langsung dengan pemilik PT. Offbeat Music Indonesia, Manager grup band yang bernaung dibawah label PT. Offbeat Music Indonesia.

2. Data Sekunder: pengumpulan data primer akan dilakukan dan didapatkan dengan dan dari jurnal industri musik yang diterbitkan oleh para ahli, majalah, dan website.

1.6.2 Metode Analisis

1.6.2.1 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis eksternal akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori 5 competitive forces dari Michael E. Porter guna menemukan key success factor dalam industri label musik Indonesia secara keseluruhan yang untuk selanjutnya akan dilakukan analisis internal dari pihak label PT. Offbeat Music Indonesia.

(8)

8

Gambar 1.1: Five Competitive Forces

Tools analisis eksternal lainnya yang akan digunakan adalah analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) dan analisis The Driving Forces. Analisis PEST sendiri adalah sebuah alat perencanaan untuk mengidentifikasi isu Politik/Hukum, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi eksternal yang dapat mempengaruhi perencanaan strategis organisasi (kamusbisnis.com). Sedangkan analisis Driving Forces berguna untuk melihat bagaimana kondisi industri yang berubah karena adanya kekuatan yang mendorong perubahan, kekuatan tersebut akan mendorong pelaku industri (pesaing, konsumen atau penjual) untuk mengubah tindakan mereka. Kekuatan pendorong dalam suatu industri adalah penyebab utama perubahan industri dan iklim persaingan. mereka memiliki pengaruh terbesar pada bagaimana lanskap industri akan berubah.

(9)

9 1.6.2.2 Analisis Lingkungan Internal

Guna menganalisis faktor-faktor internal yang mempengaruhi keberlangsungan bisnis label musik PT. Offbeat Music Indonesia, dapat menggunakan pendekatan teori Resource Based View (RBV)

Gambar 1.2: Tahapan Analisis Resource-based View

1.7 Batasan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan industri musik Indonesia baik major label maupun indie label tentang sejauh mana potensi perkembangan bisnis dimana penelitian tidak menganalisa data kuantitatif seperti pendapatan dari masing-masing perusahaan yang berbisnis didalam industri musik Indonesia baik

(10)

10 major maupun indie label. Penelitian dilakukan dalam rentang amatan antara tahun 2011 – 2012 di PT. Offbeat Music Indonesia.

1.8 Sistematika Penulisan

Sebagai hasil akhir dari penelitian ini, akan disampaikan leporan berupa tesis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, signifikansi penelitian dan sistimatika penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka, pada bab ini yang dikemukakan adalah teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian dan penulisan tesis ini.

BAB III: Metode Penelitian dan Profil Perusahaan, pada bab ini diuraikan metode penelitian yang dilakukan dan pemaparan profil perusahaan yang menjadi obyek penelitian.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini diuraikan latar belakang objek penelitian. Setelah itu diuraikan hasil penelitian berupa hasil olah data dan wawancara. Analisis dilakukan untuk membahas tingkat kepentingan faktor dan alternatif, serta alasan-alasan yang mempengaruhi keputusan menjalankan bisnis.

(11)

11

BAB V: Kesimpulan dan Saran, pada bab ini akan diuraikan analisis singkat dari hasil penelitian dan mengangkat temuan-temuan penting yang diperoleh dari hasil penelitian sebagai masukan pada manajemen perusahaan. Pada bab ini diuraikan juga saran-saran berupa pendapat terhadap kondisi dan situasi yang perlu disikapi sebagai kunci untuk menjaga keberlangsungan perusahaan.

Gambar

Gambar 1.2: Tahapan Analisis Resource-based View

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bertujuan merancang kotak pendingin (cool box) dengan ukuran yang tepat, sebagai media pendingin untuk ikan yang

Adapun penelitian yang saya lakukan adalah “Kontribusi empat sumber Self-Efficacy terhadap Self-Efficacy pada siswa SMP yang akan menghadapi ujian nasional di Lembaga

Kajian kesuburan tanah pada lahan pertanian untuk menilai dan memantau kesuburan tanah, sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui unsur hara yang menjadi

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau petugas yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan kesehatan hewan di Puskeswan, pemeriksaan penunjang diagnostik di laboratorium keswan

Harapannya, naskah akademik yang disusun oleh Program Studi Fisika (PSF), Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini dapat menjadi panduan

Berikut adalah tampilan menu kuis yang menampilkan soal latihan dari aplikasi pengenalan aksara sunda, dapat dilihat pada gambar 4.3.7:. Gambar 4.3.7 Tampilan

Pasal 2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan

Kode MK Nama MK Bobot sks MK Wajib/ Pilihan Kesesuaian dengan RPS/SAP Validasi Soal (gunakan form Validasi soal) Soal memiliki kisi-kisi bobot penilaian Soal memiliki