• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Profesi keperawatan merupakan profesi yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan keperawatan yang bermutu di rumah sakit. Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus–menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Aditama, 2004).

Tenaga keperawatan merupakan sumber daya manusia terbanyak di rumah sakit dari segi jumlah dan paling lama berinteraksi dengan klien. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan (Sondang, 2003). Perawat merupakan sumber daya terpenting di rumah sakit karena selain jumlahnya dominan (55-65%) juga merupakan profesi yang memberi pelayanan yang konstan dan terus–menerus 24 jam kepada pasien setiap hari.

Perawat sebagai salah satu anggota yang membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat membantu dan memfasilitasi pasien untuk mendapat pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan. Perawat berperan sebagai penghubung penting dalam suatu rumah sakit. Salah satu contohnya perawat kamar bedah.

(2)

Peran perawat kamar bedah bertanggung jawab secara klinis dan berfungsi sebagai scrub nurse (instrumentator) atau perawat sirkulasi. Perawat kamar bedah memiliki kemahiran dan tanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan, baik asuhan keperawatan pre operatif, intra operatif, maupun post operatif (Kemenkes, 2010).

Tugas dan tanggung jawab perawat kamar bedah bukan hal yang ringan untuk dipikul. Perawat kamar bedah bertanggung jawab menyediakan fasilitas sebelum pembedahan dan mengelola paket alat pembedahan selama tindakan pembedahan berlangsung, administrasi dan dokumentasi semua aktivitas/tindakan keperawatan selama pembedahan dan kelengkapan dokumen medik antara lain kelengkapan status lengkap, laporan pembedahan, laporan anastesi, pengisian formulir patologi, check-list pasient safety di kamar bedah, mengatasi kecemasan dari pasien yang akan di operasi, persiapan alat, mengatur dan menyediakan keperluan selama jalannya pembedahan baik menjadi scrub nurse atau pun sirkuler nurse, dan asuhan keperawatan setelah pembedahan di ruang pulih sadar (recovery room). Hal diatas menyebabkan ketegangan dan kejenuhan dalam menghadapi pasien, teman sejawat, tekanan dari pimpinan, selain itu juga perawat harus dituntut tampil sebagai perawat yang baik oleh pasien (Hipkabi, 2012). Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang di alami perawat dapat menjadi sumber potensial stres kerja.

Handoko (2001) mendefenisikan stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikir, dan kondisi seseorang.

(3)

Jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau rumah sakit tempat individu bekerja. Seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja.

Kristanto (2009), menyatakan bahwa kemampuan individu dalam mengambil sikap dan keputusan dapat menyebabkan stres kerja. Faktor penyebab yang dominan stres kerja perawat disebabkan kondisi yang dihadapi perawat sehari-hari, baik dalam hal pekerjaan ataupun dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan perawat sebagai profesi beresiko sangat tinggi terhadap stres. Hal tersebut disebabkan oleh karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyelamatkan nyawa pasien. (Basuki dalam Widodo, 2010).

Banyak studi mengenai stres kerja perawat terutama pada pelayanan klinis, stres kerja dapat terjadi karena beban kerja yang tinggi, peran ambiguitas perawat, konflik dengan dokter dan teman sejawat lainnya, kekurangan jumlah perawat, terlalu sering lembur, kurang kesempatan mendapat pelatihan atau pendidikan yang berkelanjutan, sekarat dan kematian, dan perencanaan dalam karir dan prestasi (Evan, 2002 ; Mac Vicar 2003, Parikh et al, 2004 dalam Azizpour, 2013).

Stres kerja perawat kamar bedah disebabkan mendapat tekanan waktu dan pengalaman tinggi dalam melaksanakan prosedur yang kompleks dan harus memiliki kompetensi dan menguasai teknologi baru. Perawat harus memiliki memori, kognitif, dan skill yang tinggi. Perawat dituntut agar

(4)

meningkatkan kemampuannya dan jika kemampuan tersebut terus menerus dipergunakan maka dapat menyebabkan stres (Arora et al., 2010).

Lingkungan kerja kerja di kamar bedah adalah bagian khusus dari rumah sakit yang digunakan untuk melakukan pembedahan secara elektif dan emergensi, karena kondisi lingkungan kamar bedah rentan terhadap paparan patogen dari darah, ekskresi saluran cerna, genetalia, feses, bekas muntahan, cairan parenteral, selaput lendir dan kulit yang terluka cairan lain yang mungkin menularkan penyakit semua darah dan cairan darah manusia yang ditangani seolah-olah diketahui menularkan HIV, VHB, TB paru dan patogen lain. Oleh karena itu, perawat kamar bedah mempunyai kewajiban untuk memperlakukan pasien dengan aman dan nyaman. Prinsip asuhan keperawatan di kamar operasi harus asepsis bedah (Kemenkes, 2010).

Hasil penelitian Azizpour et al., (2013) menunjukkan bahwa penyebab tingginya stres perawat kamar bedah takut atau cemas karena terinfeksi oleh pasien HIV dan hepatis rerata 3,2 dan 58%. Hal tersebut disebabkan kontaminasi dengan cairan ekskresi dari pasien, darah, luka dari jarum suntik.

Waktu pembedahan menjadi adalah satu stresor perawat kamar bedah, hal ini disebabkan jenis operasi yang dilakukan, jenis operasi mayor lebih lama dari pada operasi minor, operasi seng menggunakan laparaskopi lebih lama karena lapangan operasi yang sempit dan perlu berhati-hati dalam melakukannya karena pembedahan ini dapat memotong atau menjepit jaringan di sekitarnya. Operasi dengan laparatomi atau membuka lebar area insisi rongga tubuh sehingga dapat memperlama waktu operasi (Boradero, et

(5)

al., 2009). Perawat kamar bedah bekerja waktu pembedahan yang lama merupakan faktor yang menyebabkan kelelahan dan ketegangan (Kingdom, 2007). Salah satu pekerjaan perawat kamar bedah bekerja adalah berdiri selama melakukan pembedahan, perawat dapat bekerja dengan berdiri selama 8 jam tanpa istirahat, hal tersebut dapat menyebabkan varises (McCulloc, 2005).

Hakim (2011) menyatakan lamanya pembedahan disebabkan beberapa faktor diantaranya kelengkapan dan peralatan di kamar bedah (23,1%), cara kerja team bedah selama operasi berlangsung (47,6%), dan karena kurang efektifnya komunikasi dan koordinasi dari tim bedah menghambat jalan operasi (27,6%), berdasarkan hal di atas menyebabkan waktu operasi tidak sesuai dengan yang ditetapkan dan menambah waktu yang panjang dalam melakukan pembedahan. Semua penyebab tersebut menjadi keluhan tim bedah termasuk perawat bedah.

Hubungan dengan dokter dan teman sejawat adalah salah satu stresor kerja. Hasil penelitian Maria dan Sullivan (1998, dalam Azizpour 2013) personil kamar bedah mengalami stres kerja dalam kategori tinggi, karena ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan hubungan kerja perawat dengan dokter dan teman sejawat lainnya, hal ini disebabkan konflik dengan rekan kerja yang tidak tepat menyebabkan komunikasi dan kolaborasi tidak tidak terjalin baik dan pada gilirannya mengarah perawat kurang mendapat dukungan mental dan sosial dari rekan sejawat. Perilaku agresif dokter menjadi faktor terbesar stres perawat kamar bedah, hal ini disebabkan oleh

(6)

karena ketidakmampuan perawat memenuhi kebutuhan yang diperlukan dokter bedah, perawat kurang kompeten dalam melakukan tugasnya dan tidak mempersiapkan operasi dengan baik (Skjorshammer, 2003 dalam Berland,et al., 2007). Rosenstein & O’Daniel (2005 dalam Berland et al, 2007) menyatakan prilaku buruk dokter bedah kepada perawat kamar bedah yang paling sering terjadi dapat memberi efek negatif kepada kedua profesi, dapat menyebabkan stres, frustasi, konsentrasi menurun, komunikasi dan pertukaran informasi terganggu di tempat kerja. Dan hal ini dapat menjadi konflik antara profesi, terutama dokter dan perawat (Mc Vicar, 2003 dalam Berland et al, 2007).

Beban kerja yang tinggi perawat kamar bedah secara terus menerus karena mendapatkan tekanan yang tinggi dari pekerjaan dapat menyebabkan stres secara fisik, emosi, sosial, psikologis, perubahan spritual. Respon stres yang terjadi fisik secara berulang dapat menyebabkan ketegangan dan kelelahan. Respon yang terjadi secara psikologi dapat menyebabkan kecemasan, depresi, ketakutan, marah. Hal tersebut diatas dapat menimbulkan perilaku negatif seperti konsumsi alkohol, merokok, absensi permusuhan dan agresi prilaku ini akhirnya menurunkan produktivitas dan efisiensi secara signifikan dapat menghambat upaya keselamatan pasien dan efektifitas dari organisasi ( Kingdon et.al, 2006).

Berdasarkan hasil riset Persatuan Perawat nasional Indonesia, (2006, dalam Widodo, 2010) bahwa 50,9% perawat Indonesia mengalami stres kerja

(7)

sering pusing, lelah, tidak ada istirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah dan insentif yang tidak memadai.

Hasil studi pendahuluan didapatkan data di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan terdapat 5 ruangan kamar bedah yaitu Instalasi Bedah Sentral (IBS), Kamar Bedah Emergensi (KBE) Instalasi Gawat Darurat, kamar bedah mata, kamar bedah kulit, dan kamar bedah reproduksi. Jumlah seluruh perawat kamar bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan berkisar 48 orang (termasuk peneliti), masing kamar bedah memiliki jumlah perawat yaitu jumlah perawat kamar bedah di IBS sebanyak 19 orang, kamar bedah emergensi sebanyak 18 orang, kamar bedah mata sebanyak 5 orang, kamar bedah kulit sebanyak 3 orang, kamar bedah reproduksi sebanyak 3 orang.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perawat kamar bedah mengenai stres kerja dari 10 orang di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Maka didapat hasil 7 orang perawat mengalami stres ringan dengan gejala memiliki motivasi/semangat tinggi, energi berlebih, mampu mengerjakan semua tugas, dan penglihatan tajam. 3 orang mengalami stres kerja sedang ditandai dengan kelelahan fisik, kurang kosentrasi, kejenuhan dan sulit tidur. Penyebab stres perawat yaitu beban kerja yang tinggi, kondisi lingkungan yang beresiko, dan konflik dengan teman sejawat, kebosanan dan lain-lain. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan uraian tersebut peneliti tertarik meneliti “Gambaran Stresor dan Stres

(8)

Kerja Perawat Kamar Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimana gambaran stresor dan stres kerja perawat kamar bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi stresor kerja perawat kamar bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

2. Mengidentifikasi stres kerja perawat kamar bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan keperawatan

Penelitian ini bermanfaat bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai informasi dan sarana evaluasi. Institusi dapat menggunakan penelitian ini untuk mengetahui tentang stresor kerja perawat kamar bedah dan sebagai evaluasi tentang tingkat stres kerja perawat di kamar bedah. Selain itu, institusi dapat mengetahui informasi dari penelitian ini dan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan terkait dengan manajemen stres kerja yang efektif bagi perawat kamar bedah.

(9)

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran atau rujukan dalam mengembangkan pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan beragam karakteristik perawat terutama dunia keperawatan. Dan sebagai masukan sebagai perawat kamar bedah untuk meningkatkan koping agar dapat mengatasi stres kerja dengan baik dan terarah.

3. Bagi penelitian keperawatan

Penelitian ini diharapkan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam kerangka stres kerja dalam bidang pekerjaan lainnya. Manfaat lain dari penelitian ini meningkatkan kemampuan atau pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian dan sebagai bahan informasi dan pengembangan keilmuan yang berkelanjutan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian

Namun dari penelitian yang dilakukan didapatkan beberapa hambatan yaitu pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya sehinggan dari target yang di tetapkan hanya sebagian kecil

Sistem pendeteksi citra pola Tajwid Idgham Mutaqaribain menggunakan metode Gower & Legendre bisa menjadi pedoman berkembangnya penelitian mengenai deteksi Tajwid

Prodia Diagnostic Line Epoxy Floor Coating 2019 Gereja Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk Gereja Regina Caeli Cat Dinding Exterior dan Cat Dinding Interior 2019 PT.. Indopoly

Masalah ekonomi yang dihadapi Amerika dan negara-negara di Eropa membuat para investor global menjadikan Indonesia salah satu pilihan investasi terbaik karena memiliki pertumbuhan

Material dari benda kerja yang dipotong adalah dari jenis baja S45C. Baja jenis S45C merupakan medium strength steel. Pada saat trial yang dilakukan oleh PT. N, mesin

Penelitian mengenai keterkaitan antara penggunaan bahasa dalam keluarga dengan kebiasaan anak dalam bertutur digunakan sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Kota Palangka Raya kepada Perusahaan Daerah Isen Mulang Kota Palangka Raya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dianggarkan